COVER
1
DAFTAR ISI
Inovasi Tiada Henti................................................................................... 3
Yayasan Ekosistem Lestari......................................................................... 5 Perlindungan Untuk Harangan Tapanuli (Hutan Batang Toru)....................... 7 Harapan Baru Untuk Gober........................................................................ 9 Penduduk Baru di Hutan Jantho................................................................. 10 Panen Perdana di Ambang Mata................................................................. 15 Bibit Tanaman Lokal Untuk Reboisasi........................................................ 16 Orangutan Coffee...................................................................................... 19 Jembatan Baru Untuk Ecolodge................................................................. 21 Bahan Ajar Tentang Hutan Hujan Tropis..................................................... 23 Kesempatan Kedua Untuk Seumayam........................................................ 24
Photovoltaic Training for Worldwide Professionals...................................... 25 Kunjungan ke PPLH Bohorok.................................................................. 26 Laporan Keuangan.................................................................................... 27 Dewan Pembina dan Tim Manajemen......................................................... 28 Kemitraan 2012........................................................................................ 29
Editor : Adji Darsoyo Edisi : Mei 2013 Kontributor : Staf YEL Sampul Foto: Greg Bertagnolio/Martjan Lammertink
Megalaima mystacophanos
InovasiTiada Henti
Kehidupan masyarakat moderen senantiasa membutuhkan inovasiinovasi baru. Hasil karya, baik dalam bentuk barang ataupun jasa, perlu mendapat pembaruanpembaruan agar karya itu bisa lebih baik dari waktu ke waktu. Memang, melakukan pembaruan tidak selalu mudah. Adakalanya perlu uji coba dan mengambil pelajaran berharga dari uji coba itu. Bagi Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), tahun 2012 merupakan tahun inovasi dimana lembaga ini melakukan berbagai inovasi baru dalam banyak hal termasuk di bidang konservasi, pendidikan lingkungan, dan energi terbarukan. Salah satu terobosan baru yang telah kita lakukan adalah operasi katarak bagi satu induk orangutan buta yang memiliki bayi kembar. Kita ingin agar induk orangutan ini dapat melihat dua bayi kembarnya yang mungil. Pada awalnya kita diliputi tanda tanya “Apakah operasi katarak yang pertama kali dilakukan pada orangutan sumatera ini dapat berhasil?” Dengan persiapan yang cermat, akhirnya operasi berjalan dengan sukses. Saat ini, Gober sudah bisa melihat kedua bayi mungilnya. Ini merupakan eksperimen yang cukup fantastis.
perambahan melalui kegiatan pertanian. Untuk itu, YEL telah mengembangkan pedoman orangutan coffee/kopi orangutan bekerjasama dengan petani kopi di dataran tinggi Gayo, agar para petani menghasilkan kopi yang berkualitas secara berkelanjutan dan turut melindungi hutan tropis beserta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, termasuk habitat orangutan sumatera, yang merupakan salah satu spesies paling terancam punah. Di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup, modul pendidikan lingkungan hidup dengan tema hutan hujan tropis telah selesai disusun dan siap untuk dapat digunakan sebagai bahan belajar bagi siswa Sekolah Dasar. Modul tersebut berisi berbagai pengetahuan tentang hutan hujan tropis di Sumatera.
Kerajinan Daur Ulang Anakanak belajar membuat kerajinan tangan dari sampah. (Foto: Arsip YEL)
Sekitar 30% tanaman sawit di Studi Percontohan Sawit Berkelanjutan yang telah kita bangun bersama petani kecil di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, sejak 2009 mulai berbuah pasir dalam tahun 2012. Hal ini menunjukkan keberhasilan perkebunan percontohan yang didasarkan pada Prinsip & Kriteria RSPO serta mengaplikasikan pendekatan sistem pertanian Habitat orangutan sangat rentan terhadap organik. Tentu saja, kita berharap kiranya 3
keberhasilan ini dapat memberikan inspirasi bagi para petani dan perusahaan sawit untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan mineral, dan bukan di lahan gambut. Dalam upaya menghidupkan semangat para petani, kita juga mengikutsertakan 2 petani dari Aceh untuk mengikuti pertemuan tahunan RSPO di Singapura pada akhir Oktober 2012 lalu, sebagai bentuk dukungan untuk petani dalam upaya mempromosikan RSPO di kalangan masyarakat Aceh. Dari pemantauan kita, masih cukup banyak lahan mineral yang dapat dikembangkan menjadi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di Provinsi Aceh. Harapan saya, kiranya perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dapat menjadi perhatian di Aceh. Pengembangan pertanian yang memperhatikan keseimbangan dengan alam merupakan pilihan bijak yang perlu terusmenerus kita dorong. Karena kita semua hidup di atas satu bumi yang sama, bumi yang memiliki satu ekosistem. Bumi adalah rumah kita untuk diwariskan pada anak cucu kita.
dr. Sofyan Tan Ketua Yayasan Ekosistem Lestari
Nephentes Sumatrana
Yayasan Ekosistem Lestari
Didirikan pada awal tahun 2000, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) merupakan lembaga yang fokus pada isuisu lingkungan dan pengembangan masyarakat, terutama mereka yang hidup di sekitar daerah konservasi. Pendirian lembaga ini dilakukan sebagai respon positif terhadap munculnya berbagai perma salahan lingkungan hidup dan konservasi alam khususnya terhadap ancaman pencemaran serta punahnya sistem pendukung kehidupan yang penting bagi seluruh makhluk di dunia. Dalam menjalankan programprogramnya, YEL menga cu pada visi dan misi sebagai berikut:
Visi
Melestarikan lingkungan dengan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
Misi
dengan prioritas untuk pendekatan partisipatif, solusi berkelanjutan yang berdasarkan kepada ilmu pengetahuan dan kepentingan manusia.
