PROFIL MADRASAH ALIYAH BERBASIS MANAJEMEN PESANTREN (STUDI KASUS PADA MA PONDOK PABELAN MAGELANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh WAHYU INDAH PANGESTI NIM. 11109002 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
1
2
3
4
MOTTO َعلِّ ُم ْىا اَ ْولَ َد ُك ْم فَا ِ وَّهُ ْم َم ْخلُقُ ْى َن لِ َس َم ِه َغ ْي َر َز َما وِ ُك ْم “didiklah
anak
didikmu
(dengan
pendidikan yang berbeda dengan yang diajarkan kepadamu), karena mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zaman kalian.” (M. Athiyah al-Abrasyi)
5
PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohim,,,
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Ku persembahkan tulisan ini untuk:
Ayahanda Zainuri (alm), meskipun tak dapat menemaniku dan melihat langsung perkembanganku, tetap ku ucapkan terimakasih telah menjadikanku ada... Kedua orang tuaku Bpk Much Nur dan Ibu Rokhimah, terimakasih atas semua dukungan, doa, dan kasih sayang yang tak terbatas untukku... Mz Ari W, terimakasih untuk nasihat yang tak pernah hentinya diberikan dan kesetiannya menemaniku selama ini. Semoga niat baik kita berdua dilancarkan Allah..
Semoga Allah membalas budi baik kalian semua.Aamiin....
6
KATA PENGANTAR
Terucap syukur ada Allah SWT Yang Maha Sempurna beserta Asmaul KhusnaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak lupa baginya sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih atas segala nasehat bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada : 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3.
Ibu Muna Erawati, S. Psi., M. Si yang telah membimbing, memberikan pengarahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4.
Ibu Siti Ruchayati, M. Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga
5.
Para dosen IAIN Salatiga yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.
6.
Bapak Mudzakir selaku Kepala Madrasah dan Bu Ida serta dewan guru MA Pondok Pabelan Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini dari awal hingga akhir.
7.
Bapak Nursodiq, S.Pd.I selaku Kepala MI Yakti Tampingan yang telah memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis.
7
8.
Orang tuaku tercinta bapak Much Nur dan ibu Rokhimah
9.
Adik penulis Wahyu Hidayat, kau adalah semangatku, kita adalah harapan bapak dan ibu, untuk itu tetaplah semangat meraih cita-cita.
10.
Mas Ari, terimakasih sudah memberikan motifasi dan setia mendampingi penulis untuk menyelesaikan penilitian ini.
11.
Untuk sahabat-sahabat penulis mba Lia, mba Achan yang selalu menemani penulis jadi penunggu perpus untuk menambah kata-kata skripsi, nuhun buat Catur yang wira wiri nemenin dan Afdiq yang dah bantu aku bikin prosposal skripsi sampai nama kita terpampang karena telat ngumpulin proposal dan teman-teman yang tergabung dalam komunitas Fata Smart terimakasih atas persahabatannya selama ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, yang turut membantu dan memberikan dorongan untuk penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kalian. Akhirnya penulis hanya dapat berdo'a semoga skripsi ini dapat dan mampu memberikan manfaat kepada penulis dan para pembaca. Aamiin.
Salatiga, 5 November 2014
Penulis
8
ABSTRAK
Pangesti, Wahyu Indah. 2015. Profil Madrasah Aliyah Berbasis Manajemen Pesantren (Studi Kasus Pada Ma Pondok Pabelan Magelang). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2015.
Kata Kunci: MA Pondok Pabelan, Pendidikan, Manajemen Berbasis Pesantren
Untuk mengetahui bagaimana sejarah Pondok Pesantren Pabelan Magelang dan bagaiman pengelolaan sistem pendidikannya sehingga banyak mendapatkan prestasi dengan baik. Karena peningkatan mutu pendidikan merupakan pilar pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan kompetitif. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak yang berkompeten. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah kemudian dapat ditarik menjadi kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi dengan mencocokkan hasil wawancara kepala sekolah dengan hasil wawancara siswa dan guru yang menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pelaksanaan pendidikan di MA Pondok Pabelan Magelang sudah berjalan dengan baik dan itu dapat terlihat dari outputnya, selain itu juga strategi yang digunakan oleh MA Pondok Pabelan dalam peningkatan pendidikan adalah melalui beberapa strategi. Strategi yang pertama dengan menerapkan dua kurikulumya yaitu kurikulum KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) dan sekaligus menjadi kurikulum khas madrasah Pabelan yang ber-basic dengan kurikulum Pondok Gontor Jawa Timur yang dipadukan dengan kurikulum nasional (Kementerian Agama) yang berlaku di Indonesia, strategi yang kedua dengan diadakannya beberapa kegiatan/program intrakurikuler dan ekstrakurikuler seperti halnya program IAYP (Internatinal Awards for Young People) dan dengan diadakannya program pertukaran pelajar bagi siswa yang berprestasi. Itulah yang menjadi ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang. Faktor penghambatnya adalah kurangnya pengaturan manajemen waktu, sedangkan faktor pendukungnya adalah adanya hubungan kerjasama yang terjalin dengan baik antara MA Pondok Pabelan dengan stakeholders.
9
10
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
PENGESAHAN KELULUSAN
ii
NOTA PEMBIMBING
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
ABSTRAKSI
ix
DAFTAR ISI
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian
6
D. Manfaat Penelitian
6
E. Penegasan Istilah
7
F. Metode Penelitian
8
1. Jenis Penelitian
8
2. Lokasi Penelitian
8
3. Sumber Data
8
4. Metode Pengumpulan Data
9
5. Pengecekan Keabsahan Data
11
11
6. Metode Analisis Data
12
G. Sistematika Penulisan
14
BAB II PENEGASAN ISTILAH A. Pesantren
15
1. Pengertian Pesantren
15
2. Peran Pesantren
15
B. Strategi
17
1. Pengertian Strategi
17
2. Macam-macam Strategi
17
C. Manajemen Berbasis Pesantren
21
1. Pengertian Manajemen Berbasis Pesantren
21
2. Fungsi Manajemen
24
3. Tujuan Manajemen Berbasis Pesantren
25
4. Paradigma Baru Manajemen Baru Pendidikan
26
5. Karakteristik
27
6. Fungsi-fungsi Yang Didesentralisasikan
31
7. Komponen Manajemen
33
BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data
43
1. Sejarah Berdirinya MA Pondok Pabelan
43
2. Visi, Misi, dan Tujuan MA Pondok Pabelan
47
3. Letak Geografis MA Pondok Pabelan
48
4. Struktur Organisasi MA Pondok Pabelan
49
5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan MA Pondok Pabelan
51
12
6. Kondisi Sarana dan Prasarana MA Pondok Pabelan
53
7. Kegiatan di MA Pondok Pabelan
54
B. Temuan Penelitian
57
BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Profil Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang
66
B. Sistem Pendidikan Pesantren Di MA Pondok Pabelan Magelang
66
C. Strategi Yang Diterapkan di MA Pondok Pabelan Magelang
72
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
80
B. Saran
81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran dan perjuangan pesantren.Sejak awal masa kedatangan Islam, terutama pada masa Walisongo hingga masa penjajahan dan bahkan hingga saat ini pesantren telah ikut andil dalam pengembangan pendidikan agama Islam. Karena pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia yang bertujuan untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat. Pendidikan
merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan
manusia menuju kedewasaan baik secaraakal, mental maupun moral untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai hamba di hadapan Khaliqnyadan sebagai pemelihara (khalifah) pada semesta(Tafsir, 1994:15).
14
Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dan keahlian yang diperlukan melalui berbagai program pendidikan yang diselenggarakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (Imtaq), sehingga dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya seseorang mampu dan siap untuk terjun di tengah-tengah masyarakat. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang sekarang ini sudah modern, di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas tertentu untuk menunjang keberhasilan santrinya dalam hal pendidikan salah satunya yaitu madrasah atau tempat pendidikan formal (SD, SMP, SMA, dan juga universitas), tempat dimana para santrinya melakukan kegiatan belajar secara formal yang dibimbing oleh seorang guru (ustadz). Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus dilestarikan dan dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan pada pondok pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa dikatakan lagi sebagai tempat jadul atau ketinggalan zaman.Melainkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan yang unggul.Pondok Pesantren juga terkenal dengan ciri khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang harus dijaga dengan baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut terlibat berpartisipasi secara aktif terhadap pelayanan masyarakat terutama dalam bidang pendidikan.
Dan terlepas dari keberhasilan pondok selama ini,
15
pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi manusia yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal yang kini tersebar di seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin, 2006:112). Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyediakan pendidikan umum dalam pesantren. Kemudian muncullah istilah pesantren modern. Pesantren modern merupakan pesantren yang menggunakan sistem pengajaran pendidikan umum (kurikulum). Jika sebelumnya kyai yang mengatur sendiri semua kegiatan santrinya, sekarang kyai dapat menunjuk seorang santri senior untuk mengatur kegiatan santri di pesantren yang tentunya dengan bimbingan kyai. Pesantren dengan sistem dan karakter tersendiri telah menjadi bagian integral dari intuisi sosial masyarakat, khususnya pedesaan. Meski mengalami pasang-surut dalam mempertahankan misi dan eksistensinya, namun sampai kini pesantren tetap survive. Bahkan beberapa diantaranya muncul sebagai model gerakan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah sosial masyarakat desa. Seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan Magelang Jawa Tengah. Model pendidikan sekarang ini juga memberikan kebebasan kepada lembaga pendidikan untuk membuat kebijakan sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masingatau yang disebut dengan otonomi sekolah yang mengikuti model MBS/M (Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah). Menurut Umiarso dan Gojali dalam bukunya yang berjudul Manajemen Mutu
16
sekolah di Era Otonomi pendidikan (2010:70) mengatakan bahwa MBM/S merupakan pemberian otonomi penuh kepada sekolah/madrasah untuk melakukan pengelolaan perbaikan kualitas. Otonomi yang demikian, akan membuat sekolah mempunyai kewenangan yang lebih besar sehingga sekolah lebih mandiri dan berpotensi. Menilik pelaksanaan pendidikan yang berbasis dengan sistem manajemen pesantren, Madrasah Aliyah (MA) Pabelan Magelang merupakan lembaga pendidikan yang berbasis pesantren yang secara konsisten terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. MA Pondok Pabelan sendiri berdiri pada tanggal 28 Agustus 1965 dan berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Pabelan di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Visi MA Pabelan adalah “Terdidiknya santri menjadi mukmin, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas”. Balai pendidikan di Pabelan Magelang ini didukung oleh sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan terkini dan masa datang. Tenaga pendidik berasal dari para alumni, non-alumni dan bantuan dari Pemerintah Republik Indonesia (RI) yang sebagian besar telah bersertifikat pendidik. Lembaga ini juga bekerjasama dengan berbagai negara, misalnya dengan Pemerintah Mesir melalui program bantuan tenaga pendidik, dan dengan Pemerintah Amerika Serikatmelalui program AMINEF (American Indonesia Exchange Foundation)
17
Kegiatan di Pondok Pesantren dimasukkan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), yang diterapkan sebagai kurikulum khas atau ciri pesantren yaitu KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) yang dipadukan dengan kurikulum Kementrian Agama RI. Di samping itu juga terdapat program ekstrakurikuler yang terbagi menjadi dua bagian, utama dan pilihan. Yang utama antara lain tahfidzul qur‟an, pidato dalam tiga bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), micro teaching, keputrian, kajian kitab dan bedah buku. Dan program pilihannya antara lain IAYP(Internasional Award for Young People), keterampilan (Tata Busana, Desain Grafis, Sablonase, Cetak Sublim), Kesenian, Olahraga. Sedangkan program
intrakurikulernya
adalah
pertukaran
pelajar,
meliputi
AFSIntercultural Program, YES(Youth Exchang and Study), Jenesys (JapanEast Asia Network of Exchang for Student
and Youths).Beberapa tahun
terakhir telah disebutkan di atas dalam rangka kegiatan pertukaran pelajar yang belum pernah ada di lembaga pendidikan unggul di wilayah Magelang. MA Pondok Pabelan Magelang juga telah menghasilkan alumnialumni yang berkiprah dalam berbagai ragam instansi pemerintah, swasta maupun berwirausaha, tersebar di seluruh wilayah nusantara. Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan manajemen yang dilaksanakan di MA Pabelan Magelang dengan judul “Profil Madrasah Aliyah BerbasisManajemen Pesantren (Studi Kasus MA Pondok Pabelan Magelang)”.
18
B. Rumusan Masalah Berdasarkanlatar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan diteliti adalah: 1.
Bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang?
2.
Bagaimana pelaksanaanpendidikan di MA Pondok Pabelan Magelang?
3.
Apakah yang menjadi ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang?
4.
Faktor apa yang menghambat dan mendukung manajemen pesantren di MA Pondok Pabelan Magelang?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang.
2.
Untuk mengetahui apa itu manajemen, dan bagaimana pelaksanaan pendidikan diMA PondokPabelan Magelang.
3.
Untuk mengetahui ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang.
4.
Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung manajemen pesantren di MA Pondok Pabelan Magelang.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini setidaknya memiliki dua kontribusi, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a). Manfaat teoritisnya adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
untuk
perkembangan
dunia
pendidikan
dalam
kajianmanajemen pendidikan berbasis pesantren. b). Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengelola pendidikan Islam seperti pondok pesantren.
19
2. Manfaat Praktis a).Diharapkan bisa menjadi salah satu sumber untuk penerapan pendidikan berbasis pesantren bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia khususnya lembaga pendidikan Islam atau pesantren. b). Memberikan wawasan dan informasi kepada penulis dan pihak lain khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan berbasis pesantren E. Penegasan Istilah 1. Pesantren. Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan yang bersifat tradisional, dimana semua santrinya tinggal dan belajar bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di pesantren. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo, 1982:6).Sedangkan menurut M. Arifin (dalam Dahri, 1997:8) Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
20
sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seseorang atau beberapa orang kyai. Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung dengan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal santri. 2. Sistem Manajemen Berbasis Pesantren Sistem adalah cara, sedangkan manajemen adalah pengelolaan. Manajemen Berbasis Pesantren adalah pengelolaan lembaga pendidikan yang merupakan institusi pendidikan yang melekat dalam kehidupan yang patut untuk dipertahankan dan dikembangkan. Menurut Qomar (dalam Dahri, 2007:10) sistem pendidikan dalam pesantren
mencakup
kurikulum
dan
metodologi.
Pembaruan
(modernisasi) kurikulum dilakukan sengan cara tetap memberikan pengajaran agama islam, sekaligus memasukkan pelajaran umum sebagai substansi
pendidikan.
Pembaruan
metodologi
dilakukan
dengan
menerapkan sistem klasikal atau penjenjangan.Dari segi metode pengajaran tidak lagi menerapkan sorogan atau bandongan, mulai menggunakan berbagai metode pengajaran yang diterapkan pada sekolah umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Pendidikan Pesantren diartikan sebagai cara atau pengelolaanyang berkenaan dengan proses pendidikanyang mempunyai kekhasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
21
F. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lokasi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptifkan dan menganalisa fenomena, aktivitas sosial, sikap, dan pemikiran secara individual ataupun kelompok.
2.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pabelan Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
3.
Sumber Data Menurut sumbernya data penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Data Primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti. b. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung. Adapun sumber yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip-arsip sekolah dan pihakpihak lain yang dapat memberikan informasi.
4.
Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka metode dan langkah-langkah yang akan digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian adalah:
22
a. Wawancara Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa pihak antara lain dengan kepala sekolah, guru, dan siswa sedangkan pertanyaannya meliputi sejarah Pondok Pabelan Magelang dan pengelolaan pendidikannya. Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada obyek sebagai acuan pokok untuk mendapatkan informasi tentangMA Pondok Pabelan Magelang. Dan dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara
terstruktur,
karena
dalam
penelitian
ini
penelitimenetapkan masalah dan pertanyaannya sendiri terhadap pihak yang
terwawancara.
Wawancara
dalam
penelitian
ini
juga
menggunakan pedoman, artinya peneliti berpegang pada pedoman yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam pedoman tersebut telah disusun secara sistematis hal-hal yang akan ditanyakan. b. Observasi Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan mengamati secara langsung di lokasi penelitian terhadap perkataan, segala macam tingkah laku dan hal-hal lain yang dapat dijadikan sumber data dari penelitian yang akan diteliti.Observasi dibagi menjadi menjadi 2 jenis, yaitu :
23
1)
Observasi Partisipati Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti terjun ke lapangan, sehingga peneiliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya.
2)
Observasi Non-Partisipasi Observasi non-partisipasi adalah observasi yang tidak melibatkan peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti hanya berpartisipasi saja. Jenis observasi penelitian ini adalah observasi non-partisipatif,
karena peneliti hanya melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan tetapi tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan.Observasi dalam peneilitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang MA Pondok Pabelan Magelang. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadianata, 2007:221). Metode ini di digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan, sebagai pendukung dan pelengkap data primer. Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1)
Dokumentasi primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek.
24
2)
Dokumentasi sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan dari
ungkapan
secara
langsung
olehpihak
yang
bersangkutan. Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari kepala sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip sekolah dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. 5. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas/Kesahihan Data) Agar data dalam suatu penelitian dapat dikatakan valid, maka diperlukan adanya uji keabsahan data. Keabsahan data merupakan konsep penting yang harus diperbarui dari konsep kesahihan data (validitas) dan keandalan (realibilitas). Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, salah satunya adalah derajat kepercayaan (credibility). Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk pemeriksaan melalui sumber lainnya untuk keperluan pembanding dengan tujuan meningkatkan kualitas
penilaian.
Triangulasi
merupakan
salah
satu
teknik
pemeriksaan dari kriteria kredibilitas atau cara untuk meningkatkan keabsahan data dalam penelitian kualitatif. Terdapat enam macam teknik triangulasi, yaitu sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan teori, data, sumber, metode, instrumen,
dan
analitik.
Penelitian
25
ini
menggunakan
teknik
triangulasi. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. 6. Metode Analisis Data Tahap setelah mengumpulkan data adalah menganalisis data. Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.Teknik atau metode analisis data yang digunakanadalah dengan teknik diskriptif analisis karena berupa kata-kata lisan atau atau tulisan tentang tingkah laku yang diamati.Langkah-langkah melaksanakan analisis yaitu: 1. Perencanaan yaitu meliputi perumusan dan pembatasan masalah. 2. Memulai pengumpulan data yaitu peneliti mulai mewawancara beberapa informan yang telah ditentukan. 3. Pengumpulan data dasar yaitu disini peneliti benar-benar melihat, mendengarkan, dan merasakan apa yang ada dengan penuh perhatian. 4. Pengumpulan data penutup yaitu peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan. 5. Melengkapi
yaitu
menyempurnakan
hasil
kegiatan analisis
untuk data
melengkapi dan
menyusun
atau cara
menyajikannya. Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Analisis kualitatif lebih
26
difokuskan
selama
proses
dilapangan
bersamaan
dengan
pengumpulan data. 1. Analisis sebelum di lapangan. Fokus penelitian bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Misalnya, orang ingin mencari pohon jati di hutan. Fokus penelitian adalah ingin menemukan pohon jati. Tetapi setelah masuk ke hutan ternyata tidak ada pohon jatinya. Kalau peneliti kuantitatif pasti akan membatalkan penelitiannya, berbeda dengan penelitian kualitatif yang fokus penelitiannya bersifat sementara sehingga peneliti tidak akan membatalkan penelitiannya tetapi dengan mengubah fokus penelitian. 2. Analisis selama di lapangan. Jika pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai dan jawabannya belum memuaskan, maka peneliti akan meneruskan pertanyaannya sampai tahap tertentu.
27
G. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan Istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Penegasan Istilah adalah teori yang digunakan untuk landasan kerja penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti. Bab III : Gambaran umum MA Pabelan Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, yang berisikan letak geografis, sejarah berdirinya, visi dan misi, program pendidikan, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, kondisi sarana dan prasarana sekolah dan kegiatan di MA Pondok Pabelan. Bab IV : Analisis hasil penelitianyang berisikan tentang profil MA Pondok Pabelan
Magelang
yang
Berbasis
Manajemen
Pesantren,
pelaksanaan pendidikan, keunikan dan kekhasan yang menjadi ciri MA Pondok Pabelan serta faktor penghambat dan pendukung Manajemen Berbasis Madrasah di MA Pondok Pabelan Magelang. Bab V: Penutup yang terdiri dari beberapa kesimpulan yang menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, dan beberapa saran.
28
BAB II LANDASAN TEORI A. Pesantren 1. Pengertian Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan yang bersifat tradisional, di mana semua santrinya tinggal dan belajar bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di pesantren. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo, 1982:6).Sedangkan menurut Nurcholish Madjid (1997:9) dalam bukunya yang berjudul Bilik-Bilik Pesntren menyebutkan bahwa Pesantren adalah bentuk pendidikan Islam di Indonesia yang telah berakar sejak berabadabad silam.Beliau menilai bahwa pesantren mengandung makna ke-Islaman
sekaligus
keaslian
(indigenous)
Indonesia.Kata
“Pesantren”
mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren. Sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta “sastri” yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti gurunya kemanapun dia pergi.
29
2. Peran Pesantren Dalam Pendidikan Pesantren merupakan insitusi pendidikan yang melekat dalam kehidupan yang patut dikembangkan. Menjalankan fungsi pendidikan memang menjadi tugas pokok sebuah pesantren. Identitas pesantren adalah lembaga pendidikan, walaupun dalam perjalanannya berbagai fungsi juga dijalankan. Pesantren melakukan perubahan secara bertahap. Para kyai mengadakan modernisasi lembaga di tengah perubahan masyarakat Jawa, tanpa meninggalkan sisi positif sistem pendidikan Islam tradisional. Selain itu juga perubahan yang memang perlu dilakukan dan dijaga agar tidak merusak segi positif yang dimiliki oleh kehidupan pedesaan. Pondok pesantren dalam menjalankan pendidikannya cukup mandiri.Ini ditentukan melalui sistem pengajaran yang digunakan pengajar, di samping itu juga sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren yang dikenal dengan sistem pondok.Yang dengan sistem ini, proses pendidikan berlangsung terus menerus baik di lingkungan madrasah (kelas) maupun di luar kelas. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus dilestarikan dan dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan pada pondok pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa dikatakan lagi sebagai tempat jadul atau ketinggalan zaman.Melainkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan yang unggul.Pondok Pesantren
30
juga terkenal dengan ciri khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang harus dijaga dengan baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut terlibat berpartisipasi secara aktif terhadap pelayanan masyarakat terutama dalam bidang pendidikan.Terlepas dari keberhasilannya selama ini, pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi manusia yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal yang kini tersebar di seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin, 2006:112). B. Strategi 1. Pengertian Strategi menurut Kemp (1995:43) dalam Rusman (2009:556) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Sementara itu, strategi pembelajaran menurut Seels dan Rickey (1994:31) dalam Rusmono adalah perincian untuk memilih dan mengurutkan kejadian ataupun kegiatan dalam pembelajaran (Rusmono, 2012:7). Strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2007:2).Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usmar, 2005:4).
31
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang keseluruhan metode dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Macam-macam Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaranadalah salah satu aspek yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran. Tetapi bukan hanya strategi pembelajaran saja yang penting, faktor karakteristik siswa juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik. Oleh karena itu strategi pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang pendidik adalah juga dengan memperhatikan kecenderungan cara berpikir peserta didik. Strategi pembelajaran yang banyak memberikan celah peserta didik untuk berpendapat adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sendiri, seperti strategi pembelajaran quantum learning and teaching dan strategi pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) (Umiarso dan Gojali, 2010:261). a. Strategi Pembelajaran Quantum Learning and Teaching Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, learning sendiri artinya belajar. Jadi quantum learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi dan hubungan yang ada dalam proses pembelajaran.
32
b. Strategi Pembelajaran Kooperatif Strategi ini merupakan strategi yang menekankan adanya kerja sama antara siswa dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda dalam menyelesaikan tugas kelompok. Sedangkan menurut Hamruni dalam bukunya yang berjudul Strategi dan model-model pembelajaran aktif-menyenangkan (2012: 8) strategi pembelajaran
dapat
diklasifikasikan
menjadi
5,
yaitu:
strategi
pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tak langsung, strategi interaktif, strategi mandiri, dan strategi melalui pengalaman. a. Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan. b. Strategi pembelajaran tak langsung bisa juga disebut dengan inkuiri yang artinya berlawanan dengan pembelajaran langsung. Jika dalam pembelajaran langsung guru berperan sebagai seorang penceramah, akan tetapi dalam pembelajaran tak langsung guru berperan sebagai fasilitator. c. Strategi pembelajaran interaktif menekankan peserta didik untuk berdiskusi. d. Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri peserta didik.
