Artikel Penelitian
Gamb ilrilnAudiometri hlada Murni pada Penderita Gangguan Pendengaran Sensorineural Usia Lanjut
Jenny Bashiruddin, Widayat Alviandi, Brastho Bramantyoo Yossa M P Departemen THT Falailtas Kedokteran Universitas Indnesic, Rumah Sabit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Ahstrak: Tujuan umum penelitian ini meningkatkan penatalaksanaqn gangguan pendengaran padausia lanjut, dan tujuan khususnya adalah untukmengetahui berbagai gambaran audiometri nada murni pada gangguan pendengaran sensorineural usia lanjut dan berbagai penyakit penyertanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang (crossedional) observasionalyang dilakakan sejakbulanAgustus sampai bulan Oktober 2007 dengan percontah 24 laki-laki dan 38 perempuqn. Percontoh usia minimal 60 tahun dengan pendengaran tuli sensorineural yang memenuhi syarat sesuai kriteria penerimaan. Pemeriksaan dilalcukan di Bagian THT Subbagian Neurotologi FKUI/RSCM. Usia percontoh laki-laki tertua adalah 8I tahun sedangkan yang perelnpuan 89 tahun. Sebanyak 35,5% percontoh berpendidikan SekolahMenengahAtas (SMA) dan 37,1% dulu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Suku Jows merupakan kelarcpok terbanyak (59,7%0). Nilai rerata ambang dengar audiometri nada murni pada orang usia lanjut dengan tuli sensorineural edalqh 47,19 dB (SB 15,47 dB) untuktelingakanan dan 44,91 dB (SB 15,17 dB) untuktelingakiri. Disimpulkan bahwa terdapat peningkatan intensitas yang melebihi standar 25 dB. Hasil ini termasuk dalam klasiJikosi tuli sensorineural sedang. Ambang dengar laki-laki ddn perempaon dengan penyakit KVS disertai DM lebih buruk. K&a k$nci: audiometri nada murni, garxgguan pendengaran sensorineural, u,sia lanjut
Maj Keilokt Indon, Yolum: 58, Nomor:
8, Agustus 2008
Gambaran Audiametri Nadq Mumi pada Penderifc Gangguan pendengaran
Pure tone Audiometry in Geriatry Patients with Sensoryneural Hearing Loss Jenny Bashiruddin,Widayat Alviandi, Brastho Bramantyo,yossa
Mp
Department Otorhinolaryngology, Faculty of Medicine {Jniversity of Indonesia/ Dn Ciptomangunkusumo Hospital, Jakarta
Abstruct: The aim of this studywas to imprwe themanagemmtofhearingimpaiwnentin geriatry, and specifcally to aclarcwledge variation of audiogram in geriatry with sensory neural hearing loss (SNHL) and ather eomorbidities. A erass-sectional study was conducted in the Neurotolog,, Subdepartement, OtorhinolaryngologtDepartement, Faculty ofMedicine, tlniversity oflndonesia/ Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakartn from August to october 2002. There were of 24
maleand3SfemaleeligiblesubjectswithSNHL,ageof60yearsminimum.The eldestmaleand female subjectwere 8l and 89 years old, respectively. One third (35.50/') of the subjects were senior high school graduated, 37,lo/oworkedfor the governmmt Subjects mostly (s9.7%o) were Jwane.cs. The meanvalae of the hearing thresholdwas 47.19 dB (SD 15.4T dB) for right ear and
44.91 dB (SD ] 5. j7 dB) for left eax Our study shtwed that the elevction af intensity was beyond 25 dB standard and thus, was classified to moderate class of SNHL. The heafing threshold in males and females with cardiovasculay diseases and diabetic melitus wes worse. Kqwords: geriatry pure tone audiomeblq sensory neural hearbzg loss (SNHL).
