Menghindari Musibah, Mengatasi Kesulitan, Agar Terkabulnya Doa Dengan Berzakat, Bersedekah, dan Berwakaf Untuk Anak Yatim
Rasulullah bersabda: Aku dan orang yang merawat anak yatim, di surga nanti akan dekat (seperti dekatnya jari tengah dan jari telunjuk ). (HR. Bukhari Muslim) Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik. Salah satu perbuatan baik yang sangat dianjurkan adalah menolong anak yatim. Dalam rangka mengamalkan isi buku ini, kami mengajak para pembaca untuk menitipkan zakat, sedekah, infak dan wakafnya di Pondok Yatim al-Hilal. Keunikan menyumbang di Pondok Yatim al-Hilal 1. Semua sumbangan (100 %) digunakan untuk santunan anak yatim, anak dhuafa dan kegiatannya. Tidak dipotong untuk yang lainnya. 2. Sumbangan tidak sedikitpun digunakan untuk gaji pengelola. Semua gaji pengelola tidak berasal dari sumbangan tapi berasal dari penjualan Al-Qur’an yang diterbitkan Penerbit Jabal. 3. Sejak 2004 fokus hanya mengurusi anak yatim dan anak dhuafa. 4. Semua penyumbang akan selalu didoakan oleh anak yatim agar selalu ditolong Allah, diangkat segala kesulitannya, diberi jalan keluar dari masalah, terhindar dari musibah, dan dikabulkan harapannya. 5. Penyumbang bisa berbagi cerita atau konsultasi ke pondok yatim. Lebih dari 5000 orang sudah konsultasi dan berbagi cerita tentang masalah hidup atau harapannya. 6. Insya Allah mendapat multi pahala. Pahala menyumbang, pahala menyantuni anak yatim, dan pahala membantu penghafal Al-Qur’an. Sumbangan bisa ditransfer ke: Bank Mandiri no 1320012549953 an Yayasan al-Hilal Bank BRI No 0407 01 005391 50 9 an. Yayasan al-Hilal Pondok 1 : Jl. Gegerkalong Hilir 205 Bandung Telp/fak : 022-2001776 Pondok 2 : Jl. Kebon Kelapa No 24 Rt 04 Rw 14 Cipadung Cibiru - Bandung 40614 Pondok 3 : Selatan Pasar Rancapanggung Cililin Bandung Barat Untuk informasi silahkan menghubungi : Iwan : 085257351628. Handri : 081321018620. Hendra : 081320635075 pengasuhanakyatim @pondok_yatim
[email protected] www.pengasuhanakyatim.com
Pengantar Redaksi Alhamdulillah walau melalui majalah kita bisa bersilaturahmi lagi. Teriring salam dari anak-anak yatim kepada para penyumbang dan pembaca sekalian. Majalah Hilal ini adalah majalah untuk para relawan, pengasuh dan penyumbang di pondok yatim al Hilal. Diusahakan untuk terbit rutin sebulan sekali. Saat ini pondok yatim al Hilal mempunyai 3 pondok yatim yang dikelola langsung dan 3 pondok cabang yang dikelola oleh pengasuh anak yatim. Kami juga mendirikan komunitas pengasuh anak yatim diberbagai kota di Indonesia. Bila sahabat mengetahui ada anak yatim yang memerlukan bantuan, silahkan hubungi kami. Mungkin bersama sama bisa kami bantu. Ini adalah majalah bersama. Pada intinya kami hanya mengkordinir pembuatan majalah ini. Sedang isinya berasal dari pembaca. Kami mengundang pembaca untuk menyumbangkan tulisannya. Temanya bebas apa saja. Tetapi diutamakan tulisan mengenai pengalaman pribadi baik yang dialami langsung, mendengarnya atau menyaksikan satu peristiwa. Mulai edisi ini kami juga membuka kesempatan untuk pemasangan iklan. Dengan biaya murah dan hasil yang optimal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai iklan bisa email ke
[email protected] Majalah ini dibagikan secara gratis. Bagi sahabat yang ingin mendapatkan secara rutin majalah ini silahkan hubungi pondok yatim al Hilal.
Daftar Isi Beranda~~2 Sedekah Memanjangkan Umur~~3 Kehidupan yang Indah~~4 Jadilah Seorang yang Pemaaf!~~6 Iman Kepada yang Gaib Poros Kehidupan Seorang Mukmin~~7 Aku Bingung Mendengarnya?~~9 Kisah Seekor Keledai~~11 Bagaimana Cara Mengendalikan Marah~~12 Teladan Tak Mengharap Imbalan~~16 Luangkanlah, Luangkanlah, Luangkanlah!~~17 Niat Dalam Bekerja~~18 Dengan Ilmu Segala Sesuatunya Pasti Mudah~~19 Tidaklah kamu Melihat Bahwa Allah Mengarak Awan~~22 Berita Kegiatan-Kegiatan Pondok Yatim Al-Hilal~~23
Penerbit: Yayasan Al-Hilal Redaksi: Hendra Setiawan, Chandra Kurniawan, Afendi Jamhur, Iwan Setiawan, Handriyana Alamat Pondok Yatim: Jl. Geger kalong Hilir 205 Bandung Telp/ Faks: 022-2001776, 085257351628 (Iwan), 081321018620 (Handri)
No. Rekening: Bank Mandiri No. 1320012549953 a.n. Yayasan Al-Hilal Pondok Yatim Al-Hilal Online: pengasuhanakyatim @pondok_yatim
[email protected] www.pengasuhanakyatim.com
Beranda
Komunitas Pengasuh
Anak Yatim
Bersama-sama mengasuh, membantu, dan membina anak yatim di Indonesia Setiap waktu kita harus berubah menuju yang lebih baik. Hal ini me nyemangati kami untuk mau berubah, mengikuti perkembangan dan terus maju. Sembilan tahun mendirikan pondok yatim kami kira sudah banyak yang kami lakukan. Ternyata semakin hari kami melihat malah jauh lebih banyak lagi yang belum kami lakukan. Saat ini kami baru mempunyai tiga pondok yatim. Padahal masih banyak lagi anak yatim diluar sana yang memerlukan bantuan. Kami ingin membantu anak yatim di semua kota. Terus terang kami tidak mampu kalau berjalan sendiri. Karena itu kami mengundang siapa saja untuk bergabung bersama kami menjadi relawan atau pengasuh anak yatim di kotanya masing-masing. Kegiatannya sangat sederhana. Cukup mencari anak yatim yang membutuhkan bantuan, lalu melaporkan ke pondok yatim pusat. Kemudian bersama-sama mencari so lusi dari masalah anak yatim tersebut. Bantuan ke anak yatim untuk sementara tidak perlu besar, tidak perlu setiap hari dan tidak perlu semua masalah dibantu. Cukup sesuai kemampuan kita. Bila menemukan anak yatim yang perlu dibantu, lihat apa yang paling penting dan paling mendesak untuk dibantu. Bila anak yatim itu tidak mempunyai pakaian sekolah. Itu dulu yang dicari solusinya. Bila anak yatim itu perlu tempat tidur yang layak, itu dulu 4
yang dibantu. Bila anak yatim itu perlu biaya sekolah itu dulu yang dibantu. Anak yatim memang memerlukan bantuan materi, tapi mereka lebih memerlukan kasih sayang. Kedatangan Anda menggembirakan mereka. Itu sangat membantu mereka. Sementara sesuai kemampuan cukup dibantu perkasus. Setelah dibantu, sementara selesai dulu. Tidak perlu setiap hari dibantu. Sesuaikan kemampuan kita. Tertarik! Untuk informasi lebih lanjut pendirian komunitas pengasuh anak yatim di setiap kota, silahkan telpon pondok yatim atau kirim biodata ke
[email protected]. Atau follow @pondok_yatim. Kami akan kirimnya cara pendirian komunitas pengasuh anak yatim. Ayo isi hidup ini dengan hal yang bermanfaat. Jadilah pengasuh anak yatim di kota Anda masing masing. Mari berbuat kebaikan sekarang juga, tidak menunggu kaya, tidak menunggu pintar, tidak menunggu lama. Lakukan dari hal yang kecil, saat ini juga dan dari diri sendiri. Membantu anak yatim adalah investasi yang tinggi hasilnya. Bermanfaat buat diri sendiri sekarang dan masa depan. Hendra Setiawan Ketua Komunitas Pengasuh Anak Yatim @Hendrajabal
Sedekah
Memanjangkan Umur Diriwayatkan dari sahabat Amr bin Auf, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sedekah seorang Muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang su’ul khotimah, dihilangkan-Nya sifat sombong, kefakiran, dan sifat berbangga diri darinya.” (HR Thabrani) Motivator sedekah terkemuka, Ustadz Yusuf Mansur, dalam Kajian Wisata Hati mengisahkan cerita di bawah ini guna menunjukkan salah satu bukti kebenaran hadits di atas. Suatu hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabi Ibrahim AS dan ber tanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?” Ibrahim berkata, “Itu sahabat sekaligus muridku.” “Ada apa dia datang mene muimu?” Tanya Malaikat. “Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.” Ujar Ibrahim. “Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Kata Malaikat. Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyullah Ibrahim. Hampir saja Nabiyullah Ibrahim tergerak ingin memberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda tersebut besok. Tapi langkahnya ter-
henti. Nabiyullah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah. Esok paginya, Nabiyullah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya. Hari berganti hari, minggu ber ganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyullah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya. Hingga usia anak muda itu 70 tahun, Nabiyullah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, “Apa eng kau berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi?” “Aku memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.” Ujar Malaikat Kematian. “Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?” Tanya Ibrahim. “Wahai Ibrahim, di malam men jelang pernikahannya, anak muda ter sebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.” Ja wab Malaikat Kematian. Wallahu a’lam.