33
Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang pendidik memberikan suasana yang menyenangkan dan memudahkan peserta didik agar mudah menerima dan menyerap ilmu/pelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Adab bab Qoulun Nabiyy 20/28 yang berbunyi:
صلَّي هللاُ َعلَ ْي ًِ َو َسلّ ْم قَ َل يَ ِّسر ُْوا َ ك َع ْه الىَّبِي ِ َِع ْه اَوَسْ بِ ْه َمال )َو َ ُ َ ِّسر ُْوا َو َ ِّر ُْوا َو َ ُىَفِّر ُْوا (رواي البخاري “Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, permudahlah mereka, janganlah mempersulit, dan gembirakanlah serta janganlah membuat mereka lari (menjauhi kamu)” (HR. Bukhori) (Shahih Bukhori, 20/288). Hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dalam kitab „alim ini juga sesuai dengan firman Allah yang menjelaskan strategi pembelajaran yaitu tentang memberikan kemudahan (saat proses pembelajaran) dalam penggalan surat Al-Baqoroh ayat 185, yang berbunyi:
)١٨٥:ي ُِر ْي ُدهللاُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َو َ ي ُِر ْي ُدبِ ُك ُم ْال ُ س َْر(البقرة Artinya:...Allah
menghendaki
kemudahan
bagimu,
dan
tidak
menghendaki kesukaran bagimu....(QS, 2:185). Prinsip memberikan kemudahan ini tergambar juga dalam pengajaran Rosulullah kepada para sahabatnyaMuslim dalam kitab shahihnya (pada bab yang menerangkan tentang sikap cerdas Rosul dalam memberikan nasihat)meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata: “pada suatu saat kami tengah duduk menunggu di samping pintu rumah Abdullah bin Mas’ud, Yazid ibn Mu’awiyah Al-Nakha’i lewat di dekat
34
kami, maka kami berkata: Tolong beritahu Abdullah bin Mas’ud bahwa kami menunggunya. Maka diapun menyampaikannya sehingga tak berapa lama kemudian Abdullah ibn Mas’ud keluar menemui kami, lalu dia berkata: Aku telah diberitahu bahwa kalian menunggu. Sebenarnya aku telah mengetahui kedatangan kalian, namun aku khawatir saat ini kalian akan merasa bosan belajar kepadaku. Karena sesungguhnya Rasulullah sendiri selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan kami (sebelum beliau menyampaikan pelajaran), sehingga tiak setiap hari beliau menasehati/mengajar kami lantaran khawatir kami akan bosan (Hamruni, 2012:72-73). Tugas pendidik adalah memberikan model perilaku yang baik karena peserta didik dapat memperoleh contoh melalui peniruan yang tepat dalam proses belajar mengajar, seperti dalam firman Allah surat al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
َ لَقَ ْد َك َ ان لَ ُك ْم فِ ْي َرس ُْى ِ هللاِ اُس َْىةٌة َ َسىَتٌة لِ َم ْه َكاَن يَرْ ُىاهللاَ َو ْاليَ ْى )۲١: سا
ْا َ ِ َر َوﺬَ َك َر هللاَ َكثِي َْر (ا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah
itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS, 33:21). C. Manajemen Berbasis Pesantren 1. Pengertian Manajemen Manajemen adalah pengelolaan. Manajemen juga dapat diartikan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
35
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Istilah manajemen mempunyai banyak arti, namun secara umum manajemen diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Jika ditinjau dari aspek pendidikan, maka arti dari manjemen adalah sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan sejumlah fungsi tertentu. Manajemen menurut Hamalik (1991:29) adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dengan cara menggerakkan orang lain. Sedangkan menurut Made Pidarta (1988:17) manajemen adalah pusat administrasi, administrasi berawal dan berakhir pada manajemen. Maksudnya manajemen adalah suatu aktivitas yang menjadi pusat administrasi, pusat atau inti kerjasama antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam perspektif pendidikan, manajemen adalah sebuah alat yang digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat penting karena sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola dengan baik. Jika manajemennya baik maka akan memudahkan terwujudnya suatu tujuan (pendidikan).
36
Berbasis dari kata basis atau bisa diartikan dengan dasar.Madrasah atau pondokpesantren merupakan suatu lembaga pendidikan atau tempat berlangsungnya proses pendidikan (KBM). Pendidikan Berbasis Pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung di dalam pondok pesantren (Halim, 2005:115). Kemajuan
dan
keberhasilan
pondok
pesantren
atau
madarasahtergantung bagaimana kyai atau kepala madrasah itu sendiri mengatur dan mengelola pendidikan.Kyai atau kepala madrasah di sini bertugas
sebagai manajer yaitu penggerak aktivitas operasional dan
memainkan peran sebagai pembuat strategi, pemimpin, administrator, dan penyelesai masalah. a.
Sebagai
pembuat
mempertimbangkan
strategi, misi
dan
seorang
manajer
tujuan
organisasi,
harus
bisa
memikirkan
kemungkinan hal-hal yang akan terjadi dan menentukan arah atau tujuan yang akan diambil. b.
Sebagai pemimpin, seorang manajer harus mampu memberi dorongan (motivasi) dan membantu personil lainnya.
c.
Sebagai administrator, seorang manajer harus bisa membuat dan mengimplementasikan sistem untuk membantu pelaksanaan tugas organisasi dan menyusun pedoman proses kerja sesuai kebutuhan.
37
d.
Sebagai penyelesai masalah, seorang manajer harus mampu berpikir logis dan luwes serta membantu orang lain dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Saroni (2006:21) kepala sekolah adalah seorang manajer.
Dialah yang mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan sekolah. Dengan posisi sebagai manajer, kepala sekolah mempunyai kewenangan penuh terhadap arah kebijakan yang ditempuh menuju visi dan misi sekolah. Kemampuan manajemen ini sangat mendukung pada saat mengatur personil/SDM yang dimiliki sekolah secara tepat, penggunaan sarana, dan alokasi pemakaian dana yang ada di sekolah. Baik dan buruknya, merosot dan berkembangnya sebuah lembaga pendidikan adalah tergantung bagaimana sekolah itu diatur atau dengan kata lain bahwa kemajuan sekolah itu tergantung pada bagaimana kepala sekolah mengatur kegiatan sekolah dengan semua personil yang ada secara maksimal. Jadi sangatlah jelas, bahwa kepala sekolah sangat berperan penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Tapi perlu ditegaskan, bahwa semua itu bukan hanya tugas dan kewajiban kepala sekolah saja, akan tetapi semua itu merupakan tugas bersama antara semua komponen yang berada di lingkungan sekolah itu sendiri. 2. Fungsi Manajemen Terdapat empat fungsi manajemen menurut G. R. Terry dalam Rusman (2009:122), yaitu: (1) planning (perencanaan); (2) organizing
38
(pengorganisaian);
(3)
actuating
(pelaksanaan);
(4)
controlling
(pengawasan). a.
Perencanaan (Planning) Arti penting perencanaan adalah memberikan kejelasan arah untuk setiap kegiatan sehingga dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
b.
Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan yang efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan tertentu.Tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu (a) perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu orang; (c) pengadaan
dan
pengembangan
suatu
mekanisme
untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. c.
Pelaksanaan (Actuating) Dari
rangkaian
proses
manajemen,
pelaksanaan
(actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek
abstrak
proses
39
manajemen,
sedangkan
fungsi
actuatingjustru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. d.
Pengawasan (Controlling) Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi yang terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
3. Tujuan Manajemen Menurut Raharjo dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah tujuan Manajemen Berbasis Sekolah dibagi menjadi empat, yaitu: a.
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b.
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c.
Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
d.
Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. Sedangkan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Umiarso dan
Gojali (2010:80) adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui sumber daya yang ada, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana kondusif.
40
4. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagai konsekuensi logis bagi manajemen pendidikan di Indonesia adalah perlu dilakukannya penyesuaian terhadap manajemen paradigma lama menuju manajemen paradigma baru yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis. Pergeseran paradigma pendidikan dasar dan menengah telah tercermin dalam visi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum dalam GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) 1999 ” Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas sehat, disiplin, bertanggung jawab, trampil, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi”. Amanat GBHN (Garis Besar Haluan Negara) ini menyiratkan suatu kekhawatiran yang mendalam dari berbagai komponen bangsa terhadap prestasi sistem pendidikan nasional yang kini tampak mulai menurun dalam mempersiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang tangguh dan mampu bersaing di era tanpa batas ke depan (Raharjo, 2003:7). Tabel 1 Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan Paradigma Lama
Paradigma Baru
Melaksanakan program
Merumuskan/melaksanakan program
Keputusan terpusat
Keputusan bersama
Ruang gerak terbatas
Ruang gerak fleksibel
Basis birokratis
Basis profesional
Sentralistik
Desentralistik
41
Diatur
Mandiri
Malregulasi
Deregulasi
Mengontrol
Memotivasi
Mengarahkan
Memfasilitasi
Boros
Mengelola resiko
Individual
Kerjasama
Informasi terbatas
Informasi terbuka
Pendelegasian
Pemberdayaan
Organisasi vertikal
Organiasi horisontal
5. Karakteristik Karakteristik sekolah yang menerapkan sistem Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah perlu mengoptimalisasikan aspek-aspek tertentu, yaitu meningkatkan kinerja organisasi sekolah, proses pembelajaran, pengelolaan sumber daya dan administrasi. Menurut Raharjo (2003:40) dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah, MBSmemiliki karateristik yang harus dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya yang meliputi komponen pendidikan dan perlakuannya pada setiap tahap pendidikan input, proses dan outputnya. Pada hasil pendidikan (output ) diharapkan mendapatkan prestasi akademik dan non-akademik. Prestasi akademik misalnya NEM, lomba karya ilmiah, olimpiade siswa berprestasi. Sedangkan nonakademik berupa kesenian, olah raga, kejujuran, kerajinan, pramuka dan lain-lain.
42
Pada proses pendidikan biasanya penekanannya pada : 1) Proses Belajar Mengajar (PBM) yang menekankan pada belajar hidup bersama dan belajar menjadidiri sendiri. 2) Kepemimpinan sekolah yang tangguh,memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat dan mampu meningkatkan mutu sekolah sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 3) Lingkungan sekolah yang tertib, aman dan nyaman. 4) Pengelolaan tenaga pendidik yang efektif. 5) Sekolah memiliki kualitas informasi untuk perbaikan hasil diikuti penghargaan atau sanksi. 6) Sekolah memiliki kebersamaan yang kompak tanpa adanya kelompok tertentu yang menghambat kemajuan sekolah. 7) Sekolah memiliki kewenangan yang merupakan kesanggupan kerja dan tidak menggantungkan orang lain. 8) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Karena hubungan antara sekolah dan masyarakat merupakan bagian sekolah yang paling tinggi terutama di bidang akademik dan non-akademik. 9) Keterbukaan antara warga sekolah dan masyarakat, terutama komite sekolah. Apalagi manajemen tersebut menyangkut perencanaan anggaran RAPBSdan penggunaan uang sekolah. Komite sekolah harus tahu menyangkut anggaran sekolah, seperti dana BOS, dan anggaran rutin sekolah lainnya.
43
10) Sekolah memiliki kemauan untuk berubah menjadi lebih baik. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik sekolah, prestasi akademik dan non-akademik. 11) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan. Evaluasi bukan hanya sekedar untuk mengetahui daya serap dan kemauan siswa menerima mata pelajaran, tetapi evaluasi dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk memperbaiki dan menyempurnakan PBM di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 12) Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan sekolah terutama menyangkut mutu sekolah. 13) Sekolah memiliki komunikasi yang baik antara warga sekolah dalam membentuk kebersamaan yang kokoh sehingga kegiatan sekolah bisa dilakukan secara merata. 14) Sekolah memiliki akuntabilitas (pertanggungjawaban) terhadap prestasi penyelenggaraan program sekolah yang nantinya harus dilaporkan kepada pemerintah, orang tua dan masyarakat. Pada Input pendidikan : 1) Pendidikan memiliki kebijakan, tujuan dari sasaran program yang jelas.
Kebijakan,
tujuan,
dan
sasaran
sekolah
harus
disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam pemikiran, tindakan, dan karakter yang kuat oleh warga sekolah. 2) Sumber daya yang tersedia. Sekolah harus memiliki sumber daya yang memadai, baik itu sumber daya manusia atau sumber daya
44
lainnya seperti uang, peralatan/perlengkapan, dan lain-lainnya untuk menjalankan proses pendidikan. 3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. 4) Memiliki harapan prestasi tinggi. Sekolah harus memiliki komitmen dan dedikasi tinggi untuk mencapai prestasi serta anak didik yang mempunyai motivasi untuk meningkatkan prestasi sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. 5) Fokus pada pelanggaran. Anak didik merupakan fokus utama semua kegiatan proses pembelajaran yang dikerahkan di sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kepuasan siswa. 6) Manajemen
kelengkapanyang
dibutuhkan
sekolah
akan
membantu kepala sekolah mengelola sekolah denganefektif. 6. Fungsi-Fungsi Yang Didesentralisasikan 1) Perencanaan dan Evaluasi Rencana peningkatan program berfungsi untuk menganalisis kebutuhan program sekolah. 2) Pengelolaan Kurikulum Sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), bahwa tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional dimana program dengan pendekatan kompetensi lebih sesuai dan pas dikelola melalui MBS, sekolah akan leluasa dalam mengimplementasikan kurikulum dan dalam pengembangan muatan lokal serta menyiapkan keterampilan bagi peserta didik.
45
3) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan kegiatan utama sekolah dimana sekolah diberi kebebasan memilih strategi atau metode pembelajaran yang efektif. 4) Pengelolaan Ketenagaan Pengelolaan tenaga kependidikan dan lainnya mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja dapat dilakukan oleh sekolah. 5) Pengelolaan Fasilitas Pengelolaan fasilitas khususnya yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar (PBM). 6) Pengelolaan Keuangan Keuangan di sekolah merupakan bagian yang penting, karena setiap kegiatan membutuhkan dana. Untuk itu, sekolah perlu pengelolaan keuangan yang baik. 7) Pengelolaan Layanan Siswa Pengelolaan layanan kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar. 8) Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Hubungan
masyarakat
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, serta penghargaan dari publik suatu badan khususnya dan masyarakat umumnya (Suryosubroto, 2004:154).
46
Tabel 2 Fungsi-fungsi Pendidikan yang di Desentralisasikan ke Sekolah. Perencanaan &Evaluasi Pengelolaan Kurikulum Pengelolaan PBM Pengelolaan Ketengaan
Proses Belajar Mengajar
Pengelolaan Fasilitas Pengelolaan Keuangan Pengelolaan Siswa
Prestasi siswa dan Tamatan
Layanan
Penelolaan Hubungan Sekolah-Masyarakat Pengelolaan sekolah
Iklim
Masukan Pendidikan 7.