Pendahuluan
kongenital, dan tuli mendadak idiopatik.a
Pada usia lanjut (usila) terjadi proses degeneratifyang mengenai seluruh struktur telinga, sehingga bisa terjadi gangguan pendergaran yang mengenai telinga luar, telinga
psikososial. Ancaman yang terjadi bila pendengaran
telinp dalam. Khusus pada kelainan telinga datam biasanya terj adi ganggaanpendengaran yang bersifat sensorineural, namun dapat juga berupa tuli konduktif atau tuli citmpur. 1'3 tengah dan
Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel rambut dan elemen penunjang. Degenerasi yang tedadi di basal membran menyebabkan penurunan pada frekuensi tinggi. Pada usila ditemukan atrofi $riavaskularis yang memberikan gambaran audiomeffi nada
murni berbentuk flat. Kekakuan membran basal juga memberikan gambaran penurunan audiometri nada murni
yang berbentuk kurva menurun, kerusakan bisa juga mengenai nervus ksklearis.t Kenrsakan terjadi akibat adanya lesi yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit sistemik, sehingga menghambat impuls yang ditansmisikan ke otak. Ada beberapa penyebab tuli sensorineural, yaitu diantaranya ototoksik presbikusis, penyakit Menierg trauma lahi! ffiuma
bising, multiple sklerosis, penyakit autoimun, kelainan
Maj Kedokt fndon, Yolum: 58, Nomor: 8, Agustus 2008
Kehilangan pendengaran akan berpengaruh pada situasi
terganggu adalah isolasi lingkungan sosial, depresi dan kehilangan kepercayaan diri. Gangguan pendengaran akan berimplikasi pada demensia, meskipun banyak faktor yang lain yang mempengaruhinya.s Beberapa penelitian menunjukkan adanya gangguan pendengaran pada usia di atas 60 tahun. Adanya gangguan
tersebut tertu mempengaruhi proses pengertian akan pembicaran dan secara tidak langsung m€mpengaruhi proses
komunikasi.6-e Faktor-faktor penyebab pasti gangguan pendengaran sensori neural usia lanjut yang tepat belum diketahui hingga saat ini, tetapi secara umum penyebabnya mrltifaktor, di antannlapenyakitkardiovaskuler (KVS), Diabetes Melitus @M), dan hiperlipidemia.2 Gejala gangguan pendengaran pada usia lanjut pertaffa
kali adalah kesulitan untuk mengerti percakapan. Lamakelamaan kemarrpuan unhrkmenentukanjenis dan arah sua:a
akan berkurang.s'lqll Kehilangan sensitivitas dimulai dari
frekuensi tittggr, sehingga menimbulkan kesulitan untuk mengerti percakapan pada lingkungan bi srng (cocktail party
Gambaran Audiometri Nada Murni pada Penderita Gangguan Pendercgaran
de afn e ss) . Penurunan
yang progresif terlihal pada frekuensi
24 kIIz. Frekuensi ini sangat penting untuk dapat mengerti vokal konrcnan.rr Keluhan laintya adalah telinga berdenging (tinnitus nada tinggi). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga. Hal ini disebabkan oleh peningkatan rensitivitas saraf pendengaran
(rekruitmen).3 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, yaitu penderita mengeluh kesulitan untuk mengerti pembicaraan tenrlafia bila ada bising latar belakang atau dalamkeramaian L Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani normal atau bisa juga suram, dengan mobilitas yang berturang. Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada tinggi bilateral dan simetris.3 Pemeriksaan audiometi nada murni ditemukan perurunan ambang dengar nada murni yang menunjukkan gambaran tuli sensorineural.l Pada tahap
awal terdapat penumnan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan pendengaranjenis sensorik dan neural. Keduajenis ini paling sering ditemukan.l0'12,r3 Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.3 Tujuan penelitian ini meningkalkan penata-laksanaan gangguan pendengaran pada usia lanjut, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui berbagai gambaran audiometri nada murni pada gangguan pendengaran sensorineural usia lanjut dengan berbagai penyakit penyertanya.
Hasil Dari 24 laki-laki yang ditekti, usiatermuda 61 tahun dan
tertua 81 tahun. Sedangkan pada kelompok perempuan termuda6l tahundanterhra 89 tahun- Sehnyak35,5% subjek berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 37,IVo dulu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Suku Jawa merupakan kelompok terbanyak (59,7yo) (Iabel 1). Tabel 1. Sebaran Percontoh Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, PekerJaan dan Suku
Jumlah
(o/o)
Umur
6A-64 65-69
16 15
aA a
70-74 75-79
t6
25,8
10
t6,t
>80
Kelamin Pendidikan
8,1
Laki-laki
24
38,',I
Perempuan
38
61,3
SD
t2
19,4
SMP
),
155
10
t6,t
Tidak sekolah
SMA Diploma sr/s2
Pekerjaan
audiogram. Penyakit penyerta seperti penyakit kardiovaskuler (KVS), Diabetes Melitus (DM), dan hiperlipidemia.dinilai berdasarkan anamnesis dan atau dilihat dari rekam medik pasien yangtelah didiagnosis oleh dokter di PoliHinik Penyakit Dalam RSCM.
