PERAN KH. HASAN BISRI SH. M.Hum. DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN MASYARAKAT SEMPER TIMUR-JAKARTA UTARA SKRIPSI
Oleh:
Irfanuddin 104051001904
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008
PERAN KH. HASAN BISRI DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN KEAGAMAAN MASYARAKAT SEMPER TIMUR
Oleh:
IRFANUDDIN 104051001904
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PERAN KH. HASAN BISRI DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN KEAGAMAAN MASYARAKAT SEMPER TIMURJAKARTA UTARA SKRIPSI Diajukan sebagai tugas akhir dalam jenjang Strata Satu (S1) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh:
IRFANUDDIN 104051001904
Di bawah bimbingan:
HASANUDDIN IBNU HIBBAN NIP. 150262442
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Peran KH. Hasan Bisri dalam Meningkatkan Pemahaman keagamaan Masyarakat Semper Timur-Jakarta Utara" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 17 Desember 2008
Panitia Sidang Munaqasah, Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Djalal, MA NIP. 150202342
Umi Musyarofah, MA NIP. 150281980
Penguji I
Penguji II
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 150244766
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150276299
Pembimbing
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA NIP. 150270815
ABSTRAK Islam sebagai agama dakwah yang menegaskan setiap individu muslim untuk menyebarkan dan mensyiarkan kepada seluruh umat manusia agar mereka selamat di dunia dan akhirat. Sebagai agama yang dipilihkan Allah diantara bermacam-macam agama di atas dunia, maka tentu agama Islam mempunyai kelebihan-kelebihan yang menonjol dari-dari agama-agama lain, karena ajaran agama Islam lebih luas dan mencakup segala aspek kehidupan. Dakwah merupakan salah satu kewajiban setiap muslim yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Dakwah bertujuan mengajak seluruh umat Islam untuk beribadah dan mencurahkan seluruh perbuatan agar selalu mendapat ridho-Nya. Bagaimana peran KH. Hasan Bisri dalam meningkatkan pengamalan keagamaan masyarakat Semper Timur? Kegiatan dakwah yang dilakukan KH. Hasan Bisri,mencakup tiga nilai, akidah, muamalah, dan akhlak. Metode yang digunakan yaitu dengan cara ceramah agama, menyampaikan nilai-nilai akidah (keimanan, keyakinan), pengajaran tentang ilmu fiqih (tentang tata cara ibadah), dan juga tausiah keagamaan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman, seperti tata cara bermasyarakat, menanamkan sikap persaudaraan, dan saling tolong-menolong antar sesama dan sebagainya. Pemberian materi-materi keagamaan seperti itu penting bagi masyarakat Semper Timur, karena mayoritas masyarakat masih awam terhadap pengetahuan agama dan ajaran-ajaran Islam. KH. Hasan Bisri berkoordinasi dengan para dai untuk berbagi pengetahuan kepada masyarakat. Materi yang dikaji sangat menarik karena menyangkut dengan dua hubungan, hubungan manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia. Hasan Bisri tidak membatasi para warga, yang terpenting adanya keinginan untuk belajar tentang ilmu ke-Islaman. selain pengajian rutin Hasan Bisri membangun sekolah untuk terselenggaranya pendidikan terhadap masyarakat, dan pendirian lembaga sosial kemasyarakatan sebagai upaya menciptakan rasa sosial dalam masyarakat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori peran dan dakwah, tujuannya untuk melihat seberapa besar pengaruh kegiatan dakwah KH. Hasan Bisri dalam meningkatkan pengamalan keagamaan masyarakat Semper Timur Jakarta Utara. Dalam penelitian ini, teknik olah data yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan dokumentasi atau pengumpulan bahan dari buku, selain itu, observasi yang di dalamnya wawancara dengan narasumber terkait. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa peran dakwah yang dilakukan oleh KH. Hasan Bisri mencakup tiga nilai dalam Islam yang saling berkaitan antara satu dan yang lainnya. Aspek akidah, muamalah, dan akhlak.
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji serta syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmatnya, baik nikmaat iman, Islam serta nikamt sehat wal afiat kepada penulis untuk menjalankan proses pembelajaran, dalam menyelesaikan studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mencapai gelar sarjana sosial Islam (S. Sos.I) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Proses dialektika keilmuan dan pembentukkan kepribadian yang selama ini dijalani, penulis rasakan banyak berarti. Karena selain banyak faktor yang ikut terlibat baik aktif maupun
pasif dalam mewarnai kehidupan penulis sebagai seorang
mahasiswa, tak terlepas pula karena kebesaran kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang seiring dijadikan corong intelektual bagi kampus-kampus dan para pemikir keIslaman Indonesia. Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Atas bantuan dan dorongan baik berupa moril dan materil kepada penulis, maka penulis akan menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi. Teruntuk ayahanda Nadam AlHasyimi yang banyak memberikan pengertian kepada penulis, mengajarkan arti hidup, dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan. Ibunda, Sunarti, sosok ibu yang pandai mengerti apa yang penulis inginkan dan selalu memahami dalam keadaan apapun sejak
kecil sampai saat ini. Serta adik-adikku tercinta, Firman, Lutfi, Fitri, Umi, dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 1. Bapak Rektor Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas tuntunannya dalam menunjukkan penulis akan keberhasilan ilmu pengetahuan. 2. Bapak dekan fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Murodi, MA atas segala kesabarannya mengarahkan penulis agar menjadi orang yang lebih baik. 3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan ibu Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberi motivasi. 4. Bapak Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku pembimbing skripsi penulis, dengan kesabarannya dan keluasan wawasan keilmuan yang dimiliki banyak memberikan arahan serta kontribusi ke arah yang lebih baik dalam menyelesaikan penulisan skripsi dan studi di kampus tercinta. 5. Seluruh jajaran fakultas Dakwah dan Komunikasi, para dosen, staf tata usaha, petugas perpustakaan yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. KH. Hasan Bisri SH. M. Hum sebagai inspirator bagi penulis, KH. Tohir Anwar yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan banyak informasi tentang KH. Hasan Bisri dalam dakwah yang dilakukannya. 7. Teman-teman KPI E agkatan 2004 (you all the best friends) yang bersama-sama melewati tantangan begitu hebat dalam mengarungi samudera perkuliahan di kampus
ini, semoga persahabatan kita tetap solid dan kompak, ‘Honey’ yang jauh disebrang terima kasih atas doa dan semangatnya. 8. Seluruh teman-teman angkatan 2004 fakultas Dakwah dan Komunikasi atas segala dukungannya, semangat… Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Walau deemikian, skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis. Apabila ada kesalahan, penulis mohon maaf, semoga skripsi dapat bermanfaat. Amiin.
Jakarta, 9 desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI Lembar Pernyataan Abstrak Kata pengantar .................................................................................................................i Daftar Isi ………………………………………………………………………………..iv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………...12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………..12 D. Metodologi Penelitian .…………………………………………..13 E.
BAB II
Sistematika Penulisan ……………………………………………15
TINJAUAN TEORITIS A.
Teori Peran ……………………………………………………16 1. Pengertian Peran …………………………………………..16 2. Tinjauan Sosiologis peran …………………………………18
B.
Pemahaman Keagamaan ……………………………………….20 1. Pengertian PemahamanKeagamaan ………………………20 2. Ruang Lingkup Pemahaman keagamaan …………………30
BAB III
BIOGRAFI KH. HASAN BISRI SH. M. Hum. DAN GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SEMPER TIMUR-JAKARTA UTARA A.
Biografi KH. Hasan Bisri SH, M.Hum. ………………………36 1.
Riwayat Hidup KH. Hasan Bisri SH. M. Hum ………….36
2.
Latar Pendidikan KH. Hasan Bisri SH. M.Hum. ………..38
3. B.
Kegiatan Dakwah KH. Hasan Bisri SH. M.Hum. ……….39
Masyarakat Semper Timur …………………………………….41 1.
Letak Geografis …………………………………………..41
2.
Data Kependudukan ……………………………………..42
3.
Sarana-Sarana Sosial Keagamaan ………………………..43 a. Masjid …………………………………………….43 b. Majlis Taklim ……………………………………..45
4. BAB IV
Sarana Pendidikan ……………………………………….47
ANALISA HASIL PENELITIAN A.
Peran KH. Hasan Bisri SH, M.Hum. dalam Kegiatan Ibadah Masyarakat Semper Timur-Jakarta Utara ................................48
BAB V
B.
Peran Muamalah .....................................................................56
C.
Peran Pembinaan Akhlak ……………………………………..58
D.
Analisis ………………………………………………………..62
PENUTUP A.
Kesimpulan ……………………………………………………68
B.
Saran-Saran …………………………………………………….69
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..70 LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………………….73
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan bagian penting dalam Islam, bagaikan lampu yang berfungsi sebagai penerang dalam kehidupan dan cahaya yang menuntun jalan umat untuk menuju kepada perubahan spiritual dan akhlak yang lebih baik. Dakwah berfungsi sebagai obat penawar bagi umat. Di saat manusia terkontaminasi dengan berbagai macam racun yang dapat mematikan nilai keagamaan seseorang karena kehausan Iman dan Islam. dakwah mengajak manusia kepada Allah dapat bermakna, menghimbau manusia untuk melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.hal ini mencakup pula: memerintahkan mereka kepada semua kebaikan, dan melarang mereka dari semua kejahatan.1 Keagungan dan keluhuran martabat dakwah Islam tidak hanya dilihat dari pengagungan Al-Quran terhadap dakwah. Tetapi, ketinggian dan keluhurannya dilihat pula dari definisinya, yaitu menyampaikan Islam pada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi. Dengan kata lain dakwah adalah segala bentuk aktifitas kebajikan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip Islam dalam rangka membawa manusia kepada kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dakwah bukan sekedar kebaikan individu atau amal saleh sukarela, bahkan lebih dari itu, dakwah merupakan hak orang lain yang
1
Fawwaz Bin Hulayil Bin Rabah As-Suhaimi, Manhaj Dakwah Salafiyah, (Dar Ibnul Qoyyim, Dar Ibnu ‘Affan, 2003), Cet, Ke-1, h.51
harus dipenuhi, seperti tercantum dalam hadis muttafaq alaih: “din (Islam) adalah nasihat, bagi Allah, Rasulnya, Kitab-nya, pemimpin umat dan umat pada umumnya. Nasihat untuk umat pada umumnya mengajak kepada kebaikan, mengajarkan agama, membantu mereka, membimbing untuk saling mencintai di jalan Allah. Sebagaimana rasul menjelaskan, hak seorang muslim atas muslim lainnya jika diminta nasihat maka harus memberi nasihat. Dakwah merupakan mediator taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, seperti tersirat dalam firman:
"#$%&'(!)
!
/0!1
*!+
!.$
,-!.$
*!+
2- 34$
,?A 67859%:;4☺=> 2-5. “Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang yang mengikutiku senantiasa berdakawah (untuk kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata , maha suci Allah dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik.” (QS Yusuf: 108). Dakwah sebagai mediator pendekatan diri kepada Allah karena, menjalankan dakwah berarti menjalankan perintah Allah dan mengikuti tuntunan Rasul-nya. Lebih dari itu dakwah merupakan jejak langkah para nabi dalam menyebarkan nilai-nilai kebenaran dan kebijakan kepada seluruh manusia.
Allah SWT berfirman:
B1CD=> :E!F G$
I1J>
K:E!F:
LMN 3>OP
“… mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga..” (alBaqarah 221).
Mengajak manusia kembali kepada Allah adalah perkara besar. Demikian pula pahalanya, sangat mulia. Dakwah termasuk kewajiban yang paling penting bagi setiap muslim, khususnya para ‘ulama. Dakwah adalah jalan para Rasul shalawatullah wa salamuhu ‘alaihim. Mereka adalah teladan sekaligus imam dalam urusan mulia ini. bahkan inilah jalan para pengikut mereka hingga hari kiamat. Kebutuhan terhadap dakwah merupakan kebutuhan dlaruri (sangat mendesak) jelas sangat terasa. Sehingga, umat manusia betul-betul sangat membutuhkan orangorang yang memberikan pemahaman kepada mereka tentang agama mereka, membimbing mereka ke jalan yang kokoh dan lurus, dengan mengajak mereka kepada tauhid dan meninggalkan semua yang bertentangan dengan tauhid, baik dalam bentuk perbuatan, perkataan secara umum maupun dalam bentuk kesempurnaan yang seharusnya. Oleh sebab itu, Allah mewajibkan para ulama untuk menjelaskan al-haq ini dengan dalil-dalilnya, mengajak manusia kepada-Nya agar keterangan tersebut menjadi sebab keluarnya manusia dari kegelapan kebodohan, dan tegaknya urusan dunia dan agama di atas perintah Allah.
Dan kebodohan terhadap masalah ini, akibatnya sangat buruk bagi seluruh dunia. Karena kebodohanlah Allah disekutukan, maha suci dia. Karena kebodohan terjadi ilhad (penyimpangan) dalam nama dan sifat-sifatnya. Karena kebodohan pula ajaran agama ini diselewengkan seluruhnya. Dan karena itu pula nabi menerangkan bahwa apabila ulama itu telah dicabut (wafat), tinggalah para pemimpin jahil yang berfatwa kepada manusia tanpa ilmu akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.2 Dengan demikian, jelas bahwa dakwah merupakan sebab utama datangnya kemaslahatan alam semesta, urusan di dalamnya stabil, terpelihara dari segala sesuatu yang merusak. Semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan adanya orang-orang yang menjaga perkara aqidah, pelaksanaannya maupun akhlaknya, disempurnakan pula dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Umat manusia, dengan berbagai perbedaan jenis, warna kulit, kekuatan serta kelemahan mereka, sangat membutuhkan dakwah Islamiyah ini. Mereka sangat butuh kepada ajaran agama Allah yang kokoh ini, yang akan mengatur dengan seksama tatanan hidup dan kehidupan mereka. Baik yang berkaitan dengan al-khalik atau dengan sesama manusia. Dan Allah menciptakan manusia dalam keadaan penuh kekurangan. Maka, bagaimanapun luas dan hebatnya pemahaman dan pengetahuan mereka, seorang manusia tetap dalam kekurangan dan keterbatasannya. Allah menjadikan dakwah sebagai kewajiban agama yang paling mulia. Allah mewajibkan dakwah ini kepada kaum muslimin, masing-masing sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Allah menyifatkan kaum mukminin yang berdakawah ini sebagai mukmin yang sempurna, memuji mereka yang telah menjalankan dakwah ini, saling
2
Fawwaz Bin Hulayil Bin Rabah As-Suhaimi, h. 65
tolong-menolong dan mewasiatkan kepada sesama mereka. Dan Allah mempersaksikan bahwa mereka adalah sebaik-baik manusia. Kaum muslimin pada masa rasul serta para sahabat dan juga pada masa tabi’in, sangat memuliakan urusan dakwah. Mereka betul-betul menjalankannya dengan baik. Dan kebutuhan manusia terhadap hal ini setelah abad-abad mereka sangat hebat dan sangat mendesak. Urgensi dan keutamaan dakwah ini semakin terlihat jelas ketika fitrah manusia telah mengalami perubahan seiring dengan penyimpangannya dari manhaj yang lurus ini menuju peribadatan kepada selain Allah, baik melalui aturan pendidikan, lingkungan keluarga dan masyarakat yang buruk prilaku dan pergaulannya. Apabila kita memperhatikan Al-Quran dan Sunnah maka kita akan mengetahui, bahwa dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan. Keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun prakteknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya. 3 Sebenarnya dakwah itu sendiri adalah komunikasi, dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu mencapai target yang diinginkan, demikian pula sebaliknya, komunikasi tanpa dakwah akan kehilangan nilai-nilai Ilahi dalam kehidupan. Dari sekian banyak definisi tentang dakwah, ada sebuah definisi yang menyatakan bahwa, dakwah adalah proses komunikasi efektif dan kontinyu, bersifat umum dan rasional, dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan sarana yang efisien, dalam mencapai tujuannya.