5
Kehidupan
yang Indah Pada hari Jumat, 16 Syaban 1430 H seorang ulama besar di bidang qira’at yang bernama Syaikh Al-Muqri’ AlHafidz Abul Hasan Muhyiddin Al-Kurdi rahimahullah meninggal dunia. Beliau wafat pada usia sekitar 100 tahun. Sesaat setelah meninggal du nia, menjelang wafat, beliau meng ulang-ulang ucapan, “Alhamdu lillaa hilladzii afnaa hayaatanaa fii kitaabih. Yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah menghabiskan hidup kami untuk (berkhidmah terhadap) kitabNya (Al-Qur’an).” Para pelayat yang menyaksikan jenazahnya mengatakan bahwa ada nur (cahaya) yang memancar dari wajahnya. Diriwayatkan dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Al-Kattani ditanya tentang amalnya ketika ajalnya telah dekat. Dia menjawab, “Kalau tidak karena kematianku sudah dekat, tentu aku tidak akan mengatakannya kepadamu. Aku berdiri di depan pintu hatiku selama empat puluh tahun, dan jika selain Allah lewat, aku langsung menutupnya.” Maksudnya, Al-Kattani telah 6
menghabiskan waktunya selama empat puluh tahun untuk beribadah kepada Allah SWT. Pada saat ajalnya, Ruwaim disuruh mengucapkan “laa ilaaha illallaah,“ tetapi dia menjawab, “Aku justru tidak bisa mengucapkan yang selain itu de ngan benar.” Maksudnya, Ruwaim sudah terbiasa mengucapkan “laa ilaaha illal laah” selama hidupnya, sehingga ka limat itulah yang selalu ada dalam benaknya. Diriwayatkan bahwa Abul Ab bas bin ‘Atha mengunjungi Al-Ju naid saat sakaratul mautnya. Dia mengucapkan salam kepadanya, te tapi Al-Junaid tidak menjawab. Dan setelah beberapa lama berselang dia menjawab salam itu. Setelah itu dia berkata, “Maafkanlah aku, aku sedang membaca wirid.” Kemudian dia menghadapkan wajahnya ke arah kiblat, mengucapkan “Allaahu Akbar,” dan meninggal. Tatkala Abdullah bin Idris bin Yazid Al-Kufi akan meninggal dunia, putrinya menangis, maka dia berkata kepadanya, “Wahai putriku, janganlah
menangis, karena saya telah mengkhatamkan Al-Qur’an di rumah ini sebanyak empat ribu kali.” Sahabatku, demikianlah akhir kehidupan orang-orang saleh. Semasa hidup, mereka habiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Sehingga di akhir hidupnya, mereka sedang dalam ibadah dan ketaatan. Saya mendapat cerita dari salah seorang sahabat saya yang bekerja di sebuah rumah sakit. Ada beberapa orang yang di akhir hidupnya tidak bisa mengucapkan kalimat “laa ilaaha illallaah.” Seolah-olah bibirnya kelu; tidak bisa mengatakan kalimat itu. Padahal dia mampu berbicara yang lain. Ada juga yang ketika sadar dari koma, yang
dia tanyakan adalah masalah duniawi. Ada yang mampu menyanyi tetapi tidak mampu mengucapkan “laa ilaaha illallaah.” Ternyata, selama hidupnya banyak dihabiskan di dunia musik. Kita berlindung kepada Allah SWT dari akhir yang hina. Kita juga berdoa kepada-Nya, semoga akhir kehidupan kita husnul khatimah; akhir yang indah. Tak ada jalan untuk meraihnya kecuali mulai saat ini juga kita menempuh jalan tobat; membersihkan diri kita dari dosa dan mengerjakan amal saleh hingga akhir hayat kita. Dan, ketika kita menemui malaikat maut, kita tetap dalam ketaatan kepada-Nya. Itulah akhir yang indah.
Tiga resep menjadi orang yang dicintai Ustman berkata:
1. Barang siapa yang menjauhi keduniawian, niscaya akan dicintai oleh Allah. 2. Barang siapa yang menjauhi dosa-dosa, akan dicintai oleh para malaikat. 3. Barang siapa yang menanggalkan ketamakan terhadap milik orang lain, niscaya akan dicintai oleh orang lain.
7
Jadilah Seorang Yang Pemaaf ! Bismillahir-Rahmanir-Rahim ... Suatu ketika Rasulullah SAW se dang duduk, tiba-tiba beliau tertawa sehingga tampaklah gigi-gigi serinya. Melihat itu, maka sahabat Umar RA kebingungan dan bertanya, “Wahai Rasulullah, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, apakah yang membuatmu tertawa?” Beliau menjawab, “Ada dua lelaki dari umatku yang dikumpulkan di ha dapan Rabbul ‘Izzah, Allah Ta’ala. Salah satu di antaranya berkata, ‘Wa hai Rabb, ambilkanlah hakku yang dizalimi oleh orang ini!’ Maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Kembalikan hak sau daramu yang telah engkau zalimi!’ Orang itu berkata, ‘Wahai Rabb, tidak ada lagi kebaikan yang tersisa.’ Yang seorang lagi berkata, ‘Wahai Rabb, biarlah dia menanggung sebagian dari dosa-dosaku!’ Rasulullah SAW mencucurkan air ma tanya kemudian bersabda, “Sungguh, hari itu adalah hari yang berat. Pada hari itu manusia perlu dipikulkan dosa-dosanya.” Maka Allah Ta’ala berfirman kepada orang yang dizalimi itu, “Angkatlah matamu dan perhatikanlah surga-surga itu!”
