LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff Lailatul Qadar dan I’tikaf — Muhammad Abduh Tuasikal —
Segala puji bagi Allah atas berbagai macam nikmat yang Allah berikan. Shalawat dan salam atas suri teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para pengikutnya. Bersemangatlah pada 10 Hari Terakhir Ramadhan Perlu diketahui, 1/3 terakhir Bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh kebaikan dan keutamaan serta pahala melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu bersungguhsungguh untuk menghidupkan 10 hari terakhir tersebut dengan berbagai amalan, melebihi waktu-waktu lainnya. Istri beliau, Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha, berkata: ِ'ِ ْ َ( ِ َُِ ْ َ َ& َ% ِ ِ#َوَا$! ِ ا ْ َ"ْ َُِ ِ ا ْ َ - ا و- ِ آَنَ رَ ُلُ ا. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim) Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan, ُ ََ أَ ْه7َ8ْ َ وَأ، ُ َْ َ َ5 ْ َ وَأ، ُ'ََر23ْ ِ% َ1 ُ ! ْ َ"ْ َ ا/َ#َ *ِ) – ا و – إِذَا د+آَنَ ا “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (Bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’ –pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim) Maka perhatikanlah apa yang dilakukan suri teladan kita! Lihatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan mengisi hari-hari terakir Ramadhan dengan berbelanja untuk persiapan lebaran (hari raya). Yang beliau lakukan adalah bersungguh-sungguh melakukan ibadah seperti shalat, membaca Al Qur’an, dzikir, sedekah dan sebagainya. Renungkanlah hal ini! Keutamaan Lailatul Qadar Pada 1/3 terakhir dari bulan penuh berkah ini terdapat malam Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan Allah melebihi malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
1
simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot
LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff ٍِDَ5 ٍ %ْ َ) أ/ُ َقُ آCْ ُ َِ (3) َ>ِ?ِر+ْ ُ% +ُ آ:ُِ*َرَآَ=ٍ إ% ٍ=َْ َ ;ِ ُ'َ+ْ َ2:ْ َ أ:ِإ “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44]: 3-4) Maksud malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam Lailatul Qadar, sebagaimana ditafsirkan pada Surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman, َِ ْر8ْ َ'ُ ِ; َ َْ=ِ ا+ْ َ2:ْ َ أ:ِإ “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97]: 1) Keberkahan dan kemuliaan malam Lailatul Qadar disebutkan dalam ayat selanjutnya, ِ ْ َCْ ِ اOَP ْ َ% َ5 َ;ِ( ََ ٌم ه4) ٍ %ْ َ أM/ُ> آ ْ ِ% ْ ِMLَِ ْذنِ رKِL َِ َُ=ُ وَا )وحDِHََIْ لُ ا2َ+َG (3) ٍ ْ َ1 ِFْ َ> أ ْ ِ% ٌ ْ َ# َِ ْر8ْ َ َْ=ُ ا “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5) Catatan: Perhatikanlah, malam keberkahan tersebut adalah Lailatul Qadar. Dan Al Qur’an turun pada bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah Ta’ala, نS 8ِلَ ِ ِ ا2:ْ َُنَ ا?ي أQَ%ََ ْ ُ ر1 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran.” (QS. Al Baqarah [2] : 185) Maka sungguh keliru apabila ada yang beranggapan bahwa Al Qur’an turun pada pertengahan Bulan Sya’ban atau pada 17 Ramadhan, yang kemudian diperingati sebagai hari Nuzulul Qur’an. Sebab Al Qur’an turun pada Lailatul Qadar. Dan Lailatul Qadar itu, sebagaimana pada penjelasan selanjutnya, terjadi pada 10 hari terakhir Ramadhan. Renungkanlah hal ini! Kapan Lailatul Qadar Terjadi ? Lailatul Qadar terjadi pada 10 malam terakhir Bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ََنQَ%َ> ر ْ ِ% ِ ِ#َوَا$! ِ ا ْ َ"ْ َ ْرِ ِ ا8ْ َ وْا َ َْ=َ اTَG
2
simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot
LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari) Terjadinya Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malammalam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ََنQَ%َ> ر ْ ِ% ِ ِ#َوَا$! ِ ا ْ َ"ْ ِ>َ ا% ِ Gْ ِْ َ ْرِ ِ ا8ْ َ وْا َ َْ=َ اTَG “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari) Terjadinya Lailatul Qadar pada 7 malam terakhir Ramadhan itu lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِYِ ا ْ*ََاO*ْ Uَ*َ> ََ اXْ ُ َWَ َ2ََ َُآُ ْ أَ ْو5ََ أFُ"َV ن ْ ِKَ – َِ ْر8ْ ِ َ َْ=َ ا+"ْ َ – ِ ِ#َوَا$! ِ ا ْ َ"ْ ُهَ ِ اUِIَْ ا “Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim) Ada juga yang memilih pendapat bahwa Lailatul Qadar adalah malam ke-27 Ramadhan sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada, sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, Lailatul Qadar terjadi pada malam ganjil dari 10 malam terakhir, waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu bisa terjadi pada malam ke-27, mungkin pada tahun berikutnya terjadi pada malam ke-25, tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal tersebut dikuatkan oleh sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, َ8*ْ َG ٍ=َUِ%َ# ِ ، َ8*ْ َG ٍ=َ"ِLَ ِ ، َ8*ْ َG ٍ=َ"ِ َG ِ َِ ْر8ْ َنَ َ َْ=َ اQَ%َ> ر ْ ِ% ِ ِ#َوَا$! ِ ا ْ َ"ْ ُهَ ِ اUِIَْ ا “Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari) Catatan: •
•
3
Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam Lailatul Qadar antara lain agar terbedakan antara orang yang bersungguh-sungguh mencari malam tersebut dan orang yang malas. Orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba-Nya memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut, sehingga makin bertambah dekat dengan-Nya, dan akan memperoleh pahala yang sangat banyak. simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot
LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff
•
Semoga Allah memudahkan kita dalam memperoleh malam penuh keberkahan ini. Amin Ya Sami’ad Da’awat.