2E6
8
12,9
12,9
PNS
23
37,1
Tidak bekerja
21
33,9
Swasta
7
TNI/Polri
3 8
Jawa
1
1,3
4,8
lt
o
5q7
5t 23
37,L
n
Bali, NTB. NTT
Mebde
kepada percontoh dan percontoh diminta memberikan respons terhadap rangsangan tersebut dengan mengangkat tangawrya. Hasil pemeriksaan digambarkan dalam kurva
3,2
8
Lain-lain
Suku
25,8
5
Sumatera
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang (cros-sectioncf observasional yang dilalarkan sejak bulan Agustus sampai bular Oktober 2007 dergan subjek 24 laki-laki dan 38 perempuan yang datang ke Sutrbagian Neurotologi Tfil RSCM. Subjeh yang diteliti sesuai dengan kriteria penerimaan adalah usia minimal 60 tahun dengan pendengaran tuli sensorineural yang memenuhi syarat dan memiliki status kognotif yang baik. Subjek tidak menderita hrli konduktif atau tuli campur serta tidak menggunakan obat-obat ototoksik. Dilalcukan anamnesis, pemeriksaan otoskopi dan pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan alat audiometer merek Ift terqcoasfi c@ Pemeriksaan audiometri dilakukan dengan cara memberikan rangsarg bunyi dengan berbagai intensitas dan frekuensi
Persentase
1)
Hasil Pemeriksaan Ambang Dengar Berdasarkan Audio-
metriNadaMumi Reata ambang dengar audiometri nada murni 47, 1 9 (SB 5,47) dB untuk telinga kanan dan 4 4,91 (SB I 5, 17) dB untuk telinga kiri. Didapatkan peningkatan intensitas yang melebihi 1
standar 25 dB dan dengan demikian termasuk ke dalam klasifikasi tuli sensorineural sedang. Gambaran audiogram pada kelompok laki-laki menunjukkan intensi0s tertinggi di frekuensi 8 A}}Hz,yaita79 (SB 22) dB untuk telinga kanan dan 79 (SB 2l) dB untuk telinga kiri. Pada kelompok perempuan diperoleh intensitas tertinggi di frekuensi 8 000 Hz, yaitu 6e (SB 18) dB untuk
teting
kanan dan 63 (SB 23) dB untuk telinga khi (Gamhr 1). laki-laki di kelompok rsia7 0-7 4 tahun mempunyai
Pada
intensitas ambang dengar yang lebih tinggi dari kelompok umur lainnya yau.fir 62,'7 5 dB (SB 9,62) untuk telinga kanan dan 64,00 dB (SB 10,84) untuk telinga kiri. Nilai intensitas ambang dengar terendah untuk telinga kanan di kelompok usia >80 tahun 45 dB (SB 0) dan telinga 65{9 ahun 41,61 (SB T6,29) dB.
