Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MELIBATKAN KECERDASAN MAJEMUK DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013
Erik Valentino STKIP Bina Insan Mandiri E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika yang melibatkan kecerdasan majemuk dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013. Perangkat yang dikempangkan yaitu: Buku Guru, Buku Siswa, RPP, dan Lembar Asesmen. Tujuan pengembangan perangkat adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan serta menghasilkan perangkat pembelajaran matematika yang valid, praktis, dan efektif. Uji kevalidan menggunakan lembar uji kevalidan. Uji kepraktisan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Sedangkan uji keefektifan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, ketercapaian klasikal, dan lembar respons siswa. Dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, peneliti menerapkan teori pengembangan Plomp [1] yang memuat fase investigasi awal, fase pembuatan prototipe, dan fase assesmen. Pada fase dilakukan, dilakukan dua kali uji coba. Uji coba kelas kecil (6 siswa) untuk: 1) mengetahui tingkat keterbacaan buku siswa oleh siswa; dan 2) mengetahui tingkat keterbacaan buku guru oleh guru; 3) alokasi waktu di RPP yang sesuai untuk kegiatan pembelajaran. Sedangkan uji coba kelas besar dilaku terhadap 20 siswa. Berdasarkan penilaian oleh para ahli dan uji coba terhadap 20 siswa, didapatkan hasil bahwa perangkat yang dikembangkan adalah valid, praktis, dan efektif. Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran Matematika, Kecerdasan Majemuk, Pendekatan Saintifik. PENDAHULUAN Ada beberapa fakta menarik dalam dunia pendidikan. Beberapa di antaranya adalah fakta hasil penelitian yang diungkap oleh Goleman [2]. Goleman melakukan penelitian secara berkelanjutan terhadap 81 juara kelas dan juara kedua dari angkatan 1981 di sekolah-sekolah menengah di Illinosis. Mereka mempunyai nilai rata-rata tinggi di sekolah. Ironisnya meskipun mereka berprestasi bagus di perguruan tinggi, mendapatkan nilai yang luar biasa, pada akhir usia dua puluhan mereka hanya berhasil mencapai tingkat keberhasilan rata-rata. Sepuluh tahun setelah lulus sekolah menengah, hanya satu di antara empat orang yang menduduki jabatan tinggi di antara orang-orang sebaya dalam profesi yang telah mereka pilih. Kemudian senada dengan Goleman, Lwin [3] juga mengungkapkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dari Harvard Business Review. Mereka menemukan bahwa peraih prestasi terbaik di AT & T Bell Labs, suatu wadah (think tank) bagi para insinyur cerdas di New Jersey bukan orangorang dengan IQ tertinggi, melainkan orangorang yang baik sebagai partner, mitra kerja, dan populer di antara teman-temannya.
Dari pernyataan Goleman dan Lwin tersebut peneliti berkesimpulan bahwa prestasi bagus saat di sekolah tidak menjamin seorang akan sukses di dunia kerja. Artinya ada hal lain yang masih belum diajarkan di sekolah namun itu dibutuhkan oleh siswa ketika memasuksi dunia kerja (dewasa), di antaranya adalah kemampuan sebagai mitra kerja dalam tim (kecerdasan interpersonal). Goleman [2] menambahkan, bahwa status akhir seseorang dalam masyarakat pada umumnya tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor IQ yang sering menjadi orientasi pendidikan sekolah formal, tetapi juga faktor lain. Dari sekian faktor yang mengarahkan anak kepada keberhasilan dunia kerja, hanya sedikit yang diajarkan di sekolah formal. Sekolah-sekolah formal menilai prestasi seorang anak berdasarkan kecerdasan kognitifnya yang lebih dikenal dengan IQ (Intelligence Quotient). Umumnya, pembelajaran dan penilaian di kelas bertujuan untuk mengajari siswa bisa mengerjakan soal. Lebih lanjut Gardner [4] mengatakan bahwa tes IQ hanya didasarkan pada tes dengan kekuatan dugaan tentang kesuksesan di sekolah dan bagaimana pikiran bekerja, tetapi tidak ada pandangan tentang proses bagaimana seseorang memecahkan masalah.