Do’a di Malam Lailatul Qadar Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada Lailatul Qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata, M+َ ُF ْ َ َCْ َ"ْ ِ_) اTُG ^ُCَ َ] :ُِِ ا ُ إY » ََلY َِ ُُلYََ أ% َِ ْر8ْ ُ أَى) َ َْ=ٍ َ َْ=ُ اZIْ َِ ن ْ َِ إZْ َُ َ رَ ُلَ ا ِ أَرَأZْ ُY » “Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah Lailatul Qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, “Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (artinya ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani) Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar Berikut ini beberapa tanda malam Lailatul Qadar 1. Udara dan angin di sekitar kita terasa tenang Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َاءIْ َ5 =ٌ َCْ ِ"َV ََُTْ ِ*َ ُeIْ َ!ُ اcِ*d ْ ُG ًَرِدَةL َََرَةً و5 َ =ٌ َ8ََ` =ٌ َTIْ َ =ٌ َْ َ ََِر8َ َْ=ُ ا “Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh/terpercaya) 2. Malakat menurunkan ketenangan Tanda yang kedua adalah malaikat menurunkan ketenangan, sehingga manusia mampu merasakan ketenangan tersebut dan, merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain. 3. Manusia bisa melihat malam itu dalam mimpinya Tanda ketiga adalah manusia bisa melihat malam Lailatul Qadar dalam mimpinya, sebagaimana yang pernah dialami pada sebagian sahabat Rasulullah. 4. Matahari pagi terbit dalam keadaan jernih Tanda lain adalah matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar.
4
simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot
LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff Dari Abi bin Ka’ab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Subuh dari malam Lailatul Qadar (adalah) matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim; Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Meski demikian, dimohon jangan terlalu sibuk mencari tanda kapan Lailatul Qadar terjadi. Tugas kita di akhir Ramadhan pokoknya terus memperbanyak ibadah. Kalau terlalu sibuk mencari tanda malam Lailatul Qadar, bisa jadi kita malah tidak akan memperbanyak ibadah. I’tikaf dan Pensyari’atannya Dalam 10 hari terakhir Bulan Ramadhan, kaum muslimin dianjurkan (disunnahkan) untuk melakukan i’tikaf. Abu Hurairah mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada setiap Ramadhan selama 10 hari dan pada akhir hayat, beliau melakukan i’tikaf selama 20 hari. (HR. Bukhari) Lalu apa yang dimaksud dengan i’tikaf? Dalam kitab Lisanul Arab, i’tikaf bermakna merutinkan (menjaga) sesuatu. Dalam hal ini, orang yang mengharuskan dirinya berdiam diri di dalam masjid, serta mengerjakan ibadah di dalamnya disebut mu’takifun atau ‘akifun. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/150) Yang utama dari beri’tikaf adalah dilakukan pada hari-hari terakhir Ramadhan. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan, sampai Allah ‘azza wa jalla mewafatkan beliau. (HR. Bukhari & Muslim) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah beri’tikaf di 10 hari terakhir dari bulan Syawal sebagai qadha’, karena tidak beri’tikaf di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari & Muslim) I’tikaf Harus di Masjid, Boleh di Masjid Mana Saja I’tikaf disyari’atkan dilaksanakan di dalam masjid berdasarkan firman Allah Ta’ala, ِِgَUَIْ ُنَ ِ; اCُِ ْ َآ:ْ َِ ُوهُ> وَأ1َ*ُG ََو “(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. Al Baqarah [2]: 187) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan istri-istri beliau pun melakukan I’tikaf di masjid, dan sama sekali tidak pernah melakukannya di rumah.
