PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN, PERSEPSI KUALITAS DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TOYOTA AVANZA DI SEMARANG
Rully Priamitra Drs. Sugiono M.Si
ABSTRACT Competition in the four wheel drive vehicles industry at this time in the country becomes more intense as indicated by the number of launching of new products in its each class with their each advantages and disadvantages. One of the four wheel drive vehicle brand which is already known is Toyota. Toyota produces vehicles with many variant, namely Innova and Avanza. However, market share of Avanza is lower than the Innova. This indicates that the consumer's decision to buy Toyota Avanza is still under Innova. Many factors can influence consumer decisions to buy Toyota Avanza,such as the motivations, perceptions and attitudes. The purpose of this study was to analyze the influence of motivation, perceptions and attitudes of consumers towards buying decision in Semarang Toyota Avanza. The population in this study is consumers who are buying Toyota Avanza in Semarang the period from January to November 2010. The sample in this study are some consumers who are buying Toyota Avanza in Semarang the period from January to November 2010, that is 60 respondents. Type of data is primary. Methods of data collection using questionnaires.The Analytical techniques used were multiple regression ,that were previously tested by validity test , reliability test and classic assumptions test. The results of the analysis by using SPSS Version 13 shows that: 1). Motivation significantly influence the purchase decisions of Toyota Avanza in Semarang. 2). Perceptions significantly influence purchase decisions of Toyota Avanza in Semarang . 3). Attitudes significantly influence the purchase decisions of Toyota Avanza in Semarang
Keywords: Motivation, Perception, Attitudes and Purchase Decision.
PENDAHULUAN
Saat ini, perkembangan jumlah penduduk yang cukup pesat serta beragamnya aktivitas kerja setiap orang memungkinkan segala aktivitas tersebut harus dilakukan secara cepat. Agar orang dapat melakukan pekerjaan secara cepat, dibutuhkan sarana pendukung, seperti sarana transportasi. Transportasi merupakan alat yang berguna untuk memindahkan barang atau orang dalam kuantitas tertentu, ke suatu tempat tertentu, dalam jangka waktu tertentu (Tjiptono,1997:204). Menurut Bambang (Republika,2003), untuk pasar di Indonesia mobil jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) dan mobil niaga atau mobil multiguna masih menjadi favorit. Mobil jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) tidak hanya mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang besar tapi juga barang, karena amat sesuai dengan kultur orang Indonesia yang rata-rata memiliki keluarga dalam jumlah besar. Selain itu orang Indonesia juga masih senang mengangkut tetangga sehingga mereka lebih suka mobil yang memiliki kapasitas besar (Republika, 2003). Keuntungan menggunakan mobil jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) adalah memiliki kapasitas muat yang banyak dan lebih ekonomis. Lokasi yang dipilih adalah Kota Semarang, karena merupakan Ibu Kota Propinsi di Jawa Tengah, dan kota dengan penduduk terbanyak di antara kota-kota lain di Jawa Tengah. Adapun obyek yang diteliti adalah konsumen yang membeli Toyota Avanza di Semarang. Alasannya karena Semarang merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah dan masyarakatnya terdiri dari berbagai macam kelas maupun golongan, sehingga kemungkinan besar sebagian penduduknya telah melakukan pembelian Toyota Avanza. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN, PERSEPSI KUALITAS DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TOYOTA AVANZA SEMARANG”
DI
1.1
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat disampaikan
permasalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Semarang ? 2. Bagaimana pengaruh persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Semarang ? 3. Bagaimana pengaruh sikap konsumen terhadap keputusan Toyota Avanza di Semarang ?
TELAAH TEORI
Pengertian Keputusan Pembelian Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merekmerek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keler, 2009:240). Definisi lain keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli (Kotler dan Amstrong,2008:181). Konsumen dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun, ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu sikap dan faktor situasi yang tidak terantisipasi (Kotler,2005:227). Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal, yaitu : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen, (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku preferensi pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat jiak orang yang disukai juga sangat menyukai merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit jika beberapa orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang saling berlawanan dan pembeli tersebut ingin menyenangkan mereka (Kotler,2005:227). Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang terpikirkan. Besarnya resiko yang dipikirkan berbedabeda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen. Para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu
untuk mengurangi resiko, seperti penghindaran keputusan, pengambilan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi. Para pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan adanya resiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi resiko yang dipikirkan itu (Kotler,2005:227). Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Ketika membeli produk, secara umum konsumen mengikuti proses pengambilan keputusan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan konsumen dapat diuraikan sebagai berikut (Lamb, dkk, 2001:189) : 1. Pengenalan kebutuhan Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen menghadapi ketidakseimbangan antara keadaan sebenarnya dan keinginan. 2. Pencarian informasi Setelah mengenali kebutuhan atau keinginan, konsumen mencari informasi tentang beragam alternatif yang ada untuk memuaskan kebutuhannya. 3. Evaluasi alternatif Konsumen akan menggunakan informasi yang tersimpan di dalam ingatan, ditambah dengan informasi yang diperoleh dari luar untuk membangun suatu kriteria tertentu. 4. Pembelian Sejalan dengan evaluasi atas sejumlah alternatif-alternatif tadi, maka konsumen dapat memutuskan apakah produk akan dibeli atau diputuskan untuk tidak dibeli sama sekali. 5. Perilaku setelah pembelian Ketika membeli suatu produk, konsumen mengharapkan bahwa dampak tertentu dari pembelian tersebut. Bagaimana harapan-harapan itu terpenuhi, menentukan apakah konsumen puas atau tidak puas dengan pembelian tersebut. Motivasi Konsumen Pengertian Motivasi Konsumen Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan Amstrong,2008:172). Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mampu mendorong seseorang bertindak (Kotler dan Keller,2009:226).