kiri
di kelompok usia
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor:
8, Agustus 2008
Gambaran Audiometri Nada Murni pada Penderita Gangguan Pendercgaran
Perempuan di kelompok usia >80 tahun mempunyai intensitas antbangdengar yang lebih tinggi dari kelompok umur lainnya,yaitu47,2l dB (SB 4"89) untuktelingakanan dan 4'7 ,50 dB (SB 6,3?) untuk telinga kiri. Nilai intensitas ambang dengar terendah untuk telingakanan di kelompok usia 75-79 tahun 37,08 dB (SB 6,36) dan nilai intensitas ambang dengar terendah untuk telinga kiri di kelompok usia 65-69
Laki-laki
1K
rso
-10
4K
2K
AK
o 10 20 JU
40 50 60
tahun 35,63 (SB 8,26) dB. I{asil pemeriksaan rerata intensitas arnbang dengar nada mumi pada percontoh dengan penyakit penyertaberdasarkan
8S 9r1
1CA
110
ieniskelamin
12$
-10
zsb - -'zriri
Perempuan
- - ''t-x -' '2-K-
'4 K
Trbel 4. Sebaran Intensitas Arnbang Dengar dengan Pemerilsaan Audiometri Nada Murni pada Kelompok Lakitaki dengan Tuli Sensorineural Usia Lanjut Berda-
o 10
sarkan Penyakit Penyerta
3g 40 50 60
Ambang dengar (dB) Min- Maks Mean (SB)
Penyakit penyerta
7A
ao
KVS+DM
114
DM
12Q
52,85
s8,63 57,88 s2,92
KVS
DM+Hiperlipidemia
Gambar
Tnbel
26,25 32,50 35,00 28,7s
1. Audiogram pada Kelompok Laki-Laki dan Perem' puan Dengan Tuli Sensorineural
2. Sebaran Sampel Berdasarkan Rerata Ambang
Dengar dengan Pemeriksaan Audiometri Nada Murni pada Laki-
Laki Usia Lanjut dengan Tuli Sensorineural Menurut Kelornpok Usia
Kelompok
umur
(18,84) (17,13)
- 87,54 - 8s,00 {t7,21) - 70,00 (76,23) - 8O,AO 3r,2s (3,54j 28,',7s - 33,7s
Tidak ada
90
loo
Pada kelompok
laki-laki diperoleh intensitas ambang
dengar tertinggi ada padapenyakit penyefiaKVS disertai DM 58,63 dB (SB 17,13), sedangkanyargterendahperryakit penyertaDM disertai hiperlipidemia3 1,25 (SB 3,54).
Ambang dengar (dB)
Telinga kanan Mean (SB) Min-Maks
60-64 54,22 (21,22) 30,00-85,00 65-69 4',7,86 (14,23) 28,7s-65,00 70-74 62,75 (9,62') 5A,AA-1r,2s 75-79 57,08 (26,99) 28,75-82,50 >80 45 (0) x 45,00-45,00
Telinga
Mean {SB) 55,16 4L,61
kiri Min_Maks
(t7,83) {16,29)
64,00 (10,84) 59,58 (26,94) 47,50 (0) *
26,25-7t,25 26,25-68,75 41;A-77,5O 33,75-87,50 47 ,50-47
Tabel 5. Sebaran Intensitas Ambang Dengar dengan Pemeriksaan Audiometri Nada Murni pada Kelompok Pe-
rempuan dengan Tuli Sensorineural Usia Lanjuf Berdasarkan Penyakit Penyerta Penyakit penyerta
,50
*Hanya ada satu telinga berusia >80 tahun
Tidak ada
43,Os
t12,89)
27,54-',/ 1,25
KVS
KVS+DM+Hiperlipidemia
42,30 (11,46) 40,16 (9,44) 39,38 (t2,16\
26,25-65,00 26,25-54,40 25,04-56,25 30,00-46,25
KVS+DM
Tabel 3. Sebaran Sampel Berdasarkan Rerata Ambang Dengar ilengan Pemeriksaan Audiometri Naila Murni paila Perem-
Ambang dengar (dB) Mean (SB) Min- Maks
DM
3'7,19 (8,44)
puan Usia Lanjut dengan Tuli Sensorineural Menurut
Hiperlipidemia
Kelompok Usia
KVS+Hiperlipidemia
34,38 (11,84) 30,31 (6,47) 26,88 (2,65)
DM+Hiperlipidemia
2t,25-45,44 20,00-38,75 2s,04-28,7
5
Kelompok
umur
60-64 65-59 70-74 75- 79 >80
Ambang dengar (dB) Telinga Telinga kanan Mean (SB) Min-Maks Mean (SB) 40,00 45,21 42,sA 37,O8
47,50
(16,30)
2',7,30-',17,25
(14,08) 28,75-65,00 Q2,29) 26,2s-6t,25
(6,36) (4,89)
30,00-45,00 42,50-53,75
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor:
kiri
(t2,56) 35,63(8,94) 3',1
,34
Min-Maks 28,7 s-65,09
26,2s-50,00 41,43 (10,95) 26,2s-56,2s 39,46 (8,26) 28,7s-50,40 38,75-s3,7s 47,5A 637)
8, Agustus 2008
Pada kelompok perempuan diperoleh intensitas ambang dengar tertinggi ada pada penyakit penyertaKVs 42,30 dB (SB 1 1,46), sedangkan yang terendah peryakit penyerta DM 37,19(S88,44).