ProsesPendidikan
Hasil Pendidikan
Komponen-Komponen Manajemen dalam MBS Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S. Poerwodaminto, 1984:104 ). Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh. Ada tujuh komponen manajemen sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, yaitu: 1.
Manajemen Kurikulumdan Program Pengajaran Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar yang diprogramkan dan direncanakan dan dirancang atas dasar norma yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
47
Kurikulum dan program pengajaran merupakan pijakan dalam proses pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah lembaga
pendidikan.
Kurikulummerupakanseperangkatrencanadanpengaturanmengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan
kegiatanpembelajaranuntukmencapaitujuanpendidikan
tertentu.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengankekhasan,kondisidanpotensidaerahsatuanpendidikan danpeserta didik.Olehsebabitukurikulumdisusunolehsatuanpendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian
program
pendidikan
dengan
kebutuhan dan potensi yangada di daerah. Perencanaan dan pengembangan
kurikulum
nasional
pada
umumnya
telah
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang bersifat nasional, sekolah tidak berhak mengurangi isinya. Yang
48
boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang disesuaiakan sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing. Sekolah pengajaran
diharapkan serta
dapat
mengembangkan
melaksanakan
pengawasan
program dalam
pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai menejer, ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah yang harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009:41), empat langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan program. 2. Manajemen Tenaga Kependidikan Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru sebagai
pendidik
maupun
tenaga
kependidikan.
Adanya
pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Menurut
Mulyasa
(2009:42)
manajemen
tenaga
kependidikan (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan
49
pegawai,
(2)
pengembangan
pengadaan pegawai,
pegawai, (4)
(3)
promosi
pembinaan dan
mutasi,
dan (5)
pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai. Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003:46) menyatakan bahwa “Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya”. Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu kelancaran
MBS
di
sekolah
yang
dipimpinnya.Hal
ini
menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada sebuah sekolah apabila kepala sekolah memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang melibatkan semua unsur pengelola sekolah. 3.
Manajemen Kesiswaan Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009:46-47) menyatakan bahwa “Manajemen kesiswaan adalah penataan dan
50
pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
Manajemen
kesiswaan
bukan
hanya
berbentuk
pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985:21) dalam Mulyasa (2009:46) sebagai berikut: a.
Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu.
b.
Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid kelas dan program studi.
c.
Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar.
d.
Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti:
pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa.
e.
Pengendalian dan disiplin murid.
f.
Program bimbingan dan penyuluhan.
g.
Program kesehatan dan keamanan.
h.
Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.
51
Nurkholis (2003:46) dan Rohiat (2008:67) menyatakan bahwa “Yang diperlukan dalam manajemen kesiswaan adalah intensitas dan ekstensinya.” Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah bahwa sekolah tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak saja, akan tetapi juga harus mengembangkan sikap kepribadian, aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas intelejen, emosional, maupun spiritualnya. 4.
Manajemen Keuangan atau Pendanaan Keuangan merupakan salah satu sumber daya dari sekolah yang secara langsung menunjang kelangsungan dari sekolah tersebut dalam efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, hal tersebut akan jauh lebih terasa, karena menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola, mengevaluasi, serta
mempertanggungjawabkan penggunaan
keuangan secara transparan. Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatankegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah (Nurkholis, 2003:46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah (Rohiat, 2009:66).
52
Mulyasa (2009:48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan dan pembiayan sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat.” Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa tanggungjawab yang besar dari semua komponen sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran. Dengan penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam hal peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis akan tercukupi sehingga sekolah dapat berjalan dengan lancar, teratur dan bertanggungjawab. 5.
Manajemen Sarana dan Prasarana Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal yang harus dicapai oleh stuan pendidikan pada sarana dan prasarana sesuai Permendiknas nomor 24 tahun 2007. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pemimpin, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
53
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor sarana dan prasarana yang dapat dipergunakan dan menunjang proses pendidikan atau
proses belajar mengajar (PBM).
Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru maupun murid untuk berada di sekolah. Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa (2009:49) menyatakan bahwa “Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran”. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan
sekolah
yang
54
bersih,
rapi,
indah
sehingga
menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Nurkholis (2003:46) dan Rohiat (2008:66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan hingga pengembannya. Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam MBS, sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan kebutuhan fasilitas untuk pengembangan sekolahnya masingmasing. 6.
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.Menurut Mulyasa (2009:50) tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: 1) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak. 2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat. 3) Menumbukan minat masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke masyarakat melalui laporan kepada orang tua siswa, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit),
55
penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan tahunan.Esensi
dari
hubungan
ini
adalah
meningkatkan
keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari dulu telah didesentralisasikan (Nurkholis, 2003:46-47 dan Rohiat, 2008:67). Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kelangsungan sebuah sekolah tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan masyarakat yang harus merasa memiliki sekolah. Keduanya saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan Indonesia. 7.
Manajemen Layanan Khusus Menurut Mulyasa (2009:52) manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah. a.
Manajemen Perpustakaan Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang
perkembangan
peserta
didik
perkembangan
pengetahuan.
Disamping
memungkinkan
bagi
untuk
56
guru
dalam
hal
itu
juga
mengembangkan
pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi. b.
Manajemen Kesehatan Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus meningkatkan jasmani dan rohani siswa.Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.
c.
Manajemen Keamanan Dengan memberikan keamanan dalam mengikuti proses belajar dan mengajar bagi komponen sekolah, diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik dan subtansi-subtansi lainnya.
57
BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Berdirinya. Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan adalah lembaga yang berdiri di tengah-tengah masyarakat Pabelan yang didirikan oleh KH. Hamam Dja’far pada tanggal 28 Agustus 1965. Awalnya nama balai pendidikan ini adalah Pondok Pabelan yang tidak lain hanyalah sebuah pondok pesantren tempat di mana orang-orang belajar mengaji seperti pondok-pondok lainnya. Pondok Pabelan yang pada masa itu berada di bawah pimpinan KH Muhammad Ali sangat berkembang pesat, banyak orang-orang berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia untuk belajar Islam di sini, karena meskipun banyak pondok-pondok pesantren di wilayah Magelang di Pondok Pabelanlah yang menjadi tempat pusat dakwah Islam yang berkembang dan kemudian beralih nama menjadi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan Magelang seperti yang dikenal saat ini. Nama Pabelan sendiri menurut sejarahnya adalah berasal dari kata “bela” atau “pembela”, karena pada saat itu terjadi pemberontakan pada masa pimpinan Pangeran Diponegoro (1825-1830) di kawasan Magelang. Desa Pabelan termasuk salah satu markas dari pengikut setia Pangeran Diponegoro yaitu Kyai Maja, beliau bersama santri Pondok Pabelan ikut serta untuk membela perjuangan Pangeran
58
Diponegoro. Sejak saat itulah kondisi pondok Pabelan naik turun bahkan pada tahun 1953 kondisi pondok sangat memprihatinkan dimana Pondok Pabelan ini tidak berfungsi sama sekali yang tertinggal hanyalah bangunan tua dari bambu. Kemudian pada tahun 1965 muncullah sosok pemuda Pabelan yang mempunyai pemikiran modern yaitu KH. Hamam Dja’far, beliau
terketuk hatinya untuk mengembalikan suasana pondok seperti
awal berdirinya, dengan cara membuka kembali Pondok Pabelan dengan wajah baru bernama Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan. KH. Hamam Dja’farmerupakan orang Pabelan asli yang nyantri di Pondok Gontor Ponorogo Jawa Timur selama 8 tahun. Beliau merasa mempunyai tanggung jawab untuk kesejahteraan masyarakat Pabelan terutama dalam bidang pendidikan. Untuk itu pada hari sabtu tanggal 28 Agustus 1965 secara resmi telah dibuka kembali sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelanyang tentunya tidak luput dari dukungan berbagai pihak desa dan tokoh agama dan dari sinilah pondok Pabelan mulai bangkit lagi dan berkembang pesat terbukti dengan lahirnya beberapa tokoh penting dari Pondok Pesantren Pabelan ini. Kemudian pada tanggal 31 Agustus 1965 terbentuklah lembaga yang menaungi Balai Pendidikan Pondok Pesantren yaitu lembaga sosial desa dan forum musyawarah yang berfungsi untuk membahas dan mengambil langkahdalam mengembangkan pondok pesantren yang bernama Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Pabelan yang anggotanya terdiri dari para sesepuh dan masyarakat serta pamong desa Pabelan.
59
Madrasah Pondok Pesantren Pabelan ini terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk desa Pabelan, tidak ada batas-batas pemisah yang berupa pagar, gerbang ataupun bangunan-bangunan lain yang memisahkan bangunan Madrasah Pondok Pesantren Pabelan dengan bangunan masyarakat Pabelan setempat, justru pada saat itu di tengah-tengah Pondok Pabelan terdapat rumah warga yang kemudian rumah tersebut dijadikan ruang belajar di Madrasah Pondok Pabelan sampai saat ini.
Hal ini
dimaksudkan agar tidak ada jarak yang terlihat dan juga untuk memperlihatkan kepada msyarakat luar bahwa antara Madrasah Pondok Pabelan dengan masyarakat sekitar memiliki hubungan yang sangat baik. Lembaga yang berada di bawah naungan Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Pabelan ini menyelenggarakan pendidikan untuk santri putra maupun putri yang menerapkan kurikulum khas pesantren yaitu Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyahatau biasa disebut dengan KMI yang dipadukan dengan Kurikulum Kementerian Agama Republik Indonesia. Arah pendidikannya adalah kemasyarakatan dan mencetak santri menjadi pribadi mandiri, sedangkan kualifikasi pesantrennya adalah sesuai dengan kurikulum yaitu menguasai dengan baik ilmu-ilmu agama (Shorof, Nahwu, dan Fiqh) Pondok Pesantren Pabelan menyelenggarakan pendidikan selama 6 tahun untuk santri putra dan putri lulusan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan 4 tahun lulusan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah karena 1 tahun untuk program kelas Takhassus guna
60
mendalami ilmu agama dan mempersiapkan santri untuk masuk ke jenjang MA dan 3 tahun untuk program MA. Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan awalnya hanyalah lembaga pendidikan non-formal pada saat belum ada pergantian nama yaitu Pondok Hamam
Pabelan, kemudian pada tahun 28 Agustus 1965 KH.
Dja’far
menyelenggarakan
kegiatan
pendidikan
dengan
menggunakan nama Pesantren Pabelan, di dalamnya terdapat kurikulum KMI
(Kulliyatul
Mu‟allimin
Al-Islamiyah)
dan
menjadi
dasar
pembelajaran di sini. Kemudian pada tanggal 11 Mei 1991 sebelum KH. Hamam Dja’far meninggal, beliau meresmikan Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Pabelan mempunyai legalitas formal, dan beliau juga mengajukan ke Departemen Agama Republik Indonesia untuk membuka program MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Kurikulum KMI itu sendiri adalah lembaga yang mengelola atau penanggungjawab kegiatan belajar mengajar yang kemudian disetarakan dengan SMA berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) No.25/C/Kep/MN/2005. Maka setelah itu KMI sudah sesuai dengan kurikulum Pendidikan Nasional.Sedangkan yang Madrasah Aliyah (MA)mendapatkan SK Pendirian MA pada tahun 1991 dengan nomer WK/5.d/218/pgm/MA/1991, status terdaftar pada tahun 1998Diakui danpada tahun 2005 terakreditasi A, yang pada saat itu diketuai oleh Drs. H. Wasit Abu Ali . Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari KMI dan KMI sendiri
61
merupakan bagian yangtak terpisahkan dari Pondok Pesantren. Dengan model yang telah dipilih tersebut diharapkan bisa terbentuk profil lulusan Pondok Pesantren Pabelan
yang kompeten
dalam bidang
keislaman, kebahasaan, sosial kemanusiaan dan sikap mental. Dan berikut adalah gambarannya.