Teori Motivasi Konsumen Pada umumnya teori motivasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Teori Freud, Teori Maslow dan Teori Herzberg (Kotler dan Keller,2009:226-227). 1. Teori Freud Teori ini mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memahami motivasi dirinya. Ketika seseorang mengamati merek-merek tertentu, akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan yang terlibat nyata pada merek-merek tersebut, melainkan juga pada petunjuk lain yang samar. Wujud, ukuran, berat, bahan, warna, dan nama merek dapat memicu asosiasi (arah pemikiran) dan emosi tertentu. 2. Teori Maslow (Abraham Maslow) Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam hierarki, dari yang paling mendesak sampai yang paling kurang mendesak. Berdasarkan urutan tingkat kepentingannya, kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Orang akan berusaha memuaskan dulu kebutuhan mereka yang paling penting. Jika seseorang berhasil memuaskan kebutuhan yang penting, kemudia dia akan berusaha memuaskan kebutuhan yang terpenting berikutnya. 3. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor) Teori ini menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang membedakan dissatisfiers (faktorfaktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan satisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan). Tidak hanya dissatisfiers saja tidak cukup, sebaliknya satisfiers harus ada secara aktif untuk memotivasi pembelian. Teori Herzberg memiliki dua implikasi. Pertama, para penjual harus berusaha sebaik-baiknya menghindari dissatisfiers. Walaupun tidak menyebabkan lakunya produk, hal tersebut bisa dengan mudah menyebabkan produk tersebut tidak terjual. Kedua, para pabrikan harus mengidentifikasi satisfiers atau motivator utama pembelian di pasar dan kemudian menyediakan faktor satisfiers itu. Satisfiers itu akan menghasilkan perbedaan besar terhadap merek apa yang dibeli pelanggan. Pengaruh Motivasi Konsumen Pada Keputusan Pembelian Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mampu mendorong seseorang bertindak (Kotler dan Keller,2009:226). Motivasi muncul karena ada kebutuhan yang dirasakan oleh
konsumen. Motivasi terbentuk karena adanya rangsangan yang datang dari dalam diri seseorang (kondisi fisiologis). Rangsangan terjadi karena adanya gap antara apa yng dirasakan dengan apa yang seharusnya dirasakan. Gap inilah yang mengakibatkan motivasi, sehingga konsumen merasakan adanya pengenalan kebutuhan (Sumarwan,2003:35). Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan kepada konsumen, sehingga adanya dorongan pada dirinya untuk melakukan tindakan. Menurut Wahyuni (2008) serta Supriyanto dan Kristianto (2004), motivasi mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian di atas dapat dimunculkan hipotesis pertama (H1) sebagai berikut : Ada pengaruh motivasi pada keputusan pembelian. Persepsi Kualitas Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Menurut Simamora (2001:74), persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau layanan ditinjau dari fungsinya dengan produk-produk lain. Persepsi kualitas merupakan persepsi dari pelanggan, sehingga persepsi kualitas tidak dapat ditentukan secara subyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa membahas persepsi kualitas berarti akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Pengaruh Persepsi Kualitas Pada Keputusan Pembelian Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut (Sumarwan, 2003:70). Konsumen yang menerima dan memperhatikan suatu stimulus (rangsangan) yang sama, mungkin akan mengartikan stimulus tersebut berbeda. Bagaimana seseorang memahami stimulus akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhannya, yang sifatnya sangat individual. Semakin tinggi stimulus, maka akan berpengaruh terhadap tindakan konsumen, seperti melakukan pembelian. Menurut Wahyuni (2008) serta Supriyanto dan Kristianto (2004), persepsi mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian
di atas dapat dimunculkan hipotesis kedua (H2) sebagai berikut : Ada pengaruh persepsi kualitas pada keputusan pembelian Sikap Konsumen Sikap adalah evaluasi, perasaan seseorang, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap obyek atau gagasan tertentu (Kotler,2005:219). Definisi lain sikap adalah evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah obyek atau ide (Kotler dan Amstrong,2008:176). Menurut Mowen dan Minor (2002:319), sikap adalah inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, obyek, dan ide-ide tidak berwujud tertentu. Fungsi Sikap Seberapa besar konsumen menyukai sesuatu atau bagaimana perasaan mereka terhadap sesuatu, maka jawabannya akan mengungkapkan sikap merek terhadap obyek. Setelah sikap terbentuk, hal ini tersimpan dalam memori jangka panjang mereka yang dapat diingat kembali pada saat yang tepat untuk membantu seseorang menghadapi sebuah isu atau masalah. Pada keadaan seperti ini, orang-orang menggunakan sikap untuk membantunya berinteraksi secara lebih efektif dengan lingkungan. Dari semua teori fungsional tentang sikap yang telah dikembangkan, salah satu teori yang paling menarik banyak pemasar adalah yang diusulkan oleh Daniel Katz. Katz mengidentifikasi empat fungsi sikap : utilitarian, pembelaan ego, pengetahuan dan nilai ekspresif (Mowen dan Minor,2002:320). 