Potensi dan Konservasi Durian Hutan Kalimantan (Durio kutejensis) (Potency and conservation of Wild Durian of Kalimantan (Durio kutejensis) Tri Atmoko Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Kehutanan Jl. Soekarno-Hatta Km 38, Samboja, Po.Box 578, Balikpapan, Kalimantan Timur Telp. 0542-7217663, Faks. 0542-7217665 E-mail:
[email protected] Abstrak Indonesia memiliki hutan tropis dengan keanekaragaman jenis tumbuhan buah. Salah satu di antaranya adalah durian hutan. Di dunia sudah diidentifikasi sebanyak 27 jenis durian, 19 jenis di antaranya ada di Borneo. Dari jumlah tersebut 7 di antaranya dapat dimakan, yaitu Durio dulcis, D. excelsus, D. grandiflorus, D. graveolens, D. kutejensis, D. oxleyanus, dan D. testudinarum. Jenis Lai (D. kutejensis) adalah buah hutan yang paling banyak dikenal dan mulai dikembangkan oleh masyarakat. Selain sebagai sumber pangan alternatif, bagian dari pohon Lai seperti biji dan kulit buahnya dilaporkan berpotensi sebagai bahan baku bioethanol dan bahan serat alam. Saat ini sebagian besar jenis durian hutan hanya dapat ditemui di hutan pedalaman Kalimantan. Maraknya pembalakan hutan baik yang legal maupun yang illegal, perusahaan tambang batubara menjadikan keberadaannya semakin kritis dan hampir punah. Karakteristik buah Lai yang mirip dengan durian (D. zibethinus), membuat Lai paling potensial untuk dibudidayakan. Masyarakat dan beberapa instansi mulai menanam dan memberikan perhatiannya. Upaya konservasi eks-situ telah dilakukan oleh Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam dengan menanam 1000 tanaman Lai (2,5 ha), dengan benih berasal dari beberapa lokasi di Kalimantan Timur, yaitu Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kata kunci: durian hutan, Durio kutejensis, Lai, konservasi eks-situ Absract Indonesia has a tropical forest with a diversity of flora, especially fruit plants. One of them was a wild durian. In the world has identified as many as 27 species of durian, 19 spesies of which native in Borneo. Seven of which as edible fruit, ie Durio dulcis, D. excelsus, D. grandiflorus, D. graveolens, D. kutejensis, oxleyanus D., and D. testudinarum. Lai (D. kutejensis) is the most widely known and was developed by the community. Besides as an alternative food source, In addition a part of the Lai tree, that is seeds and fruit skin was reported as a potential raw material of bioethanol and natural fiber materials. Currently most of wild durian species can only be found in the deep forest. Rising of logging, coal mining company makes its presence are critical and almost extinction. Fruit of Lai characteristics similar to durian (D. zibethinus), so its the most potential for cultivated. Community and some institution began to grow and give attention. Ex-situ conservation efforts have been carried out by the Institute of Research Technology for Natural Resources Conservation by planting 1000 plants of Lai (2.5 ha), with seed derived from several locations in East Kalimantan, that is East Kutai Regency, Paser Regency, Penajam Paser Utara Regency, and Kutai regency. Keywords: wild durian, Durio kutejensis, Lai, ex-situ conservation Pendahuluan Hutan Indonsia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satu kekayaan hayati yang perlu digali dan dikembangkan adalah jenis buah-buahan hutan tropis. Beberapa jenis tumbuhan hutan memiliki potensi sebagai sumber pangan.
