PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK THINK-PAIR-SHARE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SDN 1 SOKAN
ARTIKEL PENELITIAN
oleh JUNAIDI NIM F 34210279
PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNG PURA PONTIANAK 2012
1
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK THINK-PAIR-SHARE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 1 SOKAN
ARTIKEL PENELITIAN
oleh
JUNAIDI NIM F34210279
Disetujui Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Deden Ramdani, M. Pd.
Dr. Edy Tandililing, M. Pd.
NIP 196302121988031003
NIP 195709011986031003
Mengetahui, Dekan,
Dr. Aswandi NIP 195805131986031002
Ketua Jurusan Pendidikan Dasar
Drs. H. Maridjo Abdul Hasjmy,M.SI. NIP 195112041967012001
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK THINK-PAIR-SHARE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 1 SOKAN Junaidi, Deden Ramdani, Edy Tandililing PGSD, FKIP Univeritas Tannjungpura, Pontianak Abstract: The general objective of this research is "To Know The occurrence Improved Student Learning Outcomes In Mathematics Learning (Factors and Multiples) using Technique Think Pair Share in Fourth Grade Elementary School Negri 1 Sokan" Based on previous observations on the difficulty most students Operation Multiplication anddivision so that the daily test results are still below the standard value of 60% mastery of 23 students 14 students scored above 60% while the rest of the 9 people are still below standard / KKM. The studies are limited to operations reveal a problem, while the type of research that is done in this study is action research (PTK) is done in silkus in order to solve the problem which is the subject of research is of Grade IV Primary School 1 Sokan which amounted to 23 students. Implementation planning activities determined by the material factor Mathematics Learning Elementary School Fourth Grade School 1 Sokan time spent in each of 2 x 35 Minute Cycle 2 silkus implemented. During the 2 meetings in a given study after using Technique Think Pair Share of 22 students in attendance, activities and student learning outcomes increased significantly (Activity from 60.69% to 82.70% and student learning outcomes from 56.02 to 72 , 01) so the technique Think Pair Share this can be done in every school, especially mathematics lesson. Keywords: Think Pair Share, Activity Learning and Student Learning Outcomes.
Abstrak: Secara umum tujuan penelitian ini adalah “ Untuk Mengetahui Terjadinya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ( Faktor dan Kelipatan ) dengan menggunakan Teknik Think Pair Share di Kelas IV Sekolah Dasar Negri 1 Sokan “ Bedasarkan Pengamatan sebelumnya sebagian besar siswa kesulitan pada Operasi Perkalian dan Pembagian sehingga hasil ulangan harian masih di bawah standar nilai ketutasan yaitu 60 % dari 23 siswa 14 siswa mendapat nilai di atas 60 % sedangkan sisanya yaitu 9 orang masih di bawah standar / KKM. Penilitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah, sedangkan jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) yaitu di lakukan secara Silkus dalam rangka memecakan masalah yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negri 1 Sokan yang berjumlah 23 orang siswa.
Dalam kegiatan perencanaan ditentukan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan materi Faktor Kelas IV Sekolah Dasar Negri 1 Sokan waktu yang digunakan setiap Silkus 2 x 35 Menit dilaksanakan 2 Silkus. Selama 2 kali pertemuan dalam Penelitian yang diberikan setelah menggunakan Teknik Think Pair Share dari 22 siswa yang hadir, Aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat secara signifikan ( Aktivitas dari 60,69 % menjadi 82,70 % dan hasil belajar siswa dari 56,02 menjadi 72,01 ) sehingga Teknik Think Pair Share ini dapat dilakukan di setiap sekolah, khususnya Pelajaran Matematika. Kata Kunci : Think Pair Share, Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dan guru dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Namun pada kenyataannya siswa kelas IV SD Negeri 1 Sokan mengalami kesulitan pada operasi hitung faktor dan kelipatan dalam memahami dan mengerjakan karena kurangnya aktifitas belajar siswa dikelas yang ditunjukan dari kurangnya aktifitas bertanya, mengerjakn tugas serta memperhatikan pelajaran sehingga hasil belajar siswa yang dicapai menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian nilai yang diperoleh tergolong masih dibawah standar nilai ketuntasan yaitu 61 %. Dari 23 orang siswa hanya 14 orang siswa yang mendapat nilai di atas 60 sedangkan sisanya yaitu 9 orang masih di bawah standar/ KKM. Ketertarikan peneliti pada kajian ini karena