FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 76-81
76
Pengaruh Komposisi Dewan Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Aditha Nathania Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] Abstrak—Sistem tata kelola perusahaan yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dalam sistem tata kelola perusahaan, komposisi dewan perusahaan menjadi salah satu perhatian utama. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh pada komposisi dewan perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan, baik secara serempak maupun parsial. Komposisi dewan perusahaan diwakili oleh tiga indikator utama yaitu, Independent Commissioner, Board Size, dan Female Director. Sementara, profitabilitas akan diukur menggunakan indikator Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Regresi Linier Berganda untuk dapat menghasilkan penelitian yang valid dan konsisten. Menggunakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012 sebagai sampel, penelitian ini menemukan bahwa komposisi dewan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ROA dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Kata Kunci—Independent Commissioner, Board Size, Female Director, Profitabilitas Abstract—Good corporate governance will affect the performance of the company. Within corporate governance system, the composition of board is one of the main concerns. The purpose of this research is to examine the extent to which board composition affects firm’s profitability both entirely and partially. Board composition is represented by tree main indicators: Independent Commissioner, Board Size, and Female Director. In addition, the firm’s profitability is measured with the indicators such as Return On Asset (ROA) and Return On Equity (ROE). Furthermore, to control the issues in this research the author used Multiple Linear Regressions to produce valid and consistent result. Sample of companies listed during 2008-2012 at Indonesian Stock Exchange were selected. The result shows that board composition has significant influence on ROA and insignificant influence on ROE. Keywords—Independent Commissioner, Board Size, Female Director, Profitability
1. PENDAHULUAN Setiap perusahaan membutuhkan sistem pengelolaan yang baik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan meliputi penentuan strategi dan kebijakan, baik dalam hal finansial maupun non finansial. Dalam sistem pengelolaan perusahaan yang baik, dewan direksi dan komisaris memilki peranan yang penting. Menurut Meier (2005), tata kelola perusahaan yang baik akan memberikan dorongan kepada dewan dan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan, yang merupakan kepentingan perusahaan dan para pemegang sahamnya. Secara umum, dewan perusahaan dibagi menjadi dua yaitu, dewan komisaris termasuk di dalamnya dewan
komisaris independen (independent commissioner) dan dewan direksi. Dewan komisaris bertanggung jawab dan memiliki wewenang terhadap dewan direksi serta memberikan saran bila diperlukan. Dewan direksi memiliki kewajiban mengatur perusahaan secara keseluruhan. Salah satu hal yang menjadi fokus dalam Corporate Governance adalah management diversity, contohnya adalah komposisi yang heterogen antara dalam dewan perusahaan. Proporsi jumlah wanita pada posisi top management perusahaan masih sangat kecil jumlahnya, walaupun pada beberapa negara di US dan Eropa jumlah tersebut sudah lebih meningkat (Bantel & Jackson, 1989 ; Murray, 1989). Faktor lain yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah struktur kepemimpinan dewan perusahaan adalah proporsi jumlah Independent Commisioner. Agency theory menyatakan bahwa dewan direksi yang berasal dari luar berada di posisi yang lebih baik melakukan kontrol atas kepentingan manajerial (Dalton & Kesner, 1987 ; Fama, 1980). Komposisi jumlah dewan perusahaan juga dianggap sebagai faktor penting yang dapat menentukan sebuah perusahaan menjadi efektif atau tidak (Dalton, Daily, Johnson & Ellstrand, 1999 ; Pearce & Zahra, 1992). Menurut Jensen (1993), keanggotaan dewan perusahaan sebaiknya berjumlah maksimal tujuh atau delapan orang agar dapat berfungsi secara efektif karena dewan dengan jumlah anggota yang lebih sedikit cenderung untuk memiliki pilihan yang sama terhadap keputusan tertentu (Lange et al., 2000). Di Asia, termasuk Indonesia, corporate governance mulai banyak diperbincangkan pada pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda (Indaryanto, 2004). Walaupun Indonesia telah mengenal sistem corporate governance, namun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh Indonesia. Di Indonesia, sesuai dengan Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) No.Kep-315/BEJ/06/2000, peraturan tersebut mewajibkan setiap emiten mempunyai komisaris independen yang dipilih oleh pemegang saham bukan pengendali dalam RUPS. Namun dalam prakteknya, hal tersebut belum efektif sesuai dengan yang diharapkan karena seringkali usulan nama komisaris independen juga didominasi oleh usulan pemegang saham mayoritas. Kesalahan dalam pemilihan direksi dan dewan komisaris akan berdampak terhadap kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk meneliti lebih dalam tentang pengaruh komposisi dewan perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan.
