PENGARUH MODAL KERJA DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Jurnal Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
RUDY NOVRYANTO NIM 11.151.071
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG 2015
PENGARUH MODAL KERJA DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh: Rudy Hartono, Dr. Hardiyansyah, M.Si., Fitriasuri, S.E., M.M. NIM 11.151.071
ABSTRAK Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja. Permasalahan dalam penelitian ini apakah terdapat pengaruh antara modal kerja dan perputaran modal kerja secara bersama-sama terhadap profitabilitas perusahaan terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas. Hal ini dibuktikan dengan nilai F rasio untuk model regresi adalah 30,662 dengan signifikansi F sebesar 0,000 < dari pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Hasil koefisien determinasi diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,65 atau 65%. Hasil penelitian ini berarti bahwa 65% variasi variabel terikat yaitu profitabilitas dipengaruhi oleh variasi variabel, sedangkan sisanya 35% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model tersebut. Kata Kunci: modal kerja, perputaran modal kerja, profitabilitas
ABSTRACT Any activity undertaken by the company are always in need of funds, both to finance the daily operations and to finance long-term investments. Funds are used to carry out activities of daily operations called working capital. Problems in this study whether there is influence between working capital and working capital turnover together on the profitability of companies listed on the Stock Exchange. Based on the results of this research is that there are significant jointly between working capital and working capital turnover on profitability. This is evidenced by the value of the F ratio for the regression model was 30.662 with a significant F 0,000
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya. Dimana uang atau dana dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Modal kerja yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Modal kerja ini akan terus berputar setiap periodenya di dalam perusahaan (Riyanto, 2007 : 57). Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau pimpinan perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang. Efisiensi modal kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan perusahaan, dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Sebaliknya jika modal kerja terlalu besar dari yang dibutuhkan perusahaan maka akan mengakibatkan banyak modal atau dana-dana yang menganggur. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perusahaan tidak efisien dalam penggunaan dananya (Rahma, 2011 : 3). Selain modal kerja, perputaran modal kerja juga mempengaruhi keuntungan yang diperoleh oleh setiap perusahaan. Kegagalan atau keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengolah modal kerja sangat berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengolah modal kerja dapat dilihat antara lain berdasarkan peningkatan perputaran modal kerja, yang menunjukan bahwa perusahaan semakin efektif dalam menggunakan modal kerjanya. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2010 : 197). Profitabilitas dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva (return on investment). Dengan kata lain, rasio profitabilitas menggambarkan efisiensi usaha perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan lebih efisien menggunakan modalnya dari pada perusahaan lain apabila mampu menunjukkan rasio profitabilitas yang tinggi. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Selain itu, penelitian ini
1
mencoba untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap profitabilitas perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui kebijakan yang harus diambil untuk kelangsungan usaha. 1.2 Masalah Penelitian 1. Apakah terdapat pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah terdapat pengaruh antara modal kerja dan perputaran modal kerja secara bersama-sama terhadap profitabilitas perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan Menambah pengetahuan pihak manajemen perusahaan mengenai besarnya pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas, sehingga diharapkan membantu pihak manajemen dalam pengelolaan modal kerja untuk memaksimalkan profitabilitas. b. Bagi Peneliti Diharapkan dapat diperoleh pemahaman lebih mendalam
mengenai bagaimana pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas suatu perusahaan. c. Bagi Peneliti Lanjutan Dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan agar dapat berguna bagi mereka yang memerlukan terutama rekan-rekan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian sejenis dengan menambah variabel-variabel yang berbeda. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modal Kerja Menurut kamus manajemen keuangan ”Modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, untuk membiayai kegiatan usaha.” Brigham dan Houston (2011:255) mendefinisikan ”modal kerja sebagai investasi perusahaan seperti kas, sekuritas, piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja kotor (working capital) adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha. Modal kerja bersih (net working capital) adalah akiva lancar dikurangi kewajiban lancar.” Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai kapasitas produktif perusahaan yang didasarkan pada, misalnya, unit output per hari”. Modal kerja bersih didefinisikan sebagian aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jadi, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang usaha dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Jumlah ini disebut modal kerja bersih (net