437
Jenis tersebut adalah Bacaurea sp, Neesia sp., Pometia pinnata, dan beberapa marga dari Durio. Kalimantan adalah pusat penyebaran marga Durio di dunia. Sebanyak 18 jenis durian ada di Kalimantan, 9 jenis di antaranya bisa dimakan (Uji, 2005). Seiring dengan kerusakan hutan baik oleh penebangan legal maupun illegal, kebakaran hutan, konversi lahan menjadi areal pertambangan, dan perkebunan menyebabkan beberapa jenis punah. Demikian juga dengan jenis-jenis durian hutan sudah semakin mengkhawatirkan kelestariannya. Hutan Kalimantan yang kaya akan sumber plasma nutfah durian, perlu dilakukan upaya konservasinya. Upaya konservasi dapat dilakukan secara insitu dan eks-situ. Konservasi insitu adalah upaya konservasi di habitat alaminya, yaitu dengan menetapkan kawasan-kawasan konservasi dan hutan lindung yang di dalamnya tumbuh jenis-jenis durian hutan. Konservasi eks-situ dilakukan dengan menanam jenis durian di luar habitat aslinya. Lai (Durio kutejensis (Hassk.) Becc.) adalah salah satu jenis durian yang berpotensi sebagai sumber pangan buah-buahan disamping durian (Durio zibethinus). Lai merupakan jenis durian endemik di Kalimantan, sedangkan di daerah lain Lai belum banyak dikenal oleh masyarakat umum. Upaya promosi dan pengenalan jenis Lai perlu ditingkatkan agar jenis ini juga lebih dikenal dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan seperti halnya durian. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan potensi pengembangan jenis Lai dan upaya konservasinya. Metodologi A. Waktu dan Lokasi Eksplorasi benih jenis Lai (Durio kutejensis) dilakukan di Kalimantan Timur. Konservasi eks-situ dilakukan pada Kawasan Hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Samboja. Kegiatan eksplorasi benih dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sedangkan penanaman dilaksanakan pada Desember 2013. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah GPS, tally seheet, parang, dan cangkul. Bahan yang digunakan adalah benih Lai dari berberapa lokasi di Kalimantan Timur dan pupuk organik. C. Metode Kerja
Informasi terkait deskripsi, jenis, dan potensi buah Durio dilakukan berdasarkan kajian pustaka.
Konservasi eksitu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: - Melakukan pengumpulan benih di beberapa Kabupaten di Kalimantan Timur. Lokasi pohon induk diambil data koordinatnya, diukur diameter dan tinggi pohon. - Informasi pembuahan dan produksi buah dilakukan dengan wawancara dengan pemilik pohon induk.
438
- Pegukuran buah dilakukan terhadap diameter dan panjangnya. Ukuran biji, tekstur, dan warna daging buah diamati secara deskriptif. - Penilaian dilakukan terhadap kualitas (rasa dan aroma), dan ketebalan daging buah.
Penilaian dilakukan dengan sistem skoring oleh responden. Skoring
diberikan oleh tiga responden dengan memberikan nilai 1-4. Ketebalan daging buah yaitu tebal (3), sedang (2), dan tipis(1). Skor tetinggi adalah 27. Pembobotan dilakukan berdasarkan skoring, yaitu: Skor 21-27 (Baik), Skor 11-20 (Sedang), dan Skor 0-10 (kurang). - Biji selanjutnya disemaikan dalam polybag dan dirawat selama 8 bulan di persemaian. - Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 5 x 10 meter.
Jenis-Jenis Durian Kostermans (1958) telah mendeskripsikan sebanyak 27 jenis dari marga Durio. Dari jumlah tersebut 18 diantaranya ada di Kalimantan dan 14 jenis di antaranya adalah endemik Kalimantan (Uji, 2005).
Dari Gambar 1, menunjukkan bahwa pulau Kalimantan adalah
daerah penyebaran durian yang sangat penting di Dunia.
Gambar 1. Peta penyebaran alami genus Durio di dunia (Kostermans, 1958) Lai (D. kutejensis) termasuk satu dari 9 marga Durio yang dikenal biasa dimakan (edible fruit) disamping D. zibethinus, D. dulcis, D. excelsus, D. grandiflorus, D. graveolens, D. lowianus, D. oxleyanus, dan D. testudinarum (Tabel 1). Lai memiliki karakter buah dan rasa yang hampir sama dengan durian (D. zibethinus), sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pendamping durian yang sudah umum.