teknik think pair share adalah teknik yang mengembangkan kemampuan belajar siswa dengan berfikir, berpasangan dan menyampaikan khususnya pada mata pelajaran matematika, pada pelajaran ini siswa dapat berfikir, saling berdiskusi, mengukur dan bereksperimen serta memaparkan pendapat. Dari hal-hal tersebut tentu dapat memberikan suatu upaya peningkatan aktifitas belajar siswa yang semula siswa hanya belajar dengan memperhatikan penjelasan guru dan selanjutnya mengerjakan tugas saja. Berdasarkan pengamatan saat ini belum adanya upaya peningkatan aktifitas belajar siswa melalui teknik think pair share ini khususnya pada siswa yang dinilai belum mampu menampakkan potensi serta kemampuan yang ada pada diri masing-masing siswa. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan siswa terhadap Matematika. Menurut Sutrisno (1991: 1) diduga banyak faktor penyebab rendahnya mata pelajaran Matematika, diantaranya kurikulum, kompetensi guru, metode mengajar, dan peralatan pendidikan Selain itu metode mengajar yang digunakan guru di sekolah-sekolah sekarang ini masih banyak menggunakan metode ceramah. Dalam ceramah, seorang guru matematika dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu. Pengajaran matematika juga cenderung menjadi momok akibat terlalu banyak teori. Sebaliknya kegiatan
praktek atau bentuk penelitian lapangan yang sederhana justru sedikit (Abdul Kodir, 1995: 9). Faktor penyebab terjadinya masalah rendahnya hasil belajar siswa ini adalah karena pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh guru dengan metode ceramah dalam mengajar, sehingga menimbulkan kecenderungan siswa untuk bersifat pasif dan lebih banyak menungggu pemaparan mata pelajaran dari guru saja daripada membaca dan berusaha mencari informasi dari sumber lain yang mereka butuhkan. Saat ini materi kelipatan dan faktor ini sangat penting untuk ditingkatkan karena luasnya kaitan materi tersebut dengan materi lainya, sehinga penulis merasa perlu untuk meneliti, apa sebenarnya yang terjadi dan mengapa persoalan ini membebani siswa dalam memahami pengetahuan ini dari gurunya. Persoalan ini juga terlihat pada analisis hasil UAN Sekolah Dasar Negeri 1 Sokan mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sangat memperhatikan semua pihak. Selain itu peneliti juga perlu untuk menyelidiki kegagalan yang terjadi pada sisi lain. Bahwa profesi guru harus dibina, dikembangkan dan diupayakan peningkatannya, guru juga diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Mampu melakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran dan senantiasa dapat mendorong kemajuan di bidang pendidikan yang digelutinya. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditentukan rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada peningkatan kemampuan siswa dalam pelajaran matematika (Kelipatan dan Faktor) dengan menggunakan teknik think-pair-share di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sokan? Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang akan diamati oleh guru ataupun observer adalah: Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam menyelesaikan soal, tidak hanya menyerahkan tugas penyelesaian soal pada seseorang anggota tim. Aktif bertanggung jawab agar tiap tugas dan soal yang diberikan kepada tiap individu atau tim dapat selesai dengan benar dan selesai tepat waktu. Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. Yang perlu mendapat perhatian dari guru dalam aktivitas pembelajaran adalah agar tidak terjadi aktivitas yang tidak mendukung proses pembelajaran seperti menganggu teman yang lain. Ernest R. Hilgard dalam belajarpsikologi.com (2011) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sedangkan menurut Gagne belajarpsikologi.com (2011) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaanya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Selanjutnya Moh. Surya dalam belajar psikologi.com (2011) juga menjelaskan bahwa definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu suatu perubahan tingkah lakuyang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungan. Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Macam-macam aktivitas dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Sadirman (2004) menggolongkan aktifitas siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: (1) Visual Activities (aktifitas melihat), yang termasuk didalamnya adalah membaca, memperhatikan gambar, dan demonstrasi percobaan, (2) Oral Activities (aktifitas mulut), yang termasuk didalamnya adalah menanyakan, merumuskan, memberi sarana, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi, (3) Listening Activites (aktifitas mendengarkan), yang termasuk didalamnya adalah mendengarkan percakapan, uraian, musik dan pidato. (4) Writing Activities (aktifitas menulis), yang termasuk didalamnya adalah menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin, (5) Drawing Activities (aktifitas menggambar), yang termasuk didalamnya adalah menggambar, membuat grafik, peta dan diagram, (6) Motor Activities (aktifitas gerak), yang termasuk didalamnya adalah melakukan percobaan, mereparasi, bermain, berkebun, beternak, (7) Mental Activities (aktifitas mental), yang termasuk didalamnya adalah menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan, (8) Emosional Activities (aktifitas emosi), yang termasuk didalamnya adalah menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. a Menurut Anton M. Moeliono (1990 : 566), matematika diartikan sebagai “ilmu bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.” Namun, sampai sekarang di antara para ahli matematika belum ada kesepakatan yang bulat untuk memberikan jawaban definisi tentang matematika secara bak Menurut R. Soedjadi dan Masriyah (1994:1), menyatakan bahwa dalam mendefiniskan matematika terdapat berbagai pendapat yang tampak berlainan tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang sama, yaitu mendasarkan diri pada kesepakatankesepakatan, matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi. Adapun fungsi dan tujuan Matematika menurut Garis-Garis Besar Program Pembelajaran adalah sebagai berikut : Fungsi sebagi alat Hal ini disebabkan arena matematika dapat digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Fungsi sebagai pola pikir Matematika dapat digunakan untuk membantu memperjelas permasalahan melalui abstraksi pengarah pada obyektifitas dan efektivitas yang tinggi. (a) Fungsi sebagai ilmu pengetahuan, Fungsi ini hendaknya mewarnai pengajarannya, yakni dengan menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran yang telah diterima, bila diketemukan kebenaran baru yang menyangkal kebenaran
yang pertama tadi. Sedangkan tujuan dari pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut : (a) Siswa dapat menggunakan konsep, mengenal lambang, dan istilah atau nama, serta menemukan rumus (prinsip) yang terdapat pada pokok bahasan. (b) Siswa memiliki keterampilan melakukan operasi yang terdapat pada butir 1 (satu) di atas, mampu menggunakannya pada mata pelajaran lain atau dalam kehidupan sehari-hari,(c) Siswa dapat menggunakan konsep matematika untuk mengkomunikasikan suatu gagasan dan untuk menafsirkan suatu data atau keadaan.(d) Siswa memiliki sifat kritis, terbuka, dan konsisten, serta mulai memiliki sifat menghargai kegunaan matematika. Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus. Sedangkan pada mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI melitputi aspek-aspek : 1) Bilangan, 2) Geometrid an Pengukuran dan 3) Pengolahan Data. Ada beberapa teori belajar yang populer dan sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran matematika di Pendidikan Dasar, diantaranya adalah sebagai berikut: (a) Teori belajar dari William Brownell Teori belajar William Brownell didasarkan atas keyakinan bahwa anak-anak pasti memahami apa yang sedang mereka pelajari yaitu belajar secara permanen atau secara terus-menerus. Selain itu juga menggunakan benda-benda kongkrit sehingga dikenal dengan nama. Menurut William Brownell (dalam Amin Suyitno, 2005: 34) dalam mengerjakan matematika di pendidikan dasar, sebaiknya : Menggunakan media, Materi disajikan secara permanen dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret untuk menuju kepemahaman matematika yang memang memuat objek-objek abstraks. Menurut Sri Subarinah (2006: 67) mengemukakan pembelajaran matematika akan bermakna bagi siswa sekolah dasar apabila istilah-istilah baru yang di sajikan perlu diperkenalkan maknanya. Berikut ini disajikan beberapa cara untuk memperkenalkan istilah-istilah tersebut kepada siswa, yaitu : (a) Pertama kali yang perlu disampaikan guru kepada siswa berkaitan dengan istilah faktor adalah pembagian bilangan asli oleh bilangan asli. Oleh karenanya guru perlu memberikan kepada siswa berupa penguasaan fakta dasar perkalian dan pembagian. Kemudian diberikan pengertian faktor suatu bilangan adalah pembagi habis bilangan tersebut dan selanjutnya diberikan beberapa contoh.( b) Kelipatan Pengertian kelipatan berkaitan dengan barisan bilangan asli, sehingga siswa perlu diberi apersepsi tentang himpunan bilangan asli. Kelipatan suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang merupakan hasil perkalian dari bilangan tersebut dengan himpunan bilangan asli. Untuk selanjutnya lebih memahamkan pengertian sebaiknya diberikan beberapa contoh.