YEL memiliki komitmen yang kuat untuk meraih misi dan visi yang telah diutarakan diatas, yaitu melalui kegiatankegiatan berikut : • Mempromosikan dan mendukung pelestarian alam di Indonesia.
upaya
• Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup.
• Merencanakan dan melakukan manajemen yang sesuai dalam pendidikan lingkungan hidup dan program konservasi alam manfaat melalui konservasi untuk orangutan dan pengembangan ekowisata.
• Memberikan dukungan untuk konservasi Bekerja untuk kelestarian lingkungan hidup lingkungan. dengan manfaat berkelanjutan bagi seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan misi ini, YEL • Menyediakan dukungan kemanusiaan. tidak menutup kemungkinan untuk memberikan kontribusi yang luas baik di wilayah Sumatera Utara, Indonesia, maupun secara Internasional,
Pusat Pertanian Organik
Salah satu sudut pemandangan di Pusat Pertanian Organik YEL di Timbang Lawan, Langkat, Sumatera Utara. (Foto: Arsip YEL)
5
Status Kawasan Hutan Batang Toru
Perjuangan dilakukan oleh YEL bersamasama dengan Pemerintah tiga Perjuanganyang yang dilakukan oleh YEL bersamasama dengan kabupaten dalam mengupayakan Status Kawasan Pemerintahdi Tapanuli tiga kabupaten di Tapanuliperubahan dalam mengupayakan Hutan Batang Toru Kawasan menjadi Hutan di perubahan Status HutanLindung Batangmenuai Toru harapan menjadi baru Hutan penghujung tahun 2012. Lindung menuai harapan baru di penghujung tahun 2012. Dialog komunikasi intensif intensif yang dilakukan dilakukan secara secara kolaborativ kolaborativ ini Dialog dan komunikasi membuahkan dengan adanyaadanya dukungan baru dari DPDRI melalui salah membuahkanhasil hasil dengan dukungan baru dari DPDRI satu anggotanya, Bpk. anggotanya, Parlindungan Purba, sebagai perwakilan DPDRI dari melalui salah satu Bpk. Parlindungan Purba, sebagai Sumatera yang dari membantu dalamUtara, mendorong mempercepat perwakilanUtara, DPDRI Sumatera yang upaya membantu dalam proses perubahan statusmempercepat tersebut malaluiproses pemerintah pusat. status tersebut mendorong upaya perubahan malalui pemerintah pusat. Dukungan dari Bpk. Parlindungan Purba dalam kapasitas beliau sebagai Wakil Ketuadari bidang Hidup DPDRI dalam Dukungan Bpk. Lingkungan Parlindungan Purba dalam ditunjukkan kapasitas beliau lokakarya pembahasan pelestarian hutan Batang di Hotel Polonia sebagai Wakil Ketua bidang Lingkungan HidupToru DPDRI ditunjukkan Medan pada tanggal 6 Desemberpelestarian 2012, di mana bertindak dalam lokakarya pembahasan hutanbeliau Batang Toru disebagai Hotel salah satuMedan nara sumber. Lokakarya yang melibatkan pemangku Polonia pada tanggal 6 Desember 2012, seluruh di mana beliau kepentingan terkait salah kawasan Toru ini dihadiri olehmelibatkan perwakilan bertindak sebagai satuhutan naraBatang sumber. Lokakarya yang LSM, yangterkait beroperasi di kawasan ini, pemerintah seluruhperwakilan pemangkuperusahaan kepentingan kawasan hutan Batang Toru ini provinsi kabupaten Tapanuli perusahaan serta perwakilan dihadiri dan oleh masingmasing perwakilan LSM, perwakilan yang masyarakat. beroperasi di kawasan ini, pemerintah provinsi dan masingmasing kabupaten Tapanuli serta perwakilan masyarakat.
Dialog Terbuka
Dari atas, searah jarum jam: Pembukaan dialog oleh Ketua YEL, dr. Sofyan Tan; penjelasan dr. Sofyan Tan kepada wartawan saat konferensi pers; proses dialog dimoderatori oleh Direktur Eksekutif WALHI SUMUT, Kusnadi. (Foto: YEL)
Dengan diselenggarakannya lokakarya tersebut, besar harapan YEL dan Pemerintah Sumatera Utara, baik provinsi maupun ketiga kabupaten Tapanuli, atas terealisasinya perubahan status kawasan hutan Batang Toru, sebagaimana telah diusulkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 kepada Pemerintah Pusat.
Alih Fungsi Kawasan Hutan
Perlindungan Untuk Harangan Tapanuli (Hutan BatangToru) Harangan Tapanuli, atau yang juga dikenal dengan sebutan Hutan Batang Toru, memiliki luas 133.841 ha dengan kekayaan alam yang luar biasa serta keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Kekayaan flora dan fauna Hutan Batang Toru juga memiliki keunikan tersendiri yang terwakili oleh orangutan yang hidup di dalam kawasan hutan ini. Orangutan Batang Toru baru teridentifikasi di awal tahun 2000an dan merupakan satusatunya populasi orangutan di sebelah selatan kawasan Danau Toba. Keunikan orangutan Batang Toru terbukti dari hasil studi yang dilakukan oleh ahli genetika (Nater et al. 2012) yang menemukan bahwa orangutan di kawasan ini secara genetis berbeda dengan orangutan yang berada di kawasan Ekosistem Leuser.