2
working capital). Secara lebih luas, manajemen modal kerja mencakup semua aspek pengelolaan, baik aktiva lancar maupun kewajiban lancar. Peningkatan penjualan juga membutuhkan penambahan persediaan, dan mungkin juga tambahan kas. Semua kebutuhan tersebut memerlukan pembiayaan (financing), dan karena hubungannya langsung dengan volume penjualan, manajer keuangan perlu mengikuti perkembangan modal kerja perusahaan. Kenaikan penjualan yang kontinyu membutuhkan penambahan aktiva tetap, yang juga memerlukan pembiayaan. 2.1.2 Kebutuhan Modal Kerja Ke-4 faktor umum tersebut adalah : 1. Volume penjualan Perusahaan membiayai modal kerja ntuk mendukung penjualan untuk menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya. 2. Faktor musiman Fluktuasi musiman akan permintaan produk atau jasa mereka. Variasi penjualan akan berdampak pada tingkat modal kerja variabel. 3. Perkembangan Teknologi Perubahan pada teknologi, yang tentu saja berdampak pada proses produksi, dapat mempunyai pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja. 4. Filosofi perusahaan Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman. Ke-5 faktor khusus tersebut adalah : 1. Ukuran perusahaan Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding total aktiva atau penjualan. 2. Aktivitas perusahaan Keadaan bisnis berdampak pada tingkat modal kerja. Sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang usaha. 3. Ketersediaan Kredit Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. 4. Perilaku menghadapi keuntungan Suatu jumlah yang relatif besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan. 5. Perilaku menghadapi resiko Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas menyediakan keamanan dalam membayar tagiahan. Persediaan memberikan resiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual. 2.3 Perputaran Modal Kerja Perputaran modal kerja atau working capital turn over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode teretentu. Atinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode (Kasmir, 2010:182). Untuk mengukur rasio ini, kita membandingakan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Rumus yang digunakan untuk
3
mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut. Perputaran Modal Kerja = Penjualan Bersih Rata - Rata Modal Kerja Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja tahun pertama dan modal kerja tahun keduia kemudian dibagi dua. 2.4 Profitabilitas Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antarperusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang. Setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas yang diperolehnya. Pengukuran terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas dinilai sangat penting, karena untuk melangsungkan hidupnya suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para direktur, pemilik perusahaan dan yang paling utama pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Beberapa pengertian tentang profitabilitas.
Menurut Munawir (2010:33)” Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu”. Menurut Sartono (2009:122).“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.” Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Menurut Fahmi (2006:56) “diantara tujuan perusahaan profitabilitas merupakan tujuan perusahaan yang bersifat ekonomis dan karenanya bias dijadikan alat ukur kinerja perusahaan”. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Terdapat beberapa rasio untuk mengukur profitabilitas, tetapi dalam skripsi ini penulis hanya akan membahas satu rasio profitabilitas, yaitu Return On Equity (ROE). Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim residual (sisa) atas
4
keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang, kemudian diberikan kepada pemegang saham. Menurut Sartono (2009:124) “Return On Equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.” Adapun rasio profitabilitas (profitability ratio) terdiri dari: 1. Gross Profit Margin 2. Operating Profit Margin 3. Pretax Profit Margin 4. Net Profit Margin 5. Return on Assets 6. Return on Equity 2.5
Hubungan Antara Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja dengan Profitabilitas 2.5.1 Hubungan Antara Modal Kerja dengan Profitabilitas Modal kerja dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik. Modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaranpengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan
karena di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Modal kerja (working capital) didefinisikan sebagai modal yang digunakan untuk membiayai oprasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja yang cukup lebih baik daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif. Hal tersebut akan berdampak terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas. Begitu juga sebaliknya modal kerja yang kurang dari cukup akan dapat menjadi penyebab kemunduran atau bahkan kegagalan suatu perusahaan dan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. 2.5.2 Hubungan Antara Perputaran Modal Kerja dengan Profitabilitas Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi akan menyenangkan kreditor jangka pendek. Mereka akan memperoleh kepastian bahwa modal kerja berputar dengan keceptan tinggi dan utang akan segera dapat dibayar meski dalam kondisi operasi yang sulit sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki profitabilitas tinggi artinya bahwa modal yang besar, efektivitas juga akan tinggi. Tetapi modal yang besar belum tentu perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi. Hal ini tergantung dari penggunaan penggunaan modal kerja apakah efektif dan efisien atau tidak. Modal
