PERTANIAN Kabupaten Lombok Tengah seperti kabupaten-kabupaten lainnya di Indonesia sudah lama dikenal sebagai
daerah agraris. Hal ini tercermin dari penggunaan lahan yang dominan digunakan untuk kegiatan di sektor pertanian. Kabupaten Lombok Tengah dengan luas wilayahnya sebesar 120.839 Ha, 79% diantaranya digunakan
untuk usaha pertanian, yaitu untuk sawah, tegal/kebun, ladang/huma, tambak, kolam/empang, hutan, dan perkebunan, sisanya sebesar 21% digunakan untuk bangunan dan pekarangan, padang rumput, dan lainnya. Dari 79% atau 95.214 ha lahan yang digunakan untuk pertanian, lebih dari separuhnya atau 54% adalah lahan
sawah, sisanya terbagi menjadi masing- masing 23% hutan, 19% ladang dan kebun, kolam/empang 2% dan terakhir tambak di bawah 1%.
Luas areal persawahan di Kabupaten Lombok Tengah mencapai 54.562 ha, terdiri atas : - Irigasi Teknis
: 20.087 ha.
- Irigasi Sederhana
: 2.985 ha.
- Irigasi ½ Teknis
- Irigasi Pedesaan/Non PU - Tadah Hujan
: 19.033 ha. : 540 ha.
: 11.917 ha.
Komoditas Tanaman Pangan Persediaan pangan sebagai sumber gizi bagi kehidupan, merupakan kebutuhan pokok yang harus
dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan pangan bagi masyarakat merupakan salah satu komoditas strategis, karena
erat kaitannya dengan upaya stabilitas Ketahanan Nasional. Pengadaan pangan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, serta sesuai persyaratan gizi, selalu menjadi perhatian Pemerintah dan masyarakat sesuai UU Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan dan PP Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan.
Beberapa komoditas tanaman pangan yang umum dikembangkan di lahan sawah selain padi adalah
palawija (kedelai, jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan tanaman semusim lainnya). Melalui upaya-upaya peningkatan mutu intensifikasi maupun peningkatan penerapan teknologi, produktifitas beberapa komoditas tersebut masih sangat memungkinkan untuk ditingkatkan. Indeks Pertanaman (IP) baru mencapai 212% sehingga peningkatan produksi dapat ditempuh melalui peningkatan IP.
Data Komoditas Tanaman Pangan (Kw) di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010-2012 JENIS/TAHUN
Padi
Jagung
Kacang Hijau Kedelai
Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar
2010
49,92 38,47
2011
50,15 41,34
12,39
12,75
13,77
14,53
9,53
138,63 116,91
10,15
138,63 118,55
2012
50,20 44,71 12,89 10,13 14,53
138,93 118,71
A. Komoditas Padi Secara umum produksi padi dihasilkan di seluruh wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Produksi
padi paling banyak adalah pada tahun 20 dengan jumlah produksi 450.497 Ton sebesar 95.077 Ha. Sedangkan pada tahun 2012 443.985Ton dengan luas tanam 92.264 Ha.
dengan
luas
tanam
p r o d u k s i p a d i mengalami penurunan yaitu sebanyak
Berikut disajikan data perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi padi dan palawija selama 6 tahun terakhir (Tahun 2007-2012). Realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi padi (2007–2012)
TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 B. Komoditas Jagung
LUAS TANAM (Ha) 73.602 74.744 78.372 82.196 95.077 92.264
LUAS PANEN (Ha) 65.489 71.046 75.228 74.938 89.830 88.435
PROVITAS (Kw/Ha) 49,99 50,98 53.10 49,92 50,15 50.20
Produksi jagung pada tahun 2011 jumlah produksi 12.260 Ton
PRODUKSI (TON) 327.353 362.161 399.447 374.091 450.497 443.985 dengan
luas
tanam sebesar
3.337 Ha, terjadi peningkatan jumlah produksi pada tahun 2012 sebanyak 14.000 Ton dengan luas tanam 3.238 Ha.
Realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi Jagung (2007-2012) TAHUN
LUAS TANAM (Ha) 5.227 4.762 2.338 3.821 3.337 3.238
2007 2008 2009 2010 2011 2012
LUAS PANEN (Ha)
PROVITAS (Kw/Ha)
PRODUKSI (TON)
3.739 4.121 2.361 3.064 2.966 3.131
28,51 30,67 35,89 38,47 41,34 44.71
10.661 12.626 8.474 11.788 12.260 14.000
C. Komoditas Kedelai Produksi kedelai tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah produksi 6 (enam) tahun terakhir adalah sebanyak 28.246 Ton dengan luas tanam 26.611 Ha terjadi pada tahun 2010, sedangkan pada tahun
2012
mengalami
penurunan
yaitu
26.121 Ton dengan luas tanam 20.891 Ha. Realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi kedelai (2007-2012)
TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012
LUAS TANAM (Ha) 23.764 20.245 20.430 26.611 20.814 20.891
LUAS PANEN (Ha) 19.726 19.104 19.979 22.791 19.476 20.264
PROVITAS (Kw/Ha)
PRODUKSI (TON)
12,82 13,25 12,02 12,39 12,75 12.89
25.282 25.306 24.015 28.246 24.836 26.121
Komoditas Hortikultura Tanaman yang termasuk dalam Komoditas Hortikultura terdiri
dari komoditas sayuran dan buah- buahan semusim, komoditas buah-buahan
dan
sayuran
tahunan,
Tanaman
(tanaman obat) dan tanaman hias. Komoditas yang
ada
biofarmaka
buah-buahan
di Lombok Tengah disajikan dalam profil ini antara
lain : Jenis tanaman buah-buahan tahunan seperti : mangga, durian,
pepaya,
pisang
dan
rambutan.
Sedangkan
yang
digolongkan dalam sayuran : kacang panjang, cabe dan ketimun.
jumlah
produksi
sebanyak
Berikut disajikan data perkembangan produksi beberapa jenis hortikultura yang biasa diusahakan petani Lombok Tengah beberapa tahun terakhir.
Data Luas Panen Tanaman Sayuran Kabupaten Lombok Tengah 2006-2012 No
Jenis Komoditi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cabe Kacang Panjang Tomat Semangka Ketimun Terong Kangkung Petsai/ Sawi Melon Bawang Merah
No
Jenis Komoditi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2006 428 296 64 74 58 8 7 7 2
Luas Panen (Ha) 2007 2008 378 378 184 214 77 106 95 93 34 34 8 9 14 15 7 11 2 0
2009 510 178 107 116 50 5 22 11 -
2010 302 134 88 11 28 10 9 30 5
2011 539 138 105 97 47 2 16 29 88 -
2012 457 157 147 54 14 20 13 74 -
2009 4.788 2.752 2.117 3.540 1.439 49 419 771 -
2010 3.995 1.770 1.834 370 344 1.218 69 610 175
2011 8.983 2.119 3.105 34.924 1.118 92 1.215 777 31.915 -
2012 40.167 21.475 28.082 30.214 10.007 2.614 3.200 2.671 26.835 75
Produksi Tanaman Sayuran Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2006- 2012
Cabe Kacang Panjang Tomat Semangka Ketimun Terong Kangkung Petsai/ Sawi Melon Bawang Merah
2006 11.300 5.003 3.112 5.132 4.048 269 166 1.050 60
Produksi (Kw) 2007 7.750 4.132 2.440 2.520 453 120 245 100 60
2008 5.670 6.420 8.097 2.955 3.400 270 300 275 0
Potensi lahan untuk pengembangan tanaman buah-buahan masih cukup tinggi, berupa kebun, pekarangan, pematang, dan lahan-lahan tidur lainnya. Potensi keseluruhan seluas 38.618 ha dengan pengembangan baru mencapai 24,54% (9.478 ha). Mengingat potensi yang relatif luas tersebut, maka sejak tahun 2000/2001 Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah mulai menggalakkan pengembangan buah-buahan unggulan seperti manggis, durian, rambutan, mangga dan sawo dengan pola sentra produksi dan pola kawasan.
