Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Pendekatan Konstruktivisme Tentang Struktur Tanah Pada Pelajaran IPA di SD. Yayu Yulianti Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
Dede Somarya dan Nana Djumhana1 Abstrak: Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Pendekatan Konstruktivisme Tentang Struktur Tanah pada Pelajaran IPA. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa. dilatarbelakangi bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajran IPA belum mencapai KKM. Karena proses pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus pada siswa kels V SDN Mekararum yang berjumlah 35 siswa laki-laki 16 orang dan perempuan 19 orang, untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan konstruktivisme. Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Sedangkan hasil belajar siswa menujukkan adanya peningkatan yaitu: Pada siklus I nilai rata-rata siswa 72,85 dengan persentase yang mencapai KKM 82,85% sedangkan pada siklus II perolehan nilai rata-rata siswa 81.14 dengan persentase yang mencapai KKM 94,28%. Kata Kunci: hasil belajar, konstruktivisme dan struktur tanah Abstract: Improved Learning Outcomes of Students With Constructivist Approach On Soil Structure on science lessons. The purpose of this research is to implement a constructivist approach to improving student learning outcomes. against the background that the student learning outcomes in science has not yet reached the eyes pelajran KKM. Because the learning process that teachers still use the lecture method. This study uses classroom action research (CAR) conducted by two cycles of the students Kels SDN Mekararum students numbering 35 men and 16 women 19 men, to improve and enhance learning outcomes through a constructivist approach. Teachers act as facilitators or mentors. While the results showed an increase in student learning, namely: In the first cycle, the average value of 72.85 with the percentage of students who achieve KKM 82.85%, while the second cycle of the acquisition value of the average percentage of students reaching 81,14 by 94.28%KKM. Keywords: learning, constructivism and soil structure
1
1
Penulis Penanggung Jawab
Yayu Yulianti. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Pendekatan Konstruktivisme Tentang Struktur Tanah Pada Pelajaran IPA di SD. PENDAHULUAN Untuk menerapkan dan menjelaskan gejala-gejala alam dalam kehidupan sehari-hari, yang bersikap ilmiah serta mencintai alam semesta. Oleh karena itu hendaknya guru sebagai pelaksana mempergunakan berbagai macam pendekatan yang banyak melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki pengalaman langsung dalam setiap pembelajaran Dalam pembelajaran “guru harus menghindari sikap yang “power of” yang dapat digambarkan sebagai pendidik yang selalu merasa mempunyai kemampuan lebih dibanding siswa sehingga tidak memandang siswa sebagai individu yang memiliki potensi”Bell (Budiningsih, 2008 : 43). Hal serupa diutarakan oleh Ausuble (C. Asri Budiningsih, 2008 : 44) bahwa “Faktor yang paling penting untuk mempengaruhi belajar siswa adalah konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalan struktur kognitif siswa itu sendiri. Maka pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, epektif, dan menyenangkan maka hasil belajar akan lebih bermakna dan lebih berkualitas “. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA masih banyak pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered), tidak melihat kepada siswa sebagai individu yang memiliki potensi pada diri mereka, seharusnya pembelajaran lebih terpusat pada siswa (student centered) banyak melibatkan siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. KKM IPA SDN Mekararum adalah 60, tetapi ada saja siswa yang belum mencapai target dari KKM tersebut 6 orang dengan nilai 50 jumlah 300 (17%), 9 orang nilainya 55 jumlah 495 (30%) dan 20 orang dengan nilai 70 jumlah 1400 (57%) target kelulusan 85% dengan nilai rata-rata kelas sekarang 62,17. Menurut pandangan kontruktivisme pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak
ukur dalam belajar. Prinsif yang paling umum dan paling esensial dari konstrutivisme adalah membangun atau mengkonstrusikan konsep sendiri dari kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Melalui pendekatan ini, diharapkan kualitas hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang ditunjukan dengan pemahaman struktur tanah. Adapun rumusan masalahnya : 1 Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA pada struktur tanah dengan pendekatan konstruktivisme, pada kelas V SDN Mekararum? 2 Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA tentang struktur tanah dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, pada kelas V SDN Mekararum? 3 Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa tentang struktur tanah setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan pendekatan konstruktivisme,pada kelas V SDN Mekararum? Hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil proses pembelajaran diri sendiri dan pengaruh lingkungan, baik-baik perubahan kognitif, apektif dan psikomotor dalam diri siswa. Hasil belajar menurut, Benjamin S Bloom (dalam Budiningsih, 2008) mengemukakan ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, maupun psikomotor. Untuk aspek kognitif enam tingkatan Pengetahuan, Pemahaman, Pengertian, Aplikasi, Analisi, Sintesis, Evaluasi. Aspek afektif, meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau 2
