KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU BAKAU (Rhizophora macronata Lamck) DAN API-API (Avicennia marina Vlerk) PADA BERBAGAI TEKANAN The Quality Of Charcoal Bracket From Bakau (Rhizophora Macronata Lamck) And ApiApi (Avicennia Marina Vlerk) Under Pressure Various Oleh/By FATRIANI Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl.A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan ABSTRACT Charcoal bracket can be made from low quality wood. The mangrove forest have vegetation the durable and strong low and non commercial is Bakau and Api-api. Bakau and Api-api can be used to make wood vinegar. The making of wood vinegar from the both of species certain resultant waste is charcoal and this is can be made to be bracket. The aim of research is to know effect of composition charcoal from mixer Bakau and Api-api at press various to quality bracket charcoal. The research result that suitable with Japan standard is bracket charcoal that have 3.55 – 4.73% ash content, water content 7.46%, and caloric value 6208.67 kal/gr. The fly substance is not suitable with English and USA standard. Keywords : quality, charcoal bracket, mixed various I.
PENDAHULUAN Semakin bertambahnya penduduk maka kebutuhan akan kayu semakin meningkat sehingga persediaan kayu semakin menurun dari tahun ke tahun, oleh karena itu dengan semakin berkurangnya kayu kita harus bisa mengalihkan ketergantungan terhadap kayu untuk bahan bakar sebagai energi alternative. Salah satunya adalah dengan pembuatan briket arang, briket arang dapat dibuat dari kayu yang mempunyai kualitas rendah sehingga kayu tersebut dapat bermanfaat maksimal. Jenis vegetasi yang tumbuh di hutan mangrove adalah Bakau dan Api-api dapat dimanfaatkan untuk membuat briket arang. Jenis ini termasuk jenis yang bukan komersial dari segi kelas awet dan kelas kuat, karena itu dapat dimanfaatkan dengan pembuatan cuka kayu. Pembuatan cuka kayu dari jenis ini tentunya menghasilkan limbah berupa arang, arang ini dapat dibuat briket,. sehingga bisa dimanfaatkan. Kebutuhan masyarakat akan bahan bakar dalam rumah tangga, industri semakin meningkat, oleh karena itu pemanfaatan sumber daya alam selain minyak bumi adalah dengan cara pembuatan briket arang sebagai energi alternative. Pemanfaatan kayu sebagai bahan pembuatan briket arang sudah dikenal sejak lama, baik untuk pemenuhan bahan bakar rumah tangga maupun untuk keperluan industri, seperti industri alumunium, plat baja dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka timbul pemikiran untuk memanfaatkan kayu yang tidak komersial yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket arang.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
62
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran arang kayu Bakau dan kayu Api-api pada berbagai tekanan kempa terhadap kualitas briket arang. Manfaat penelitian adalah memberikan informasi dan masukan kepada pemerintah dan masyarakat bahwa kayu Bakau dan Api-api dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket arang. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan 3 bulan dari Oktober - Desember 2005, meliputi persiapan, pembuatan serbuk arang, pembuatan briket arang, pengujian, pengolahan data dan penyusunan laporan. Penelitian dan pengujian dilaboratorium Dinas Pertambangan dan Energi Banjarbaru. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah arang kayu Bakau dan Api-api dari limbah pembuatan asam cuka, tepung tapioka dan air Alat-alat yang digunakan adalah Bomb calorimeter, ayakan 30 mesh, cetakan besi, kempa hidrolik, desikator, lumpung besi dan penumbuk, gelas ukur, oven tanur, oven pengering, timbangan elektrik, cawan porselin, dan alat tulis. C. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Contoh Uji a. Bahan baku berupa arang yang berasal dari limbah pembuatan asam cuka dari kayu bakau dan api-api b. Menghancurkan arang dengan lumpung besi sehingga menjadis serbuk dan disaring dengan ayakan 30 mesh c. Tepung tapioca 7% dari berat serbuk arang (14 gr), air 30 ml di aduk hingga menjadi larutan semi solid.dan dicampur dengan serbuk arang d. Kemudian campuran tadi sebanyak 10 gr di masukkan dalam cetakan dan di press dengan tekanan 125, 150, dan 175 kg/cm2 e. Briket arang tadi dikeringkan dengan oven pada suhu 100 – 120oC selama ± 4 jam, kemudian di letakkan di udara terbuka selama 24 jam f. Briket arang siap diuji 2. Pengujian contoh uji a. Kadar air Briket arang 1 gr dikeringkan pada suhu 105 – 110oC selama ±2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator X-Y Kadar Air = -------------- x 100% Y Ket : X = Contoh uji sebelum dikeringkan (gr) Y = Contoh uji sesudah dikeringkan (gr) b. Kadar abu Contoh uji 1 gr dimasukkan dalam cawan porselin, kemudian diabukan dalam tanur listrik pada suhu 700oC selama 2 jam.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
63
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
B Kadar Abu = -------------- x 100% A Ket : A = Contoh uji sebelum diabukan (gr) B = Contoh uji sesudah diabukan (gr) c. Zat terbang (volatile matter) Adalah zat yang keluar dalam bentuk gas pada saat pembakaran briket arang. Contoh uji 1 gr dimasukkan dalam cawan nikel tertutup dan dipanaskan dalam tanur listrik pada suhu 900oC selama 8 menit. X-Y Zat terbang = -------- x 100% - KA X Ket: A = Contoh uji sebelum dipanaskan (gr) B = Contoh uji sesudah dipanaskan (gr) d. Nilai Kalor Adalah besarnya panas yang dihasilkan oleh 1gr briket arang. Contoh uji 1 gr dimasukkan dalam Bomb calorimeter Nilai kalor = A – B Ket : A = Nilai yang terbaca (kal/gr) B = Koreksi panas pada kawat besi ( 1 cm = 2,3 kal ) D. Rancangan Penelitian Menggunakan Rancangan Acak Lengkap faKtorial 3 x 3 dengan 3 x ulangan untuk setiap perlakuan. 1. Faktor A; komposisi briket arang A1=Arang kayu Bakau 75% + Arang kayu Api-api 25% A2=Arang kayu Bakau 50% + Arang kayu Api-api 50% A3=Arang kayu Bakau 25% + Arang kayu Api-api 75% 2. Faktor B; tekanan kempa: B1 = tekanan 125 kg/cm2 B2 = tekanan 125 kg/cm2 B3 = tekanan 125 kg/cm2 E. Analisa Data Pengaruh perlakuan dilakukan analisa dengan uji anova seperti dapat dilihat pada Tabel 1.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
64
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
Tabel 1. Analisa Data Rancangan Acak Lengkap Faktorial 3 x 3 Sumber keragaman Perlakuan Faktor A Faktor B Interaksi AB Sisa Total
Derajat bebas
JK
KT
F hit
(ij – 1) (i–1) (j–1) ( I – 1 ) ( j -1) Ij (k – 1 ) Ijk - 1
JKP JKA JKB JKAB JKS JKT
JKP/dbp JKA/dbA JKB/dbB JKAB/dbAB JKS/dbS
KTP/KTS KTA/KTS KTB/KTS KTAB/KTS
F
tabel
5%
1%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Besarnya kadar air yang diperoleh disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rata-rata hasil perhitungan kadar air setiap perlakuan Perlakuan Faktor A Ulangan A1 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A2 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A3 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a
B1 9,5067 10,2784 6,9903 26,7754 8,9251 10,4350 7,1413 9,2346 26,8109 8,9370 11,4560 8,8413 9,0204 26,7941 9,7726
Faktor B2 6,7053 7,8889 9,5699 24,1641 8,0547 40,4863 9,3158 7,0077 26,8098 8,9366 11,6472 9,0608 8,7977 26,7916 9,8352
B3 6,3741 8,9133 7,0781 22,3655 7,4552 10,3847 9,0297 7,3718 26,7862 8,9287 11,5137 8,9923 8,9016 26,7942 9,8025
Rata-rata 7,5287 9,0269 7,8794 24,4349 8,1449 10,4353 8,4956 7,8714 26,8023 9,7726 11,5390 8,9648 8,9066 29,4103 9,8034
Pengaruh perlakuan terhadap kadar air dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman, dan hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis keragaman kadar air Sumber Derajat bebas Jumlah keragaman Kuadrat 16,7588 8 Perlakuan 12,5760 2 Faktor A 1,2748 2 Faktor B 2,9080 4 Interaksi AB 38,4450 18 Sisa Total 26 55,2039 Keterangan : ts : tidak signifikans
Kuadrat Tengah 2,0945 6,2880 0,6374 0,7270 2,1358
F hit 0,981 ts 2,944 ts 0,298 ts 0,340 ts
F 5% 2,51 3,55 3,55 2,93
Tabel 1% 3,71 6,01 6,01 4,58
Tabel 3 menyajikan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kadar air baik pada taraf kepercayaan 5% maupun 1 %,
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
65
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