Menurut Triyanto (2007: 60) “pembelajaran teknik Think-Pair-Share (TPS) adalah strategi pembelajaran untuk mempersiapkan siswa dengan berbagai bahan pemikiran pada topik yang diberikan, sehingga memungkinkan siswa untuk menyatakan ide secara individu dan berbagi ide dengan siswa lainnya”. Selanjutnya Triyanto (2007: 61) juga menyatakan pembelajaran “model ThinkPair-Share (TPS) adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi siswa. Prosedur pembelajaran yang memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain”. Pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam diskusi kelompok yang terdiri dari 4 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dengan menulis ide-ide pemikiran setiap individu, kemudian berbagi bersama untuk meningkatkan respon siswa pada pertanyaan/masalah karena mereka mempunyai ketergantungan positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Anita Lie (2004: 31) bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal cooperative learning mempunyai lima unsur yaitu : Saling ketergantungan positif, Tanggungjawab perseorangan, Tatap muka, Komunikasi antar anggota, Evaluasi proses kelompok Pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS) untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajarai materi yang diberikan, tetapi harus mengembangkan pola pikir dengan ide-ide baru dalam memahami materi yang diberikan sehingga dapat memotivasi siwa yang lainnya agar memiliki pola pikir yang baik pula. Menurut Triyanto (2000: 61-62) pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS) memiliki tahap-tahap sebagai berikut : (a) Thinking (Berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. (b) Pairing (Berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan siwa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama, interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan, (c) Sharing (Berbagi) Pada tahap akhir guru meminta pada pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini dilakukan dengan cara bergiliran berpasang-pasangan dan dilanjutkan sampai seperempat pasang telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Menurut Anita Lie (2004: 46) Teknik Think-PairShare (TPS) memiliki kebaikan sebagai berikut:Mudah dibagi secara berpasangan, Lebih banyak ide yang muncul, Lebih banyak tugas yang dilakukan, Guru mudah memonitor, Meningkatkan partisipasi siswa dalam berdiskusi Menurut Anita Lie (2004:46) Teknik Think-Pair-Share (TPS) memiliki kekurangan sebagai berikut : Memerlukan waktu yang lebih lama, Memerlukan sosialisasi yang lebih baik, Jumlah genap menyulitkan dalam proses pengambilan suara, Kurang kesempatan untuk kontribusi individu, Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan. Adapun langkah-langkah yang diterapkan dalam pembelajaran dengan teknik Think-Pair-Share menurut Frank
Lyman (1985) adalah sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai, (b) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru, (c)Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, (d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya, (e) Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa’ (f) Kesimpulan/ Penutup. METODE Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya sehingga bersifat objektif untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hadari Nawawi (1998: 63) mengartikan ”metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan objek/ subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Tempat penelitian dilakukan di SD Negeri 1 sokan kabupaten Melawi, hal ini dikarenakan tempat penelitian merupakan temapt peneliti mengajar sehingga sangat memungkinkan peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Subjek penelitian adalah (1) Siswa kelas IV yang berjumlah 23 orang Siswa yang merupakan sasaran observasi guru untuk mengetahui aktifitas-aktifitas belajar siswa yang terjadi di kelas. dan 2) Guru sebagai peneliti yang melaksanakan penelitian tindakan kelas, karena guru merupakan peneliti yang melakukan pengamatan terhadap aktifitas-aktifitas belajar siswa yang terjadi di kelas. Dalam proses penelitian tindakan kelas yang peneliti implementasikan dalam kegiatan pembelajaran langkah-langkahnya sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Tindakan dituntun oleh rencana yang dibuat, walaupun tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamika proses pembelajaran di kelas, yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu guru perlu bersikap fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua perubahan/ penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan. Observasi yang dilakukan tim kolaborator di kelas berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang, terlebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Obsevasi perlu direncanakan agar ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga. Selain itu observasi dilakukan secara cermat karena tindakan guru di kelas selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal yang tak terduga. Kemudian observasi bersifat responsive, terbuka pandangan dan pikiran guru.