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
kompleks nilai. Sedangkan aspek psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat bergantung dari penegtahuan dan perubahan perilaku Individu yang bersangkutan terhadap yang dipelajari. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006: 144) “ mengemukakan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri individu siswa (eksternal factor)”. Juga faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dalam diri individu dapat muncul jika di dalam diri individu sering latihan kecerdaan emosional serta tergantung pada kematangan usia dalam pertumbuhan, faktor tersebut juga dipengaruhi oleh adanya faktor individu yang datangnya dari luar, yaitu faktor sosial serta tergantung dalam metode pengajaran, serta cara mengajar pendidik. Sejalan dengan itu maka hasil belajar IPA di sekolah dasar menurut Hidayat (2001 : 4) dapat diuraikan sebagai berikut : a) siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep dan keterikatannya dengan kehidupan seharihari; b) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar; c) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; d) Mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar. Konstruktivisme merupakan sutu proses membangun atau menyusun 3
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman, Menurut teori konstruktivisme satu prinsif yang sangat penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun sendiri. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ideide mereka sendiri dan mengajar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. (http://www.teknologi pendidikan.net) Kontruktivis merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh siswa melalui kegiatan eksplorasi dan diskusi degan temannya. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diangkat, tetapi siswa harus mengkonstruki pengetahuannya sendiri. Menurut Mc Brien and Brandt (dalam Sutardi, 2007:125) Konstruktivisme adalah suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kepada penelitian tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan penelitian berpendapat setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain. Menurut Briner,M (dalam Sutardi, 2007:125) “dengan hasil Siswa membangun pengetahuan mereka dengan menguji ide-ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada, mengaplikasikannya kepada situasi baru dan mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan membangun intelektual yang sebelumnya ada. Menurut Glaserfeld (dalam Yunus, 2009:70) mengemukakan bahwa Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi (bentukan) diri sendiri. Pernyataan ini
Yayu Yulianti. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Pendekatan Konstruktivisme Tentang Struktur Tanah Pada Pelajaran IPA di SD. menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan tetapi akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivis adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan atau konsep secara aktif, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam proses pembelajaran ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterimanya dengan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Pembelajaran IPA di SD mempunyai tiga tujuan utama : mengembangkan keterampilan ilmiah, memahami konsep IPA, dan mengembangkan sikap yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajarannya. Pembelajaran IPA(Sains) di Sekolah Dasar tidak akan terlepas dari apa hakekat sains dan apa hakekat pembelajaran sains. Hakekat sains akan mewarnai dan menjiwai hakekat pembelajaran sains. Sains sebagai Ilmu secara umum sekurang-kurangnya tiga aspek yaitu aspek aktivitas, metode dan pengetahuan. Ketiga aspek tersebut merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Artinya keberadaan dari perkembangan ilmu harus diusahakan dengan adanya aktivitas manusia harus dilakukan dengan menggunakan metode tertentu dan akhir aktivitas metode tersebut akan menghasilkan pengetahuan yang sistematis. Dengan pengertian seperti itu maka sains dapat digambarkan sebagai suatu segi tiga sama sisi dimana masing–masing titik sudutnya merupakan aktivitas metode dan pengetahuan. Sains sebagai aktivitas manusia mengandung tiga dimensi (The Liang Gie. 1991) (Nana Djumhana): (1)Rasional, artinya merupakan proses pemikiran yang berpegang pada kaidah-