3
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 67
Definisi tersebut menegaskan peran dakwah dalam berkomunikasi dengan khalayak melalui media-media tertentu. Upaya tabligh (menyampaikan) Islam kepada masyarakat adalah salah satu media komunikasi dakwah yang digunakan rasulullah SAW dengan pesan berantai. Lebih dari itu dakwah adalah aktualisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yakni fungsi kerisalahan, yaitu berupa proses pengkodisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup. Dengan kata lain dakwah pada hakikatnya adalah satu upaya untuk merubah suatu keadaan yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran Islam. Dakwah merupakan usaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain,. Bagi orang yang didakwahi, pesan dakwah yang tak dipahami tak lebih maknanya dari bunyibunyian, jika dakwahnya berupa informasi maka ia dapat memberi pengertian, tetapi jika dakwahnya merupakan panggilan jiwa, maka ia harus keluar dari jiwa juga. Penjahat yang berkhutbah tentang kebaikan, maka pesan kebaikan itu tak akan pernah masuk ke dalam jiwa pendengarnya. Berbeda dengan aktor yang ukuran keberhasilannya jika berhasil berperan sebagai orang lain, maka dai harus berperan sebagai dirinya. Seorang dai harus terlebih dahulu menjalankan petunjuk agama sebelum memberi petunjuk kepada orang lain. Ia harus seperti minyak wangi, mengharumkan orang lain tapi memang dirinya lebih harum, atau seperti api, bisa memanaskan besi, tetapi dirinya memang lebih panas. Berbicara tentang hakikat adalah berbicara sesuatu yang mendasar. Seorang penyanyi dangdut yang dengan lenggak-lenggok erotis di atas panggung menyanyikan lagu ajakan kepada tuhan, adakah ia seorang dai? Jawabannya jelas, yaitu bahwa
penyanyi itu membawakan lirik-lirik dakwah, tetapi pada hakikatnya ia sedang tidak berdakwah. Dai itu sendiri pada hakikatnya adalah proses dari gerakan peradaban yang mengemban tugas dan peran strategis dalam kehidupan, yaitu agar menjadi produktif. Bahwa upaya melakukan perubahan kondisi suatu bangsa atau masyarakat merupakan keniscayaan dalam kehidupan, dengan kata lain merekayasa kehidupan adalah kegiatan manusia dalam menjalankan misi hidupnya menuju hidup yang penuh rahmat dan keberkahan. Proses dakwah Rasulullah SAW menggunakan mediator dan basis operasional yang argumentatif dan rasional. Mukjizat-mukjizat nabi yang berkonotasi kejadian supra rasional bukan merupakan jalan dakwah yang ditempuh, tetapi jalan dakwah beliau adalah melakukan secara kontinyu gerakan kebangkitan manusia untuk memahami diri dan lingkungannya serta menyadari misi dalam hidup dan kehidupan. Setiap aturan Allah dalam mengemban amanah memakmurkan hidup demi tegaknya tatanan kehidupan sejahtera, aturan itu diikuti oleh Rasulullah SAW untuk membangun umat, baik dalam tataran kehidupan pribadi atau sosial, baik saat damai maupun waktu perang. Dalam perkembangannya dakwah tidak hanya dapat disampaikan melalui mimbar seperti yang banyak dilakukan oleh para dai. Dakwah tidak hanya perbuatan atau tindak langsung yang dilakukan oleh seorang dai, seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Dalam masyarakat kita, sebutan lain bagi seorang dai adalah kyai, kyai ditengahtengah masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pemahaman nilai keagamaan serta menjadi motivator bagi masyarakat ketika kehilangan arah dalam dunia spiritualnya. Hal ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa seorang kyai keberadaannya ditengah-tengah masyarakat sangat dibutuhkan dan dihormati. Imam Al-Ghazali mengatakan, seorang ulama atau kyai laksana awan dilangit yang dapat memberikan keteduhan kepada umat ketika panas yang menyengat menyerangnya, ia tempat untuk mengadu segala permasalahan yang dialaminya, tempat mencari ketenangan spiritual ketika semakin terkikis nilai-nilai spiritualnya. Satu penghormatan masyarakat kepada kyai, karena keluasan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai tertentu yang dimilikinya, khususnya dalam ilmu agama. Dalam ajaran Islam ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan peran yang penting dalam kehidupan umat, karena mereka merupakan pewaris para nabi (al-ulama’ waratsat al-anbiya). Secara garis besar pesan ini dapat dipahami sebagi tugas pencerahan bagi umat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Jumu’ah ayat 2:
T
S!)
[\]S5W.
JZ4$I
5`5a !F$b
$
2-UV 5W.XY
[]%^!
[4d4☺5]^F$ K$
Q5R
^_!F
[]%5c9!QF$
3B☺f5!=h$
e^ !a'f=>
> ^e? 'k3> 3 -5. +⌧9 ,mA T8Ll.
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepada mereka kitab dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Dalam bahasa lain peran ini disebut juga amar ma’ruf nahi munkar, yang rinciannya meliputi tugas untuk: (1) menyebarkan, mempertahankan, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam, (2) Melakukan kontrol dalam masyarakat (sosial control), (3) Memecahkan problem yang terjadi di masyarakat, dan (4) menjadi agen perubahan sosial (agen of change).4 Di antara empat peranan tersebut, yang menjadi penting dan relevan dengan kondisi umat saat ini adalah menyebarkan dan mempertahankan ajaran dan nilai-nilai agama Islam, dengan menjaga dan mengamalkan nilai keagamaan dalam diri masyarakat (mad’u). hal ini dilakukan seorang kyai dengan cara mengajak manusia untuk mengikuti tuntunan Allah SWT melalui ajaran dakwah yang ia wariskan dari Rasulullah SAW. Pada dasarnya dakwah merupakan manifestasi iman yang paling utama yang harus dimiliki seseorang. Dengan kata lain, dakwah adalah suatu upaya untuk menunjukkan jalan yang hak kepada segenap manusia, guna menumbuhkembangkan rasa cinta kepada yang ma’ruf dan benci kepada yang munkar dan kebathilan, dan pada gilirannya akan terlepas dari kekalutan dan mendapatkan ketenangan dalam batinnya.5 Untuk dapat melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, tentunya harus melihat kepada nilai spiritual yang dimiliki oleh seseorang, pemahaman dan pemantapan iman yang selalu dilatih dengan kesungguh-sungguhan dan usaha yang
4
Masykuri Abdillah, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet,
Ke-1 h.2. 5
Suherman Affandi, Faktor Kesuksesan Dai, (Jakarta: Risalah, 1990), Cet, Ke-1 h. 35
terus menerus (istiqomah), dengan akhirnya akan timbul rasa untuk mengamalkan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan apa yang dilarang. Banyak faktor yang menjadi penyebab berhasil atau tidaknya seorang dai dalam mempengaruhi mad’u. Memang tidak hanya ditentukan oleh faktor dai, namun tidak dipungkiri seorang dai tetap memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan dakwah yang dilakukannya. Ahmad Mubarak berpendapat, bahwa keberhasilan dai dimungkinkan oleh berbagai hal: 1. Pesan Dakwah yang disampaikan pleh seorang dai memang relevan dengan kondisi masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan tak mungkin ditolak dan mereka menerima pesan tersebut. 2. Karena faktor pesona dai, yakni dai tersebut mempunyai kharismatik dan daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima dakwahnya, meski kualitas dakwahnya sederhana atau bahkan biasa saja. 3. Karena kondisi psikologis masyarakat yang sedang haus akan spiritual, dan mereka terlanjur memiliki perspektif kepada setiap dai sehingga pesan dakwah yang pada dasarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran yang jelas. 4. Kemasan yang menarik, pola pikir masyarakat awalnya acuh terhadap agama dan seorang dai, namun setelah melihat paket dakwah yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi menarik (misalnya kesenian, teknologi, atau program-program pengembangan masyarakat) sehingga paket
dakwah yang ditawarkan berhasil
menjadi stimuli yang mampu menggelitik persepsi masyarakat, dan pada akhirnya mereka akan merespon secara positif.6 Perlu disadari bahwa, keberhasilan dakwah secara total semata-mata tidak dapat dilihat dari daya tarik dan daya pikat seorang dai dalam menyampaikan pesan dakwah, jauh dari pada itu ukuran keberhasilan seorang dai dalam menyampaikan dakwahnya terletak pada adanya peningkatan dan kesetabilan spiritual pada mad’u (sasaran dakwah) atau masyarakat. Yang berimplikasi kepada perubahan sikap, prilaku, dan pemahamannya, pada hakekatnya dakwah merupakan upaya seorang dai sebagai media untuk mengubah prilaku masyarakat dari yang negatif menjadi baik, dan bodoh menjadi pandai.7 Dari sekian banyak ulama-ulama yang mengkomunikasikan ajaran dakwah Islam, KH. Hasan Bisri merupakan salah satu ulama yang mendedikasikan kehidupannya dalam membimbing dan membina masyarakat dengan kemampuan dan keilmuan serta dunia pendidikan yang dimilikinya. Dakwah merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berprilaku, dengan dakwah diharapkan akan dapat mengubah kepribadian baik secara individu maupun kolektif. Oleh karena itu, dakwah merupakan agen perubahan baik dalam pengetian material maupun immaterial. Dalam pengertian immaterial berarti dakwah sebagai aktifitas yang mampu melakukan perubahan prilaku dan pola pikir sehingga orientasi pemikiran manusia menuju kearah yang lebih positif, sedangkan dalam pengertian material dakwah dapat
6 7
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Fidaus, 1999), Cet, Ke- 1. h. 133 Bahri Ghazali, Dakwah Komunikati, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet, Ke-1h. 1
menimbulkan corak kegiatan manusia yang lebih menjanjikan masa depan bagi suatu masyarakat. Keberhasilan dakwah ditentukan oleh faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan dakwah. Salah satunya adalah lingkungan mad’u atau masyarakat, masyarakat selalu berkembang sesuai dengan budayanya yang ikut menentukan perubahan suatu masyarakat karena adanya perkembangan dari sisi masyarakat tersebut, termasuk didalamnya tatanan sosial, keagamaan, dan pendidikan yang melingkupinya. Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat merupakan suatu kelompok serta komunitas yang tidak dapat terpisah antara satu dan yang lain, terdiri dari berbagai individu dan latar belakang yang berbeda-beda, dakwah merupakan salah satu cara dari banyak macam cara untuk dapat menyatukan individu menjadi satu tatanan masyarakat yang baik dan memiliki integritas spiritual dan moral yang berkualitas. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian, dengan mengangkat judul skripsi “Peran KH. Hasan Bisri. SH M. Hum. dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Masyarakat Semper Timur-Jakarta Utara.” B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Skripsi ini di batasi hanya pada peran KH. Hasan Bisri dalam meningkatkan Pemahaman keagamaan masyarakat Semper Timur Jakarta Utara 2. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini dinyatakan dalam kalimat Tanya berikut ini:
1. Bagaimana peran KH. Hasan Bisri dalam kegiatan ibadah? 2. Bagaimana peran KH. Hasan Bisri dalam muamalah? 3. Bagaimana peran KH. Hasan Bisri dalam pembinaan akhlak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui peran KH. Hasan Bisri dalam kegiatan ibadah masyarakat Semper Timur. b. Guna mengetahui peran KH. Hasan Bisri dalam muamalah c. Untuk mengetahui peran KH. Hasan Bisri dalam pembinaan akhlak. 2. Manfaat Penelitian 1. Akademis Dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat berguna secara akademis yaitu menambah wawasan keilmuan dakwah, khususnya tentang peranan dai dalam dakwah Islam sebagai upaya untuk merubah tatanan kehidupan masyarakat. 2. Praktis a. Kepada para pembaca umumnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para mubaligh dalam mengkomunikasikan ajaran dakwah kepada masyarakat.
b. Sebagai masukan bagi masyarakat tentang pentingnya ajaran dakwah yang telah dibawa oleh Rasulullah. D. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif. Sedangkan penulisannya bersifat deskriptif-analisis. Arah dan tujuannya adalah KH. Hasan Bisri SH. M. Hum dalam berdakwah dan meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat Semper Timur-Jakarta Utara. 1. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Pengumpulan data melalui wawancara dengan narasumber yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan skripsi ini. b. Observasi/Studi Lapangan Pengmpulan data melalui studi lapangan dengan cara melihat dan mengamati kondisi masyarakat tersebut . Kedua metode tersebut dilakukan secara simultan dan saling melengkapi untuk memperoleh data yang valid dan layak untuk menyelesaikan suatu permasalahan, maka observasi dan wawancara dilakukan sedemikian rupa dengan berpedoman pada petunjuk-petunjuk yang digariskan dalam metode riset. 2. Teknik Analisis Data Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Sedangkan metode yang penulis pakai dalam menganalisis data adalah dengan menggunakan metode analisis analitik, maksudnya adalah melaporkan data dengan cara
menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan. 3. Teknis Penulisan Agar lebih mudah dipahami maksud dan tujuan dari pembahasan skripsi ini, maka penulisannya disesuaikan dengan “Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh Hikmat Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan beberapa pengecualian, yaitu: a.
Ayat-Ayat al-Qur’an tidak menggunakan footnote, melainkan hanya ditulis nomor dan nama suratnya pada akhir ayat yang bersangkutan.
b.
Terjemahan dari al-Qur’an dan hadits dan terjemahan kutipan dari bahasa asing diketik dengan tulisan miring.
E. Sistematika Penulisan Agar sistematika penjabaran (deskripsi) penelitian ilmiah ini, penulis membaginya kedalam beberapa bab dan sub bab, di antaranya: BAB I
Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Fokus Penelitian, terdiri atas pengertian peran, tinjauan sosiologis tentang peran, pengertian pemahaman keagamaan, ruang lingkup pemahaman keagamaan.
BAB III
Profil dan Biografi KH. Hasan Bisri SH. M. Hum dan gambaran umum masyarakat Semper Timur yang terdiri dari riwayat hidup KH. Hasan Bisri
SH. M. Hum, Latar pendidikan, kegiatan dakwah yang dilakukan terdiri atas: Bidang pendidikan, Sosial, Agama, dan Pemerintahan. BAB IV
Analisa Hasil Penelitian terdiri atas peran KH. Hasan Bisri SH. M. Hum dalam meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat Semper TimurJakarta Utara,pembinaan akhlak, dan peran muamalah.