287
GambaranAudiometri],{gdaMurnipadaPencleritaGangguanPendengaran 25.4
o 10
?o 40
DM dan Gambar 3b. Audiogram pada Usila ilengan HiPerliPidemia
500
rsc 254 o L--Lrol-
-10
1K
2K
4'<
sK
,
30 40 60 70 ao
i-!-11O r--t'-" so
roo
123
DM dan Gambar 3c' Aurliogram pada Usila dengan PenYakit KYS
lso
250
w
*
60i 80i 100
i
110
Gambar
Tanpa Kelainan (a)' paila Usila dengan DM (b), pada Usila dengan Penyakil KYS (c) dan pada Usila dengan Hiperlipiilemia (d).
2. Audiogram paila Usila
1po
t'
Gambar 3d. Audiogram pada Usila dengan Penyakit
KYS dan HiPerliPidemia Gambar
3. Audiogram pada usila dengan DM dan hiperlipirtemia (a), pada usila dengan DM dan penyakit KVS (b), pada usila ilengan penyakit KVS dan hiperlipiilemia (c), pada usila dengan penyakit KVS, DM dan hiPerliPidemia (d)'
rso
2*A
50c
1K
2R
4K
BK
-14 ;--"--i"--" o -- --i- --
i2Al 30 - -'i-4A ---110
5a
GO
rFo
254
500
AK
o "10
2{J --1
40
i-'
1 ;
---
7a 1-
80i
9Or
1S0 i.11C
Gambar 3a' Audiogram pada Usila dengan lliperlipidemia
7A
80 90
ioe 110
124
KVS' Gambar 4. Audiogram pada Usila dengan Penyakit DM dan HiPerliPidemia
2008 Maj Keitokt Indon, Volurnl 58, Nomor: 8' Agustus
Gsmbaran Audiometri Nada Murni pada Penderita Gangguan Pendengaran
Diskusi Hasil Pemeriksasn Audion dri Murni puda Tuli Sensarineural Usia Lanjut Ambangdengar adalahbunyi nada murni yang Grlemah pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Pada audiometri nada murni, ambang dengar ditentukan dengan menggunakan rerata ambang dengar hantaran udara pada frekuansi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 IIz.dan 4000I{2. Peaelitianyang dilakukan oleh Spoor (1967) sepertipng
dikutip Mollerramemperoleh data mengenai penurunan pendengaran berdasarkan peningkatan usia antara pria dan wanita, kemudian dilihat perubahannya setelah 25 talun.
Didapatkan peningkatan intensitas pada laki-laki
di
bandingkanperempua4 hampir sebagianbesar dari kelompok
umur dan peningkatan yang banyak pada intensitas di frekrensi 8000 liz pada kehmpok laki-laki. Penelitian ters€but menunjukkan terdapat peft edaan intensitas antara laki-laki dan perempuan yang diasumsikan karena adanya pengaruh
kebisingan yang sering dialami oleh laki-laki daripada perempuan. Pearson et al yang dikutip oleh Murphya mendapatkan hasil bahwa secara umum terdapat penurman sensitivitaspendengaran laki-laki danperempuarq tetapi lakilaki dua kali lipat lebihcepat dibandingkanperempuan.
Banyak teori yang diutarakan oleh para peneliti mengenai perbedaan intensitas dan hubungannya dengan jenis kelamin. Satu di antaranya teori mengenai hormon steroid ovarium yang dianggap mempunyai efek langsung
maupun tidak langsung terhadap pendengaran menpengmuhi volurne cairan di telinp dalurl, sehingga
ylng permr
hofmon inilah perempuan mempunyai frekuensi pendengaftm yang lebih baikpada frekuensi tinggi dibandingkan laki-laki. Penelitian ini bukan hanya di audiometri nada mrnmtapi juga dilihat perbedaannya dt, Brain Evoked Response Auditory (BERA) dan Otoacoustic Emission (OAE).a
Elkind-Hirsch dan peneliti lainnya seperti yang diungkapkan Murphya mengungkapkan suatu hipotesis bahwa hormon steroid akan mempengaruhi level transmisi sinapsis yang melewatijaras pendengaran di susunan saraf pusat. Mereka menyatakan bahwa estradiol dan progesteron mempengaruhi sekresi inhibitor neurotransmiter gamma-
amino-balyric acid (GABA) pada bentuk regulasi perlawanan, sehingga peningkatan GABA mempengaruhi peningftatan level sinapsis yang melewati jaras pendengaran,
yang secara tidak langsung mempengaruhi proses pendengaran. Moller melalerkan penelitian di kelompokusia lanjut 70 tahrn dan dilalokan pemeriksaan ulang lima tahun kemudian pada kelompok laki-laki terjadi pemrrunan intensitas tiga sampai lima dB, begitu pula pada kelompok perempuan didapatkan penumnan frekuensi 8000 IIz yang sama besamya