1 2 3
4
5
Gambar 1 Model Kewilayahan Dan Kelembagaan Pesantren Pabelan Keterangan: 1) 2) 3) 4) 5)
Pondok pesantren Pabelan KMI (Kulliyatul Mu’allimien Al-Islamiyah) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Madrasah Aliyah (MA) Takhassus
2. Visi dan Misi Visi MA Pondok Pesantren Pabelan adalah terdidiknya santri menjadi mu’min, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh MA Pondok Pesantren Pabelan adalah:
62
1) Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyah, mandiri, dan bebas. 3) Menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan pendidikan nasional. 4) Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenali jati diri dan lingkungannya serta mempunyai motivasi dan keberanian untuk memilih peran di masyarakat sesuai dengan kemampuannya. 5) Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri yang berkhidmat kepada masyarakat, Negara, dan Agama. Dan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Terciptanya kehidupan religius di lingkungan MA (Madrasah Aliyah) Pondok Pabelan yang diperlihatkan dengan perilaku ikhlas, mandiri, sederhana, ukhuwah dan kebebasan berkreasi. 2) Diperolehnya prestasi akademik yang baik alumnus MA Pondok Pesantren khususnya dalam kebahasaan (Arab dan Inggris). 3) Diterimanya lulusan MA Pondok Pesantren Pabelan di perguruan tinggi yang berkualitas dan di masyarakat. Balai Pendidikan Pondok Pesantren juga mempunyai Panca Jiwa Pondok yaitu keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyah, berdikari dan bebas. Yang diharapkan nantinya Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan memiliki output yang sesuai dengan panca jiwa pondok tersebut. 3. Letak Geografis
63
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan terletak di sebelah selatan kota Magelang tepatnya di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Komplek seluas kurang lebih 7,0 Ha ini berada di tengah pemukiman penduduk warga Pabelan. Secara geografis, letak komplek Pondok Pabelan di Jalan Magelang-Yogyakarta km 12, dari Muntilan 5 km, dan dari Borobudur 9 km. Dengan batas-batas desa sebagai berikut: a) Di sebelah timur berbatasan dengan dusun Tangkilan b) Di sebelah selatan berbatasan dengan dusun Pabelan c) Di sebelah barat berbatasan dengan dusun Santan d) Di sebelah utara berbatasan dengan dusun Batikan 4. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu susunan atau bagan yang menunjukkan hubungan kerjasama (posisi) yang ada antara bagian satu dengan bagian lainnya pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan tertentu. Pengurus Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Pabelan, sebagai berikut: Ketua
: Prof. Dr. Bahtiar Efendi KH. M Basri Bakri
Sekretasis
: Rajasa Mu’tasim, M. Si Fajar Hidayanto, MM
Bendahara
: Drs. H. Farid Ismail, M. Hum Dr. Zuhad Masduqi
Anggota
: Drs. H. M Habib Chirzin
64
Prof. Dr. Komarudin Hidayat Dr. Qowaid Masyhuri, APU Dr. Imam Munajat Dr. H. Mahfudz Masduqi Dr. Jamhari Ma’aruf Siti Ambar Fathonah Tabel 3 Struktur Organisasi MA Pondok Pesantren Pabelan Tahun Ajaran 2011-2016 Yayasan
Kemenag
Pimpinan
DIR. KMI
Kepala MA
Komite
Muhammad Mudzakir, M. Ag
M. Nasirudin MA
TU Masrukhin, S. Pd.I
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka Saspras
Waka Humas
Jauharoh Hasanah, S. Pd
Drs. Ahmad Hisyam
Drs. Zaenal Arifin
Siti Nurchayati, S. Ag
Koordinat or MGMP PKN Widiastuti k, S.Sos
Koordinat or MGMP MIPARizk y Amelia S, S.Si
Koordinat or MGMP Agama Drs. Khudori
Koordinat or MGMP Geografi Drs. Hasan Qodri Guru
Siswa
65
5. Keadaan Guru, siswa dan Karyawan 1. Keadaan Guru Guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan. Dan salah satu upaya yang dilakukan oleh seorang guru adalah dengan cara meningkatkan kompetensi yang ada dalam dirinya. Status kepegawaian semua (MTs dan MA) guru tetap berjumlah 22 dengan rincian 14 laki-laki dan 8 perempuan, sedangkan guru tidak tetap berjumlah 7 dengan rincian 4 laki-laki dan 3 perempuan. Dan guru yang berada di MA PondokPesantren Pabelan berjumlah 17 guru, berikut daftar nama guru MA Pondok Pesantren Pabelan dan tugas-tugasnya. Tabel 4 Data Guru MA Pondok Pesantren Pabelan NO NAMA GURU
Tugas Pendidik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8 9 10 11 12 13
Balaghoh Al-Qur’an Hadits Fiqh B. Arab Ushul Fiqh Tarbiyah Matematika B.Indonesia B.Inggris Diyanah TIK Matematika
M. Mudzakir, S. Ag, M. Ag KH. Hanafi Yusya’, S. Pd. I Drs. Ahmad Hisyam Drs. Khudori M. Chozin, SH Muh Anwarudin, S. Pd.I Drs. Zaenal Arifin Drs. Jumari M. Nasirudin, MA Jauharoh Hasanah, S. Pd Ahmad Djunaedi, BA M. Nur Mustofa, S. HI Elly Amalia, S. Pd
66
Tugas Tenaga Kependidikan Ketua Madrasah Pendidik Waka Kesiswaan Pendidik Pendidik Pendidik Waka Saspras Pendidik Pendidik Waka Kurikulum Pendidik Laboran TIK Pendidik
14 15 16 17.
Arifah Adriyanti, S. Tp Rizki Amelia S. S. Pd. Si Malikhatun Nisa’, S. Pd Hidayatun Ni’mah, S. Pd. I
Kimia Fisika B. Inggris Biologi
Pendidik Pendidik Pendidk Laboran Biologi
2. Keadaan Siswa Mayoritas siswa MA Pondok Pesantren Pabelan datang dari daerah-daerah sekitar Pabelan, namun ada juga yang datang dari luar propinsi dan luar jawa. Mereka datang dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Namun demikian mereka tetap satu tujuan yaitu tholabul „ilmi untuk menambah bekal hidup mereka. Siswa yang belajar atau bersekolah di MA Pondok Pesantren Pabelan sebagian besar adalah warga sekitar Pabelan, dan bagi siswa yang berasal dari luar Pabelan diharuskan tinggal di asrama Pondok Pabelan yang sudah disediakan. Karena di Pondok Pesantren Pabelan ini berbeda dengan pondok pesantren lainnya siapa saja yang diperbolehkan dan diwajibkan berasrama. Di Pondok Pesantren ini bagi anak yang berasal dari luar desa Pabelan diwajibkan untuk tinggal di asrama (mondok). Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak kesulitan dalam mengikuti program pendidikan yang ditetapkan oleh MA Pondok Pesantren Pabelan Magelangdan bagi anak daerah boleh “nglaju”danboleh tinggal di asrama. Peserta didik yang berasal dari desa Pabelan juga tidak dipungut biaya sepersenpun akan tetap mereka diwajibkan mengabdi di Pesantren Pabelan selama 1 tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka menjadi penerus pendidikan di daerahnya sendiri yaitu desa Pabelan. Tabel 5 Data Siswa MA Pondok Pabelan Tahun Pelajaran 2013-2014
67
No Kelas 1 XA 2 XB 3 XI IPA 4 XI IPS 5 XII IPA 6 XII IPS 1 7 XII IPS 2 Jumlah Keseluruhan
Putra
Putri
Jumlah 20
23 27 12 11 9 9 11 79
20 32 22 27 10 20 168
20 11 18 1 9 89
3. Keadaan Karyawan Karyawan
merupakan
salah
satu
faktor
penunjang
bagi
keberhasilan proses belajar mengajar (KBM). Karyawan di MA Pondok Pesantren Pabelan bertugas untuk mengurusi bagian administrasi yang berumlah 8 orang karyawan dengan rincian 6 karyawan laki-laki dan 2 karyawan perempuan yang semuanya berstatus tidak tetap. 6. Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah Faktor yang juga ikut menentukan keberhasilan suatu pendidikan adalah terpenuhinya sarana dan prasrana sebagai penunjang yang memadai sesuai dengan kebutuhan, karena faktor ini sangat penting demi tercapainya aktifitas proses belajar mengajar. Keadaan sarana dan prasarana yang ada di MA Pondok Pesantren Pabelan sudah dibilang lengkap dan memadahi, akan tetapi masih ada beberapa yang belum ada di madrasah. Berikut adalah data sarana dan prasarana yang sudah ada di MA Pondok Pesantren Pabelan. Tabel 6 Daftar Sarana dan Prasarana MA Pondok Pesantren Pabelan No.
Jenis Ruang
Baik
68
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Ruang Teori/Kelas Laboratorium IPA Laboratorium Kimia Laboratorium Fisika Laboratorium Biologi Laboratorium Bahasa Laboratorium Komputer Laboratorium Multimedia Ruang Perpustakaan Ruang Keterampilan Ruang Serba Guna/Aula Ruang UKS Koperasi/Toko Ruang BP/BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang OSIS KM/WC Guru Laki-laki KM/WC Guru Perempuan KM/WC Siswa Laki-laki KM/WC Siswa Perempuan Gudang Ruang Ibadah/Masjid Asrama Siswa Santri
Jumlah
Luas (m2)
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 3 1 1 7
432 48 96 96 96 96 96 48 190 40 180 48 48 21 15 80 32 42 36 36 94 94 10 400 434
Semua sarana dan prasarana yang ada di Ma Pondok Pesantren Pabelan dalam keadaan baik dan dapat digunakan. Dan uniknya di MA Pondok Pabelan ini nama-nama gedung disesuaikan dengan yang memberikan bantuan (dana), misalnya bantuan dari Jepang berarti gedung yang dibangun diberi nama Gedung Jepang. 7. Kegiatan Di Madrasah Aliyah Pabelan Banyak kegiatan yang diberlakukan di MA Pondok Pesantren Pabelan Magelang dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan atau skill peserta didik. Misalnya pada awal masuk (pendaftaran), calon peserta didik harus mengikuti dan memenuhi persyaratan masuk yang telah ditetapkan oleh madrasah.
69
Beberapa persyaratan pendaftaran bagi calon peserta didik yang akan masuk ke madrasah (MTs dan MA) Pondok Pesantren Pabelan, yaitu: 1. Persyaratan Umum a) Berijazah Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan yang sederajat (untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah) b) Berijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan yang sederajat (untuk tingkat Takhasus) c) Memiliki NIS (Nomor Induk Sekolah) atau NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) d) Mengikuti ujian masuk Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Pesantren Pabelan e) Mengikuti Tes Kesehatan dan Tes Kemampuan Dasar yang diselenggarakan oleh Pesantren. 2. Persyaratan Pendaftaran a) Membayar formulir pendaftaran sebesar Rp 100.000,00 b) Mengisi formulir pendaftaran c) Menyerahkan fotokopi Akte Kelahiran 3. Syarat Daftar Ulang a) Dua lembar fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) berlegalisir. b) Dua lembar fotokopi Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) berlegalisir. c) Lima lembar pas foto 3x4 hitam putih. d) Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) dari sekolah asal. e) Melunasi iuran-iuran yang telah ditetapkan pada waktu pendaftaran.