8
Orang itu berkata, “Wahai Rabb, aku melihat kota-kota dari perak dan istana-istana emas yang ditaburi mutiara. Semua ini, apa untuk nabi, orang shadiqin, atau yang syahid?” Allah Ta’ala berfirman, “Ini semua untuk siapa saja yang membayar har ganya.” Orang itu berkata, “Wahai Rabb siapa pula yang memiliki (harga)nya?” Allah Ta’ala berfirman, “Engkau memilikinya.” “Dengan apa aku memi likinya, wahai Rabb?” Ujarnya. “Dengan pemberian maafmu ke pada saudaramu.” “Wahai Rabb, aku telah mema afkannya.” Lalu Allah Ta’ala berfirman, “Pe ganglah tangan saudaramu itu, lalu bawalah ia memasuki surga.” Kemu dian Rasulullah SAW bersabda, “It taqullaaha wa ashlihuu dzaata bai nikum, fa innallaaha ta’ala yushlihu bainal mu’miniina yaumal qiyaamati. (Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan memperbaiki hubungan di antara sesama kalian, karena se sungguhnya Allah memperbaiki hu bungan di antara orang-orang yang beriman pada hari kiamat).” (HR Hakim dari Anas bin Malik RA)
Iman Kepada yang Gaib Poros Kehidupan
Seorang Mukmin Para ulama Salaf berbeda redaksi dalam menafsirkan makna “Al-Ghaib”. Abul ‘Aliyah mengatakan bahwa orangorang yang beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasulrasul-Nya, surga-Nya, pertemuan de ngan-Nya dan kehidupan setelah mati, itu semuanya adalah hal-hal yang gaib. As-Sadyi meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud bahwa hal yang gaib adalah hal-hal yang tersembunyi dari hamba seperti surga, neraka, dan sebagainya yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. ‘Atha berkata, “Barangsiapa yang telah beriman kepada Allah, itu artinya dia telah beriman kepada hal yang gaib. Semua pendapat tersebut maknanya berdekatan, maksudnya adalah sama.” Ibnu Katsir meriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid bahwa dia berkata, “Kami duduk bersama dengan Abdullah bin Mas’ud, saat itu kami memperbincangkan para sahabat Nabi SAW. Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya Muhammad SAW memiliki pandangan mata yang tajam. Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada keimanan yang lebih utama dari pada beriman kepada
hal yang gaib.’ Kemudian Abdullah bin Mas’ud membaca surat Al-Baqarah ayat 3 – 5.”’ (HR Ibnu Abi Hatim, Ibnu Murdawiyah, dan Hakim) Berkenaan dengan makna hadits tersebut, Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Muhairiz, dia berkata, “Aku berkata kepada Abu Jam’ah, ‘Bacakanlah satu hadits yang engkau terima dari Rasulullah SAW.’ Abu Jam’ah berkata, ‘Baiklah aku akan membacakan satu hadits yang baik.’ Kami sedang makan bersama Rasulullah SAW, di sana juga ada Abu Ubaiddah bin Jarah, dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang lebih baik dari kami? Padahal kami menegakkan Islam dan berjihad bersama engkau?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, mereka adalah orang-orang yang hidup setelah kalian, mereka iman kepadaku padahal mereka tidak pernah melihatku.’” (HR Ahmad dari Abu Jam’ah Al-Anshari) Dalam riwayat yang lain dari Shalih bin Jabir, dia berkata, “Abu Jam’ah Al-Anshari menemui kami. Dia adalah orang yang menemani Rasulullah SAW di Baitul Muqaddas dan ikut salat bersama beliau di sana. Pada saat itu di antara kami 9
juga ada Raja’ bin Haiwah RA. Ketika Abu Jam’ah keluar, kami ikut keluar berjalan bersamanya. Pada saat akan berpisah dia berkata, ‘Sesungguhnya kalian mempunyai ganjaran dan hak. Aku akan menceritakan hadits yang aku terima dari Rasulullah SAW’ Kami berkata, ‘Baiklah, semoga Allah merahmatimu.’ Dia berkata, ‘Kami bersama Rasulullah SAW, saat itu ada Mu’adz bin Jabal, kami bertanya kepada beliau, ‘Apakah masih ada kaum yang ganjarannya lebih besar dari kami yang beriman kepadamu dan mengikuti jalanmu?’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Apa yang menghalangi kalian dari itu, padahal Rasulullah ada di hadapan kalian dengan membawa wahyu dari langit? Akan tetapi kaum setelah kalian diberikan kitab dari dua lembaran, beriman kepadanya dan mengamalkannya. Mereka men dapat pahala yang lebih besar dari pada kalian.’” (HR Abu Bakar bin Murdawiyah) Sahabatku, berdasarkan penjelas an di atas, ternyata iman yang paling tinggi adalah iman kepada yang gaib. Dengan iman itulah orang-orang yang beriman berhati-hati dalam meniti langkah di dunia ini. Mereka menyadari dengan penuh keyakinan tentang kebenaran ajaran Islam meskipun mereka tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka juga meyakini akan adanya alam akhirat, surga, neraka, alam kubur, dan mereka meyakini jika Allah melihat mereka meskipun mereka
10
tidak dapat melihat Allah dengan mata kepala mereka. Kebalikannya dengan orang yang tidak beriman kepada yang gaib, mereka menghina Islam, berbuat dan berkata semaunya, tidak punya adab dalam bertingkah laku. Mereka berbuat maksiat karena merasa tidak ada yang melihat mereka. Mereka melakukan korupsi, manipulasi, konspirasi jahat, dan perbuatan tercela lainnya. Yang paling buruk dari mereka adalah orang yang tidak mempercayai adanya Allah, maka runtuhlah kebaikannya, hancurlah akhlaknya. Menurut mereka sistem yang sedang mereka bangun benar, tapi kenyataannya dalam sejarah tertulis bahwa kehancuran dan kerusakan disebabkan oleh mereka yang tidak mengakui adanya Tuhan dan bertindak bukan sesuai dengan perintah Tuhan. Mereka berbuat hanya memperturutkan hawa nafsunya. Sungguh mengerikan akibatnya bila keimanan kepada yang gaib ter cerabut dari hati dan pemikiran kita. Karena dapat mengakibatkan keru sakan di alam semesta. Penyimpangan merebak di mana-mana, korupsi merajalela, riba menguasai sistem ekonomi yang ada, kekerasan atas nama anarkisme hawa nafsu seperti ashobiyah ada di mana-mana. Maka, sudah saatnya bagi kita untuk kembali kepada poros kehidupan kita. Yaitu beriman kepada yang gaib. Dialah penggerak dan pendorong yang paling kuat untuk beramal, menjauhi maksiat, dan bertobat.