439
Tabel 1. Jenis marga durio yang ada di Indonesia No
Nama jenis
1
Durio zibethinus
2
D. acutifolius
3 4 5 6 7
Nama daerah Durian
Sebaran Kalimantan
Sumatera
Jawa
Ket Sulawesi Maluku
V
V
V
V
V
V
-
-
-
-
D. affinis D. beccarianus D. bukitrayaensis D. carinatus D. dulcis
Durian anggang Durian paya Lahong
V V V V V
V -
-
-
-
8
D. excelsus
Apun
V
-
-
-
-
9
D. grandiflorus
Sukang
V
-
-
-
-
10
D. graveolens
Tuwala
V
V
-
-
-
11 12
D. griffithii D. kutejensis
Lai kuyu Lai
V V
V -
-
-
-
13
D. lanceolatus
V
-
-
-
-
14
D. lissocarpus
V
-
-
-
-
-
15
D. lowianus
Durian bengang Teratung burung Teruntung
Bisa dimakan Bisa dimakan Bisa dimakan Bisa dimakan Bisa dimakan -
-
V
-
-
-
16
D. malaccensis
-
V
-
-
-
17 18
D. oblongus D. oxleyanus
Durian bangko Kerantungan
Bisa dimakan -
V V
V
-
-
-
19 20
D. purpureus D. testudinarum
Durian tigang V Durian sekura V
-
-
-
-
7
1
1
1
18
Bisa dimakan -
Bisa dimakan Bisa dimakan
Sumber: Uji (2005) Deskripsi Lai Menurut KeBler dan Sidiyasa (1999) pohon Lai tingginya sampai 25 meter dengan diameter batang mencapai 40 cm. Daun lonjong dengan panjang 20-35 cm dan lebar 6-12 cm. Permukaan atas daun gundul, permukaan bawah daun tertutup rapat oleh sisik coklat keemasan. Bunga besar, panjang ± 10 cm, yang terdiri dari tiga kuntum atau lebih yang tersusun dalam tandan tak beraturan di cabang lebih tua. Buah menjorong kuning kusam, panjang ± 25 cm dengan diameter ± 12 cm, biasanya beruang lima, duri panjang sampai 1,5 cm. Biji berwarna coklat mengkilap yang tertutup oleh salut biji berwarna kuning, harum, manis, dan bisa dimakan. Habitatnya di kaki bukit pegunungan di tengah-tengah Pulau Kalimantan dan termasuk jenis, endemik Borneo. Secara alami jenis ini ada di Kalimantan (Indonesia), Brunei Darussalam, Sabah, dan Sarawak (Malaysia). Gambar Buah dan bunga Lai diajikan pada Gambar 2.
440
Gambar 2. Buah dan bunga Lai (Durio kutejensis) (Kostermans, 1958)
Potensi Buah Lai Berdasarkan dari segi rasa dan aroma, Lai (D. kutejensis) memiliki aroma yang lembut dan rasa yang tidak terlalu tajam dibandingkan buah durian (D. zibethinus). Jika dibandingkan dengan buah buah Lai yang sudah masak umumnya memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan durian, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Karakteristik buah Durian dan buah Lai memiliki kemiripan, sehingga Lai dapat menjadi pendamping buah durian yang secara luas sudah dikenal sebagai sumber pangan kelompok buah-buahan. Kemiripan tersebut memberikan peluang diversifikasi manfaat yang kurang lebih sama dengan beberapa penyesuaian. Penyesuaian tersebut tentu memerlukan kajian lebih lanjut. Driversifikasi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Dayak terhadap buah durian adalah diolah menjadi lempok atau dodol durian, tempoyak, lalap, dan keripik biji durian (Subhadrabandhu et al., 1991). Tempoyak adalah teknik pengawetan daging buah durian dengan cara difermentasi secara tradisional. Fermentasi dilakukan dengan menambahkan sedikit garam kemudian didiamkan sekitar 3-5 hari. Selanjutnya tempoyak dapat digunakan sebagai bumbu masakan ataupun sambal. Masyarakat Dayak juga memanfaatkan pucukpucuk daun serta buahnya yang masih muda sebagai lalapan, sedangkan biji durian dapat dimakan dengan cara dlrebus atau dibakar terieblh dahulu. Keripik biji durian dapat juga dibuat dengan cara merebus bijinya teriebih dahulu kemudian diiris tipis-tipis, dijemur lalu digoreng. Kandungan nutrisi Lai dibandingkan dengan jenis Durio lainnya seperti tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Lai memiliki kandungan lemak yang relatif lebih rendah dibandingkan D. graveolens maupun D. zibethinus.
441
Potensi pemanfaatan buah durian dan bagian-bagiannya selain sebagai sumber pangan masih sangat terbuka lebar. Berbagai penelitian dan ragam pemanfaatan durian terutama Durio zibethinus telah banyak dikaji.