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 76-81 2. TEORI PENUNJANG Komisaris Menurut pasal 1 nomor 6 UUPT, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/ atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat pada Direksi. Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih. Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris. Komisaris Independen (Independent Commissioner) Menurut Subarto Zaini (2002), secara teori komisaris bersifat independen dalam pengertian tidak terlibat dengan pengurusan perusahaan. Bursa Efek Jakarta (BEJ) melalui Keputusan Direksi BEJ tanggal 30 Juni 2000 mensyaratkan perusahaan-perusahaan yang listing di BEJ harus memiliki Komisaris Independen dengan komposisi 30% dari jumlah Komisaris keseluruhan di dalam perusahaan. Direksi Menurut pasal 1 nomor 5 UUPT, direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Tugas direksi adalah menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Direksi perseroan terdiri atas satu orang anggota direksi atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/ atau mengelola dana masyarakat mengelola dana masyarakat, wajib memiliki paling sedikit dua orang anggota direksi. Board Size CEO akan lebih sulit dalam memimpin dan mengendalikan dewan seiring dengan bertambahnya jumlah dewan di atas 10 anggota. Kesempatan bagi setiap individu dalam dewan untuk memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan menjadi lebih terbatas dan setiap pertemuan yang dilakukan akan menjadi lebih tidak terkendali (Harper, 2007). Walaupun, dengan jumlah keanggotaan dewan yang lebih banyak dapat meningkatkan jumlah variasi keahlian dan kemampuan dewan(Goodstein, Gautam & Boeker, 1994), seringkali mereka akan lebih sulit untuk melakukan koordinasi karena jumlah interaksi yang lebih banyak diantara para anggota (Forbes & Millike, 1999). Female Directors Pada abad ke 21 ini, variasi jenis kelamin dewan direksi dan dewan komisaris dalam perusahaan-perusahaan besar semakin berkembang ditandai dengan lebih banyaknya jumlah wanita yang berperan dalam perusahaan dengan latar belakang etnis, suku, dan gaya hidup yang berbeda-beda (Langdon, McMenamin & Krolik, 2002). Penelitian yang setuju dengan adanya diversity dalam perusahaan mengatakan bahwa dewan direksi dan komisaris perusahaan yang heterogen akan mampu untuk membuat keputusan berdasarkan evaluasi dari beberapa alternatif
77 dibandingkan dengan dewan direksi yang lebih homogen. Direktur wanita memiliki pengalaman kerja yang berbeda dibandingkan dengan direktur laki-laki. Direktur wanita memiliki pemahaman yang lebih baik atas segmen pasar perusahaan dibandingkan laki-laki dan hal ini dapat mengembangkan kualitas dalam proses pengambilan keputusan perusahaan (Singh & Vinnicombe, 2004). Management diversity menjadi hal yang penting untuk diperhatikan berkaitan dengan corporate governance di Indonesia karena masih adanya anggapan bahwa pria lebih layak untuk menduduki jabatan penting dalam perusahaan. Data statistik Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan bahwa jumlah penduduk wanita yang bekerja pada tahun 2008 sebesar37,9 % dari total 104,49 juta jiwa, pada tahun 2009 sebesar 38,23% dari total 104,49 juta jiwa, dan pada tahun 2010 sebesar 38,58% dari total 107,41 juta jiwa. Walaupun jumlahnya terus meningkat, namun proporsi jumlah wanita dalam dunia kerja masih jauh dibandingkan dengan proporsi jumlah laki-laki (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2012, para. 1). Profitabilitas Return On Asset (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan alat untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. ROA merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan. (Munawir, 2002:269). Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Agus Sartono, 2008). ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Hubungan Antara Independent Commissioner dan Profitabilitas Perusahaan Wagner, Stimpert & Furbara (1998) menemukan dalam penelitiannya bahwa kehadiran independent commissioner berkaitan dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Selain itu Brown & Caylor (2004) juga menemukan bahwa perusahaan dengan independent commissioner mempunyai ROE, profit margin, dan dividend yield yang lebih tinggi. Beberapa penelitian menemukan bahwa banyaknya proporsi jumlah dewan independen dalam perusahaan memberi efek yang positif. Dendi Ramdani & Arjen van Witteloostuijn (2009) menemukan hasil yang signifikan antara independent commissioner dan kinerja perusahaan yang diwakili oleh ROA. Sementara itu Mizruchi (1982) menemukan bahwa dewan yang efektif, memiliki proporsi jumlah anggota independen yang besar. Alasan utama mengapa independent commissioner memberikan efek yang positif kepada perusahaan adalah dewan independen memberikan perspektif yang variatif yang mampu meningkatkan potensi lingkungan kerja dan solusi yang lebih kreatif dalam menghadapi masalah di dalam perusahaan (Milliken & Martins, 1996). Selain itu, dewan
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 76-81 independen memberikan keseimbangan terhadap kekuatan dalam perusahaan ( Hambrick & Mason, 1984). Hubungan antara board size dan profitabilitas perusahaan Dewan dengan jumlah anggota yang besar lebih tidak menguntungkan dan memerlukan biaya yang lebih besar. Di samping itu, diskusi yang dihasilkan akan sulit untuk menemukan sebuah hasil yang terbaik bagi perusahaan karena opini-opini yang dihasilkan terlalu banyak sehingga akan lebih memakan waktu (Lipton & Lorch, 1992). Di sisi lain, dewan dengan anggota yang sedikit tidak memiliki keahlian yang bervariasi karena jumlah anggotanya yang terbatas. Lipton & Lorch (1992) merekomendasikan untuk membatasi jumlah anggota dewan sejumlah tujuh atau delapan orang saja, karena bila berjumlah lebih dari itu akan menyulitkan CEO untuk melakukan kontrol. Mak & Yuanto (2003) yang melakukan penelitian pada perusahaan di Singapura dan Malaysia menemukan bahwa kinerja perusahaan meningkat paling tinggi ketika dewan terdiri dari lima orang. Sementara itu, Jibran Sheikh (2012) menemukan bahwa adanya hubungan yang positif antara board size dan kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROA dengan teknik regresi dan univariate analysis Hubungan Antara Female Directors Dan Profitabilitas Perusahaan Argumen- argumen yang berbeda telah dikemukakan dalam penelitian sebelumnya untuk mendukung kontribusi positif direksi wanita terhadap kinerja perusahaan. Yang pertama, kehadiran wanita dalam perusahaan sangat menguntungkan untuk pengambilan keputusan. Sebagai contoh, partisipasi wanita dalam dewan perusahaan dapat membantu menghindari proyek yang terlalu beresiko karena wanita umumnya lebih menghindari resiko (risk averse) dibandingkan pria (Byrnes et al., 1999) dan memiliki sikap kehati-hatian yang tinggi (Kusumastuti, Supatmi & Sastra, 2007). Kedua, pria dan wanita memiliki perbedaan kognitif (Hambrick & Mason, 1984), wanita cenderung memiliki norma, perilaku, keyakinan, dan perspektif yang berbeda (Pelled et al., 1999). Pola kognitif ini akan memungkinkan dewan untuk mempertimbangkan pilihan-pilihan yang lebih luas dan solusi terkait dengan permasalahan perusahaan (Konrad et al., 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara dua ukuran kinerja perusahaan (ROA dan ROI) dengan board gender diversity pada perusahaan di Amerika Serikat (Erhardt et al., 2003). Hal yang sama juga ditemukan oleh Carter et al (2003), hasil yang positif dan signifikan didapatkan dari hubungan jumlah dewan wanita dengan kinerja finansial perusahaan (ROE) yang diukur dengan Tobin’s Q. Independent Commissioner Board Size
Profitabilitas Perusahaan
Female Director Gambar.1. Kerangka Pemikiran