AKU BINGUNG MENDENGARNYA ? Zahra Melia Motor yang saya tumpangi me rambat pelan di tepi jalan stasiun kereta, Bandung. Waktu menunjukkan hampir pukul dua belas malam ketika sorot lampu motor saya menembak seraut wajah mematung berdiri hanya beberapa meter di depan. Matanya terpejam, padahal ia dalam keadaan berdiri, sementara di pundaknya menyangkut sehelai tali yang tersambung ke sebuah kotak seukuran kardus air mineral. Yanto nama pemuda itu, ia salah satu dari belasan penjual rokok ke tengan di stasiun kereta tersebut. Beberapa detik kemudian, tak sengaja jari tangan kiri ini menekan klakson motor, dan... Yanto pun terkaget. Saya merasa bersalah telah membangun kannya dari ‘mimpi’. Boleh jadi, saat tertidur dalam keadaan berdiri itu ia tengah bermimpi melayani serbuan pembeli rokok hingga barang dagang annya malam itu habis terjual. Atau bahkan, ia sedang menikmati indahnya menjadi juragan rokok di kampungnya. Tetapi bunyi klakson saya barusan telah membuyarkan mimpi indahnya. “Maaf mas,…” Saya jadi kikuk
sendirian merasa bersalah telah me ngagetkannya. Akhirnya saya menghampirinya untuk membeli beberapa butir permen. “Rokoknya nggak mas?” Tanya Yanto berharap. Saya harus meminta maaf untuk kedua kali lantaran memupuskan harapannya, lantaran saya tidak merokok. “Kalau permen untungnya kecil Pak, lagi pula permen ya cuma pelengkap saja. Siapa tahu ketemu pelanggan seperti Bapak yang tidak merokok,” jelasnya. Saya tertarik dengan keterangannya tentang ‘untung yang kecil’ dari jualan permen. Tapi bukan untung permen yang saya tanya, melainkan untung dari jualan rokoknya. “Seribu, paling besar seribu lima ratus untuk sebungkus rokok,” terangnya. Padahal, sering terlihat para pedagang rokok ketengan itu menjual rokoknya tidak bungkusan, melainkan ketengan lantaran pembeli rokok mereka pun bukan dari kalangan menengah ke atas. Pelanggannya biasanya membeli rokok satu atau dua batang saja, dan tak jarang untuk meladeni pembeli dua batang rokok itu harus sambil berlari mengejar angkot atau bis yang melaju. 11
Pernah sekali saya melihat seorang pedagang rokok terjatuh saat mengejar angkutan umum, padahal ia hanya melayani seorang pelanggan yang ha nya membeli sebatang rokok. Berapa sih untungnya? Kalau sebungkus rokok isi 24 hanya seribu rupiah, berapa untung dari sebatang rokok? Itu harus dibayar mahal tatkala ia tersungkur di jalan raya, hingga semua rokok da gangannya berantakan. Sebagian masih diselamatkan, tapi jauh lebih ba nyak yang patah dan tak bisa terjual lagi. Yanto, seorang pedagang rokok ketengan di pinggir jalan kecewa karena saya hanya membeli permen lantaran untung yang didapat dari menjual permen itu kecil. Jika demikian asumsinya menjual rokok itu untungnya besar. Tetapi nyatanya, ‘besar’ yang dimaksud hanyalah seribu atau seribu lima ratus rupiah untuk sebungkus rokok? “Berapa bungkus rokok yang terju al setiap malam?” Tanyaku. Yanto sumringah, senyumnya tak menampakkan satu pun masalah dengan jumlah rokok yang berhasil dijualnya setiap malam. “Alhamdulillah Pak, sekitar sepuluh sampai lima belas bungkus,” kembali ia menutup kalimatnya dengan senyum. Seketika hati ini berteriak keras, “Hey, dia begitu bahagia!” Padahal hanya sekitar sepuluh ribu atau dua puluh
12
ribu yang dibawanya pulang untuk makan anak dan istrinya. Tetapi aura kesyukuran atas rezeki yang didapatkan hari itu yang membuatnya tetap tersenyum. Bandingkan dengan kita, kadang masih terkecut setiap kali menerima transferan gaji di rekening dan berujar, “Gaji segini, mana cukup?” Yanto dan belasan pedagang rokok ketengan lainnya, setia menemani malam hingga pagi menjelang, hanya untuk mendapatkan sepuluh ribu rupiah. Namun wajah dan senyumnya menyiratkan rasa syukur yang tak bertepi atas nikmat dan rezeki yang masih bisa didapatnya. Ternyata benar, kebahagiaan itu tak mengenal status. Sebab kebahagiaan bukan terletak pada apa yang dimiliki seseorang, melainkan tertanam jauh di dalam hati orangorang yang senantiasa bersyukur atas apa yang telah diperolehnya. Begitu indah perjuangan seorang ayah menafkahi anak-anaknya. Me nafkahi semua anggota keluarganya. Semoga para pemuda yang sudah menjadi ayah dapat menjadi contoh yang baik untuk anak-anaknya. Menjadi teladan yang tak pernah lupa mengucap rasa syukur atas apa yang telah diperolehnya. “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencu kupkan (keperluan)nya.” (QS Ath-Tha laq: 3)
Kisah
Seekor Keledai Suatu hari seekor keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur kering. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam se mentara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dia kemudian mengajak tetanggatetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus di timpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncangguncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.
Sementara orang-orang terus me nerus menuangkan tanah dan kotoran ke atas punggung hewan itu, si keledai juga terus mengguncangkan badannya dan melangkah naik, berpijak pada tanah timbunan yang terus mening gi. Segera saja setelah sumur nyaris penuh tertimbun, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri. Demikianlah, ibarat kehidupan ini yang terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepada kita. Cara untuk keluar dari ‘sumur’ (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari ‘sumur’ dengan mengguna kan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah yang kita hadapi merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari ‘sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang dan jangan pernah menye rah! “... dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf: 87)
13
Bagaimana Cara Mengendalikan Siapapun diri kita pasti pernah merasakan marah. Marah kepada istri, marah kepada anak, marah kepada kedua orangtua kita, marah kepada saudara kita, marah kepada temanteman kita, bahkan marah kepada diri kita sendiri. Marah pada satu sisi adalah hal yang lumrah selama tidak berlebihan dan mudah dikontrol. Namun di antara kita ada yang kesulitan dalam mengendalikan marah, sehingga yang keluar dalam dirinya perkataan yang menghina dan kasar atau perbuatan tercela seperti membanting barang, dan sebagainya. Imam Ibnu Qudamah berkata, “Ketahuilah bahwa marah itu merupakan bara dari api neraka. Selagi manusia disusupi marah, berarti dia disusupi setan, dan setan itu pernah berkata, ‘Engkau ciptakan saya dari api sedang Engkau ciptakan dia dari tanah.”’ (QS Al-A’raf: 12) Sifat keadaan tanah adalah diam dan tenang, sedangkan sifat keadaan api membara, menyala, bergerak-ge rak, dan meliuk-liuk. Di antara dampak yang diakibatkan marah adalah iri dan dengki. Di antara hal yang menunjukkan celaan terhadap marah adalah sabda Nabi SAW kepada seseorang 14
yang berkata kepada beliau, “Berilah aku nasihat!” Maka beliau bersabda, “Janganlah engkau suka marah.” Beliau mengulanginya hingga beberapa kali. Hal ini menunjukkan betapa sa ngat berbahayanya marah bagi jiwa. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Makna jangan marah yaitu ja nganlah kamu tumpahkan kemarahanmu. Larangan ini bukan tertuju kepada rasa marah itu sendiri. Karena pada hakikatnya marah adalah tabiat manusia, yang tidak mungkin bisa dihilangkan dari perasaan manusia.” Dalam sabdanya yang lain disebutkan, “Orang yang kuat itu bukanlah karena bergulat, tetapi orang yang kuat itu ialah yang dapat menguasai diri saat marah.” (HR Bukhari dan Muslim) Diriwayatkan dari Ikrimah tentang firman Allah, “Menjadi ikutan dan menahan diri.” (QS Ali Imran: 39) “Artinya dapat menahan diri saat marah dan tidak lepas kontrol.” Hakikat amarah – menurut Imam Ibnu Qudamah – adalah darah di dalam hati yang mendidih karena mencari pelampiasan. Selagi sese orang marah, maka api amarahnya berkobar dan membuat darah di hati