232
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Menurut D’Souza [5] kecerdasan linguistik dan logik saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan saat ini. Seorang individu harus mengusai beragam keterampilan, misalnya keterampilan visualisasi spasial, keterampilan pemecahan masalah, keterampilan verbal, keterampilan komunikasi, keterampilan interpersonal dan sebagainya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang begitu kompleks. Macam-macam keterampilan tersebut oleh Howard Gardner dinamakan sebagai teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences). Menurut Gardner [4], manusia mempunyai tujuh kecerdasan, yaitu: kecerdasan linguistikverbal, kecerdasan logikal/matematik, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal-ritmik, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan interpersonal. Setiap manusia (siswa) memiliki kombinasi kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan verbal/linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan inti dari cara kerja bahasa yang jelas. Kecerdasan logikal/matematis adalah kemampuan untuk menggunakan alasan-alasan induksi dan deduksi, memecahkan masalah-masalah abstrak, dan memahami hubungan-hubungan yang kompleks dari hal-hal, konsep-konsep dan ide-ide yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Kecerdasan visual/spasial, adalah kemampuan untuk memahami dunia visual secara akurat dan menghadirkan kembali pengalaman-pengalaman visualnya. Kecerdasan kinestetik, adalah kemampuan untuk mengontrol dan menginterpretasikan gerakan-gerakan tubuh, mengatur objek-objek fisik, dan membangun keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Kecerdasan musikal, adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentukbentuk musik dan suara. Kecerdasan interpersonal, adalah kemampuan untuk bersosialisasi dan bermasyarakat, atau kemampuan untuk memahami dan berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan intrapersonal, adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri, belajar, dan menentukan tanggung jawab dalam hidupnya. Kecerdasan siswa di dalam kelas beraneka ragam. Oleh karena itu guru dituntut untuk menggunakan metode, bahan ajar, dan media pembelajaran yang beraneka ragam pula agar setiap siswa dapat difasilitasi sesuai kecerdasan yang mereka miliki. Oleh karena itu, sebagai guru seharusnya tahu kecerdasan yang menonjol pada siswa. Hal tersebut didukung oleh Griggs, dkk [6] dalam
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 ungkapannya, bahwa jika guru mengetahui kelebihan (kecerdasan) siswanya, mereka dapat mempersiapkan pembelajaran yang menarik dan relevan dengan kelebihan tersebut. Hal itu didukung oleh Xie dan Lin [7] melalaui ungkapannya, bahwa guru harus membimbing siswa untuk mengenali kecerdasan majamuknya sendiri, dan menggunakan kecerdasan yang dominan pada pembelajaran untuk mendapatkan hasil dan pengembangan diri yang lebih baik. Adams [8] menambahkan, bahwa masing-masing anak mungkin menggunakan beberapa jenis dari kecerdasan tersebut untuk belajar konsep dan keterampilan matematika, tidak hanya kecerdasan logikal/matematis. Kutipan ini menunjukkan bahwa walaupun matematika dibangun atas dasar pemikiran logis, kritis, dan deduktif yang lebih banyak melibatkan kecerdasan logikal/matematis, tetapi setiap siswa dapat mempelajari matematika menggunakan variasi kecerdasan berbeda-beda. Menurut pandangan Gardner [4] hal yang paling penting dalam praktik pembelajaran adalah guru mampu mengenali dan memelihara keragaman kecerdasan siswa karena mereka memiliki kombinasi kecerdasan yang berbeda-beda. Untuk membelajarkan matematika dengan berbagai variasi kecerdasan tentunya guru harus paham bagaimana mengaitkan kecerdasan maejemuk dalam pembelajaran matematika. Untuk melibatkan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran matematika diperlukan pembelajaran yang sesuai dengan teori kecerdasan majemuk. Sesuai dengan pola pandang Armstrong [9], bahwa cara terbaik untuk mendekati kurikulum yang menggunakan teori kecerdasan majemuk adalah dengan cara memikirkan tentang bagaimana seseorang dapat menerjemahkan materi yang diajarkan dari jenis kecerdasan yang satu ke jenis kecerdasan yang lain. Dari uraian tersebut peneliti memandang perlu untuk melakukan pengembangan perangkat pembelajaran yang melibatkan kecerdasan majemuk melalui penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika yang Melibatkan Kecerdasan Majemuk dengan Pendekatan Saintifik”. Perangkat pembelajaran yang dimaksud antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Buku Siswa, Buku Guru, dan Lembar Asesmen. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan serta menghasilkan perangkat pembelajaran matematika yang melibatkan kecerdasan majemuk dengan pendekatan saintifik yang valid, praktis, dan efektif.
233
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 analisis kurikulum, (3) analisis siswa, dan METODE Penelitian ini adalah penelitian (4) analisis materi ajar. pengembangan perangkat pembelajaran 2. Fase pembuatan prototipe (Prototyping matematika. Perangkat pembelajaran yang phase) dikembangkan antara lain: Rencana Pada tahap ini, dirancang Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, perangkat pembelajaran yang melibatkan Buku Guru, dan Lembar Asesmen. Penelitian kecerdasan majemuk yang ditujukan untuk pengembangan perangkat pembelajaran ini menghasilkan prototipe perangkat menggunakan model pengembangan yang pembelajaran. Di samping itu, dirancang dikemukakan oleh Plomp [1] yang terdiri dari pula instrumen yang dibutuhkan dalam tiga fase, yaitu (1) Fase investigasi awal penelitian meliputi; (1) instrumen validitas (preliminary research), (2) Fase pembuatan (untuk masing-masing perangkat prototipe (prototyping