Selain itu, Hutan Batang Toru yang juga merupakan hulu dari delapan DAS dan SubDAS menjadi sangat penting untuk kawasan Tapanuli. Selain sebagai sumber air bagi PLTA Sipansihaporas berkapasitas 50 MW yang memasok kebutuhan listrik di Sumatera Utara dan Aceh, DAS Batang Toru juga sangat penting
bagi pertanian di kawasan ini.
Hasil analisis skoring berdasarkan SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980 yang dilakukan di Hutan Batang Toru menunjukkan bahwa ternyata hampir 50% wilayah nonlindung di dalamnya seharusnya menjadi hutan lindung (nilai bobot >175), didasarkan pada microtopografi yang sangat terjal dengan banyak buktibukti erosi, yang membuat kawasan ini tergolong rentan. Ancaman lain adalah meningkatnya perambahan dan perburuan liar yang dilakukan di dalam kawasan Hutan Batang Toru, serta ancaman yang bersifat administratif, seperti status hutan yang tidak sesuai peruntukannya dan rencana pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Harangan Tapanuli tidak hanya memiliki kekayaan alam yang luar biasa, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, baik itu dari nilai cadangan karbon yang terkandung di dalamnya, maupun dari jasa lingkungan yang disediakan oleh Hutan Batang Toru seperti sumber air, pembentukan dan penyuburan tanah, potensi pariwisata, dan masih banyak lagi lainnya.
Orangutan Batang Toru
Orangutan liar di Hutan Batang Toru tertangkap kamera ketika sedang berayun dari satu pohon ke pohon lainnya. (Foto: YEL/Wahyu Susanto)
Batas Kawasan Hutan
Masyarakat membawa plang tanda Batas Kawasan Hutan Batang Toru untuk di pasang di batas kawasan hutan. (Foto: YEL)
7
Orangutan Buta Dengan Bayi Kembar
Di awal tahun 2011 lalu, YEL dikejutkan dengan kelahiran bayi kembar dari sepasang orangutan buta, ayah Leuser dan ibu Gober. Hal ini merupakan kejadian yang langka, terutama bahwa kedua orangtuanya buta, dan merupakan kelahiran kembar pertama yang dialami oleh sepasang orangutan Sumatera di Pusat Rehabilitasi Batu Mbelin, Sibolangit ini. Gober yang merupakan orangutan hasil evakuasi dari Sampan Getek di Kabupaten Langkat pada tahun 2008 mengalami kebutaan akibat katarak, yang menyebabkannya kehilangan orientasi dan "merambah" ke areal perkebunan masyarakat. Keajaiban untuk sang ibu, Gober, tidak berhenti pada kelahiran bayi kembarnya saja. Kisah Gober berlanjut ketika Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP) mendapat dukungan pendanaan untuk
Gober dan bayi kembarnya
Gober bersama kedua bayi kembarnya, Ganteng dan Ginting, yang lahir pada 22 Januari 2011. (Foto: YEL/Adji Darsoyo)
Operasi Katarak Terhadap Orangutan
Harapan Baru Untuk Gober
Kelahiran bayi kembar di Pusat Karantina SOCP di Batu Mbelin pada 22 Januari 2011 lalu telah menarik perhatian berbagai kalangan, terutama dari para pemerhati lingkungan hidup nasional dan international.
Setelah melalui berbagai persiapan, Gober akhirnya menjalani operasi katarak pada tanggal 27 Agustus 2012, yang merupakan operasi katarak pertama terhadap orangutan di Indonesia. Operasi dilakukan oleh dokter spesialis mata Yang menjadi sumber perhatian adalah manusia dari Samarinda, dr. R. Arie Umboh, keunikan bahwa bayi orangutan kembar tersebut yang didampingi oleh dua dokter hewan SOCP, terlahir dari sepasang orangutan buta Leuser dan drh. Yenni Saraswati dan drh. Rachmad Wahyudi. Gober. Melalui operasi katarak ini, Gober akan mampu melihat anak kembarnya, mengenali pengasuh Leuser, yang mengalami kebutaan akibat ditembak dengan senapan angin, tidak memiliki pengasuhnya dan, jika kondisinya memang kemungkinan untuk melihat kembali karena memungkinkan, Gober dapat kembali bebas ke peluru senapan angin yang bersarang di kedua alam liar untuk mendampingi anakanaknya kelak. matanya. Lain halnya dengan Gober, ibu dari kedua bayi kembar tersebut buta akibat katarak yang dideritanya. Oleh sebab itu, Gober mamiliki kemungkinan untuk melihat kembali malalui operasi. Tentunya hal ini membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang tidak kecil. Namun demikian, lahirnya bayi kembar Ganteng dan Ginting telah membuahkan dukungan pendanaan bagi Gober untuk menjalani operasi katarak yang dapat memperbaiki penglihatannya.
Untuk itu, YEL dan SOCP akan terus berupaya memberikan yang terbaik untuk Gober dan anak anak kembarnya, serta terus memantau perkembangan mereka hingga waktunya tiba untuk mereka dilepas di alam habitatnya.
Persiapan sebelum operasi Gober dipersiapkan di atas meja operasi (Foto: Alain Compost).
Operasi oleh dr. Umboh
Proses operasi dilakukan oleh dr. Umboh (Foto: Alain Compost).