nya mendidih, lalu menyebar ke seluruh nadi dan naik ke seluruh badan, sebagaimana air yang naik ketika mendidih. Karena itu wajah, mata, dan raut mukanya terlihat memerah. Semua itu mencerminkan merah darah yang tersembunyi di baliknya, seperti kaca bening yang memperlihatkan apa yang ada dibaliknya. Darahnya mulai turun jika marahnya tertumpah kepada orang lain dan dia pun merasa tenang kembali. Selagi api amarah semakin kuat berkobar, maka ia akan membuat orangnya menjadi buta dan tuli untuk mendengarkan nasihat. Sebab amarahnya itu sudah naik ke otak dan menutupi inti pikirannya, yang boleh jadi juga akan menutupi inti indra, hingga mata menjadi gelap, tidak bisa melihat apa-apa, dunia terasa kelam dalam penglihatannya. Otaknya pun seperti lorong gua yang sempit, yang di dalamnya dinyalakan api yang berkobarkobar, hingga udaranya pun menjadi hitam, panas, dan penuh dengan asap. Kalau pun di dalamnya hanya ada pelita yang kelap-kelip, tentu ia akan cepat padam. Siapa yang ada di dalamnya tentu tidak akan kuat bertahan lama, tidak bisa mendengar kata-kata secara jelas, tidak bisa melihat gambaran se suatu secara jelas, tidak mampu memadamkan api. Begitu pula yang terjadi dengan hati dan otak. Jika marah benar-benar menggelegak, orang lain pun bisa dibunuhnya. Tanda-tanda marah yang bisa dilihat adalah adanya perubahan rona, anggota badan gemetaran, tingkah laku tidak terkontrol, muncul tindakan yang aneh-aneh, dan ada kemiripan dengan tingkah polah orang yang gila. Andaikan orang yang sedang marah melihat keadaan dirinya saat marah itu di cermin, tentu dia akan mengolok-
olok dirinya sendiri. Padahal keburuk an batin itu lebih besar tingkatannya. Apakah kita tidak boleh marah? Marah tidak diharamkan secara mutlak. Yang diharamkan adalah ketika kita tidak mampu mengendalikannya. Sehingga yang keluar kemudian keburukan dalam dirinya. Di samping itu ada marah yang diperbolehkan. Yaitu marah karena Allah dan Rasul-Nya. Marah ketika agama Allah dihina dan dilecehkan. Maka kita pun tergerak untuk memperbaikinya dan melenyapkan segala bentuk kebatilan sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Rasulullah SAW tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada pribadinya dan beliau sangat marah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang dibenci Allah maka beliau tidak diam, beliau marah dan berbicara. Ketika Nabi SAW melihat kelambu rumah Aisyah ada gambar makhluk hidupnya (yaitu gambar kuda bersa yap) maka merah wajah beliau dan bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada hari kia mat adalah orang membuat gambar seperti gambar ini.” (HR Bukhari Muslim) Nabi SAW juga marah terhadap seorang sahabat yang menjadi imam salat dan terlalu panjang bacaannya dan beliau memerintahkan untuk meringankannya. Tetapi Rasulullah SAW tidak pernah marah karena pri badinya. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Anas RA, “Anas membantu rumah tangga Rasulullah SAW selama 10 tahun, maka tidak pernah beliau berkata kepada Anas, ‘ah’, sama sekali. Beliau tidak berkata terhadap apa yang dikerjakan Anas, ‘Mengapa kamu berbuat ini.’ Dan terhadap apa yang tidak dikerjakan Anas, 15
‘Tidakkah kamu berbuat begini.’” (HR Bukhari dan Muslim) Imam Ath-Thabari rahimahullah meriwayatkan hadits Anas, “Tiga hal termasuk akhlak keimanan yaitu orang yang jika marah kemarahannya tidak memasukkan ke dalam perkara batil, jika senang maka kesenangannya tidak mengeluarkan dari kebenaran, dan jika dia mampu dia tidak melakukan yang tidak semestinya.” Maka wajib bagi setiap muslim menempatkan nafsu amarahnya terhadap apa yang dibolehkan oleh Allah SWT, tidak melampaui batas terhadap apa yang dilarang sehingga nafsu dan syahwatnya menyeret kepada kemaksiatan, kemunafikan apalagi sampai kepada kekafiran. Kesempatan baik ini untuk me latih diri kita menuju sifat kesempurnaan dengan menghilangkan sifat pemarah dan berupaya menjadi orang yang tidak mudah marah. Lantas, bagaimana cara mengatasi kemarahan agar dapat kita kendalikan? Pertama, membaca ta’awudz. Yai tu membaca A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim. Ada dua orang yang saling mencela di sisi Nabi SAW dan kami sedang duduk di samping Nabi SAW. Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekira nya dia mengucapkan, ‘A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim.’” Kedua, mengetahui keutamaan dari mengendalikan marah. Misalnya dengan merenungkan keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW yang berkaitan dengan sa16
bar dan mengendalikan kemarahan berikut ini: 1. Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al-Juba’i, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang mereka mau.” (HR Ahmad) 2. Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah hamba meneguk tegukan yang lebih utama di sisi Allah SWT, dari meneguk kemarahan karena mengharap wajah Allah SWT.” (HR Ahmad) 3. Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari seseorang dari sahabat Nabi SAW, dia berkata, “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah SAW, berwasiatlah kepadaku.’ Beliau bersabda, ‘Jangan menjadi pemarah.’ Maka berkata seseorang, ‘Maka aku pikirkan apa yang beliau sabdakan, ternyata pada sifat pemarah itu terkumpul seluruh kejelekan.”’ (HR Imam Ahmad) Mengomentari hadits ini, Ibnu Ja’far bin Muhammad Rahimahullah berkata, “Marah itu pintu seluruh keje lekan.” Imam Ahmad menafsirkan hadits ini dengan mengatakan, “Akhlak yang mulia itu dengan meninggalkan sifat pemarah.” Imam Ibnu Rajab menerangkan maksud hadits ini dengan mengatakan bahwa hadits ini mengandung dua kemungkinan makna. Pertama, hadits ini mengandung perintah melakukan sebab-sebab yang menjadikan akhlak yang mulia seperti bersikap lembut, pemalu, tidak suka mengganggu, pe
maaf, tidak mudah marah. Kedua, hadits ini mengandung larangan me lakukan hal-hal yang menyebabkan kemarahan, mengandung perintah agar sekuat tenaga menahan marah ketika timbul/berhadapan dengan penyebab nya sehingga dengan demikian dia akan terhindar dari efek negatif sifat pemarah. Ketiga, dengan mengubah posisi. Bila posisi semula berdiri, maka hen daklah kita duduk. Bila duduk, hendaklah berbaring. Dengan cara itu, mudah-mudahan mampu meredam emosi kita yang sedang naik. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah.” (HR Ahmad dan Abu Dawud) Hal ini karena marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan kejelekan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri. Keempat, dengan diam. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila di antara kalian marah maka diamlah.” Beliau ucapkan tiga kali. (HR Ahmad) Diam tidak berbicara ketika marah merupakan obat yang mujarab untuk menghilangkan kemarahan, karena banyak berbicara dalam keadaan marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain. Kelima, dengan berwudhu. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu dire-
dam dengan air maka apabila di antara kalian marah, maka berwudhulah.” (HR Ahmad) Keenam, rajin berpuasa. Puasa adalah ibadah yang mengarahkan jiwa kita untuk bersabar. Di dalam puasa, nafsu diredam sedemikian rupa sehingga yang hadir adalah ketenangan, kesabaran, dan sifat lemah lembut. Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah puasa itu sekedar menahan makan dan minum. Sesungguhnya puasa itu (adalah puasa) dari perbuatan keji dan sia-sia. Apabila ada orang yang mencelamu atau membodohimu maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (HR Ibnu Huzaimah dengan sanad shahih) Kemarahan yang tidak terkendali membuat pelakunya menjadi hina di mata orang lain. Ketika si pemarah harus memulihkan keadaan seperti sedia kala, dia harus meminta maaf terlebih dahulu dan itu pun masih ada kemungkinan orang yang dimarahi masih menyimpan dendam dan marah. Apalagi bila si pemarah tidak meminta maaf, permusuhan mungkin saja akan berkobar walaupun secara lisan orang yang dimarahi tidak menunjukkan permusuhan. Tetapi ketika si pemarah men dapat celaka, orang yang dimarahi merasa gembira, dan hatinya berkata, “Rasakanlah akibat kemarahanmu kepadaku!” Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya. Dan, dengan lisan Rasul-Nya telah memberikan kepada kita kiat-kiat ampuh agar kita mampu keluar dari penyanderaan amarah.