phase), dan (3) Fase pembelajaran), (2) instrumen kepraktisan penilaian (assessment phase). Fase (lembar pengamatan keterlaksanaan pengembangan perangkat pembelajaran yang pembelajaran) dan (3) instrumen melibatkan kecerdasan majemuk yang keefektifan (lembar pengamatan aktivitas dimaksud dalam penelitian ini diuraikan pembelajaran, angket respon siswa, sebagai berikut. pedoman wawancara siswa, dan tes hasil 1. Fase investigasi awal (Preliminary belajar siswa). research) Pembuatan prototipe pada fase ini Fase investigasi awal dilakukan dilakukan secara berkala hingga didapatkan untuk menentukan masalah dasar yang prototipe yang siap divalidasi oleh diperlukan untuk mengembangkan validator. Analisis penjabaran indikator perangkat pembelajaran. Pada tahap ini yang dilibatkan dalam tiap pertemuan dapat dilakukan (1) analisis teori pendukung dilihat pada Tabel 1. pengembangan perangkat pembelajaran, (2) Tabel 1 Analisis Indikator Tiap Pertemuan dalam Pembelajaran Pertemuan Kompetensi Dasar Indikator ke3.6 Mengidentifikasi unsur, 1 Mengidentifikasi ciri-ciri unsur-unsur keliling, dan luas dari lingkaran. lingkaran Menuliskan pengertian unsur-unsur lingkaran 3.7 Menentukan hubungan berdasarkan ciri-cirinya. sudut pusat, panjang Memahami hubungan antar unsur pada busur, dan luas juring lingkaran 4.6 Menyelesaikan 2 Memahami hubungan antara sudut pusat permasalahan nyata dengan sudut keliling lingkaran yang yang terkait penerapan menghadap busur sama. hubungan sudut pusat, Memahami hubungan antar sudut keliling panjang busur, dan lingkaran yang menghadap busur sama. luas juring Menentukan hubungan antara sudut pusat dengan sudut keliling lingkaran yang menghadap busur sama. Menentukan hubungan antar sudut keliling lingkaran yang menghadap busur sama 3 Menemukan rumus hubungan antara sudut pusat dengan panjang busur lingkaran Menemukan rumus hubungan antara sudut pusat dengan luas juring lingkaran. Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. 3. Fase Penilaian (Assessment Phase) a. Kegiatan validasi perangkat Pada fase ini dilakukan dua pembelajaran kegiatan utama, yaitu 1) validasi perangkat Prototipe yang dihasilkan pada pembelajaran, dan 2) Uji coba prototipe. fase pembuatan prototipe divalidasi oleh tiga validator yang terdiri dari dua orang
234
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram dosen pendidikan matematika, satu praktisi pendidikan matematika. Berdasarkan hasil validasi tersebut, dilakukan revisi terhadap prototipe yang telah divalidasi untuk menghasilkan prototipe 2. Selanjutnya prototipe 2 digunakan untuk uji coba di kelas kecil (6 siswa). b. Kegiatan uji coba kelas besar (20 siswa) dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui keterlaksanaan perangkat pembelajaran di dalam pembelajaran di kelas. Kegiatan uji coba dan penilaian prototipe pada tahap ini difokuskan pada kualitas produk. Menurut Nieveen [1], ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kualitas suatu produk, yakni: validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Validitas suatu produk dilihat berdasarkan validitas isi dan validitas konstruk. Kriteria kepraktisan suatu produk dinilai dari keterlaksanaannya di lapangan. Sedangkan efektivitas produk dapat dilihat dari kebermanfaatan produk sesuai dengan fungsinya. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Analisis Data Kevalidan Data yang diperoleh dari penilaian para ahli terhadap perangkat yang dikembangkan. Analisis tiap data kevalidan perangkat pembelajaran dilihat dari nilai rata-rata total aspek penilaian berdasarkan langkah-langkah berikut. a. Melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan perangkat. b. Menentukan rata-rata nilai hasil validasi dari semua validator c. Menentukan rata-rata nilai untuk setiap aspek dengan rumus d. Menentukan nilai validasi atau rata-rata total e. Menentukan kategori kevalidan perangkat pembelajaran dengan mencocokkan nilai validasi dengan kriteria kevalidan perangkat pembelajaran. Jika diperoleh kesimpulan cukup valid, maka ini mengindikasikan bahwa masih ada bagian-bagian kecil yang perlu direvisi.
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 Jika diperoleh kesimpulan tidak valid, maka harus direvisi total. 2. Analisis kepraktisan perangkat pembelajaran Indikator kepraktisan perangkat pembelajaran dilihat dari keterlaksanaan RPP yang telah dibuat dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Menentukan kriteria kepraktisan dengan mencocokkan nilai kepraktisan dengan kriteria kepraktisan perangkat pembelajaran. 3. Analisis keefektifaan perangkat pembelajaran Keefektifan perangkat pembelajaran ditentukan oleh empat indikator, yaitu kesesuaian aktifitas siswa dengan RPP, ektivitas pelibatan kecerdasan majemuk siswa, hasil belajar siswa, dan respons siswa. Berikut penjelasan untuk masing-masing indikator tersebut. a. Kesesuaian aktivitas siswa dengan RPP Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data kesesuaian aktivitas siswa dengan RPP adalah sebagai berikut. b. Aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk siswa dalam pembelajaran Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Menghitung frekuensi aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk. 2) Menghitung persentase aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk. 3) Menghitung rata-rata persentase aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk. 4) Menentukan kategori untuk aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk. Aktivitas siswa dikatakan terpenuhi jika kecerdasan majemuk berhasil dilibatkan dalam pembelajaran ≥ 75%. c. Ketuntasan belajar Sesuai dengan kurikulum 2013, ketuntasan belajaran siswa dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Berikut pedoman penilaian untuk ketiga aspek tersebut.
