JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
PERANCANGAN FILM PEMBELAJARAN KESENIAN LUDRUK UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII DI SURABAYA Terbit Nurcahya Basuki dan Andjrah Hamzah Irawan, ST, Msi Jurusan Para Pengarang, Fakultas Masing-masing, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Perkembangan kesenian Ludruk di masa ini sangat memprihatinkan. Saat ini, masyarakat di perkotaan sudah semakin jarang menjadikan kesenian Ludruk tanggapan dalam acara-acara hajatan masyarakat seperti acara pernikahan, sunatan dan acara-acara lainnya. Di kota Surabaya yang pernah disebut ikon Ludruk, hanya tersisa satu grup ludruk yang masih bertahan dan melakukan pertunjukkan secara rutin. Selain itu, upaya proses regenerasi melalui pembelajaran dan kegiatan Festival juga mengalami hambatan dalam proses pengenalan kepada siswa yang belum mengenal Ludruk sama sekali. Sehingga yang menjadi tantangan adalah bagaimana menciptakan sebuah media pembelajaran yang dapat mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang kesenian Ludruk, kepada target segmentasi pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII yang merupakan target pengenalan awal pembelajaran kesenian Ludruk. Proses pembelajaran tanpa adanya media pembelajaran dapat menimbulkan persepsi antar murid menjadi berbeda-beda. Berdasarkan karakteristiknya, kesenian Ludruk terbagi dalam beberapa bentuk kesenian meliputi gerak dan nyanyian. Sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk media pembelajaran audio-visual. Wujud dari penelitian dan perancangan ini adalah berupa film pembelajaran dengan konten pembelajaran kesenian Ludruk untuk pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII, menggunakan pendekatan drama pelajar dengan konsep berdasarkan hasil analisa dan studi. Diharapkan film pembelajaran ini dapat lebih membantu dalam proses pengenalan dan pembelajaran kesenian Ludruk, mampu menyampaikan pesan pembelajaran dan sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh target segmen yaitu pelajar SMP kelas VII di Surabaya. Dalam penyusunan sebuah film pembelajaran, yang perlu diperhatikan yaitu hal-hal penunjang keefektifan media seperti kesesuaian konsep, target audiens, talent, serta muatan film lainnya. Proses penyampaian informasi merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan sehingga audience tidak mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang disampaikan. Kata Kunci - Film, pembelajaran, Ludruk, energik.
K
I. PENDAHULUAN esenian Ludruk merupakan kesenian rakyat yang berasal dari Jawa Timur dan pernah menjadi kesenian rakyat paling populer. Sebagai salah satu jenis kesenian, Ludruk
memiliki elemen-elemen penting dan spesifik, yaitu tari Ngremo, kidungan, dagelan, serta cerita. Ludruk lahir sebagai sebuah kesenian yang mengapresiasikan perlawanan masyarakat terhadap kekuasaan pemerintah.
Gambar 1.1.
Pertunjukkan Kesenian Ludruk (Sumber gambar : dokumentasi perancang).
Bila Ludruk sebelumnya merupakan hiburan yang paling diminati oleh masyarakat, saat ini di perkotaan Ludruk sudah semakin jarang dijadikan tanggapan dalam acara-acara hajatan seperti acara pernikahan, sunatan dan acara-acara masyarakat lainnya. Perkembangan Ludruk yang buruk juga dapat dilihat dari jumlah grup yang mengalami penurunan. Di Surabaya hanya terdapat satu grup ludruk yang masih bertahan dan melakukan pertunjukkan secara rutin yaitu grup Ludruk Irama Budaya yang bertempat di Taman Budaya THR. Proses pelestarian dan regenerasi kesenian Ludruk juga menjadi sebuah hal yang saat ini tengah diupayakan oleh pelaku dan pemerhati kesenian Ludruk. Salah satunya yaitu melalui kegiatan kegiatan rutin tahunan Festival Ludruk Pelajar yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur. Dengan tujuan utama untuk memperkenalkan kesenian Ludruk kepada pelajar juga sebagai wadah pembelajaran bagi siswa untuk lebih mengenal seni-seni tradisi jawa timur. Terdapat kendala dalam proses pengenalan kesenian Ludruk kepada siswa yang belum mengenal ludruk sama sekali, dimana dalam proses pembelajaran memainkan Ludruk, siswa harus memahami arti dari kesenian ini terlebih dahulu. Selain itu, media pembelajaran bagi siswa belum ada, dan media pembelajaran tentang kesenian ludruk yang ada saat ini cakupannya masih untuk umum. Proses pembelajaran tanpa adanya media pembelajaran dapat menimbulkan persepsi antar murid menjadi berbedabeda. Dengan adanya media pembelajaran, siswa akan lebih mudah mendapatkan informasi dan adanya persamaan persepsi terhadap informasi yang diharapkan. Berdasarkan karakteristiknya, kesenian Ludruk terbagi dalam beberapa bentuk kesenian meliputi gerak dan nyanyian, lawakan, taritarian, kidungan dan cerita. Sehingga untuk menampilkan kesenian ini dalam sebuah media pembelajaran perlu ditampilkan dalam salah satu bentuk media audio visual.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 Tujuan dari perancangan ini adalah untuk memberikan alternatif media pembelajaran dan membantu meningkatkan apresiasi siswa terhadap kesenian Ludruk dengan harapan dapat membantu mengenalkan kesenian ludruk kepada pelajar Sekolah Menengah Pertama.