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian tindakan kelas pada penelitian ini mencakup : proses pembelajaran, pengaruh tindakan (yang disengaja dan tidak sengaja), keadaan dan kendala tindakan, bagaimana aktifitas mengajar guru, pengaruh tindakan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa dan mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya dan persoalan lain yang timbul. Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan yang telah dilaksanakan seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi guru bersama kolaborator berusaha : (a) Memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis, dengan mempertimbangkan tindakan yang mungkin ada dalam situasi pembelajaran kelas, (b) Memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajaran dilaksanakan. Setelah refleksi, guru berdiskusi dengan tim kolaborator hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas, untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memotivasi, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Tetapi dalam pengertian bahwa refleksi itu deskriptif. Peneliti mengadakan obeservasi dilakukan secara berulangulang agar proses pembelajaran menjadi lebih meningkat sehingga dapat, mencapai tujuan pembelajaran. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk pelaksanaan proses penelitian siklus berikutnya. Dalam setiap penelitian, di samping penggunaan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih bahkan juga menyusun seluruh alat pengumpulan data yang relevan. Teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian yang memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid yang pada gilirannya akan memungkinkan dirumuskannya generalisasinya yang objektif. Sehubungan dengan hal teknik dan alat pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Untuk mendapatkan data yang benar serta dapat menggunakan variabel penelitian, maka perlu digunakan teknik dan alat penumpulan data yang sesuai dengan penelitian ini. Sehubungan dengan itu Hadari Nawawi (1991) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data terdiri dari : (a) Teknik observasi langsung, (b) Teknik observasi tidak langsung, (c) Teknik komunikasi langsung, (d) Teknik komunikasi tidak langsung, (e) Teknik pengukuran, (f) Teknik studi dokumenter. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah dengan teknik observasi langsung. Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, khususnya terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (a) Lembar observasi yang digunakan adalah observasi yang digunakan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru kelas dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas. (b) Tes yang digunakan untuk pengumpulan data pada teknik pengukuran. Adapun tes yang digunakan adalah berupa tes tertulis berbentuk essay Analisis data yang dilakukan dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1996: 139), dimana kegiatan analisis terdiri atas 3 alur kegiatan secara bersama yaitu : reduksi data, sajian data, dan penyimpulan atau verifikasi. Data
yang diperoleh dari hasil tes awal, tes proses, tes formatif dan tes akhir untuk mengetahui keberhasilan dari peningkatan aktivitas belajar siswa terutama setelah tindakan perbaikan proses pembelajaran siswa dianalisis dengan teknik analisis logis, yaitu analisis yang didasarkan pada penalaran logis. Data yang telah dideskripsikan akan direduksi dan disajikan secara sistematis sehingga dapat ditarik kesimpulan secara deskriptif. Selanjutnya data tentang proses pembelajaran disajikan secara naratif. Data tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiataan analisis data adalah kegiatan menimbang, menyaring, mengetahui dan menarik kesimpulan yang dilakukan pada setiap tahapan refleksi. Untuk melaksanakan kegiatan analsis diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (1) Menyeleksi data. Setelah data terkumpul dilakukan penyeleksian data yang dapat menjawab penelitian yang dilakukan sehingga hasilkan akan mampu memberikan gambaran dari hasil penelitian.(2) Mengklarifikasi data. Data yang telah diseleksi lalu diklarifikasikaan berdasrkan tujuan penelitian. Setelah itu dipersentase untuk memudahkan pengolahan data dan pengambilan keputusan. (3) Mentabulasi data Setelah data diklarifikasikan, kemudian data ditabulasikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui alternatif jawaban yang satu dengan jawaban lainnya. Selain itu juga dapat berguna agar data dapat lebih mudah untuk dibaca. Menggambil keputusan. Keputusan dapat diambil berdasarkan : (a) Kuisioner : Data dari kusioner disusun dalam bentuk tabel berdasarkan pertanyaan kemudian dianalisis. (b) Observaasi : Hasil observasi disajikan dalam bentuk catatan-catatan penting yang terbagi dalam kegiatan awal, inti dan akhir dari setiap siklus. Jurnal : Untuk memudahkan pembacaan data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan tanggapan/ pendapat siswaa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil Tes : Hasil nilai tes dapat disajikan dalam bentuk tabel yang selanjutnya dianalisis. Menafsirkan data Untuk perhitungan persentase dapat menggunakan rumus :
X=
𝑁 𝑛
× 100%
Keterangan : X = Persentase jawaban N = Frekuensi jumlah jawaban n = Jumlah responden Setelah itu dibuat kategori persentase berdasarkan kriteria Hendro seperti yang tercantuPedoman untuk menganalisis data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :Ketuntasan belajar (KBS) =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