235
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 Tabel 2. Pedoman Penskoran Kompetensi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan Predikat (Nilai Pengetahuan dan No. Skor (S) Nilai Sikap Keterampilan) 1. 0,00 ≤ S ≤ 1,00 D K 2. 1,00 < S ≤ 1,33 D+ 3. 1,33 < S ≤ 1,66 C4. 1,66 < S ≤ 2,00 C C 5. 2,00 < S ≤ 2,33 C+ 6. 2,33 < S ≤ 2,66 B7. 2,66 < S ≤ 3,00 B B 8. 3,00 < S ≤ 3,33 B+ 9. 3,33 < S ≤ 3,66 ASB 10. 3,66 < S ≤ 4,00 A (Sumber: Permendikbud 81A) Standar ketuntasan minimal a. Fase Investigasi Awal (preliminary untuk aspek pengetahuan dan aspek research) keterampilan adalah minimal B (2,66 < Fase investigasi awal dilakukan S). Sedangkan untuk aspek sikap untuk menentukan masalah dasar yang dikategorikan tuntas jika mendapat diperlukan untuk mengembangkan kategori Baik (B) atau Sangat Baik perangkat pembelajaran. Pada tahap ini (SB). dilakukan (1) analisis teori pendukung d. Respons siswa pengembangan perangkat pembelajaran, Analisis respons siswa dihitung (2) analisis kurikulum, (3) analisis melalui skala sikap yang digunakan siswa, dan (4) analisis materi ajar. untuk mengukur kecenderungan sikap Selanjutnya berdasarkan hasil analisis dan perilaku siswa terhadap pernyataan fase ini, peneliti membagi materi yang diajukan. Siswa memberikan nilai lingkaran menjadi tiga sub materi, yaitu: dengan rentang nilai sangat setuju (SS), 1) Unsur Lingkaran; 2) Sudut pusat dan setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat Sudut keliling; dan 3) Panjang busur tidak setuju (STS). dan luas juring. Sedangkan analisis keterkaitan kecerdasan majemuk dengan aspek penilaian pada kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dilihat pada Gambar 1. 1. Paparan Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Verbal/Linguistik Keterampilan
Pengetahuan
Logikal/Matematis Visual/Spasial Kinestetik Musikal Interpesonal
Sikap
Intrapersonal
Gambar 1. Keterkaitan antara Tiga Aspek Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013 dengan Tujuh Kecerdasan Majemuk Yang Dilibatkan dalam Pembelajaran
236
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 b. Fase Membuat Prototipe (Prototyping dan keterampilan (KI 3 dan KI 4), phase) serta sikap (KI 1 dan KI 2) yang 1) RPP direncanakan akan dicapai pada RPP yang disusun dalam masing-masing pertemuan. Lebih penelitian ini terdiri dari tiga jelasnya bisa dilihat pada Tabel 2. pertemuan. Indikator pengetahuan Tabel 2 Penjabaran Indikator Pembelajaran pada Tiap Pertemuan Pertemuan ke- / Indikator Pengetahuan dan Kecerdasan yang Indikator Sikap Sub topic Keterampilan dilibatkan 1 / Unsur-unsur 1. Mengidentifikasi ciri-ciri Sikap Rasa ingin tahu lingkaran unsur-unsur lingkaran. Berani bertanya 2. Menuliskan pengertian kepada teman unsur-unsur lingkaran atau guru apabila K1, K2, K3, K6, berdasarkan ciri-cirinya. K7 tidak mengerti 3. Memahami hubungan Mencari antar unsur pada informasi dari lingkaran buku siswa atau sumber lain 2 / Sudut pusat 4. Memahami hubungan Sikap Bertanggung dan sudut keliling antara sudut pusat dengan jawab sudut keliling lingkaran Mengerjakan yang menghadap busur tugas yang sama. K1, K2,K3, K4, diberikan oleh 5. Memahami hubungan K6, K7 guru antar sudut keliling Mengerjakan lingkaran yang tugas dalam menghadap busur sama. kelompok 6. Menentukan hubungan antara sudut pusat dengan sudut keliling lingkaran yang menghadap busur sama. 7. Menentukan hubungan antar sudut keliling lingkaran yang menghadap busur sama 3 / Panjang bsuur 8. Menemukan rumus Sikap Konsisten dan dan luas juring hubungan antara sudut Teliti pusat dengan panjang Konsisten dan busur lingkaran K1, K2, K3, K5, teliti dalam 9. Menemukan rumus K6, K7 mengerjakan hubungan antara sudut LKS pusat dengan luas juring Konsisten dan lingkaran. teliti dalam 10. Menyelesaikan mengerjakan permasalahan nyata yang kuis atau soal terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring 2) Buku Siswa berdasarkan Kurikulum 2013. Buku Siswa yang Langkah selanjutnya yaitu membuat dikembangkan dalam penelitian ini kerangka yang sesuai dengan adalah buku siswa untuk materi komponen-komponen buku yaitu lingkaran kelas VIII SMP kurikulum pembuka, isi, dan penutup. Bagian 2013. Penyusunan buku ini diawali pembuka terdiri dari sampul buku, dengan mempelajari materi kata pengantar, daftar isi, dan lingkaran untuk kelas VIII SMP pengantar Bab yang berisi KD dan
237
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram indikator materi lingkaran. Bagian isi terdiri dari kegiatan-kegiatan yang mengacu pada pendekatan scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
Mengamati Menanya Mengumpulkan Informasi Mengasosiasi Berbagi Harapannya, dengan istilah yang lebih persuasif akan memicu semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penyusunan
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 mengkomunikasikan). Untuk membuat menarik, peneliti mengganti langkah-langkah pendekatan scientific dengan istilah sebagai berikut
Ayo Kita Amati Ayo Kita Bertanya Ayo Kita Menggali Informasi Ayo Kita Bernalar Ayo Kita Berbagi Buku Siswa peneliti melakukan sedikit revisi atas koreksi yang dilakukan pembimbing. Berikut contoh bagian yang revisi tersebut.