1. Fungsi Utilitarian Fungsi ini mengacu pada ide bahwa orang mengekspresikan perasaan untuk memaksimalkan penghargaan dan meminimalkan hukuman yang mereka teirma dari orang lain. Sikap akan memandu perilaku untuk mendapatkan penguatan positif dan menghindari hukuman ekspresi. Konsumen dapat mengekspresikan sikap positif terhadap penyanyi tertentu. 2. Fungsi Pembelaan Ego Fungsi ini adalah melindungi orang dari kebenaran tentang diri sendiri atau dari kenyataan kekejaman dunia luar. Fungsi pembelaan ego, yang disebut fungsi pertahanan harga diri mengandalkan pada teori psikoanalitik. Jadi sikap, seperti prasangka terhadap
kaum minoritas, berfungsi sebagai mekanisme pembelaan orang fanatik yang tidak mau mengakui kegelisahan diri mereka yang paling mendasar. 3. Fungsi Pengetahuan Fungsi ini dipergunakan sebagai standar yang membantu seseorang untuk memahami dunia mereka. Dalam memainkan peran ini, sikap membantu seseorang untuk memberikan arti pada dunia yang tidak beraturan. Dengan fungsi pengetahuan, sikap seseorang
membentuk
sebuah
kerangka
kerja
referensi
di
mana
mereka
menginterpretasikan dunianya. Oleh karenanya, sikap konsumen sanga mempengaruhi bagaimana mereka secara selektif mengekspos dirinya dan mengamati komunikasi pemasaran. Fungsi pengetahuan juga membantu menjelaskan beberapa pengaruh kesetiaan merek. Dengan mempertahankan sikap positif terhadap produk, konsumen dapat menyederhanakan hidup mereka. Kesetiaan merek dapat mengurangi waktu pencarian yang diperlukan untuk memperoleh sebuah produk dalam memenuhi kebutuhannya. 4. Fungsi Nilai Ekspresif Fungsi ini mengacu pada bagaimana seseorang mengekspresikan nilai sentral mereka kepada orang lain yang juga disebut fungsi identitas sosial. Ekspresi sikap bahkan dapat membantu seseorang dalam mendefinisikan konsep diri mereka kepada yang lain. Pada kasus konsumen, fungsi nilai ekspresif dapat dilihat pada situasi di mana seseorang mengekspresikan pandangan positif tentang berbagai produk, merek, dan jasa dalam rangka membuat pernyataan tentang diri mereka. Pengaruh Sikap Konsumen Pada Keputusan Pembelian Sikap merupakan evaluasi, perasaan seseorang, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap obyek atau gagasan tertentu (Kotler,2005:219). Konsumen akan meyakini informasi
yang
diterimanya dan memilih merek tertentu untuk dibeli, hal itu berkaitan dengan sikap yang dikembangkan. Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen (preference) atas suatu merek merupakan suatu sikap konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap suatu merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak. Sikap positif terhadap suatu merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu, sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Wahyuni (2008) serta Supriyanto dan Kristianto (2004), sikap mempunyai pengaruh
terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian di atas dapat dimunculkan hipotesis ketiga (H3) sebagai berikut : Ada pengaruh sikap konsumen pada keputusan pembelian
METODE PENELITIAN Variabel Terikat 1. Keputusan Pembelian (Y) Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keler, 2009: 240) Keputusan pembelian diukur melalui : a. Prioritas Pembelian Pada Produk Tertentu b. Mencari informasi c. Mengevaluasi terhadap produk d. Merekomendasikan Kepada Orang Lain Setelah Melakukan Pembelian Variabel Bebas 1. Motivasi Konsumen (X1) Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan Amstrong,2008: 172). Motivasi konsumen diukur melalui : a. Kebutuhan terhadap produk b. Mencari kenyamanan c. Meningkatkan prestise d. Memperoleh keamanan dari cuaca 2. Persepsi Kualitas (X2) Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Persepsi diukur melalui : a. Hemat bahan bakar b. Mesin tangguh c. Pelayanan purna jual
d. Tersedia suku cadang dalam beberapa pilihan kualitas 3. Sikap Konsumen (X3) Sikap adalah inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, obyek, dan ide-ide tidak berwujud tertentu (Mowen dan Minor,2002:319). Sikap diukur melalui : a. Produk sesuai dengan harapan b. Suka terhadap desain produk c. Suka terhadap warna produk d. Percaya terhadap produk Populasi Dan Sampel Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti (Supardi, 2005:101). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian Toyota Avanza di Semarang periode Januari – November 2010 sebanyak 60 konsumen. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian konsumen yang melakukan pembelian Toyota Avanza di Semarang periode Januari – November 2010 Menurut Hair (1995), besarnya atau ukuran sampel mempunyai pengaruh langsung terhadap ketepatan hitungan statistik dari regresi berganda. Hasil dalam regresi berganda ini menerangkan probabilitas dari perhitungan sebagai ketepatan statistik satu tingkat yang spesifik. R² atau koefisien regresi pada satu tingkat ketepatan tertentu atau satu ukuran sampel tertentu.