9
Pusat pelepasliaran orangutan sumatera - Jantho
Penduduk Baru di Hutan Jantho
Sejak diresmikan pada 28 Maret 2011, aktivitas di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera di Jantho, Aceh Besar, tidak pernah berhenti. Hingga saat ini, sebanyak 37 orangutan telah dilepasliarkan ke habitat barunya di Jantho. Kegiatan SOCP di Jantho tidak hanya sekedar melepasliarkan orangutan sumatera hasil evakuasi atau penyitaan, SOCP secara rutin juga melakukan pengumpulan data serta monitoring terhadap orangutan yang telah dilepasliarkan sana. Liputan demi liputan, baik dari media lokal, nasional maupun internasional, mengiringi beberapa aktivitas yang dilakukan SOCP di Jantho. Beberapa media internasional bahkan melakukan liputan yang cukup panjang dan komprehensif tentang kegiatan di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera ini. Halaman berikut mendokumentasikan aktivitas di Jantho dalam gambar.
Monitoring dan pengumpulan data
Orangutan sumatera yang dilepasliarkan secara rutin dimonitor dan didata (Foto: Peter Jaeggi).
Orangutan tiba di Jantho dari Batu Mbelin. (Foto: Carsten Storm)
Pengumpulan data di malam hari (Foto: Carsten Storm)
Pemindahan ke kandang besar di Jantho (Foto: Carsten Storm)
Orangutan bercengkerama di hutan Jantho (Foto: Carsten Storm)
11
Penyitaan dan Evakuasi Orangutan Sumatera
Tahun 2012 diwarnai dengan sejumlah aksi penyitaan serta evakuasi orangutan sumatera. Sebanyak 10 orangutan berhasil dievakuasi dari areal hutan yang terfragmentasi dan 18 disita dari kepemilikan ilegal.
Evakuasi dan penyitaan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari tim SOCPYEL, dan BKSDA, dan dalam kasus penyitaan didampingi oleh pihak aparat keamanan. Orangutan hasil evakuasi langsung dilepaskan kembali ke hutan yang kondisinya masih baik, sementara hasil sitaan dibawa ke Pusat Karantina Orangutan Sumatera di Batu Mbelin, Sibolangit, Sumatera Utara, untuk direhabilitasi sebelum dilepaskan kembali ke alam liar.
Evakuasi orangutan bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan, seperti diutarakan oleh ian Singleton dan dokter hewan SOCP, Yenni Saraswati. Selain berbahaya bagi anggota tim yang mengevakuasi, hal ini juga membahayakan orangutan itu sendiri, seperti yang dialami beberapa dari mereka yang terjatuh dari ketinggian dan mengalami cidera serius ketika dibius.
Evakuasi orangutan sumatera
Orangutan jantan dewasa dievakuasi dari kawasan rawa gambut Tripa, Aceh, pada Juni 2012. Luasan habitat orangutan sumatera di kawasan ini semakin menipis akibat pembukaan lahan oleh perkebunan kelapa sawit. (Foto: Paul Hilton)
Kiri:
Direktur SOCP Ian Singleton dan Manager Operasional Santi Lubis membawa orangutan bernama Chocolate untuk dibawa ke karantina. Chocolate disita dari pemiliknya di kawasan Rawa Tripa di Kabupaten Aceh Barat Daya
Kanan:
Didampingi aparat kepolisian, drh. Yenni Saraswati mengambil Rahul, orangutan sumatera berusia 2 tahun dari pemiliknya di Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya, pada April 2012 lalu (Foto: Paul Hilton).
Atas: Orangutan hasil evakuasi dari kawasan rawa gambut Tripa di Kabupaten Nagan Raya, Aceh pada April 2012. (Foto: Paul Hilton)
Kanan:
Manager Operasional SOCP Santi Lubis membersihkan orangutan hasil penyitaan sebelum dibawa ke Pusat Karantina SOCP di Batu Mbelin, Sumatera Utara (Foto: YEL SOCP).
13
Penyelamatan Rawa Gambut Tripa
Isu kerusakan lingkungan di rawa gambut Tripa, Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh, memasuki babak baru.
Kampanye yang dilakukan oleh Tim Koalisi Penyelamatan Rawa Tripa (TKPRT) yang dipimpin oleh WALHI Aceh mendapat dukungan internasional dalam mendesak pemerintah, baik pusat maupun provinsi, untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan yang merebak di kawasan tersebut. Puncak dari perjuangan untuk menyelamatkan rawa gambut Tripa adalah dengan dicabutnya izin salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit skala besar di Tripa. Pencabutan izin tersebut diikuti dengan gugatan hukum terhadap perusahaan yang bersangkutan terkait kerugian yang ditimbulkan akibat dampak pelanggaran lingkungan melalui pembakaran lahan.
YEL telah melakukan pendampingan terhadap masyarakat di rawa gambut Tripa sejak tahun 2008 melalui programprogram pemberdayaan masyarakat. Salah satu program besar yang dilakukan adalah implementasi Studi Percontohan (Pilot Study) Kelapa Sawit Berkelanjutan di lahan Tidur Berdasarkan Prinsip dan Kriteria RSPO (Roundtable for Sustainable Palm Oil) yang melibatkan petani lokal. Program ini diinisiasi oleh partner utama YEL, PanEco Foundation, dan dimulai pada tahun 2008. Pada kuartal pertama 2012, YEL bersama dengan TFCA (Tropical Forest Conservation Action) Sumatera melanjutkan program pemberdayaan masyarakat di rawa gambut Tripa. Tahap awal dari program ini adalah pengembangan bibit secara partisipatif bersama masyarakat setempat guna merehabilitasi kawasan rawa yang terdegradasi.