2 d) Cerita drama lakon Cerita diangkat dari legenda, babad, serita kepahlawanan atau cerita kehidupan masyarakat sehari-hari.
II. STUDI PUSTAKA A. Tinjauan Kesenian Ludruk Kesenian Ludruk terdiri dari beberapa macam periode perkembangan, yang terdiri dari : a. Periode Lerok Ngamen, berlangsung tahun 1907-1915. b. Periode Lerok Besutan, berkembang pada tahun 19151920-an. c. Periode Ludruk Sandiwara, berkembang sekitar tahun 1931. Nama ludruk berawal dari perilaku gerak pada sebuah tarian Ngremo, dengan gerakan kepala gela-gelo dan gerakan kaki gedrog-gedrog. Dari gerakan tersebut kemudian menjadi akronim lodrog yang mengalami variasi kata menjadi Ludruk. Sehingga tari Ngremo dan kesenian Ludruk merupakan sebuah kesatuan, dimana ludruk tidak dapat dipisahkan dari tari Ngremo meskipun tariannya dapat dipertunjukkan sendiri. Dalam kesenian Ludruk terdapat empat unsur pertunjukkan, yaitu: a) Tari Ngremo Merupakan tarian sambutan, yang menyimbolkan gerak kepahlawanan.
Gambar 2.1 Pertunjukkan tari Ngremo (Sumber gambar : dokumentasi perancang).
b) Kidungan yang dibawakan bedayan. Kidungan yang dibawakan oleh personil Ludruk (pria) yang berdandan wanita.
Gambar 2.2 Pertunjukkan Bedayan (Sumber gambar : dokumentasi perancang).
c) Dagelan, meliputi parikan dan dagelan/lawakan Berisi sindiran dan pesan yang disampaikan lewat parikan serta lawakan.
Gambar 2.3 Parikan dan Dagelan (Sumber gambar : dokumentasi perancang).
Gambar 2.4 Pertunjukkan lakon drama Ludruk (Sumber gambar : dokumentasi perancang).
Aspek musikal yang mengiringi dalam kesenian Ludruk adalah dari jenis musik tradisional khas karawitan "JawaTimuran" dengan ciri khas pola penabuhan bonang babok dan bonang penerus, saron peking dan kendhang yang sangat menonjol.
Gambar 2.5 Pengiring musik dalam pertunjukkan Ludruk (Sumber gambar : dokumentasi perancang).
B. Tinjauan Pembelajaran Seni dan Budaya Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya untuk kelas VII meliputi dua aspek, yaitu : a) Aspresiasi, merupakan aspek pembelajaran yang memberikan pengaruh pada value, pengenalan dan pemahaman kesenian dan kebudayaan hingga berpengaruh pada perilaku siswa. b) Ekspresi, merupakan aspek pembelajaran yang lebih menekankan pada kemandirian siswa untuk bisa mengungkapkan nilai budaya menjadi sebuah karakter, kegiatan pertunjukkan, dan pergelaran sebagai salah satu perwujudan pengekspresian cita rasa keseniannya. Maka keterampilan yang harus dimiliki, yaitu dapat mengapresiasi karya seni teater dan mengekspresikan diri melalui karya seni teater. C. Tinjauan Film Film Dokumenter Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film Pendek Dalam pembuatan sebuah film pendek, terdapat beberapa elemen yaitu: a) Karakter, adalah tentang siapa cerita itu dan dari sudut pandang mana cerita itu diceritakan. b) Tujuan, adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh karakter. c) Konflik, adalah apa yang terjadi antara karakter dan pencapaiannya.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 Konflik menjadi sebuah masalah, menciptakan rintangan dan dilema yang menempatkan karakter dalam sebuah keadaan bahaya, baik fisik, mental maupun spiritual. Yang berarti ada sesuatu yang dipertaruhkan bila karakter tidak dapat menyelesaikan masalahnya. Dasar struktur dalam sebuah cerita meliputi : a) Eksposisi, karakter utama dan lokasi diperkenalkan. Pada poin ini, setidaknya apa yang terjadi dan apa yang diinginkan oleh karakter telah ditunjukkan. b) Kejadian buruk, sesuatu yang tidak disangka terjadi, dan membawa karakter menuju sebuah tujuan. c) Peningkatan konflik, sesuatu atau seseorang menghalangi karakter menuju tujuannya, konflik menjadi semakin memburuk dan ditunjukkan dalam beberapa peristiwa. d) Krisis, adalah sebuah keadaan dimana karakter menjadi semakin lemah dan rintangan semakin sulit. Pada sisi ini karakter menetapkan sebuah keputusan menghadapi masalahnya. e) Klimaks, menempatkan karakter berhadapan dengan rintangannya. Pada sisi ini tidak terhadap jalan untuk kembali, karakter harus