Populasi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2006-2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Komoditas Rambutan
2006 66.432
Mangga
341.529
Nangka Durian Sawo Jeruk
Manggis Pepaya Pisang
229.021 37.214 28.423 21.689 87.420
366.805 33.314
Populasi (pohon) 2007 2008 68.169 69.915 231.398
225.169
32.679
34.066
42.174
346.590 22.360 47.902
368.987 33.910
45.108
349.902 21.909 63.787
379.723 32.894
2009 71.073
2010 71.487
2011 71.776
2012 71.390
348.820
341.145
354.505
352.498
234.510 45.660 35.286 20.281 73.414
378.351 34.730
231.446 52.255 36.226 13.549 79.759 33.563 45.936
234.995 56.665 39.224 15.776 84.553 35.211 76.409
Produksi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2006 – 2012
Jenis Komoditas
Produksi (kw)
Sawo Jeruk Manggis
1.027 3.387 2.104
235.289 61.391 37.753 15.147 81.493 34.460
306.681
Rambutan Nangka Durian Mangga
2006 7.337 21.637 6.898 10.108
2007 21.030 211.664 13.968 78.582
2008 41.949 104.755 13.532 45.487
2009 15.208 74.969 8.624 34.365
2010 10.570 43.250 1.365 25.486
2011 34.030 72.140 11.067 114.668
2012 19.584 36.710 5.183 54.496
Pepaya
14.393
108.061
113.916
79.165
4.205
4.775
16.998
Pisang
2.443
3.104 7.238 3.827
15.028
10.219 2.556 12.757 14.803
5.114 1.717 14.249 4.361
3.799 2.409 1.083
70.313
6.333 2.398 18.531
399.624
12.384 1.323 15.321 89.397
PERKEBUNAN Komoditas Perkebunan Potensi perkebunan merupakan salah satu potensi yang perlu mendapatkan perhatian untuk ditingkatkan nilai tambah komoditasnya. Ketersediaan lahan perkebunan di kabupaten Lombok Tengah seluas 118.992 ha. Sementara Pemanfaatan potensi perkebunan
baru mencapai 36.998,07 hektar atau 31,09%. Komoditas
unggulan yang dikembangkan di sub sektor perkebunan meliputi tembakau virginia, jambu mete dan kopi. Tembakau virginia
Merupakan komoditas unggulan yang memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan ekonomi lokal
melalui penyerapan tenaga kerja dan kegiatan multiplayer effeknya. Potensi lahan untuk pengembangan tembakau virginia tahun 2012 mencapai 15.000 Ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Janapria, Praya
Timur, Praya Tengah, Kopang dan Batukliang. Sampai dengan tahun 2012, pemanfaatan lahan seluas 12.742.25 Ha (84.94%). Dengan demikian peluang pengembangan komoditas ini masih sangat terbuka, terutama dengan masih tersedianya lahan yang belum dimanfaatkan yaitu sekitar 2.257.75 Ha.
Pengembangan tembakau virginia telah menerapkan prinsip – prinsip agrobisnis dengan memperhatikan keseimbangan supply (produksi) dan market demand (kebutuhan pasar) dengan pola kemitraan petani dengan pengusaha. Jumlah mitra pengembangan tembakau virginia sebanyak 11 mitra usaha (PT.Sadana Arifnusa,
PT.ELI, PT. Djarum, PT.Gudang Garam, CV.Trisno Adi, PT. IDS, CV. Stive, UD. Nyoto Permadi, PT. ITC, UD. Iswanto,
dan Alliance One Indonesia) dengan petani mitra sebanyak 3.675 KK serta penyerapan tenaga kerja 16.690 orang. Jumlah petani swadaya sebanyak 1.353 KK dengan jumlah tenaga kerja sekitar 4.059 orang. Sehingga jumlah total petani sejumlah 5.028 KK dengan jumlah penyerapan tenaga sebanyak 20.749 orang.
Kopi Wilayah pengembangan kopi di kecamatan Kopang, Pringgarata, Batukliang dan Batukliang Utara dengan total areal seluas 1.483,20 Ha. Pemanfaatan lahan baru mencapai 2.500 Ha (59 %). No
Kecamatan
1 2 3
Kopang Batukliang Batukliang Utara Pringgarata
4 2012 2011
Luas Areal (Ha) 134.70 217.50 804.50
Produksi (Ton) 43.16 74.62 368.59
Produktifitas (Kg/Ha) 520 533 580
Jml Pekebun (KK) 185 292 914
326.30 1.483.00 1.483.20
148.74 635.11 704.90
555 547 626
467 1.858 1.858
Wujud Prod Kopi Berasan
Animo masyarakat dalam mengembangkan komoditas kopi sangat tinggi, yang dibuktikan dengan besarnya luas
areal dan produksi yang dihasilkannya, sehingga diperlukan adanya keterlibatan dari mitra inti untuk menginvestasikan modalnya dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) untuk pengembangan komoditas kopi.
Di Kabupaten Lombok Tengah budidaya kopi merupakan usaha agribisnis yang memiliki potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan. Peluang investasi di bidang agribisnis kopi dapat dilihat dari:
Usaha budidaya dengan pola kemitraan pengusaha dengan petani dari hulu sampai ke hilir (on farm-off
farm) belum banyak ditangani oleh pengusaha.
Cita rasa kopi Lombok yang memiliki kekhasan tersendiri (specialty) dan eksplorasi kopi luwak Pengembangan pasar, karena kopi merupakan salah satu kebutuhan pasar.
Perkembangan produksi komoditas kopi mengalami kenaikan dalam 3(tiga) tahun terakhir (2009 -2011) yaitu dari 591,94 ton meningkat menjadi 704,90 ton. Hal ini menunjukkan bahwa rencana target produksi kopi untuk tahun 2011 tercapai bahkan melebihi target yaitu sebesar 709,97 ton dari target 640,5 ton. Produksi di tahun
2011 mengalami kenaikan dikarenakan adanya perlakuan pemeliharaan tanaman yang lebih baik (pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, dll.). Di tahun2012 Produksi kopi sebesar 635,11 ton dari luas areal 1.483 Ha, ini mengalami penurunan dibanding produksi tahun 2011 sebesar 704,90 ton (9,9 %). Jambu Mete Di Kabupaten Lombok Tengah, potensi pengembangan
jambu mete sekitar 10.000 Ha. Luas areal yang
dimanfaatkan hingga saat ini baru mencapai 5.751 Ha (58 %), yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu Pujut, Praya Barat, Praya Barat Daya, Praya Timur, dan Janapria.
Melihat besarnya luas areal yang belum dimanfaatkan yaitu sekitar 4.249 Ha dan pengelolaan dari segi agrobisnis masih belum dikelola secara baik, maka prospek untuk mengembangkan komoditas jambu mete ini masih terbuka.
Produksi jambu mete selama 3(tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2009 – 2011 mengalami turun naik dimana terjadi penurunan nilai produksi dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 36,15 %. Kemudian meningkat tajam di
tahun 2011 yaitu sebesar 865,5 Ton atau naik 289 %. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 kondisi cuaca
sangat mendukung dibandingkan tahun 2010, disamping itu peningkatan produksi disebabkan karena
penambahan umur tanaman dengan produkvitas yang lebih baik. Bila dibandingkan dengan target produksi maka realisasi tahun 2011 sesuai dan bahkan melebihi target sebesar 220,36 % atau 865,5 Ton dari target 392,77 Ton.