demikian juga halnya dengan faktor A,faktor B maupun interaksi AB. Kadar air tertinggi dihasilkan oleh perlakuan campuran briket arang kayu bakau dan api-api dengan komposisi 25% : 75 % dengan tekanan kempa 150 kg/cm2 yaitu 9,8352%, sedangkan yang terkecil pada kayu bakau dan api-api dengan komposisi 75% : 25 % dengan tekanan kempa 175 kg/cm2 yaitu 7,455%. Peningkatan tekanan kempa tidak menyebabkan kenaikan kadar air briket arang, Hasil penelitian menunjukkan kadar air dapat mengalami peningkatan pada tekanan kempa yang lebih rendah dan dapat mengalami penurunan pada tekanan kempa yang lenbih tinggi, hal ini diduga semakin tinggi tekanan yang diberikan maka dapat mengakibatkan air keluar dalam jumlah yang lebih banyak dan berlangsung cepat sehingga mampu menurunkan kadar air briket arang. Rata-rata kadar air dari kayu bakau dan api-api cenderung meningkat dengan bertambahnya komposisi campuran, hal ini diduga karena adanya perbedaan kemampuan menyerap dan mengeluarkan air (sifat higroskopis dari briket) terhadap lingkungan sekitar sehingga tercapai kadar air keseimbangan, kelembaban udara tinggi maka kadar air briket arang juga cenderung akan tinggi, selain itu juga kadar air dipengaruhi oleh perbedaan sifat fisik kedua jenis kayu. Arang kayu bakau memiliki pori-pori kecil, serbuk arang tidak padat dan warna hitam (tidak mengkilap), sedangkan arang kayu api-api memiliki pori-pori yang besar, serbuk arang padat dan warna hitam (mengkilap). Melihat perbedaan fisik tersebut briket arang dari kayu api-api lebih cenderung mempunyai kemampuan untuk menyerap dan melepaskan air yang lebih besar,s sedangkan briket dari kayu bakau lebih sedikit untuk menyerap dan melepaskan air. Perbedaan kemampuan ini dapat berpengaruh pada saat pengujian kadar air. B. Kadar Abu Besarnya kadar abu yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4 berikut Tabel 4. Rata-rata Kadar Abu masing-masing perlakuan Perlakuan Faktor A Ulangan A1 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A2 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A3 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a
B1 5,3195 4,7481 4,1147 14,1823 4,7274 4,4574 3,8873 4,2248 12,5695 4,1898 3,5019 3,6746 3,8714 11,0479 3,68263
Faktor B2 4,7495 4,5201 4,0366 13,3062 4,4654 4,2526 3,8221 4,4237 12,4984 4,1661 3,4899 3,7581 3,9437 11,1917 3,7306
B3 3,7255 3,6223 3,9766 11,3244 3,7748 3,6927 3,7738 3,5305 10,997 3,6657 3,1284 3,7676 3,7464 10,6424 3,5475
Rata-rata 4,5982 4,2968 4,0426 12,9376 4,3125 4,1342 3,8277 4,0597 12,0216 4,007 3,3734 3,7334 3,8538 10,9607 3,6536
Pengaruh perlakuan terhadap kadar abu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman, dan hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 5.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
66
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
Tabel 5. Analisis Keragaman Kadar Abu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hit F Table keragaman bebas Kuadrat Tengah 5% 1% 4,745 ** 2,51 3,71 0,495839 3,966716 8 Perlakuan 9,367 ** 3,55 6,01 0,978828 1,957655 2 Faktor A 7,140 ** 3,55 6,01 0,746148 1,492296 2 Faktor B 1,236 ts 2,93 4,58 0,129191 0,516764 4 Interaksi AB 0,104500 1,881002 18 Sisa Total 26 5,847717 Keterangan : ts : tidak signifikans ** : sangat signifikans Perlakuan yang diberikan ternyata berpengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan, hal ini terlihat pada Tabel 5 di atas, Rata-rata persentase kadar abu briket arang menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya komposisi campuran (kayu bakau = 75%) maka ada kecenderungan kadar abu juga meningkat tetapi sebaliknya apabila komposisi briket arang dari kayu api-api meningkat (75%) maka kecenderungan kadar abu menurun. Semakin meningkat tekanan yang diberikan maka kadar abu ada yang mengalami peningkatan ada juga menurun, hal ini karena adanya perbedaan kandungan mineral yang terdapat dalam kayu bakau dan api-api yang tidak menguap pada proses pengabuan sehingga kadar abu juga berbeda, hal ini serupa dengan pendapat Sjostrom (1995), mengemukakan bahwa kandungan mineral seperti CH3COOH, SiO2, aldehida, keton, dan ester yang terdapat dalam kayu jika tidak menguap