78 3. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jenis penelitian dengan metode kuantitatif, yaitu metode penelitian yang sifatnya dapat dihitung jumlahnya dengan menggunakan metode statistik (Kuncoro, 2004, p.56). Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah seluruh perusahaan yang listing di BEI selama periode 2008 –2012. Perusahaan yang dipilih hanya perusahaan yang sudah listing selama periode pengamatan, memiliki total kapitalisasi pasar ≥ 1 Triliun Rupiah, memiliki data informasi anggota dewan komisaris dan direksi serta laporan keuangkan yang lengkap dan dipublikasikan secara berturutturut. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi dewan perusahaan yang diwakilkan oleh Independent Commissioner (X1), Board Size (X2), Female Director (X3), dan kinerja perusahaan yang diwakilkan oleh ROA (Y1) dan ROE (Y2). Regresi linier berganda dilakukan dengan model sebagai berikut : ROA = a1 + b1.IC + b2 .BS+ b3 .FD + e (1) ROE = a1 + b1.IC + b2 .BS+ b3 .FD + e (2) Hipotesis yang akan diuji adalah : 1. Independent commissioner berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. 2. Board size berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. 3. Female director berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. 4. Independent commissioner, board size, dan female director secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Analisa Statistik Deskriptif
Data penelitian menunjukkan perbandingan seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian, dimana Mean atau rata-rata dari Independent Commissioner sebesar 0 20.38%. Independent Commissioner yang terendah (minimum) adalah sebesar 7% dan Independent Commissioner yang tertinggi (maksimum) adalah sebesar 54%. Dari data di atas terlihat bahwa masih ada perusahaan yang memiliki jumlah Independent Commissioner lebih kecil dari ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu sebesar minimal 30%. Nilai rata-rata dari Board Size adalah 11 orang dengan nilai maksimum sebesar 29 orang dan nilai minimum sebesar 4 orang. Rata- rata jumlah Board Size sebesar 11 orang menunjukkan bahwa jumlah tersebut masih lebih besar dibandingkan jumlah anggota dewan direksi dan komisaris ideal yang disarankan yaitu sebesar 7-8 orang. Nilai rata-rata dari Female Director adalah sebesar 13.15% dengan nilai maksimum 50% dan nilai minimum 0%. Hal ini mengindikasikan bahwa peran wanita dalam posisi top
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 76-81 management masih sangat kecil jumlahnya, walaupun pada beberapa perusahaan wanita sudah mulai dilibatkan dalam posisi puncak perusahaan. Nilai rata-rata kinerja perusahaan (ROA) adalah sebesar 9.51% dengan nilai maksimum sebesar 51% dan nilai minimum sebesar 0%. Nilai rata-rata kinerja perusahaan (ROE) adalah sebesar 20.51% dengan nilai maksimum sebesar 324% dan nilai minimum sebesar 0%. Tabel 2. Hasil Uji Statistik t Model Regresi 1
Dari tabel 2. tampak bahwa nilai signifikansi t variabel independen Independent Commissioner lebih besar daripada α (α = 5%) sedangkan variabel independen Board Size dan Female Director lebih kecil daripada α (α = 5%). Artinya, Independent Commissioner tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA sedangkan Board Size dan Female Director berpengaruh signifikan terhadap ROA. Tabel 3. Hasil Uji Statistik t Model Regresi 2
Dari tabel 3. tampak bahwa nilai signifikansi t variabel independen Independent Commissioner, Board Size dan Female Director seluruhnya lebih besar daripada α (α = 5%). Artinya, Independent Commissioner, Board Size dan Female Director tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Tabel 4. Hasil Uji Statistik F Model Regresi 1
Dari hasil uji F model regresi 1 pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa Independent Commissioner, Board Size, Female Director secara serempak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Tabel 5. Hasil Uji Statistik F Model Regresi 2