melakukan sesuatu. Dalam cerita pendek, krisis dan klimaks menjadi satu kejadian. f) Resolusi, hasil akhir, menggambarkan hasil pencapaian karakter sukses atau gagal. III. METODE DESAIN A. Jenis Data Dalam memperoleh data yang dapat mendukung proses perancangan maka dilakukanpencarian data melalui: a) Mengidentifikasi Fenomena b) Studi eksisting dan studi komparator c) Hasil wawancara mendalam dengan pihak yang terkait d) Studi Literatur dan teori yang berhubungan e) Hasil dari kuisioner untuk mengetahui keinginan audiens Jadi dalam riset ini diperoleh data primer berupa hasil Kuesioner kepada responden dan wawancara kepada pihak Dinas P dan K, pengajar dan pengamat kesenian Ludruk, serta melalui studi tentang kesenian Ludruk dan beberapa komparator film. Selain itu diperoleh juga data Sekunder melalui beberapa buku literatur dan teori. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada perancangan ini terdiri dari pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya. 2. Sampel Dalam penggalian data, dilakukan kuisioner pada pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya yang disebar secara random. C. Teknik Analisis 1. Identifikasi Permasalahan Untuk mengetahui identifikasi masalah, maka dilakukan penggalian data melalui depth interview kepada beberapa
3 pihak terkait, seperti penanggung jawab kegiatan Festival Ludruk Pelajar, Dinas P dan K bagian pendidikan, dan guru pengajar kesenian Ludruk serta pengamat kesenian Ludruk yang terdapat di Surabaya dan kuisioner terhadap target segmen yaitu pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya. Dari kedua data tersebut dapat ditarik kesimpulan melalui proses komparasi antara data primer dengan data sekunder. 2. Tinjauan Literatur Tinjauan literatur diperoleh sesuai dengan perancangan yaitu perancangan film pembelajaran. Tinjauan literatur yang digunakan meliputi studi tentang kesenian Ludruk, studi tentang film, studi tentang media pembelajaran, studi tentang proses pembuatan film dan cerita, serta studi segmentasi. 3. Studi Eksisting Studi eksisting terfokus pada kegiatan Festival Ludruk Pelajar, melalui hasil rekaman pertunjukkan yang didapatkan dari Dinas P dan K Jawa Timur. Studi eksisting juga menggunakan komparator yakni film pembelajaran sebagai pembanding proses pembelajaran dan acuan dalam perancangan. 4. Konsep Desain Perancangan konsep desain untuk Film Pembelajaran Kesenian Ludruk berorientasi pada penyampaian pembelajaran untuk pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya sebagai target segmen. IV. KONSEP DESAIN A. Positioning Film pembelajaran yang mengangkat tentang kesenian Ludruk, sebagai kesenian daerah Jawa Timur. Memberikan pemahaman, pengetahuan dan mengajarkan tentang kesenian Ludruk. B. USP Unique selling preposition pada film ini adalah : 1. Film pembelajaran yang mengangkat tentang kesenian Ludruk dengan muatan cerita drama ludruk yang diperankan oleh pelajar. 2. Mampu mengkomunikasikan tentang sejarah kesenian Ludruk, menunjukkan seperti apa kesenian Ludruk tradisional serta memberi contoh muatan yang ada dalam sebuah kesenian Ludruk. 3. Dapat menanamkan pemahaman terhadap pelajar untuk meningkatan kecintaan terhadap kesenian daerah, dan memberi dorongan untuk mempelajari kesenian daerah. C. Konsep Perancangan Sebuah film dengan konten pembelajaran kesenian Ludruk yang energetic adalah sebuah film dengan cerita tentang pelajar yang bersemangat dalam bermain Ludruk namun juga tidak mengabaikan penyampaian konten pembelajaran.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
4
Kesan energetic, diambil dari penggabungan dinamis dan spirit, digambarkan melalui cerita, alur yang dinamis dan cepat, scoring yang digunakan meskipun tidak termasuk dalam perancangan juga digunakan scoring dengan tempo yang dinamis. Untuk konten pembelajaran pada perancangan ini terdapat beberapa konten, yaitu dokumenter kesenian Ludruk tradisional, pengetahuan tentang sejarah dan arti kesenian Ludruk, pengenalan tari Ngremo dan pengenalan alat musik gamelan.