AB VI
Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta diakhiri oleh daftar kepustakaan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Teori Peran 1. Pengertian Peran Teori peran atau (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi.8 Peran pertama kali diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Peran adalah konsep sentral dari teori peran. Meskipun begitu, definisi peran adalah yang paling tidak jelas. Dalam literatur ditemukan lebih dari 100 definisi tentang peran. Menurut Biddle dan Thomas, kebanyakan definisi itu menyatakan bahwa peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat dan harus dilaksanakan.9 Peran tidak dapat dipisahkan dari status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. karena yang satu tergantung pada yang lainnya dan sebaliknya, maka peran diibaratkan
8
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2005), Cet, Ke-10, h.224 9 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 667.
seperti dua sisi mata uang yang berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali, seseoarng dikatakan memiliki peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berbeda sesuai dengan statusnya. Gross, Mason dan A.W.MC. Eachern, sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu-individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.10 Harapan-harapan tersebut masih menurut David Barry, merupakan imbangan dari norma-norma dimasyarakat. Artinya, seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan dalam pekerjaannya, dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya. Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama bahwa harapan tentang prilaku-prilaku yang pantas, yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peranan tertentu. Peranan adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.11
10
N, Gross W.S. Masson and AW. Mc. Eachern, Explorationin Role Analysis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet, Ke-3, h. 99 11 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikoligi sosial, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), Cet, ke1 h.135
Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:12 a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku d. Kaitan antara orang dan perilaku. Sedangkan menurut Anton M Moeliono (1990 : 667) peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Namun menurut Soerjono peranan adalah merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.13 .Dengan demikian Yang dimaksud dengan peran merupakan kewajibankewajiban dan keharusan yang dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya didalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana dia berada.
2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peran Proses sosialisasi sebagian besar tahapannya terjadi melalui belajar berperan, suatu peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang untuk menduduki suatu status tertentu, dan seseorang dapat menerima beberapa perangkat peran pada waktu yang bersamaan, serta memangku berbagai macam peran yang memungkinkan munculnya stress atau kepuasan dan prestasi. Karena perilaku peran itu adalah perilaku aktual seseorang yang memerankan suatu peran, dan yang dipengaruhi oleh perjanjian peran yang dramatis, dimana orang
12 13
Sarlito Wirawan Sarwono. h.215 Onong Uchjana Efendy, 1989, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung
itu bertindak
dengan suatu usaha yang disengaja untuk menyajikan citra yang
diinginkan bagi orang lain. Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain (pada umumnya) tentang prilaku yang pantas, yang seyogianya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu. sebagai mana diakatakan oleh David Bery terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peranan terhadap masyarakat. Peran tidak hanya sebatas harapan-harapan, peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor, seorang guru adalah aktor, dan perannya diwujudkan dalam bentuk perilaku bahwa guru adalah sebagai pengajar dan pendidik, begitu juga halnya dengan seorang kiai ia sebagai aktor, dan perannya diwujudkan dalam bentuk perilaku bahwa kiai adalah seorang tokoh dan panutan serta contoh bagi umat (masyarakat), maka hendaknya ia menjadi pembimbing bagi umat.14 Stean (1971) dan Davis (1986) menekankan pandangan sosiologi dan sosial psikologis pada pekerjaan sosial, sementara Perlman (1986) menyatakan peranan sosial adalah konsep yang berguna untuk memahami relasi dan kepribadian yang menjadi kepentingan pekerjaan sosial. Munson dan Balgopal, menganggap bahwa orang menduduki posisi dalam struktur sosial dan setiap posisi memiliki peranan. Peranan adalah sekumpulan harapan atau prilaku yang berhubungan dengan posisi dalam strukur sosial, dan gagasan ini menyatakan peranan selalu dipertimbangkan dalam konteks relasi karena hanya dalam relasi peranan dapat dikenali. 14
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi social, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), Cet, Ke-10, h.218
Peranan berasal dari harapan terhadap orang lain. Peranan mugkin ascribed (misal menjadi wanita atau kulit hitam, cacat) dicapai melalui seuatu yang dilakukan (misalnya menjadi penulis atau anggota parlemen). Kumpulan peranan adalah kumpulan peranan yang bersamaan dalam posisi sosial tertentu. Complementarity (saling mengisi) peranan ada jika peranan, perilaku dan harapan sesuai dengan harapan dari orang-orang yang ada disekeliling. Konflik peranan ada jika satu peranan tidak sesuai dengan peranan lain. Konflik inter-peranan terjadi jika peranan-peranan yang saling berbeda yang dipegang seseorang tidak sesuai. Konflik inter-peranan terjadi jika harapan dari orang yang berbeda yang peranannya sama tidak sesuai. Goffman memperlihatkan cara lainnya untuk melihat adanya peranan. Dalam interaksi sosial orang mengetahui tentang orang lain melalui cara menangkap tandatanda dari prilaku orang lain. kita dapat mempengaruhi cara pandang orang lain dengan cara mengatur informasi, kita melakukan perbuatan yang dirancang agar kesannya tepat. Peranan dalam pandangan ini adalah perbuatan yang dilakukan karena adanya harapan sosial yang terkait dengan status sosial. Penampilan kita biasanya di idealkan dan didalamnya terckup harapan sosial. Beberapa aspek peranan sangat ditekankan sedangkan aspek lain disembunyikan. Orang seringkali
diberi stigma memberikan kesan pada orang lain tentang
aspek-aspek diri mereka yang tidak disetujui secara sosial.
B. Pemahaman Keagamaan 1. Pengetian Pemahaman Keagamaan Pemahaman keagamaan terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan keagamaan. Pemahaman berasal dari kata “paham”, dalam kamus besar bahasa indonesia artinya pengetahuan banyak, pengetahuan dan perkembangan dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. yang dilakukan dengan tujuan untuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia. Kata “paham” mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi pemahaman, yang memiliki arti proses, cara perbuatan memahami atau memahamkan.15 Menurut Emile Durkheim, melihat agama tidak lain merupakan sistem keyakinan dan praktik terhadap hal-hal yang sakral, yakni keyakinan yang membentuk suatu moral komunitas pemeluknya. Moral komunitas ini memperlihatkan bahwa agama berfungsi sebagai perekat atau kohesi sosial antara satu sama lain yang mengintegrasikan manusia kedalam satu ikatan moral yang kolektif. Manusia disini berada pada posisi pasif yang diatur berdasarkan sistem moral yang menjadikannya sebagai bagian yang terintegrasi dalam mekanisme kelembagaan masyarakat.16 Agama, kata “agama” dalam bahasa indonesia berarti sama dengan kata din dalam bahasa arab, atau dalam bahasa-bahasa eropa sama dengan (Religion). Agama berasal dari bahasa sansakerta yang berarti “tidak pergi, tetap ditempat, di warisi turun temurun”. Adapun kata din mengandung arti “menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan”.17 Agama adalah merupakan realitas yang melingkupi manusia. Ia senantiasa muncul dalam berbagai dimensi dan sejarah kehidupannya. Karena itu, tidak mudah
15
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Cet Ke-3, h.813 16 Irwan Abdullah, Ibnu Mujib, M. Iqbal Ahnaf, Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) Cet, Ke-1, h. 4 17 Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999) Cet, Ke-6, h. 63.
untuk memberi definisi yang dapat menampung semua persoalan esensial yang terkandung di dalamnya. Dapat dipastikan bahwa pendekatan apapun yang akan dilakukan oleh para ahli akan selalu diwarnai oleh latar belakang pemikiran yang digelutinya. Kata agama, secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta yang tersusun dari kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang terpadu, kata agama berarti tidak pergi, tetap ditempat, langgeng, abadi yang diwariskan secara terus-menerus dari satu generasi ke generasi lainnya. Secara umum, kata agama berarti tidak kacau yang secara analisis-kritis diuraikan dengan cara memisahkan kata demi kata: “a” berarti “tidak” dan “gama” berarti “kacau”. Jadi, orang yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh-sungguh tidak akan pernah mengalami kekacauan atau kepribadian yang pecah.18 Kata agama, secara terminologis, memiliki arti yang berbeda-beda sesuai dengan pendapat ahli yang mengemukakannya. 1. Jhon R. Bennet mengartikan agama sebagai penerimaan atas tata aturan terhadap kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan-kekuatan yang dimiliki manusia. 2. Frans Dahler memberikan definisi agama sebagai hubungan antara manusia dan sesuatu kekuatan suci yang lebih tinggi dari manusia sehingga ia berusaha untuk mendekatinya dan memiliki rasa ketergantungan kepadanya.
18
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Afeksi Islam, Menjelajahi Nilai-Rasa Transendental Bersama Al-Qur’an, (Bandung: Tafakur Humaniora, 2005) Cet, Ke-1 h. 1.
3. Karl Mark berpendapat bahwa agama adalah keluh-kesah dari makhluk yang tertekan hati dari dunia yang tidak berhati, jiwa dari keadaan yang tidak berjiwa. Menurut pendapatnya agama menjadi candu bagi masyarakat. 4. Ulama Islam mendefinisikan agama sebagai undang-undang kebutuhan manusia dari tuhannya yang mendorong mereka untuk berusaha agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.19 Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa agama merupakan satu system-credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas sesuatu yang mutlak di luar manusia. Agama juga satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak. Juga, sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan peribadatan yang dimaksud. Al-Quran telah mengungkapkan bahwa Allah Swt. Menyimpankan agama pada lubuk jiwa manusia: Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetapkanlah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu. (QS Al-Rum 30:30). Saat berbicara tentang para nabi, imam Ali menyebutkaan bahwa mereka diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian, yang telah diikat oleh fitrah mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak tercatat diatas kertas, tidak pula diucapkan oleh lidah, tetapi terukir dengan pena ciptaan
19
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, h. 3
Allah dipermukaan kalbu dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta di kedalaman perasaan batiniah.20 Hal tersebut dikemukakan bukan untuk pembuktian atau argumentasi, melainkan untuk menegaskan bahwa Islam adalah yang pertama kali menemukan dan menandaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Secara garis besar, agama dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk: agama samawi (wahyu) dan agama ardli (budaya). Agama samawi adalah agama yang diwahyukan dari Allah melalui malaikat-Nya kepada utusan-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia. Agama ardli adalah agama yang bukan berasal dari Allah dengan jalan wahyu, melainkan karena antropologi yang terbentuk dari adat-istiadat yang kemudian melembaga (terjadi institusionalisasi) dalam bentuk agama. Dalam perkembangan sejarahnya, kedua agama itu mengalami distorsi-distorsi karena kurang penjagaan terhadapnya atau mengalami proses penyesuaian. Pada agama wahyu yang dilestarikan dalam bentuk tradisi lisan dapat mengalami penyimpangan karena adanya usaha untuk mengubah ajaran dari warna aslinya. Karena itu, boleh jadi, ajaran-ajaran manusia terbawa masuk kedalam agama wahyu. boleh jadi pula agama wahyu mengalami penambahan atau perubahan secara total, mulai dari sistem atau konsep kepercayaan sampai sistem ritualnya. Konsep kepercayaan pun mungkin mengalami perubahan dari politeisme, atau sebaliknya, dari monoteisme berubah menjadi politeisme. Demikian pula sistem ritualnya.21 Kata agama dalam bahasa arab biasa ditransliterasikan dengan ad-din. Dalam kamus al-munjid, kata din memiliki arti harfiah yang cukup banyak: pahala, 20
Murtadha Muthahhari, Membumikan Kitab Suci, Manusia dan Agama, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007) Cet, Ke- 2 h. 51 21 Murtadha Muthahhari , h. 5.
ketentuan, kekuasaan, peraturan, dan perhitungan. Di dalam kamus al-muhith, kata din diartikan dengan kekuasaan, kemenangan, kerajaan, kerendahan hati, kemuliaan, perjalanan, peribadatan, dan paksaan. Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam bentuk perintah yang wajib di laksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan dan pembalasannya. Unsur-unsur penting dalam agama ialah: 1. kekuatan ghaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat kepada kekuatan ghaib itu sebagai sebagai tempat permohonan pertolongan, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan ghaib tersebut dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangannya. 2. keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan kebahagiaan hidupnya diakhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan ghaib di maksud, tanpa adanya hubungan yang baik itu, manusia akan sengsara hidupnya dunia dan akhirat. 3. Respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan takut, atau perasaan cinta, selanjutnya respon itu mengambil bentuk pemujaan atau penyembahan dan tata cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. 4. paham adanya yang kudus (The Sacred) dan suci, seperti kitab suci, tempattempat ibadah, dan sebagainya. Keagamaan berasal dari kata “agama”, dalam kamus bahasa indonesia artinya ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Keagamaan artinya yang berhubungan dengan agama. Thomas F.O.’ DEA memakai definisi yang banyak dipakai dalam teori Fungsionalis. Agama ialah pendayagunaan sarana-sarana supra-empiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra empiris.22 Al-Quran telah mengungkapkan din sebagai istilah generik dalam berbagai bentuk sebanyak 94 kali yang termuat dalam 40 surat. Dan istilah din yang diartikan sebagai agama terdapat pada surat al-taubah dan al-kafirun. p34$I A r3=>
oI ATq5$
8n5R
$
fQE4d=>)
5csu ,-F5t ! p!&d:s 5> #v&ou 3>$ ,vvA 6wb9%:;4☺=> “dialah yang telah mengutus rasulnya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (9:33) Salah satu sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusia adalah nilai Ilahi. Nilai ini dititahkan tuhan melalui rasul-Nya dalam bentuk perintah bertakwa, iman, dan adil yang diabadikan dalam wahyu-Nya. Kebenaran nilai ini sangat mutlak. Boleh jadi, konfigurasi dari nilai-nilai
itu dapat mengalami
perubahan. Namun, secara intrinsik, ia tidak akan pernah berubah.23 Sebagai sebuh nilai Ilahi mengalami proses aktualisasi dalam bentuk penggunaan religi (agama). Religi inilah yang kemudian menyebarkan nilai-nilai Ilahi kepada manusia dalam kehidupannya. Dalam proses aktualisasi, nilai Ilahi akan 22
Drs. D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1983), Cet, ke-1,
h.34 23
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Afeksi Islam, Menjelajahi Nilai-Rasa Transendental Bersama Al-Qur’an, (Bandung: Tafakur Humaniora, 2005) Cet, Ke-1 h. 71
berhadapan dengan sumber kedua pranata manusia, yaitu nilai insani. Ia merupakan nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia. Ia hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis, sedangkan keberlakuan dan kebenarannya bersifat relatif (nisbi) yang dibatasi ruang dan waktu.24 Dalam bahasa arab agama sering disebut dengan menggunakan kata (din), terutama dalam ilmu keIslaman, sehingga istilah ini banyak disebut dalam khazanah keilmuan dan budaya Islam. kendati demikian Din (agama) memiliki beberapa pengertian. a. Agama (Din) mengandung arti jalan hidup yang benar dan lurus b. Murni dan bebas dari segala bentuk perbuatan syirik c. Pedoman hidup satu-satunya yang sah dan benar d. Manusia diperintahkan untuk mematuhi ajaran Din (agama) secara konsisten.25 Dengan demikian pengamalan keagamaan dalam ajaran agama Islam disama artikan dengan ibadah. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mengartikan ibadah sebagai berikut: perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari dengan ketaatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larang-Nya atau dengan kata lain segala usaha lahir dan batin sesuai dengan perintah Allah, untuk mendapatkan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta. Syaikhul Islam, Ibnu Taimiayah, yang dikutip oleh Yusuf Al- Qardahawi, memandang ibadah dengan sangat dalam dan lebih luas. Ia menguraikan makna 24
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, h.72 Alfatun Mukhtar, Tunduk Kepada Allah, Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Khazanah Baru, 2001), Cet, Ke-1, h.24 25
ibadah sampai kepada unsur-unsurnya yang luas. Menurut bahasa yaitu sikap taat dan tunduk, secara maksimal ia juga mengungkapkan suatu unsur baru yang sangat penting peranannya baik dalam Islam maupun setiap agama.26 Dalam Ensiklopedia Islam ibadah secara lughawi berarti mematuhi, tunduk, berdoa, berserah diri. Dalam Al-Qur’an terdapat kata ta’budu dalam arti taat, seperti dalam surat yasin ayat 60 yang berbunyi: T/0! !F
[bf 3>
:Ed:
*3>
x
2- 3|= }~> 4EL3 {Z w !z$b ,5A T8Ll. 4E! )bf3> p`N+ “Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai bani adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu bagi kamu adalah musuh yang nyata.” 2. Ruang Lingkup Pemahaman Keagamaan Islam sebagai agama samawi yang datang terakhir sebagai koreksi bagi agama yang telah datang terlebih dahulu dan memiliki pengikut sekitar satu seperempat milyar pada akhir abad ke dua puluh, secara historis mempunyai keunikan dalam penyebarannya: a. Dalam waktu relatif singkat dapat menembus seluruh bagian dunia (semua benua), dan mampu menjangkau semua ras dan bahasa. b. Waktu permulaan pengembangannya yaitu zaman rasul dan pemantapan eksistensinya, hanya menimbulkan korban jiwa paling sedikit. Selama konflik fisik pada zaman rasul SAW tidak lebih dari seribu orang yang meninggal, baik dari pihak musyrikin atau mukminin.