79 Dari hasil uji F model regresi 2 pada Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa Independent Commissioner, Board Size, Female Director secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa Independent Commissioner berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Independent Commissioner tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA dan ROE. Hal ini wajar terjadi mengingat kepemilikan perusahaan di Indonesia yang tersentralisasi sehingga struktur kepemimpinan perusahaan hanya diisi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan yang dipilih secara subjektif tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki. Selain itu alasan mengapa Independent Commissioner tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE juga disebabkan adanya bias dalam teknik pengolahan data. Seharusnya rasio Independent Commissioner dihitung terhadap jumlah dewan komisaris saja karena adanya perbedaan definisi dari dewan komisaris dan dewan direksi, namun mengingat adanya keterbatasan data dalam penelitian ini maka rasio Independent Commissioner dihitung terhadap jumlah total dewan komisaris dan dewan. Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa Board Size berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Board Size berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal ini menguatkan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh oleh Ramdani & Witteloostuijn (2010) pada perusahaan di Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, dan Thailand menunjukkan bahwa board size berpengaruh secara negatif terhadap kinerja perusahaan. Sementara itu, Board Size tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal ini disebabkan adanya bias dalam teknik pengolahan data yang disebabkan oleh keterbatasan data. Definisi operasional dari variabel Board Size adalah jumlah total dewan komisaris dan dewan direksi dimana komisaris dan direksi memiliki definisi yang berbeda. Sehingga seharusnya tidak valid bila Board Size didapatkan melalui penjumlahan dewan komisaris dan dewan direksi. Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa Female Director berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE. Female Director berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini disebabkan karena nilai ROA cenderung dipengaruhi oleh aktivitas internal perusahaan. Aktivitas internal perusahaan sendiri akan dipengaruhi oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh dewan perusahaan. Wanita cenderung bersifat risk averse dan menerapkan prinsip kehati- hatian, hal ini secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap kinerja internal perusahaan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Female Director tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal ini disebabkan masih terbatasnya jumlah wanita yang berperan dalam posisi top management di Indonesia. Sehingga dalam penelitian ini belum dapat nampak dengan jelas perbedaan antara perusahaan yang dipimpin oleh mayoritas dewan perusahaan pria dan mayoritas dewan perusahaan wanita. Komposisi dewan perusahaan yang efisien akan meminimalkan terjadinya konflik-konflik internal di dalam perusahaan salah satunya adalah meminimalkan terjadinya agency problems. Sehingga akan dapat memaksimalkan
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 76-81
80
pengambilan keputusan strategis perusahaan. Bila dilihat dari sudut pandang internal perusahaan, perusahaan yang memiliki komposisi dewan perusahaan yang baik, akan mampu memaksimalkan efektivitas manajemen perusahaan. Pengelolaan internal perusahaan yang baik, salah satunya dapat diukur menggunakan ROA, karena ROA adalah salah satu indikator rasio profitablitias perusahaan yang mampu menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan dan seringkali digunakan oleh manajemen untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga, sistem pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien oleh manajemen perusahaan akan mampu meningkatkan nilai ROA. Ketiga variabel independent dalam penelitian ini baik secara serempak maupun parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal ini disebabkan ketika investor akan menanam sahamnya pada sebuah perusahaan yang selanjutnya akan menjadi ekuitas perusahaan, seringkali dalam melakukan investasi, investor cenderung tidak akan terpengaruh dan memperhatikan komposisi dewan perusahaan. Sehingga komposisi dewan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan atau penurunan ROE.