PERTERNAKAN Dalam menghadapi era globalisasi dewasa ini, Sub Sektor Peternakan harus dipersiapkan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan dan dampak yang timbul akibat globalisasi tersebut, khususnya pada peningkatan produktivitas ternak. Hal ini bukan saja dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi peternakan tetapi
yang penting juga adalah mempertahankan kemampuan daya saing dari produk peternakan untuk mencukupi ketersediaan bahan pangan hewani. Sejalan dengan upaya untuk peningkatan produktivitas peternakan,
dilaksanakan pula program-program penunjang sebagai pendukung kegiatan budidaya, Pembuatan pakan konsentrat, pembinaan Hijauan Makanan Ternak (HMT) / pakan hijauan serta pembinaan alat dan mesin
pertanian. Perkembangan populasi ternak dan Produksi selama 5 Tahun di Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut :
No Jenis Ternak . 1 2 3 4 5 6 7
Sapi potong Kerbau Kuda Kambing Ayam Buras Ayam ras Itik
Perkembangan Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas Populasi (ekor) 2007 2008 74.843 75.748 17.503 18.255 5.594 5.601 73.960 75.032 1.043.931 1.073.577 480.295 489.438 168.966
174.034
2009 80.574 19.052 5.604 76.135 1.166.979 501.490 185.375
2010 94.759 17.299 2.196 54.782 1.204.138 439.068 226.330
2011 119.029 18.508 2.204 64.906 915.144 442.198 230.855
2012 137.200 18.894 2.361 76.076 1.449.838 659.146 389.409
Produksi Daging dan Telur Produksi daging terutama dihasilkan dari jenis ternak sapi yaitu dengan produksi sebesar 763.381
Ton pada tahun 2012. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya produksi daging sapi tersebut mengalami peningkatan sebesar 7,46 % dari produksi tahun 2011 yaitu
sebesar
709.458
Ton.
perkembangan produksi daging Kabupaten Lombok Tengah :
Berikut adalah di Kabupaten
Perkembangan Produksi Daging Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 - 2012 No
Jenis ternak
1 2 3 4 5 6 7
Sapi Kerbau Kuda Kambing dan Domba Ayam Buras Ayam Broiler Itik,dll Jumlah
Produksi Daging (kg) Tahun 2011 Tahun 2012 709.458 763.381 335.278 213.640 1.218 9.932 8.507 36.036 538.527 730.718 1.290.006 1.794.690 49.095 88.590 2.789.216 3.636.987
Perkembangan (%) 7.46 - 36.28 715.5 323.62 35.69 39.12 80.45
Produksi telur terutama dihasilkan dari jenis ternak Ayam Buras dengan jumlah produksi telur
sebanyak 12.882.920 butir pada tahun 2011 meningkat sebesar 35,05% pada tahun 2012 sebanyak
17.398.040 butir. Selain menghasilkan telur Ayam Buras, juga dihasilkan p a d a t a h u n 2 0 1 2 telur Ayam Petelur sebanyak 3.321.360 butir dan telur Itik sebanyak 12. 152.700 butir. Melihat perkembangan selama
dua tahun terakhir, produksi telur di Kabupaten Lombok Tengah secara umum adalah mengalami peningkatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Perkembangan Produksi Telur Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2012
No 1. 2. 3. 4.
Jenis Ternak Ayam Buras Itik/entok Ayam ras Petelur Unggas lainnya Jumlah
Produksi Thn. 2011 Butir Berat (kg) 12.882.920 450.902 12.530.448 814.479 2.152.700 139.306 3.102.350 34.126
Produksi Thn.2012 Butir Berat (kg) 17.398.040 608.932 28.037.400 1.822.434 3.321.360 199.279 616.800 6.477
30.668.418
49.373.600
1.438.813
2.637.522
Perkemb. (%) 35,05 123,75 43,05 0,198
KEHUTANAN Pembangunan kehutanan harus dilaksanakan atas dasar etika pembangunan yang menjamin
sistem dan fungsi sumber daya hutan yang berkelanjutan dan melibatkan masyarakat khususnya masyarakat di sekitar hutan. Kebijakan
Kementrian
Kehutanan
dalam
pengelolaan
Hutan
yang mengamanatkan
terbentuknya Kesatuan Pengelolaan Hutan di tiap daerah, diharapkan mampu menjawab berbagai macam permasalahan Pengelolaan Hutan Lestari. Harapan besar Pemerintah Daerah diberikan kepada Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan ini, guna mengembalikan dan mempertahankan Hutan Lestari serta mengangkat
perekonomian masyarakat utamanya masyarakat penyanding Hutan hingga akhirnya bisa menciptakan peningkatan pembangunan daerah. Oleh karena itu, sinergi masyarakat Kehutanan antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten mutlak diperlukan guna mendukung Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) demi terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari.
Luas Hutan di Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI No. 598/Menhut-
II/2009 tanggal 2 Oktober 2009 seluas 21.262,29 Ha terdiri dari hutan lindung seluas 10.857,54 Ha, Taman Wisata Alam (TWA) seluas 2.145,88 Ha, hutan produksi tetap seluas 4.583,87 Ha dan taman nasional seluas 3.675 Ha. Tabel….. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya Di Kabupaten Lombok Tengah
No
Jenis Hutan
1
Hutan Produksi
3
Hutan Wisata Alam
2 4
Luas (Ha) 4.583,87
Hutan Lindung
10.857,54
Taman Nasional
3.675
2.145,88
Luas hutan Kabupaten Lombok Tengah masih tergolong kurang atau hanya 17,59 % dari total luas
wilayahnya yakni 120.839 hektar. Dengan demikian berarti bahwa Kabupaten Lombok Tengah masih
membutuhkan hutan seluas 14.996,12 hektar atau 12,41 % agar sesuai dengan amanat UU No. 41 Tahun 1999
(luas hutan minimum sebesar 30% dari luas wilayah). Hal ini mengingat bahwa ekosistem hutan mempunyai peran yang sangat penting dalam menopang kehidupan di bumi kita dan keberadaan hutan ini sangat menentukan
keseimbangan ekosistem lainnya. Fungsi strategis hutan memberikan perlindungan terhadap kestabilan tanah menciptakan iklim lokal, hidrologi tanah dan efisiensi siklus hara diantara tanah dan vegetasi. Hutan juga berfungsi
sebagai pengatur tata air (hidro-orologi) mulai dari presipitasi dalam bentuk hujan sampai pada penguapan
(evaporasi), selain itu hutan juga dapat menyerap karbon dioksida (CO 2) di atmosfer sehingga mengurangi pemanasan global dan menjadi habitat (tempat hidup) bagi berbagai jenis flora dan fauna.
Secara umum kawasan hutan di Kabupaten Lombok Tengah tersebar dalam dua wilayah ‘agroekologi’
yaitu kelompok kawasan hutan yang berada di Lombok Tengah bagian utara (kawasan hutan cluster utara) terdiri dari kawasan Taman Nasional dan hutan lindung yang memiliki karakterikstik iklim mikro relatif basah
dibandingkan kelompok kawasan hutan di Lombok Tengah Bagian Selatan (kawasan hutan cluster selatan) merupakan kawasan lindung, Taman Wisata Alam (TWA) dan hutan produksi yang memiliki iklim mikro lebih kering.
Kawasan Hutan Cluster Utara Kawasan hutan di wilayah ini berperan sebagai daerah tangkapan air, sumber air dan perlindungan
biodiversity. BPDAS Dodokan Moyosari tahun 2007 menyebutkan setidaknya terdapat 40 mata air utama yang
berada di dalam dan sekitar cluster ini. Ketersediaan air di kawasan ini telah dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi, pertanian, pensuplai air bersih bagi masyarakat dan sebagai sumber energi melalui Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Namun demikian berdasarkan survey yang dilaksanakan BPDAS (2007) juga mengidentifikasi setidaknya 42,8% dari sumber mata air tersebut memiliki kinerja kurang baik dan memerlukan rehabilitasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Disamping kelimpahan sumber daya air, kawasan hutan pada cluster ini menyimpan keragaman
biodiversity khususnya pada kawasan penyangga (buffer zone) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan potensi pariwisata. Beberapa obyek yang memliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam antara lain air terjun dengan ‘keunikan view dan lansekap’ nya.
Terlepas dari peran dan potensinya, tekanan terhadap sumberdaya hutan di wilayah ini relatif tinggi.
