JIPP
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 1, No. 1, 2015. Hal. 1-8
PENGARUH PENYESUAIAN DIRI SOSIAL DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK BERBAKAT INTELEKTUAL
Yulistin Tresnawaty a Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA a
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan adanya hubungan penyesuaian diri sosial dengan perilaku agresif anak berbakat intelektual serta pengaruh yang diberikan oleh penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat intelektual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri sosial dengan perilaku agresif anak berbakat intelektual dan seberapa besar pengaruh penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana seluruh populasi dilibatkan untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah seluruh anak berbakat intelektual yang mengikuti program akselerasi di salah satu SMA di Tangerang Selatan yang berjumlah 53 orang. Sampel tersebut terdiri atas 28 (52.83%) laki-laki dan 25 (47.17%) perempuan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala penyesuaian diri sosial dan skala perilaku agresif dengan model skala likert. Hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Pearson, diperoleh hasil r hitung = -0,633. Setelah dibandingkan dengan r tabel, maka nilai r hitung lebih besar daripada r tabel pada taraf signifikansi 5% (0.279) dengan n=53. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri sosial dengan perilaku agresif anak berbakat intelektual. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat penyesuaian diri sosial anak berbakat intelektual, maka semakin rendah pula tingkat perilaku perilaku agresif yang ditunjukkan oleh anak berbakat intelektual dan begitupun sebaliknya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan variabel penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat intelektual dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Nilai koefisien R square (R2) sebesar 0.400 yang menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat sebesar 40%, dan selebihnya dipengaruhi oleh hal-hal lain diluar penelitian ini. Kata Kunci: Perilaku agresif, penyesuaian diri sosial
Pendahuluan
mengalami perkembangan yang pesat sesuai
Pada dasarnya, manusia dilahirkan sebagai
dengan tingkat perkembangannya.
makhluk sosial. Agar kehidupan manusia terus
Usia dua sampai dengan tiga tahunan bisa
berlangsung, manusia membutuhkan orang lain
dikatakan sebagai usia transisi awal pada
untuk bersosialisasi. Hal itu sudah dimulai sejak
perkembangan anak yang meliputi segala
anak dilahirkan agar terbiasa untuk berinteraksi
perubahan yang terjadi pada anak, baik secara
dengan orang di sekitarnya terutama ayah dan
fisik,
ibunya. Kecenderungan berinteraksi dengan
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri
orang lain dalam diri seorang anak akan
dengan lingkungannya sangat terkait dengan 1
kognitif,
emosi,
dan
psikososial.
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 1-8 perkembangan psikososialnya. Di lain pihak,
(dalam Tim Direktorat PSLB, 2009) dapat
kemampuan
mengakibatkan
mencapai
bahasa
tahap
anak
yang
masih
cukup
untuk
belum bisa
tertentu,
timbulnya
diantaranya
masalah-masalah
adalah
kemampuan
berkomunikasi dengan sempurna. Gap terhadap
berfikir kritis dapat mengarah ke arah sikap
kedua kemampuan yang sedang berkembang ini
meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri
akan dilepaskan oleh anak dalam bentuk
maupun orang lain; kepekaan yang tinggi, dapat
tindakan fisik seperti bertindak agresif dan
membuat mereka menjadi mudah tersinggung
sejenisnya. Memang hanya itulah cara yang
atau peka terhadap kritik; keinginan mereka
paling mudah dilakukan oleh anak untuk
untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta
mengungkapkan emosinya. Untuk itu, pada
kebutuhannya
batas usia dengan level tertentu tindakan yang
menimbulkan konflik.
akan
kebebasan,
dapat
dilakukan anak bisa dikatakan sangat normal,
Menurut Schmitz dan Galbraith (dalam
karena anak masih terfokus pada pemikiran
Tim Direktorat PSLB, 2009), karakteristik sosial
“SAYA” atau “MILIK SAYA”.
dan emosional anak berbakat intelektual sulit
Saat
mulai
tahap
untuk diterapkan secara umum (generalisasi)
perkembangan remaja, anak dituntut oleh
pada semua anak berbakat intelektual karena
lingkungan sosialnya untuk terus berinteraksi.
tiap-tiap individu memiliki keunikan tersendiri
Menurut Sohravardi et al (2015) penyesuaian
sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh anak
diri sosial pada masa remaja sepenuhnya
berbakat intelektual. Anak berbakat intelektual
mengalami perkembangan baik secara mental,
memiliki perkembangan sosial dan emosional
fisik,
yang
dan
memasuki
emosional
meskipun
berbeda
dibandingkan
dengan
anak
perkembangannya belum sempurna. Terlebih
seusianya. Karakteristik kemampuan kognitif
lagi pada anak berbakat intelektual yang
yang tinggi pada anak berbakat intelektual dan
mengalami perkembangan yang berbeda dari
kepekaannya terhadap dunia sekitar menjadikan
remaja pada umumnya. Dikategorikan sebagai
anak berbakat intelektual memiliki akumulasi
anak berbakat intelektual karena ia mempunyai
informasi yang banyak karena sensitivitas atau
keunikan yang berbeda dari anak-anak normal
kepekaannya terhadap dunia sekitar mungkin
biasanya.