Tabel 3.1 2
R Minimum Yang Dapat Diketahui Secara Statistik Dengan Satu Nilai 80 Untuk Sejumlah Variabel Bebas Dan Ukuran Sampel
Ukuran
Tingkat ά = 0,01
Tingkat ά = 0,05
Sampel
Jumlah Variabel Bebas
Jumlah Variabel Bebas
2
5
10
20
2
5
10
20
20
45
56
71
NA
39
48
64
NA
50
23
29
36
49
19
23
29
42
100
13
16
20
26
10
12
15
21
250
5
7
8
11
4
5
6
8
500
3
3
4
6
3
4
5
9
1000
1
2
2
3
1
1
2
2
Ket : NA = Not Applicate atau tidak dapat ditetapkan Sumber : Multivariate Data Analysis (Hair, 1995)
Tabel diatas menggambarkan tentang pengaruh antara ukuran sampel, pilihan significance level (ά) dan jumlah variabel bebas untuk mengetahui jumlah R² yang signifikan. sebagai contoh, peneliti memakai 5 variabel independen, dengan significance level (ά) sebesar 0,05, sedangkan ukuran sampel yang dijadikan acuan sebesar 50 responden, maka nilai dari R² adalah sebesar 23 persen, jika jumlah ukuran sampel meningkat menjadi 100 responden, maka nilai dari R² sebesar 12 persen, tetapi jika jumlah ukuran sampel sebeasr 50 responden, sedangkan significance level (ά) sebesar 0,01, maka analisis untuk nilai dari R² adalah sebesar 29 persen. Ukuran sampel juga berpengaruh pada penyamarataan hasil-hasil oleh rasio observasi terhadap variabel-variabel bebas. Satu aturan umum bahwa rasio tidak boleh dibawah antara 1 sampai dengan 5, peneliti akan menemui resiko overfitting atau hasil yang kesannya terlalu dipaksakan dari sampel –sampel yang ada, sehingga menjadikan hasil yang diperoleh terlalu sesifik, sehingga mengurangi penyamarataan, walaupun rasio minimumnya adalah 5 sampai
1, level yang diharapkan antara 15 hingga 20 observasi untuk setiap variabel bebas, oleh karena itu dalam penelitian ini diambil 60 sampel, yang diperoleh dari 20 observasi dikalikan dengan 3 variabel bebas.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Accidental Sampling. Sedangkan Accidental Sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan
(Umar,2005:42).
Adapun sumber Data primer ini berupa data identitas responden dan tanggapan responden yang akan dijawab langsung oleh responden mengenai pengaruh motivasi konsumen, sikap konsumen dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner itu. 1. Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap kuesioner stabil dari waktu kewaktu.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Data distribusi normal dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dari pengambilan keputusan. Jika data menyebar disekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas. Begitu pula sebaliknya jika data yang menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas. 2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksinya dengan cara menganalisis nilai toleransi dan Variance Inflation Factor (VIF). 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas atau yang terjadi Heteroskedastisitas
kebanyakan
data
cross
section
mengandung
situasi
Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regrsi linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama mempengaruhi variabel terikat. Y
a b1 x1 b2 x2 b3 x3
e
Dimana: a
= konstanta
b1
= koefisien regresi Motivasi Konsumen
b2
= koefisien regresi Persepsi Kualitas
b3
= koefisien regresi Sikap Konsumen
Y
= Variabel Keputusan Pembelian
X1
= Variabel Motivasi Konsumen
X2
= Variabel Persepsi Kualitas
X3
= Variabel Sikap Konsumen
e
= error
Pengujian Hipotesis 1. Uji statistik T Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter ( ) sama dengan nol, atau H0 :
=0
yang artinya adalah apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (
), parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau H0 :
≠ 0 yang artinya adalah variabel tersebut
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2001). 2. Uji statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol atau H0 :
=
=……=
= 0 yang artinya adalah apakah
semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya ( ≠
nol, atau H0 :
≠……≠
), tidak semua parameter simultan sama dengan
≠ 0 yang artinya adalah semua variabel independen
secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2001). 3. Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variasi dependen (Kuncoro, 2001
HASIL PPENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas Variabel
Indikator
R hitung
R tabel
Keterangan
Motivasi
Indikator 1
0,482
0,254
Valid
Indikator 2
0,583
0,254
Valid
Indikator 3
0,571
0,254
Valid
Indikator 4
0,621
0,254
Valid
Indikator 1
0,507
0,254
Valid
Indikator 2
0,415
0,254
Valid
Persepsi
Sikap
Keputusan Pembelian
Indikator 3
0,557
0,254
Valid
Indikator 4
0,599
0,254
Valid
Indikator 1
0,509
0,254
Valid
Indikator 2
0,549
0,254
Valid
Indikator 3
0,611
0,254
Valid
Indikator 4
0,469
0,254
Valid
Indikator 1
0,538
0,254
Valid
Indikator 2
0,563
0,254
Valid
Indikator 3
0,537
0,254
Valid
Indikator 4
0,651
0,254
Valid
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2011 Hasil uji validitas memperlihatkan, nilai r hitung setiap indikator lebih besar dibanding nilai r tabel, dengan demikian semua indikator yang digunakan dinyatakan valid untuk mengukur variabel motivasi, persepsi, sikap dan keputusan pembelian
Hasil Reliabilitas Variabel
Hasil Cronbach
Standar
Keterangan
Reliabilitas
alpha ( α ) Motivasi
0,761
0,60
Reliabel
Persepsi
0,727
0,60
Reliabel
Sikap
0,734
0,60
Reliabel
Keputusan Pembelian
0,761
0,60
Reliabel
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2011
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha masing-masing variabel di atas 0,60, hal ini berarti indikator dari variabel motivasi, persepsi, sikap dan keputusan pembelian terbukti handal atau dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur variabel.