Keberadaan hutan yang berbatasan langsung dengan pemukiman masyarakat memungkinkan sebagian
masyarakat menggantungkan kehidupannya pada sumber daya hutan. Dengan demikian maka peluang
pemanfaatan hutan yang ‘tidak sesuai kaidahnya’ relatif besar. Tekanan terbesar terhadap sumber daya hutan di cluster ini terutama dari aktifitas illegal logging. Tingginya aktifitas illegal logging ini tak terpisahkan dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal disekitar kawasan hutan sedangkan pada sisi lain simpul – simpul ekonomi kerakyatan belum terintegrasi dengan baik dan belum dapat dijadikan penopang kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan paradigma partisipasi dalam pembangunan kehutanan dan sebagai respon terhadap
kebutuhan ekonomi masyarakat serta dalam rangka pelestarian hutan. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah telah mencanangkan kebijakan yang pro poor, pro jobs, and pro environment. Implementasinya dalam bidang kehutanan telah diprogramkan Hutan Kemasyarakatan (HKm). Program ini merupakan pertemuan dua arus
kepentingan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan kepentingan lingkungan untuk melestarikan sumber
daya hutan. Esensinya program HKm merupakan implimentasi dari konsepsi negara kesejahteraan. Areal program HKm di hutan lindung seluas 1.800 Ha dengan jumlah petani yang terlibat dalam program 3.450 orang. Tanaman
yang dikembangkan 70% adalah tanaman multi guna (multi purpose tree species) antara lain kemiri, nangka, durian, manggis dan lainnya. Namun demikian investasi dan intervensi kebijakan yang pro poor, pro jobs and pro environment masih diperlukan untuk menjamin keberlanjutan program. Kawasan Hutan Cluster Selatan Kawasan hutan di wilayah ini meliputi kawasan hutan lindung, hutan produksi dan TWA yang secara
administratif tersebar di Kecamatan Pujut, Praya Barat dan Praya Barat Daya. Kawasan hutan pada cluster ini
menyimpan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Hutan produksi tetap seluas 4.583,87 Ha dapat dikembangkan sebagai pensuplai hasil hutan kayu
dan bukan kayu dimasa depan. Untuk memanfaatkan potensi ekonomi hutan produksi tersebut dalam rangka mendorong pencapaian kesejahteraan masyarakat dan secara bersamaan untuk mewujudkan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah memprogramkan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) pada hutan produksi dengan luas areal pencadangan seluas 895 Ha yang mampu menyerap tenaga kerja langsung
sekitar 1.020 petani. Selain program Hutan Tanaman Rakya (HTR), di wilalayah cluster ini juga dikembangkan program Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 683 Ha yang dikelola oleh sebuah perusahaan yang memberdayakan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerjanya. Sedangkan potensi ekonomi hutan lindung dan TWA
yang berbatasan dengan pantai selatan adalah potensi jasa lingkungannya sebagai penunjang sektor pariwisata masih terbuka untuk dikembangkan.
Tekanan terhadap sumber daya hutan di wilayah ini masih tinggi. Pada kawasan hutan produksi, selain aktifitas
illegal logging sebagian besar wilayah hutan telah digarap (dirambah) oleh masyarakat dengan mengusahakan tanaman semusim. Sedangkan pada kawasan hutan lindung yang berbatasan dengan pantai, disamping perambahan hutan juga terjadi konflik pertanahan. Pada sisi lain kondisi penutupan lahan di kawasan hutan
wilayah selatan terkategorikan ‘rawang’, yang memerlukan pengkayaan tanaman. Persoalan tata batas hutan juga sering muncul dipermukaan disebabkan banyaknya pal batas yang sudah hilang atau bergeser yang menyulitkan membedakan antara kawasan hutan dan tanah milik Lahan Kritis dan Upaya Rehabilitasi Hasil identifikasi dan inventarisasi lahan kritis BPDAS Dodokan Moyosari Tahun 2010, sebagaimana
terlihat pada tabel 1 bahwa lahan kritis di Kabupaten Lombok Tengah seluas 8.356,06 Ha dengan kriteria sangat
kritis seluas 81,87 Ha, kritis seluas 1.419,04 Ha dan agak kritis seluas 6.855,15 Ha yang tersebar di kawasan budidaya, lindung dalam kawasan dan lindung luar kawasan. Upaya rehabilitasi yang dilakukan berupa reboisasi
(dalam kawasan) dan penghijauan (luar kawasan) dengan pemilihan lokasi berdasarkan prioritas tingkat kekritisan. NO
KECAMATAN
1
BATUKLIANG
2
JUMLAH BATUKLIANG UTARA
JUMLAH 3
JANAPRIA
DAS/SSWS Dodokan
Dodokan
Putih Dodokan
JUMLAH 4
JONGGAT
JUMLAH
Dodokan
KAWASAN
KRITERIA Agak Kritis
KBD -
LDK 51,63
-
Potensial Kritis
1.162,50
Kritis
-
271,7
-
233,52
-
-
Tidak Kritis
3.870,82
Agak Kritis
1,28
Agak Kritis
-
Potensial Kritis Tidak Kritis
Potensial Kritis Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis Kritis
Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis
5.681,33 -
0,96
110,69
6.345,35
522,05
LLK
-
1.091,10
10.330,54 4,33
12,19 -
-
0,02
4.381,65
-
37,43
2.733,31
2,13 0,46
-
JUMLAH (Ha) 51,63
1.684,55 3.870,82 5.607,00 271,7
1.092,37
16.011,88 233,52 4,33
12,19
17.626,00 0,96
110,69
6.345,35 6.457,00 0,02
39,56
2.733,77 4.381,65 7.155,00
5
KOPANG
Putih
Menanga Dodokan
JUMLAH 6
PRAYA
7
JUMLAH PRAYA TENGAH
8
PRAYA BARAT
JUMLAH
Dodokan
9
PRINGGARATA JUMLAH
8,51
Tidak Kritis
15,4
-
-
15,4
Tidak Kritis
Potensial Kritis Kritis
Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis
59,55 2,86 0,6
3,41
-
1.561,43
97,88
2.444,48
-
3.602,36 2.923,52
-
-
-
-
Dodokan
Sangat Kritis
0,13
-
23,83
-
1.112,75
Tidak Kritis Kritis
Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis
Sangat Kritis Kritis
Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis Dodokan
Sangat Kritis
Dodokan
Dodokan
7.328,57 2,77
-
75,72
8,83
2,91
-
2.234,58 6.349,21
-
-
68,75
709,2
-
165,43
4.606,52 -
68,48
105,25
1.648,93
-
Sangat Kritis Kritis
Agak Kritis
Tidak Kritis Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis
2.511,09 -
6,1 -
64,87
3,38
484,54
-
2.070,93 881,52 161,63 926,6
7.415,78 -
2.323,02 2.553,77
-
6,52 -
397,74
1.161,19 -
1.254,50
Tidak Kritis
Potensial Kritis
173,18
395,87
19,5
113,42
-
23,92
4,78
Agak Kritis
-
-
Kritis
Potensial Kritis
JUMLAH 11
-
21,43
JUMLAH PRAYA TIMUR
-
Potensial Kritis
Jelateng
10
8,51
Dodokan
Jelateng
JUMLAH PRAYA BARAT DAYA
Potensial Kritis
329,5
612,06 -
208,9 192,3 -
-
923,35 140,65 11,62 -
12,41 1,07 -
59,55 2,86 0,6
3,41
1.659,31 3.602,36 5.352,00 2.444,48 2.923,52 5.368,00 21,43
7.328,57 7.350,00 23,97 2,77
257,74
3.347,33 6.349,21 9,42
68,75
631,65
5.872,97 709,2
17.273,00 23,92 24,28
1.042,87 4.161,46 1.789,57 11,62 68,25
2.412,84 1.494,64 484,54
11.514,00 161,63 926,6
7.415,78 8.504,00 208,9
2.515,33 2.553,77 5.278,00
12
PUJUT
Dodokan
Jelateng
JUMLAH JUMLAH TOTAL
Sangat Kritis
-
12,06
-
12,06
6.851,20
119,35
32,88
7.003,43
480,92
-
Kritis
77,97
Tidak Kritis
9.327,81
Agak Kritis
Potensial Kritis Sangat Kritis Kritis
Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis
298,29 -
63,58 152,8
2.155,11 1.801,76
360,19 480,64 -
0,88
15,54
1.124,01 -
-
Keterangan:
438,16 778,93
9.327,81 0,88
544,51 168,34
3.279,12 1.801,76
23.355,00 120.839,00
KBD = kawasan budidaya
LDK = lindung dalam kawasan LLK = lindung luar kawasan
Sumber : BPDAS Dodokan Moyosari Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kondisi ekonomi yang tidak stabil, telah
memacu meningkatnya intensitas pemanfaatan lahan dan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai
bentuk pengelolaannya, ada yang dijadikan sebagai ladang, kebun dan dalam bentuk lainya. Kegiatan ini karena
dikelola tidak sesuai dengan fungsi dan daya dukung suatu kawasan, sehingga mengakibatkan banyak lahan – lahan subur berubah menjadi lahan kritis yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kebutuhan ekosistem serta menurunkan fungsi ekologis dari lahan tersebut.