tidak mencuat ke kesadaran. Anak berbakat
Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang
intelektual
yang tinggi terhadap dirinya maupun orang lain,
mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian,
dan karena harapan ini tidak disertai dengan
penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila
kesadaran diri, maka tidak jarang membawa
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat
dirinya menjadi frustasi terhadap dirinya,
terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan
terhadap orang lain, dan terhadap situasi. Dalam
dan keragu-raguan. Sehingga menurut Seogo
kondisi seperti ini maka tampak perkembangan
2
memiliki
potensi
bakat
intelektual seringkali menunjukkan harapan
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 1-8 emosi yang tidak stabil dan sulit menyesuaikan
dan intensitas emosional. Karakteristik inilah
diri dalam lingkungan sosialnya.
yang dapat menyebabkan kerentanan emosi
Hawadi (2002) mengatakan bahwa anak berbakat
intelektual
memiliki
dalam kehidupan emosi dan sosial mereka.
kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan
Dalam penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
teman sebayanya, sehingga mereka kehilangan
anak-anak
aktivitas
kecenderungan
sosial yang
cenderung
bagi anak berbakat serta menimbulkan masalah
penting
dalam
usia
berbakat
intelektual
yang
akan
memiliki
menimbulkan
perkembangannya, dan hal ini akan menyulitkan
masalah sosial dan penyesuaian diri bagi anak
mereka ketika menyesuaikan diri dengan orang
berbakat (Somantri, 2006).
lain.
Kesulitan
dalam
Menurut Pyryt et al (2003) anak berbakat
menyesuaikan diri ini biasanya akan berujung
cenderung mudah bosan, bertindak seperti
pada perilaku agresif sebagai akibat dari rasa
pamer karena memang pada faktanya anak
frustasi
berbakat cenderung mengetahui lebih banyak
mereka
anak
berbakat
karena
terhambat
dalam
bergaul dengan teman sebayanya.
dari pada anak-anak lain seusianya, rasa ingin
Menurut Hadis (dalam Hawadi, 2002)
tahu
yang
besar
cenderung
membuat
para peneliti mutakhir memperkirakan bahwa
permasalahan dalam bergaul dengan orang lain,
sekitar 20 – 25 % dari anak-anak yang sangat
tidak sabaran, dan kurang toleransi dengan
berbakat mengalami masalah-masalah sosial
orang lain.
dan emosional, yaitu dua kali lebih besar dari
Anak
berbakat
intelektual
seringkali
angka normal. Selain itu, berdasarkan penelitian
memiliki tahap perkembangan yang tidak
Herry tahun 1993 (dalam Tim Direktorat PSLB,
serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia
2009), anak-anak berbakat intelektual juga suka
perkembangan, mereka tidak hanya dapat
mengganggu teman-teman sekitarnya. Hal ini
belajar
disebabkan
cepat
menggunakan cara yang berbeda dari teman-
memahami materi pelajaran yang diterangkan
teman seusianya. Anak berbakat intelektual
guru di depan kelas dibandingkan teman-
lebih
temannya. Sehingga banyaknya waktu luang
informasi, sehingga mereka cenderung lebih
tersebut, jika kurang diantisipasi oleh gurunya,
cepat
akan digunakan untuk mengadakan aktivitas
Ekspresi
sekehendaknya (usil), misalnya mencubit atau
merupakan manifestasi dari ketidakmampuan
melemparkan benda-benda kecil ke teman-
anak berbakat intelektual dalam menyesuaikan
teman sekitarnya.
diri dengan lingkungan sosialnya. Oleh sebab itu,
karena
Dabrowski
mereka
(dalam
lebih
Hawadi,
lebih
cepat
bosan
cepat,
tetapi
“kehausan”
dari
emosi
dalam
pada
yang
juga
sering
menerima
teman-temannya.
diluar
kendali
ini
2002)
para orang tua dan guru-guru di sekolahnya
mengatakan bahwa karakteristik personal yang
terkadang harus dituntut untuk menciptakan
membedakan anak berbakat adalah sensitivitas
kondisi yang dapat menjamin terkendalinya 3
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 1-8 ekspresi emosi dari setiap anak serta melatih
Berbeda
dengan
pendapat
Somantri,
kemampuan anak untuk menyesuaikan diri
Schmitz dan Galbraith (dalam Tim Direktorat
dalam lingkungan sosialnya sehingga emosi anak
PSLB, 2009) menyatakan bahwa, anak berbakat
dapat terlindungi, lebih stabil, dan seimbang
intelektual cenderung untuk selalu gembira dan
serta wajar dalam tampilannya.
disenangi
oleh
kawan-kawannya.