26
Yusuf Al-Qordahawi, Ibadah dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998), h.41
c. Jika Islam sudah memasuki suatu daerah, dapat dikatakan tidak dapat dihapus dari daerah itu. Kenyataan ini akan berbeda jika dibandingkan dengan agama lain, baik agama hindu, yahudi, maupun agama kristen yang mempunyai masa dakwah jauh lebih lama dari masa dakwah yang dilakukan agama Islam. Hanya dalam kurun waktu 23 tahun Islam sudah memiliki banyak penganut baik di jazirah arab dan yang lainnya. Para pengamat agama pada umumnya mencatat beberapa keunggulan Islam secara konseptual, yaitu: 1. Konsep teologi Islam yang didasarkan pada prinsip “tauhid” sebagai konsep monotheisme dengan kadar paling tinggi, konsep tauhid ini melahirkan wawasan kesatuan moral, sosial, ritual, malah bahkan memberikan kesatuan identitas kultural. 2. Konsep tentang kedudukan manusia dalam hubungannya dengan tuhan dan hubungannya dengan sesama manusia bahkan sesama makhluk, juga hubungannya dengan alam semesta, hubungan-hubungan tersebut berada dalam jaringan kerja (network) peribadatan dan ke khilafahan yaitu fungsi ibadah dan khilafah. 3. Konsep keilmuan, sebagai bagian integratif dari kehidupan manusia. 4. Konsep ibadah dalam Islam, disamping menyentuh aspek-aspek ritual (ta’abbudy), juga menyentuh aspek sosial (ijtima’iy), dan aspek kultural (tsaqafy).27
27
Muahammad Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, (Jakarta: LantaBora Press, 2005) Cet-3 h. 3-5
Al-Quran dan al-sunnah adalah kitab yang harus dijadikan sebagai sumber rujukan pemahaman ibadah dan akidah, yang telah tertancap pertama kali dipermukaan bumi dan menghapus jahiliah. Serta menjadikan kita sebaik-baik umat yang ditampilkan untuk kebaikan manusia. Itulah wahyu Allah pada muhammad SAW. Yang kemudian ia ajarkan kepada manusia sebagai tuntunan untuk mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan akhirat.28 Pemahaman keagamaan merupakan segala upaya untuk memahami nilai-nilai keagamaan yang terdapat dalam islam yang diajarkan maupun yang dilaksanakan oleh pemeluk agama.29 Sebagaimana tugas dan risalah manusia dalam kehidupan ini yang diciptakan untuk menyembah kepada Allah SWT Dan senantiasa mencari kebenaran atas nilai yang berlaku dalam agama, sebagai upaya untuk mengerti dan paham akan kebenaran yang datangnya dari sang pencipta alam. sebagaimana pula janji manusia ketika masih berada di alam rahim ketika Allah bertanya kepada jabang bayi yang berada dalam rahim sang ibu, Allah berfirman. alastu bi rabbikum? Qoluu balaa (bukankah aku ini tuhanmu? Kemudian seraya menjawab benar engkau adalah tuhanku) dengan demikian memang sudah suatu kepatutan dan hendaknya manusia taat dan tunduk kepada Allah SWT dengan memahami semua sifat-sifat ketuhanan yang dimilikinya. Bentuk dari ketaatan kepada Allah SWT tidak hanya direalisasikan melalui ibadah, tetapi lebih kepada pemahaman terlebih dahulu sebelum melaksanakan berbagai aktifitas keagamaan tersebut. kata ibadah itu sendiri berarti perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghubungkan dan mendekatkan dirinya kepada 28 29
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fikih Dakwah, (Jakarta: Al-I’tishom, 2000) Cet-1 h.102 Syaikh Mushthafa Masyhur, h.103
Allah sebagai tuhan yang disembah. Dan orang yang melakukan ibadah disebut ‘abid (subjek) dan yang disembah disebut ma’bud (objek). Pemahaman keagamaan mempunyai dua macam bentuk: 1. Ibadah khusus (mahdah, ritual) merupakan bentuk ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah semata-mata (vertikal atau hablumminAllah). Ciricirinya, ketentuan dan aturannya telah ditatapkan secara rinci melalui penjelasan Al-Quran dan sunnah. baik bentuk, maupun tempatnya (seperti: sholat, puasa, zakat, haji dan umrah, penyelenggaraan jenazah, i’tikaf, sumpah dan kafarat, nazar, kurban dan akikah. 2. ibadah dalam arti umum (ghair mahdah, pelayanan) atau yang menyangkut dengan pelayanan sosial sedangkan bentuk ibadah umum merupakan bentuk kegiatan umum yang bernuansa keagamaan, mengandung nilai keagamaan, tetapi tidak ditentukkan secara ketat dan eksplisit dalam ajaran atau doktrin agamanya (seperti: sikap saling tolong menolong, menjenguk tetangga sakit, jujur, ikhlas, sabar, berbuat baik serta menyambung tali silaturahmi).30 Menurut Ibnu Taimiyah, pemahaman keagamaan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu: a. Kewajiban-Kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti: shalat, puasa, zakat, dan haji. b. Tambahan dari kewajiban-kewajiban diatas dalam bentuk ibadah sunah seperti: dzikir, membaca Al-Quran, do’a dan istighfar.
30
Nanang Kahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet, Ke-2, h. 16
c. Semua bentuk hubungan sosial yang baik dan memenuhi hak-hak manusia, seperti: berbakti kepada orang tua, menghubungkan tali silaturahmi, berbuat baik kepada fakir miskin, dan lainnya. d. Akhlak yang bersifat kemanusiaan (Akhlak Insaniyah), seperti benar dalam berbicara, menepati janji dan menjalankan amanah. e. Akhlak yang bersifat ketuhanan (Akhlak Rabbaniyah), seperti: mencintai Allah dan Rasul-rasulnya, takut kepada siksanya, ikhlas dan ridho atas segala ketentuannya.
BAB III BIOGRAFI KH. HASAN BISRI SH. M. Hum DAN GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SEMPER TIMUR (JAKARTA UTARA)
A. Biografi Hasan Bisri 1. Riwayat hidup KH. Hasan Bisri Kyai Hasan Bisri lahir di Bangkalan Madura pada tanggal 17 april tahun 1940. dari pasangan H. Tosin dan Hj. Ratih. Meskipun lahir dari keluarga yang berkecukupan ayahnya tergolong petani yang sukses karena memiliki banyak lahan luas dan menghasilkan materi yang cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari, namun Hasan Bisri tidak serta merta mengandalkan fasilitas yang ada. Nuansa keagamaan yang tertanam dengan baik dalam keluarga dan pola pendidikan dari sang ayah yang cukup disiplin dalam mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai agama yang menjadikannya memiliki pendirian dan kepribadian disiplin dalam hidup.31 Nama asli beliau sebelum berubah menjadi Hasan Bisri bernama Tilan, budaya yang berlaku di daerah kelahirannya, bahwa orang yang telah melaksanakan ibadah haji ternyata menjadi pengaruh terhadap perubahan nama seseorang. Setelah ia melaksanakan ibadah haji pada umur tujuh belas tahun namanya berubah menjadi Hasan Bisri. dan itu berlaku hingga saat ini. Keseharian yang sederhana, pintu rumah yang selalu terbuka bagi siapa saja dan keluasan ilmu yang dimiliki. Menjadikan banyak orang terpikat dan hormat
31
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri, Minggu 26 oktober
kepadanya. Sebagai figur dan panutan bagi masyarakat ia berusaha mengayomi dan membimbing dengan keikhlasan dan kesabaran. Sosok seorang dai yang tidak pernah kenal lelah dan letih dalam mengamalkan ilmunya serta mengembangkan dakwahnya terhadap masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat Semper Timur pada khususnya. Hal ini yang menyebabkan ia banyak disenangi kawan dan disegani lawan. Hasan Bisri aktif di berbagai bidang, baik yang bersifat formal dan non formal. Hal tersebut nampak dari aktifitasnya disamping sebagai dai, ia juga sempat menjadi Hakim pada Pengadilan Agama Jakarta Timur, karyawan direktorat badan peradian agama, Departemen Agama RI, dan Dosen di Fakultas Hukum Universitas Islam Asyafiiyah. Dalam hidupnya ia mengalami tiga kali menikah, namun bukan karena ia seorang penganut poligami. Hasan menuturkan, bahwa istri pertamanya wafat saat usia perkawinannya baru lima tahun, dan meninggalkan dua orang anak. Istri keduanya juga wafat karena sakit, meninggalkan empat orang anak. Dan pada tahun 1985 ia menikah dengan Asmawati SH dan berlangsung hingga saat ini. dari tiga istrinya ini Hasan Bisri dikaruniai sembilan anak. Ada yang sudah berkeluarga ada pula yang masih sekolah. Ia menuturkan ada dua alasan mendasar kenapa ia tidak mau hidup menyendiri, pertama, kelanjutan pembinaan anak-anak. Kedua, sebagai lelaki normal hidup sendiri, bisa timbul melakukan maksiat. Dan ternyata mencari istri tidak semudah membalikkan telapak tangan, saya harus istikharah meminta petunjuk allah SWT.
2. Latar Pendidikan KH. Hasan Bisri SH. M. Hum Sebagaimana kebanyakan para tokoh yang memiliki latar pendidikan. Kyai Hasan Bisri berangkat dari cita-cita yang sangat mulia ingin menjadi seorang mubaligh dan menjadi insan yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan didorong dengan latar belakang keluarga yang notabene sangat kuat dan kental dengan nilai agama. Pendidikan keluarga yang telah membentuk pribadinya cinta akan ilmu pengetahuan baik yang sifatnya umum atau agama. Hasan Bisri pertama kali sekolah di pondok pesantren Toncung, Burneh. Dibawah pimpinan KH. Mastufah. setelah lulus dari pondok pesantren toncung kemudian melanjutkan sekolah di SDI Daarul Ulum Jombang Jawa Timur dibawah asuhan KH. Mustain Romli, saat itu usia beliau masih kanak-kanak namun sudah lepas dari orang tua. lulus pada tahun 1956. setelah lulus melanjutkan ke pondok pesantren Muallimin Uliya Darul Ulum peterongan, yang masih bertempat di Jombang Jawa Timur lulus pada tahun 1962.32 Tidak pernah terpikirkan olehnya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal itu disebabkan oleh orang tuanya yang hanya sanggup menyekolahkan sampai lulus Madrasah Aliyah, bukan karena tidak mampu secara materi. Hal itu lebih bertujuan untuk mendidik agar ia berusaha dengan keringatnya sendiri bila ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hasan tidak pernah menyesali keputusan yang telah di berikan. Kecintaan terhadap ilmu dan selalu
32
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri, Minggu 26 oktober
merasa kurang dan bodoh akhirnya hijrah dari kampung halaman untuk pergi menuntut ilmu. Surabaya menjadi tempat tujuan beliau untuk menimba ilmu ketingkat yang lebih tinggi, Fakultas Syariah IAIN Surabaya merupakan tempat pertama kali beliau menuntut ilmu di perguruan tinggi, ia lulus sebagai sarjana muda pada tahun 1967. dari Surabaya kemudian beliau hijrah ke Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana lengkap, beliau melanjutkan studi pada Fakultas Syariah IAIN Jakarta, lulus tahun 1983. Sifat yang haus akan ilmu pengetahuan dan sudah menjadi keyakinan yang tertanam dalam dirinya bahwa ilmu menjadi sangat penting dibandingkan dengan harta dan lainnya, pada tahun 1988 beliau masuk Fakultas hukum Universitas Islam Asyafiiyah (UIA) lulus pada tahun 1993, agaknya beliau masih kurang puas dengan pendidikan yang telah dirasakanya dan kemudian melanjutkan studi pasca sarjana (Program Magister Ilmu Hukum) (S2) pada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) lulus pada tahun 1998, sebagai seorang tokoh dan sekaligus ayah bagi para anak-anaknya beliau lebih memilih untuk mewariskan ilmu dibandingkan harta. Sebagaimana para nabi tidak mewariskan harta akan tetapi ilmu pengetahuan yang di wariskan sebagai bekal untuk kehidupan. 3. Kegiatan Dakwah Sebagai hakim di perbagai pengadilan agama di Jakarta memberikannya banyak pengalaman dalam menjalani kehidupan. Khususnya ketika menghadapi
kasus-kasus yang berkenaan dengan permasalahan keluarga. Baik yang terkait dengan hak waris sampai kepada kasus perceraian.33 Sebagai mantan hakim sekaligus sebagai dai yang memiliki banyak tanggung jawab baik terhadap umat dan terlebih kepada allah SWT. Beliau selalu berusaha membina dan mengajarkan kepada para masyarakat Semper Timur pada khususnya dengan sabar dan istiqomah. Kegiatan sehari-hari Hasan Bisri setelah pensiun sebagai pegawai negri sipil ia lebih mengkonsentrasikan dirinya untuk berdakawah kepada masyarakat. Hasan bisri banyak mengisi pengajian di Masjid dan Majlis Ta’lim yang terdapat di kelurahan Semper sebagai media untuk dapat memberikan pengajaran dan pembinaan terhadap masyarakat dengan ilmu dan pengetahuan keagamaan yang dimilikinya dengan melihat potensi yang ada dalam masyarakat. Dari berbagai kegiatan yang beliau lakukan diantaranya adalah: a. Guru Agama di Surabaya dari tahun 1962s/d 1969 b. Pegawai direktorat Badan Peradilan Agama, Departemen Agama RI 1970 s/d 1986 c. Mantan Hakim pada Peradilan Agama Jakarta Timur dan Jakarta Selatan 1998 s/d 1999 d. Dosen di Fakultas Hukum UIA 1998 s/d 2000 e. Sekjen BKM (Badan Kesosialan Madura) DKI Jaya 1979 s/d 1982 f. Ketua Umum IKAMA DKI Jakarta 1996 s/d 2000 g. Ketua Dewan Syuro PKB Jakarta Utara 1998 s/d 2003
33
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri, Minggu 26 Oktober
h. Ketua NU Bidang Mustasyar Cabang Jakarta Utara 1997s/d 2001 i. Ketua MUI Jakarta Utara 2001 s/d 2005 j. Penasihat FKMM Se-Jabotabek 2000 s/d 2007 Kegiatan dan amanah berupa jabatan yang beliau pimpin di atas, semua memiliki nilai-nilai dakwah baik secara implisit maupun eksplisit. Karena pada dasarnya dakwah sudah demikian mendarah daging dalam dirinya, dan sebagai citacita guna memperoleh generasi yang baik dan masyarakat menjadi terbuka baik pikiran dan hatiya untuk terus belajar dan mengamalkan nilai-nilai keagamaan. B. Masyarakat Semper Timur 1. Letak Geografis Kelurahan Semper Timur merupakan pemekaran wilayah kelurahan semper menjadi kelurahan semper barat dan semper timur berdasarkan surat keputusan gubernur DKI Jakarta Nomor 1251 tahun 1986 tentang pemecahan, penetapan batas, perubahan nama kelurahan yang kembar, penetapan luas wilayah kelurahan-kelurahan di DKI Jakarta. Luas wilayah kelurahan semper timur 316,150 Ha dengan batas-batas: a. Sebelah utara : jalan raya cilincing b. Sebelah selatan
: kali gubuk genteng
c. sebelah timur : batas tembok komp. Ex Gaya Motor Jl. Pedongkelan/kali cakung lama/kali ketapang/pagar tembok PT Puninar Raya. d. sebelah barat : Jalan Raya Cakung Cilincing.