Luas kawasan hutan menurut fungsinya yang ada di Kabupaten Lombok Tengah semakin berkurang
jumlahnya yakni seluas 3426,2 ha, hal ini disebabkan antara lain :
Adanya kegiatan penebangan liar yang dilakukan oleh masyarakat baik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.
terjadi pembukaan lahan baru
Namun berdasarkan data yang diperoleh, dari tahun ke tahun total kerusakan hutan dapat diminimalisir. PERIKANAN Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya Kelautan dan Perikanan dalam rangka meningkatkan
ekonomi kerakyatan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan desentralisasi pembangunan,
dengan
memberikan kewenangan kepada daerah dalam rangka mengelola wilayah perairan yang mencakup Eksplorasi, Eksploitasi, Konservasi dan pengelolaan kekayaan laut yang terwujud dalam bentuk pengaturan kepentingan
administrasi, pengaturan tata ruang dan penegakan hukum. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan dilakukan melalui peningkatan sarana dan prasarana Budidaya perikanan; Pengembangan kelembagaan; pengembangan dan penerapan
teknologi budidaya perikanan yang mampu dilaksanakan dan
dikembangkan oleh masyarakat serta berupaya melakukan budidaya yang sehat dan ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar keberlangsungan sumberdaya tetap berlanjut untuk generasi yang akan datang.
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan Kabupaten Lombok Tengah merupakan kekayaan daerah
yang hingga kini belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Implikasinya potensi sumberdaya tersebut belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan daerah. Realita lainnya menunjukkan
bahwa masyarakat nelayan umumnya masih tergolong dalam strata sosial-ekonomi yang tergolong miskin. Oleh karena itu diperlukan kebijakan atau program yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat pesisir sehingga
selain dapat meningkatkan kesejahteraannya juga mendidik lebih mandiri dan memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut secara optimal dan berkelanjutan.
Berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan sumberdaya pesisir-laut selama ini bersifat
ekstraktif sehingga mengabaikan prinsip keberlanjutan. Kondisi tersebut didukung oleh pola pemanfaatan
sumberdaya pesisir yang open akses (memiliki akses terbuka tanpa batas) sehingga sumberdaya menjadi milik bersama (common property). Implikasinya ialah eskalasi konflik yang dipicu oleh tumpang tindihnya kepentingan
dan pemanfaatan oleh masing-masing pengampuh kepentingan. Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam. Karena akan menimbulkan pemanfaatan yang saling menyingkirkan dan berdampak pada kerusakan ekologis serta benturan sosial.
Lombok Tengah memiliki luas daratan 1.208,39 km² dan luas perairan laut sebesar 975 Km2 dengan
panjang garis pantai 85 km merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki
potensi pengembangan kelautan dan perikanan yang cukup besar baik itu potensi penangkapan ikan maupun potensi perikanan budidaya. Penangkapan Ikan. Perairan Lombok Tengah berada di sebelah selatan termasuk ke dalam perairan laut Samudera Hindia Luas areal penangkapan ikan laut di Kabupaten Lombok Tengah sebesar 11.937 Km² dengan potensi lestari (MSY)
sumberdaya ikan sekitar 40.623 ton/tahun., Sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya terdiri dari jenisjenis
ikan dasar (demersal) dan jenisjenis ikan permukaan (pelagis). Selain itu, terdapat pula jenisjenis ikan karang, udang, lobster dan cumicumi. Berdasarkan data produksi ikan di Kabupaten Lombok Tengah, komposisi hasil
penangkapan ikan didominasi oleh ikan lemuru, tongkol, tenggiri, teri, sebagai kelompok ikan permukaan (pelagis) dan untuk ikan dasar (demersal) didominasi oleh ikan cucut dan pari.
Luas Areal dan Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tangkap di Kabupaten Lombok Tengah
LUAS AREAL
PERAIRAN Lombok Tengah (4 mil) a. Perairan Pantai b. Per. Lepas Pantai c. ZEEI JUMLAH
(Km2) 975 670 617 9.675 11.937
POTENSI LESTARI (TON/TH) PELAGIS 4.051 1.367 1.259 12.720 19.397
DEMERSAL 4.503 1.487 1.370 13.866 21.226
TOTAL 8.554 2.854 2.629 26.586 40.623
Produksi perikanan laut Kabupaten Lombok Tengah tahun 2012 tercatat sebesar 1.665,79 ton, sehingga tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan diperkirakan baru 4,25%. Dengan demikian peluang untuk pengembangan ikan di
laut masih sangat besar yaitu mencapai 39.181,9 ton/ tahun atau 95,75%. Potensi sumberdaya ikan yang dieskplorasi tidak hanya terbatas di perairan laut yang menjadi kewenangan Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok
Tengah saja, tetapi dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) atau
perairan laut yang menjadi kewenangan wilayah lain sesuai peraturan dan ketentuan perundang undangan yang berlaku. No
Produksi dan Nilai Produksi Penangkapan Ikan di Laut Menurut Jenis Ikan Jenis Ikan
1 2
Cendro Ekor Kuning
5
Kuwe
3 4 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 41 42 43 44 45 46
Produksi (Ton) 70.72 5.40
Lolosi Biru
3.26
Layang
11.39
Bawal Putih
9.64
Kakap
5.80
Japuh
18.20
Selar
Sunglir
Bawal Hitam
1.40 3.26
14.90 6.00
Talang-Talang
25.50
Selanget
5.20
Tembang
148.42
Bentong
103.80
Siro
72.75
Lemuru
14.11
Ikan Terbang
62.62
Banyar
43.58
Tenggiri
23.64
Lemadang
7.13
Cakalang
22.87
Kenyar
0.54
Teri
98.06
Kembung
1.20
Sieng-Sieng
2.40
Nilai (Rp. 000) 695.750 113.000
21 22
Julung-Julung Gerot-Gerot
32.600
25
Setuhuk Hitam
42.800 12.200 72.640
193.140 90.000
225.500 202.500 920.060 119.250 52.000
579.975 86.750
1.000.190 106.825 127.200 628.600 478.550 522.900 9.240
490.220 6.000
30.000
752.300
No
23 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 60 61 62 63 64 65
Jenis Ikan
Tahun 2012
Produksi (Ton) 102.08 9.34
Ikan Gaji
5.80
Setuhuk Biru
0.30
Lencam
6.10
Ikan Layaran
Setuhuk Loreng Peperek
Merah Bambangan Pinjalo
Belanak
Bj Nagka Karang Kuniran
Biji Nangka Kurisi
7.31
2.83
26.50 14.64 9.30 8.19 3.20 2.34
27.30 4.80
Serinding Gulamah
Tongkol Krai
Tongkol Komo Ikan Lainnya Udang Dogol Udang Putih
Udang Krosok
Udang Ratu/Raja Udang Lobster
5.55
Barong/
1.00 0.30
29.60
128.16 17.90 24.90 80.93 1.90
44.80 14.03
Nilai (Rp. 000) 859.730 79.000 58.000
127.750 160.450 7.500
49.010
202.700 61.000
456.050 103.610 79.375 32.000 23.400
450.450 86.400 12.500 2.430
224.100
1.101.030 139.500 996.000
2.896.000 82.000
1.836.800 2.161.600
47
Tenggiri Papan
4.96
50
Tongkol Abu-abu
53.45
Kerapu Sunu
0.10
Kerong-Kerong
0.50
Pari
10.12
48 49 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Madidihang
0.70
Kerapu Karang
1.10
Beronang
6.25
Layur
74.89
Mata Besar
3.50
Kerapu Balong
4.24
Manggalila
0.50
Cucut
4.20
176.100
66
Udang Lainnya
14.64
282.100
975.250
69
Kerang Darah
0.90
4.500
17.500 87.500 20.000
137.200 3.000
63.060 7.500
67
Kepiting
68
Rajungan
70
Cumi-Cumi
71
Gurita
72
Sotong
JUMLAH
10.34 34.74 50.16 26.15 3.50
1.665.79
290.980
1.005.380 1.303.100 856.625 69.500
26.059.208
2.500
602.613 127.025 149.200
Total nilai produksi penangkapan ikan di Kabupaten Lombok Tengah senilai 1.665,79 Ton dengan nilai sebesar Rp. 26.059 Milyar, ada peningkatan sebesar 185 % dari nilai tahun 2011 sebesar Rp. 14,028 Milyar.