× 100%
Ket : KBS secara individu > 60 % (Standar Ketuntasan Belajar Minimal) Daya Serap Klasikal (DSK) = =
𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≥60% 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ𝑛𝑦𝑎
× 100%Ket : KBS
secara individu > 75% % (Standar Ketuntasan Belajar Minimal)
HASIL Penelitian ini adalah “Untuk mengetahui terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam pelajaran matematika (Kelipatan dan Faktor) dengan menggunakan teknik think-pair-share di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sokan “.Tempat penelitian dilakukan di SD Negeri 1 sokan kabupaten Melawi, hal ini dikarenakan tempat penelitian merupakan temapt peneliti mengajar sehingga sangat memungkinkan peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Pada tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah 1) Siswa kelas IV yang berjumlah 23 orang Siswa yang merupakan sasaran observasi guru untuk mengetahui aktifitas-aktifitas belajar siswa yang terjadi di kelas. Perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah dengan mempersiapkan bahan ajar serta merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, adapun pemaparan RPP secara jelas dapat dilihat pada lampiran 1. Dalam rencana tersebut ditentukan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan materi faktor dan kelipatan di Kelas IV SD Negeri 1 Sokan, selain itu waktu yang digunakan pada pertemuan terebut adalah 2 x 35 menit. Pertemuan pada siklus I ini hanya dilakukan 2 x pertemuan dengan pelaksanaan refleksi yaitu dengan memberikan evaluasi berupa pengerjaan Penilaian Rekan Sejawat, sehingga dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan pelajaran dan soal latihan untuk siswa sehingga dapat di ketahui hasil belajar. Dalam pembelajaran pada siklus I (pertama) adapun perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut : Siswa dibagi secara berpasangan (2 orang) dalam kelompok kecil menjadi 11 kelompok. Setiap kelompok siswa diberi waktu untuk mempresentasikan jawaban dan memberi penilaian hasil kerjasama antar siswa dalam kelompok tersebut. Pelaksanaan Tindakan pada siklus I (pertama) merupakan teknis pelaksanaan pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan Kelas IV SD Negeri 1 Sokan. Adapun aktifitas belajar siswa pada pembelajaran pembelajaran matematika pada materi faktor dan kelipatan dengan teknik Think-Pair-Share yang dilaksanakan oleh peneliti selaku guru kelas di Kelas IV SD Negeri 1 Sokan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Berdasarkan data diatas diketahui bahwa aktifitas belajar siswa siklus I dalam pembelajaran matematika dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV pada aktifitas fisik adalah sebesar 66,09 %, pada aktifitas mental sebesar 51,08 % dan pada aktifitas emosional sebesar 64,49 %. Kemudian hasil siswa mengerjakan soal latihan rata-rata 56,02 %. Dari data tersebut diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV belum cukup baik karena hanya mampu mencapai 60,69 % saja dari aktifitas belajar siswa dan nilai rata-rata 56,02 % dari hasil belajar siswa. Artinya sebagian besar siswa belum dapat melaksanakan kegiatan belajar secara maksimal dan kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi masih terdapat siswa yang sudah dapat melaksanakan tugas dan aktif dalam kegiatan pembelajaran mendapat hasil yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti kondisi ini terjadi karena keadaan belajar kelas yang kurang kondusif dan siswa belum merasa paham dengan materi dan teknik pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembelajaran yang dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dengan teknik Think-Pair-Share karena masih terdapat permasalahan serta kekurangan, sehingga dinilai perlu adanya perbaikan dalam perencanaan serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran berikutnya melalui siklus II. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Bagi Guru, Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran masih belum optimal, Penilaian pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pelaksana dinilai belum maksimal baik pada kegiatan pra pembelajaran maupun kegiatan penutup pembelajaran. (2) Bagi Siswa, Pelaksanaan pembelajaran dinilai belum maksimal, karena masih terdapat siswa yang belum mampu menunjukan penguasaan terhadap materi, Kretifitas siswa pada kegiatan pembelajaran dinilai belum cukup baik dan kurang partisipatif karena masih terdapat siswa yang tidak melaksanakan tugas dan tidak aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individu, Hasil belajar siswa mengerjakan soal masih kurang, sebab sebagian besar siswa belum dapat menjawab soal dengan benar. Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah dengan mempersiapkan bahan ajar serta merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, adapaun pemaparan RPP secara jelas dapat dilihat pada lampiran 1. Dalam rencana tersebut ditentukan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan mata pelajaran Matematika pada semester 1 kelas Kelas IV SD Negeri 1 Sokan dengan materi faktor dan kelipatan, selain itu waktu yang digunakan pada pertemuan tersebut adalah 2 x 35 menit. Pertemuan pada siklus I ini hanya dilakukan 2 x pertemuan dengan pelaksanaan refleksi yaitu dengan memberikan evaluasi berupa pengerjaan Penilaian Rekan Sejawat, sehingga dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan pelajaran. Dalam pembelajaran pada siklus II (kedua) adapun perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut : (1) Pelaksanaan proses pada siklus II dilakukan beberapa pembenahan dari hasil siklus I, (2) Memperbaiki pembelajaran lebih kepada penerapan model Think Pair Shar. Pelaksanaan Tindakan pada siklus II (Kedua) merupakan teknis pelaksanaan pembelajaran dengan materi menggambar peta yang dilaksanakan pada pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan kelas Kelas IV SD Negeri 1 Sokan. Adapun aktifitas belajar siswa pada pembelajaran pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dengan teknik Think-Pair-Share pada siklus II yang dilaksanakan oleh peneliti selaku guru kelas di Kelas IV SD Negeri 1 Sokan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Berdasarkan data diatas diketahui bahwa aktifitas belajar siswa siklus II dalam pembelajaran matematika dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV pada aktifitas fisik adalah sebesar 84,34 %, pada aktifitas mental sebesar 80,43 % dan pada aktifitas emosional sebesar 83,34 %. Kemudian hasil siswa mengejakan soal latihan rata-rata 76,01 %. Dari data tersebut diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV sudah cukup baik karena mampu mencapai 82,70 % saja dari aktifitas belajar siswa, dan nilai rata-rata siswa 76,01 %. Artinya sebagian besar siswa sudah dapat melaksanakan kegiatan belajar secara maksimal dan sudah tercapainya keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran, akan tetapi masih terdapat siswa yang belum dapat melaksanakan tugas dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti kondisi ini terjadi karena keadaan belajar kelas yang sudah kondusif karena guru sudah mampu mengatasi permasalahan dari siklus sebelumnya, selain itu hal ini juga didukung oleh siswa yang sudah mampu memahami materi dan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi siklus II diketahui bahwa sudah tidak terdapat kekurangan dalam pembelajaran yang dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dengan teknik Think-PairShare karena hampir seluruh kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Sehingga dinilai tidak perlu adanya perbaikan dalam perencanaan serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran berikutnya. Adapun keberhasilan yang dicapai adalah sebagai berikut : Bagi Guru, Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran sudah optimal karena sudah dapat melaksanakan metode pembelajaran secara maksimal.Penilaian pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pelaksana dinilai sudah maksimal baik pada kegiatan pra pembelajaran maupun kegiatan penutup pembelajaran. Bagi Siswa, Pelaksanaan pembelajaran dinilai sudah cukup maksimal, karena sudah seluruh siswa sudah mampu menunjukan penguasaan terhadap materi, Kreatifitas siswa pada kegiatan pembelajaran dinilai sudah kreatif dan partisipatif karena seluruh siswa dapat melaksanakan tugas dan turut aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individu, Hasil belajar siswa mengerjakan soal sudah cukup baik sebangian besar siswa sudah dapat menjawab dengan benar. PEMBAHASAN Pada pengamatan awal sebelum diterapkannya teknik Think-Pair-Share pada pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan diketahui dari kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukan, adapun hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Kelebihan : (a) Guru menguasai Silabus dan mampu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang, sehingga dapat terlaksana dengan baik, (b) Guru telah menguasai materi pembelajaran matemtaika, khususnya dari materi faktor dan kelipatan pada siswa kelas IV SD Kekurangan : (1) Guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang baik, sehingga siswa sulit mengerti pelajaran yang diberikan, (2) Guru hanya terbiasa menggunakan metode konvensional/ ceramah saja serta tidak menggunakan media pembelajaran pada proses pembelajaran yang dilaksanakan. (3) Guru belum mampu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga tidak ada umpan balik yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut. Berdasarkan pengamatan awal tersebut dinilai guru perlu mempersiapkan rencana pembelajaran secara efektif untuk melaksanakan pembelajaran dengan menciptakan suasana pembelajaran serta menggunakan media pembelajaran untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Karena itu dilaksanakan pembelajaran pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dengan teknik Think-Pair-Share, yaitu model yang menerapkan siswa untuk dapat menerapkan kemampuan mengerjakan tugas dari materi faktor dan kelipatan pada
pembelajaran matematika yang diberikan oleh guru. Selanjutnya setelah dilakukan penerapan metode pembelajaran teknik Think-Pair-Share pada pembelajaran pembelajaran matematika materi faktor dan kelipatan dan dinilai pelaksanaannya oleh peneliti, maka diketahui hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.3 Rekapitulasi Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa N o 1.