17
Teladan
Tak Mengharap Imbalan Gaos R Firdaus Di suatu desa yang bernama Desa Talaga Kulon terdapat suatu sekolah yang biasa dipanggil Sekolah Agama atau Madrasah Diniyah PUI, di sanalah dulu saya pernah belajar. Ketika itu ada seorang kepala sekolah yang biasa disapa Ustadz Apol, beliau sangat dihormati. Tidak jarang beliau terjun langsung mengajar kepada para siswa bila guru yang berkenan tidak bisa hadir. Beliau pun dalam urusan kerja bakti paling aktif. Dalam bidang senipun pun beliau sangat ahli apalagi dalam tulisan dan kaligrafi. Pernah suatu kali hujan mengguyur sekolah ketika itu sekolah sedang libur, namun beliau sengaja datang ke sekolah untuk mengecek apa ada kebocoran. Bila ada kebocoran beliau langsung memperbaikinya. Dalam suatu ujian ada pertanyaan tentang siapa nama kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Para siswa dengan gampang menjawab nama kepala sekolah, namun dengan pertanyaan nama wakil kepala sekolah agak kesulitan karena kurang dikenal di kalangan para siswa. Akhirnya siswa pun menuliskan jawabannya di kertas dengan nama istri ustadz sebagai nama wakil kepala sekolah. Jelas langsung disalahkan oleh guru pemeriksa ujian karena istri Ustadz Apol adalah pe dagang di kantin sekolah tersebut. 18
Ketika di rumah saya mendengar pengumuman dari mesjid ternyata ada kabar setelah diperhatikan dengan seksama ternyata kabar meninggalnya Ustadz Apol. Langsung di sana saya merasa kehilangan dan Ayah saya pun yang juga bertugas sebagai guru pengajar di sekolah itu langsung menangis sedih menutup matanya dengan kedua tangannya di dekat tembok rumah. baru kali itu saya melihat Ayah saya menangis sampai sesedih itu. Haripun berlalu urusan administrasi sekolah pun segera diseleseikan oleh para guru karena yang biasanya mengerjakan adalah Ustadz Apol. Ketika dibuka Buku Catatan tentang keuangan baru diketahui pada kolom penggajian tidak terdapat tanda ta ngan Ustadz Apol. Ini berarti selama 6 bulan beliau tidak menerima gaji. Beliau lebih mengutamakan kesejahte raan para guru pengajar yang lain sampai-sampai beliau tidak mengambil hak gajinya karena kondisi keuangan sekolah saat itu belum stabil. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. Terima kasih ustadz atas perjuangannya da lam mendidik dan mengajar para siswa sehingga menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan ini.
LUANGKANLAH, LUANGKANLAH, LUANGKANLAH ! Irfan Wahyudin “Don, udah nambah belum ba caan Al-Qur’an hari ini?” Tanya kang Alwi. “Maaf kang, belum……” jawab Doni (dengan rasa malu). “Ayo Don, luangkan aja setengah jam buat baca Al-Qur’an tiap harinya,” jawab kang Alwi. Subhanallah, Allah sudah berjanji dalam Al-Qur’an, bahwa membaca Al-Qur’an itu mudah, cukup meluangkan waktu sejenak saja, tiga puluh menit tiap harinya dan disiplinkan diri untuk istiqamah, hanya setengah jam aja, mudah kan? “Mudah ko’, pasti bisa, Allah sudah janji.” lanjut kang Alwi. “Tapi kang, saya sibuk kuliah,” ujar Doni. Sibuk, sibuk, dan sibuk. Apa lagi yang kita jadikan alasan un tuk melewati hari tanpa membaca Al-Qur’an. Belajar, kuliah, bekerja, bermain, belanja, berorganisasi. Se muanya dijadikan alasan klasik, As taghfirullah. “Coba deh, dari setengah jam yang diluangkan dibagi-bagi lagi per waktu salat.” Jelas kang Alwi. “Maksudnya gimana kang?” Ujar Doni, “Ya cukup enam menit baca AlQur’an setelah salat Fardu tiap harinya,
gimana?” Jelas Alwi, “Ehmm, ia juga yaa,” jawab Doni. “Ayolah, sekarang Doni coba aja sediakan Al-Qur’an dalam tas, setiap mau kuliah, biar bisa dibaca setelah salat Fardu dan biar bisa dibaca kapan aja!” Tegas kang Alwi. “Bener juga, okelah Doni akan coba,” ujar Doni. Memang betul, membaca AlQur’an itu mudah, tinggal bagaimana kita bisa meluangkan waktu sejenak dalam kesibukan aktivas kita, coba kita melatih kedisiplinan kita untuk meluangkan tiga puluh menit saja dalam aktivitas kita, coba kita sediakan Al-Qur’an dalam tas kita, agar kita bisa meluangkan waktu sejenak dalam setiap aktivitas, entah itu di kantor saat bekerja, entah itu di kampus saat belajar, entah itu di sekolah saat mengajar, entah itu di supermarket saat menjaga kasir. Dengan meluangkan waktu sejenak untuk membaca Al-Qur’an dalam kesibukan aktivitas kita, insya Allah, Allah akan membimbing ki ta menyelesaikan permasalahan dan persoalan dalam hidup kita, percayalah. Wallahu a’lam.
19
Niat
Dalam Bekerja Bila kita sudah memulai pekerjaan dengan niat ibadah, maka insya Allah selama satu hari itu pekerjaan kita akan terasa menyenangkan, walaupun ada satu dua kejadian yang mungkin tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi apabila kita memulai pekerjaan dengan niat yang salah, atau bahkan dengan tidak ada niat sama sekali, maka insya Allah selama satu hari itu pekerjan kita akan terasa membosankan. Ingat, tidak sedikit orang yang tidak menikmati pekerjaannya karena memang sudah salah dalam niat awalnya. Mulailah dari sekarang tentukan apa niat Anda bekerja! Saya niat bekerja untuk ibadah! Saya niat bekerja untuk mencari ridha Allah! Saya niat bekerja untuk mencari
20
harta yang halal dan berkah! Saya niat bekerja untuk menafkahi anak istri! Saya niat bekerja untuk membantu orang tua! Saya niat bekerja untuk membantu adik-adik saya membayar kuliah! Saya niat bekerja untuk bisa mem bayar zakat! Saya niat bekerja untuk bisa punya banyak uang dan bersedekah! Saya niat bekerja untuk menam bah silaturahim! Saya niat bekerja untuk mencari ilmu! Saya niat bekerja untuk menye kolahkan ANAK YATIM! dan sete rusnya…. Lalu…… Apa niat Anda bekerja?