Uji Asumsi Klasik a. Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji normalitas model regresi. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan kurva normal p-p plot, yaitu apabila titik pada kurva menyebar dan mengikuti garis diagonal maka model memenuhi asumsi normalitas. Hasil grafik normal p-p plot untuk uji normalitas dapat dilihat pada gamber 4.1 (Lampiran 6, normal p-plot):
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keputusan Pembelian 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Gambar 4.1 Grafik Normal P- P Plot Pada grafik normal p-p plot memperlihatkan bawah semua titik-titik menyebar dan mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolineritas Tabel Hasil Uji Multikolineritas Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
Motivasi
0,261
3,839
Tidak terjadi multikolinearitas
Persepsi
0,155
6,461
Tidak terjadi multikolinearitas
Sikap
0,184
5,422
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan dari nilai tolerance dan VIF masing-masing variabel independen terlihat bahwa nilai tolerance masing-masing variabel di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, dengan demikian antara variabel motivasi, persepsi dan sikap tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Grafik Scatter Plot Pada grafik scatterplot menujukkan bahwa titik-titik pada grafik tidak bisa membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Berganda Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Coe fficientsa
Model 1
(Cons tant) Motiv as i Persepsi Sikap
Unstandardiz ed Coef f icients B Std. Error ,349 ,795 ,218 ,103 ,352 ,129 ,409 ,112
Standardized Coef f icients Beta ,206 ,345 ,422
t ,439 2,121 2,735 3,652
Sig. ,662 ,038 ,008 ,001
Collinearity Statistics Toleranc e VIF ,261 ,155 ,184
3,839 6,461 5,422
a. Dependent Variable: Keputus an Pembelian
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan dari hasil regresi maka akan dibuat persamaan linier sebagai berikut : Y = 0,206 (X1) + 0,345 (X2) + 0,422 (X3) Persamaan regresi tersebut mengandung pengertian sebagai berikut : 1. Koefisien regresi motivasi (b1) bernilai positif sebesar 0,206 artinya setiap ada peningkatan motivasi dari para konsumen akan mampu meningkatkan keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza. 2. Koefisien regresi persepsi (b2) bernilai positif sebesar 0,345 artinya setiap ada persepsi yang lebih baik dari para konsumen akan mampu meningkatkan keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza. 3. Koefisien regresi sikap (b3) bernilai positif sebesar 0,422 artinya setiap ada sikap yang lebih baik dari para konsumen, akan mampu meningkatkan keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza. Goodnes Of Fit Uji Goodnes Of Fit merupakan analisis untuk melihat fit atau baik tidaknya model regresi antara motivasi, persepsi dan sikap terhadap keputusan pembelian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji – F yaitu melihat pengaruh secara simultan (bersamasama) antara motivasi, persepsi dan sikap terhadap keputusan pembelian. Apabila nilai sig. yang didapat ≤ α = 0,05 maka ada pengaruh signifikan secara simultan, yang berarti model regresi yang digunakan fit atau baik. Hasil uji – F dapat dilihat hasilnya pada tabel 4.14 (Lampiran 8, Uji -F dan sig.) :
Tabel ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 437,182 69,751 506,933
df 3 56 59
Mean Square 145,727 1,246
F 116,997
Sig. ,000 a
a. Predictors: (Constant), Sikap, Motivas i, Pers eps i b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Hasil uji – F sebesar 116,997 dengan sig. 0,000. Nilai sig. uji – F yang lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan bahwa motivasi, persepsi dan sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian secara simultan. Hal ini menunjukkan model regresi yang digunakan fit atau baik terhadap Toyota Avanza. Pengujian Hipotesis a. Uji Statistik T Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari hasil uji - t. Uji – t ini digunakan untuk melihat pengaruh antara motivasi, persepsi dan sikap terhadap keputusan pembelian secara parsial. Syarat penerimaan hipotesis yaitu apabila nilai sig. ≤ α = 0,05 maka hipotesis (Ha) diterima, sedangkan apabila sig. > α = 0,05 maka hipotesis (Ha) ditolak. Hasil uji – t dapat dilihat pada tabel 4.15 (Lampiran 8, Uji -t dan sig.): Tabel 4.15 Uji – t Variabel
T hitung
Sig.