5
kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi arus dana dalam perusahaan. Apabila perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, berarti arus dana yang kembali keperusahaan akan semakin lancar. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja, semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal kerja kurang efektif dan efisien dan cenderung menurunkan profitabilitasnya. 2.6 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2012:57), “Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya”. Dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis yang dikemukakan nantinya bukanlah suatu jawaban yang benar secara mutlak, tetapi dipakai sebagai jalan untuk mengatasi permasalahan yang ada dan masih harus dibuktikan kebenarannya.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Data Variabel Definisi No Skala Kerja Modal kerja Rasio 1 Modal (Variabel sebagai investasi X1/ Independent)
2
Perputaran Modal Kerja (Variabel X2/ Independent)
3
Profitabilitas (Variabel Y/ dependent)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2009-2013. 3.2 Variabel Penelitian a. Variabel Bebas (independent) atau variabel X adalah Modal Kerja (X1) dan Perputaran Modal Kerja (X2). b. Variabel terikat (dependent) atau variabel Y adalah Ptofitabilitas 3.3 Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
perusahaan seperti kas, sekuritas, piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja kotor (working capital) adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha. Modal kerja bersih (net working capital) adalah akiva lancar dikurangi kewajiban lancar (Brigham dan Houston, 2011). Perputaran modal kerja atau working capital turn over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode teretentu. Atinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode (Kasmir, 2010:182). Kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33).
Indikator Working Capital
Rasio
Working Capital Turnover
Rasio
Return On Equity (ROE)
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2012:115), populasi adalah wilayah generilasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
6
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. Untuk lebih jelasnya, populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Populasi Penelitian No Nama Kode Perusahaan Perusahaan 1 PT Astra Agro AALI Lestari Tbk. 2 PT BW BWPT Plantation Tbk. 3 PT Gozco GZCO Plantations Tbk. 4 PT Jaya Agra JAWA Wattie Tbk. 5 PT Perusahaan LSIP Perkebunan London Sumatra Tbk. 6 PT Provident PALM Agro Tbk. 7 PT Sampoerna SGRO Agro Tbk. 8 PT Salim Ivomas SIMP Pratama Tbk. 9 PT Sinar Mas SMAR Agro Resources and Technology Tbk. 10 PT Tunas Baru TBLA Lampung Tbk. 11 PT Bakrie UNSP Sumatera Plantations Tbk. Sumber: BEI, 2014 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perusahaan
yang terdaftar di BEI bidang perkebunan ada 11 perusahaan. 3.4.2 Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2012:116), sampel adalah bagian suatu subjek atau objek yang mewakili populasi. Menurut Arikunto (2010.134), dalam pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100 sebaiknya menggunakan penelitian populasi akan tetapi jika subjeknya besar dapat diambil kesimpulan sampel 10% – 15% atau 20% – 25%. Dalam penelitian ini, jumlah populasi kurang dari 100, maka sampel diambil dari seluruh jumlah populasi. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini sebanyak 11 perusahaan. 3.5 Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2012:6), metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciriciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa pengaruh antara tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (independent) atau variabel X1 adalah modal kerja, variabel X2 adalah perputaran modal kerja dan variabel terikat (dependent) atau variabel Y adalah profitabilitas. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara (Sugiyono, 2012): a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan digunakan untuk mengaitkan hasil yang
7
diperoleh dengan teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. b. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan berupa laporan laba/rugi tahun 2009-2013. 3.7 Teknik Analisis Data Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung Working Capital menggunakan rumus: Working Capital = total aktiva lancar - total utang lancar 2. Menghitung perputaran modal kerja menggunakan rumus: Working Capital Turnover = Penjualan Bersih Rata - Rata Modal Kerja 3. Menghitung Return on Equity menggunakan rumus: Selanjutnya melakukan analisis data menggunakan regresi linear berganda, melakukan analisis korelasi, dan melakukan pengujian hipotesis yang dijelaskan berikut ini. 3.7.1 Uji Prasyarat Analisis Uji asumsi sederhana meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji linieritas dan uji multikolinieritas. 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data merupakan persyaratan dalam penggunaan statistik parametris, maka kenormalan data harus diuji dahulu, bila tidak normal maka statistik parametris tidak dapat digunakan (Sugiyono, 2012: 73). Untuk uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Uji normalitas dengan normal PPlot. Normalitas data dalam penelitian dapat pula dilihat dengan cara
memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized residual dari variabel terikat. Persyaratan uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Heterokedastisitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaknyamanan variance dari residual pengamatan 1 ke pengamatan yang lain tetap. Hal seperti itu juga disebut sebagai homokedastisitas dan dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas,dapat menggunakan metode grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Kemudian deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah diolah. Dasar dari analisa grafik adalah jika ada pola tertentu (seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka diindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
8
menyebar diatas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 3. Uji Linieritas Persyaratan analisis yang ketiga adalah uji linieritas. Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. 3.7.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi diperlukan adanya korelasi antar variabel bebas penelitian. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Ada tidaknya korelasi antar variabel tersebut dapat dideteksi dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF). Apakah nilai VIF<10 maka dinyatakan tidak ada korelasi sempurna antar variabel bebas dan sebaliknya. 2. Uji Heterokesdatisitas Pengujian heterokedatisitas bertujuan untuk rnengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual pengamatan ke pengamatan yang lain dengan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika ada data yang membentuk pola tertentu,
seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyernpit) maka telah terjadi heterokedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 3. Uji Hipotesis Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel yang diketahui (Ghozali, 2006). Menurut Ghozali (2006) ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistic apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H₀ ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H₀ diterima. 1. Nilai t Nilai t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya adalah: a. Jika nilai t-hitung < t-tabel, maka variabel independen secara individual tidak
9
berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis ditolak), b. Jika nilai t-hitung > t-tabel, maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis diterima). Nilai t dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t masing-masing variabel pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,1 (α = 10%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan), yang berarti secara individual variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan), berarti secara individual variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Nilai F Nilai F dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan fit. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. Jika nilai F-hitung < F-tabel, maka model regresi tidak fit (hipotesis ditolak). b. Jika nilai F-hitung > F-tabel, maka model regresi fit (hipotesis diterima). Nilai F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (=5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari maka hipotesis ditolak,
yang berarti model regresi tidak fit. Jika nilai signifikan lebih kecil dari maka hipotesis diterima, yang berarti bahwa model regresi fit. 3. Koefisien Determinasi (Nilai R2) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
10
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Modal Kerja (MK) Terhadap Profitabilitas Semakin besar jumlah MK, maka semakin besar kebutuhan perusahaan akan pendanaan eksternal. Semakin besar investasi yang dilakukan perusahaan semakin besar pula biaya yang diperlukan. Hal ini akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil jumlah MK, maka semakin kecil kebutuhan perusahaan akan pendanaan eksternal dan semakin kecil pula biaya yang diperlukan. Dengan demikian akan meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan. Jadi hubungan MK dengan tingkat profitabilitas berbanding terbalik. Hal ini juga terbukti melalui penelitian yang dilakukan oleh Lazaridis dan Tryfonidis (2006) yang menunjukkan bahwa hubungan MK terhadap profitabilitas yang diukur dengan GOP adalah sangat signifikan secara statistis. Sejalan, dengan Lazaridis dan Tryfonidis, penelitian yang dilakukan oleh Garcia-Terul dan Martinez-Solano (2007) menunjukkan bahwa dengan memperpendek MK akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hasil pengujian hipotesis ini diperoleh bahwa modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Pembuktian variabel ini berpengaruh signifikan ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,004 sehingga berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 (satu) dalam studi ini yang menyatakan bahwa rasio modal kerja berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia tahun 2009–2013 terbukti kebenaranya dengan arah yang berlawanan. Secara empiris hasil penelitian ini menyebutkan bahwa modal kerja berpengaruh positif signifikan dikarenakan kondisi pinjaman pada struktur hutang masih bisa mendukung tercapainya profitabilitas. Hal ini mengindikasikan bahwa, penggunaan kredit dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menjalankan investasinya guna meningkatkan profitabilitas. Perusahaan yang memiliki struktur hutang yang tinggi terbukti memiliki kinerja baik yang dapat memberikan sinyal kepada calon investor berupa tingkat hutang yang tinggi pada struktur modalnya (Riyanto, 2011). Perusahaan yang kurang baik kinerjanya tidak berani memakai hutang dalam jumlah besar, apabila dilakukan akan menyebabkan kepailitan. Pada penelitian ini perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai struktur hutang yang tinggi jika memiliki nilai di atas rata-rata hitung (mean) sebesar 48,39, dan perusahaan yang mempunyai struktur hutang rendah jika memiliki nilai dibawah rata-rata hitung (SH tinggi > 48,39 dan SH rendah < 48,39). Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan bahwa jangan melakukan hutang baru jika tidak menghasilkan tambahan laba (Wiesmayani, 2012:93). Jika proporsi hutang rendah maka akan menurunkan kepercayaan kreditur terhadap perusahaan karena sedikitnya dana yang tersedia untuk menjalankan operasi perusahaan dan menurunkan penjualan serta
11
terhambatnya pembayaran hutanghutang yang akan jatuh tempo yang dapat menurunkan profitabilitas. Bukti empiris juga menunjukkan bahwa perusahaan dengan modal kerja tinggi mampu menghasilkan profitabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan modal kerja yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan modal kerja tinggi adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dan terlihat mampu meningkatkan profitabilitas. Kondisi tersebut menyebabkan penilaian investor bahwa jika ingin peningkatan profitabilitas akan memilih modal kerja yang tinggi sedangkan investor yang tidak ingin dibebankan dengan biaya bunga dan menginginkan tingkat risiko yang kecil akan memilih perusahaan dengan modal kerja yang rendah. Hal tersebut yang menyebabkan modal kerja memiliki pengaruh posisif signifikan terhadap profitabilitas. 4.2.2 Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Modal kerja selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan yang bersangkutan masih beroperasi atau menjalankan usahanya. Perputaran modal kerja (working capital turnover) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan sebagai komponen modal kerja perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sampai saat terjadi penjualan dan menghasilkan kas untuk diinvestasikan kembali sebagai modal kerja. Makin pendek
periode perputaran modal kerja berarti makin cepat pula modal kerja suatu perusahaan berputar. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Pembuktian bahwa variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,00 sehingga dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 (dua) dalam studi ini terbukti kebenarannya yang menyatakan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Hasil studi ini secara empiris, memberi arti bahwa semakin cepat perputaran modal kerja maka semakin banyak penjualan yang berhasil dilakukan dan semakin besar keuntungan yang dapat diraih perusahaan sehingga dapat meningkatkan profitabilitas. Perputaran modal kerja untuk mengukur berapa kali modal kerja tersebut berputar dalam satu periode, karena sangat berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas. Pengaruh perputaran modal kerja yang signifikan mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio perputaran modal kerja semakin tinggi profitabilitas perusahaan yang akan meningkatkan nilai saham. Pada penelitian ini perusahaan perkebunan rata-rata memiliki perputaran modal kerja yang tinggi sehingga memiliki hubungan yang positif terhadap profitabilitas. Semakin tinggi tingkat perputaran tersebut semakin efektif penggunaan modal kerja. Hal
12
tersebut menunjukkan banyaknya penjualan yang diperoleh perusahaan. Penjualan yang tinggi meningkatkan profitabilitas perusahaan sebaliknya tingkat perputaran yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja. Penggunaan modal kerja yang tidak efektif menurunkan profitabilitas perusahaan. Secara teoritis, Riyanto (2011:29) menyebutkan bahwa tingkat perputaran modal kerja menunjukkan efektifitas penggunaan modal kerja dalam perusahaan karena semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja semakin efektif penggunaan modal kerja. Perputaran modal kerja juga menunjukkan banyaknya jumlah penjualan yang berhasil dilakukan perusahaan untuk setiap modal kerja yang digunakan. Hasil studi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singagerda (2004:53), Estiasih (2005:71) dan Nurcahyo (2009:16), menunjukkan hasil bahwa perputaran modal kerja (working capital turnover) berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROE). Sedangkan menurut Narware (2001:49), perputaran modal kerja berpengaruh negatif terhadap ROE. 4.2.3 Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pengaruh secara serempak antara variabel bebas dan variabel terikat memberikan informasi yang kuat yaitu dibuktikan dengan koefisien determinasi (Adjusted R2). Koefisien determinasi (Adjusted R2) pada intinya menerangkan sebanyak mungkin variasi dalam variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas dalam model. Suatu model dikatakan baik jika diukur dengan