Rawa Gambut Tripa
Sungai Tripa di Nagan Raya dan perkebunan sawit yang terhampar hingga ke Aceh Barat Daya (Foto: Carsten Storm)
Pilot Study Sawit Berkelanjutan
Panen Perdana Di Ambang Mata
Studi percontohan kelapa sawit berkelanjutan yang telah dirintis sejak 2008 ini mulai memperlihatkan hasil di pertengahan tahun 2012. Kelapa sawit yang ditanam di desa Lamie, Kecamatan Darul Makmur di Nagan Raya ini telah menghasilkan buah pasir (buah pertama), menunjukkan kesuburan dan kesehatan tanaman kelapa sawit tersebut. Hal ini juga menandakan bahwa panen pertama sudah semakin dekat. Selain itu, Credit Union Makmur Lestari yang dibentuk untuk mendukung pengelolaan program sawit berkelanjutan ini mendapat bantuan 10 ekor sapi. Hewan ternak tersebut disalurkan ke kelompok tani Pilot Study di Lamie untuk dikelola secara kolaboratif. Sementara itu di lokasi terpisah, tepatnya di Dusun Gagak, kelapa sawit sudah tertanam di keseluruhan 20 ha yang merupakan bagian dari pilot percontohan ini. Kelompok tani yang menamakan dirinya TIBAS ini telah lebih dahulu mengelola ternak sapi yang merupakan bantuan pemerintah.
Buah Pasir
Kelapa sawit di lokasi studi percontohan Desa Lamie menghasilkan buah pasir (Foto: YEL).
Orangutan yang dilepasliarkan di Jantho
Rehabilitasi Rawa Tripa
BibitTanaman Lokal Untuk Reboisasi
Bersamasama dengan Tropical Forest Conservation Action (TFCA), YEL mengimplementasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat di kawasan Rawa Tripa, yang merupakan bagian dari program besar untuk merehabilitasi dan melindungi kawasan tersebut.
Di fase awal program yang dimulai pada April 2012 ini, YEL mengembangkan berbagai bibit tanaman lokal, meliputi tanaman kayu dan buahbuahan yang biasa dijumpai di kawasan rawa, yang nantinya akan dibagikan kepada masyarakat Rawa Tripa yang tergabung dalam tiga forum yang berbeda, Forum Serabut, Forum Peutari dan Forum Babahrot. Pembibitan ini dibangun bersamasama dengan ketiga forum yang telah dibentuk tersebut yang berada di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya dan di Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya. Perjanjian kerjasama dengan ketiga forum masyarakat Rawa Tripa serta penyerahan bibit secara simbolis dilakukan dikantor YEL di Medan pada Desember 2012.
Pembibitan tanaman lokal
Berbagai jenis bibit tanaman lokal yang di salah satu lokasi pembibitan di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagen Raya, Aceh (Foto: YEL)
Proses Pembangunan Pusat Pembibitan Kiri:
Membangun pembibitan. (Foto: YEL)
Atas dan bawah:
Penandatanganan perjanjian kerjasama dengan masyarakat rawa Tripa dan serah terima bibit tanaman lokal secara simbolis oleh Sekretaris Yayasan, Diana Kosmanto, disaksikan oleh pengawas yayasan, Adnan N.S. dan Deputy Director Conservation , Gunung Gea serta perwakilan ketiga forum dari kawasan Rawa Tripa. (Foto: YEL)
Kanan:
Pemasangan paranet. (Foto: YEL)
Kiri:
Polybag untuk bibit tanaman. (Foto: YEL)
17
Ecolodge Bukit Lawang menjadi semakin atraktif dengan adanya fasilitas Ecotrail.
18
Melalui fasilitas ini, para tamu diajak untuk berwisata sambil menambah pengetahuan tentang alam sekitar, karena di berbagai sudut Ecotrail tersedia beragam informasi mengenai flora dan fauna yang tumbuh dan dijumpai setiap harinya di kebun Ecolodge yang luas. Jenisjenis tersebut tentunya juga hidup di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. (Dari kiri ke kanan searah jarum jam: Ecotrail; Foto: YEL)
Pertanian Organik
Orangutan Coffee
Pertanian organik merupakan salah satu metode pertanian ekologis yang dalam persyaratannya tidak memperkenankan pembukaan hutan maupun penggunaan input pertanian berbahan kimia. Hal inilah yang diterapkan oleh YEL dalam melakukan pendampingan dan pemberdayaan petani kopi di Desa Wih Bersih, Aceh Tengah, agar para petani di sana dapat menghasilkan produk kopi arabica yang berkualitas dan ramah lingkungan. Selain itu, dengan sertifikat organik, kopi yang dihasilkan akan mendapatkan harga premium di pasar internasional.
Dalam hal pemasaran, YEL memfasilitasi para petani kopi dampingan dan distributor/eksportir kopi yang berminat, dan dengan dukungan mitra utama YEL, PanEco Foundation, importir kopi Eropa digandeng dalam upaya memasarkan Orangutan Coffee di luar negeri, terutama di Eropa.