70
Dengan Materi Ujian sebagai berikut: a) Baca Tulis Al-Qur’an b) Ibadah Sehari-hari c) Pengetahuan agama d) Pengetahuan Umum e) Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia Kegiatan proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Pabelan Magelang dibedakan menjadi dua yaitu pembelajaran di lingkungan sekolah dan yang ke dua adalah pembelajaran di lingkungan pesantren. Pembelajaran di lingkungan sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang kurikulumnya ditetapkan dengan fasilitas dan metode pendidikan pada umumnya serta dibimbing oleh guru atau ustadz. Kemudian pembelajaran di pesantren adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa santri yang dibantu oleh ustadz/ustadzah yang ditunjuk oleh pengasuh pondok, kegiatan ini adalah bagian dari kegiatan sekolah yang dimaksudkan sebagai media untuk memperdalam materimateri kegiatan yang ada di sekolah. Tabel 7 Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Pabelan No 1 2 3 4 5
Waktu 03.30-04.00 WIB 04.00-05.15 WIB 06.00-06.45 WIB 07.00-12.00 WIB 12.10-12.50 WIB
6 7
13.00-14.20 WIB 14.20-15.15 WIB
Kegiatan Bangun tidur dan sholat Tahajud Shalat subuh berjama’ah Mandi, sarapan Kegiatan belajar mengajar Sholat dzuhur berjama’ah dan Makan siang Kegiatan belajar mengajar Kegiatan intrakurikuler / Les sore 71
8 9 10
15.30-16.00 WIB 16.00-17.00 WIB 17.00-17.15 WIB
11
17.15-18.00 WIB
12 13 14 15
18.00-18.20 WIB 18.20-19.00 WIB 19.00-19.30 WIB 19.30-21.00 WIB
16
21.00-22.00 WIB
Sholat ashar berjama’ah Olahraga / Ekstrakurikuler Mandi dan Persiapan pergi ke Masjid Membaca Al-Qur’an di Masjid dan Sholat maghrib berjama’ah Membaca Al-Qur’an di kamar masing-masing Makan malam Sholat isya’ berjama’ah Belajar mandiri Kegiatan OPPP Istirahat (ke kantin, koperasi, menonton TV)
17
22.00-04.00 WIB
Tidur
B. Temuan Penelitian Temuan penelitian dalampenelitian dapat diketahui dengan metode wawancara dan dokumentasi yang telah didapat oleh peneliti. Metode wawancara ini ditujukan kepada kepala madrasah, guru dan tentunya siswa untuk mengkroscek atau mencocokkan apakah jawaban yang diberikan oleh responden satu sama dengan jawaban responden lainnya. Madrasah Aliyah diPondok Pesantren Pabelan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) yang berstatus swasta dan mempunyai tujuan untuk membentuk insan yang taqwa, cerdas, terampil, mandiri dan santun dalam berperilaku.Dan mempunyai arah pendidikan yaitu kemasyarakatan dan mencetak santri menjadi pribadi yang mandiri.Pelaksanaan Pendidikan di Madrasah Aliyah mengacu pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah
72
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Madrasah Aliyah Pondok Pabelan berusaha untuk mengantarkan peserta didik agar dapat menguasai bahasa asing (Arab dan Inggris) serta menguasai surat-surat dalam Al-Qur’an dan mampu menjadi ahli ibadah, selalu Thalabul Ilmi, membentuk Akhlaqul Karimah, hidup sederhana, dan berkhidmad kepada masyarakat. Setelah menyelesaikan di Madrasah Aliyah, peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi negeri maupun swasta dimanapun sehingga peserta didik mampu menjadi manusia yang siap pakai dalam pembangunan bangsa atau dalam persaingan global. Kepala sekolah juga harus menyiapkan strategi khusus untuk meningkatkan kompetensi guru (tenaga pendidik). Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan bagian dari program pendidikan nasional yang mempumyai fungsi strategis dalam proses sosialisasi dan internalisasi agama Islam, di samping pengembangan intelektualnya. Dalam klasifikasi ranah tujuan pendidikan agama Islam mencakup pembinaan dan pengembangan seluruh aspek kehidupan. Karena kepala sekolah adalah kunci keberhasilan sekolah/madrasah.Di MA Pondok Pabelan cara untuk melakukan perekrutan tenaga pendidik di MA Pondok Pesantren Pabelan melalui 2 cara sesuai dengan yang dijelaskan oleh responden (W4.Rd, 9 : 20-27) yang pertama dengan seleksi atau lamaran, dengan cara calon pendidik memasukkan berkas dan syarat tertentu kemudian pihak madrasah menyerahkan kepada pimpinan setelah itu baru ditentukan, apabila madrasah membutuhkan guru mapel maka ada kesempatan untuk diterima walaupun tidak mesti tetap akan
73
dipertimbangkan. Kemudian cara yang ke dua yaitu DBK (diperbantukan). Maksudnya adalah guru yang diperbantukan untuk Pondok Pesantren Pabelan dari Diknas atau Kemenag. Juga mendapat bantuan dari luar negeri atau tenaga pengajar suka rela dari Amerika Serikat melalui kerja samaAMINEF (American Indonesia Exchange Foundation). Pengembangan kompetensi tenaga pendidik di MA Pondok Pesantren Pabelan adalah melalui : 1) MGMP (Guru Mata Pelajaran), 2) SKIL (pelatihan dan kursus), 3) Workshop dan kegiatan-kegiatan lainnya.Yang pada intinya pihak madrasah akan memberikan fasilitas (keterangan memberikan ijin) kepada tenaga pendidik dan peserta didik untuk mengembangkan kompetensinya atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (W4.Rd,10 : 33-43). Kemudian sejarah kurikulum atau strategi yang diterapkan di MA Pondok Pesantren Pabelan adalah kurikulum KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyyah) yang mengacu atau mengikuti kurikulum Gontor yang berlaku di Pondok Gontor Jawa Timur. Proses pendidikan berlangsung selama 6 tahun setingkat dengan MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Kelas 1,2,3 sederajat dengan MTs dan untuk kelas 4,5,6 sederajat dengan MA. Akan tetapi bagi calon peserta didik yang masuk di MA atau KMI kelas 4,5,6 peserta didik yang memulai pendidikannya di MA Pondok Pabelan dari kelas 1 MA harus mengikuti program Takhassus selama 1 tahun sebagai ganti kelas 1,2,3 agar dapat mengikuti program pendidikan yang berlaku di MA Pondok Pesantren Pabelan. Dengan begitu kelas Takhassus menjadi syarat untuk masuk di kelas 4. Kemudian seiring 74
dengan berjalannya waktu begitu juga dengan kemajuan zaman dan untuk mengikuti program atau kurikulum pendidikan yang ditetapkan oleh kementerian pendidikan di Indonesia pada tahun 1990 MA Pondok Pesantren Pabelan menambahkan kurikulum nasional (Kementerian Agama) sebagai kurikulum tetap. Sehingga terdapat dua kurikulum atau strategi yang diterapkan di MA Pondok Pabelan untuk mengembangkan kompetensi siswanya dengan menerapkan kurikulum KMI dan kurikulum Kementerian Agama RI atau kurikulum nasional. Pelaksanaan pembelajarannya berlangsung dari jam 07.00-14.30 siswa berada di lingkungan madrasah kemudian setelah jam 14.30 siswa kembali lagi ke pondok pesantren untuk mengikuti kegiatan podok yang telah
ditetapkan.
Tanggapan
dari
siswa/santri
tentang
proses
pembelajaranyang ditetapkan oleh madrasah sudah sesuai, karena mereka menyadari bahwa
pendidikan bukanlah pendidikan umum saja tetapi
pendidikan agama juga harus lebih dipelajari lagi. Dan hasilnya juga sudah memuaskan karena motivasi dan minat untuk
siswa/santri juga sangat tinggi
mengikuti program pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh
madrasah. Motivasi sangat penting untuk ditumbuhkan kepada siswa dalam hal perkembangan pendidikan. Agar peserta didik memiliki minat dan semangat belajar lebih tinggi. Karena kualifikasi lulusan pesantren adalah menguasai dengan baik ilmu-ilmu agama dan logika, maka dirumuskan sistem evaluasi sebagai berikut:
75
1. Evaluasi Model Madrasah A. Evaluasi
formatif
yang
dilakukan
di
akhir
satuan
pembelajaran. B. Evaluasi Sisipan dilakukan di tengah semester. C. Evaluasi Sumatif dilakukan di akhir semester yang menentukan keputusan lulus dan tidaknya santri. 2. Evaluasi Model Pondok A. Evaluasi Salafiyah. B. Evaluasi Pelanggaran Tata Tertib. C. Proses Belajar Mengajar yang terdapat di lingkungan pesantren dan lingkungan sekolah. Pengaturan kegiatan siswa/santri di Madrasah Aliyah Pabelan dari sekolah mulai pukul 07.00-14.30 kemudian setelah itu, siswa kembali ke pondok untuk mengikuti kegiatan atau jadwal pondok yang sudah diberlakukan. Kegiatan di luar jam sekolah basic KMI atau pondok sangat terasa karena kegiatan di pondok menggunakan sistem terpadu24 jam nonstop pendidikan. Dan hari libur pondok adalah hari Jum’at. Pengelolaan di bidang keuangan yang ada di MA Pondok Pabelan digunakan untuk memberikan fasilitas kepada peserta didik yang disokong dari pemerintah misalnya melalui dana BOM (Bantuan Opersional Madrasah), BOS (Bantuan Operasional Sekolah), atau bisa juga dengan
76
RAB (Rencana anggaran Belanja) yang diajukan oleh direktur KMI kemudian dialirkan ke kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan kepala Madrasah Aliyah (MA). Sarana dan Prasarana yang terdapat di MA Pondok Pabelan dapat dikatakan sudah memadai atau sudah lengkap, hanya saja terdapat beberapa fasilitas yang penggunaannya secara bergantian. Sarana dan prasarana di MA
Pondok
Pesantren
Pabelan
berasal
dari
beberapa
bantuan/dukunganpihak dalam dan luar negeri misalnya dari IDB (Islamic Development Bank)yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara-negara muslim (anggota IDB) yang pada akhirnya merambah ke dunia pendidikan termasuk memberikan fasilitas-fasilitas belajar. Di Madrasah
Pabelan
perpustakaan
adalah
juga
disediakan
sarana
sarana
penunjang
perpustakaan.
aktifitas
Karena
pendidikan
yang
menyediakan referensi atau sumber informasi. Selain memiliki fungsi akademis, perpustakaan yang didirikan oleh KH Hamam Dja’far
juga
memiliki fungsi filosofis. Hal ini berangkat dari kesadaran beliau tentang wahyu pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad yang berbunyi Iqro‟, sebuah perintah untuk terus membaca. Kemudian ada bantuan berupa Program Penguatan Sains dan Teknologi (STEP 2: Science and Technology Equity Program-2 ) berupa pengadaan laboratorium (biologi, bahasa, kimia,fisika, dan keterampilan tata busana) dan lain-lain. Ada salah satu keunikan di madrasah MA Pondok Pesantren Pabelan gedung-gedung sekolah dan asrama diberi nama sesuai dengan pihak yang menyumbang, seperti gedung yang diberi nama gedung 77
Jepang artinya adalah pihak yang menyumbang untuk pembangunan gedung Jepang tadi berasal dari Jepang. Ada lagi gedung Armada, pihak yang menyumbang untuk pembangunan gedung tersebut berasal dari pemilik perusahaan New Armada yaitu Wan King, dan masih terdapat beberapa gedung yang diberi nama sesuai dengan donatur atau penyumbang dana untuk pembangunan gedung. Semua itu diharapkan dapat mengingat dan menjaga hubungan sillaturrahim dan kerja sama yang baik antara pihak madrasah dengan pihak luar madrasah. Suatu lembaga atau organisasi tidak akan bisa berdiri sendiri melainkan membutuhkan lembaga atau organisasi lainnya untuk membantu perkembangan suatu lembaga atau lembaga yang dikelolanya agar semakin maju dan berkembang. Demikian juga dengan Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pabelan yang membutuhkan dukungan dari pihak lainnya, sebut saja masyarakat Pabelan setempat. Masyarakat adalah penyokong madrasah artinya peran masyarakat sangat penting bagi madrasah untuk menjalankan misi atau tujuannya. Tanpa dukungan dari masyarakat, madrasah tidak dapat maju dan berkembang seperti saat ini.Oleh karena itu, dibentuklah humas (hubungan masyarakat) dan komite agar hubungan madrasah Pondok Pabelan dengan masyarakat setempat tetap terjaga dan terjalin dengan baik. Hubungan lain yang dibangun oleh madrasah dengan masyarakat setempat adalah dengan diadakannya S3 (Sadranan, Supitan, dan Syukuran) yang diadakan satu minggu sebelum menjalankan ibadah puasa, kemudian adanya pengumpulan zakat, qurban, bakti sosial dan masih banyak lagi kerjasama anatara pihak madrasah dan masyarakat Pabelan.
78
Layanan khusus yang disediakan oleh madrasah kepada peserta didiknya adalah dengan memberikan pembinaan ke perguruan yang lebih tinggi, kemudian terdapat juga program IAYP yang berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk minat peserta didik di akhir pendidikannya di madrasah atau setelah lulus kelas 6. Yaitu memilih bakat atau minat sesuai dengan keinginan peserta didik. Setelah peserta didik dianggap sudah mampu dan menguasai bakat atau minat yang dipilihnya, maka peserta didik akan mendapatkan penghargaan dari pihak madrasah. Tujuan dari program ini adalah menghargai pilihan dari setiap peserta. Dengan catatan pilihan itu dijalani secara rutin 1 minggu sekali dengan penuh tanggung jawab dan konsisten. Yang pada gilirannya setiap peserta mempunyai kesempatan untuk berprestasi dalm bidang yang mereka inginkan. Pada bulan November 2007 lalu melalui program ini Pabelan mengirimkan salah satu seorang siswa/santrinya untuk mengikuti konferensi APEC di Australia. Dan Oktober 2011, Pabelan mengirimkan dua santri ke Kenya sebagai duta Indonesia di Gold Event International. Layanan khusus lainnya yang disediakan oleh madrasah adalah layanan kesehatan BKSM (Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat) yang tidak hanya disediakan untuk siswa/santri tetapi juga untuk masyarakat umum lainnya. Lembaga ini juga merupakan wujud kepedulian Pesantren terhadap masyarakat sekitar, yang diresmikan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Pabelan untuk melayani kesehatan santri dan masyarakat. Gedung ini terletak di sebelah utara gedung Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM), menyediakan pelayanan kesehatan antara lain
79
poliklinik; kesehatan ibu dan anak; dan ruang bersalin. Selain BKSM yang menyediakan pelayanan untuk santri dan masyarakat, Bagian Kesehatan OPPP (Organisasi Pelajar Pondok Pabelan) juga ikut bergerak dalam bidang kesehatan santri dan masyarakat dengan menyediakan obat-obatan ringan sebagai langkah pertama penanggulangan penyakit. Sedangkan untuk obatobatan umum dan vitamin-vitamin disediakan langsung oleh Koperasi Pelajar.