pada proses pengabuan maka akan menyebabkan kadar abu semakin meningkat.. Sifat kandungan abu ditandai oleh perubahan-perubahan yang terjadi bila suhunya naik. Kalau abu meleleh pada suhu < 1300oC maka abu bertitik leleh rendah, kalau abu meleleh pada suhu 1300 - 1425oC maka abu bertitik leleh sedang, kalau abu meleleh > 1425oC maka abu bertitik leleh tinggi, C. Kadar zat terbang Hasil analisa kadar zat terbang dari berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Rata-rata kadar zat terbang yang dihasilkan Perlakuan Faktor A Ulangan A1 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A2 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A3 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a
B1 59,7417 56,2886 63,2125 179,2428 59,7476 56,9582 58,0141 57,2889 172,2612 57,4204 53,5267 54,9647 54,4924 162,9838 54,3279
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
Faktor B2 59,2285 56,5083 60,3393 176,076 58,6920 59,0627 57,9501 56,8724 173,885 57,9617 52,1279 54,1950 53,1127 159,436 53,1452
B3 55,4950 51,1664 58,5104 165,172 55,0573 56,3316 57,1456 57,8951 171,372 57,1241 52,5889 53,8425 53,1970 159,628 53,2095
Rata-rata 58,1551 54,6544 60,6874 173,4969 57,8323 57,4508 57,7033 57,3521 172,5062 57,5021 52,7478 54,3341 53,6007 160,6826 53,5609
67
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
Pengaruh perlakuan terhadap kadar zat terbang dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman, dan hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Keragaman Kadar Abu Sumber Derajat Jumlah keragaman bebas Kuadrat 141,7396 8 Perlakuan 101,6753 2 Faktor A 19,8628 2 Faktor B 20,2014 4 Interaksi AB 67,2057 18 Sisa Total 26 208,9456 Keterangan : ts : tidak signifikans ** : sangat signifikans
Kuadrat Tengah 17,7174 50,8376 9,9314 5,0503 3,7336
F hit 4,75 ** 13,616 ** 2,660 ts 1,35 ts
F 5% 2,51 3,55 3,55 2,93
Tabel 1% 3,71 6,01 6,01 4,58
Perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang signifikans terhadap kadar zat terbang yang dihasilkan khususnya factor A, Semakin meningkat komposisi campuran briket arang dari kayu bakau (75%) maka rata-rata kadar zat terbang yang dihasilkan juga meningkat, sedangkan apabila kadar kayu api-api semakin meningkat (75%) maka rata-rata kadar zat terbang yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini diduga karena adanya perbedaan kandungan unsur-unsur yang mudah menguap yang terdapat dalam kayu bakau dan api-api. Menurut pendapat Sjostrom (1995), perbedaan banyaknya kandungan unsur-unsur yang mudah menguap pada kayu jika kayu mengalami pemanasan akan meningkatkan kadar zat terbang, unsure tersebut adalah H2O, CO2, CH4,CO3, O2. Perlakuan tekanan kempa yang diberikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar zat terbang D. Nilai Kalor Nilai kalor yang terdapat dalam briket arang kayu bakaud an api-api disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Nilai Kalor yang terdapat pada Kayu Bakau dan Api-api Perlakuan Faktor A Ulangan A1 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A2 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a A3 1 2 3 Jumlah R a t a- r a t a
B1 5931,4658 5813,5841 5545,1438 17290,3979 5763,3979 5660,7796 5402,0419 5540,5737 16603,3952 5534,4651 5539,6563 5401,7452 5614,1914 16555,5929 5518,5310
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
Faktor B2 6090,2937 6034,1756 5793,2932 17917,7625 5972,5875 57592080 5768,9807 5651,0285 17179,2172 5726,4057 5570,2621 5285,5786 5356,0493 16211,8900 5403,9633
B3 6417,8806 6159,3905 6048,7329 18626,0040 6208,6680 5908,4674 5862,3735 5736,4358 17507,2767 5838,7589 5871,8026 5290,1169 5379,0015 16540,9210 5513,6403
Rata-rata 6146,5467 6002,3834 5795,7233 17944,6534 5981,5511 5776,1517 5677,7987 5642,6793 17096,6297 5698,8766 5660,5767 5325,8136 5449,7474 16436,1346 5478,7115
68
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
Dari hasil rata-rata di atas maka dilakukan analisis keragaman untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap nilai kalor yang dihsailkan dan hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis keragaman nilai kalor Sumber keragaman Perlakuan Faktor A Faktor B Interaksi AB Sisa Total Keterangan : ts * **