Pedoman Orangutan Coffee (Kopi Orangutan) dikembangkan oleh YEL dan PanEco dengan tujuan agar para petani menghasilkan kopi yang berkualitas secara berkelanjutan dan turut melindungi hutan tropis beserta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, terutama Pendampingan tersebut di atas meliputi perlindungan terhadap habitat orangutan pendampingan teknis budiadaya secara organik, sumatera, yang merupakan salah satu spesies penguatan Sistem Pengawasan Internal (Internal paling terancam punah. Control System ICS), persiapan sertifikasi Hasilnya, di penghujung tahun 2012, para organik, pemberdayaan Koperasi serta petani di Wih Bersih mulai sibuk dan memfasilitasi pemasaran produk kopi organik bersemangat dalam mengumpulkan hasil panen tersebut. kopi arabika di kebunkebun mereka, yang
Siap untuk diekspor
Orangutan Coffee yang telah dikemas dan siap kirim. (Photo: YEL)
Sertifikasi organik dilakukan oleh Lembaga rencananya akan diekspor ke Hamburg di awal Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS), sebuah tahun 2013 mendatang. lembaga sertifikasi yang berasal dari Seloliman, Jawa Timur dengan akreditasi nasional dan internasional.
19
Kiri:
Kiri:
Penyortiran biji kopi oleh ibuibu kelompok tani. (Foto: YEL)
Anggota kelompok tani Wih Bersih memetik buah kopi sewaktu panen. (Foto: YEL)
Bawah:
Proses pengeringan biji kopi secara alami. (Foto: YEL)
Kanan:
Biji kopi yang telah disortir dikemas dalam karung, menunggu pengiriman ke pihak eksportir. (Foto: YEL)
20
PPLH Bohorok
Jembatan Baru untuk Ecolodge
Ketika banjir bandang melanda kawasan Bohorok pada tahun 2003, Ecolodge Bukit Lawang kehilangan jembatan yang merupakan akses utama ke areal penginapan ini. Sementara itu, jembatan gantung yang menggantikan jembatan yang hanyut tersebut juga sudah harus memasuki "masa pensiun" setelah melayani selama lima tahun. Akhirnya, pembangunan jembatan baru pun dimulai pada kuartal ke 3 tahun 2012 lalu. Progres pembangunan jembatan gantung ini telah mencapai sekitar 90% di akhir 2012. Jembatan gantung yang telah melayani sejak tahun 2003 akan dibongkar pada saat jembatan baru selesai secara keseluruhan dan dapat difungsikan.
Pembangunan Jembatan Baru
Jembatan gantung baru dibangun tepat disebelah jembatan yang lama. (Foto: YEL)
Pendidikan Lingkungan Dalam Kurikulum
Penerapan pendidikan sejak usia dini merupakan salah satu cara yang efekitf untuk membentuk serta menanamkan pemahaman terhadap materimateri pembelajaran yang diberikan, seperti yang terjadi dalam proses balajar mengajar di sekolahsekolah pada umumnya. Demikian juga dengan pendidikan lingkungan hidup yang dimulai dengan melibatkan anakanak usia sekolah dasar, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk mengenali, memahami serta merawat lingkungan. Pemahaman tersebut akan menjadi manisfestasi yang kuat pada diri anakanak jika sesekali diselingi dengan melakukan wisata alam. Sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyampaikan PLH kepada para murid, terutama karena anak anak di usia ini lebih banyak melewati kesehariannya di sekolah. Untuk itu, perlu adanya dibangun kerjasama dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan dalam upaya memasukkan materimateri PLH ke dalam kurikulum sekolah. Untuk mendukung hal tersebut tentunya dibutuhkan media serta faktor penunjang yang baik agar PLH di sekolah dapat disampaikan dengan profesional oleh para guru dan diterima dengan antusiame yang tinggi oleh para murid. Untuk itu, di tahap awal perlu dikembangkan satu set panduan belajar dan mengajar dalam tema PLH yang komprehensif, yang nantinya dapat digunakan oleh para guru dan murid di sekolahsekolah. Tahap berikutnya adalah melatih para guru yang bersangkutan dalam penyampaian materi materi PLH tersebut kepada para murid, agar mampu menyampaikan matri PLH secara interaktif serta terus meningkatkan minat dan ketertarikan para murid terhadap pelestarian lingkungan.
Pengenalan PLH di Sekolah Yayasan Iskandar Muda, Medan Muridmurid SD YPSIM Medan diperkenalkan dengan materi PLH. (Foto: YEL)
Pendidikan Lingkungan Hidup
Kiri:
Bahan AjarTentang Hutan Hujan Tropis
Ketua Yayasan dr. Sofyan Tan didampingi Direktur Divisi Pendidikan, dr. Farina Yasmin, dan Penasehat Senior YEL, Suherry Aprianto, berdiskusi dengan Walikota Binjai.
Di awal tahun 2012, YEL dengan dukungan PanEco Foundation, mulai mengembangkan Bahan Ajar Tentang Hutan Hujan Tropis dalam bentuk buku panduan guru dan buku pelajaran murid. Pengembangan bahan ajar ini melibatkan 2 orang guru dari Swiss yang berpengalaman dalam pengembangan buku panduan pendidikan dan buku pelajaran. Kedua orang guru yang diperbantukan oleh PanEco Foundation tersebut bekerja sama dengan tim dari PPLH Bohorok dalam pengumpulan bahan bahan dan materi untuk bahan ajar dengan tema pertama Hutan Hujan Tropis, sesuai dengan lingkungan alam PPLH Bohorok yang bersinggungan dengan hutan Taman Nasional Gunung Leuser.
Di penghujung tahun 2012, draft awal Bahan Ajar Tentang Hutan Hujan Tropis telah didiskusikan bersamasama dengan Walikota serta Dinas Pendidikan Kota Binjai, yang saat ini tengah melakukan kajian terhadap bahan ajar tersebut. Tim YEL optimis, bahwa melalui kerjasama yang dijalin dengan Pemerintah dan Dinas Pendidikan Kota Binjai, bahan ajar yang telah dikembangkan ini dapat diaplikasikan di sekolahsekolah dasar yang ada di Kota Binjai sebagai langkah awal penggunaan yang lebih luas di Provinsi Sumatera Utara.
