Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013
1
STUDI KELAYAKAN KOORDINASI PROTEKSI SALURAN DISTRIBUSI 20 kV PADA SISTEM KELISTRIKAN KERETA LISTRIK (KRL) DI PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) RESOR LAA 1.9 JATINEGARA, DKI JAKARTA Rizky Haryogi Septiansyah, Ir. Wahyudi dan Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT., Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak -- Kereta Listrik merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia. Karena perannya yang vital sebagai alat transportasi massal, kereta listrik membutuhkan suplai tegangan yang handal dan kontinu. Namun dalam pelayanannya, peralatan pengaman yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia masih belum terkoordinasi. Sehingga pada saat terjadi gangguan, terdapat kemungkinan kesalahan urutan trip pada peralatan pengamannya yang dapat mengakibatkan terhentinya kereta listrik akibat tidak adanya suplai tenaga (trip). Oleh karena itu, PT. Kereta Api Indonesia memandang perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap sistem kelistrikan sehingga keandalan sistem tetap terjaga. Salah satu metode yang dilakukan adalah koordinasi peralatan pengaman, terutama koordinasi pada saat terjadi gangguan sistem dengan memfungsikan relay sebagai pengaman utama dan pengaman cadangan. Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai perlambatan waktu (time delay). Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada proteksi utama beroperasi terlebih dahulu, sehingga jika proteksi utama gagal baru proteksi cadangan yang akan beroperasi. Untuk memenuhi fungsi tersebut maka waktu relay pengaman utama disetel lebih cepat dari pada relay pengaman cadangan. Relay pengaman dengan kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat dapat memperkecil wilayah gangguan. Hasil evaluasi ini akan dipakai sebagai acuan untuk melakukan perubahan konfigurasi maupun pengembangan sistem kelistrikan secara keseluruhan dalam usaha peningkatan kontinuitas suplai daya untuk kereta listrik.
Kata kunci : rele pengaman arus lebih, koordinasi I. PENDAHULUAN ereta Listrik merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Karena perannya yang vital sebagai alat transportasi massal, kereta listrik membutuhkan suplai tegangan yang handal dan kontinu. Namun dalam pelayanannya, peralatan pengaman yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) masih belum terkoordinasi dengan baik. Sehingga pada saat terjadi gangguan, terdapat kemungkinan kesalahan urutan trip pada peralatan pengamannya yang dapat mengakibatkan terhentinya kereta listrik akibat tidak adanya suplai tenaga (trip). Oleh karena itu, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memandang perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap sistem kelistrikan sehingga keandalan sistem tetap terjaga. Salah satu metode yang dilakukan adalah koordinasi peralatan pengaman, terutama koordinasi pada saat terjadi gangguan sistem dengan
K
memfungsikan relay sebagai pengaman utama dan pengaman cadangan. Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai perlambatan waktu (time delay). Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada proteksi utama beroperasi terlebih dahulu, sehingga jika proteksi utama gagal baru proteksi cadangan yang akan beroperasi. Untuk memenuhi fungsi tersebut maka waktu relay pengaman utama disetel lebih cepat dari pada relay pengaman cadangan. Relay pengaman dengan kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat dapat memperkecil wilayah gangguan. Hasil evaluasi ini akan dipakai sebagai acuan untuk melakukan perubahan konfigurasi maupun pengembangan sistem kelistrikan secara keseluruhan dalam usaha peningkatan kontinuitas suplai daya untuk kereta listrik. II. DASAR TEORI SISTEM PENGAMAN TENAGA LISTRIK 2.1. Rele Arus Lebih Pada prinsipnya, rele arus lebih berfungsi sebagai pengaman gangguan hubung singkat, tetapi dalam beberapa hal dapat berfungsi sebagai pengaman beban lebih. Fungsi rele ini disamping sebagai pengaman utama untuk seksi yang diamankan juga berfungsi sebagai pengaman cadangan pada seksi berikutnya. Hal ini apabila rele arus lebih dipakai pada sistem distribusi tegangan menengah. Namun untuk saluran transmisi tegangan tinggi rele arus lebih berfungsi sebagai pengaman cadangan (back up). 2.2. Pemilihan Setting Arus Rele Arus Lebih Penyetelan arus untuk rele arus lebih mempunyai batasan besarnya arus.Pada dasarnya batas penyetelan rele arus lebih adalah rele tidak boleh bekerja pada saat beban maksimum. Arus setingnya harus lebih besar dari arus beban maksimum. batas penyetelan harus memperhatikan kesalahan pick up, menurut Standart British BS 142- 1983 batas penyetelan antara nominal 1.05 – 1.3 Iset . Mengacu pada standart tersebut, pada tugas akhir ini lebih amannya menggunakan konstanta 1.05 Iset. Jadi untuk setingnya dapat dilihat sebagai berikut: Iset = ≥ 1,05 x Inominal.....................................(2.13) I set Is = ...............................................(2.14) rasio_ct dimana : Is = arus seting Pemilihan tap yang digunakan = Is / In