Mereka
Menurut Somantri (2006), karakteristik
umumnya merupakan anak-anak yang emosinya
kehidupan emosi anak berbakat intelektual
stabil, cenderung untuk mandiri dan lebih jarang
seperti itu memang menghendaki keseimbangan
menjadi neurotik dan menderita gangguan
dengan perkembangan fungsi kognitif yang ada
psikotik dibandingkan dengan anak normal.
pada dirinya untuk mengembangkan kesadaran
Tetapi
akan dunianya. Jika tidak, maka perilaku
intelegensi
bermasalah yang mungkin muncul ialah rawan
kesulitan dalam bergaul karena adanya tekanan-
terhadap kritik orang lain, kebutuhan untuk
tekanan dari lingkungan. Bisa saja terjadi anak
diakui yang berlebihan, bersikap sinis dalam
berbakat intelektual cenderung terisolasi dan
mengkritik orang lain yang akan menimbulkan
jarang bergaul dengan anak lainnya. Hal ini
gangguan hubungan antarpribadi, menentukan
disebabkan anak berbakat intelektual dengan
sendiri
mungkin
inteligensi tinggi memiliki minat yang berbeda
bertentangan dengan kekuasaan atau nilai-nilai
dengan anak lain dan mereka lebih cepat
yang
melihat kelemahan atau kekurangan orang lain
nilai-nilai
disepakati,
hidup
tidak
yang
toleran
terhadap
anak
berbakat
yang
mengalami
dan
tidak realistik, menarik dan mengisolasi diri,
kecenderungan tersebut dapat menimbulkan
serta
konflik
bermasalah
lain
yang
menunjukkan intoleransi baik terhadap diri
yang
di
dapat
dengan
kelompok, merumuskan tujuan-tujuan yang
perilaku
situasi
tinggi
intelektual
bisa
sekelilingnya
memicu
sehingga
anak
untuk
berperilaku agresif.
sendiri, orang lain, maupun lingkungan yang
Dengan melihat beragam fenomena dan
disebabkan karena mereka memiliki gambaran
hasil penelitian tersebut, penulis tertarik untuk
diri terlalu tinggi, selalu menganggap benar
mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana
pendapat sendiri yang dapat menumbuhkan
pengaruh
kesan angkuh dan sombong. Kecenderungan ini
perilaku agresif pada anak berbakat intelektual.
akan
menimbulkan
masalah
sosial
dan
penyesuaian diri bagi anak berbakat intelektual. 4
penyesuaian
diri
sosial
dengan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara penyesuaian diri sosial dengan
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 1-8 perilaku agresif anak berbakat intelektual serta
Sampel tersebut terdiri atas 28 (52.83%) laki-laki
kontribusi penyesuaian diri sosial terhadap
dan 25 (47.17%) perempuan.
kemampuan bersosialisasi. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan
Instrumen penelitian
sumbangan
Instrumen penelitian yang digunakan
terhadap pengembangan teori-teori psikologi
untuk
terutama yang berkaitan dengan informasi
penyesuaian diri sosial dan skala perilaku agresif
mengenai anak berbakat intelektual. Sedangkan
dengan model skala Likert. Nilai reliabilitas skala
manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah
penyesuaian diri sosial dengan 22 butir soal yang
untuk
pemikiran
valid adalah sebesar 0,882. Sementara itu, nilai
umumnya bagi orang yang tertarik dengan
reliabilitas skala perilaku agresif dengan 38 butir
masalah-masalah yang berkaitan dengan anak
soal yang valid adalah sebesar 0,892. Teknik
berbakat intelektual. Selain itu hasil penelitian
análisis
ini dapat memberikan informasi yang berguna
korelasional.
memberikan
kontribusi
pengumpulan
data
data
yang
adalah
digunakan
skala
adalah
kepada orang tua yang mempunyai anak berbakat intelektual.