Beberapa pemanfaatannya dari bagian-
bagian buah durian tersebut diantaranya dapat menjadi bioethanol, bahan serat alam, bahan obat. Biji durian memiliki zat pati lebih dari 43% dan sangat potensial untuk diolah menjadi bioethanol (Nurfiana et al., 2009), kulit durian dapat digunakan sebagai bahan serat alam (Manshor et al., 2014), antimokroba (Noorhamdani, et al.,-). Air rebusan bunga D. kutejensls (Lai) dapat mengobali penyakit panas atau demam karena mengandung minyak atsiri dan vitamin C yang berfungsi sebagai anti bakteri, anti oksidan dan anti inflamasi (anti radang) (Priyanti, 2012). Selain itu bunga D.kutejensis dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti sariawan, diare, dan demam (Hendra,2009). Seperti halnya pada D. oxleyanus, D. griffitii, dan D. zibethinus yang kulit batangnya masing-masing memiliki khasiat mengobati penyekit malaria, diare, dan antifertilitas (Michon and de Foresta, 1995; Uji, 2005; Nurliani dan Santoso, 2010), maka kulit batang D. kutejensi juga berpotensi sebagai bahan obat tradisional. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Rudiyansyah dan Garson (2006) yang telah mengisolasi senyawa asam 3β-O-trans-kaffeoil2α-hidroksiolean-12-en-28 oat dan asam 3β-O-trans-kaffeoil-2α-hidroksiurs-12-en-28-oat dari kulit batang D. kutejensis. Potensi pemanfaatan buah durian dan bagian-bagiannya selain sebagai sumber pangan masih sangat terbuka lebar. Berbagai penelitian dan ragam pemanfaatan durian terutama Durio zibethinus telah banyak dikaji.
Beberapa pemanfaatannya dari bagian-
bagian buah durian tersebut diantaranya dapat menjadi bioethanol, bahan serat alam, bahan obat. Biji durian memiliki zat pati lebih dari 43% dan sangat potensial untuk diolah menjadi bioethanol (Nurfiana et al., 2009), kulit durian dapat digunakan sebagai bahan serat alam (Manshor et al., 2014), antimokroba (Noorhamdani, et al.,-). Air rebusan bunga D. kutejensls (Lai) dapat mengobali penyakit panas atau demam karena mengandung minyak atsiri dan vitamin C yang berfungsi sebagai anti bakteri, anti oksidan dan anti inflamasi (anti radang) (Priyanti, 2012). Selain itu bunga D.kutejensis dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti sariawan, diare, dan demam (Hendra,2009). Seperti halnya pada D. oxleyanus, D. griffitii, dan D. zibethinus yang kulit batangnya masing-masing memiliki khasiat mengobati penyekit malaria, diare, dan antifertilitas (Michon and de Foresta, 1995; Uji, 2005; Nurliani dan Santoso, 2010), maka kulit batang D. kutejensi juga berpotensi sebagai bahan obat tradisional. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
442
Tabel 2. Kondisi nutrisi buah Lai (Durio kutejensis) dengan beberapa jenis Durio lainnya Energi (kcal)
Kadar air (%)
D.kutejensis* D.graveolens* D.zibethinus**
149 152 128-188
61,5 66,7 54,968,7
D.oxleyanus**
-
30
Jenis
Serat Protein Lemak CHO Kasar (%) (%) (%) (%) 2,6 1,7 30,9 1,9 2,6 6,2 21,5 2,0 2-2,8 1,2- 21,3- 0,97,3 36,1 4,4 7,7 (dari BK)
19 (dari BK)
65 (dari BK)
5,9 (dari BK)
Abu (%)
P K (mg) (mg)
1,5 1,0 0,81,5
Ca (mg)
Mg Fe (mg) (mg)
Mn (ppm)
Cu (ppm)
Zn Vit. C (mg) (ppm)
25 362 19 19 0,7 5 3,2 7,3 15,9 43 529 10 27 0,6 4 7,0 5,9 10,4 19,6- 431,3 4,533- 0,38- 0,8 mg/g 1,0 mg/g 1,4 mg/g 22,9-107 65,4 41,5 330 1,9 488,1 3 0,13% 1,59 0,03% 0,08 17 12 mg/g 21 mg/g 17 mg/g 2,08 (dari (dari % (dari µg/g µg/g BK) BK) (dari BK) BK)