kaidah logoka; (2) Kognitif, artinya merupakan proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan; (3) Teleologis, artinya untuk mencapai kebenaran, memberikan penjelasa/pencerahan dan melakukan penerapan dengan melalui peramalan atau pengendalian. Sains sebagai produk, merupakan kumpulan pengamatan yang tersususn dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. a. Fakta, merupakan produk sains yang paling dasar.Fakta diperoleh melalui hasil observasi secara intensif dan kontinu. Secara verbal fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar dan atau pristiwa yang sungguhsungguh terjadi. b. Konsep merupakan abstrak tentang benda atau pristiwa alam, atau sesuatu tentang definisi atau penjelasan. c. Prinsip, adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep yang berkaitan . Atau prinsif dperoleh melalui proses induksi melalui hasil berbagai macam observasi. d. Hukum merupakan prinsif yang bersifat spesifi, reltif lebih bersifat kekal karena sudah berkali-kali mengalami pengujian. e. Teori merupakan generalisasi tentang berbagai prinsif yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. Sains sebagai proses, merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah; sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, menginterprestasi data dan menarik kesimpulan. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi.Manusia, hewan. Dan tumbuhan memerlukan tanah tempat 4
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
hidup.tumbuh-tumbuhan tidak dapat bertahan hidup tampa ada lapisan tanah juga menyediakan bahan-bahan makanan dan mineral guna pertumbuhan tanaman. 1. Struktur (bagian-bagian) tanah Struktur tanah adalah sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolith yaitu lapisa partikel halus. Ada empat lapisan dari tanah yakni, lapisan tanah atas (topsoil), lapisan tanah bawah (subsoil), lapisan batuan induk terlapuk (regalith) dan lapisan batuan induk (bedrock). 2. Jenis-jenis tanah Setiap memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan air yang berbeda-beda.oleh karena itu,tumbuhan yang ditanaman ditanah, yang mampu menyerap dan menyimpan air, akan tumbuh dengan baik. Penyerapan air kedalam tanah bergantung pada jenis tanah. Maka dengan itu macammacam jenis tanah: a. Tanah Humus Tanah humas merupakan tanah yang: 1) berasal dari pelapukan sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk 2) berwarna kehitaman 3) sangat baik untuk lahan pertanian 4) kemampuan menyerap airnya sangat tinggi
5) dapat menggemburkan tanah b. Tanah liat atau tanah lempung 1) butiran-butiran tanahnya halus 2) setiap butiran saling melekat atau sama lain, sehingga jika basah lengket 3) sukar menyerap air 4) sering dimanfaatkan untuk membuat kerajinan, seperti pot bunga dll. 5) tumbuhan sulit tumbuh di tanah liat c. Tanah berpasir Tanah berpasir merupakan tanah yang: 1) butiran pasirnya sangat banyak 2) mudah menyerap air 3) tumbuhan sulit tumbuhan di tanah berpasir d. Tanah Vulkanik Tanah vulkanik biasanya terdapat disekitar gunung berapi, seperti gunung merapi,gunung galunggung,tanah vulkanik merupakan tanah yang: 1) banyak mengandung unsur hara 2) warnanya lebih gelap 3) berasal dari gunung berapi yang meletus 4) sangat mudah menyerap air 5) sangat subur untuk lahan pertanian
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (PTK) atau sering disebut Classroom Action Reserch. Prosedur penelitian yang akan dilakukan diadaptasi dari model
penelitian tindakan (action research) model Kemmis Mc Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi.
5
Yayu Yulianti. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Pendekatan Konstruktivisme Tentang Struktur Tanah Pada Pelajaran IPA di SD.
Rencana
Refleksi
SIKLUS I
Tindakan I
Observasi Refleksi
SIKLUS II Rencana Observasi
Tindakan II
Hasil
Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Susilo2007) Lokasi Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN Mekararum yang beralamat di Jl. Kp Pasir peuteuy, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V jumlah siswa 35 orang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 19 orang perempuan. Sekolah dasar Negeri Mekararum ini terletak diantara pemukiman penduduk yang jauh dari keramaian kota, dan dikelilingi gunung, latar belakang ekonomi keluarga siswa cukup beragam kebanyakan berfropesi sebagai petani. Alasan peneliti memilih subjek tersebut adalah peneliti menginginkan adanya peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA disekolah tersebut, Instrumen pembelajaran yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan adalah menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (Lembar Kerja Siswa), Lembaran Observasi, dan Lembaran Tes. Materi pokok pembelajaran di kelas V adalah Struktur Tanah dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas, 2008:30). HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana tindakan pembelajaran dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah dirancang sesuai dengan empat Tahap pendekatan konstruktivisme yang meliputi Tahap apresefsi (pengetahuan awal), eksplorasi (pemberian pengalaman langsung), diskusi dan penjelasan konsep( mengaktifkan interaksi social), dan pengembangan dan aplikasi( pencapaian kepahaman). Rencana tindakan yang dianggap berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar 6