Sebelum direvisi
238
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358
Setelah direvisi
Sebelum direvisi, ciri-ciri unsur lingkaran disajikan langsung sebagai informasi. Setelah diberi saran oleh pembimbing, direvisi, ciri-ciri unsur lingkaran disajikan dalam bentuk pertanyaan yang jawabannya mengarah pada ciri-ciri lingkaran yang dimaksud. Pembimbing juga memberikan saran perbaikan ilustrasi penempatan posisi judul unsur dan ciri-ciri agar lebih baik dan tidak kaku. Hal lain yang direvisi setelah mendapat arahan dari pembimbing antara lain: perbaikan redaksi kalimat; perbaikan penulisan simbol, dan perbaikan ilustrasi. 3) Buku Guru Buku Guru yang dikembangkan dalam penelitian ini
berupa buku berisi panduan dalam menggunakan buku siswa. Di dalam buku guru terdapat screenshot buku siswa, sehingga setiap isi dari buku siswa terdapat di buku guru. Di dalam buku guru ini terdapat alternatif jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan selama kegiatan pembelajaran yang ada di buku siswa. Dalam pembuatan buku guru, peneliti mendapat saran dari pembimbing dalam hal desain isi buku guru. Pembimbing menyarankan agar screenshoot dari buku siswa yang dimasukkan di buku guru diperbesar sehingga mudah untuk dibaca. Berikut contoh bagian yang direvisi tersebut.
239
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
240
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram 4) Lembar Asesmen Lembar Asesmen yang dikembangkan dalam penelitian ini menyesuaikan dengan tuntutan Kurikulum 2013 meliputi asesmen kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut penjelasan masing-masing instrumen tersebut. a) Asesmen kompetensi sikap menggunakan lembar oservasi yang berisi sejumlah indikator sikap yang diamati. b) Asesmen kompetensi pengetahuan menggunakan soal tertulis yang disusun berdasarkan indikator pembelajaran yang telah dibuat dengan memperhatikan keterlibatan kecerdasan majemuk pada butirbutir soalnya. Butir soal terdiri dari tujuh butir soal uraian. Dengan memperhatikan jenis penilaian yang dikembangkan, kesesuaian indikator butir soal, dan jenis kecerdasan yang dillibatkan, maka jenis kecerdasan majemuk yang dilibatkan adalah kecerdasan linguistik, logikal, dan visual. c) Asesmen kompetensi keterampilan menggunakan lembar penilaian tugas projek yang sudah disediakan di buku siswa. Tugas projek tersebut dikerjakan dalam kelompok dalam rentang waktu satu minggu, kemudian dipresentasikan di depan kelas. c. Fase Asesmen (Assessment Phase) Pada pelaksanaan pada fase asesmen ini dilakukan dua tahap, yaitu (a) validasi dan uji coba di kelas kecil (6 siswa), dan (b) uji coba di kelas besar (20 siswa). 1) Validasi dan uji coba di kelas kecil Pada fase ini dilakukan validasi oleh ahli perangkat pembelajaran terhadap protipe 1. Bersaman dengan penilaian oleh ahli, peneliti melakukan uji coba di kelas kecil yang terdiri dari 6 siswa. Tujuan melakukan uji coba kelas kecil adalah untuk : 1) mengetahui tingkat keterbacaan buku siswa oleh siswa; dan 2) mengetahui tingkat keterbacaan buku guru oleh guru; 3) alokasi waktu di RPP yang sesuai untuk kegiatan pembelajaran. Uji
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 coba kecil dilakukan di SMPN 4 Waru Sidoarjo dengan agenda uji coba sebagai berikut. Ketika uji coba kecil, peneliti meminta saran tentang Buku Siswa dan Lembar Asesmen dari siswa. Selain itu peneliti juga melihat kekurangan Buku Guru dan RPP yang sedang dikembangkan. Dari uji coba kecil ditemukan beberapa koreksi untuk kemudian dilakukan revisi perbaikan. Berikut ini beberapa hal yang direvisi setelah uji coba kelas kecil. a) Ketika uji coba kelas kecil peneliti menguji coba dua versi buku siswa, yaitu versi A4 dan versi booklet (ukuran A4 dibagi dua bolak balik). Setelah uji coba tersebut diputuskan untuk menggunakan versi A4 karena keterbacaannya lebih baik, walaupun tampilannya tidak seringkas versi A5. b) Siswa membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari alokasi waktu yang direncanakan saat mengisi ciriciri unsur lingkaran yang semuanya disajikan dalam bentuk pertanyaan. Oleh karena itu, peneliti merevisi dengan menyajikan langsung ciri-ciri dari beberapa unsur lingkaran. Berikut contoh bagian yang direvisi pada buku siswa halaman 6. c) Ketika uji coba kelas kecil, siswa mengalami kesulitan untuk memahami beberapa kalimat pada buku siswa. Oleh karena itu, peneliti merevisi redaksi kalimat pada buku siswa yang susah dimengerti oleh siswa. Contoh kalimat yang direvisi adalah kalimat pertanyaan pada bagian Ayo Kita Menalar di halaman 22 Buku Siswa. d) Pada pertemuan ke-2, siswa membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari pada rencana pemebelajaran pada saat kegiatan melipat-lipat kertas berbentuk lingkaran. Oleh karena itu, kegiatan melipat-lipat kertas diganti dengan menggambar