Sumber: *Hoe & Siong (1999); ** Brown (1997); Ket.: Komposisi nutrisi per 100 g
443
Rudiyansyah dan Garson (2006) yang telah mengisolasi senyawa asam 3β-O-transkaffeoil-2α-hidroksiolean-12-en-28 oat dan asam 3β-O-trans-kaffeoil-2α-hidroksiurs-12-en28-oat dari kulit batang D. kutejensis. Konservasi Namun sayangnya sebagian besar jenis durian tersebut mulai sulit dijumpai karena hanya dapat ditemui di hutan-hutan belantara. Semakin maraknya pembalakan hutan baik yang legal maupun yang illegal ditambah dengan banyaknya perusahaan tambang batubara yang menggusur hutan untuk mengeruk emas hitam menjadikan keberadaan jenis tersebut semakin kritis dan berada diambang kepunahan. Habitat alami D. kutejensis terancam oleh kerusakan seperti penebangan hutan dan pembukaan lahan perkebunan mengakibatkan terjadinya erosi genetic antar populasi, sehingga IUCN memasukkannya dalam status Vulnerable (IUCN, 1998). Konservasi eks-situ Lai yang dilakukan oleh Balitek KSDA mulai 2013. Eksplorasi benih sebagia materi penanaman buah lai dikumpulkan dari beberapa lokasi di Kalimantan Timur, diantaranya dari Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil eksplorasi yang dilakukan mendapatkan sebanyak 34 pohon induk (Lampiran 1). Hasil skoring terhadap rasa, aroma dan ketebalan daging buah menunjukkan buah Lai dari 9 pohon induk berkualitas baik, 18 pohon berkualitas sedang, dan 2 pohon berkualitas kurang (Tabel 3.).
Tabel 3. Skoring dan pembobotan pohon induk Lai (D. kutejensis) berdasaarkan kualitas daging buahnya Pohon Induk No. 1, 4, 7, 9, 11, 17, 23, 29, 30
Jumlah
Skor
Bobot
9
21-30
Baik
3, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15,16, 18, 24, 25, 26,
Sedang
27, 28, 31,32
18
11-20
33, 34
2
0-10
Kurang
Penanaman dilakukan di KHDTK Samboja seluas 2,5 ha dengan jarak tanam 5 x 10 m sehingga bibit yang ditanam sebanyak 1000 tanaman.
Pengumpulan materi benih
dilakukan pada pohon induk yang tumbuh di ladang, kebun atau yang sudah dibudidayakan masyarakat. Sampai saat ini baru dilakukan pengukuran awal pada diameter dan tinggi tanaman. Pemeliharaan dilakukan dengan penyulaman dan pembersihan sekitar tanaman menggunakan sistem piringan. Beberapa masalah dalam pembangunan plot konservasi ini adalah adanya seranggan landak yang menggigit dan mematahkan batang tanaman. Hal ini dikarenakan plot konservasi berada di kawasan hutan dimana banyak satwaliar di dalamnya.
444
Kondisi hutan di sekitarnya yang masih relatif baik terhadap keberadaan satwa penyerbukan. Menurut Yumoto (2000) satwaliar yang membantu penyerbukan adalah lebah (Apis dorsata dan Trigona spp.), burung (Arachnothera robusta, A. flavigaster, A. longirostra, Anthreptes simplex, Dicaeum trigonostigma), dan kelelawar (Eonycteris spelaea). Hasil identifikasi keanekaragaman hayati di sekitar lokasi pembangunan plot konservasi Lai di temukan beberapa jenis satwa penyerbuk tersebut, seperti burung Arachnothera longirostra dan Dicaeum trigonostigma, serta Trigona spp. (Atmoko et al., 2014). Penutup Lai (Durio kutejensis) memiliki potensi sebagai sumber pangan buah-buahan karena memiliki karakteristik mirip dengan duarian (Durio zibethinus). Kondisi rasa, aroma, tekstur, dan kemampuannya untuk dapat disimpaan membuat jenis ini di sukai oleh masyarakat. Upaya konservasi eksitu perlu dilakukan sebagai upaya penyelamatan sumber plasma nutfah di hutan-hutan yang sudah banyak mengalami kerusakan. Materi tersebut sangat penting sebagai materi pemuliaan untuk meningkatkan mutu dan kualitasnya. Daftar Pustaka Atmoko, T., I. Yassir, Mukhlisi, S. A. Widuri, B. S. Sitepu, T. Muslim, I. Mediawati, A. Ma’ruf. 2014. Laporan identifikasi Keanekaragaman Hayati Hutan Rintis Wartono Kadri. Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya alam. Brown, MJ., 1997. Durio - A Bibliographic Review (R.K. Arora, V. Ramanatha Rao and A.N. Rao, Editors). IPGRI office for South Asia, New Delhi. Hendra, M. 2009. Etnoekologl perkebunan dan kearifan botani lokal masyarakat Dayak Benuaq dl Kabupaten Kutal Barat Kalimantan Tlmur. Institut Pertanian Bogar. Bogar. Hoe, V.B. and K.H. Siong. 1999. The nutritional value of indigenous fruits and vegetables in Sarawak. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 8(1):24 – 31. IUCN World Conservation Monitoring Centre 1998. Durio kutejensis. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.2. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 19 September 2014. KeBler, P.J.A. dan K. Sidiyasa. 1999. Pohon-pohon hutan Kalimantan Timur. Pedoman mengenal 280 jenis pohon pilihan di daerah Balikpapan-Samarinda. TropenbosKalimantan Series 2. Kostermans, A.J.G.H. 19858. The Genus Durio Adans. (Bombac.). Reinwardtiana 4, Part 2, pp. 357-460. Manshor, M.R., H. Anuar, M.N. Nur Aimi, M.I. Ahmad Fitrie, W.B. Wan Nazri, S.M. Sapuan, Y.A. El-Shekeil, and M.U. Wahit. 2014. Mechanical, thermal and morphological properties of durian skin fibre reinforced PLA biocomposites. Materials & Design 59:279–286. Michon, G., and de Foresta, H., 1995, The Indonesian agroforest model. Forest Resource Management and Biodiversity Conservation, in P. Halladay and D.A. Gilmour Eds, Conserving Biodiversity Outside Protected Areas. The role Of Traditional Agroecosystems, IUCN. Noorhamdani, Samodriyanti, dan P. Kusumadewi. -. Uji ekstrak kulit Durian (Durio zibethinus Murr) sebagai Antimikroba terhadap Pseudomonas aeruginosa secara In Vitro. [Tugas Akhir]. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.
445
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/pranitia%20kusumadewi%20( 0710710099).pdf. Nurfiana, F., U. Mukaromah, V. C. Jeannisa, dan S. Putra. 2009. Pembuatan bioethanol dari biji Durian sebagai sumber energi alternatif. Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta, 5 November 2009. Nurliani, A., dan Santoso, H. B., 2010, Efek spermatisida ekstrak kulit kayu Durian (Durio zibethinus Murr.) terhadap mortilitas dan kecepatan gerak spermatozoa manusia secara in vitro, Sains dan Terapan Kimia, 4: 72. Priyanti, 2012. Keanekaragaman tumbuhan Durio spp. menurut perspektif lokal masyarakat dayak. Widya 29(319):45-52 Rudiyansyah and Garson, M. J., 2006, Secondary metabolites from the wood bark of Durio ziberthinus and Durio kutejensis, J. Nat. Prod, 69: 1218-1221. Subhadrabandhu S, J.P.M. Schneema M, and E.W.M. Vehelj. 1991. Durio zibethJnus deism E.W.M. Vemelj and R.E. Coronel (Editor). Buah·buahan yang Dapat Dimakan. Prosea. Jakarta: Gramedls Pustaka Utama. Uji, T., 2005, Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durian (Durio spp.) di Indonesia, Buletin Plasma Nutfah, 11: 28-33. Yumoto, T. 2000. Bird-pollination of three Durio species (Bombacaceae) in A tropical rainforest in Sarawak, Malaysia. American Journal of Botany 87(8): 1181–1188.