80
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Profil Pondok Pabelan Magelang Program pendidikan awal di MA Pondok Pabelan magelang adalah KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) pada tahun kemudian karena tuntutan kemudian pendiri Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan yaitu Kyai Hamam Dja’far mengurus program pendidikan untuk para santrinya ke Departemen Agama yang kemudian mendapat legalitas formal pada tahun 1991 dan program KMI ini diakui atau disetarakan dengan SMA pada tahun 2005. Perjuangan dan kepedulian Kyai Hamam Dja’far terhadap pendidikan sangatlah tinggi terutama pendidikan untuk warga Pabelan.Bukan hanya dalam bidang pendidikan saja, terhadap kesejahteraan masyarakat Pabelanpun beliau perhatikan dengan betul. Yang pada akhirnya hingga saat ini apa yang diusahakan oleh Kyai Hamam Dja’far mendapat apresiasi yang tinggi dan menjadi tumpuan harapan masyarakat terutama warga Pondok Pabelan. B. Sistemdan Pengelolaan Pendidikan di Pondok Pesantren Pabelan Peningkatan mutu pendidikan merupakan pilar pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber 81
daya manusia yang cerdas dan kompetitif. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak yang berkompeten. Tentunya dari kerjasama dua kementerian yaitu Kementerian Pendidikan Nasional yang menaungi sekolah dari tingkat pusat sampai daerah yang merupakan pilar pendidikan di Indonesia dan Kementerian Agama yang juga turut ambil bagian dalam menaungi madrasah dan pondok pesantren di Indonesia dari tingkat pusat sampai daerah. Dua kementerian ini mempunyai karakter dan ciri khas yang berbeda dalam mengelola bobot muatan kurikulum pendidikan. Jika Kementerian Pendidikan Nasional
bobot muatan kurikulum pada mata
pelajaran umum lebih dominan bila dibandingkan dengan mata pelajaran agama, maka Kementerian Agama bobot muatan kurikulum pada mata pelajaran umum lebih sedikit dibandingkan dengan mata pelajaran agama. Dua kementerian di Indonesia ini sudah berkarakter, Kemendiknas berkarakter Pancasila, dan Kemenag berkarakter Al-Qur’an dan Hadits. Penerapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Pesantren di Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang sesuai dengan temuan hasil wawancara adalah sebagai berikut : Yang pertama adalah tentang perekrutan tenaga pendidik di MA Pondok Pabelan Magelang yaitu melalui 2 cara. Cara yang pertama dengan seleksi atau lamaran, caranya calon pendidik memasukkan berkas dan syarat tertentu kemudian pihak madraah menyerahkan kepada pimpinan setelah itu baru ditentukan, apabila madrasah membutuhkan guru mapel maka ada kesempatan untuk diterima. Kemudian cara yang kedua yaitu melalui DBK 82
(diperbantukan), maksudnya adalah guru yang diperbantukan untuk Pondok Pesantren Pabelan dari Diknas atau Kemenag. Untuk perekrutan tenaga pendidik (guru) di MA syaratnya sudah harus lulus S1, di MA Pondok Pesantren Pabelan sendiri memiliki guru dengan jenjang pendidikan formal terakhir S2 sebanyak 2 orang, S1 14 orang dan D3 1 orang. Sedangkan ketenagaan pendidikan (karyawan) di MA Pondok Pesantren Pabelan adalah lulusan (alumni) dari MA Pondok Pesantren Pabelan sendiri atau biasa yang disebut dengan guru santri praktik yang nantinya akan mengabdi bagian atau staf yang telah ditentukan. Ada beberapa staf pengabdian yang akan ditempati oleh
guru
praktik
diantaranya
adalah
staf
pengasuhan,
sekretariat,
perpustakaan, bimbingan konseling, tata usaha KMI, tata usaha MA, tata usaha MTs, koperasi, kantin putra dan kantin putri. Kedua adalah tentang kurikulum strategi pendidikan. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, yang tentunya sangat diperlukan adanya sistem pendidikan dan kurikulum yang bersifat fleksibel dan dinamis serta mampu mengakomodasi keanekaragaman kemampuan siswa, potensi daerah, kualitas sumber daya manusia, sarana pembelajaran. Tentang Kurikulum atau strategi yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang adalah kurikulum KMI (Kulliyatul al-Mu‟allimien Al-Islamiyah) dan kurikulum Nasional (Kementerian Agama) yang nantinya akan ditempuh selama 6 tahun.
Landasan kurikulum
adalah nilai-nilai
keislaman,
kepesantrenan, perjuangan, kebangsaan dan visi misi Pondok Pesantren Pabelan. Sedangkan fungsinya adalah (1) Menyelenggarakan pendidikan
83
formal dengan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan Pendidikan Nasional, (2) Mendidik dan mengantarkan siswa santri untuk mampu menganal jati diri dan lingkungannya, serta mempunyai motivasi dan kemampuan untuk mengembangkan diri sesuai dengan perilaku hidupnya. Dan tujuannya adalah (1) Terselenggaranya pendidikan yang melahirkan siswa santri berakhlak mulia, (2) Terwujudnya kurikulum yang berbasis keIslaman, yang mempunyai keunggulan dalam bahasa Al-Qur’an dan terbuka terhadap perkembangan sains dan teknologi, (3) Tersedianya tenaga pendidik profesional yang didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, (4) Tersedianya sarana dan prasarana sumber belajar yang lengkap dan terbuka seluas-luasnya untuk belajar dan mengenali potensi diri santri. Selain dengan menerapkan 2 kurikulum campuran untuk mengembangkan potensi peserta didik madrasah juga menyediakan kurikulum lokal lain yang sesuai dengan latar belakang daerah diantaranya ada otomotif (bengkel), pertanian, dan perikanan Ketiga adalah Pengaturan kegiatan siswa adalah para santri akan tinggal dalam satu komplek, yang kegiatannya selama 24 jam diatur oleh OPPP (Organisasi Pelajar Pondok Pabelan) dibawah pengawasan langsung dari Bapak Kyai (Pimpinan/Pengasuh). Para pengurus ini adalah santri kelas 5 dan 6 KMI yang bertugas selama 1 tahun untuk melaksanakan kebijakan Pemimpin/Pengasuh.OPPP adalah sejenis dengan OSIS yang membedakan adalah jika OSIS berada saat proses pembelajaran berlangsung saja sedangkan OPPP adalah organisasi atau pengurus pondok yang bertugas melaksanakan
84
kebijakan pimpinan dan juga memantau aktivitas santri di dalam pondok agar santri tetap disiplin meskipun tidak berada di lingkungan sekolah. Keempat adalah Pengelolaan MBS/M di bidang keuangan yang ada di MA Pondok Pabelan Magelang dikelola oleh Wakil Pimpinan Umum Pondok Pesantren Magelang di bidang administrasi dan keuangan yaitu KH. Muhammad Balya. Perolehan dana didapat dari pengajuan RAB (Rencana Anggaran Belanja) yang diajukan oleh direktur KMI dan kemudian nantinya akan dialirkan kepada Kepala MA dan Kepala MTs untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran. Selain itu juga ada bantuan dana dari pemerintah berupa BSM (Bantuan Siswa Miskin) dan BOM (Bantuan Operasional Madrasah). Kelima adalah Sarana dan prasarana yang terdapat di MA Pondok Pabelan Magelang dapat dikatakan sudah memadai atau sudah lengkap hanya saja terdapat beberapa fasilitas yang penggunaannya secara bergantian dikarenakan jam mata pelajarannya bertabrakan.Ada fasilitas yang disediakan untuk siswa santrinya dan ada fasilitas yang disediakan untuk umum juga. Sarana pendidikan yang disediakan madrasah untuk siswa santrinya dalam menunjang proses pembelajaran antara lain Perpustakaan; Demi menunjang aktivitas pendidikan dan pengajaran, keberadaan perpustakaan yang menyediakan referensi atau sumber informasi di sebuah lembaga pendidikan memiliki peranan yang penting. Selain memiliki fungsi akademis dan informasi, perpustakaan di sini juga memiliki fungsi filosofis. Berangkat dari kesadaran pendiri tentang wahyu yang pertama diturunkan berbunyi “Iqro”, sebuah perintah untuk terus membaca. Kehidupan manusia laksana perjalanan 85
matahari yang terbit dari timur dan tenggelam di barat juga terus menginspirasi pendirian perpustakaan. Oleh sebab itu pendiri meletakkan perpustakaan di bagian paling timur dari komplek Pondok Pabelan sebagai gambaran bahwa manusia itu harus memulai hidupnya dengan membaca. Fasilitas yang ke dua yaitu Laboratorium, lewat program madrasah sejak tahun 2004 Pondok pesantren menerima bantuan berupa Program Penguatan Sains dan Teknologi (STEP 2: Science and Technology Equity Program -2) sehingga dibangun laboratorium fisika, kimia,biologi,komputer, bahasa dan keterampilan tata bahasa. Yang berfungsi menunjang sekaligus mendukung kegiatan belajar mengajat KMI Pondok Pabelan. Sarana dan prasarana yang disediakan untuk umum antara lain adalah kantin, telecenter, BKSM, ruang tamu, unit usaha pesantren. Keenam yaitu Hubungan madrasah dengan masyarakat. Lembaga pendidikan bukanlah lembaga atau badan yang dapat berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra putri bangsa, melainkan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat luas. Di sini kepala sekolah/madrasah berperan sebagai menejer pendidikan yang perlu bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam rangka memajukan pendidikan yang dikelola.Hubungan antara madrasah dan masyarakat setempat berjalan dengan baik karena madrasah menyadari bahwa masyarakat itu adalah faktor penting tanpa adanya kerja sama dan dukungan
dari
masyarakat setempat madrasah tidak akan maju/berkembang. Yang terakhir adalah tentang layanan khusus yang disediakan oleh madrasah untuk siswa/santri adalah dengan memberikan pembinaan ke 86
perguruan yang lebih tinggi, kemudian terdapat juga program IAYP (International Awards for Young People) yang dimasukkan dalam program ekstrakurikuler pilihan, kemudian juga ada BKSM (Balai Kesehatan Siswa dan Masyarakat) layanan ini tidak hanya disediakan madrasah untuk siswa/santri tetapi juga untuk masyarakat umum terutama untuk warga sekitar madrasah dan beberapa layanan/fasilitas lainnya. Berdasarkan dari paparan yang telah dituliskan di muka, maka dapat dikatakan pelaksanaan pendidikan di MA Pondok Pabelan dilihat dari beberapa komponendi atas sudah dapat dikatakan dengan baik. C. Strategi Yang Diterapkan di MA Pondok Pesantren Pabelan Peningkatan kualitas pendidikan menjadi tanggung jawab bagi para guru untuk menentukan keberhasilan tujuan pendidikan. Pendidikan akan berhasil apabila mampu menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan nilai, dan sikap dalam diri peserta didik. Pendidikan agama merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah laku yang meliputi tiga aspek yaitu: pertama, aspek kognitif yang meliputi perubahan dalam segi penguasaan ilmu pengetahuan dan perkembangan keterampilan yang diperlukan untuk mengubah pengetahuan tersebut. Kedua, aspek afektif yang meliputi perubahan-perubahan dari segi mental, perasaan, dan kesadaran. Ketiga, aspek psikomotorik yang meliputi perubahan dalam segi tindak bentuk psikomotorik. Skinner dalam Hasan (1994: 35) menjelaskan hal yang harus dilakukan dalam meningkatkan kemampuan siswa atau kompetensi siswa yaitu dengan
87
Mengembangkan khasanah tingkah laku verbal dan non-verbal yang menunjukkan hasil belajar, Menghasilkan dengan kemungkinan besar, tingkah laku yang disebut minat, antusiasme dan motivasi untuk belajar. Sedangkan menurut Weiner dalam Hasan (1994: 40) hal yang paling penting diperhatikan dalam interaksi di kelas pada saat proses pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan kemampuan atau kompetensi siswa adalah ciri siswa. Ciri-ciri siswa yang perlu dipertimbangkan ialah perbedaan perseorangan, kesiapan untuk belajar dan motivasi. Yang pertama perbedaan perseorangan, dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah tingkat perkembangan siswa dan tingkat perkembangan siswa dan tingkat rasa harga diri siswa. Yang kedua kesiapan untuk belajar, hal ini sangat mempengaruhi hasil pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa itu sendiri. Dan yang ketiga adalah motivasi, ciri khas dari teori-teori belajar adalah memperlakukan motivasi sebagai suatu konsep yang dihubungkan dengan asa-asas untuk menimbulkan terjadinya belajar pada diri siswa. Konsep ini dilakukan untuk mendorong siswa seperti dalam membangkitkan perhatian siswa, mempelajari peranan perangsang atau membuat agar bahan ajar menarik bagi siswa. Ketiga hal di atas harus diperhatikan yang dibarengi dengan penciptaan suasana kelas yang menyenangkan sehingga tingkah laku, respons yang dikeluarkan oleh siswa menghasilkan suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Disamping itu, dalam konteks peningktan kompetensi siswa, maka kurikulum juga merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan kompetensi siswa dalam pembelajaran. Masalah kurikulum, tujuan pendidikan, keputusan atau kebijakan sekolah, fasilitas 88
yang akan digunakan, pengembangan SDM sekolah, pengaturan waktu dan biaya pendidikan haruslah sepenuhnya dikelola oleh sekolah sehingga langkah-langkah teknis di atas dapat terwujud. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem manajemen berbasis madrasah, dimana pihak sekolah memiliki otoritas yang cukup untuk mengelola konsep-konsep yang akan diterapkan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa. Strategi sangat penting untuk digunakan dalam berbagai hal apalagi dalam hal pendidikan. Karena strategi dalam pendidikan merupakan rencana pembelajaran yang digunakan oleh lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didiknya. Dengan adanya strategi tujuan akan lebih mudah dicapai tentunya dengan menerapkan strategi yang mudah dan menyenangkan peserta didik. Seperti yang dituliskan oleh Hamruni dalam bukunya yang berjudul
Strategi dan Metode Pembelajaran Aktif-
Menyenangkan (2012: 72-73), menjadikan sebuah pembelajaran menjadi suatu yang menyenangkan adalah sangat penting, karena belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi individu untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar mengajar. Mengenai strategi pembelajaran, strategi yang digunakan oleh Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang adalah dengan menerapkan dua kurikulum yaitu kurikulum KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) dan kurikulum nasional (Kementerian Agama). Kurikulum KMI merupakan kurikulum yang diterapkan oleh MA Pondok Pabelan sebagai kurikulum pendamping kurikulum nasional yang menjadi ciri khas dan pedoman 89
kurikulum
pendidikan.