Dari luas wilayah tersebut 50% merupakan pemukiman penduduk, sedang 50% lainnya berupa tanah kosong, industri dan pergudangan serta tempat pemakaman umum (TPU).34
2. Kondisi Demografi Kelurahan Semper Timur terbagi dalam 10 RW dengan 97 RT. Dari 10 Rukun Warga tersebut 3 RW merupakan komplek pemukiman yaitu RW. 01 adalah komplek TNI AL Dewa Kembar, RW. 08 adalah komplek Ex PT Gaya Motor, dan RW. 09 merupakan komplek Polisi Air dan Udara (POLAIRUD), sedangkan tujuh RW lainnya merupakan perkampungan biasa yakni dikenal dengan Kebantenan yaitu RW. 02, 04, 05, 06, 07, sedangkan RW 03 terdiri dari kampung Semper dan kampung Sungai Begog, untuk RW. 10 dikenal dengan Rawa Malang. Kondisi masyarakat Semper Timur secara keseluruhan sangat heterogen yang terdiri dari berbagai suku dan etnis sehingga diperlukan pola-pola tertentu untuk tetap terpeliharanya ketentraman dan ketertiban wilayah. 3. Data Kependudukan Organisasi RT/RW merupakan organisasi kemasyarakatan yang telah tumbuh berkembang atas prakarsa dan inisiatif masyarakat dan telah berperan nyata dalam upaya mewujudkan kerukunan tetangga dan warga masyarakat serta menciptakan hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan pemerintah. Untuk itulah terus dilakukan upaya-upaya dalam rangka peningkatan kinerja RT dan RW baik dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat
34
Hasil survei di kelurahan Semper Timur
maupun juga dalam rangka pemberdayaan masyarakat itu sendiri sehingga nilai kegotongroyongan dan keswadayaan masyarakat terus meningkat disamping tetap terpeliharanya ketentraman dan ketertiban lingkungan yang kondusif.35 Semper Timur terbagi dalam sepuluh RW dengan sembilan puluh tujuh RT. Dari sepuluh rukun warga tersebut tiga RW merupakan komplek pemukiman dan tujuh RW lainnya merupakan perkampungan biasa. Jumlah penduduk secara keseluruhan masyarakat Semper Timur dua puluh sembilan ribu enam ratus lima puluh satu orang dengan klasifikasi lima belasa ribu lima ratus sembilan terdiri atas laki-laki dan empat belas ribu seratus empat puluh satu perempuan. Dengan demikian dapat dilihat, bahwa masyarakat semper timur sangat heterogen baik jumlah penduduknya yang cukup besar dan kaum urban yang datang dan menjadi penduduk tetap di wilayah tersebut 4. Sarana-Sarana Sosial Keagamaan a. Masjid Masjid adalah tempat yang digunakan umat islam untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang telah diatur oleh agama seperti sholat, I’tikaf dan lain-lain. Pada zaman pra islam tempat disekitar ka’bah dinamakan masjid, Abu Bakar membangun sebuah tempat untuk sholat didekat rumahnya di makkah sebelum hijrah ke madinah. Namun prototipe pertama adalah masjid quba di madinah. Terdapat keragaman gaya bangunan masjid, namun terdapat beberapa elemen utama. Syarat utama sebuah masjid adalah tersedianya ruangan besar untuk menjalankan sholat, baik beratap maupun tidak beratap yang didalamnya
35
Hasil survei di kelurahan Simper Timur Jakarta Utara
jamaah membentuk barisan di belakang posisi imam untuk menjalankan sholat berjamaah, seseorang tidak diperkenankan berdiam diruangan ini kecuali dalam keadaan suci dari hadas besar.36 Masjid merupakan sesuatu yang amat krusial dan penting dalam penyebaran ajaran agama islam, karena ajaran islam disampaikan melalui dakwah dan masjid menjadi wadah bagi para madu untuk berkumpul didalamnya dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh dai. Pada zaman rasul masjid menjadi pusat kegiatan dakwah baik yang bersifat formal atau non formal. Sama halnya ketika para wali melakukan penyebaran ajaran islam, mereka pertama kali membangun surau-surau yang kemudian menjadi masjid sebagai fasilitas dan media dakwah, sebagai langkah awal untuk mempermudah bagi para khalayak untuk mendengarkan ceramah-ceramah yang disampaikan. Sedangkan di Semper Timur ada beberapa sarana peribadatan yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sarana-sarana beribadatan tersebut sebagai berikut:37
Nama Masjid
Alamat
Nama Pengurus
Al-falah
Rt. 010 Rw. 01
H. Istingal
Al Hidayah
Rt. 004 Rw. 02
HM Soeparjo
Nurul Jihad
Rt. 007 Rw. 02
Guarso
Unwanus Sa’adah
Rt. 001 Rw. 03
Nurul Iman
Rt. 006 Rw. 010
36 37
H. A Syakur
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) Cet Ke-3 h. 263 Hasil survei di kelurahan Semper Timur
Baabu Takwa
Rt. 006 Rw. 04
A. E. Lubis
Nurul Mu’min
Rt. 005 Rw. 06
Drs. H. Sayuti
At Taufik
Rt. 007 Rw. 07
KH. Ichsanuddin
Masrotu Tanzih
Rt. 001 Rw. 07
A. Tohir Hasim
Al Muttaqin
Rt. 001 Rw. 08
H D Thoha
Al Hidayah
Rw. 09 AIRUD
Dr. Asnawi
Al Quba
Rt. 001 Rw. 05
M. Aminun
Baitur Rahman
Rt. 003 Rw. 02
H. Fajri Ali Fatah
Baitur Rahim
Rt. 007 Rw. 03
Usman
Nurul Iman
Rt. 001 Rw. 04
H. Sumanta MD
b. Majlis Ta’lim Majlis ta’lim berasal dari kata bahasa arab yang berarti tempat duduk. Majlis berasal dari kata jalasa, yajlisu, jalsan, majlis merupakan isim makan (kata keterangan tempat), sedangkan kata ta’lim berasal dari kata alima, ya’lamu, ilman, ta’liman, yang berbarti mengajarkan.38 Majlis ta’lim secara bahasa adalah tempat duduk untuk melaksanakan pengajaran dan syiar dakwah islam. Dalam kamus pintar agama islam, kata majlis adalah dewan sidang, rapat, sedangkan kata ta’lim berarti belajar, dari dua kata tersebut maka majlis ta’lim adalah tempat pengajian yang biasa disediakan di masjid atau tempat lain secara berkala, dan seorang kyai atau mubaligh tampil untuk memberi ceramah atau pengajian agama.39
38 39
5
Asad M. Kalah, Kamus Bahasa Indonesia Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), Cet Ke-2 h. 8 Nurul Huda, Pedoman Majlis Ta’lim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam, 1990), Cet Ke-2 h.
Dalam Ensiklopedi Islam majlis berarti tempat duduk ”atau” sesi pertemuan kalangan bangsawan didalam tenda badui, pendengar dalam pengajaran seorang syeikh, atau dapat berarti juga sebuah pertemuan, badan penetap keputusan, atau parlemen. Majlis ta’lim merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jamaahnya sebagai upaya untuk memberantas kebodohan dan yang lebih penting guna meningkatkan pengamalan keagamaan yang telah didapat pada majlis tersebut agar bahagia dan sejahtera baik dunia maupun akhirat. Majlis ta’lim berfungsi sebagai lembaga yang bertugas untuk membina dan mengembangkan hubungan masyarakat agar terciptanya manusia yang bertakwa kepada allah SWT. Majlis ta’lim dalam system pembelajarannya berkala namun teratur, berbeda halnya dengan lembaga-lembaga formal seperti sekolah yang sistem pembelajarannya wajib dilaksanakan setiap hari dan diikuti oleh murid. Sedangkan majlis ta’lim sistem pembelajarannya lebih di khususkan kepada penyampaian materi-materi keislaman. Majlis ta’lim adalah lembaga dakwah dan berfungsi sebagai lembaga pengajaran masyarakat islam yang tumbuh dan berkembang pada suatu lingkungan. Dari kegiatan dakwah itulah diharapkan terbinanya kehidupan masyarakat yang berdasarkan kepada saling tolong-menolong dan mendorong terciptanya pengamalan keagamaan masyarakat tersebut.40
40
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-3 h. 245
Di wilayah Semper Timur, majlis ta’lim jumlahnya tergolong lebih rendah di bandingkan dengan sarana peribadatan. Ada dua majlis ta’lim yang tergolong besar dan meiliki jamaah yang cukup banyak. Diantaranya majlis ta’lim Umam Al-Bisriyah yang dipimpin langsung oleh KH. Hasan Bisri sendiri, kemudian majlis ta’lim At-Taufik yang dipimpin oleh KH. Ichasanuddin. Majlis ta’lim tersebut mayoritas jamaahnya adalah para ibu-ibu namun ada pula jamaah kaum pria yang di dominasi oleh bapak-bapak. 5. Sarana Pendidikan Pendidikan merupakan aspek paling penting dalam kehidupan, pendidikan akan menjadi faktor penentu suatu generasi bahkan bangsa dan negara. Islam kerap kali memberikan satu prioritas dan kedudukan yang lebih tinggi terhadap nilai-nilai pendidikan. Tidak hanya itu islam mewajibkan setiap manusia untuk terus belajar dan menimba ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat. Dominasi negara-negara maju terhadap negara lain, hal itu disebabkan pendidikan yang telah mumpuni dan kompetitif dalam menghadapi tantangan global yang semakin lama makin tampak jelas. Semakin tinggi standarisasi pendidikan dan memiliki sistem yang baik tentu orientasi dari hasil pendidikan tersebut akan semakin baik pula. Dengan demikian aspek pendidikan di pandang penting oleh islam. Baik pendidikan yang bersifat agama atau umum. Secara umum sarana-sarana pendidikan jumlahnya cukup banyak, diantaranya adalah Daarul Maarif, Nurul Falah, Nurussalam, Daarussalam, Al-Jihad, Al-Amanah dan yangprehatian peneliyi adalah sarana pendidikan yang dibangun
dan dikembangkan oleh KH. Hasan Bisri yaitu Daarul Maarif sebagai salah satu sarana dakwahnya sebagai upaya pendidikan baik keilmuan dan akhlak.41
41
Hasil survei di kelurahan Semper Timur
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Peran Hasan Bisri dalam Kegiatan Ibadah Masyarakat Semper Timur Dalam setiap agama memiliki tata cara atau ritual, ritual dan tata cara tersebut digunakan sebagai media bagi para pemeluknya untuk dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta, atau sang Kholiq, dalam Al-Quran kata kholiq mengandung arti “pengatur” atau “pemelihara”. Karena Allah bukan hanya sekedar menciptakan alam semesta, melainkan juga mengatur dan memelihara. Dalam konteks teologis pengertian ini menyatakan bahwa segala bentuk hidup dan kehidupan telah diatur dan ditetapkan oleh Allah. Allahlah pemberi rezeki. Dia pula yang mengaturnya kepada setiap makhluk. Dialah yang mengadakan, Dialah yang memberi bentuk setiap makhluk yang dikehendakinya, dialah yang menentukkan nasib baik-buruk seseorang. Dari-Nya segala sesuatu diciptakan, dan kepada-Nya segala sesuatu akan kembali. Pengertian tersebut dapat mendorong munculnya kesadaran diri seseorang agar senantiasa ia mensyukuri nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepadanya. Syukur itu akan dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah kepadanya. Baginya, ibadah merupakan sebuah kewajiban, bahkan kebutuhan. Baik ibadah dalam arti yang sesungguhnya atau dengan cara memahami nilai-nilai keagamaan merupakan bagian dari ibadah. Ia menyadari bahwa segala sesuatu yang menimpa diri manusia atau yang
terjadi di alam semesta berada di atas kendalinya dan di bawah sifat jalalah dan jamalahnya. Ibadah merupakan pengabdian, penyembahan, ketaatan, merendahkan diri atau doa. Dengan kata lain ibadah berbarti perbuatan yang dilakukan oleh seorang untuk menghubungkan dan mendekatkan dirinya kepada Allah sebagai tuhan yang disembah. orang yang melakukan ibadah disebut dengan “abid” dan yang disembah disebut “ma’bud”. Dihadapan Allah, setiap diri manusia adalah seorang abid karena ia harus mengabdikan dirinya kepada Allah. Ulama fikih mengartikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai oleh ketundukpatuhan dan kerendahan diri kepada Allah. Jadi, ibadah semua yang dilakukan atau dipersembahkan manusia untuk mencapai ridho Allah dan mengharapkan imbalan pahalanya diakhirat kelak. Sebagaimana pendapat yang dilontarkan oleh ibnu taimiyah, bahwa ibadah mencakup semua aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi oleh Allah. Diapun meridhainya, baik perkataan maupun perbuatan. Tidak ada satu pun diantara sekian banyak ciptaan dan kebijakan Allah yang hampa dari nilai-nilai kebaikan atau hikmah, namun untuk memperoleh hikmah tersebut sangat bergantung pada ilmu yang dimiliki manusia. Dengan demikian dibutuhkan adanya pemahaman yang mendalam tentang nilai keagamaan tersebut, sebagai langkah awal dalam mejalankan perintah agama yang dianut. Betapapun ibadah tidak pernah sunyi dari hikmah. Bagi seorang muslim pelaksanaan ibadah bukan hanya sekedar mengharapkan keuntungan pribadi berupa kebaikan dan kemaslahatan. Namun, jika ada kebaikan yang ditimbulkan oleh
ibadahnya, itu terjadi hanya karena rahmat dan kasih sayang Allah. Prinsip ini sesuai dengan tujuan utama ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah Allah dan meraih ridhonya.42 Al-Quran menggambarkan bahwa ibadah yang dilakukan akan menimbulkan banyak kemaslahatan. Misalnya, hikmah puasa adalah mencapai derajat takwa bagi pelakunya, hikmah ibadah lainnya pun, secara umum, dilakukan untuk mencapai derajat takwa agar memperoleh ridho Allah. Dalam pengamalan keagamaan atau ibadah yang dilakukan baik secara individu maupun kolektif, telebih dahulu ada informasi yang disampaikan tentang ajaran-ajaran dan nilai keagamaan itu sendiri, serta pemahaman terhadap nilai-nilai tersebut. Informasi yang disampaikan tentunya melalui seseorang yang memiliki kapabelitas dan potensi untuk menyampaikan ajaran tersebut. Tidak mungkin dan menjadi mustahil ketika nilai-nilai keagamaan disampaikan oleh seseorang yang tidak memiliki pemahaman dan pengetahuan yang luas tentang nilai-nilai keagamaan itu sendiri. Karena hal itu menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh seorang dai sebagai langkah awal untuk dapat tercapainya dakwah yang ideal. Rahmat dan karunia berupa keluasan ilmu agama dan pemahaman yang matang tentang berbagai aspek yang terkait dengan urusan agama serta keluhuran akhlak yang telah Allah berikan kepada Hasan Bisri. merupakan amanah yang harus diemban dan disampaikan kepada khalayak yang membutuhkan pemahaman agama, untuk dijadikan sebagai bahan pelajaran guna meningkatkan pengetahuan keagamaan masyarakaat tersebut. 42
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Afeksi Islam, Menjelajahi Nilai-Rasa Transendental Bersama Al-Qur’an, (Bandung: Tafakur Humaniora, 2005) cet-1 h. 119
Dalam hal ini, Hasan Bisri dituntut untuk dapat berperan sebagaimana mestinya, yaitu, tidak hanya sebagai manusia yang terlahir kebumi tanpa ada satu beban apapun, tetapi lebih kepada tanggung jawab intelektual dan moral kepada masyarakat yang ada disekitarnya. Dengan menyampaikan ilmu yang terkait dengan urusan agama serta pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan penelitian dan wawancara dengan salah satu purta KH. Hasan Bisri, dapat diketahui tentang peran dan lagkah yang dilakukannya dalam mengkomunikasikan ajaran dakwah dan perannya dalam meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat Semper Timur. 1. Dengan Mendirikan Majlis Taklim. Hal ini digunakan untuk memberikan kemudahan baginya dalam menyampaikan ajaran-ajaran dakwah kepada para jamaah, seperti yang dilakukan olehnya setiap mengisi pengajian pada malam sabtu dan hari minggu, dengan cara ini beliau dapat merasakan adanya kemudahan karena telah memiliki sebuah tempat yang tetap untuknya dalam menyampaikan ajaran dakwah Islam. Dengan adanya pendirian majlis taklim ini juga sebagai sarana untuk berkumpulnya para jamaah untuk mengikuti pengajian-pengajian yang dilakukan selama ini serta terus berkesinambungan dan dapat di pantau hasilnya. Karena jamaah merupakan warga masyarakat yang berada di sekitar majlis taklim.43
43
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri, minggu 26 oktober.