241
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram menggunakan jangka dan penggaris. e) Menyiapkan lembaran untuk digunakan sebagai lembar kerja siswa, karena di buku siswa tidak cukup tempat untuk menuliskan jawaban siswa. Awalnya peneliti merencanakan siswa langsung mengerjakan di tempat kosong di buku siswa. Sehingga hasil kerjaan siswa di buku siswa langsung bisa dijadikan hasil tugas porto folio siswa. Hasil validasi dan uji coba kelas kecil ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan sebelum diujicobakan secara terbatas di kelas besar. 2) Uji coba kelas besar Prototipe 1 yang telah direvisi berdasarkan saran dari validator dan uji coba kelas kecil kemudian disebut Prototipe 2. Selanjutnya Prototipe 2 digunakan untuk uji coba di kelas besar. Uji coba kelas besar ini untuk menguji keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Prototipe 2 diujicobakan kepada 20 siswa kelas VIII SMP Roudlotul Jannah tahun ajaran 2013/2014. Uji coba ini
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 dilaksanakan pada tanggal 21 April hingga 23 Mei 2014. Dalam pelaksanaan uji coba kelas besar, pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk siswa dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti mengamati keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa. Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, sedangkan pengamat aktivitas siswa menggunakan lembar aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk siswa. Selama uji coba, guru mitra berperan sebagai guru model yang diamati . Hasil pengamatan uji coba selanjutnya dianalisis. Pada tahap uji coba diperoleh data tentang: 1) keterlaksanaan pembelajaran; 2) aktivitas pelibatan kecerdasan majemuk siswa; 3) hasil belajar siswa; dan 4) respons siswa. Dari hasil validasi oleh para ahli, uji keefektifan, dan uji kepraktisan didapatkan hasil perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif. Untuk mempermudah melihat hasil pengembangan perangkat pembelajaran, amati Tabel 3 berikut. Tabel 3 Rangkuman Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran Komponen (A) (B) (C) Perangkat Kevalidan Kepraktisan Keefektifan Aktifitas Keterlaksanaan Ketuntasan Respons Indikator Penilaian ahli siswa/ Pembelajaran Belajar Siswa Aktifitas KM RPP Valid Buku Siswa Valid Sangat baik Terpenuhi 100% Positif Buku Guru Valid (3,67) (92,71%) Lembar Valid Asesmen Kriteria Valid Praktis Efektif Berdasarkan pengembangan diungkapkan oleh Gardner [4]. Ketujuh perangkat pembelajaran yang dihasilkan, teori tersebut antara lain: peneliti menemukan beberapa hal yang a. Kecerdasan verbal/linguistik perlu untuk dikaji lebih lanjut, sebagai Kecerdasan linguistik nampak berikut. pada saat siswa menuliskan ciri-ciri unsur lingkaran berdasarkan gambar dan 2. Pelibatan kecerdasan majemuk Kecerdasan majemuk yang petanyaatn pengarah. Dari ciri-ciri dilibatkan dalam perangkat yang dihasilkan tersebut, kemudian siswa diminta untuk adalah tujuh kecerdasan sesuai dengan teori merangkai menjadi suatu kalimat utuh kecerdasan majemuk yang telah tentang pengertian unsur-unsur lingkaran. Sedangkan kecerdasan
242
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram linguistik dalam bentuk lisan nampak ketika siswa presentasi di depan kelas, menanggapi, atau menyampaikan ide saat diskusi. b. Kecerdasan logikal/matematis Kecerdasan logikal/matematis nampak pada kegiatan kegiatan menalar. Pada kegiatan ini siswa diminta menalar untuk menghasil suatu pernyataan atau kesimpulan. c. Kecerdasan visual/spasial Kecerdasan visual nampak pada saat siswa mengamati bentukbentuk visual dari unsur-unsur lingkaran. d. Kecerdasan kinestetik Kecerdasan kinestetik nampak ketika siswa melakukan kegiatan melukis lingkaran, sudut pusat, dan sudut keliling. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali informasi yang sifatnya spesifik tentang hubungan sudut pusat dengan sudut keliling yang menghadap busur sama. e. Kecerdasan musikal Kecerdasan musikal nampak ketika guru mengajak siswa bernyanyi bersama lagu tentang lingkaran. Fungsi lagu tersebut adalah sebagai pengingat siswa tentang rumus luas lingkaran dan keliling lingkaran. f. Kecerdasan interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kegiatan yang paling banyak dilibatkan dalam perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Kegiatan ini nampak ketika siswa berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya, bertanya jawab dengan guru atau teman, dan presentasi atau menyampaikan pendapat. g. Kecerdasan intrapersonal Kecerdasan intrapersonal nampak ketika siswa mengevaluasi kagiatan pembelajaran pada setiap pertemuan. Dalam kegiatan tersebut, siswa diminta untuk menginstrospeksi diri dengan cara menuliskan hal-hal yang sudah dipahami dan yang belum dipahami, serta saran untuk perbaikan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. 3. Penerapan pendekatan saintifik Pendekatan saintifik nampaknya masih dianggap sebagai suatu yang langka pada pembelajaran di sekolah karena baru muncul di kurikulum Indonesia tahun 2013. Pendekatan ini mempunyai karakteristik