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013
2
Seting arus actual Iset = tap x In x CT Dicari nilai dibawahnya yang terdekat. Pada penyetelan rele arus lebih juga harus memperhatikan batas maksimum seting , untuk alasan keamanan dan back up hingga ke sisi muara (downstream) estimasi seting ditetapkan : I set ≤ 0.8 I sc 2, min ......................................(2.15) I sc 2, min adalah arus hubung singkat dua fase dengan pembangkitan minimum yang terjadi diujung saluran seksi berikutnya. Besar arus ini diperoleh dari arus hubung singkat tiga fase pada pembangkitan minimum dikalikan 0,866. Mengacu pada konsep diatas persyaratan setelan arus dapat dirumuskan sebagai berikut : 1,05 Imaks < I set ≤ 0,8 I sc 2, min ……..… (2.16) Untuk operasi yang selektif, apabila terdapat beberapa rele arus lebih pada suatu jaringan radial. Maka rele pada ujung yang terjauh dari sumber harus disetel untuk dapat bekerja pada waktu yang sesingkat mungkin. Untuk jenis rele arus yang lebih karakteristik inverse, setelan waktunya ditentukan pada saat arus gangguan maksimum. 2.3. Pemilihan Setting Waktu Rele Arus Lebih Berdasarkan Standard IEEE 242 waktu yang dibutuhkan untuk kerja rele sampai circuit breaker membuka adalah 0.20.4 s, dengan asumsi: Waktu terbuka circuit breaker 5 cycle : 0.08 detik Overtravel dari rele : 0.1 detik Faktor keamanan : 0.12 detik Untuk rele static dan rele digital berbasis mikroprosesor, over travel dari rele dapat diabaikan. Dari Standard tersebut ditentukan koordinasi antara dua rele yang bekerja sebagai rele utama dan rele backup adalah 0.3s. Misalnya pada koordinasi rele yang mempergunakan karakteristik definite time secara bertingkat. Untuk waktunya dipilih seting dari sisi hulu sampai dengan sisi hilir, dengan tunda waktu 0.3 s. 2.4. Pemilihan Setting Arus Fuse DC Alat pemutus yang memiliki bagian yang dirancang khusus untuk melebur dan membuka rangkaian jika arus yang melewatinya melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu tertentu. Salah satu karakteristik penting dari elemen fuse adalah hubungan antara waktu dengan arus yang membentuk kurva yang didefinisikan sebagai : • Kurva Minimum Melting Time : menunjukkan perbandingan antara waktu dan arus pada saat pengaman lebur mulai meleleh karena adanya arus gangguan • Kurva Maksimum Clearing Time menunjukan perbandingan antara waktu dan arus dari saat pengaman lebur meleleh kemudan putus hingga busur api padam. III. SISTEM KELISTRIKAN GLAA JATINEGARA 20 KV GLAA Jatinegara 20 kV milik PT.KAI (PERSERO) di Jakarta merupakan penyedia jasa energi listrik untuk kendaraan transportasi Kereta Listrik (KRL). Mulai beroperasi pada tahun 1976, GLAA Jatinegara diharapkan mampu mem-
backup suplai energi listrik untuk KRL, yang sejak awal tahun 2000 memperluas jangkauan transportasi hingga daerah Cibinong dan sekitarnya. GLAA Jatinegara melakukan fungsinya sebagai penyuplai daya yang berasal dari jaringan PLN, yang dialirkan melalui kawat transmisi SUTM dengan tegangan bus 20 kV yang selanjutnya untuk diturunkan tegangannya oleh 4 trafo, semuanya merk Meidensha. Pada sistem kelistrikan GLAA Jatinegara, seluruh beban listrik hanya disuplai oleh satu utility (Power Grid), sedangkan utility yang lain hanya dijadikan sebagai back up. Terdapat 3 buah beban statis AC , 3 buah beban motor DC (masing-masing 2x600 HP) dan satu buah beban statis DC. Single line diagram GLAA dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Single Line Diagram GLAA Jatinegara
IV. KOORDINASI RELE PENGAMAN GLAA JATINEGARA 4.1. Analisa Setting Koordinasi Rele Pengaman Tipikal 1 Pada tipikal 1 terdapat dua buah rele arus lebih yang akan diatur, yaitu OCR primer T.rect 3000 kW, dan OCR Grid U1. Rele arus lebih yang pertama adalah rele OCR primer T.rect 3500 kVA yang merupakan rele arus lebih yang berperan melindungi bus 1. Selanjutnya ada rele OCR H2 sebagai pelindung Grid jika terjadi gangguan.