dengan kelompok laki-laki. Pada kelompok wanita juga ditemukan penurunan pada frekuensi rendah (250 Hz dan 5000I{z).14
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor:
8, Agustus 2008
Padapenelitian ini nilai arnbangdengar audiometri nada murnipadaorang usia lanjut dengan tuli sensorineural adalah 47,19 dB (SB 15,47) (telingakanan) dan44,91dB (SB 15,17) (elinga kiri). Berdamrkan kelompok umur dan jenis kelamin terlihat bahwa kelompok umur 7 A -7 4 tallrur pada kelompok laki-laki mempunyai rerata ambang nada murni lebih tinggi). Ini sesuai dengan penelitian Moller yang disebutkan bahwa
padalaki-lakircrataambangdetgarnyalebihtinggidlbandingkan perempuan- Pada penelitian ini diperoleh intensitas masing-masing frekuensi (250 I7z, 500 Hz, LWA Hz" 2W0 Hz ,4000 t{z rlan 8000 I{z) lebih tinggi di sehruh frekuensi pada kelompok laki-laki daripada pererrpuan berkisar 10 dB sarnpai I 7 dB. Frekuersi 8000 llz menurlffian penunrnan lang besar baik pada kelompok laki-laki rnaupun perempuan. Ini sesuai dengan penelitian Spoor seperti yang dikutip Mollerta yang
menyatakan bahwa pada laki-laki dan psrempuan terjadi penurunan frekuensi 8000 Hz yang sangat besar.
Penyakit-penyakit penyerta seperti KVS,
DM
dan
Hiperlipidemia diasumsikan mempunyai efek terhadap pembuluh darah di koklea. Penelitianyang dilalerkan oleh Bunch (I93 1) sepertiyang diutarakan olehTorrett melqorkan
bahwa rerata penurunan pendengaran pada penderita aterosklerosis, hipertensi, atau penyakit jantung kronik tidak sebaik individu normal pada usia yang sama dan status kesehatan yang baik.
Gates e/ al seperti yang diutarakan oleh Murphya menemukan adanya hubungan usia wanita yang hipertensi akan mengalami pemuunan pendengaran pada frekuensi rendah dibandingkan wanita dengan usia yang sama tanpa hipertensi, sedangkan pada pria ditemukan tidak ada hubungan antara usia, peningkatan tekanan darah dan perurrunan pendengaran. Hal ini kontras sekali dengan penelitian yang dilakukan Brant dkk. seperti yang dinyatakan
oleh Murphlbahwa terdapat hubungan yang signifrkan pada laki-laki arrtata peningkatan tekanan darah dan perururum pendengaran pada frekuensi wicara. Hubungan DM dengan status pendengaran sampai sekarang masih diperdebatkan, dikatakan bahwa proses neuropati dan mikroangiopati yang terjadi pada penderita DM mempunyai kontribusi besa r unfirk mempengafirhi aliran darah ke telinga dalam. Penelitian yang dilakukan oleh Celik et al seprts yang diutarakan Kakarlapudits menyatakan bahwa terjadi peningkatan intensitas di seluruh frekuensi padapenderita DM. Rosen e/ a/ seperti yang diutarakan oleh Murph/ menyatakan bahwa ada pengaruh status diet lemak terhadap
status pendengara& yaitu individu yang mengkonsumsi lemak lebih sedikit mempunyai pendengaran yang lebih baib
tetapi Gates et al sepertiyang diutarakan Murphy menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status pendengaran dan serum kolesterol dan trigliserid baik pada wanita maupun pna. Pada penelitian ini ambang dengar (dB) berdasarkan jenis kelamin dan penyakit penyerta pada kelompok laki-laki
Gambaran Audiometri Nada Murni pada Penderita Gangguan Pendengararc
fixrupun perempuan dengan penyakit KVS disertai DM lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa penyakit penyerta.
Tingginya intensitas ambang dengar laki-laki dengan penyakit KVS disertai DM kemungkinan disebabkan oleh terjadinya gangguan perfusi aliran darah ke telinga dalam akibat proses aterosklerosis dan aterogenesis, sehingga mengakibatkan kerusakan koklea.