Dengan Ilmu Segala Sesuatunya
Pasti Mudah Komarudin Chalil Luar biasa kehidupan orang-orang yang sudah sangat menyadari bahwa ilmu itu sangat penting bagi kehidupan. Bahkan dengan ilmu segala sesuatunya jadi mudah. Mari kita belajar dari kisah dibawah ini. Seorang marketing sepatu dikirim ke Afrika. Begitu tiba di Afrika, ia melihat tidak ada satupun orang Afrika yang memakai sepatu. Setelah merenung dan menimbang-nimbang, dua hari kemudian ia menelepon manajernya. “Bos, di Afrika tidak ada orang yang memakai sepatu, rasanya saya tidak mungkin menjual sepatu di sini, jadi saya putuskan untuk kembali ke negara besok.” Begitu marketing ini kembali ke negaranya, sang manager langsung mengirim marketing sepatu kedua ke Afrika. Sesampainya di Afrika, marketing kedua juga sama melihat kenyataan bahwa tidak ada seorang pun di Afrika yang memakai sepatu. Setelah merenung dan menimbangnimbang, dua hari kemudian ia
menelepon manajernya. Namun yang disampaikannya berbeda dengan mar keting sepatu yang pertama. “Bos, Anda telah mengirim saya ke tempat yang tepat.” “lho, bagaimana mungkin kamu bisa bilang tempat yang tepat? Ka tanya di Afrika tidak ada seorang pun yang memakai sepatu?” Tanya sang manajer. “Justru itu bos kesempatan kita. Izinkan saya tinggal selama dua tahun di sini. Saya akan menyampaikan in dahnya bersepatu dan sehatnya ber sepatu pada orang Afrika. Saya yakin kita akan menjadi leader produk se patu di Afrika ini.” Dan tahukah, hasil dari cerita ini adalah kini, di abad ini, sudah seluruh orang Afrika memakai sepatu. Pikiran mereka sudah terbuka mengenai in dahnya bersepatu, sehatnya ber sepatu, dan itu semua berkat jasa dan usaha marketing sepatu kedua yang cerdas. Maka ilmu adalah kun cinya. Dengan ilmu segala sesuatu jadi mudah, karena ilmu adalah 21
kunci memecahkan persoalan. Ilmu adalah panduan bagaimana cara kita menyikapi dan menghadapi masalah. Masalahnya boleh sama, tetapi ca ra menyikapinya berbeda-beda. Ada orang yang mampu menyikapi masa lah dengan tenang, tapi ada juga orang yang jutru menghadapi masalah dengan marah dan kecewa. Semua itu tergantung dari seberapa banyak ilmu yang kita miliki. Sebagai contoh, suatu saat ki ta sedang berkendaraan. Tiba-tiba ada orang yang menyeberang jalan seenaknya sampai-sampai hampir ter tabrak oleh mobil atau motor yang sedang kita kendarai. Lantas kita ma rah kepada orang tersebut, bahkan sempat keluar kata-kata cacian dan makian dari mulut kita. Namun, di sisi lain ada pula orang yang menyikapinya dengan cara yang berbeda. Ia tidak marah, juga tidak mencaci, melainkan memohon ampun dan bersyukur kepada Allah karena ia yakin bahwa Allah telah menghindarkan dirinya dan penyeberang jalan tersebut dari terjadinya tabrakan. Itulah bedanya pengendara pertama dan kedua. Pengendara pertama masih kurang ilmunya hingga hanya mengandalkan emosi, sedangkan pengendara kedua bagus ilmunya sehingga mampu me ngendalikan emosi dan mengambil hikmah dari kejadian yang baru saja dialaminya. Maka, pemimpin yang kurang ilmunya, hari-harinya pasti diisi oleh banyak kemarahan, kata-katanya pasti diisi oleh banyak kekecewaan, dan pikirannya diisi oleh ketidakpuasan terhadap bawahannya. Alhasil, para karyawan jadi tidak nyaman bekerja di kantor. Bahwa bila pimpinan sakit, mereka bisa jadi berdoa agar sakitnya diperlama bahkan kalau perlu diganti 22
saja sekalian oleh pimpinan lain yang lebih sabar, arif, dan bijaksana. Berbeda dengan pimpinan yang berilmu, ha ri-harinya senantiasa diisi oleh hik mah dan pengalaman yang justru membuat dirinya semakin menikmati hidup, semakin luas wawasannya, dan semakin bijak perilakunya. Setiap ada bawahannya, tidak hanya ditegur melainkan juga disemangati agar ti dak mengulangi kesalahan yang sa ma. Bahkan pemimpin yang berilmu sekaligus memberikan arahan dan solusi pada bawahannya sehingga me reka senang memiliki pemimpin seperti dirinya. Hasilnya, setiap permasalahan yang ada jadi mudah dihadapi. Oleh karena itu, pemimpin yang kurang cerdas dalam bekerja, ber siaplah untuk mendapat cemoohan dari bawahannya, tidak mendapatkan simpati dari bawahannya, tidak dapat menarik kesetiaan dari bawahannya, bahkan yang lebih buruk lagi akan digeser posisinya oleh pemimpin baru yang lebih cerdas dan matang ilmunya dibanding dirinya. Satu lagi bukti bahwa segala se suatunya mudah dengan ilmu adalah seorang dokter praktik yang memeriksa pasiennya hanya beberapa menit bi sa memperoleh uang lebih banyak dibanding dengan banyak pekerja lain yang harus memeras keringat dari pagi hingga sore untuk mendapatkannya. Pantas saja, itu karena seorang dokter harus cerdas, hafal nama-nama pe nyakit dan obatnya. Pengorbanan seo rang dokter dalam mencari ilmu dan belajar serta berlatih menangani pa sien sangat sebanding dengan rezeki yang diperolehnya kemudian. Jadi, terbukti betapa pentingnya ilmu dalam hidup. Tidak akan pernah ada orang yang sukses kecuali dengan ilmu. Tidak akan pernah ada sesuatu
yang mudah kecuali dengan ilmu. Tidak akan pernah ada masalah yang terselesaikan kecuali dengan ilmu. Ingat, barangsiapa masalahnya lebih besar daripada ilmu yang dimilikinya, maka dia adalah orang yang paling terhimpit di muka bumi ini. Dan se lama ia tidak mau belajar, maka dia adalah orang yang paling menderita yang hidup di muka bumi ini. Ibarat anak umur 6 tahun harus mengerjakan soal matematika kelas 1 SMU, tentu ia tidak akan sanggup dan hatinya galau. Tapi, seorang anak kelas 1 SMU harus mengerjakan soal matematika kelas 1 SD, ia akan tertawa dan tenang hatinya karena memang
ilmunya lebih tinggi dibanding masalah yang harus ia hadapi. Kesimpulannya, siapa yang ber ilmu akan tahu bagaimana cara mengendalikan hidup. Siapa yang berilmu akan tahu bagaimana cara me nyelesaikan masalah dan persoalan. Siapa yang berilmu senantiasa mudah mengatasi segala sesuatu yang ada dalam hidupnya. Siapa yang berilmu, dialah orang yang telah menerapkan kerja cerdas dalam hidupnya. “Jadikanlah hari-hari yang ki ta lalui adalah hari yang dapat me nambah ilmu untuk diri kita. Dan jadikanlah pergaulan kita adalah per gaulan yang dapat menambah ilmu untuk hidup kita.”
Barang siapa meninggalkan kehinaan, lalu melaksanakan kemuliaan, maka : 1. Allah akan memberikan kecukupan kepadanya meskipun tanpa harta. 2. Allah akan memberikan kekuatan kepada nya tanpa disertai tentara. 3. Allah akan mengalahkan musuhnya bukan dengan pasukan.
23
Tidaklah kamu Melihat Bahwa
Allah
Mengarak Awan “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian me ngumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya ber tindih-tindih, maka kelihatanlah oleh mu hujan keluar dari celah-celahnya ...” (QS An-Nur: 43) Para ahli cuaca mengetahui rincian pembentukan awan, strukturnya, dan cara kerjanya setelah melalui berbagai macam penelitian dan pengamatan menggunakan alat-alat canggih. Mereka baru bisa menceritakan proses tersebut dengan bantuan alatalat modern seperti pesawat, satelit, komputer, balon udara, dan peralatan lainnya. Mereka harus mempelajari angin serta arah pergerakannya. Mereka harus mengukur kelembaban udara dan variasinya serta menentukan je nis dan keragaman tekanan udara. Se mentara Al-Qur’an telah jauh-jauh hari menceritakannya. 24
“... dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkanNya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS An Nur: 43) Para ahli cuaca telah menemukan bahwa awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan es ini dapat men capai ketinggian hingga 7 sampai 9 kilo meter. Dapat dibayangkan bahwa awan ini memang ukurannya benar-benar seperti gunung-gunung sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat Al-Qur ’an di atas. Betapa luar biasanya Al-Qur’an ini. Alangkah beruntungnya orang-orang yang bisa mengambil pelajaran dan mendapat hikmah dari keberadaannya!
Berita Kegiatan-Kegiatan
Pondok Yatim Al-Hilal 1. Wakaf Motor
Alhamdulillah Pondok Yatim alHilal menerima wakaf satu unit Motor Revo Fit Tahun 2012 dari salah satu Donatur di Purwokerto yang tidak mau disebutkan namannya. Dengan adanya motor tersebut memudahkan kami untuk beraktivitas. Jazaakallaahu khairan katsiiran, semoga Amal keba ikannya dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiiin.