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013
3
Typical 1 DC Motor Bekasi Rele primary T4 – CB 6 Manufacturer
: General Electric
Model
: Multilin IAC 52-B
Curve Type
: Inverse
CT Ratio
: 300 / 5
Isc max 4 cycle bus 1
: 12830 A
Isc min 30 cycle bus 1
: 2500 A
FLA primary T2
: 101 A
Current Setting IDMT ( I > ) 1.05 x 101 0.8 Isc Min 30 cycle Bus 1 ≤ Ips ≤ 300/5 1.05 x 101
≤ Ips ≤
300/5 106,1
300/5 0.8 x 2500
2000
300/5
≤ Ips ≤ 300/5 300/5 1,77 ≤ Ips ≤ 50 Dipilih Tap = 2 A (Range 2, 2.5, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 16) Gambar 4.1 Single Line Diagram Tipikal 1
1
Time Setting IDMT ( Time Dial ) Waktu operasi = td = 0.3 T = Time Dial I Isc Max 4 cycle Bus1 = Is
Iset
12830
=
300 x2 5
= 106.92 td =
0,14 × T I 0,02
��Is�
T = T =
- 1�
I 0,02
td × ��Is�
- 1�
0,14 0.3 × �106.920,02 - 1� 0,14
T = 5.7 T ≥ 5.7 Dipilih T = 5,7 (Range T 0.5 – 10 dengan step 0.01) Current Setting High Set ( I>> ) Ips Gambar 4.2 Hasil plot setelan rele arus lebih pada tipikal 1 berdasarkan eksisting rele Penjelasan gambar kurva di atas adalah sebagai berikut : 1. Adanya jeda cukup besar antara FLA trafo dan setting eksisting overcurrent pickup rele 23. Hal ini bisa berakibat buruk apabila Full Load Ampere (FLA) trafo T.rect 3000 kW melebihi ratingnya dan rele 23 tidak mendeteksinya sejak dini. Perhitungan dalam pengaturan ulang rele akan dijabarkan sebagai berikut:
≤
Ips ≤ Ips ≤ Ips
0.8 Isc Min 30 cycle Bus-1 0.8 x 2500
200/5
300/5 2000 300/5
≤ 33,3
Dipilih Tap = 33 A (pickup range 10 – 40 dengan step 1) Time Delay = 0,1 s
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 Rele Grid PLN – CB H2 Manufacturer
: ABB
Model
: REF 610
Curve Type
: Normal Inverse
CT Ratio
: 300 / 5
Isc max 4 cycle bus1
: 2890 A
Isc min 30 cycle bus1
: 2500A
FLA
: 212.6 A
4
Tabel 4.1. Eksisting dan Resetting rele hasil perhitungan pada tipikal 1
Current Setting IDMT ( I > ) 1.05 x FLA 300 1.05x 212,6 300 223,23
In ≤ Ip ≤ In
0.8 Isc Min 30 cycle Bus-26
≤ Ip ≤
300 0.8 x 2500
2000
300
In
In
In ≤ Ip ≤ 𝐼𝑛 300 0,74 In ≤ Ip ≤ 6,67 In Dipilih Tap = 1 In (Range CT 0,3 – 5 In dengan step 0.1) Nilai Aktual Iset = 1 x 300 = 300 A 300
Time Setting IDMT ( Time Dial ) Waktu operasi = td = 1 T = Time Dial I Isc Max 4 cycle Bus1 = Is
3000
Iset
= 300x1 = 10 td =
Gambar 4.3 Hasil plot setelan rele arus lebih pada tipikal 1 berdasarkan perhitungan
13,5 × T I 1
��Is� - 1�
I 1
T = T =
td × �� � - 1� Is 13,5 1 × �101 - 1� 13,5
T = 0,66 T ≥ 0,66 Dipilih T = 1 (Range T 1 – 15 dengan step 0.1) Current Setting High Set ( I>> ) Ip ≤
0.8 Isc Min 30 cycle Bus-1 0,8x2500
300
Ip ≤ 𝐼𝑛 300 Ip ≤ 6,7 In Dipilih Tap = 6,7 In (Range CT 0,5 –35In dengan step 0.1) Nilai aktual Iset = 6,7 x 300 = 2010 A Time Delay Pengaturan waktu ( t>> ) = 1,8 s (Range 0,04 – 30 sec, dengan step 0.1)
Penjelasan gambar kurva di atas adalah sebagai berikut : Gambar 4.4 menunjukkan hasil plot dari setelan rele yang diperoleh pada perhitungan di atas. Gambar tersebut menunjukkan setelan dan koordinasi dari rele OCR primer T.Rect 3000 kW dan rele OCR Grid PLN 20 kV. Pengaturan low set dari seluruh rele yang terdapat pada tipikal 1 sesuai dengan standard BS 142-1983 , yakni dengan batas penyetelan antara 1,05 – 1,3 FLA. 1. Jeda antara FLA trafo T.rect 3000 kW menjadi lebih kecil sehingga rele 23 akan lebih sensitive saat mendeteksi FLA trafo yang melebihi ratingnya.
