Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PENENTUAN DISTRIBUSI DOSIS SUMBER RADIASI LDR 192Ir BRAKITERAPI MENGGUNAKAN FILM GAFCHROMIC EBT 2 DI MEDIUM AIR DAN UDARA Rifki Andrian 1, Margo S 1, Heru Prasetio 1,2, Atang 3, dan T Harianto 3 1
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Depok. 2 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN, Jakarta. 3 Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka – BATAN, Serpong.
ABSTRAK Ir-192 adalah sumber radiasi brakiterapi yang terkenal dimana-mana. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk memperoleh gambaran fungsi dosimetri yang telah dijelaskan di AAPM TG-43 untuk karakteristik dosimetri sumber Ir-192 LDR yang digunakan dalam brakiterapi. Semua pengukuran diambil menggunakan film Gafchromic EBT 2 pada media udara dan air yang mirip dengan fantom dan nilai derajat kehitaman akan dianalisa menggunakan Image J software dengan mengubah chanel 3 warna RGB menjadi chanel 1 warna merah. Densitas optic yang berupa pixel value akan dikonversi menjadi dosis dengan data kalibrasi film. Pengukuran dilakukan dengan mengukur dosis pada jarak 1 cm sampai 5cm dengan interval 0.5 cm dan pada sudut polar 00 sampai 1800 interval 100. Fungsi dosimetri serupa dengan nilai dosis konstan, fungsi dosis radial dan anisotropi distribusi dosis yang ditemukan akan dibandingkan dengan apa yang telah menjadi kesepakatan dengan kalkulasi Monte Carlo. Pembelajaran ini menegaskan kemungkinan karakteristik dosimetri film Gafchromic EBT 2 pada parameter TG-43 untuk sumber Ir-192 LDR. Kata kunci : Brachytherapy ; Radiation dosimetry; Radiochromic film; TG-43
ABSTRACT Ir-192 source is widely used in dose rate brachytherapy. The aim of this study was to derive the brachytherapy dosimetric functions described in AAPM TG-43 to characterize the dosimetric properties LDR Ir-192 source. All the measurements were carried out with GAFCHROMIC EBT 2 radiochromic film in water equivalent solid phantom and the grey values were analyzed using Image J software with change 3 chanel comp colour level RGB to 1 chanel red comp level colour. Optical density of the film was converted to dose using calibration film established in this study. Measurements were carried out by measuring the dose at radial distances from 1 cm to 5.0 cm with interval of 0.5 cm and at polar angle 0°–180° in 10° intervals. Dosimetric functions such as dose rate constant, radial dose functions and anisotropy of the dose distribution were found to be in good agreement with Monte Carlo calculations. This study confirms the feasibility of radiochromic EBT film dosimetry in characterization of the TG-43 parameters for Ir-192 HDR source. Keywords: Brachytherapy; Radiation dosimetry; Radiochromic film; TG-43
kontinu selama keseluruhan durasi pada
I. PENDAHULUAN Teknik pengobatan kangker jarak
terapi. Hantaran radiasi yang dikeluarkan dari
dekat dengan mengguanakan sumber radiasi
sumber radioisotop akan terdistribusi ke
tertutup atau yang dikenal
Brakiterapi
suatu daerah di sekitar sumber radioisotop.
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
Distribusi dosis disekitar suatu sumber
adalah dosis yang sangat tinggi disekitar
radioisotop tersebut memiliki titik optimum
volume
jarak
dosis. Dimana titik optimum dosis ini
disekitar jaringan sehat dan dosis yang
merupakan suatu titik dosis yang paling
tumor,
memperhitungkan
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
55
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
banyak mengeluarkan hantaran radiasinya.
konstanta laju dosis,
Hal ini sangat penting untuk diketahui,
fungsi anisotropi dan factor anisotropi.
mengingat sumber radioisotop tersebut akan
Karakterisasi dosimetri ini telah diperkuat
diletakkan dekat dengan tumor dan juga
menggunakan percobaan langsung dan teknik
terdapat jaringan sehat disekitarnya. Untuk
simulasi monte carlo 4. Protocol ini telah
mengetahui titik optimum dosis diperlukan
diperkenalkan sebagai
cara
universal untuk sumber brakiterapi.
yang
mudah
guna
mempermudah
fungsi dosis radial,
teknik dosimetri
perhitungan dosis pada saat perlakuan terapi, diantaranya dengan membuat suatu simulasi program kurva distribusi dosis dari suatu sumber
radioisotop
atau
melakukan
Rekomendasi brakiterapi
TG-43
untuk
dosimetri
Karakteristik sumber brakiterapi telah ditentukan dengan menggunakan kedua cara,
eksperimen langsung. Perkembangan brakiterapi yang pesat
Experiment dan metode teori yang mengikuti
di dunia klinis, membuat perhitungan yang
rekomendasi AAPM yag telah dipublikasi
digunakan
variasi
dalam TG-43 report (Nath et al. 1995).
dosimetri . Sebagai contoh,
Mengikuti protokol ini, distribusi dosis
pada tahun 1975, Hilaris et al. mengukur
disekitar penutup/seal sumber barkiterapi
melibatkan
banyak 1
karakterisasi
125
konstanta laju dosis
I, model 6701 yang
bisa ditentukan menggunakan persamaan.