karena kedua variabel ini terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA sehingga dapat meningkatkan profitabilitas. Serta terus menerapkan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah agar dapat terwujud good corporate governance.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Independent Commissioner tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE . 2. Board Size berpengaruh signifikan terhadap ROA dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. 3. Female Director berpengaruh signifikan terhadap ROA dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. 4. Independent Commissioner, Board Size, dan Female Director secara serempak berpengaruh signifikan terhadap ROA. 5. Independent Commissioner, Board Size, dan Female Director secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Fama, E. (1980), Agency problems and the theory of the firm. Journal of Law and Economics, vol.26, pp.301-325.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini: Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan yaitu kurangnya penelitian sejenis di Indonesia membuat peneliti kesulitan untuk mendapatkan perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya apalagi mekanisme struktur perusahaan di Indonesia berbeda dengan di luar negeri. Oleh karena itu pada penelitian yang selanjutnya sebaiknya dapat menambahkan variabel lain agar penelitian dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Seperti dengan menambahkan variabel firm size sebagai variabel kontrol. Karena menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Gedajlovic & Shapiro (1998), firm size terbukti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Bagi perusahaan diharapkan agar perusahaan terus memperhatikan komposisi board size dan female director,
Indaryanto, K.G. (2004), The concept of good corporate governance, in Suprayitno, G., Indaryanto, K.G, Yasni, S., Krismatono, D., Rita, L., dan Rahayu, R.G., Commitment to Enforcing Good Corporate Governance, The Indonesian Institute for Corporate Governance, Jakarta, Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Agus Sartono. (2008). Manajemen keuangan teori, dan aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Bantel, K. A. & Jackson, S. E. (1989). Top Management and Innovations in Banking: Does the Composition of the Top Management Team Make a Difference?, Strategic Management Journal, (10), pp. 107-124. Dalton, DR, Daily, CM, Johnson, JL & Ellstrand, AE. (1999) Number of directors and financial performance : A meta-analysis, Academy of Management Journal, vol. 42, pp. 674-686. Dalton, DR & Kesner , IF. (1987). Composition and CEO duality in boards of directors : an international perspective. Journal of International Business Studies, vol. 18, no.3, pp.33-42. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2012). Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Retrieved September 5, 2013, from http://www.depnakertrans.go.id/uploads/doc/RPJP.pdf
Forum Corporate Governance Indonesia. (2002). The Essence for Good Corporate Governance. Jakarta : Author Gedajlovic, ER & Shapiro, DM. (1998). Management and ownership effects: Evidence from five countries, Strategic Management Journal, vol. 19, pp. 533-553. Goodstein, J, Gautam, K & Boeker, W. (1994). The effects of board size and diversity on strategic change. Strategic Management Journal, vol. 22, pp. 1087-1111. Harper, J. (2007). Chairing the Board: A Practical Guide to Activities and Responsibilities, pp. 101-102.
Jensen, M. (1993). The modern industrial revolution, exit, and the failure of internal control systems, The Journal of Finance, vol.48, pp. 831-880 Kuncoro M., 2004, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi,Yogyakarta: AMP YKPN Langdon, D. S., McMenamin, T. M., & Krolik, T. J. (2002). U.S. labor market in 2001: Economy enters a recession. Monthly Labor Review, 125, 3-33.
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 76-81 Lange, H, Ramsay, I & Woo, LA. (2000). Corporate governance and anti-takeover devices : Evidence from Australia, Corporate Governance : An International Review, vol. 8, no.3, pp.227-243. Meier, S. (2005). How Global is Good Corporate Governance. Ethical Investment Research Services. Retreived September 1, 2013, from http://www.eiris.org/files/research%20publications/howglobalisgo odcorpgov05.pdf. Murray, A. I.(1989), Top Management Group Heterogeneity and Firm Performance, Strategic Management Journal, 10, pp. 125141. Pearce, JA & Zahra, SA. (1992), Board composition from a strategic contingency perspective. Journal of Management Studies, vol. 29, pp. 411-438. Singh, V. & Vinnicombe, S. (2004). Why So Few Women Directors in Top U.K. Boardrooms? Evidence and Theoretical Explanations, Corporate Governance, 12, 4: 479-88. Ramdani, D & Witteloostuijn, AV. (2010). The impact of board independence and CEO duality on firm performance: A quantile regression analysis for Indonesia, Malaysia, South Korea and Thailand. British Journal of Management S. Munawir, (2002), Analisis Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
81