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
siswa pada pembelajaran, yaitu: Tahap Apresefsi (pengetahuan awal); Tahap eksplorasi,dan Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep siklus I. Tindakan yang dianggap berhasil dan dapat memberikan konstribusi dalam pembelajaran pada siklus II, yaitu tindakan yang dianggap berhasil dan dapat memberikan konstribusi dalam pembelajaran pada siklus II, yaitu menggali pengetahuan awal(apresepsi) dan menggunakan metode demonstrasi. Dari hasil pengamatan pada lembar observasi guru dan siswa.observer mengamati bahwa guru telah melaksanakan keempat tahapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Selain itu juga, observer mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran, tetapi hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran siswa pada siklus I yang dianggap berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa hanya tiga tahapan pendekatan konstruktivisme, yaitu: Tahap Apresefsi (pengetahuan awal);dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi tentang struktur(bagian-bagian Tanah). Hasilnya siswa dalam mengungkapkan konsepsi awal cenderung masih pasif dan terlihat siswa masih takut serta ragu-ragu dalam menjawab, motivasi dan bimbingan dari guru dapat meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri daam mengungkapkan konsepsi awal sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa . Menurut Piaget(dalam Dakar, 1986 :6)” bahwa setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berintraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar”. Oleh karena itu pengetahuan awal yang dimiliki siswa merupakan modal awal dalam mengembangkan pengetahuan selanjutnya sehingga memudahkan guru dalam proses pembelajaran.. Hal ini mengandung pengertian agar terjadi 7
pembelajaran yang bermakna konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Tahap eksplorasi pada siklus I, siswa terlihat kurang tertib serta ribut karena mereka tidak mengerti cara mengerjakan LKS padahal guru sebelumnya telah memberikan petunjuk yang jelas bagaimana mengisi LKS. Keadaan tersebut dapat diatasi dengan “memberikan pengarahan yang bersipat terbimbing agar tercipta suasana kerjasama yang baik dan ketelitian dalam bekerja” (Karli dan sri Yuliariatningsih, 2004 : 7). Melalui kegiatan eksperimen, pengamatan, diskusi dan demontrasi disertai penggunaan media yang cukup beragam dengan benda-benda kongkrit dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Menurut Piaget “usia anak dari umur 711 tahun termasuk pada tahap oprasional konkrit” (Dahar, 1996 : 154). Dimana siswa SD akan lebih mudah memahami dan memecahkan masalah dengan benda-benda nyata yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari sebelum pada halhal yang abstrak. Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep siklus I, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat perwakilan kelompok mempresetasikan hasil kerjanya. Pemberian tanggapan atas hasil kerja kelompok lain didominasi oleh beberapa orang siswa yang aktif saja.Guru terus membimbing siswa untuk mengemukakan pendapatnya sekaligus menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada siklus II pada saat apresepsi terus mengalami peningkatan dengan batuan media dengan memberi pengetahuan awal dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi tentang bagian-bagian tanah dan jenisjenis tanah, Hasilnya sebagian besar
Yayu Yulianti. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Pendekatan Konstruktivisme Tentang Struktur Tanah Pada Pelajaran IPA di SD. siswa antusias menjawab pertanyaan salah satunya menurut Piaget dalam dengan benar yang diberikan oleh guru. Suparno, (1997:32), ‘mengerti adalah Dengan pemberian pengalaman suatu proses adaptasi intelektual yang langsung Guru menggunakan metode dengannya pengalaman-pengalaman dan demonstrasi untuk menyampaikan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa materi tentang jenis-jenis tanah. Hasilnya yang sudah diketahui oleh seseorang siswa antusias mengamati demonstrasi yang sedang belajar untuk membentuk yang dilakukan guru di depan kelas. Hal struktur pengertian yang baru. ini sejalan dengan pendapat para ahli, Hasil belajar Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus II Siklus
Rata-rata Nilai Hasil Belajar
Persentasi Ketuntasan KKM
Pra Siklus Siklus I Siklus II
62,17 72,85 81,14
57,14% 82,85% 94.28%
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam menguasai bahan pelajaran dari awal sampai akhir tindakan pembelajaran terus meningkat. Selain itu juga prosentase jumlah siswa yang dianggap menguasai materi bahan pelajaran dari awal sampai akhir tindakan pembelajaran terus meningkat. Hasil belajar rata-rata siswa setelah tindakan pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I dan siklus II. Terbukti pada saat tindakan pembelajaran siklus I data menunjukan bahwa hasil belajar siswa termasuk kriteria sedang dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 72,85%. Pada siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata yang cukup besar, data perolehan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 81,14 dengan kriteria hasil belajar siswa tinggi. Prosentase jumlah siswa pada batas dan di atas KKM juga meningkat dari siklus I dan siklus II. Pada Siklus I prosentase jumlah siswa pada batas dan di atas KKM sebesar