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 4.2. Analisa Setting Koordinasi Rele Pengaman Tipikal 2
5
Penjelasan gambar kurva pada gambar 4.5 adalah sebagai berikut : 1. Tanda lingkaran berwarna merah dengan nomor 1 menunjukkan bahwa koordinasi ini dirasa masih kurang sesuai karena dikhawatirkan akan terjadi salah koordinasi karena kurva karakteristik yang masih bertabrakan. Perhitungan dalam pengaturan ulang rele akan dijabarkan sebagai berikut: Rele R.D.6 – CB33 Manufacturer
: ABB
Model
: REB 500
Curve Type
: Normal Inverse
CT Ratio
: 20 / 5
Isc max 4 cycle bus 2 : 287 A Isc min 30 cycle bus 2 : 249 A KVA
FLA =
=
√3 KV
150
√3 6
= 14,4 A
Current Setting IDMT ( I > ) 1,2 × FLA. < Iset < 0,8 × Isc Min. Bus 2 Gambar 4.4. Tipikal koordinasi 2 Pada tipikal 2 terdapat tiga buah rele arus lebih yang akan diatur, yaitu RelayD6, OCR H4S, OCR H4P. Rele arus lebih yang pertama adalah adalah rele yang melindungi hubung singkat didekat beban (JGA) yang selanjutnya dibackup oleh OCR H4S, dan OCR H4P untuk melindungi Bus1 20 kV.
1,2 × 14,4 < Iset < 0,8 × 249 17,28 17,28 20
< Iset < 199.2
In
< Iset <
199.2 20
In
0.86 In < Iset < 9.96 In Dipilih Tap = 2,05 In (Range CT 0.04 – 2.5In dengan step 0.01) Setting Aktual Iset: Tap x CT.Prim. 2,05 x20 = 41 A Time Setting IDMT ( Time Dial ) Dipilih waktu operasi (td) = 0.1 s 0,14 × T
td =
I 0,02
��Is�
1
-1�
I 0,02
T=
td × �� � Is
T=
0.1 × �� � Tap × CT primary
T=
0.1 × ��
-1�
0,14 Isc max 4 cycle bus 2 0,02
Gambar 4.5 Hasil plot setelan rele arus lebih pada tipikal 2 berdasarkan eksisting rele
-1�
0,14
0,02 287 -1� � 2,05 ×20
0,14
T> 0.02 . Dipilih T=0.04 (Range T 0.02 – 60 dengan step 0.01)
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013
6
Current Setting High Set ( I>> ) Iset < 0,8 × Isc Min. Bus 2
T=
Iset < 0.8 ×249 199.2
Iset <
20
Isc max 4 cycle bus 16 0,02 -1� � Tap × CT primary
0.3 × ��
0,14
287
T=
In
0,02
0,3 × �� � 1.1 ×20
-1�
0,14
Iset < 9.96 In
T> 0.06. Dipilih T=0,06 (Range T 0.02 – 60 dengan step
Dipilih Tap = 9,96 In (pickup range CT 0.1 – 20In
0.01)
dengan step 0.1) Setting Aktual Iset
: Tap x CT.Prim. 9,96 x20 = 199,2 A
Current Setting High Set ( I>> ) Iset < 0,8 × Isc Min. Bus16
Time Delay
Iset ≤ 0,8 × 249
Dipilih time delay = 0,1 s
Iset ≤ 199.2 Iset <
199.2 20
In
Rele Secondary H4S– CB3
Iset ≤ 9.96 In
Manufacturer
: ABB
Iset = 9.96 In (pickup range CT 0.1 – 20 In dengan step
Model
: REB 500
0.1)
Curve Type
: Normal Inverse
Setting Aktual Iset
CT Ratio
: 20 / 5
: Tap x CT.Prim. 9.96 x 20 = 199.2 A
Isc max 4 cycle bus 16 : 287 A
Time Delay
Isc min 30 cycle bus 16 : 249 A
Dipilih time delay = 0,3 s
FLA secondary T1
: 19.25 A Rele primary H4P – CB H4
Current Setting IDMT ( I > ) 1,05 × FLA secondary T1 < Iset < 0,8 × Isc Min. Bus16
Manufacturer
: ABB
Model
: REB 500
Curve Type
: Normal Inverse
CT Ratio
: 10 / 5
Isc max 4 cycle bus 17
: 2890 A
1.01In < Iset < 9.96In
Isc min 30 cycle bus 17
: 2500 A
Dipilih Tap = 1.1 In (Range CT 0.04 – 2.5In dengan step
FLA primary T1