Adapun materi yang diajarkan pada majlis taklim ini meliputi: a. Pelajaran yang terkait dengan keimanan, aqidah, meliputi rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima, dan ihsan. Karena materi ini merupakan pokok ushuluddin (dasar-dasar agama) terkait tentang keyakinan, kesaksian dan implementasi dari nilai-nilai iman dan Islam tersebut. b. Pelajaran akhlak, pengajaran ini menekankan pada pembentukan karakter seseorang, pembentukan ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian baik dan buruk yang sesuai dengan ajaran Islam. c. Pelajaran fikih. Banyak ruang lingkup dan materi yang ada dalam pelajaran fikih, maka majlis taklim ini tidak secara keseluruhan menjelaskan bab-bab yang ada didalamnya, hanya lebih menekankan pada materi yang terkait dengan ibadah dan hubungan sesama manusia. 2. Menjalin Kerjasama dengan Majlis Taklim lainnya. Dalam melakukan pembinaan guna meningkatkan pemahaman keagamaan terhadap jamaahnya, KH. Hasan Bisri juga melakukan kerjasama dengan majlis taklim lainnya. Tidak lain majlis taklim ini merupakan majlis taklim yang didirikan oleh murid-muridnya dan teman-teman seperjuangannya. Dalam kerjasama ini Hasan Bisri juga ikut memberikan ceramah ditempat pengajian tersebut, dan para jamaah yang mendengarkan ceramah ini merupakan gabungan dari berbagai malis taklim, sehingga dengan demikian akan terjalin hubungan yang baik diantara
mereka dan
keberlangsungan dakwah dapat terus dipertahankan, terutama dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai keagamaan.44
44
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri, Minggu 26 Oktober.
3. Dengan Cara Memberikan Pemahaman Agama. Memberikan pemahaman agama, bukan hanya kepada orang tua, juga kepada anak-anak sebagai langkah kaderisasi. Penerapan syariat yang berkaitan dengan akidah, hukum-hukum, dan muamalah kepada anak-anak sendiri mungkin dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan langkah yang cukup efektif bagi Hasan Bisri dalam menjalankan kegiatan dakwahnya. Hal tersebut dikarenakan untuk menerapkan syariat yang berkaitan dengan masalah aqidah, hukum dan muamalah kepada orang dewasa ataupun orang tua mereka mungkin tidak akan diterima dengan baik oleh karena itu kegiatan pendidikan yang dijalani selama ini diharapkan anak-anak dapat mengerti ajaran agama Islam, yang selanjutnya mereka dapat mengamalkannya dilingkungan rumah masing-masing. Muballigh sebagai seorang komunikator berperan dalam menyampaikan ide-ide tertentu untuk menuju kepada sasaran pokok, yaitu, diterimanya ide-ide tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan terhadap sikap-sikap tertentu (reinforcement). Dengan demikian muballigh juga merupakan aktor utama dalam mempengaruhi perubahan sikap dari komunikannya yang dikenal dengan agen of change. “A change agent is propesional who influence innovation decision medirection decmend desirable by a change agent” Yang dimaksud dengan influence innovation disini adalah, usaha yang dilakukan oleh seorang change agent untuk mempengaruhi tingkah laku (behavior) dari komunikannya sehingga tingkah laku tersbut sesuai dengan tujuan dan keinginan yang ditentukannya.
Usaha tersebut pula yang selama ini dilakukan oleh Hasan Bisri dalam menjalankan kegiatan dakwah Islamiyah. Dengan langkah yang ditempuhnya selama ini ia telah mampu merubah sedikit demi sedikit terhadap berbagai bentuk prilaku masyarakat yang selama ini dianggapnya awam terhadap ajaran agama Islam yang sesuai dengan Al-Quran dan sunnah. Dengan menyampaikan ide-ide tentanag ajaran agama Islam kepada masyarakat adalah suatu langkah yang dianggapnya efektif untuk mewujudkan perubahan dalam pemahaman keagamaan masyarakat tersebut. Alasan tersebut dipilih oleh Hasan Bisri dalam menerapkan ajaran Islam agar dapat diterima oleh masyarakat adalah pesan-pesan yang disampaikan selama ini merupakan bentuk langkah awal dalam mengenalkan ajaran-ajaran agama Islam. Dan dari pesan-pesan tersebut yang berisi tentang ilmu keagamaan berdampak kepada pemahaman nilai keagamaan masyarakat. Yang pada gilirannya akan tercipta satu pengamalan terhadap nilai-nilai tersebut. Secara umum, langkah ini merupakan suatu target jangka panjang, langkah yang selama ini ditempuh oleh Hasan Bisri adalah melakukan penyempurnaan terhadap bentuk dakwah sebagai upaya penyampaian pesan kepada masyarakat,
guna
mempersiapkan sedini mungkin orang Islam yang memiliki seperangkat ilmu tentang ajaran agama yang cukup. Adapun langkah lain yang di ambil oleh KH. Hasan Bisri dalam meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat selain mengkomunikasikan ajaran-ajaran Islam dalam penerapaan syariah yang berkaitan dengan ibadah, dengan menerapkannya di dalam lingkungan majlis taklim dan keluarga. Dengan harapan segala aspek kehidupan yang di jalani tidak keluar dari aturan dan pokok ajaran Islam.
Hakikat dari penerapan syariat yang terkait dengan ibadah, hukum dan muamalah terhadap masyarakat baik di majlis taklim atau lingkungan keluaga lebih kepada upaya untuk menumbuhkan kesadaran para jamaah dan masyarakat tentang ajaran agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Bagaimana orang kemudian mentaati hukum tidak hanya karena larangan dan kewajibannya, tetapi subtansi dari pengamalan itu adalah hal tersebut dilakukan atas kesadaran diri sebagai manusia. a. Metode Ceramah
Bagi seorang dai, metode merupakan sesuatu yang sangat penting, ia harus memahami dan mengerti betul akan kondisi objek (masyarakat) yang akan dihadapinya, oleh karena itu seorang dai dituntut untuk dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah dan mengemasnya dengan baik. Agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan dipahami oleh objek dakwah tersebut. Dalam berbagai literatur dakwah, banyak yang menjelaskan tentang metodemetode dakwah, setidaknya ada beberapa metode yang digunakan oleh KH. Hasan Bisri dalam menyampaikan nilai-nilai keagamaan. Selama ini metode ceramah merupakan cara yang selalu mewarnai perjalanan dakwah Hasan Bisri dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para jamaahnya. Metode tersebut digunakan karena mengingat objek atau sasaran dakwah dalam jumlah yang cukup banyak. Ceramah sebagai salah satu metode atau teknik yang banyak digunakan oleh para dai dalam menyampaikan risalah Allah. Hal ini dinyatakan dalam Al-Quran surat Toha ayat: 25-28
QI:Ee ,m5A
$%
Qv&=.
K"$I
!3
%'w#$
,mA
e5c> -5W. J#E= ^:`$ ,mA 3 4d3=!F ,mA “Berkata Musa: “Ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mengerti perkataanku”.
Metode ceramah memiliki beberapa keistimewaan antar lain: 1. Dalam relatif singkat dapat disampaikan bahan (materi dakwah) sebanyakbanyaknya. 2. Memungkinkan para dai menggunakan pengalamannya, keistimewaannya dan kebijaksanaannya
sehingga
audiens
(khalayak)
mudah
tertarik
dan
menerimaanya. 3. Dai lebih mudah menguasai audiens. (pendengar) 4. Bila materi disampaikan dengan baik, dapat menstimulir audiens untuk mempelajari materi. 5. Dapat meningkatkan derajat atau status dan popularitas dai. 6. Metode ceramah lebih fleksibel, artinya mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia, jika seandainya waktu terbatas bahan dapat dipersingkat (diambil pokok-pokoknya saja, yaitu menyampaikan meteri secara global yang sesuai dengan kajian tanpa menyinggung permasalahan yang lain, dan biasanya tidak diteruskan dengan tanya jawab. b. Metode tanya jawab.
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasaran (objek dakwah) untuk melontarkan sesuatu masalah yang belum dimengerti dan dai menjawabnya. Dalam metode ini Hasan Bisri sebagai komunikator
sangat terlihat sekali dalam majlis taklim yang ia pimpin. Dalam melaksanakan pengajiannya yang dilakukan terhadap para jamaah ia mampu menyampaikan ajaranajaran agama Islam. Mulai dari hal yang berkaitan dengan makhluk dan tuhan dan antara sesama makhluk. Setelah materi disampaikan, para jamaah diberikan kesempatan untuk memahami labih dalam tentang materi yang telah disampaikan kemudian membuka pertanyaan apabila terdapat hal-hal yang belum dipahami. B. Peran Muamalah Muamalah dapat dlihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua dari segi istilah. Menurut bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalatan, yang memiliki arti saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Sedangakan menurut istilah, setidaknya ada dua macam pengertian muamalah, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah dalam arti sempit. Ada beberapa definisi yang menggambarkan tentang kedua pengertian tersebut diantaranya: a. Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrowi. b. Semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya. Dari definisi yang luas, bahwa, muamalah adalah aturan Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial, sedangakan pengertian muamalah secara sempit adalah aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda. a. Melalui lembaga sosial kemasyarakatan
Adapun lembaga sosial kemasyarakatan yang dibentuk oleh KH. Hasaan Bisri bernama IKAMA (ikatan keluarga Madura), dalam hal ini bukan berarti ia arogan dengan mengatasnamakan daerah asal kelahirannya, tetapi lebih melihat kepada potensi masyarakat madura yang berada di Semper Timur mampu memberikan dorongan energi yang positif dalam pembinaan muamalah masyarakat. Warga yang berasal dari Madura notabene memiliki jalinan dan hubungan yang baik dengan sesama warganya, sehingga dapat menjadi acuan dan bahan referensi untuk menciptakan masyarakat yang kondusif dengan tingkat pergaulan dengan dasar pemahaman nilai-nilai muamalah yang terdapat dalam Islam. Beliau mendirikan lembaga sosial kemasyarakatan ini tidak hanya untuk kepentingan lembaga secara internal, melainkan lebih kepada hubungan eksternal demi kemaslahatan masyarakat Semper Timur. Dengan upaya-upaya yang bersifat sosial. Misalnya dengan cara membangun sarana-sarana sosial, dan manyalurkan bantuan logistik berupa santunan dan lain sebagainya. C. Peran Pembinaan Akhlak Sebagian pakar mengaitkan lahirrnya akhlak sebagai sebagai keniscayaan dari kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan manusia sedemikian banyak sehingga ia harus bekerja sama dan menjalin hubungan harmonis dengan selainnya agar terpenuhi aneka kebutuhan tersebut.45 Namun, kendati manusia adalah makhluk sosial, secara individu manusia memiliki ego dan kepentingan yang bertentangan dengan ego dan kepentingan orang lain. Oleh karena itu individu dituntut untuk mengorbankan sedikit atau banyak dari 45
M. Quraish Shihab, h. 350
kepentingan atau egonya itu agar dapat terjalin harmonis dan dapat pula terpenuhi nkebutuhan-kebutuhannya untuk hidup bermasyarakat.46 “pengorbanan” itu melahirkan moral dan akhlak terpuji, demikian juga kesediaan berkorban merupakan manifestasi dari akhlak yang luhur. Semakin besar pengorbanan semakin besar pula akhlak. Para pahlawan yang mengorbankan jiwa raga mereka demi kepentingan masyarakat telah mencapai akhlak terpuji. Dengan demikian, tanpa kebersamaan dan kesediaan berkorban, tanpa akhlak dan budi luhur, kita tidak dapat keluar dari krisis multidimensi yang kita alami. Tidak tepat pandangan yang menyatakan bahwa perkembangan satu masyarakat ditentukan oleh faktor-faktor kemajuan ekonominya, tetapi kemajuan sebenarnya lebih banyak ditentukkan oleh jalinan hubungan yang harmonis antar anggota masyarakatnya; jalinan harmonis yang terjalin dari kesediaan mengorbankan sedikit atau banyak dari hak-haknya. Jalinan itu direkat oleh nilai-nilai yang menghiasi anggota masyarakatnya. Norma-norma akhlak yang terdapat dalam Al-Quran dan hadist bersifat belum siap pakai, ketika Al-Quran, misalnya, menyuruh manusia untuk berbuat baik kepada orang tua dan menghormati sesama manusia, perintah tersebut belum disertai oleh caracara, sarana, dan lainnya. Tentang cara-cara praktis untuk menghormati orang tua tidak dijumpai dalam Al-Quran. Cara-cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam Al-Quran atau hadist memerlukan penalaran atau ijtihad para ulama. Jadi, ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam etika dan moral yang merupakan produk akal pikiran-budaya masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk
menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam Al-Quran dan hadist. Umat Islam hendaknya menunjukkan (akhlaqul karimah) dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak itu terdapat dalam ruang lingkup akhlak Islami yang sama dengan ruang lingkup ajaran Islam, khususnya yang berkaitan erat dengan pola hubungan. Ruang lingkup akhlak mencapai berbagai aspek seperti akhlak kepada Allah hingga sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang tidak bernyawa). Ahklak yang diajaarkan dalam Al-Quran dan hadist terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Dalam hal ini kekhalifahan menuntut adanya interaksi dengan sesama manusia dan alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan dan bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.47 Misalnya, seseorang tidak dibenakan memetik buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar, hal ini tidak dibenarkan karena tindakan demmikian tidak memberikan kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Manusia harus menyadari seutuhnya bahwa apa yang telah diciptakan oleh Allah manfaatnya akan kembali pada manusia. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda lainnya yang tak barnyawa diciptakan oleh Allah dan menjadi miliknya sepenuhnya. Dalam hal ini, manusia hanya diberi amanah untuk mengelolanya.