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 pada lima tahapan pembelajarannya, yaitu mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Kegiatan yang mengacu pada pendekatan saintifik ini nampak jelas pada kegiatan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, khususnya pada bukus siswa dan buku guru. Kegiatan yang bersifat saintifik dihidupkan dengan ikon kata yang bersifat persuasif, yaitu Ayo Kita Amati, Ayo Kita Menanya, Ayo Kita Menggali informasi, Ayo Kita Menalar, dan Ayo Kita Berbagi. Berikut penjelasan dari masing-masing kegiatan tersebut. a. Ayo Kita Amati Pada perangkat pembelajaran, khususnya di Buku Siswa kegiatan mengamati muncul pada awal sub bab. Pada sub bab 1, objek yang diamati oleh siswa adalah gambar-gambar unsur lingkaran yang ditandai khusus dengan warna merah. Tujuannya agar pengamatan siswa bisa terfokus pada bagian yang berwarna mearh pada gambar unsur lingkaran yang disajikan. Pada sub bab 2, objek yang diamati adalah gambar-gambar tentang sudut pusat dan sudut/sudut-sudut keliling yang menghadap busur sama. Pada sub bab 3, objek yang diamati adalah busurbusur dan juring-juring lingkaran yang ukurannya sudah jelas. Tujuan dari kegiatan mengamati objek-objek tersebut adalah untuk memancing rasa ingin tahu siswa dalam menemukan konsep yang akan dibelajarkan. Hal tersebut dapat dirasakan oleh guru model ketika membelajarkan di kelas. Guru model mengungkapkan bahwa pembelajaran di kelas menggunakan perangkat dengan pendekatan saintifik sudah mulai terasa sejak awal pembelajaran. Dengan arahan guru, siswa aktif untuk mengamati objekobjek pengamatan yang sudah di Buku Siswa. b. Ayo Kita Menanya Kegiatan menanya adalah kegiatan lanjutan yang dilakukan setelah kegiatan mengamati. Kegiatan menanya bisa berupa pertanyaan yang sifatnya faktual, hingga yang sifatnya hipotetik. Pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada teman, kepada guru, atau kepada diri sendiri. Pertanyaan dari siswa diharapkan muncul setelah rasa ingin tahu mucul dari dari kegiatan
243
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram mengamati. Untuk mengarahkan pertanyaan yang diharapkan muncul dari siswa, penulis membuat batasan pertanyaan dengan cara meminta siswa menuliskan pertanyaan yang memuat suatu kata yang mengarah pada kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut. Temuan yang diperoleh di kelas, pada awal pertemuan, siswa cenderung mengajukan pertanyaan yang bersifat faktual, misal: “Mengapa garis lengkung yang berwarna merah disebut busur”. Siswa mulai terbiasa memunculkan pertanyaan yang sifatnya hipotetik pada pertemuan kedua dan ketiga. Misal: “Mengapa rasio sudut pusat terhadap 360 selalu sama dengan rasio dari rasio luas juring terhadap luas lingkaran? Adakah hubungannya?” , “Apakah ukuran sudut pusat selalu lebih kecil dari sudut keliling ya?”. Yang dilakukan oleh guru untuk mengajak siswa mengajukan pertanyaan hipotetik, adalah dengan memberikan pertanyaanpertanyaan pancingan kepada siswa. c. Ayo Kita Menggali informasi Pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan, kegiatan menggali informasi diarahkan dengan cara mengajak siswa untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan sub topik yang sedang dibelajarkan. Pada sub bab 1, siswa diajak untuk mengamati hubungan dari beberapa unsur lingkaran yang saling terkait. Pada sub bab 2, siswa diajak untuk melakukan kegiatan melukis sudut pusat dan sudut keliling yang menghadap busur sama. Setelah itu siswa mengukur ukuran masing-masing sudut pusat dan sudut keliling tersebut, kemudian mendatanya dalam tabel. Pada sub bab 3, siswa diajak untuk menggali informasi tentang perbandingan panjang busur dengan keliling lingkaran, serta luas juring dengan luas lingkaran. Tujuan dari informasi yang disajikan adalah untuk mengarahkan siswa menemukan rumus panjang busur dan luas juring lingkaran. Informasi yang disajikan sebisa mungkin mencukupi untuk menjembatani siswa dalam kegiatan saintifik selanjutnya, yaitu menalar. Dalam pembelajaran di kelas, nampak jelas antusias siswa dalam menggali informasi, khususnya pada pertemuan kedua. Siswa
d.
e.