2
memiliki nilai 1.68 cGy.cm /m.Ci.hr, tetapi ditahun
yang
menemukan
sama laju
Anderson dosis
1.03cGy.cm2/m.Ci.hr untuk
125
et
al
konstan
I, model 6701,
menggunakan pendekatan sumber titik
2,3
.
.... (1)
dengan : = konstanata laju dosis,
G(r, ) = fungsi geometry
Hasil ini jelas menunjukan adanya banyak
g(r)
perbedaan konstanta laju dosis pada untuk
F(r, ) = fungsi anisotropi
= fungsi dosis radial
sumber yang sama. Perbedaan ini telah menghubungkan kepada perbedaan material fantom, dosimeter, seperti teknik dosimetri.
Konstanta Laju Dosis Konstantan laju dosis didefinisikan
Pada tahun 1995, AAPM TG-43 telah
sebagai laju dosis di air pada jarak 1 cm dari
memperkenalkan protocol kerja yang bisa
sumbu tegak per satuan kuat kerma di udara.
meminimalisasi
Konstanta
informasi
besarnya
dosimetri
yang
perbedaan juga
telah
ditentukan oleh para peneliti di seluruh dunia.
Karakteristik
dosimetri
laju
dosis
ditunjukkan
pada
persamaan: (2)
yang
direkomendasikan untuk digunakan adalah
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
56
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
Fungsi Dosis Radial
Fungsi Geometri Fungsi geometri menyatakan variasi distribusi spasial sumber akibat pengaruh ukuran sumber dan distribusi sumber aktif di dalam sumber tersebut. Factor geometri diberikan dengan persamaan :
Fungsi dosis radial adalah menghitung efek serapan dan hamburan dalam medium sepanjang sumbu tegak lurus. Dirumuskan dengan persamaan :
G(r, )= r-2 ( untuk sumber titik)
(5)
( untuk sumber garis) .......(3) Dengan L adalah panjang sumber radiasi
brakiterapi
yang
sedangkan β adalah sudut
digunakan,
Jarak
objek 1D atau 2D. Untuk setiap nilai θ, β berbanding terbalik
dengan nilai r, β
bernilai maksimum
pada θ bernilai π/2.
Berdasarkan skema pada Gambar 1, maka
dari sumber adalah nilai r
referensi sebagai tempat dimana nilai dosis optimum berada. Fungsi Anisotropi
yang dijadikan
acuan untuk menentukan sumber sebagai
1 cm
Fungsi
anisotropi
menentukan
anisotropi distribusi dosis di sekitar sumber, efek ditimbulkan dari serapan dan hamburan dalam
medium.
Dirumuskan
dalam
persamaan:
Persamaan 3 yang bentuknya masih umum
(6)
dapat lebih diperjelas menjadi: Dimana
(4)
adalah nilai dosis dan adalah faktor geometri yang
diukur pada jarak 1 cm dengan sudut 90o sebagai referensi. II. MATERIAL DAN METODE Percobaan dilakukan menggunakan Film gafchromic EBT 2 yang di design untuk pengukuran dosis serap photon energi tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, respon film adalah energy bebas untuk foton
Gambar 1. Skema perhitungan nilai β dalam faktor geometri
di atas 0,2 MeV. Range energi yang bisa ditangkap oleh film yaitu 1 cGy-800 cGy dan maximum sensitivitasnya bisa mencapai 636 nm.
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
57
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
Pengambilan data dilakukan dengan meletakan suber Ir-192 LDR berbentuk wire
keluar telah mengalami “self absorption” dari geometri sumber itu sendiri.
1 cm dengan aktivitas 9,63 mCi selama 4
Distribusi dosis di medium udara dan
hari penuh di tengah film berurkuran 10 x 10
air terlihat hampir sama pada jarak 0 cm
cm. Film yang terkena radiasi akan berubah
sampai dengan
warna menjadi ke biru-biruan. Densitas ini
sumber, karena pada jarak tersebut intensitas
yang akan dianalisa sebagai nilai dosis.
dan
Pembacaan data yang dilakukan pada
energy
2 cm dari permukaan
belum
banyak
mengalami
atenuasi dari medium air dan udara.
film menggunakan scanner microtex 1000 dan resolusi yang digunakan adalah 75 dpi yang mewakili nilai per dot-nya 0,338 mm. Pendekatan empiris dilakukan
dengan
metode interpolasi 5 bagian untuk setiap 2 dot untuk meningkatkan nilai spasi tiap dot menjadi 0,0667 mm. III. HASIL DAN DISKUSI Sesuai dengan rekomendasi dari TG43,
Setelah melakukan percobaan dengan
menggunakan sumber brakiterapi LDR Ir192
buatan
Pusat
Radioisotop
dan
Radiofarmaka BATAN Serpong dengan film gafchromic pada media udara dan air didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 2. Kurva isodosis pada media udara dan air
Persentase kurva isodosis Pada kurva isodosis Gambar 2(a) dan 2(b) terlihat perbedaan bentuk persentase distribusi dosis pada posisi tegak lurus sumber
dibanding pada posisi segaris di
ujung-ujung sumber. Untuk jarak yang sama dari permukaan sumber, nilai persentase dosis pada posisi tegak lurus lebih besar dikarenakan pada bagian tersebut dosis yang
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
58
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
menyeragamkan
berkas
radiasi.