1. Dengan Mendirikan Sekolah
47
Dr. H. Anwar Sanusi, Afeksi Islam, Menjelajahi Nilai Transendental Bersama Al-quran, (bandung: tafakur, 2005), cet ke-1, h. 129
Dalam melakukan pembinaan akhlak bagi masyarakat, ia mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Daarul-Maarif, sebagai salah satu langkah dan upaya untuk menciptakan manusia yang tidak hanya fitrah karena nilai kemanusiaannya tetapi lebih karena budi dan akhlaknya. Akhlak merupakan hal yang penting dalam kehidupan, oleh sebab itu ia harus di bentuk dan dibina sedini mungkin, menurut Hasan,akhlak adalah yang membedakan kita dengan binatang, ia adalah nilai dan keindahan. kalau tidak percaya copotlah pakaianmu dan berdirilah dipasar maka engkau akan kehilangan martabat sebagai manusia. Pada satu ketika ada seorang anak kecil bertanya kepada ayahnya, ayah mengapa pohon itu tumbuh tidak lurus? Kemudian sang ayah menjawab, karena tuakang kebun tidak merawatnya dengan baik sehingga ia tumbuh tidak semestinya, demikian halnya akhlak, apabila ia sudah di ajarkan dan dibina sejak ia masih kecil niscaya akan tumbuh dengan baik dan berakhlak, sebaliknya, apabila sejak kecil tidak dibina prilaku dan akhlaknya niscaya ia akan tumbuh seperti pohon yang bengkok sulit untuk diluruskan. Beliau sadar dan tahu betul, bahwa anak-anak merupakan bagian kecil dari srtuktur kehidupan masyarakat, namun ia pada gilirannya akan tumbuh menjadi induk dan penggerak dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Maka dengan demikian perlu adanya sarana dan fasilitas sebagai upaya dalam membina akhlak masyarakat. 2. Dengan Memberikan Suriteladan Islam tidak mungkin akan berkembang, dan mustahil bagi Nabi Muhammad untuk memiliki banyak pengikut apabila ia seorang yang tidak memiliki akhlak yang baik dan budiluhur yang tinggi. Sebagaimana dalam sabdanya “tidaklah aku diutus
kepermukaan bumi ini, kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia. Islam memandang penting kedudukan akhlak, karena ia merupakan salah satu kunci keselamatan tidak tidak hanya di dunia melainkan sampai ke akhirat.48 Keteladanan diperlukan karena tidak jarang nilai-nilai yang bersifat abstrak itu tidak dipahami, bahkan tidak terlihat adanya keindahan dan manfaatnya oleh orang kebanyakan. Hal-hal abstrak dijelaskan dengan peerumpamaan yang kongkret dan indrawi. Keteladanan dalam hal ini, melebihi perumpamaan itu dalam fungsi dan peranannya. Itu sebabnya maka keteladanan diperlukan dan memiliki peranan yang sangat besar dalam mentransfer sifat dan karakter. 49 Sebagai dai, ia tidak hanya berperan sebatas menyampaikan materi tentang ajaran Islam, tetapi lebih dari itu ia harus berada di barisan paling depan dalam mengimplementasikan ajaran dakwah yang telah disampaikannya. Ia tidak ingin menjadi orang yang di cap dalam Al-Quran sebagai orang yang besar dosanya disisi Allah, yang besar perkataanya tapi tidak diringi dengan perbuatan. Ia memberikan contoh dan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan agar memberikan inspirasi dan suriteladan bagi masyarakat, sehingga apa yang ia sampaikaan selama ini melalui dakwah tidak hanya sebatas pada pengguguran kewajibannya sebagi dai tetapi lebih kepada implikasi dan efek dari dakwah yang disampaikannya. Metode keteladanan menjadi metode yang diterapkaan oleh Hasan Bisri, masyarakat tentu akan melihat dan mencontoh publik figur sebagai acuan dalam berprilaku dan bertindak. Apa yang kemudian akan terjadi kepada masyarakat ketika 48 49
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri M. Quraish Shihab, h. 358
seorang tokoh berprilaku tidak sesuaai dengan apa yang dikatakannya, tentu akan datang, dimana masyarakat akan kehilangan arah dalam mempraktikkan keluhuran nilai-nilai Islam. D.
Analisis
Dakwah merupakan bagian penting dalam Islam, karena ia merupakan instrumen yang mendukung syiar Islam. Rasulullah diutus ke bumi untuk menyempurnakan agama yang telah di bawa oleh rasul-rasul sebelumnya, dengan membawa nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang harus disampaikan kepada manusia sebagai pembenaran dan pelurusan terhadap kehidupannya. Batapa sulitnya dakwah yang dilakukan oleh baginda rasul pada waktu itu, karena beliau menghadapi orang-orang yang secara letak geografis berada pada wilayah panas dan tandus ditambah lagi dengan sifat keras kepala serta kepercayaan mereka kepada sesembahan yang telah dilakukannya secara turun temurun dan telah mendarah daging, ini bukan pekerjaan mudah baginya untuk dapat merubah dan mengajak manusia kembali kepada jalan yang dapat membawa mereka kepada kebahagiaan baik didunia dan akhirat. Namun demikian, beliau tetap menjalinya dengan kesabaran dan kepercayaan diri yang tinggi, awal mula beliau lakukan dari rumah kerumah yang dinamakan dakwah secara sirri (sembunyi-sembunyi). Hingga pada perkembangannya beliau lakukan secara terang-terangan dengan melihat situasi yang telah memungkinkan untuk melakukannya dan hal itu berlangsung hingga saat ini yang dilakukan oleh para pewarisnya.
Keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh rasulullah adalah karena beliau menghiasi dirinya dengan niat ikhlas, betul-betul mengharapkan ridho dari Allah serta keberuntungan dengan janji yang disediakan oleh Allah dan peran beliau sebagai seorang nabi yang diutus untuk membenahi kaumnya untuk berada pada fitrahnya sebagai manusia. Tidak ada keberhasilan bagi dakwah kepada Allah kecuali jika dakwah itu memang betul-betul karena Allah, baik dalam ucapan maupun perbuatan, keinginan dan tujuannya. Sebab dakwah adalah ibadah, sehingga sah atau tidaknya dakwah ini tergantung kepada syarat ibadah itu sendiri, yaitu ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw). jadi, ibadah itu dibangun atas keikhlasan dan mutaba’ah.50 Demikian khittah dakwah yang sayogyanya dilaksanakan oleh para dai dalam menjalankan tugasnya sebagi pewaris para nabi dan pemegang tongkat dari generasi ke generasi, yang menjadi bagian terpenting dalam syiar Islam. Sebagai perwujudan betapa dakwah memiliki posisi serta peranan yang urgen dalam pengembangan masyarakat, tidak hanya secara spiritual tetapi lebih kepada perubahan secara massal baik perkataan dan perbuatan. Ada beberapa peran penting dai, pertama tabligh, yaitu peran menyampaikan Islam di internal dan eksternal umat Islam. Pada tataran internal dai berupaya melakukan sosialisasi nilai-nilai Islam kepada kaum muslimin, yang bertujuan semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas informasi Islam yang diterima kaum muslimin. Yang kedua adalah tauiyah, yaitu peran mengembangkan wahyu Islami (kesadaran
50
Fawwaz Bin Hulayil Bin Rabbah As Suhaimi, Manhaj Dakwah Salafiyah, (Jogjakarta: Dar Ibnul Qoyyim, Dar Ibnu ‘Affan, 2003). Cet-1 h.63
Islami) kepada umat terhadap tanggung jawab dan peran hidup bagi setiap muslim agar mampu mengekspresikan diri selaku muslim serta mengaktualisasikan keIslamannya. Dengan kesadaran yang tinggi dan kemampuan ekspresi dan aktualisasi nilainilai keagamaan diharapkan selanjutnya mampu memberikan kontribusi positif bagi kehidupan bermasyarakat. Yakni membangun potensi umat di wilayah tersebut bahkan pada tatanan yang lebih luas membangun bangsa dan Negara. Ketiga adalah taujih, yaitu peran mengarahkan potensi umat yang telah sadar untuk memberikan kontribusi kepada umat agar potensi tersebut lebih efektif dan efisien. Peran taujih juga mencakup upaya mengarahkan orientasi umat agar dapat dikerahkan, dikoordinasi, untuk mencapai berbagi kebaikan (al-khoirot). Keempat irsyad, yaitu peran bimbingan terhadap potensi umat yang telah di taujih agar selamat dari jalan berliku-berliku yang penuh dengan jebakan-jebakan dan selamat dari penyimpangan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Peran dakwah yang dilakukan oleh KH. Hasan Bisri, merupakan bentuk ibadah yang ia lakukan kepada Allah Swt dan pengabdian kepada masyarakat. Dakwah yang ia lakukan dengan beberapa metode serta langkah-langkah yang diupayakan guna mencapai tujuan dakwah yang diinginkan, yaitu terciptanya masyarakat yang hidup dalam balutan nilai-nilai keagamaan baik secara individu maupun kolektif. Dalam perencanaan dakwah yang dikembangkan dan dibangun oleh KH.Hasan Bisri, berorientasi kepada pembangunan dan perubahan dari masyarakat yang pada mulanya acuh terhadap agama yang berkenaan dengan pengajian dan ilmu keagamaan, kesenjangan dalam pergaulan yang tekait dengan muamalah dan perilaku yang jauh dari cerminan akhlak al-karimah dan cenderung kepada akhlak al-madzmumah.
Dilihat dari pola dakwahnya, terlebih dahulu ia mengutamakan pengokohan akidah atau ketauhidan biasa disebut dengan keyakinan. Yakni aspek kredo atau keimanan kepada Allah dan semua yang difirmankannya untuk diyakini. Akidah adalah teori yang perlu dipercayai lebih dulu sebelum memasuki yang lain. Kepercayaan hendaknya bulat dan penuh, tidak bercampur dengan syak (ragu-ragu) dan kesamaran. Aspek kredo ini menjadi hal yang krusial, Sebagai nilai, akidah berisi ajaran dan apa saja yang harus diyakini, dipercayai dan diimani oleh setiap muslim. melihat kualitas keagamaan masyarakat pada masa awal ketika ia berdakwah masih terlalu awam, sehingga sangat sulit bagi masyarakat untuk dapat melaksanakan perintah ibadah baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Dan agaknya langkah yang ia ambil sangat tepat dan telah memberikan satu iklim yang baru bagi ruh spiritual masyarakat. Sebagai seorang dai Hasan Bisri mencoba menjadi mediator bagi masyarakat untuk dapat memahami nilai-nilai keagamaan, hal ini jelas terlihat ada peran tabligh yang dilakukan, yakni upaya menyampaikan tentang keyakinan yang benar dan harus di imani. Karena peneliti melihat adanya usaha tabligh tersebut melalui majlis taklim yang didirikannya. Dalam penelitian ini nilai-nilai keberagamaan saling terkait antara satu dan yang lainnya, Akidah, syariat (muamalah), dan akhlak. Tiga nilai ini, masuk kepada sistem nilai Islam, yakni akidah yang terkait dengan keyakinan sedangkan syariat yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (nilai Ilahi) atau yang lazim disebut ibadah mahdlah dan secara horizontal (nilai insani) atau biasa disebut ibadah ghairu mahdlah, seperti hubungan sesama manusia dan makhluk lainnya yang disebut muamalah.
dakwah yang dilakukan Hasan Bisri mengandung tiga aspek nilai tersebut yang memiliki keterkaitan antara satu nilai dengan nilai yang lainnya, kemudian menjadi satu kesatuan yang tertata dengan baik, bersatu padu membentuk kepribadian yang utuh dalam diri seorang muslim, jadi, terjadi kesaling-kaitan akidah, syariah, dan akhlak. Pemahaman akidah secara benar merupakan bagian terpenting yang akan mendorong seseorang muslim untuk melaksanakan syariah. Akidah yang menjadi unsur keyakinan mempunyai sifat yang dinamis. Kuat-lemahnya akidah bergantung kepada perlakuan yang datang kepadanya. Bila akidah dibina dengan baik, ia akan semakin kuat. Sebaliknya, bila akidah dibiarkan kering, dengan sendirinya, akidah tidak dapat menopang dan mendukung keIslaman seseorang. Karena akidah itu bersifat dinamis, diperlukan upaya pembinaan akidah yang bersifat dinamis pula dan simultan. Akidah memerlukan pembinaan yang terarah dan sistematis agar tetap kokoh. Bentuk pembinaan akidah hanya dapat tercapai ketika seorang mukmin melaksanakan segenap aturan-aturan syariah Islam. Bila syariah telah dilaksanakan berdasarkan akidah, lahirlah akhlak. Karena itu, iman tidak hanya ada di dalam hati, tetapi harus ditampilkan dalam bentuk perbuatan. Jadi, akidah, syariah, dan akhlak merupakan sitematika yang berhubungan secara korelatif, serasi, dan seimbang. Ia tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Seorang mukmin harus mempunyai prinsip dalam hidupnya untuk tidak memisahkan antara akidah, syariah, dan akhlak, karena Islam tidak dapat dipandang sebagai salah satu aspek hidup saja. Tetapi, seorang mukmin harus memandang seluruh hidupnya sebagi bagian yang tak terpisahkan dari Islam.
Ketika ia sudah berpikir Islami, ia tidak akan berpikir dengan melakukan dikotomi antar agama dan non agama. Dalam setiap bentuk aktifitas seorang mukmin selain mempunyai dimensi duniawi, sekaligus dimensi agama. Jadi, akidah merupakan landasan bagi tegak berdirinya syariah, sedangkan akhlak adalah prilaku nyata dari pelaksanaan syariah itu. Peran yang diambil Hasan Bisri sebagai dai telah mencegah terjadinya kekeliruan terhadap pemahaman keagamaan, dan mengubah sedikit demi sedikit sikap dan prilaku masyarakat, karena ia memahami betul karakteristik nilai-nilai keagamaan sebagai salah satu sumber nilai Ilahi yang berlaku bagi dan dalam pranata kehidupan manusia. KH. Hasan Bisri telah melaksanakan peran tersebut dengan upaya serta usaha yang selama ini dilakukannya, fasilitas yang ia bangun dan materi yang disampaikan disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Hingga mencapai kepada Hasil yang diinginkannya.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Setelah menjelaskan dan menganalisa pembahasan-pembahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba memberikan beberapa kesimpulan peran KH. Hasan Bisri dalam meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat Semper Timur. Dakwah yang dilakukan KH. Hasan Bisri pada masyarakat Semper Timur secara umum adalah efektif dalam meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat Semper Timur. Hal tersebut terbukti dari perubahan yang terjadi pada tigkat pengetahuan keagamaan yang terjadi pada masyarakat. Baik yang bersifat ibadah mahdlah hubungan manusia dengan Allah atau ghairu mahdlah hubungan manusia dengan manusia. Dalam pemahaman keagamaan terjadi banyak perubahan yang signifikan pada masyarakat, perubahan itu diantaranya adalah: 1. Dari segi ibadah, semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya . ibadah, baik sholat, puasa, zakat, dan haji, semua itu karena adanya keyakinan melalui informasi keagamaan yang telah disampaikan oleh Hasan Bisri. 2. Dalam
hal
muamalah,
semakin
besar
timbulnya
rasa
saling
menghargai dan toleransi yang lebih tinggi antar sesama warga, dengan saling tolong menolong dan membantu ketika melihat salah
satu
warganya
mengalami
kesulitan.