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 mengungkapkan antusias dalam mengikuti kegiatan melukis lingkaran, melukis sudut pusat, melukis sudut keliling, hingga mengukurnya menggunakan busur. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam melukis dan mengukur. Saat seperti itu, guru mencoba untuk menumbuhkan kecerdasan interpersonal anggota kelompok yang lain untuk membantu siswa yang kesulitan tersebut. Ayo Kita Menalar Setelah mengamati, menanya, dan menggali informasi, tahapan keempat dalam pendekatan saintifik adalah menalar. Dalam pendekatan saintifik kegiatan menalar memicu anak untuk menumbuhkan kecerdasan logikal. Hasil dari kegiatan menalar adalah suatu pernyataan atau kesimpulan yang sifatnya general. Pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan, kegiatan menalar siswa dipancing dengan pertanyaanpertanyaan yang mengarah pada suatu kesimpulan. Pada sub bab 1, penalaran yang diinginkan muncul dari siswa adalah tentang hubungan antar unsurunsur lingkaran. Pada sub bab 2, penalaran yang ingin dimunculkan adalah tentang (1) hubungan antara sudut pusat dan sudut keliling yang menghadap busur sama, (2) hubungan antar sudut-sudut keliling yang menghadap busur sama, dan (3) hubungan antara sudut-sudut yang berhadapan pada segiempat tali busur. Di dalam komponan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, jawaban yang diinginkan pada kegiatan menalar disajikan di dalam Buku Guru. Temuan yang didapatkan di kelas adalah tidak semua siswa dalam satu kelompok bisa menalar ataupun menggeneralisasi hingga mendapat suatu simpulan. Guru bisa memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk mengarahkan pada simpulan yang diinginkan. Ayo Kita Berbagi Kegiatan berbagi yang dimaksud adalah mengkomunikasikan hasil menalar siswa kepada teman atau guru, baik dalam kelompok kecil maupun secara klasikal. Dalam kegiatan mengkomunikasikan secara klasikal dibutuhkan siswa yang kecerdasan interpesonal, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan logikalnya bagus. Temuan
244
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram di kelas, nampak bahwa kebanyakan yang berani berpendapat adalah siswa yang tidak hanya memahami konsep, tetapi juga punya keberanian untuk berpendapat. Terkadang ada siswa yang paham tentang konsep yang sedang dibahas, namun siswa tersebut enggan untuk menanggapi karena malu. Dalam hal ini, guru sebisa mungkin memberi motivasi kepada siswa agar mau berpendapat. Hal tersebut untuk melatih kecerdasan interpersonal dan linguistik anak. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang dihasilkan, peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan majemuk dapt dilibatkan dalam pembelajaran di kelas. Perangkat tersebut bermanfaat guna menumbuhkan kecerdasan majemuk siswa. SARAN Berikut ini beberapa saran terkait dengan penelitian pengembangan yang telah dilakukan. 1. Peneliti menyarankan kepada Bapak/Ibu guru untuk memanfaatkan produk yang dihasil dalam penelitian ini dalam pembelajaran di kelas. Keempat komponen perangkat ini adalah satu kesatuan yang utuh, sehingga dalam pemanfaatannya sebaiknya tidak dipisah-pisah.\ 2. Hasil pengembangan perangkat masih perlu dikaji dan diujicobakan lebih lanjut kepada beberapa subjek penelitian berbeda. 3. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan pengukuran kecerdasan majemuk yang dominan pada siswa. Sebaiknya sebelum perangkat dikembangkan, peneliti mengukur kecerdasan majemuk dominan pada siswa yang akan dijadikan subjek penelitian, kemudian mengembangkan perangkat yang sesuai dengan kecerdasan majemuk dominan siswa sehingga perangkat yang dikembangkan bisa terfokus untuk meningkat kecerdasan dominan tersebut. 4. Untuk pengembang perangkat selanjutnya, sebaiknya konten Buku Siswa dibuat lebih konstruktivis. Hal tersebut untuk membangun pemahaman konsep siswa lebih baik lagi.
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 print). Enschede: Netzodruk (SLO – Netherlands Institute for curriculum development). Goleman, Daniel. 2000. Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gremedia Pustaka Utama. Lwin, May, Adam Khoo, Kenneth Lyen, Caroline Sim. 2008. How to Multiply Your Child’s Intelligence. Indonesia: PT. Indeks. Gardner, Howard. 2011. Frame of Mind (second edition). New York: Basic Book D’Souza, Newton. 2007. Design Intelligences: A Case for Multiple Intelligences in Architectural Design. Archnet-IJAR, International Journal of Architectural Research - Volume 1 - Issue 2, pg. 15 34 Griggs, LeeAnn, Sally Barney, Janet Brown Sederberg, Janet, Elizabeth Collins, Susan Keith, Lisa Iannacci. 2009. "Varying Pedagogy to Address Student Multiple Intelligences," Human Architecture: Journal of the Sociology of Self-Knowledge: Vol. 7: Iss. 1, Article 6. p55 Lwin, May, Adam Khoo, Kenneth Lyen, Caroline Sim. 2008. How to Multiply Your Child’s Intelligence. Terjemahan Christine Sujana dan Sugirin Indonesia: PT. Indeks. Adams, Thomasenia Lott. 2001. Helping Children Learn Mathematics Through Multiple Intelligence and Standards for School Mathematics. ProQuest Education Journals, (Online), Volume 2, No. 77, pg. 86 - 92 Armstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligence In The Classroom (3rd edition). Virginia USA: Alexandria.
DAFTAR RUJUKAN Akker, Jan Van Den. 2010. : An Introduction to Educational Design Research (3rd
245