Jumlah Alat Tangkap yang digunakan disetiap Armada Penangkapan Ikan di Laut di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012 No 1 2 3
4 5
Armada Kapal
Jumlah Alat Tangkap
Jumlah RTP
Tanpa Perahu Jukung
112 28
69 15
- Sedang
136
Perahu
- Kecil
112
- Besar
Motor Tempel
-
1519
- 5 - 10 GT
12
Kapal Motor - 0–5
GT
- Di atas 10 GT JUMLAH
23 20 1962
77 74 -
658 4 2 3
902
Perikanan Budidaya Kegiatan perikanan darat, laut dan perairan umum merupakan jenis kegiatan yang terdapat dalam sub sektor perikanan. Kecuali perikanan laut, potensi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dijumpai secara hampir
merata di semua kecamatan yang ada. Sementara perikanan laut lokasinya masih terbatas pada empat kecamatan
yakni Praya Barat, Praya Barat Daya, Pujut dan Praya Timur. Hal ini terkait dengan lokasi kecamatan yang berdekatan dengan laut.
Pada tahun 2011, produksi perikanan darat mencapai 24.432 ton dengan nilai Rp. 66.505.100.000,- Angka ini meningkat sangat tajam dibandingkan dengan tahun 2009 yang produksinya mencapai 765 ton dengan nilai
mencapai Rp. 13.983.864.700,- Sebaliknya perikanan laut, jumlah produksi dan nilai produksi mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan perikanan perairan umum kondisi produksi ataupun nilainya mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010.
Dilihat menurut jenis ikan, terdapat beberapa jenis ikan yang menonjol baik dari segi produksi maupun nilainya. Ikan nila dan ikan karper untuk perikanan darat, ikan nila untuk perikanan di perairan umum, dan ikan tembang
untuk perikanan laut, dan rumput laut untuk budidaya laut merupakan jenis potensi perikanan yang memberikan sumbangan cukup besar baik dari segi produksi maupun nilainya.
Produksi dan Nilai Produksi dan Perlakuan Ikan Perairan Umum Tahun 2012
Jumlah Alat Tangkap yang digunakan disetiap Armada Penangkapan Ikan di Perairan Umum - Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012 Armada Kapal Jumlah Alat Tangkap Jumlah RTP
No No.
Jenis Ikan
Produksi (Ton)
1 2
Betok Sidat
31.00 17.00
5
Mujair
61.79
3 4
Sepat Siam
37.20
Nila
217.49
Tawes
106.61
Udang Tawar
64.30
Gabus
6 7
Mas/Karper
8
Nilem
9
10 11 13
131.06 37.40
Ikan Lainnya
20.26
Udang Lainnya
49.00
Udang Grago
12
65.01
11.80
Jumlah
1 2 3
849.95
Tanpa Perahu Jukung
5
155.000 268.110
Segar/ Beku 31.00 17.00
498.500
37.09
260.400 589.280
3.913.700 3.202.200 561.000
1.003.325 132.760 94.400
1.184.500 552.700
12.415.875
Perlakuan Ikan (Ton) Pengeringan Pindang/ Pengasapan -
37.20 65.01
131.06
-
-
-
37.40
-
104.10
2.51
8.70
11.56
11.80
-
64.30
-
811.18 299
-
1136 78
- Besar
-
-
- Sedang
Motor Tempel Kapal Motor - 0–5
-
24.70
217.49
49.00
-
Perahu
- Kecil 4
Nilai (Rp.000)
GT
- 5 - 10 GT
- Di atas 10 GT JUMLAH
-
1513
38.77
-
37.20 65.01
217.49 131.06
-
37.40
-
106.61
-
20.26
-
31.00 17.00 61.79
-
-
Jumlah
11.80 64.30
0.00
49.00
849.95
161 366 35 -
562
PERTAMBANGAN Potensi pertambangan dan penggalian di Kabupaten Lombok Tengah sampai saat ini memang belum
memperlihatkan hasil yang optimal. Hal ini karena beberapa jenis potensi yang ada yang sesungguhnya memiliki nilai ekonomis tinggi masih dalam proses eksplorasi. Pencarian potensi-potensi pertambangan dan penggalian
lainnya tentu saja menjadi tugas berat dan menuntut kejelian serta kegesitan aparat yang berkecimpung di sektor pertambangan.
Potensi yang ada yang sudah tergarap dan ikut memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah adalah
potensi bahan galian golongan C, seperti batu bangunan, batu apung, pasir sirtu, tras, tanah urug, batu
gamping/batu kapur, posfat, zeolit, oker, gypsun, kalsedon, tufa/batu paras, lempung ilit, kaolin, batu silika, dan
bentonit. Beberapa diantaranya bahkan tersedia secara hampir merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah.
Potensi-potensi yang sudah eksis, khususnya bahan galian golongan C kedepan perlu mendapat perhatian
serius dalam hal pengelolaannya, karena pengelolaan yang salah dapat berakibat fatal bagi sektor lainnya, termasuk sektor lingkungan hidup. Perlu dilakukan berbagai upaya koodinasi lintas sektor dalam pengelolaan
bahan galian golongan C tersebut, termasuk didalamnya menyangkut amdal dan sejenisnya. Potensi pertambangan dan penggalian di Kabupaten Lombok Tengah sampai saat ini memang belum memperlihatkan hasil yang optimal.
Hal ini karena beberapa jenis potensi yang ada yang sesungguhnya memiliki nilai ekonomis tinggi masih dalam proses eksplorasi. Pencarian potensi-potensi pertambangan dan penggalian lainnya tentu saja menjadi tugas berat dan menuntut kejelian serta kegesitan aparat yang berkecimpung di sektor pertambangan.
Potensi pertambangan mineral logam di Kabupaten Lombok Tengah tersebar di Kecamatan Praya Barat
Daya yang meliputi : Desa Pelambik, Desa Serage, sebagian Desa Darek, sebagian kecil desa Montong sapah, Desa Batu Jangkih, Desa Kabul, desa Pandan Indah, Desa Ranggagata, Desa Ungga serta Kecamatan Pujut yang meliputi : Desa Rembitan, Desa Kuta, Desa Sukadana, Mertak, Pengengat, Truwai dan di Kecamatan Pujut yang terdiri dari Desa Rembitan, Desa Kuta, Desa Sukadana, Desa Mertak, Desa Pengengat dan Desa Teruwai.
Pertambangan mineral bukan logam serta batuan tersebar di Kecamatan Praya Barat (Desa Selong
Belanak), Kecamatan Pujut (Desa Rembitan, Desa Teruwai, Desa Sukadana), Kecamatan Praya Timur (Desa
Bilelando, Desa Mujur), Kecamatan Praya Barat Daya (Desa Pandang Indah, Desa Pelambik), Kecamatan Batukliang Utara (Desa Karang Sidemen, Desa Lantan), Kecamatan Pringgarata (Desa Pemepek), Kecamatan Kopang (Desa Wajageseng).