Derajat Jumlah bebas Kuadrat 8 1606122,625 2 1143644,500 2 279672,875 4 182,805,250 18 521,557,375 26 2127680,00 : tidak signifikans : signifikans : sangat signifikans
Kuadrat Tengah 200,765,328 571822,250 139,836,438 45701,312 28,975,4102
F hit 6,926 ** 19,735 ** 4,826 * 1,577 ts
F 5% 2,51 3,55 3,55 2,93
Table 1% 3,71 6,01 6,01 4,58
Tabel 9 memperlihatkan bahwa perlakuan komposisi campuran briket arang kayu Bakau dan Api-api (factor A) memberikan pengaruh yang sangat signifikans terhadap nilai kalor briket sedangkan tekanan kempa (factor B) pengaruhnya signifikan saja. Semakin tinggi tekanan yang diberikan maka nilai kalor yang dihasilkan juga semakin besar, hal ini sesuai dengan pendapat Ansyari (2003), yang megemukakan bahwa dengan semakin tinggi tekanan yang digunakan maka dapat meningkatkan nilai kalor karena terjadi penguapan kadar air. Semakin meningkatnya komposisi campuran briket arang dari kayu Bakau dan Api-api, maka ada kecenderungan nilai kalor yang dihasilkan semakin menurun, hal ini terlihat dari hasil penelitian. Rendahnya nilai kalor ini diduga karena adanya kadar air dan kadar abu yang dimiliki oleh briket arang ini tergolong tinggi, hal ini serupa dengan pendapat Hendriawan (2004), bahwa kadar air dan kadar abu yang tinggi pada briket arang dapat menurunkan mutu briket karena dapat menyebabkan nilai kalor menjadi sangat rendah. Semakin tinggi nilai kalor briket arang yang dihasilkan maka akan semaki baik untuk dipergunakan sebagai bahan bakar karena semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan maka sumber energi yang dihasilkan juga semakin besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternative pengganti minyak tanah. IV. KESIMPULAN 1. Briket arang yang dihasilkan yang memenuhi standar Jepang adalah kadar abu (semua perlakuan yaitu 3,5475 – 4,7274%), kadar air (A1B3 = 7,4552%), nilai kalor (A1B3 = 6208,6680 kal/gr) 2. Zat terbang yang dihasilkan oleh masing perlakuan tidak memenuhi standar, Inggris maupun Amerika 3. Semakin tinggi tekanan yang diberikan maka briket arang akan memiliki kuliatas yang cukup baik 4. Kadar air yang dihasilkan oleh briket arang rata-rata masih tinggi dari standar Jepang, Inggris dan USA 5. Kadar zat terbang yang dihasilkan juga sangat tinggi
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
69
KUALITAS BRIKET …. (18) : 62 - 70
DAFTAR PUSTAKA Agus, R.L. 2002. Analisa Pembuatan Briket Arang dari Kayu Gandong (Bischoffla javanica BL) dan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L) dengan Berbagai Tekanan Kempa. Skripsi S1 Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. (tidak dipublikasikan). Departemen Perindustrian.1983. Penelitian dan Pengembangan Limbah Kayu untuk Briket Arang dan Briket kayu serta Arang Aktif. Departemen Perindustrian. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Banjarbaru Departemen Pertambangan dan Energi. 1997. Pelatihan Analisis Batu Bara. Departemen Pertambangan dan Energi. Bogor. Eoro,1995. Kimia Kayu. Dasar-dasar Penggunaannya Edisi 2. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hanafiah, K.A.1997. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk Kayu Gergaji dan Limbah Perkayuan. Prosiding Seminar Pemanfaatan Limbah Pertanian/Kehutanan Sebagai Sumber Energi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.Bogor. Hideki, H; Suko O; Ida A, 1997. Manual Persemaian Mangrove di Bali. Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI. PT. Indografika Utama, Kuta, Bali. Akhmad. J, 2002. Kualitas Briket Arang dari Cabang Kayu Akasia (Acacia mangium Wild) dan Cabang Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria ) Skripsi S1 Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. (tidak dipublikasikan). Kusmana, C, 2002. Ekologi Mangrove. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lukman, A, 1983. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Banjarbaru. Salim, 1986. Pengelolaan Hutan Mangrove Berwawasan Lingkungan. Duta Rimba (135-136). Jakarta.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
70