Ket.
Motivasi
2,121
0,038
Ha1 diterima
Persepsi
2,735
0,008
Ha2 diterima
Sikap
3,652
0,001
Ha3 diterima
Dependen Variabel : Keputusan Pembelian Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan dari hasil uji – t yang didapat, maka dapat dilakukan pengujian sebagai berikut : 1. Pengaruh MotivasiTerhadap Keputusan Pembelian Nilai uji – t antara motivasi terhadap keputusan pembelian sebesar 2,121 dengan sig. 0,038. Nilai sig. uji – t yang lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan diterimanya hipotesis yang menyatakan motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza 2. Pengaruh Persepsi Terhadap Keputusan Pembelian Nilai uji – t antara persepsi terhadap keputusan pembelian sebesar 2,735 dengan sig. 0,008. Nilai sig. uji – t yang lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan diterimanya hipotesis yang menyatakan persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza. 3. Pengaruh Sikap Terhadap Keputusan Pembelian Nilai uji – t antara sikap terhadap keputusan pembelian sebesar 3,652 dengan sig. 0,001. Nilai sig. uji – t yang lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan diterimanya hipotesis yang menyatakan sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza
b. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi
digunakan
untuk
mengetahui sejauh mana
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Besarnya kemampuan motivasi, persepsi dan sikap dalam menjelaskan keputusan pembelian dapat dilihat pada nilai adjusted r square di tabel 4.16 (Lampiran 8, Adjusted R Square) Tabel 4.16 Koefesien Determinasi b Model Sum m ary
Model 1
R ,929 a
R Square ,862
Adjusted R Square ,855
Std. Error of the Estimate 1,116
a. Predictors: (Constant), Sikap, Motivas i, Pers epsi b. Dependent Variable: Keputus an Pembelian
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Besarnya koefesien determinasi dapat dilihat pada adjusted r square sebesar 0,855, hasil ini mengandung pengertian bahwa kemampuan motivasi, persepsi dan sikap dalam menjelaskan atau mempengaruhi keputusan pembelian Toyota Avanza adalah sebesar 85,5%, sementara 14,5% (100%-85,5%) keputusan pembelian Toyota Avanza di Kota Semarang dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar motivasi, persepsi dan sikap
Pembahasan Penelitian mengenai pengaruh motivasi, persepsi dan sikap terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Kota Semarang, memperoleh hasil-hasil sebagai berikut : 1. Motivasi Berpengaruh Pada Keputusan Pembelian Toyota Avanza Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza, yang dibuktikan dari hasil uji – t sebesar 2,121 dengan sig. 0,038 < α = 0,05. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan Amstrong,2008:172). Adanya motivasi seorang konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk dipengaruhi oleh adanya kebutuhan terhadap produk tersebut atau juga karena nilai atribut produk yang ditawarkan memberi manfaat dan menarik untuk dibeli atau dikonsumsi. Pada penelitian ini rata-rata konsumen menyatakan sedang tentang membutuhkan mobil berkapasitas besar (MPV=Multi Purpose Vehicle), yang artinya kebutuhan terhadap mobil (MPV=Multi Purpose Vehicle) tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Hal ini karena para konsumen juga melakukan berbagai pertimbangan yaitu disesuaikan dengan berbagai kebutuhan seperti kebutuhan keluarga dan kebutuhan pekerjaan. Faktor-faktor tersebut yang nantinya lebih mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian mobil yang memang sesuai kebutuhan. Sementara itu penilaian yang lebih baik diberikan kepada konsumen mengenai ingin mencari kenyamanan Toyota Avanza dengan fasilitas power window, power steering, AC double bower), dimana hal ini tentu menjadi salah satu faktor utama yang ingin didapatkan oleh konsumen. Seperti adanya power window yang merupakan tambahan fasilitas yang bisa memberi kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Sementara adanya power steering akan memberi kemudahan didalam mengendalikan stir (kemudi) dan adanya AC double
bower akan memberikan kesejukan di seluruh bagian dalam mobil. Rata-rata konsumen juga memberi pendapat bahwa dengan memiliki Toyota Avanza akan meningkatkan prestise karena mereknya sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat, sehingga dengan merek terkenal maka akan muncul anggapan bahwa kualitasnya pasti akan bagus. Faktor warna juga menjadi faktor penting karena dapat menambah nilai keindahan bagi suatu mobil sehingga dapat menambah daya tarik konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam hal ini rata-rata konsumen berpendapat bahwa dengan memiliki Toyota Avanza, maka akan memperoleh rasa aman dari kondisi cuaca, baik hujan maupun panas. Secara keseluruhan meski tingkat kebutuhan terhadap mobil MPV termasuk sedang, namun dengan faktor atribut produk Toyota Avanza yang memberi kenyamanan bagi penumpang dan ingin mencari kenyamanan, ingin meningkatkan prestise serta ingin memperoleh rasa aman dari kondisi cuaca, maka hal inilah yang memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian Toyota Avanza. 