2. Pengajian Akbar Bersama Usta dzah Ninih Mutmainah (Teh Ninih)
Pondok Yatim al-Hilal Di Cipadung Cibiru setiap bulan mengadakan pengajian Akbar. Pada bulan April yang menjadi pembicara adalah Ustadzah Ninih Mutmainah (teh Ninih) di Pondok Yatim al-Hilal Cibiru. Alhamdulillah acara dihadiri banyak jemaah dan warga sekitar, dan mereka pun sa ngat antusias mendengarkan ceramah dari beliau. Tema yang disampaikan mengenai manfaat berbuat baik dan kedekatan dengan sang Maha Pencipta. 25
3. Forum Silaturahmi Orang Tua Santri Tahfidz Al-Hilal
Santri Pondok Yatim dan Rumah Tahfidz al-Hilal sedang mengikuti trai ning/pembinaan bersama GEMABI (Gerakan Menuju Anak Baik Indonesia) dengan tujuan anak-anak santri al-Hilal menjadi anak baik, berprestasi, dan penuh kreatifitas. 5. Doa Bersama, Syukuran, Ulang Tahun, dan Aqiqah
Untuk lebih dekat dengan wali santri, Kamis, 4 April 2013 Pondok Yatim al-Hilal Mengadakan Forum Silaturahmi Antara Pengurus, Guru Rumah Tahfidz al-Hilal dengan Orang tua Santri Tahfidz al-Hilal, selain acara silaturahmi, juga di jelaskan tentang program-program santri Tahfidz sekarang dan juga untuk rencana ke depannya. semoga dengan acara ini peran Orangtua sebagai Guru yang paling utama di rumah, bisa turut berpartisipasi dan juga memantau anak-anaknya dalam meningkatkan lagi segi keilmuannya khu susnya mengenai hafalan surahnya. 4. Training/Pembinaan bersama GEMA BI (Gerakan Menuju Anak Baik Indonesia)
26
Kegiatan rutin doa bersama ini diikuti oleh seluruh Anak Yatim dan Santri Tahfidz al-Hilal. Acara dilakukan setiap malam Jum’at bakda Maghrib di Pondok Yatim al-Hilal dengan diawali pembacaan surat Yasin. Pondok Yatim al-Hilal juga biasa mengadakan doa bersama di rumah donatur, dalam acara-acara seperti aqiqah, ulang tahun, dan syukuran, atau mereka yang datang ke Pondok Yatim al-Hilal. “Doa Bersama dengan Kang Imron Pengusaha Jaket Kulit Cibaduyut “Doa Bersama Keluarga dari Singa pura dalam Acara “Wisata Aqiqah” “Doa Bersama para relawan di Pondok Yatim al-Hilal “Doa Bersama para Donatur, dll
6. Ujian Lokal Wisuda Akbar 4 Daarul Qur’an
day one ayat” di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta yang dihadiri Imam Masjidil Haram Sa’ad Al-Ghamidi, Pimpinan Daarul Qur’an Gaza Pales tina dan sejumlah pakar Al-Qur’an dari Yaman, Qatar, dan lainnya, serta dihadiri sekitar 50 ribu lebih dan melibatkan 10 ribu santri dari Rumah Tahfdiz Se-Indonesia. 8. Study Tour ke Pesantren Bersama Rumah Tahfidz Jawa Barat
Setelah beberapa bulan mengha fal surat-surat yang ditentukan, Santri Tahfidz al-Hilal mengikuti ujian lokal Wisuda Akbar 4 di SDQI Bandung, untuk mengikuti Wisuda Akbar 4 PPPA Daarul Qur’an di Jakarta. 7. Wisuda Akbar “one day one ayat”
Pengurus Pondok Yatim & Rumah Tahfidz al-Hilal mengikuti Study Tour Pesantren Bersama Rumah Tahfidz SeJawa Barat ke daerah Kudus, Semarang, dan daerah lainnya di Jawa Tengah. 9. Santunan Bulanan dan Pembinaan Anak Yatim
Santri Pondok Yatim al-Hilal mengikuti acara Wisuda Akbar “One 27
11. Aqiqah Di Pondok Yatim Al-Hilal
Setiap awal Bulan kami yayasan Pondok Yatim al-Hilal mengadakan santunan untuk Anak-anak Yatim dan Wali dari anak-anak Yatim. Santunan yang diberikan berupa bantuan ke uangan, bahan makanan pokok, dan keperluan sehari-hari. 10. Acara GROW UP! HMAN (Polban)
Pondok Yatim al-Hilal kedatangan tamu dari Singapura tujuannya selain untuk bersilaturahmi juga untuk me laksanakan aqiqah untuk salah satu putranya. semoga anaknya menjadi anak yang saleh. Aamiin... 12. Pelatihan Bisnis Al-Hilal
Kegiatan ini menyelenggarakan berbagai lomba, seperti menggambar, puisi, menulis, kreasi seni, dan lain-lain. Kegiatan ini diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Administrasi Niaga (Pol ban), serta turut mengundang anakanak dari Yayasan Yatim Piatu sekitar daerah Bandung, salah satunya adalah dari Pondok Yatim dan Rumah Tahfidz al-Hilal.
28
Pondok Yatim al-Hilal kembali mengadakan acara pelatihan bisnis yang ke-2 pada hari Kamis, 21 Februari 2013. Acara dibuka langsung oleh Bapak Hendra (Ketua Yayasan al-Hilal) dan dilanjutkan oleh Bapak Yopi (Annisa) selaku pembicara dalam pelatihan bisnis ini. Acara selesai pada jam 17.15 dan diakhiri dengan berbuka puasa bersama. Kami mengucapkan terima kasih terutama kepada pemateri yang telah berbagi ilmunya tentang bisnis, dan juga kepada sahabat-sahabat para pebisnis muda terima kasih atas kedatangannya, semoga ilmunya ber manfaat. Aamiin...(sampai jumpa di pelatihan bisnis selanjutnya) 13. Pesantren Liburan Bersama Tim AHa (Anak Hebat)
Pesantren Liburan bersama Tim AHa di Pondok Yatim al-Hilal Cibiru, kegiatan ini berisikan materi tentang motivasi dan games yang mendidik supaya anak-anak selalu memiliki motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Selain itu, anak-anak juga diberikan hadiah berupa perlengkapan sekolah supaya menambah semangat dalam belajarnya.
14. Acara Maulid Nabi SAW 12 Rabiul Awal 1434 H
Ngaji dan bershalawat bareng dalam memperingati Maulid Nabi SAW 12 Rabiul Awal 1434 H. dilanjutkan dengan berbagai kegiatan lomba seperti lomba mengaji, cerdas cermat, lomba adzan, dll. Sehingga suasana Maulid Nabi penuh dengan keceriaan anak-anak yatim Pondok Yatim al-Hilal. 15. Kegiatan Olah Raga
Rasulullah SAW bersabda, “Muk min yang kuat lebih dicintai daripada mukmin yang lemah.” “Al-’aqlus salim fil jismis salim” atau “Mensana in corpore sano” benar sungguh pepatah ini. Akal yang cer das/sehat terletak pada badan yang cerdas/kuat. Untuk membentuk pri badi yang sehat dan kuat Pondok Yatim al-Hilal mengadakan latihan ka rate bersama, bermain futsal, lari pagi, hingga belajar berenang, dan lain-lain.
29
warna belum semua, baru sebagian bahan: kaos hyget super dikombinasi batik print halus kualitas super bahan: adem, dingin, jatoh, ga berbulu, ringan, tipis tapi tidak transparan, warna tidak mudah pudar walau dicuci berulang, dan ga mudah kusut.
bahan kaos hyget super warna: putih..ungu muda.. krem...broken white.... pink muda...hijau muda....
CP: Ati Susanti 022-93880185 Pin 3153cc61
Dalam rangka pembentukan karakter anak yatim agar menjadi anak yatim yang tangguh, mandiri, tidak putus asa, dan optimis Pondok Yatim al-Hilal Mengadakan
Sabtu-Minggu, 25 - 26 Mei 2013 Diikuti oleh ratusan anak yatim Di Eco Pesantren Daarut Tauhiid Parompong Lembang ingin berpartisipasi? Dibuka kesempatan menjadi pengasuh anak yatim/relawan juga menjadi panitia acara tersebut Terbuka untuk umum dari semua lapisan Siapa saja bisa bergabung Silahkan hubungi Pondok Yatim al-Hilal Bila ingin bersedekah, berzakat, bisa langsung transfer ke: Bank Mandiri No 1320012549953 an.Yayasan al-Hilal @pondok_yatim Pondok Yatim al-Hilal Jl. Gegerkalong Hilir No. 205 Bandung. Telp/fak 022 2001776.
[email protected] Kontak : Iwan 085257351628, Handri 081321018620