Persentasi siswa belum mencapai KKM 42,85% 17,14% 5,71%
82,85%. data prosentase jumlah siswa pada batas dan di atas KKM pada siklus II sebesar 94,28%. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada pembelajaran IPA konsep struktur tanah dengan pendekatan konstruktivisme yang dilaksanakan di SD Negeri Mekararum Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA tentang struktur tanah terbukti efektip dalam menanamkan pemahaman konsep dan menjadikan siswa menjadi aktif, perencanaan harus dibuat terlebih dahulu yaitu dengan membuat RPP, LKS dan alat peraga yang akan digunakan. Dalam kegiatan belajar mengembangkan keterampilani 8
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
ntelektual dan sikap ilmiah. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran yang dimulai dengan menyajikan masalah, mengamati dari pemasalahan yang dimunculkan membuat hipotesis, mengajukan pertanyaan, merancang penelitian, melakukan penelitian dan menyimpulkan hasil penelitiaan. 2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA tentang struktur tanah ternyata dapat meningkatkan aktivita siswa dan guru dalam pembelajaran. Siswa dapat belajar lebih mandiri dan aktif menemukan, memecahkan masalah sendiri sehingga pembelajaran berpusat pada siswa sedangkan pran guru sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan dalam pembelajaran. 3. Pembelajaran IPA pada konsep StrukturTanah dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata pada setiap siklus dalam setiap tindakan mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa pada awal tes sebesar 62,17%, persentase ketuntasan KKM 57,14% yang belum mencapai KKM 42,86% dan pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 72dan persentase ketuntasan KKM 82,85% yang 9
belum mencapai KKM 17,14% serta pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa sebesar 81,14% dan persetase ketuntasan 94,28% yang belum mencapai KKM 5,71% . Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas,dikelas V SD Negeri Mekararum Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur, maka perlu di Rekomendasikan sebagai berikut: 1. Bagi siswa, penerapan pendekatan konstruktivisme dapat meningkat hasil belajar dan siswa lebih senang dan tertarik pada pembelajaran sehingga siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir. 2. Bagi guru, menggunakan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme dalam setiap pembelajaran, supaya ada vareasi dalam mengajar, sehingga pada pelaksanaan pembelajaran tidak monoton. 3. Bagi Peneliti, guna memperoleh efektivitas dan optimalisasi penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mengembangkan pendekatan konstruktivisme melalui berbagai variasi metode tidak hanya melalui metode percobaan Untuk itu bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian tentang penerapan pendekatan Konstruktivisme masih terbuka, hal ini
Yayu Yulianti. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Pendekatan Konstruktivisme Tentang Struktur Tanah Pada Pelajaran IPA di SD. dikarenakan peneliti ini masih terbatas bahkan jauh dari sempurna. 4. Bagi Sekolah, sebagai sumbangan yang baik dan berguna bagi sekolah itu sendiri dalam upaya meningkatkan pembelajaran IPA di Sekolah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.Dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Guru. Bandung:Rama Widya. Budiningsih Asri,C. (2008). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdiknas. (2003). Undang-undang RI NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta:Depdiknas.. Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djumhana Nana. Studi Alternatif dalam meningkatkan Pembelajaran IPA di SD.Diktat,UPI Bandung: Tidak ditebitkan. Haryanto. (2007). Sains Untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Hasil Belajar.[online].
Tersedia: http;//ppg-pgsd.blogspor.com/2012/ 04.[10 November 2012]. Karli, Hilda & Yuliarianingsih,S. (2008). Impelementasi Kurikulum berbasis Kompetensi, model-model pembelajaran. Bandung: PT. Bima Media Informasi. Roitawaty-Aris Muharam (2008). Ilmu Pengetahuan Alam V. Jakarta: Erlangga Suparno, Paul.(1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Sudjana Nana. (1990). .Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana Nana. (1987). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdaya. UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Pendekatan Strategi Konstruktivisme [online]. Tersedia: http://akhmadsurdrajat.wordpress.co m/2008/09/12 Pendekatan –strategimetode konstruktivisme. [11 April 2013]. Pendekatan konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://krizi,wordpress.com/2011/09/1 2.[11 November 2012]. Widodo,Wuryatuti & Margareta (2008). Pembelajaran IPA SD.Bandung: UPI
10