Penelitian dilakukan dengan consecutive sampling, sehingga nilai yang diperoleh sangat bervariasi dari yang terbesx sampai terkecil, sehingga menimbulkan standar deviasinya yang besar. Pada penelitian ini lamanya penyakit, terkontrol atau tidak, jenis obat yang dikonsumsi dan lama menggunakan obat tidak dapat dieksplorasi secara lengkap karena dai anamnesis sulit didapatkan datayang akwat mengenai hal-hal tersebut. Kebanyakan percontoh sudah lupa kapan mulai mengalami penyakit-penyakit tersebut ataupun mengenai obat-obat yang dikonsumsi- Sehingga peneliti hanya memperoleh gambaran audiometri yang merupakan fu ngsi pendengaran, tetapi mengalami kesulitan dalam menganalisis hubungan dengan peryakit penyertianya secaraakurat.
Kesimpulan
Nilai rerata ambang dengar audiometri nada murni pada orang usia lanjut dengan tuli sensorineural adalah 47,I9 dB (SB 15,47) untuktelingakanandan 44,91 dB (SB 15,17 dB) untuk telinga kiri. Didapatkan adanya peningkatan intensitas yang melebihi standar 25 dB, dengan demikian termasuk ke dalam klasifikasi tuli sensorineural sedang. Arnbang dengar laki-laki mauprm perempuan dengan penyakit KVS disertai
DMlebihburuk DaftarPustaka
1.
Marple BF, Meyerhof WL. Aging and the auditory and ves.tibular system. In Bailey. Head and Neck Surgery-OtolaryngologyI'd, New York: Lippincott-Raven, 1998.p. 2217 -9.
2,
Jennings CR, Jones NS. Presbycusis. J Larl'ngol Otcl,2001;115:
3.
R, Hendarmin H- Gangguan pendengaran pada geriatn. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatam Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edilor Soepardi EA, Iskandar N. Edisi ke lima. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2001.h.33-4. Murphy MP, Gates GA. Hearing loss: Does gender play role?
171-8.
4. 5. 6.
Suwento
Medscape General Medicine. 1999;1 : l-17. Gates GA, Mills JH. Presbycusis. Lancet 2005;366:1
Soc 7.
8.
L
| 7-20.
Rooij JCGM, Plomp R. Auditive aad cognifive factors in speech perception by elderly listeners: Multivariate analyses. J Acoust
Am 1990;6:2671-24.
Sjariffuddin, Bashirudddin J, Purba D. Tuli koklea dan tuli retrokoklea. Dalam: Soepardi EA,Iskandar N (editor). Buku A,jar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2001.p.22-6. Mazelova J, Popelar J, Josef S. Auditory function in presbycusis: Peripheral vs. cenlral changes. Expetimental Gerontology
2403:,38:87-94. Divenyl PL. Decline ofspeech understanding and auditory thresholds in the elderly. J Acoust Soc Am. 2005;118:1089-100. 10. Weinstein BE. Hearing loss in the elderly: A new look at an old problem. ln'. Katz J (editor). Katz Handbook of Clinical Audiology. 5e ed. Baltimcre: Lippincott William & Wilkins 2OO2.p.597603. Dermott D, Vaughan N. Diabetes and Hearing Loss; Exploring Connections, Available from: http:l/www.drf.orelhearing health./ archive/2003/fa1103 diabetesandhearingloss.htm. Accessed: December 73 2001. Buchanan LH. Early onset of presbycusis in down syndrome. Scand Audio. 1990;19:103-10. 13 Nelson GE, Hinojosa R. Presbycusis: A human temporal bone study of individual with flat audiomeiric patterrs of hearing loss using a new methode to quaffiry shia vascularis volume. Laryrgoscope. 20O3'.1 13 :167 2-86. Moller MB. Changes in hearing measures with increasing age. In:
Hinchcliffe R. (editor). Hearing Inbalence in the Elderly. Edinburgh, London, Melbourne, New York: Churchill Livingstone,
1983.p.97-122. Kakarlapudi V, Sawyer R, Staecker H. The effects of diatretes on sensorineural hearing loss. Otol Neurotol.2 AA3 ;24:382-6.
@uu
Maj Kedokt Indon, Yolum: 58, Nomor: I, Agustus 2008