2. Persepsi Berpengaruh Pada Keputusan Pembelian Toyota Avanza Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza, yang dibuktikan dari hasil uji – t sebesar 2,735 dengan sig. 0,008 < α = 0,05. Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Persepsi yang diberikan konsumen terhadap suatu produk sangat tergantung dari sudut pandang masing-masing konsumen, dimana dalam hal ini faktor pengalaman didalam menggunakan produk yang bersangkutan dan juga beberapa faktor subyektif yaitu rasa suka atau tidak suka terhadap atribut produk yang ditawarkan, akan mengarahkan konsumen untuk membentuk suatu persepsi terhadap suatu produk. Pada penelitian ini rata-rata konsumen yang menjadi responden memberikan persepsi yang sedang terhadap bahan bakar Toyota Avanza hemat diantara mobil kelas MPV merek lain. Dimana hal ini menunjukkan bahwa hemat atau tidaknya bahan bakar dibanding mobil MPV merek lain bersifat relatif atau tergantung dari penggunaan. Dengan mengetahui cara menggunakan mobil yang hemat bahan bakar maka penggunaan bahan bakar akan lebih irit, akan tetapi jika tidak mengetahui cara menghemat bahan bakar maka bahan bakar yang digunakan akan lebih boros dibanding mobil kelas MPV lainnya.
Sementara itu rata-rata konsumen memberikan persepsi yang baik terjadap
Toyota Avanza tangguh (jarang mogok), sehingga tidak harus sering ke bengkel untuk melakukan perbaikan. Hal ini juga akan lebih menghemat pengeluaran konsumen untuk biaya perawatan Toyota Avanza. Rata-rata konsumen juga memberi pendapat bahwa bengkel resmi Toyota Avanza tersebar hampir di seluruh Kota di Indonesia, sehingga dapat memberikan kesan tidak perlu takut bila mobilnya mengalami kerusakan. Rata-rata konsumen juga memiliki pendapat bahwa suku cadang Toyota Avanza disediakan dalam beberapa pilihan kualitas (KWI, KWII, KWIII, KW IV), sehingga konsumen bisa memilih sesuai kebutuhan dan kemampuan untuk melakukan pembelian suku cadang. Secara keseluruhan meski memberikan persepsi yang sedang mengenai penggunaan bahan bakar yang hemat, namun dengan adanya persepsi yang baik terhadap mesin yang tangguh dan juga awet serta memberikan banyak pilihan suku cadang, maka hal inilah yang menumbuhkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian Toyota Avanza. 3. Sikap Berpengaruh Pada Keputusan Pembelian Toyota Avanza Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza, yang dibuktikan dari hasil uji – t sebesar 3,652 dengan sig. 0,001 < 0,05. Menurut Mowen dan Minor (2002:319), sikap adalah inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, obyek, dan ide-ide tidak berwujud tertentu. Sikap konsumen dapat terbentuk dari pandangan masing-masing konsumen terhadap kemampuan produk didalam memberikan berbagai manfaat dan nilai yang dapat memenuhi kebutuhannya dan memuaskan dirinya. Apabila suatu produk mampu memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen maka konsumen akan memiliki sikap yang baik terhadap produk tersebut. Rata-rata konsumen menyatakan Toyota Avanza merupakan salah satu produk yang baik diantara mobil kelas MPV merek lain karena sesuai harapan, yang menunjukkan bahwa atribut produk yang ditawarkan seperti mesin dan berbagai fasilitas yang menunjang kenyamanan dan keamanan didalam berkendara sudah relatif sesuai dengan apa yang menjadi keinginan para konsumen. Rata-rata konsumen menyukai Toyota Avanza karena desainnya menarik (bodi), yang berarti dengan desain yang dimiliki saat ini relatif bisa diterima oleh para konsumen karena memberi kesan simpel namun elegan. Rata-rata konsumen menyukai warna Toyota Avanza (desain warna yang berbeda dengan merek lain), sehingga konsumen bisa melakukan penilaian bahwa desain
warna Toyota Avanza masih lebih menarik dan variatif dibanding mobil MPV merek lainnya. Rata-rata konsumen juga memiliki kepercayaan bahwa Toyota Avanza salah satu merek yang terkenal. Hal ini tidak terlepas dari nama Toyota yang sudah terkenal sebagai produsen mobil-mobil berkualitas dan sudah dikenal di seluruh dunia, sehingga konsumen yakin bahwa Toyota Avanza juga sudah dikenal meski hanya untuk ruang lingkup di Indonesia. Dengan faktor-faktor yang dapat membangun sikap baik terhadap Toyota Avanza, maka hal inilah yang mendorong konsumen melakukan pembelian Toyota Avanza tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai analisis pengaruh pengaruh motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Kota Semarang adalah sebagai berikut : 1. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Semarang, dengan didapat uji – t sebesar 2,121 dengan sig. 0,038 < α = 0,05. Hal ini berarti setiap ada motivasi yang lebih tinggi dari para konsumen akan meningkatkan keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza. 2. Persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Semarang, dengan didapat uji – t sebesar 2,735 dengan sig. 0,008 < α = 0,05. Hal ini berarti setiap ada persepsi yang lebih baik dari para konsumen akan meningkatkan keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza. 3. Sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Semarang, dengan didapat uji – t sebesar 3,652 dengan sig. 0,001 < α = 0,05. Hal ini berarti setiap ada sikap yang lebih baik dari para konsumen akan meningkatkan keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza
5.1
Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang didapat, maka saran yang bisa disampaikan,
yaitu : 1. Agar dapat lebih menimbulkan motivasi konsumen maka perlu melakukan perubahan desain, yaitu membuat desain interior yang lebih luas sehingga memberi kenyamanan
para penumpang ketika berada di dalam mobil Toyota Avanza. Selain itu dengan desain interior yang lebih luas juga akan memuat barang dalam jumlah lebih banyak apabila digunakan untuk memuat barang. Dengan lebih memberikan nilai kenyamanan dan nilai manfaat maka akan dapat menumbuhkan keinginan konsumen terhadap Toyota Avanza sebagai mobil multiguna. 2. Agar dapat meningkatkan persepsi yang baik mengenai Toyota Avanza maka sangat penting bagi dealer atau produsen untuk memberikan tips-tips kepada konsumen tentang bagaimana cara mengemudi yang bisa hemat bakar seperti cara mengemudi yang benar sesuai dengan tenaga yang dihasilkan mesin (max output 63 kw @ 6000 rpm dan max torque 117 nm @ 3200 rpm). Dengan tips-tips yang berguna akan membuat konsumen mengetahui cara mengemudi secara baik dengan benar sehingga dapat menumbuhkan persepsi yang lebih baik terhadap Toyota Avanza. 3. Sikap yang diberikan konsumen terhadap Toyota Avanza sudah baik namun perlu dipertahankan dan ditingkatkan, salah satu caranya yaitu membuat berbagai desain warna yang menarik. Meski saat ini warna yang ditawarkan sudah bervariatif namun perlu juga dibuat variasi lain seperti melakukan kombinasi warna dan menggunakan stripping warna, sehingga dengan desain warna yang lebih menarik akan lebih menumbuhkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian Toyota Avanza.
\
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2009. Mobil MPV Tetap Kuasai Pasar. http://www.bisnis.com/articles/mobilmpv-tetap-kuasai-pasar. Diakses tanggal 3 November 2009. Anonym.2009. Merek-Merek Puncak Kategori Mobil MPV. http://www.Marketing.2009/. Diakses tanggal 3 November 2009. Cannon, Joseph P., William D. Perreault Jr. dan Jerome McCarthy. 2008. Alih Bahasa : Diana Angelica dan Ria Cahyani. Pemasaran Dasar-Dasar : Pendekatan Manajerial Global. Buku 2. Edisi 16. Salemba Empat. Jakarta. Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 2000. Statistik Induktif. Edisi Keempat. Cetakan Kelima. BPFE. Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hair, Joseph, dkk. 1995. Multivariate Data Analysis, New Jersey : Pearson Education , Inc. Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah Dan Pengalaman – Pengalaman. Edisi 2004/2005. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta. Kotler, Philip. Alih Bahasa : Benyamin Molan. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1. PT. Intan Sejatei Klaten. Jakarta. Kotler, Philip. Alih Bahasa : Benyamin Molan. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 2. PT. Intan Sejatei Klaten. Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Alih Bahasa : Benyamin Molan. Manajemen Pemasaran. Edisi Keduabelas. Jilid 1. Cetakan Keempat. PT. Indeks. Jakarta. Mas’ud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis Organisasional : Konsep dan Aplikasi. Badan Peneribit UNDIP. Semarang. Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid I. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Nurgiyantoro, Burhan. Gunawan dan Marzuki. 2004. Statistik Terapan : Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Cetakan Ketiga (Revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business (Metodologi Penelitian untuk Bisnis). Buku 1. Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta. Sigit, Murwanto. 2006. Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Niat Beli Mahasiswa Sebagai Konsumen Potensial Produk Pasta Gigi Close Up. Jurnal
Strategi Bisnis. Vol. 11. No.1. April. Hal. 81 – 91. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. CV Alfabeta. Bandung. Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama. UII Press. Yogyakarta. Supriyanto dan Bayu Tri Kristianto. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Melakukan Pembelian Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK) (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang). Jurnal Eksekutif. Volume 1. Nomor 1. April. Universitas Negeri Malang. Malang. Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian : Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Baru Cetakan Ketujuh. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Wahyuni, Dewi Urip. 2008. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek ”Honda” di Kawasan Surabaya Barat. Jurnal Ekonomi Manajemen. Hal. 30 – 37. STIE Fatahillah Surabaya. Surabaya