Potensi bahan galian tambang yang sudah dieksploitasi dan ikut memberikan sumbangan bagi pendapatan
daerah adalah potensi bahan galian batuan, seperti batu bangunan, batu apung, pasir sirtu, tras, tanah urug, zeolit,
oker, kalsedon, tufa/batu paras, lempung ilit, kaolin, batu silika, dan bentonit. Beberapa diantaranya bahkan tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah.
Berdasarkan data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Lombok Tengah, untuk tahun
2011 terdapat 5 (lima) perusahaan yang memprakarsai usaha pertambangan bahan galian batuan berupa sirtu,
silika, batu andesit dan batu bangunan dengan areal seluas 0,630 ha. Sedangkan untuk usaha pertambangan rakyat untuk bahangalian batuan, total luas arealnya 2,957 ha dengan total produksi mencapai 64.540 ton/tahun.
Luas Areal dan Produksi Pertambangan menurut Jenis Bahan Galian, Tahun 2011 No.
Nama Perusahaan
Jenis Bahan Galian
1.
PT. BAHAGIA BANGUN NUSA PT. YATOFA GRESS (Pengolahan AMP) PT. BULAN BULAENG PERKASA (Perpanjangan IUP Operasi Produksi) ADI NUGROHO (Pengolahan Batu Andesit) KSU TALIN DEDE
2 3 4 5
Keterangan Sumber
Sirtu
Luas Areal (Ha) 0.800
Produksi (m3/Tahun) 24.000
Silika
200
*
Sirtu
0.120
*
Batu Andesit
0.620
*
Batu Bangunan
0.630
12.600
: *) Belum ada laporan produksi , Izin berlaku untuk 1 tahun : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Lombok Tengah
Luas Areal pertambangan Rakyat menurut Jenis Tambang, Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Bahan Galian Batu Bangunan Pasir sirtu Batu apung Traas Tanah Urug Batu gamping
Luas Areal (Ha) 130,85 Belum dikur 124,67 235.33 23.38 428.5
Jumlah Produksi * * * * * *
7 Kalsedon 2.00 * 8 Tufa (batu Paras) 22.1 * 9 Lempung ilit 238.85 * 10 Phospat 7 * 11 Zeolit 3.5 * 12 Belerang * 13 Oker 2 * 14 Gypsun 1.8 * 15 Kaolin 50.64 * 16 Silika 373.28 * 17 Bentinit 5 * 18 Emas 1345.000 * 19 Timbal 3.087 * 20 Pasir besi * Keterangan : Produksi tidak tetap sangat tergantung permintaan pasar Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Lombok Tengah
Permasalahan primer yang dihadapi Kabupaten Lombok Tengah tentang pertambangan adalah makin
maraknya pertambangan ilegal emas yakni gelondongan dan tong. Berdasarkan hasil survey Dinas ESDM Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2011 tercatat bahwa di Kabupaten Lombok Tengah terdapat sekitar 2628 gelondong dan 52 tong. Dari jumlah tersebut sekitar 62 % ditemukan di Kecamatan Pringgarata.
Dampak yang diberikan akibat usaha gelondong dan tong, bukannya membawa keuntungan bagi
masyarakat akan tetapi mala petaka. Keuntungan hanya di dapat oleh segelintir orang tetapi implikasinya terhadap
masyarakat sangat besar terutama untuk sektor lingkungan. Hal ini di sebabkan pengelolaaan limbah dan
penggunaan bahan kimia yang berbahaya yang digunakan dalam proses pengolahannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya koordinasi lintas sektoral dalam pengelolaannya. Energi Listrik Saat ini, masalah listrik bukan semata menjadi masalah di daerah terpencil yang belum terjangkau saja,
melainkan sudah menjadi masalah secara nasional, karena terkait dengan permintaan pemasangan baru dan
tambah daya yang terus bertambah. Melonjaknya kebutuhan listrik disebabkan oleh penggunaannya yang tidak hanya untuk kepentingan penerangan di waktu malam saja, melainkan sudah digunakan secara luas untuk segala
macam aktivitas, dan segala macam peralatan yang kian hari semakin beragam jenisnya. Disisi lain perluasan jangkauan ataupun operasionalisasi kegiatan kelistrikan secara keseluruhan bahkan sampai level nasional berada
pada kondisi dilematis. Aspek biaya operasional yang makin tinggi dihadapkan pada keterbatasan kemampuan membayar dari masyarakat tidak jarang membuat kinerja sektor kelistrikan menjadi terganggu.
Terlepas dari kondisi tersebut, PLN Ranting Praya sebagai satu-satunya pemasok hampir seluruh
kebutuhan listrik di Kabupaten Lombok Tengah terus melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Upaya ini ditandai oleh adanya peningkatan jumlah gardu,, peningkatan kapasitas,
dan peningkatan panjang jaringan. Sebagai gambaran, pada tahun 2006 tercatat gardu sebanyak 325 buah dengan
KVA terpasang sebesar 24.571, panjang jaringan (JTM) 546.650 kms dan JTR sepanjang 764.972 kms, dan pada
Tahun 2011 angka-angka tersebut mengalami peningkatan masing-masing 397 buah gardu dengan KVA sebesar 35.057, dan panjang jaringan JTM dan JTR masing-masing 590.690 kms dan 820.600kms.
Namun demikian peningkatan tersebut, nampaknya belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal
ini terlihat dari makin panjangnya daftar antri calon pelanggan listrik PLN. Adanya kondisi tersebut membuka pikiran sebagian masyarakat utamanya di wilayah yang relatif terpencil untuk mengusahakan listrik secara
swadaya, baik perorangan atau kelompok. Namun untuk tahun-tahun mendatang permasalahan diatas diharapkan dapat ditekan dengan adanya rencana penambahan mesin baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Terlepas dari kondisi tersebut, PLN Ranting Praya sebagai satu-satunya pemasok hampir seluruh
kebutuhan listrik di Kabupaten Lombok Tengah terus melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. Upaya ini ditandai oleh adanya peningkatan jumlah gardu,peningkatan kapasitas, dan peningkatan panjang jaringan. Sebagai gambaran, pada tahun 2006 tercatat gardu sebanyak 325 buah dengan
KVA terpasang sebesar 24.571, panjang jaringan (JTM) 546.650 kms dan JTR sepanjang 764.972 kms, dan pada Tahun 2010 angka-angka tersebut mengalami peningkatan masing-masing 397 buah gardu dengan KVA sebesar 35.057, dan panjang jaringan JTM dan JTR masing-masing 590.690 kms dan 820.600 kms.
Namun demikian peningkatan tersebut, nampaknya belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal
ini terlihat dari makin panjangnya daftar antri calon pelanggan listrik PLN. Adanya kondisi tersebut membuka
pikiran sebagian masyarakat utamanya di wilayah yang relatif terpencil untuk mengusahakan listrik secara swadaya, baik perorangan atau kelompok. Alternatif lain selain listrik PLN yang sudah dan akan dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah antara lain:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), terdapat di Kecamatan Batukliang Utara;
Pringgarata, Batukliang, dan
b. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), terdapat di Kecamatan Praya Timur, Pujut, Praya Barat Daya, Praya Barat, Pringgarata;
c. Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE), terdapat di Kecamatan Praya Barat Daya, Pringgarata;
d. Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), terdapat di Kecamatan Praya Barat Daya, Praya Barat, Pujut, Praya Timur;
e. Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), terdapat di Kecamatan Praya Barat Daya, Praya Barat, Pujut, Praya Timur; dan
f. Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL), terdapat di Kecamatan Praya Barat Daya, Praya Barat, Pujut, Praya Timur.
Bahan Bakar Minyak Aktivitas kendaraan bermotor didasarkan atas jumlah kendaraan bermotor terhadap penggunaan bahan
bakar, berdasarkan data jumlah kendaraan pada tahun 2010, maka terlihat bahwa aktivitas dan jumlah kendaraan
bermotor sepanjang tahun relatif stabil. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi pada semua jenis baik mobil penumpang, mobil barang, maupun bus.