Jarak
referensi sumbu tegak lurus yang digunakan adalah
1
cm
perhitungan
untuk
terhadap
menormalisasi nilai
[G(r,
π/2)/G(1,π/2)] dimana pada jarak 1 sumbu tegak lurus adalah nilai terbesar, Namun
(a)
terlihat pada gambar 3 nilai fungsi dosis radial dari
data percobaan
menunjukan
penyimpangan dimana pada jarak tertentu nilai gl(r) lebih dari nilai referensinya. Hal ini menunjukan kurang bagusnya nilai distribusi dosis
pada
sumbu
tegak
lurus
pada
percobaan.
(b)
Gambar 3. Perbandingan persentasi dosis relatif pada sumbu horizontal (a) dan radial (b) untuk media air dan udara Besar energi yang menyebabkan adanya perbedaan persentase distibusi dosis selain faktor geometri sumber adalah energy pada sumber radiasi sendiri tidak seragam, hal ini terlihat dengan jelas pada Gambar 3(a) dan 3(b) dimana nilai persentase dosis pada sepanjang sumber bernilai tidak seragam.
Penentuan fungsi dosis radial adalah sebagai factor koreksi secara experiment dimana kita ketahui berkas radiasi yang secara
tegak
lurus
heterogen. Diperlukan perkalian koreksi
secara
teori
untuk
masih faktor
memberi
pendekatan agar nilai berkas radiasi yang terlihat pada fungsi radial bersifat homogen dimana
hal
Fungsi Anisotropi Penentuan
Fungsi Dosis Radial
terdistribusi
Gambar 4. Kurva perbandingan fungsi dosis radial pada media udara dan air
tersebut
diperlukan
untuk
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
fungsi
anisotropi
adalah
factor koreksi secara experiment untuk jarak tertentu pada sumbu yang tidak tegak lurus sumber. Tujuan dari fungsi anisotropi sama dengan fungsi dosis radial, perbedaannya terdapat
pada arah sudut erhadap sumber
dimana pada fungsi dosis radial arah yang diperhitungkan hanya berlaku untuk jarak tegak lurus sumber. Pada gambar 5 terlihat nilai F(r,θ) pada sudut 0o s.d 180o cenderung
59
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
membentuk parabola dengan puncaknya
wire nilai efek serapan atau hamburan di
berada pada sudut 900. Nilai terbesar terjadi
tengah-tengah sumber paling besar karena
0
pada sudut 90 sesuai dengan faktor koreksi
dipengaruhi oleh paparan di sepanjang
secara teori dimana pada sumber berbentuk
sumber.
Gambar 6. Kurva perbandingan fungsi anisotropi terhadap sudut pada media udara dan air untuk r=1 cm, 1,5 cm, 2 cm, 2,5 cm, r=3 cm, 3,5 cm, 4 cm, dan 4,5 cm.
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
60
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
4.
IV. KESIMPULAN Dengan mengenai
dilakukan
karakteristik
percobaan
distribusi
dosis
RIVARD, et al (2004): Update of AAPM TG 43 report - A revised AAPM protocol for BT dose calculation, Med. Phys. 31, 633-74.
sumber radiasi LDR Ir-192 pada film gafchromic EBT 2 yang mengacu pada protocol yang dipublikasikan TG-43 maka diketahui bahwa pengunaan film Gafchromic EBT 2 dapat membantu untuk melihat distribusi dosis sumber brakiterapi LDR Ir192
sehingga
juga
bisa
didapatkan
persentase distribusi dosis sumber pada setiap arah dan dengan didapatnya faktor koreksi secara experiment bisa didapat variasi
g(r) dan F(r,θ)
data laju dosis untuk
setiap jarak dan sudut tertentu . Distribusi di air dan dan di udara reatif sama pada jarak 0 cm sampai dengan 2 cm dari permukaan sumber. DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
BLASKO J.C. AND GRIMM P.D. (1993). Brachytherapy and organ reservation in the management of carcinoma of the prostate. Sem. Radiat. Oncolo., 3: 240-249. HOLT J.G., PERRY D.J., REINSTEIN L.E. (1975). The design of an ionization chamber to measure exposure in air for mammographictechnique. Med. Phys., 2: 172 abstract. MEIGOONI A.S., GEARHEART D.M., SOWARDS K. (2000). Experimental determination of dosimetric characteristics of Best 125I brachytherapy source. Med. Phys., 27: 2168-2173. Meigooni A.S., Bharucha Z., Yoe-Sein M.
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
61