Penilaian
Base Line
Siklus I
Siklus II
Perubaha n 18,47 %
Keterang an Meningkat
Aktivitas 55 % 66,09 % 84,56 % Fisik 2. Aktivitas 50 % 51,08 % 80,43 % 29,35 % Meningkat Mental 3. Aktivitas 45 % 64,89 % 83,34 % 18,45 % Meningkat Emosional 4. Hasil 60 % 56,02 % 76,01 % 19,99 % Meningkat Belajar Siswa Berdasarkan data diatas dektahui bahwa pada siklus I aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran dinilai belum cukup baik dan kurang partisipatif karena masih terdapat siswa yang tidak melaksanakan tugas dan tidak aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individu. Sedangkan pada siklus II aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran dinilai sudah meningkat karena menjadi lebih aktif dan partisipatif karena seluruh siswa dapat melaksanakan tugas dan turut aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individu. Hal ini ditunjukan dari hasil penelitian sebagai berikut : (a) Terjadi peningkatan aktifitas fisik siswa pada kegiatan pembelajaran dengan teknik think pair share yang dikarenakan siswa memiliki keinginan untuk ikut serta dalam pembelajaran. (b)Terjadi peningkatan aktifitas mental siswa pada kegiatan pembelajaran dengan teknik think pair share yang dikarenakan siswa mampu dan bersedia untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.(a) Terjadi peningkatan aktifitas emosional siswa pada kegiatan pembelajaran dengan teknik think pair share yang dikarenakan siswa beminat dan merasa senang dengan adanya teknik pembelajaran yang baru sehingga lebih menarik dari pembelajaran sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : (1) Aktifitas belajar siswa siklus I dalam pembelajaran matematika dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV pada aktifitas fisik adalah dengan rata-rata sebesar 66,09 %, sedangkan pada siklus II dapat meningkat menjadi sebesar 84,56 % yang artinya terjadi peningkatan aktifitas fisik siswa pada kegiatan pembelajaran dengan teknik think pair share yang dikarenakan siswa memiliki keinginan untuk ikut serta dalam pembelajaran. (2) Aktifitas belajar siswa siklus I dalam pembelajaran matematika
dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV pada aktifitas mental adalah dengan rata-rata sebesar 51,08 % sedangkan pada siklus II dapat meningkat menjadi sebesar 80,43 % yang artinya terjadi peningkatan aktifitas mental siswa pada kegiatan pembelajaran dengan teknik think pair share yang dikarenakan siswa mampu dan bersedia untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. (3)Aktifitas belajar siswa siklus I dalam pembelajaran matematika dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV pada aktifitas emosional adalah dengan rata-rata sebesar 64,89%, sedangkan pada siklus II dapat meningkat menjadi sebesar 83,34 % yang artinya terjadi peningkatan aktifitas emosional siswa pada kegiatan pembelajaran dengan teknik think pair share yang dikarenakan siswa beminat dan merasa senang dengan adanya teknik pembelajaran yang baru sehingga lebih menarik dari pembelajaran sebelumnya. (4) Hasil belajar siswa siklus I dalam pembelajaran matematika dengan teknik Think-Pair-Share pada siswa kelas IV dengan rata-rata sebesar 56,15 %, sedang kan pada siklus II dapat meningkat menjadi sebesar 75,50 % yang artinya terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada kengiatan pembelajaran dengan teknik Think-Pair-Share yang dikarenakan siswa mampu mengerjakan soal dengan berpasangan. Saran Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1)Perlu adanya penerapan teknik Think-Pair-Share pada setiap materi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika sehingga dapat menciptakan suasana yang aktif dikelas dan siswa dapat lebih tertarik dalam mengikutinya. (2) Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai model-model dalam pembelajaranmatematika selain model pembelajaran Think Pair Share, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat menjadi lebih efektif dan berkualitas, serta sangat diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Amin, Suyitno. 2005. Teori Belajar pada Pembelajaran Matematika. (artikel). http:// www.google.com/search:teoribelajarmatematika diakses 11 Oktober 2012 Anonim. 2011. Pengertian Belajar. (artikel). /pengertian-belajar diakses 11 Oktober 2012
http://belajarpsikologi.com
Depdikbud. 1999. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. CV. Tidar. Bandung. Depdiknas. 2006. Bahan Ajar Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar (Konsorsium Program PJJ S1 PGSD). Depdiknas. Jakarta. Depdiknas. 2001. Pelangi Penidikan. Depdiknas : Jakarta.
Hoistein. 1996. Teori Hasil Belajar Siswa (artikel). http:\\www.google.com \search:hasil belajar. Diakses 10 Oktober 2012. Hudoyo, Herman, 1979. Kurikulum Matematika dan Pengelolaannya di Depan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional. Ibrahim, Muslimin dkk. 1986. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Kodir, Abdul, 1995, Pedoman Mengajar (Bimbingan Praktis untuk Calon Guru), Surabaya: Al-Ikhlas. Kasbolah, Kasihani. 1998/1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti. Jakarta Moeliono, Anton M. 1990. Definisi Matematika. (artikel). www.google.com\search:matematika diakses 16 Oktober 2012
http:\\
Nawawi, Hadari, 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Soedjadi, R, Masriyah. 1994. Pembelajaran Matematika (artikel). http:\\ www.google.com\search:pembelajaranmatematika Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Dirjen Dikti, Dirrektorat Ketenagaan Depdiknas. Jakarta. Sutrisno, Leo, 1991, Beberapa Faktor yang Berpengaruh pada Hasil Belajar IPA catatan Hasil Meta Analisis , Penelitian, Pontianak: FKIP Untan. Tabrani, Sudirman, et.al. 1987. Ilmu Pendidikan. Remaja Rosakarya Offset. Bandung. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka Triyanto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Surabaya. Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta. Winkel, 1999, pengertian hasil belajar ( http.// wijayalabs. Wordpreess.com ) di akses 2 November 2012.