Merupakan metodologi penafsiran Al Qur’an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Amina Wadud Konsep terstruktur untuk menafsirkan Al Qur’an yang mengacu kepada ide kesetaraan dan keadilan Gender. Prinsip penafsiran berbasis Feminis
KETIDAKADILAN GENDER Salah satu persoalan sosial keagamaan dalam masyarakat Islam Perempuan tidak sederajat dengan laki-laki Eksistensi perempuan melengkapi eksistensi laki-laki . Perempuan mengalami diskriminasi & ketidakadilan, bahkan tindak kekerasan
PEREMPUAN DALAM TAFSIR KLASIK Bukan manusia utuh Berasal dari tulang rusuk laki-laki Tidak boleh menjadi pemimpin Lemah dan inferior
BIAS GENDER DALAM TAFSIR KLASIK
PEREMPUAN DALAM MASYARAKAT ISLAM: Perempuan menjadi objek hukum Perempuan HARUS MERELAKAN suami berpoligami Pembagian waris tidak sama Nilai kesaksian perempuan rendah dari laki-laki PEREMPUAN MENJADI TAWANAN TEOLOGIS TERBELENGGU DALAM HUKUM YANG TIDAK ADIL DAN DISKRIMINATIF
TIDAK TAAT HUKUM MERUPAKAN KEJAHATAN TEOLOGIS
PEMBEBASAN PEREMPUAN
BONGKAR BIAS GENDER REINTERPRETASI TAFSIR BARU YANG BERKEADILAN GENDER
METODOLOGI PENAFSIRAN AL QUR’AN
HERMENEUTIK FEMINISME
PEMIKIRAN AMINA WADUD DR. Amina Wadud
Karya : Quran and woman The Sacred Texs From a Woman Perspective (1999) dan Inside The Gender Jihad (2007)
HERMENEUTIKA
FEMINISME
Hermeneutika berbasis Feminis ( Aysha Hidayatullah)
Teori Feminisme liberal Teori Feminisme radikal Teori Feminisme eksistensial
1.
2.
Pengalaman
: banyak terlibat dengan persoalan gender diskriminasi rasial dan diskriminasi gender dimotivasi oleh perjuangan perempuan Pemikiran Feminisme : Feminisme Liberal Feminisme Eksistensial Feminisme Radikal
3.
Pemikiran Hermeneutik: berbasis feminis mengacu kepada ide kesetaraan dan Keadialan gender
3 aspek penafsiran :
Konteks, Gramatika, Wellstanchauung
Bercorak holistik Mengacu kepada ide kesetaraan dan keadilan gender 5 Langkah metodologis:
Didasarkan pada pengalaman/pandangan perempuan kerangka pemikiran feminism kontekstualisasi historis Intertekstual paradigma tauhid
1.
Penafsiran ayat tentang penciptaan: Alquran tidak membedakan penciptaan laki-laki dan perempuan, manusia diciptakan berpasangan (Intratekstualitas) Bila meletakkan diri lebih tinggi = egoisme syirik Arogansi menolak perintah Tuhan = logika iblis (Paradigma tauhid)
2.
Penafsiran ayat kepemimpinan tidak ada satu ayatpun yang melarang perempuan (kontektualisasi Historis)
3.
Ayat tentang talak talak sewenang-wenang tidak adil
4.
Ayat tentang poligami kebolehan poligami kontekstual dan yang ideal monogami
5.
Ayat tentang waris pembagian waris terhadap anaklaki-laki dan perempuan tidak adil
6.
Ayat tentang saksi Nilai kesaksian perempuan sama dengan laki-laki.
AYAT Penciptaan
TAFSIR KLASIK
TAFSIR FEMINIS
Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki- Manusia diciptakan laki yang bengkok bagian kiri dari belakang. (dualisme penciptaan),
berpasangan
Laki-laki memimpin perempuan karena Allah Tidak ada satu ayatpun yang Kepemimpinan telah memberi kelebihan pada laki-laki. perempuan menjadi pemimpin Talak
Poligami
Waris
Saksi
Laki-laki dapat menjatuhkan talak tanpa Menjatuhkan talak pemberitahuan (kesewenang-wenangan) adalah tidak adil. Seorang suami boleh berpoligami dengan empat isteri.
melarang
sewenang-wenang
sampai Kebolehan poligami bersifat kontekstual tidak universal. Pernikahan ideal adalah monogami
Pembagian warisan 2 : 1 untuk anak laki-laki Pembagian Warisan anak laki-laki dan dan anak perempuan perempuan sama dan setara Nilai kesaksian perempuan lebih rendah dari Nilai kesaksian perempuan tidak rendah laki-laki. Satu saksi laki-laki sama dengan dua dari laki-laki. Dua perempuan, satu saksi perempuan. bersaksi dan satu lagi mengingatkan.
Hermeneutika feminisme adalah metode penafsiran Alquran yang mengacu kepada kesetaraan dan keadilan gender, bercorak holistik, didasari oleh pengalaman/pandangan perempuan dan menggunakan kerangka pemikiran feminisme. Dalam menafsirkan ayat Alquran agar bersifat egaliter, hermeneutika feminisme bekerja dengan metode kontekstualisasi historis, interatekstual dan paradigma tauhid. Hermeneutika feminisme dapat diaplikasikan pada ayat-ayat gender untuk menghasilkan tafsir Alquran berkeadilan gender.