5
simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot
LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff Menurut mayoritas ulama, i’tikaf disyari’atkan di semua masjid, karena keumuman firman Allah di atas (yang artinya) “Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”. Adapun hadits marfu’ dari Hudzaifah mengatakan, “Tidak ada i’tikaf kecuali pada tiga masjid”. Hadits ini masih dipersilisihkan apakah statusnya marfu’ atau mauquf. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/151). Catatan Si Momot: Yang dimaksud tiga masjid adalah Masjid Al-Haram di Mekah, Masjid An-Nabawi di Madinah, dan Masjid Al-Aqsa di Palestina.
Wanita Juga Boleh Beri’tikaf Kaum perempuan juga dibolehkan melalukan i’tikaf, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan istri tercinta beliau untuk beri’tikaf. (HR. Bukhari & Muslim) Namun ada beberapa persyaratan bagi wanita untuk bisa melakukan i’tikaf, yaitu: • •
Diizinkan suami Tidak menimbulkan fitnah (masalah bagi laki-laki). (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/151-152)
Apakah Wanita Haidh bisa mendapatkan Lailatul Qadar? Juwaibir pernah bertanya kepada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir, dan orang yang tertidur (namun hatinya dalam keadaan berdzikir). Apakah mereka pun bisa mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, maka dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341) Riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas, dan kaum musafir pun tetap bisa mendapatkan bagian Lailatul Qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat dalam kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Dalam hal ini, wanita yang dalam kondisi nifas dan haidh bisa melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut: •
6
Membaca Al Qur’an tanpa menyentuh mushaf.[1]
simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot
LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff
• • •
Berdzikir dengan memperbanyak bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan dzikir lainnya. Memperbanyak istighfar. Memperbanyak do’a.[2]
Catatan: [1] Dalam at Tamhid (17/397), Ibnu Abdil Barr berkata, “Para ahli fiqh dari berbagai kota, baik dari Madinah, Irak, dan Syam tidak berselisih pendapat bahwa mushaf tidaklah boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci dalam artian berwudhu. Inilah pendapat Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah, Sufyan ats Tsauri, al Auzai, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur dan Abu Ubaid. Merekalah para ahli fiqh dan hadits di masanya.” [2] Lihat Fatwa Al Islam Su-al wa Jawab No. 26753.
Waktu Minimal Melakukan I’tikaf I’tikaf tidak disyaratkan dengan puasa. Umar bin Khatab pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, aku dulu pernah bernazar pada masa jahiliyah untuk beri’tikaf semalam di Masjidil Haram? Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Tunaikan nadzarmu’. Kemudian Umar beri’tikaf semalam”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dan jika seseorang beri’tikaf pada malam hari, tentu ia dalam kondisi sedang tidak puasa. Jadi, puasa bukanlah syarat bagi seseorang untuk melakukan i’tikaf. Berdasarkan hadits ini, seseorang boleh saja melakukan i’tikaf, meski hanya semalam, wallahu a’lam. Yang Membatalkan I’tikaf Ada beberapa hal yang membatalkan i’tikaf, yaitu: [1] Keluar dari masjid tanpa alasan syar’i atau tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak. Misalnya mencari makan, atau mandi junub, yang hanya bisa dilakukan di luar masjid. [2] Jima’ (bersetubuh) dengan istri, berdasarkan Surat Al Baqarah ayat 187: ِِgَUَIْ ُنَ ِ; اCُِ ْ َآ:ْ َِ ُوهُ> وَأ1َ*ُG ََو “(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/155-156)
7
simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot
LLaaiillaattuull Q Qaaddaarr ddaann II’’ttiikkaaff
Selama melakukan I’tikaf, maka perbanyaklah dan sibukkanlah diri Anda dengan melakukan ketaatan kepada Allah, seperti berdo’a, berdzikir, dan membaca Al Qur’an. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengisi hari-hari kita di Bulan Ramadhan ini dengan amalan sholih yang ikhlas, dan sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Sumber Rujukan: • • •
Shohih Fiqh Sunnah II Majalis Syahri Ramadhan Adwa’ul Bayan
Artikel ini disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, dan dimuroja’ah oleh Ustadz Abu Sa’ad MA.
Sumber: muslim.or.id Muhammad Abduh Tuasikal adalah Pimpinan Redaksi muslim.or.id dan pengasuh rumaysho.com; alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta (2003-2005); S1 Teknik Kimia UGM (20022007); S2 Chemical Engineering (Spesialis Polymer Engineering); King Saud University, Riyadh, KSA (2010-2013). Muhammad Abduh Tuasikal merupakan murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan ulama lainnya. Muhammad Abduh Tuasikal juga penulis di Majalah Kesehatan Muslim dan Pengusaha Muslim. Dia juga mengasuh beberapa situs lain, seperti remajaIslam.com, ruwaifi.com, dan polymerblog.com.
8
simomot.com | Aneka Info dari Rumah Si Momot