: 5.77 A
0.01)
Current Setting IDMT ( I > )
1,05 × 19.25< Iset < 0,8 ×249 20.2 < Iset < 199.2 20.2 20
In< Iset <
199.2 20
In
Setting Aktual Iset : Tap x CT.Prim. 1.1x20 = 20,21 A
1,2 × FLA primary T1< Iset < 0,8 × Isc Min. Bus 17 1,2 × 5.77 < Iset < 0,8 × 2500
Time Setting IDMT ( Time Dial ) Dipilih waktu operasi (td) =0,1+0,2= 0,3 s td =
6.92 10
In < Iset <
2000 10
In
0,69 In < Iset < 200 In
0,14 × T
Dipilih Iset = 0.69 In (Range CT 0.04 – 2.5In dengan step
I 0,02 -1� ��Is� I 0,02
T=
6.92 < Iset < 2000
td × �� � Is
0,14
0.01) -1�
Setting Aktual Iset
: Tap x CT.Prim. 0,69 x 10 = 6,9 A
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013
7
Time Setting IDMT ( Time Dial ) Dipilih waktu operasi (td): 0,5s td =
T=
0,14 × T I 0,02
��Is�
-1�
I 0,02
td × �� � Is
-1�
0,14 Isc Max. Bus 17 0,02 -1� � Tap × CT primary
0,5 ��
T= T=
0,14
1
2890 0,02 0,5 × �� -1� � 0,69 × 10
0,14
T > 0,08, ditentukan T= 0,08 (Range T 0.02 – 60 dengan step 0.01) Current Setting High Set ( I>> ) Iset ≤ 0,8 x Isc Min. Bus1 Iset ≤ 0,8 × 2500 Iset ≤ 2000 Iset <
2000 10
In
Iset < 200 In Dipilih Iset = 11 In (pickup range CT 0.1 – 20 In dengan step 0.1) Nilai Aktual : Tap x CT.Prim. 11 x 10 = 110A Time Delay Dipilih time delay = 0,12 s
Gambar 4.7 Hasil plot setelan rele arus lebih pada tipikal 2 berdasarkan perhitungan Tanda lingkaran berwarna merah dengan nomor 1 menunjukkan bahwa koordinasi antara kedua rele tersebut sudah baik. Untuk koordinasi antara OCR H4S dan H4P bisa dikatakan baik, karena tidak terjadi miss-coordination dan overlap antar rele tersebut. Jadi apabila terjadi gangguan hubung singkat pada Bus diatas beban ,rele yang pertama kali bekerja adalah R D6 ,selanjutnya bertindak sebagai backup adalah OCR H4S lalu rele OCR H4P yang bekerja sebagai backup dari OCR H4S jika rele tersebut gagal memutus gangguan hubung singkat pada bus 2. 4.3 Analisa setting DC Fuse 2 Kondisi eksisting DCFuse 2 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Tabel 4.2 Tabel Eksisting dan Resetting Perhitungan Rele pada Tipikal 2
1 Gambar 4.8 Kurva proteksi eksisting dari DCFuse 2
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 Penjelasan kurva gambar 4.8 adalah : Pada kondisi eksisting kurva proteksi DCFuse 2 terdapat delay peleburan elemen fuse dari 0.08s hingga 0.011 s. Hal ini bisa beresiko merusak peralatan yang seharusnya bisa terlindungi DCFuse 2 Jenis DCFuse 2 Tipe Fuse FLA I cont bus 14 Isc bus 14
: Gould Shawmut : A4BQ : 1000 A : 624.9 A : 7842 A
Demi mempertimbangkan kapasitas arus kontinyu pada bus 14, maka dipilih rating fuse 650 A. Kapasitas arus kontinyu fuse , adalah 150% dari rating arus fuse, yaitu : Imaks fuse
:
150 100
× 650 = 975A
DCFuse 2 adalah peralatan pengaman rectifier yang memiliki Isc bus sebesar 7842 A dan memadamkan arus gangguan tersebut pada waktu 0,0104 s. Tabel 4.3. Tabel perbandingan eksisting dan resetting DCFuse 2
Sehingga kurva resetting DCFuse 2 menjadi sebagai berikut :
8
V. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan data eksisting, perhitungan manual dan hasil simulasi dari data GLAA Jatinegara, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil plot kurva data eksisting GLAA Jatinegara memperlihatkan bahwa ada rele yang terjadi misscoordination dan overlaping antara rele utama dengan rele backup. Hal ini berarti koordinasi kerja antar rele tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak sesuai urutannya. 2. Setelah dilakukan perhitungan manual dan disimulasikan. Hasil plot kurva hasil resetting GLAA Jatinegara memperlihatkan bahwa tidak ada rele yang terjadi misscoordination dan overlaping antara rele utama dengan rele backup. 3. Grading time yang digunakan untuk koordinasi kerja dari rele pengaman adalah sebesar 0.2 dan 0,3 detik. Hal ini dianggap sesuai karena dengan grading time sebesar 0.2 – 0,4 detik dapat memberikan waktu yang cukup kepada rele pengaman utama untuk selesai memutus gangguan terlebih dahulu. Sehingga kejadian trip secara bersamaan antara rele pengaman utama dan rele backup pada saat terjadi gangguan hubung singkat dapat dihindari dan koordinasi kerja antar rele dapat berjalan dengan baik. 4. Menurunkan sensing arus continue DC Fuse 2 dari 630 A menjadi 625 A. DAFTAR PUSTAKA 1.
2. 3. 4. 5. 6.
SPLN 52-3 : 1983, ”Pola Pengaman Sistem Bagian Tiga, Sistem Distribusi 6 kV dan 20 kV”, Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta, Pasal 4, 1983. Penangsang, Ontoeseno, “Diktat Kuliah Analisa Sistem Tenaga”, Teknik Elektro-ITS, Surabaya, 2006. Marsudi, Djiteng, ”Operasi Sistem Tenaga Listrik”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006. Wahyudi R, ”Diktat Kuliah Sistem Pengaman Tenaga Listrik”, Teknik Elektro-ITS,Surabaya, 2008. IEEE Recommended Practice for Protection and Coordination of Industrial and Commercial Power Systems Standard 242-2001 Horowitz, Stanley H. dan Phadke, Arun G., “Power System rd
7. 8.
9.
1 Gambar 4.9 Kurva proteksi resetting dari DCFuse 2
10.
Penjelasan dari kurva 4.9 adalah 1. Tanda lingkaran berwarna merah dengan nomor 1 menunjukkan bahwa apabila terjadi arus gangguan (Isc) DC Fuse 2 akan langsung putus dan tidak terjadi delay.
11.
12. 13.
Edition”, John Wiley & Sons Ltd, England, 2008. Relaying 3 Gurevich, Vladimir, “Electric Relays, Principle and Application”, CRC Press, USA, Ch. 10, 2006. Hewitson, L.G., Brown, Mark, Balakrishnan, Ramesh, “Practical Power System Protection”, IDC Technologies, Netherland, 2004. Gers, Juan M., dan Holmes, Edward J., “Protection of Electrical Distribution Network 2nd Edition”, The Institution of Electrical Engineers, London, Ch. 5, 2004. Sleva, Anthony F., “Protective Relay Principles”, CRC Press, USA, Ch. 5, 2009. Modul Diklat GLAA Jatinegara PT.KAI (PERSERO), “DasarDasar Sistem Kelistrikan Aliran Atas”, Pusdiklat PT. KAI (PERSERO), 2009. Pabla. AS , “Sistem Distribusi Daya Listrik”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986 Gross, Charles A, “Power System Analysis Second Edition”, John Wiley, 1979