446
Lampiran 1. Kondisi pohon induk Lai (Durio kutejensis) hasil eksplorasi dan kondisi buahnya sebagai materi konservasi eks-situ Penilaian
Koordinat Lat
Long
Tinggi pohon Diameter batang Produktivitas (m) (cm) (buah/panen)
1
N 0 31 40.6
E 117 29 22
12
31.5
-
-
29.5-36
13-15
Sedang
legit
Orange
Tebal Total Skor Skor daging Rasa Aroma buah 12 11 3 26
2
N 0 31 37.7
E 117 29 22.9
12
26.8
60
jan, maret
45
18
-
-
Buah rusak
-
-
-
-
3
N 0 31 38.1
E 117 29 20.9
15
33.8
-
-
36,5-41
15-17
sedang
keras
Orange
5
5
3
13
4
S 0 13 07.8
E 117 20 9.2
7
19.1
30
Feb
37-40
11-13
kecil
sedang
Orange
13
10
2
25
5
S 0 13 12.8
E 117 21 1.6
15
70.0
400
Feb
38-45
13-14
sedang
sedang
Orange
10
8
2
20
6
S 0 19 35.8
E 117 22 18.5
7
23.2
20
Mmaret
40,5-44
16-17
sedang
lembek
kuning-orange
8
6
1
15
7
S 0 20 18.5
E 117 22 03.2
12
44.6
100
feb
41,5-44
13-14
Sedang
lembek
Orange
12
8
1
21
8 S 0 26 50 9 S 0 44 41.7 10 S 0 44 41.4
E 117 06 13.5 E 117 04 37.8 E 117 04 37.3
14 9 7
118.5 30.3 28.3
200 200 -
jan-feb feb -
43,5-48,5 27-32 34-35
17-18 11-15 13-14
besar sedang sedang
lembek sedang lembek
orange-kemerahan Orange Orange
8 12 7
7 11 7
1 2 1
16 25 15
11 S 0 10 12
E 116 53 56.4
10
38.1
200
feb
38-44
10-12
sedang
lembek
Orange
11
11
3
25
12 S 0 08 48.4
E 116 50 16.7
12
97.5
50
feb-maret
39-41
14-16
sedang
lembek
Orange
6
6
1
13
13 S 0 08 49.2
E 116 50 17.2
5
36.0
30
feb
43-45
16
kecil
sedang
Orange
10
6
3
19
14 S 0 08 51.4
E 116 50 16
7
32.2
-
feb-maret
42-47
12-14
besar
keras
kuning-orange
7
8
3
18
15 S 0 06 05.7
E 116 52 52.2
10
37.9
500
feb-maret
33-36
11-12
sedang
lembek
Orange
7
4
1
12
16 S 0 06 02.1
E 116 52 51.3
9
36.9
500
feb
40-42,5
13-14
serdang
lembek
Orange
10
6
3
19
17 S 0 06 02.7
E 116 52 50.6
10
20.1
200
feb
40-43
14-16
sedang
lembek
Orange
14
10
3
27
18 S 1 05 14.2
E 116 54 43.5
6
61.8
-
feb-maret
34-39
10-12
sedang
lembek
Orange
8
5
2
15
23 S 1 34 46.1 24 S 1 49 41.7
E 116 12 12.3
19
26.4
-
feb-maret
44
14
sedang
lembek
kuning-orange
13
9
2
24
E 116 04 57
23
51.0
-
feb-maret
43-45
13-15
sedang
sedang
kuning-orange
10
8
2
20
No
Musim berbuah
Lingkar buah
Panjang ukuran biji Tekstur daging buah Warna daging buah buah
447
448 26 S 1 51 19.5
E 116 10 5.7
19
24.5
-
feb-maret
41-42
11-14
sedang
sedang
Orange
9
8
2
19
27 S 1 49 53.4
E 116 04 55.5
17
28.0
-
feb-maret
40-45
15-17
sedang
sedang
Orange
10
6
3
19
28 S 1 31 21.2
E 116 18 48
15
27.1
-
feb-maret
33-39
12-14
sedang
lembek
Orange
9
9
1
19
29 S 1 36 09.7
E 116 10 06.1
16
28.3
-
feb-maret
45-46
13
sedang
lembek
Orange
12
9
3
24
30 S 1 36 08.5
E 116 10 07.4
20
37.3
-
feb-maret
42-49
16-18
besar
sedang
Orange
12
9
2
23
31 S 1 42 56.1
E 116 08 12.7
18
27.1
-
feb-maret
45-46
12-13
besar
lembek
Orange
9
8
2
19
32 S 1 00 4.1
E 116 12 57
19
36.0
-
feb-maret
42,5-45
11-18
sedang
lembek
Orange
8
7
3
18
33 S 1 31 36.3
E 116 19 18.3
17
30.9
-
feb-maret
36-42
13-14
sedang
sedang
orange
3
2
2
7
34 S 1 31 38.3
E 116 19 16.3
13
25.8
-
feb-maret
42-45
13-16
sedang
lembek
Orange
4
3
2
9