(Foto: YEL) Kanan:
Ketua Yayasan berfoto bersama dengan staf YEL dan staf Kantor Walikota Binjai. (Foto: YEL)
Kiri:
Presentasi Bahan Ajar kepada Dinas Pendidikan Kota Binjai oleh YEL. (Foto: YEL)
23
Cerita Dari Lapangan
Kesempatan Kedua Untuk Seumayam
Seumayam adalah orangutan hasil penyitaan di daerah Ujung Jarum Kabupaten Nagan Raya. Saat penyitaan, orangutan jantan berusia sekitar 8 tahun ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, dengan luka terbuka sepanjang sekitar 10 cm di telapak tangan kanan. Menurut informasi sang pemilik, luka itu akibat dari gesekan dengan karung goni saat dibawa dari hutan. Selama dipelihara, Seumayam diberi makan buah coklat, pisang, pepaya, serta minum berupa kopi dan teh.
Bersantai di Atas Pohon
Seumayam bersantai di atas pohon di habitat barunya di hutan Jantho. (Foto: YEL/SOCP)
24
kirinya sudah tidak bisa berfungsi secara normal dan diperkirakan akan menganggu pergerakannya di hutan, Seumayam masih sangat berpotensi untuk melanjutkan pembelajaran di pusat reintroduksi. Setelah berdiskusi dengan Dr. Andreas Messikomer, ahli tulang dan syaraf dari Swiss, maka diputuskan untuk mengamputasi lengan kiri Seumayam. Setelah diamputasi, ternyata lengan kiri Seumayam masih berfungsi dan bisa digerakkan. Selesai proses amputasi dan saat kondisinya sudah sehat, Seumayam Ketika dipelihara di Ujung Jarum, Sumayam dipindahkan ke Stasiun Reindroduksi Jantho. diikat di pinggang dengan rantai yang dibungkus Setelah istirahat beberapa minggu di kandang dengan selang air. Setibanya di Karantina reintroduksi, Seumayam dilepaskan ke hutan. Orangutan Batu Mbelin, tim dokter Sumatran Tidak semua orangutan dapat bertahan hidup Orangutan Conservation Programme (SOCP) setelah dilepas kembali ke habitat barunya. melakukan checkup. Ternyata ada luka yang Keraguan untuk mampu bertahan hidup (setelah cukup dalam bekas ikatan tersebut di bagian dilepas) dipertaruhkan dengan keputusan berani kanan dan kiri pinggang akibat gesekan rantai. dari SOCP untuk melepas kembali Seumayam di Seumayam mengalami kelumpuhan (paralyse) stasiun Jantho. Dengan pertimbangan, hal ini pada lengan kiri. Saraf medianusnya tidak lagi lebih baik baginya daripada berada di kandang berfungsi. Hal ini mengakibatkan Seumayam permanen Karantina Batu Mbelin atau tidak bisa menggunakan lengan kirinya. mengirimkannya ke kebun binatang. Namun Sementara itu bagianbagian lain pada tubuh keraguan itu terjawab dengan keberhasilan Seumayam dalam kondisi baik. Meskipun lengan Seumayam bertahan hidup semenjak dilepas pada 1 Juni 2012. (Asril Abdullah/YEL)
Pengembangan Kapasitas
PhotovoltaicTraining forWorldwide Professionals
Pada tahun 2012, tepatnya selama periode 17 September s/d 31 Oktober 2012, salah seorang staff YEL berkesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang energi terbarukan, khususnya energi matahari. Pelatihan tersebut fokus pada peralatan untuk konversi energi matahari menjadi energi listrik melalui metode photovoltaic (PV). Penggunaan teknologi photovoltaic secara umum sudah dikenal luas sebagai Solar Cell atau Solar Module pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pelatihan yang diselenggarakan oleh Bern University of Applied Science (BUAS) ini berlokasi di Canton Bern, Switzerland. BUAS sendiri merupakan sebuah universitas yang terkemuka dalam bidang penelitian dan pengembangan aplikasi teknologi photovoltaic di negeri keju ini. YEL yang selalu memperhatikan pengembangan SDMnya mendukung sepenuh nya keikutsertaan Sdr. Suherry Aprianto dalam pelatihan ini.
sumber energi bersih karena tidak menimbulkan polusi sebagaimana sumber energi konvensional seperti minyak bumi dan batubara. Polusi gasgas rumah kaca yang ditimbulkan atas pemakaian sumber energi konvensional menjadi perhatian utama YEL karena dampaknya cukup besar dalam menyumbang pemanasan global yang pada akhirnya menyebabkan perubahan iklim. Banyak Trainee & Trainers hal yang akan terpengaruh oleh perubahan iklim Suherry Aprianto bersama tim trainers ini dalam ekosistem kita. Pola pertanian dari BUAS. (Foto: Arsip YEL) misalnya, akan ikut berubah karena siklus musim yang berubahubah sehingga sangat merugikan petani. Produksi bahan makanan dari pertanian dan perkebunan akan terganggu dan mengalami penurunan apabila tidak ada aksi yang cepat dan tepat untuk mengatasi hal tersebut.