Besarnya pengguna kendaraan bermotor berbahan bakar premium yang jumlahnya hampir 99,23%
dibanding jumlah kendaraan berbahan bakar solar menunjukkan bahwa aktivitas kendaraan pribadi lebih banyak
dibandingkan kendaraan umum. Adanya peningkatan yang kecil untuk mobil penumpang dapat memberi gambaran tentang pemanfaatan mobil penumpang yang cenderung berkurang seiring dengan peningkatan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil. Kondisi ini juga tidak terlepas dari makin mudahnya masyarakat untuk memiliki kendaraan terutama roda dua sehingga jumlah orang yang memerlukan mobil penumpang makin hari makin berkurang.
Dengan kata kata lain, di Kabupaten Lombok Tengah khususnya dan NTB umumnya telah terjadi
pergeseran penggunaan moda angkutan dari angkutan penumpang umum ke angkutan sepeda motor atau mobil
pribadi. Bagi sebagian masyarakat termasuk pelajar, utamanya yang tidak memiliki kendaraan sendiri berkurangnya moda angkutan penumpang (roda empat) tentu menjadi masalah, namun masyarakat dapat sedikit terbantu dengan kehadiran bus kota milik pemerintah daerah.
Untuk bahan bakar kendaraan bermotor di Kabupaten Lombok Tengah saat ini memiliki 7 unit Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang masing-masing tersebar di 7 kecamatan yaitu Kecamatan Jonggat, Kecamatan Praya, Kecamatan Praya Tengah, Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Praya Timur, Kecamatan Kopang dan Kecamatan Batukliang Utara.
Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan Pencemaran serta
pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program serta
kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan,sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan
perundangan, tersedianya informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi) dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem
pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi terintegrasikan dan menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan daerah.
Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dijabarkan pula bahwa penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang
dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya,kebijakan, rencana, dan / atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
LINGKUNGAN HIDUP Rehabilitasi Lingkungan Rehabilitasi lingkungan adalah upaya memperbaiki lingkungan yang telah rusak hingga berfungsi sebagaimana peruntukannya. Kerusakan dan pencemaran lingkungan di Kabupaten Lombok Tengah masih belum separah Kabupaten Kota yang ada di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Lombok Tengah belum memiliki sumber pencemar yang berkapasitas besar seperti pabrik-pabrik besar dan kegiatan dan atau usaha yang berskala besar. Kerusakan lingkungan yang agak menonjol berupa kerusakan hutan dan lahan sebagai akibat dari adanya kegiatan masyarakat yang terus mendesak ke wilayah hutan. Usaha tersebut misalnya penambangan batu apung, perladangan oleh masyarakat dan lain-lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah telah melakukan berbagai upaya rehabilitasi.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2011 telah dilakukan kegiatan penghijauan di 2 (dua) desa di
kecamatan Batukilang Utara yaitu desa Setiling dan desa Karang Sidemen dengan luas lahan 51 hektar dan 36.111 batang pohon. Namun rencana ini hanya bisa terealisasikan seluas 45 hektar dengan jumlah pohon sebanyak 29.203 batang. Penanaman dilakukan di 3 (tiga) lokasi mata air yaitu mata air Aik Leneng dan mata air Pengenem
Daye di desa Setiling serta mata air Gunung Malang di desa Karang Sidemen. Kegiatan tersebut merupakan usaha
konservasi daerah tangkapan air melalui penanaman bibit tanaman konservatif berupa tanaman sengon, jati lokal,
rajumas dan beringin. Sedangkan untuk kegiatan reboisasi untuk tahun 2011 ini tidak ada. Namun pada tahun sebelumnya kegiatan reboisasi dilaksanakan di kecamatan Kopang di areal hutan seluas 25 hektar dengan 27.500 batang pohon oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Tengah.
Untuk masalah sampah domestik, upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan antara lain dengan
membangun sistem pengolahan sampah pola 3R (Reuse, Reduce, Recycle) di Kelurahan Prapen dan Kopang
rembiga. Untuk tahap awal, sistem ini mampu mengolah sampah organik yang dihasilkan masyarakat menjadi
kompos dengan jumlah masyarakat penerima manfaat masing-masing kelurahan 1600 jiwa yang memiliki nilai ekonomis dan dapat dijual kepada para petani sehingga mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Cakupan
pelayanan sampah hanya mampu melayani 8 kelurahan di Kecamatan Praya, keterbatasan ini disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana yang ada. Baik itu yang berupa armada pengangkut (dump truck, kontainer) yang terbatas maupun jumlah tenaga kebersihan yang masih sangat kurang serta terbatasnya jumlah TPS. Adapun upaya untuk mengurangi pencemaran air sungai akibat sampah dapat berupa:
a.
sosialisasi yang berkelanjutan kepada masyarakat di sepanjang sungai mengenai sanitasi lingkungan, agar
b.
gerakan kebersihan sungai tercemar secara berkala, pembersihan segmen sungai tercemar minimal 2 kali
c.
d. e. f.
g.
h. i.
tidak memanfaatkan sungai untuk keperluan MCK. setahun
pemasangan papan himbauan sepanjang bantaran sungai dan peletakkan tempat sampah
normalisasi alur sungai, mengeruk sedimen sungai, mendirikan blok penyaring sampah, menertibkan Permukiman di bantaran sungai
pendirian demplot peningkatan kualitas air secara vegetatif pada sempadan dan bantaran sungai evaluasi hasil kegiatan pemantauan serta menganalisis kualitas air sungai
penyusunan PERDA /PERDES/ Awig-awig tentang larangan membuang sampah di sungai pemberdayaan masyarakat khusus yangg tinggal di sekitar sungai
Usaha lain yang dapat dilakukan adalah menghilangkan bakteri coli tinja dengan penambahan desinfektan
misalnya dengan klorinasi. Namun dosis klorin yang ditambahkan harus seoptimal mungkin sehingga tidak menimbulkan efek negatif terhadap kualitas air secara umum.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut ada pula kegiatan-kegiatan fisik upaya rehabilitasi lingkungan berupa :
1.
Pembangunan instalasi biogas
3.
Pembuatan sumur resapan.
2.
Pembangunan taman hijau
Kegiatan pembuatan biogas merupakan salah satu upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah dan limbah yang
pada akhirnya akan menurunkan tingkat pencemaran lingkungan terutama pencemaran air. Pembangunan digester biogas ini juga merupakan salah satu langkah kongkrit dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Sampai dengan akhir tahun 2011 secara fisik biogas sudah selesai dibangun dan sudah dimanfaatkan oleh
masyarakat sebanyak 8 unit dan mengcover 3 (tiga) buah kandang komplek dengan total ternak sebanyak 230 ekor ternak. Satu buah digester lagi merupakan pembangunan dari sisa tender dan mengcover 1 buah kandang komplek
dengan jumlah ternak sebanyak 60 ekor. Jadi total jumlah ternak yang dapat ditanggulangi kotorannya sebanyak 290 ekor. Adapun jumlah KK yang dapat memanfaatkan hasil dari biogas tersebut sebanyak 26 KK. Pembangunan taman hijau dilakukan dengan tujuan untuk :
a.
Sebagai upaya untuk menangkap gas CO2 yang merupakan salah satu Gas Rumah kaca
c.
Pelestarian keanekaragaman hayati (penyelamatan tanaman langka)
b. d. e.
Sebagai paru-paru kota.
Sebagai tempat rekreasi kota
Ruang terbuka hijau dan Penambahan tutupan vegetasi
Kegiatan pembuatan taman hijau berlokasi di 2 (dua) tempat yaitu di Taman Biao kelurahan Jontlak dan di taman Masjid Jami’ kelurahan Prapen.
Adapun untuk kegiatan pembuatan sumur resapan dilakukan di Kantor Lingkungan Hidup, Laboratorium,
Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kantor Inspektorat dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan. Dengan
adanya sumur resapan ini diharapkan dapat mengurangi volume air run off dipermukaan tanah pada musim hujan dan dapat menambah cadangan air tanah.
Instalasi Biogas dan pemanfaatannya