Hasil dan Pembahasan Hasil
penelitian
hubungan
Partisipan penelitian
penyesuaian diri sosial dengan perilaku agresif
kuantitatif
dengan
signifikan
antara
pada anak berbakat intelektual. Semakin tinggi
penelitian
penyesuaian diri sosial, maka makin rendahnya
korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah
perilaku agresif anak berbakat intelektual
seluruh siswa anak berbakat intelektual yang
dengan
mengikuti
belajar
diperoleh r hitung = -0,633; sedangkan r tabel
(akselerasi) pada salah satu sekolah SMA di Kota
pada taraf signifikansi 5% adalah 0,279 dengan
Tangerang Selatan Kelas XI tahun pelajaran
Nilai koefisien R square (R2) sebesar 0,400 yang
2009/2010 yang berjumlah 53 siswa. Karena
menunjukkan bahwa 40% proporsi varian
jumlah populasi terbatas, maka keseluruhan
perilaku agresif dalam penelitian ini diberikan
dalam populasi tersebut menjadi sampel dalam
oleh variabel penyesuaian diri sosial.
program
metode
yang
ada
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan
negatif
menunjukkan
percepatan
nilai
signifikansi
0.000
(p<0.05).
penelitian ini, sehingga teknik sampel yang
Analisis proporsi varian (R2) perilaku
digunakan adalah teknik Purposive Sample.
agresif terhadap penyesuaian diri sosial adalah 0,400, sehingga dapat disimpulkan bahwa 5
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 1-8 variabel penyesuaian diri sosial memberikan
Diketahui pengaruh yang di berikan variabel
kontribusi sebesar 40% terhadap variabel
penyesuaian
perilaku agresif (lih. tabel 2).
perilaku agresif, yaitu sebesar 40%, sedangkan
Berdasarkan
hasil
penelitian
terbukti
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
diri
sosial
terhadap
variabel
sisanya (60%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini.
antara penyesuaian diri sosial dan perilaku agresif anak berbakat intelektual dengan nilai r hitung = -0,633 > r tabel = 0,279 pada taraf signifikansi
5%.
Dalam
penelitian
ini,
penyesuaian diri sosial memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap perilaku agresif. Hal tersebut
berarti
penyesuaian
bahwa
diri
semakin
sosial
anak
tinggi
berbakat
intelektual, maka akan semakin rendah tingkat perilaku agresif anak berbakat intelektual. Sehingga menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herry (1993). Hal ini dapat dijelaskan
jika
penyesuaian
diri
sosial
dikategorikan tinggi, maka anak berbakat intelektual tersebut mampu mengendalikan perilaku
mereka
wawancara perilaku
sendiri.
dengan
agresif
pihak
lebih
Berdasarkan sekolah
dipengaruhi
wujud oleh
karakteristik masing-masing individu. Dimana siswa tersebut memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan interaksi sosial, sehingga nantinya akan mempengaruhi kemampuan anak dalam melakukan penyesuaian diri sosial.
Simpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada hubungan yang siginifikan antara penyesuaian diri sosial dan perilaku agresif anak berbakat intelektual (p=0,000 < 0,05 dan pearson correlation= -0.633). (2) 6
Daftar Pustaka Agustiani, H. 2006. Psikologi perkembangan. Cet. Pertama. Bandung: Refika Aditama Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian. Cet. Ketigabelas. Jakarta: PT. Adi Mahasatya Azwar, S. 2008. Penyusunan skala psikologi. Cet. Kesebelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R. 2005. Psikologi sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga Chaplin, JP. 2006. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada Davidoff, L. 1988. Psikologi suatu pengantar. Jilid 2. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga Tim Direktorat PSLB. 2009. Pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar. Jakarta: Diknas Tim Direktorat PSLB. 2003. Pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar. Jakarta: Diknas Gerungan, W. 1996. Psikologi sosial. Edisi Ketiga, Cet. Pertama. Bandung: PT. Eresco Hawadi, RA. 2002. Identifikasi keberbakatan intelektual melalui metode non-tes dengan pendekatan konsep keberbakatan Renzulli. Jakarta : Grasindo Hawadi, RA. 2002. Akselerasi A-Z informasi program percepatan belajar dan anak berbakat intelektual. Jakarta : Grasindo Kartono, K. 2000. Hygiene mental. Bandung: Penerbit Mandar Maju Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan pendidikan anak luar biasa. Cet. Pertama. Jakarta: LPSP3 UI
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 1-8 Pyryt, M., Price, A., Mackenzie, N., Hickey, K., Hashman, M. 2003. The Journey : A handbook for parents of children who are gifted and talented. Canada : Alberta Learning, Learning and Teaching Resources Branch Sarwono, SW. 2002. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial. Cet. Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Sarwono, SW. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Sohravardi, B., Bafrooei, K.B., Fallah, M.H. 2015. The effect of emphaty training programs on aggression and compatibility students of elementary schools in Yazd, Center of Iran. Journal of pediatric, 841-851. Somantri, TS. 2006. Psikologi anak luar biasa . Cet. Pertama. Bandung: PT. Refika Aditama Van Tiel, J. 2007. Anakku terlambat bicara. Jakarta: Prenada Media Group.
Sears, O. 1985. Psikologi sosial Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
7
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 1-8
8