Gambar 5.5 Konten pengenalan gamelan
VI. KESIMPULAN & SARAN V. IMPLEMENTASI DESAIN Film pembelajaran ini menggunakan talent pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Surabaya, jurusan teater, untuk muatan drama Ludruk. Format film 1280 x 720, 25 fps.
Gambar 5.1 Tinjauan konten pembelajaran
Gambar 5.2 Konten pengenalan dan pembelajaran 1
A. Kesimpulan 1. Pada intinya sebuah media pembelajaran memiliki tujuan untuk membantu dalam sebuah proses pembelajaran meskipun media yang dapat digunakan sangat beragam. 2. Pemilihan media yang digunakan harus disesuaikan dengan target segmen dan kebutuhannya, serta penyesuaian dengan karakteristik konten yang diangkat. 3. Film merupakan salah satu media audio-visual yang dapat berfungsi sebagai media pembelajaran dan informasi bagi pelajar. 4. Diharapkan film pembelajaran ini dapat lebih membantu proses pengenalan dan pembelajaran kesenian Ludruk, sebagai kesenian daerah Jawa Timur. 5. Dalam penyusunan media pembelajaran, konten yang diberikan harus mampu menyampaikan pesan pembelajaran dengan jelas, sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh target segmen. 6. Target audience dari perancangan ini adalah pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya. 7. Dalam penyusunan sebuah film, perlu sebuah cerita dan alur yang jelas. Dengan alur dan cerita yang kurang jelas akan membuat audiens merasa kesulitan dalam menangkap cerita. 8. Proses penyampaian informasi merupakan hal yang menjadi prioritas dalam muatan film pembelajaran. Saran
Gambar 5.3 Konten pengenalan tari Ngremo
Gambar 5.4 Konten dokumenter kesenian Ludruk
1. Sebaiknya dalam perancangan sebuah film pembelajaran, perlu diperhatikan antara kesesuaian konsep, target audiens, talent yang digunakan, serta muatan lainnya yang digunakan dalam film. Jika talent yang digunakan kurang sesuai dengan target segmen dapat mengurangi keefektifan media. 2. Proses penyampaian informasi dalam sebuah media pembelajaran harus diperhatikan dan diupayakan sejelas mungkin. Penambahan subtitle, bahasa yang digunakan dan keseimbangan scoring dengan narasi harus diperhatikan sehingga audience tidak mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang disampaikan. 3. Perlunya sebuah pertimbangan dalam perancangan konten dengan durasi film yang digunakan. Konten yang terlalu padat dapat membuat audience jenuh dan kesulitan dalam menerima informasi, perulangan konten informasi mungkin lebih dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4. Pembatasan target audience yang digunakan perlu sebuah riset yang lebih mendalam, sehingga media film ini dapat benar-benar sesuai dengan karakter target segmen yang dituju. 5. Perdalam tinjauan dengan mewawancarai pengamat film budaya mungkin dapat digunakan sebagai tambahan studi untuk proses perancangan media serupa. UCAPAN TERIMA KASIH “Perancang mengucapkan banyak terima kasih kepada Orang Tua atas dukungan moril maupun material, kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai stakeholder, SMK Negeri 9 atas bantuan yang diberikan dalam proses perancangan, grup Ludruk Irama Budaya atas bantuan yang diberikan, Bpk/Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan selama pengerjaan Tugas Akhir ini, dan seluruh teman – teman yang telah memberikan bantuan pada pengerjaan tugas akhir ini”. DAFTAR PUSTAKA Henricus Supriyanto, 1989, Pertumbuhan dan perkembangan teater ludruk di Jawa Timur, Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur [2] Wahyudiyanto, 2008, Kepahlawanan Tari Ngremo Surabayan, Solo: ISI Press [3] Eiseman Leatrice, 2000, PANTONE Guide To Communicating With, Grafix Press [4] Hayward, Susan, 1996, Key Concept in Cinema Studies [5] Darmaprawira W.A, Sulasmi, 2002, Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaanya, Bandung : ITB, edisi ke-2 [6] W. Santrock, John, 2003, Adolescene Perkembangan Remaja, Jakarta : Erlangga, Edisi keenam [7] Simon, Mark, 2007, Storyboards Motion in Art, Oxford: Elsevier Inc, Third edition [8] Sullivan, Karen, Schumer, Gary, Alexander, Kate, 2008, Ideas for the Animated Short, Oxford: Elsevier Inc [9] Harian Kompas terbitan tanggal 10.10. 2010, Surabaya, Jawa Timur [10] http//berebut-kuasa-atas-ludruk.html, average.com [1]
5