Sehingga
terciptanya
lingkungan yang kondusif 3. Hasil dari akidah dan muamalah adalah akhlak, ia merupakan bentuk nyata dari akidah yang telah tertanam dengan baik dan muamalah yang berjalan sesuai dengan nilai-nilai keIslaman. B.
SaranSaran-Saran 1.
Kepada majlis ta’lim umam al-bisriyah a. Penyampaian lebih disederhanakan hingga lebih mudah untuk dapat diterima oleh masyarakat. b. Penambahan materi pada kajian-kajian keagamaan. c. Diadakan istighotsah terlebih dahulu sebelum memulai materi.
DAFTAR PUSTAKA As-Suhaimi, Fawwaz Bin Hulayil Bin Rabah, Manhaj Dakwah Salafiyah, Dar Ibnul Qoyyim, Dar Ibnu ‘Affan, 2003, Cet, Ke-1,
Abdillah, Maskuri, Mimbar Agama dan Budaya, Vol. XVI/1999.
Abdullah, Irwan dkk, Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet ke-1.
Affandi, Suherman, Faktor Kesuksesan Dai, Risalah No. 6/XXXVIII, 1990.
AK, Baihaqi, Fikih Ibadah, (Jakarta: M2S, 1996), Cet Ke-1
Al-Qordhawi, Yusuf, Ibadah dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998), Cet Ke-1
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Cet Ke-1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, Ke-1.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, Ke-1.
Effendi, Onong Uchjana, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), Cet, Ke2.
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), Cet ke-6.
Ghazali, Bahri, Dakwah Komunikatif, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Hafidudin, Didin, Dakwah Aktual,(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet, ke-1.
Hendropustito, D, sosiologi agama, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1983), Cet Ke-1
Huda, Nurul, pedoman Majlis Taklim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam, 1990), Cet Ke-2
Kahmad, Nanang, Metode Penelitian Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet ke-1
Mubarok, Ahmad, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, cet. I.
Muthahari, Murtadha, Membumikan Kitab Suci, Manusia dan Agama, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Cet Ke-2
Mukhtar, Alfatun, Tunduk Kepada Allah, Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Khazanah Baru, 2001), Cet Ke-1
Masyhur, Musthafa, Fikih Dakwah, (Jakarta: Al-I’Tishom, 2000), Cet Ke-1
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002, Cet1 Natsir, M, Fiqhudh Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 2000, cet. Ke-XI
N, Gross W.S Masson and A.W. Mc Eachern, Explorationin Role Analysis, Jakarta: Raja grafindo Persada, 1995, Cet. Ke-3.
Rahman, A, Rahman dkk, Fikih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet Ke-2
Rafi’uddin, dkk, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, cet. Ke-1 Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, 2002, cet-35
Yusuf, Ali Anwar, Afeksi Islam, Menjelajahi Nilai Rasa Transendental bersama al
-quran,(Bandung: Tafakur Humaniora, 2005), Cet.ke-1
Suhendi, Hendi, Fikih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet ke-3
Shihab, M, Quraish, Menabur Pesan Ilahi, Al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), Cet Ke-2
Tholhah Hasan, Muhammad, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, (Jakarta: LantaBora Press, 2005), Cet Ke-3
Wirawan Sarwono, Sarlito, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta : CV Rajawali, 1984), Cet. ke-1.
Yusuf, Ali Anwar, Afeksi Islam, Menjelajahi Nilai Rasa Transendental bersama al -quran,(Bandung: Tafakur Humaniora, 2005), Cet.ke-1
PEDOMAN WAWANCARA (KUALITATIF) Nama Narasumber
: KH. Tohir Anwar
Hari/tanggal
: Minggu 26 Oktober
Lokasi
: Kediaman Narasumber
Waktu
: 07:30
Pertanyaan :
1. Apa hubungan anda dengan KH. Hasan Bisri? 2. Menurut anda, bagaimana sosok KH. Hasan Bisri? 3. Kapan awal mula datang ke Jakarta dan dimana saja beliau tinggal? 4. Menurut anda, apakah ada ciri khas yang membedakan KH. Hasan Bisri dengan dai yang lain?
a. Retorika b. Materi
5. Sejauh mana peran dan usaha KH. Hasan Bisri hususnya dalam meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat kebantenan? 6. Sejauh ini, menurut anda, apa hasil yang telah dicapai oleh KH. Hasan Bisri terkait dengan pemahaman nilai keagamaan? Apakah meningkat, menurun, atau biasa-biasa saja?
IDENTITAS NARASUMBER
Nama
: KH. Tohir Anwar
Alamat
: Jl. Pembangunan 3 No. 1b Rt 10/03 Rawabadak Jakarta Utara
TTL
: 26 Juni 1961
Pendidikan Akhir
: S1 fakultas Syariah IAIN Jakarta
Narasumber
(KH. Tohir Anwar)
Peneliti
(Irfanuddin)
Jawaban Wawancara 1. Hubungan saya dengan KH. HasanBisri adalah sebagai anak plus murid beliau. 2. Dalam pandangan saya sebagai anak khususnya dan keluarga serta mayarakat pada umumnya, beliau merupakan tokoh sekaligus panutan baik dalam keluarga dan masyarakatnya. Seorang guru dan dai yang totalitasnya dalam berdakwah menyampaikan ilmu berupa ajaran islam kepada masyarakat. Tiada kata lelah dan letih, hingga pada suatu ketika beliau jatuh sakit karena terlalu lelah. Beliau orang yang disegani karena keluasan ilmunya, beliau sosok penyabar dalam mengahdapi para madunya, karena beliau faham dan sadar betul bahwa merubah atau paling tidak menyampaikan ajaran islam agar dapat diterima dan di pahami dengan baik tidak semudah orang membailkkan tangan dan di lakukan sambil lalu. Memerlukan adanya kesabaran dan keuletan serta proses yang berkelanjutan dalam pembinaannya. Ia merupakan tokoh yang bersahaja sederhana dalam kehidupaan sehari-hari, ia tidak memandang seseorang dari strata sosial dan lain sebagainya. Pintu rumah beliau terbuka bagi siapa saja yang ingin bertamu untuk silaturaahmi atau dimintai pertolongan. Ia akan menolong dengan kadar kemampuan yang dimilikinya. walaupun ia marah atau kesal kepada seseorang tetapi setelah bertemu dengan orangnya kesal dan marahnya pun hilang seketika. 3. Pada tahun 1972 beliau datang ke jakarta, tapi pada awalnya beliau tidak berniat datang ke jakarta melainkan ingin melanjutkan studinya ke Malaysia. Tapi karena keterbatasan materi pada waktu itu akhirnya ia mengurungkan niatnya untukberangkat ke Malaysia, Di jakarta beliau tidak mempunyai apa-apa, bahkan sampai tahu apa yang untuk dimakan karena tidak ada kerjaan yang
dapat di jadikan sebagai sandaran hidup pada waktu itu. Beliau pertama tinggal di jakarta tepatnya di pos delapaan, tanjung priuk, dirumah pak jamilan, Hasan Bisri pertama kali berumah tangga di Surabaya dan dianugrahi dua orang anak, dan pada tahun 1976 beliau menikah dengan istri yang kedua dan di anugrahi empat orang anak, dari pos 8 beliau pindah ke sungai bambu dan mulai berdakwah didaerah tersebut, hingga pada akhirnya ia mendirikan sebuah majlis taklim dan sekolahan yang bernama daarussalam. karena ada proyek pembangunan jalan Tol beliau pindah ke kampung walang dan ditinggalkannya majlis taklim dan sekolah yang didirikannya untuk kemudian di serahkan kepada salah satu temannya untuk di teruskan. Di kampung walang beliau bersamasama dengan KH. Abdul Rasyid berdakwah guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang nilai-nilai islam di daerah tersebut. Dan pada tahun 1984 beliau pindah ke Semper Timur tepatnya kampung kebantenan, diantara tempat yang pernah beliau tinggali, kebantenan merupakan daerah yang paling lama beliau tinggal hingga saat ini. Beliau menghabiskan waktu-waktunya dengan berdakwah dan juga bertugas sebagai hakim di salah satu pengadilan tinggi agama di Jakarta. 4. Ciri khas KH. Hasan Bisri dengan dai lainnya adalah kalau menyampaikan permasalahan jelas dan tidak terbawa emosi, beliau senantiasa melihat kepada masyarakat sebagai objek, latar belakang pendidikan dan pola piker serta tingkat pemahamannya. Dalam menyampaikan materi, ia selalu menjelaskan segala permasalahan dan bab-bab yang berkenaan dengan masalah tersebut dengan tajam dan gamblang. Menjelaskannya tidak hanya menurut satu ulama,
melainkan dengan memberikan pandangan menurut ulama yang lainnya. Hal ini menunjukkan
keluasan
ilmunya dan dalam pemahamannya. Tidak hanya
masyarakat yang menerima pelajaran dari beliau, Hasan Bisri banyak dijadikan referensi oleh dai yang lain ketika mendapatkan satu permasalahan yang rumit untuk menemukan jawabannya,. khususnya dalam bidang hukum. Maka tidak berlebihan bila diiabaratkan kacang beliau tidak hanya mengerti kulitnya tapi sampai dalamnya. Dalam dakwahnya ia benyak menyampaikan tentang akidah “ushuluddin” karena ia memandang pentingnya akidah dalam diri muslim, ia merupakaan
sumber
keimanan
dan penggerak
bagi
seseorang untuk
melaksanakan apa yang diperintah tuhan dan menjauhi apa yang dilarang. Selain akidah beliau juga menyampaikan materi yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan tuhan dan manusia dengan sesama manusia. Beliau juga memberikan materi tasawuf sebagai usaha membentuk masyarakat yang berakhlak baik kepada allah dan kepada manusia. 5. DENGAN MENDIRIKAN MAJLIS TA’LIM. Hal ini digunakan untuk memberikan kemudahan baginya dalam menyampaikan ajaran-ajaran dakwah kepada para jamaah, seperti yang dilakukan olehnya setiap mengisi pengajian pada malam sabtu dan hari minggu, dengan cara ini beliau dapat merasakan adanya kemudahan karena telah memiliki sebuah tempat yang tetap untuknya dalam menyampaikan ajaran dakwah islam. Dengan adanya pendirian majlis taklim ini juga sebagai sarana untuk berkumpulnya para jamaah untuk mengikuti pengajian-pengajian yang
dilakukan selama ini serta terus berkesinambungan dan dapat di pantau hasilnya. Karena jamaah merupakan warga masyarakat yang berada di sekitar majlis taklim. DENGAN CARA MENJALIN KERJASAMA DENGAN MAJLIS TAKLIM LAINNYA. Dalam
melakukan
pembinaan
guna
meningkatkan
pemahaman
keagamaan terhadap jamaahnya, KH. Hasan Bisri juga melakukan kerjasama dengan majlis taklim lainnya. Tidak lain majlis taklim ini merupakan majlis taklim yang didirikan oleh murid-muridnya dan teman-teman seperjuangannya. Dalam kerjasama ini Hasan Bisri juga ikut memberikan ceramah ditempat pengajian tersebut, dan para jamaah yang mendengarkan ceramah ini merupakan gabungan dari berbagai malis taklim, sehingga dengan demikian akan terjalin hubungan yang baik diantara mereka dan keberlangsungan dakwah dapat terus dipertahankan, terutama dalam merubah sikap dalam pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai keagamaan. DENGAN CARA MEMBERIKAN PEMAHAMAN AGAMA. Memberikan pemahaman agama, bukan hanya kepada orang tua, juga kepada anak-anak sebagai langkah kaderisasi. Penerapan syariat yang berkaitan dengan akidah, hukum-hukum, dan muamalah kepada anak-anak sendiri mungkin dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan langkah yang cukup efektif bagi Hasan Bisri dalam menjalankan kegiatan dakwahnya. Hal tersebut dikarenakan untuk menerapkan syariat yang berkaitan dengan masalah aqidah, hukum dan muamalah kepada orang dewasa ataupun orang tua mereka mungkin
tidak akan diterima dengan baik, oleh karena itu kegiatan pendidikan yang dijalani selama ini diharapkan anak-anak dapat mengerti ajaran agama islam, yang selanjutnya mereka dapat mengamalkannya dilingkungan rumah masingmasing. DENGAN MENDIRIKAN SARANA PENDIDIKAN Dalam melakukan pembinaan akhlak bagi masyarakat, ia mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama daarul-maarif, sebagai salah satu langkah dan upaya untuk menciptakan manusia yang tidak hanya fitrah karena nilai kemanusiaannya tetapi lebih karena budi dan akhlaknya. Akhlak merupakan hal yang penting dalam kehidupan, oleh sebab itu ia harus di bentuk dan bina sedini mungkin, menurut hasan,akhlak adalah yang membedakan kita dengan binatang, ia adalah nilai dan keindahan. kalau tidak percaya copotlah pakaianmu dan berdirilah dipasar maka engkau akan kehilangan martabat sebagai manusia. Beliau sadar dan tahu betul bahwa anak-anak merupakan bagian kecil dari srtuktur kehidupan masyarakat, namun ia pada gilirannya akan tumbuh menjadi induk dan penggerak dalam tatanan kehidupan bermsyrakat. Maka dengan demikian perlu adanya sarana dan fasilitas sebagai upaya dalam membina akhlak masyarakat. DENGAN MEMBERIKAN SURITAULADAN Islam tidak mungkin akan berkembang, dan mustahil bagi Nabi Muhammad untuk memiliki banyak pengikut apabila ia seorang yang tidak memiliki akhlak yang baik dan budiluhur yang tinggi. Sebagaimana dalam
sabdanya “tidaklah aku diutus kepermukaan bumi ini, kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia. Islam memandang penting kedudukan akhlak, karena ia merupakan salah satu kunci keselamatan tidak tidak hanya di dunia melainkan sampai ke akhirat. Sebagai dai ia memiliki berperan sebatas menyampaikan materi tentang ajaran islam, tetapi lebih dari itu ia harus berada di barisan paling depan dalam mengimplementasikan ajaran dakwah yang telah disampaikannya. Ia tidak ingin menjadi orang yang di cap dalam al-qur’an sebagai orang yang besar dosanya disisi allah, yang besar perkataanya tapi tidak diringi dengan perbuatan. 6. Dalam segala aktifitas dan perbuatan tentu semua mempunyai tujuan dan maksud. Begitu juga hal dalam dakwah yang dilakukan oleh KH. Hasan Bisri apakah terlihat adanya hasil dari peran dakwah beliau selama ini. Menilik sejenak kondisi dari masyarakat Semper Timur sebelum ia datang dan tinggal di daerah tersebut, pemahaman masyarakat masih terlalu bias dan awam terhadap nilai-nilai keagamaan yang ada dalam islam, sehingga berimplikasi pada kurangnya pemahaman keagamaan, acuh kepada tetangga, hidup dengan prinsip individual. Tidak ada rasa saling menghargai dan menghormati antara satu dan yang lain. Sehingga sering sekali terjadi keributan antar warga hanya karena hal yang sepele. Dengan peran yang beliau ambil selama ini telah mampu merubah kondisi masyarakat kearah yang lebih baik, baik dalam melaksanakan ibadah yang telah ditentukkan oleh agama dan baik dalam hubungan antar sesama manusia.