merupakan
lembaga
berhubungan
dengan
Sedangkan
kurukulum
yang menaungi kegiatan
berbagai
pendidikan
Kementerian
Agama
instansi-instansi
formal
dan
yang
informal,
kemasyarakatan, peribadahan dan lain sebagainya. seperti yang diterangkan oleh kepala madrasah MA Pondok Pabelan MM (12-01-2014): “ Ada dua kurikulum yang diterapkan di sini, ada kurikulum KMI dan kurikulum nasional (Kementerian Agama).” Keterangan di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan responden berkode W5.Re. “ Iya kak,,ya seperti itu program pendidikan di sini,,,soalnya juga kan kurikulum di sini kurikulum campuran kak,,,khusus agama dan khusus umum, yang khusus agama namanya KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) sedangkan yang khusus umum itu kurikulum nasional.” Sejarah tentang kurikulum yang berlaku di Madrasah Pondok Pabelan adalah awal berdirinya madrasah dulu hanya terdapat 1 kurikulum saja yaitu KMI, akan tetapi pada tahun 1990 diterapkan kurikulum baru yaitu dengan dipadukannya kurikulum KMI dan kurikulum nasional yang berlaku di Indonesia karena mengingat perkembangan pendidikan yang semakin modern mengikuti jaman. Pembagiannya adalah program pendidikan yang berada di bawah naungan KMI adalah program takhassus/kelas khusus, maksud dari program pendidikan ini adalah memberikan kesempatan belajar selama 1 tahun kepada calon santri yang sudah memiliki ijasah SMP/MTs yang ingin belajar di MA Pondok Pesantren Pabelan. Sedangkan program yang berada di
90
bawah naungan kurikulum nasional adalah program MTs Pondok Pabelan dan MA Pondok Pabelan. Kedua kurikulum ini tidak dapat dipisahkan, karena sistem pendidikan di sini adalah berkelanjutan artinya jenjang pendidikan MTs dan MA Pondok Pabelan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan KMI. Jenjang MTs setara dengan kelas 1,2,3 KMI, sedangkan jenjang MA setara dengan kelas 4,5,6 KMI. Pelaksanaan pendidikan di MA Pondok Pabelan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Selain dengan menerapkan dua kurikulum campuran (KMI dan Kemenag), strategi yang digunakan oleh MA Pondok Pabelan untuk mengembangkan potensi peserta didiknya yaitu dengan menerapkan beberapa program pendidikan, antara lain program pertukaran pelajar, program IAYP (International Awards for Yong People), dan beberapa kegiatan lainnya yang dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya. Program
pertukaran
pelajar
merupakan
program
pendidikan
intrakurikuler di MA pondok Pabelan Magelang yang disediakan oleh madrasah untuk peserta didik. Pertukaran pelajar yang sudah dijalankan beberapa tahun ini bekerjasama dengan beberapa negara asing seperti Jepang melalui program Janesys (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youth). Sedangkan program IAYP adalah program yang disediakan oleh madrasah sebagai wadah untuk mengembangkan minat dan bakat peserta didik sehingga peserta didik memiliki kemampuan yang lebih sesuai dengan 91
minat dan bakat yang dipilihnya. Kemudian beberapa kegiatan lainnya yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didik adalah dengan disediakannya program pengabdian/pendidikan praktik, kegiatan ini dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan jenjang Madrasah Aliyah selama minimal 1 tahun. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dapat dikatakan bahwa keunggulan yang dimiliki Pondok Pesantren Pabelan Magelang dapat dilihat menurut beberapa komponen sebagai berikut: a) Tentang kurikulum keunggulan dalam penerapan kurikulum adalah di MA Pondok Pabelan Magelang kurikulumnya adalah kurikulum modern yaitu dengan adanya 2 kurikulum campuran yang diterapkan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Pabelan Magelang, kurikulum KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah)yang menjadi ciri khas madrasah dan kurikulum Nasional.Selain
itu,
madrasah
memberikan
berbagai
kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didiknya. b) Keunggulan tenaga pendidik di MA Pondok Pesantren Pabelan Magelang adalah pendidik dari alumni, non-alumni dan bantuan pemerintahan RI sudah sebagian besar telah bersertifikat pendidik. Selain itu juga tidak sedikit guru diminta untuk mengajar di Amerika Serikat untuk studi banding mengenai sistem pendidikan yang ada di pesantren. c) Dalam hal pendanaan serta sarana dan sarana keunggulannya adalah terdapat banyak bantuan dari pihak luar karena bentuknya kerjasama yang berjalan dengan baik antara pihak madrasah dengan pihak luar, sehingga mereka tidak ragu untuk memberikan bantuan. Keunggulan lainnya adalah
92
madrasah selalu memberikan haknya guru dalam setiap kegiatannya yang dilakukan. d) Keunggulan dari segi fasilitas adalah fasilitas gedung/bangunan banyak mendapat bantuan dari pihak luar. Sedangkan fasilitas pembelajaran adanya kerjasama antara madrasah dengan lembaga pendidikan luar negeri dengan melakukan pertukaran pelajar misalnya kerjasama dengan Jepang melalui program Jenesys, belum lama ini madrasah Pabelan juga menjalin bekerjasama dengan Korea, dan masih ada beberapa bentuk kerjasama yang dijalin dengan baik antara madrasah dengan lembaga pendidikan lainnya. Prestasi yang pernah diraih oleh Pondok Pesantren Magelang adalah sebagai berikut: a) Penghargaan internasional untuk penataan arsitektur “Aga Khan Award for Architecture” pada tahun 1980 dari presiden Pakistan Dzia-ul Haq. b) Penghargaan “Kalpataru” untuk penataan lingkungan hidup dari Menteri KLH , Prof. Emil Salim pada tahun 1982 karena berhasil mengajak para siswa/santri untuk menanam pohon. c) Penghargaan “Mandala Arutala Bhakti Husada” dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam bidang pelayanan kesehatan santri dan masyarakat yang diserahkan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 November 2003. d) Dari segi hubungan antara madrasah dengan masyarakat adalah sebenarnya hubungan antara kedua pihak sudah baik, misalnya dalam kegiatan S3, Maulud Nabi, dan PHBI masyarakat selalu dilibatkan.
93
Dari beberapa keunggulan dan prestasi yang ada di Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang juga tentunya tidak luput dari beberapa kelemahan atau kekurangan yang menjadikan penghambat bagi proses berjalannya pembelajaran. Faktor penghambat yang ada di MA Pondok Pabelan Magelang diantaranya adalah: a) Dari segi kelembagaan kurangnya komunikasi antara pihak pimpinan dan bawahan yang hal ini berdampak pada kurangnya saling memahami antara kepentingan kelembagaan dengan aspirasi guru. b) Dari segi tenaga pendidik faktor penghambatnya adalah kurangnya kekompakan dalam hal berpakaian seragam. c) Dari segi kurikulum kelemahannya adalah kurangnya manajemen waktu. Masih ada beberapa peserta didik di MA Pondok Pabelan masih belum bisa untuk membagi waktu dengan alasan di sini (madrasah) sangat banyak kegiatannya. Jadi peserta didik di MA Pondok Pabelan Magelang masih “keteteran” dalam masalah waktu. d) Dari segi keuangan kelemahannya adalah kurangnya disiplin siswa tentang pembayaran iuran pondok/madrasah sehingga di akhir tahun siswa santri mempunyai banyak tunggakan. Kelemahan lainnya adalah kadang masih sering terjadi ketidaksesuaian biaya anggaran pengeluaran dengan pengeluaran yang sebenarnya.
94
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian dan pembahasan dalam skripsi yang berjudul “Profil Pondok Pesaantren Pabelan Magelang yang Berbasis Pesantren (Studi Kasus Siswa MA pondok Pabelan Magelang)”, setelah dicocokkan jawabannya antara kepala madrasah/guru dengan siswa santri MA Pondok Pabelan menggunakan metode triangulasi, dan warga setempat maka dapat disimpulkan bahwa: Sistem Pendidikan di MA Pondok Pabelan adalah Pendidikan Berbasis Madrasah dengan tujuan membina dan mengantar santri menjadi manusia yang berakhlakul karimah, menguasai ilmu pengetahuan, dan menjadikan santri sebagai orang yang bermanfaat. Dan untuk mencapai tujuan tersebut pesantren Pabelan menyelenggarakan program (jenjang) pendidikan yang menerapkan sistem kurikulum khas pesantren yaitu KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah), yang secara otomatis santri juga akan mengikuti program pendidikan MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Pelaksanaan pendidikan berbasis pesantren di MA Pondok Pabelan sudah sesuai dan berjalan dengan baik. Hal ini bisa diketahui dari hasil akhir (UN/UAM) yang diikuti oleh siswa santri kelas enam (6) dan juga semua
95
komponen-komponen manajemendi MA Pondok Pabelan yang sudah terpenuhi mulai dari kurikulumnya, tenaga pendidiknya, sarana dan prasarananya hingga layanan-layanan khusus yang disediakan oleh madrasah untuk siswa santrinya sudah layak dan memadai. Selain itu juga kurikulumnya adalah kurikulum pesantren yang pola hidup santri dan aktifitasnya selalu dilingkupi suasana “edukatif”.Asrama santri, kyai, ustadz, dan guru terdapat di tengah-tengah komplek lingkungan pesantren, sehingga aktifits santri dapat dipantau dan mudah mengadakan pembinaan dan pendampingan.Inilah yang membedakan antara pesantren denga lembaga pendidikan lainnya, sehingga mudah membentuk karakter pribadi yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Faktor penghambatnya adalah kurangnya manajemen waktu dan sosialisasi yang dimiliki oleh seorang pemimpin serta kelemahan lainnya yang masih terdapat di MA Pondok Pabelan Magelang. Sedangkan faktor yang menjadi pendukung adalah bentuk kerja sama yang berjalan dengan baik antara pihak madrasah, masyarakat setempat di sekitar Pondok Pabelan dan pemerintah serta sarana dan prasarana yang memadai dan ditambah pula diadakannya beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua peserta didik dan tentunya faktor pendukung yang paling penting adalah motivasi baik itu intern maupun ekstern. B. SARAN 1. Untuk Lembaga a) Ada baiknya strategi atau kurikulum yang digunakan adalah dengan menerapkan strategi yang menyenangkan 96
dan tidak
menyulitkan
peserta
didiknya.
Madrasah
harus
lebih
memperhatikan para peserta didiknya lagi misalnya antara kurikulum yang diterapkan dengan kemampuan peserta didik agar peserta didik mampu mempertahankan semangat belajarnya dan bisa lebih baik lagi dalam mengembangkan kemampuannya. b) Lembaga harus meningkatkan komunikasi antara atasan (kepala yayasan, kepala madrasah) dengan bawahan (staf guru dan karyawan) agar visi dan misi yang diinginkan dapat tercapai dengan mudah. c) Memperbaiki atau menata dengan rapi lagi komplek siswa santri ruang kelas. d) Mempertegas peraturan bagi siswa/santri yang masih melanggar aturan pada saat jam KBM berlangsung dengan memberikan sanksi. e) Meningkatkan relasi yang baik diantara masyarakat dengan sekolah dan diharapkan melibatkan masyarakat dalam kegiatan keseluruhan agar madrasah selalu mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak masyarakat umumnya masyarakat Pabelan. 2. Untuk Tenaga Pendidik a) Menjaga kekompakan dan disiplin yang baik. Karena guru adalah teladan untuk peserta didiknya. 3. Untuk Peserta Didik a) Mengatur/membagi waktu dengan sebaik mungkin.
97
b) Menjaga kedisiplinan agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan nyaman sehingga dapat berkonsentrasi.
98
DAFTAR PUSTAKA Ainurrofiq&Ta’arifin. 2008. Manajemen Madrasah BerbasisPesantren. Jakarta: PT. ListaFarika Putra. Al-Abrasyi. 1970. Dasar-dasarPokokPendidikan Islam. Jakarta: PT. BulanBintang. Departemen Agama. 1997. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta Baharuddin & Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Dahri, Harapandi. 2007. ModernisasiPesantren. Jakarta: Departemen Agama RI BalaiPenelitiandanPengembangan Agama. Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Halim, A. 2005.ManajemenPesantren. Yogyakarta: AksaraPelangi. Hamruni. 2012. Strategi dan Model-Model Menyenangkan. Yogyakarta: Investidaya.
Pembelajaran
Aktif-
Hasan, Cholijah. 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-ikhlas. Mahpuddin. 2006. PotretDuniaPesantren. Bandung: Humaniora. Mulyasa, E. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Madjid, Nurcholish.1997. Bilik-BilikPesantren. Jakarta: Paramadina. Lasa HS. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gema Media. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
99
Raharjo. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten. Jogjakarta: Arruzz. Umiarso & Gojali. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD. Susyosubroto. 2004. Dimensi-Dimensi Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat: Gaung Persada Press.
100
101