menggunakan nilai Adjusted R2 yang setinggi mungkin. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen (variabel bebas) dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2007:46). Hasil koefisien determinasi diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,65 atau 65%. Hasil penelitian ini berarti bahwa 65% variasi variabel terikat yaitu profitabilitas dipengaruhi oleh variasi variabel bebas, sedangkan sisanya 35% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model tersebut. Pembahasan berdasarkan perhitungan analisis dapat dinyatakan bahwa pengaruh kebijakan modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013 adalah signifikan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa kebijakan modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan terbukti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pembuktian untuk mengetahui pengaruh secara serempak antara variabel independen terhadap variabel dependen adalah dengan analisis uji F dengan derajat signifikansi 5% atau 0,05. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara simultan (bersama-sama). Hasil analisis menunjukkan nilai F rasio untuk model regresi adalah 30,662 dengan signifikansi F
13
sebesar 0,000 < dari pada taraf signifikansi 5% atau 0,05 artinya, bahwa secara serempak variabel bebas (modal kerja dan perputaran modal kerja) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terbukti kebenarannya. Hasil uji asumsi klasik juga membuktikan bahwa model regresi memenuhi persyaratan karena terbukti data-data yang digunakan dalam analisis berdistribusi normal dan tidak terjadi gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi (hasil pada pembahasan uji asumsi klasik). Berdasarkan analisis penelitian ini maka yang berpengaruh secara nyata terhadap profitabilitas yaitu modal kerja (X1) berpengaruh positif signifikan dan perputaran modal kerja (X2) berpengaruh positif signifikan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Raheman dan Nasr (2007:6) bahwa secara simultan kebijakan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hal tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanun (2008:17), Nugraha (2009:76), Nurak (2001:61), dan Weny dan Murtanto (2001:1) menyatakan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Terdapat pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas, dimana peningkatan modal kerja yang berupa peningkatan jumlah pinjaman yang dipakai untuk
membiayai operasional perusahaan menyebabkan peningkatan profitabilitas. Hal ini ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,004. 2. Terdapat pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas, dimana kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan semakin banyak yang akan menyebabkan profitabilitas perusahaan meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,00. 3. Secara simultan, terdapat pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas. Hal ini dibuktikan dengan nilai F rasio untuk model regresi adalah 30,662 dengan signifikansi F sebesar 0,000 < dari pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Hasil koefisien determinasi diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,65 atau 65%. Hasil penelitian ini berarti bahwa 65% variasi variabel terikat yaitu profitabilitas dipengaruhi oleh variasi variabel bebas, sedangkan sisanya 35% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model tersebut. 5.2 Saran 1. Para investor dan calon investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia hendaknya memperhatikan kebijakan modal kerja yang mempengaruhi profitabilitas secara signifikan. 2. Manajemen perusahaan sebaiknya memperhatikan kebijakan modal kerja untuk meningkatkan operasional
14
perusahaan dalam memaksimalkan profitabilitas perusahaan. 3. Bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian yang sejenis di sarankan untuk menambahkan rasio-rasio keuangan lainnya seperti leverage ratio yaitu untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan hutang yang dipinjam sehingga manajemen bisa mengambil kebijakan modal kerja sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan serta likuiditas tetap terjaga dan profitabilitas dapat ditingkatkan, activity ratio yaitu untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktiva yang dimiliki dan memasukkan unsur cash convertion cycle sebagai unsur evaluasi dan analisis komponen individual unsur– unsur pembelanjaan, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tepat, akurat dan dapat memberikan gambaran apakah hasil yang diperoleh konsisten dengan penelitian-penelitian terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Brigham and Houston. 2011. DasarDasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Dermawan, S. 2007. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Fahmi,
Irham. 2006. Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi dan Politik. Bandung : PT. Refika Aditama. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-5. Yogyakarta: Liberty bekerjasama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Rahma, Aulia. 2011. Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan ( Studi pada Peruahaan Manufaktur PMA dan PMDN Yang Terdaftar di BEI Periode 2004 sampai 2008). Skripsi. Riyanto, Bambang. 2007. DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan. Yoyakarta: BPFE. R.rr Ken Berlian Kautsari. 2012. Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Sartono, Agus. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Sawir, Agnes. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Singgih, S. 2009. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS. Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
15
Yoyon Supriyadi dan Fani Fazriani. 2011. Pengaruh Modal Kerja terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas (Studi Kasus pada PT Timah, Tbk dan PT Antam, Tbk). Skripsi. Yuni Sartika Sitorus. 2012. Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate di BEI tahun 20062011). Skripsi.
16