YEL terus berusaha untuk melestarikan sumber daya alam dalam setiap ekosistem di bumi sehingga berguna secara berkelanjutan bagi semua pihak, salah satunya dengan mengajak masyarakat untuk menggunakan sumbersumber energi terbarukan yang kita ketahui sangat bersih Energi matahari atau dengan kata lain “energi seperti energi matahari, air, angin, biogas, bio surya” adalah sebuah sumber energi terbarukan ethanol, ombak laut dan geothermal. (Suherry dengan potensi yang sangat besar di Indonesia, Aprianto/YEL) yaitu 4,8 kWh/m2/hari. Sumber energi ini adalah
Lab Photovoltaic
Berpose di lab photovoltaic BUAS. (Foto: Arsip YEL)
25
Kunjungan Ke PPLH - Bohorok
Daur Ulang Kertas
Para pelajar mempraktekkan cara daur ulang kertas di PPLHBohorok (Foto: YEL)
Menyimak dengan serius
Pelajar SMK Negeri 1 Tanjunga Pura mendengarkan dengan serius penjelasan dari fasilitator PLH. (Foto: YEL)
26
Singapore, 6 orang Tahun 2012 juga diwarnai dengan kunjungan oleh berbagai sekolah dan universitas: ● 24 Juni, Mahasiswa jurusan Biologi UMA, 60 orang, ● 11 Februari, SMK Negeri 1 Tanjung Pura, Langkat, total 60 orang, ● 13 Desember, Kelompok Tani dari Aceh Selatan, dampingan Yayasan Orangutan Aceh ● 16 Februari, Mahasiswa Biologi FMIPA USU Lestari (YOSL) & Orangutan Information total 15 orang, presentasi hasil PKL di Centre (OIC), 20 orang. PPLH Bohorok, ● 23 Februari, TK AlHusna, Kec. Bohorok, total 34 orang, ● 3 Maret, SMA Amir Hamzah, Medan, 40 pelajar dan 4 orang guru, ● 9 Maret, Singapore International School, Medan, 48 siswa dan 3 guru, ● 12 April 12 Agustus, SMK Pemda Langkat, Bohorok mengirim 4 orang sekretaris untuk mempelajari tentang Pendidikan System Ganda, ● 22 April, Perkumpulan Remaja Mesjid, 30 orang, mengikuti latihan fasilitator pendidikan lingkungan hidup, ● 30 April, Perkumpuan Kristiani, 15 orang, ● 30 April, Medan International School dengan 15 orang, ● 4 May, Bodhy Chita, 5 orang, ● 15 Juni, Lasalle College of The Arts
Laporan Keuangan Neraca Keuangan Aset:
Kas dan Setara Kas Piutang
Biaya Dibayar Dimuka Aktiva Tetap Bergerak
Aktiva Tetap Tak Bergerak Total Aset
Kewajiban dan Ekuitas:
Saldo/Pembayaran Pindahan Dana Anggota Yayasan Dana Lainnya
Total Kewajiban dan Ekuitas
2012 2,809,019,004 108,024,120 52,500,000
965,282,145
17,263,042,938
21,197,868,207
395,264,772 1,000,000
Laporan Pendanaan Kegiatan Pendapatan:
Dari Donasi
Total Pendapatan Pendanaan Program:
Kantor Pusat di Medan Divisi Pendidikan
2012 27,239,324,354
27,239,324,354
2,715,731,876
1,486,643,534
Divisi Konservasi
23,231,729,028
Total Pendanaan Program
27,464,526,328
Divisi Business
30,421,890
20,801,603,436
21,197,868,208
27
Dewan Pembina dan Tim Manajemen
Regina Frey
Dewan Pembina
dr. Sofyan Tan
Ketua
Diana Kosmanto
Sekretaris
Ian Singleton
Direktur Konservasi 28
Tracey Harjatanaya
Frederik H. Hehuwat
Dewan Pembina
Kusnadi
Wakil Sekretaris
Gunung Gea
Deputy Direktur Konservasi
Adnan N.S
Pengawas
Dewan Pembina
Heli
Bendahara
dr. Farina Yasmine Nst
Direktur Pendidikan
Adji Darsoyo
Communication and Fundraising
Suherry Aprianto
Direktur Energi Alternatif
Kemitraan 2012 • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
AKZO (England) Arcus Foundation Auckland Zoo Assoc. of Zoos & Aquariums (AZA) CEF BOS Netherlands Centre for Great Apes Chester Zoo Columbus Zoo Denver Zoo Durell (DWCT) Zoo Earth4Orangutans Fort Wayne Zoological Society Habitat and Wildlife Conservation (HAWC) Indianapolis Zoo Jakarta International School (JIS) Jersey Zoo Medan International School Monkey Business National Geographic Oklahoma City Zoo Orangutan Conservancy
• • • • • • • • • • • • • • • • • •
Orangutan Foundation OrangUtans in Not Philadephia Zoo Production Tester RAW Wildlife Rettet den Regenwald RFN SOSUK Stop PoachingStiftung Symphasis Tele Zurich The Orangutan Project Theo Wucher Stiftung Tropical Forest Conservation Action (TFCA)Sumatera Universität Zürich University of Murdoch, AU Yves Rocher Zoological Parks
29
Y E L | Yayasan E kosi ste m L e stari J l . K H . Wah i d H asyi m N o. 5 1 /74 Me d an 2 01 5 4 S u m at e r a U t ar a - I n d o n e s i a Te l p : 6 2 - 6 1 - 45 1 43 6 3 , 6 2 - 6 1 - 45 1 43 6 0 F ax : 6 2 - 6 1 - 45 1 47 49 E m ai l : y e l @ y e l w e b . o r g S i t u s we b : h t t p : / / y e l we b. o r g
©2 01 2