KUALITAS BRIKET ARANG DARI ARANG SABUT KELAPA
Oleh : HIZBULLOH NIM. 070 500 047
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010
2
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
: Kualitas Briket Arang dari Sabut Kelapa
Nama
: Hizbulloh
NIM
: 070 500 047
Program Studi
: Pengolahan Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Hasil Hutan
Pembimbing
Menyetujui, Penguji
Heriad Daud Salusu,S.Hut, MP NIP. 197008301997031001
Ir. Abd Kadir Yusran NIP. 195407101987031003
Mengesahkan Direktur, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028198803003
Lulus Ujian Tanggal : ......................................................
3
ABSTRAK
HIZBULLOH ( 070 500 047 ) . Kualitas Briket Arang dari Sabut Kelapa ( Dibawah bimbingan Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP) Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan limbah sabut kelapa sebagai bahan baku pembuatan briket arang dengan komposisi Tanah Liat, Tepung Tapioka, Soda Api dan Air. Pengamatan ini dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Februari 2010 yang dimana pengambilan bahan baku dilakukan di wilayah Rapak Dalam. Sedangkan unruk proses pembuatan dan pengujiannya dilakukan di Lab. Hasil Hutan Non dan Lab. Sifat Fisik Kimia Kayu yang berlokasi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Pengolahan Hasil Hutan. Untuk menganalisa data hasil pengamatan dilakukan penyusunan data serta penghitungan menggunakan nilai rata-rata untuk membandingkan dengan nilai Standar Nasional Indonesia ( SNI ). Hasil pengujian menunjukkan nilai kadar air 9,2% , kerapatan sebesar 0.67 g/cm3 , Zat mudah menguap sebesar 28,61%, kadar abu sebesar 42,17%, dan karbon terikat sebesar 29,214% serta nilai kalori sebesar 4.948,31 kal/g dan jika dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) belum memenuhi nilai standar yang ada.
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Hizbulloh lahir pada tanggal 13 Juni 1987 di Sukabumi Kabupaten Jawa Barat. Merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Iskandar dan Ibu Imas Pupah. Pada tahun 1993 memulai pendidikan dasar di SDN Tespong Raya Sukabumi dan memperoleh ijazah pada tahun 1999, selanjutnya memasuki Madrasah Tsanawiyah Al-Fatah Cileungsi dan lulus pada tahun 2002, selanjutnya pada tahun 2004 melanjutkan di SMA Pasundan Tanjungsari dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2007 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program Studi Pengolahan Hasil Hutan Jurusan Tekhnologi Hasil Hutan. Pada tangga 08 Maret sampai dengan 04 April 2010 mengikuti Program Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di CV. Isokuniki yang berlokasi di Jl. Harun Nafsi Rapak Dalam Kecamatan Samarinda Seberang Kotamadya Samarinda.
5
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahiim.. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Teknologi Hasil Hutan tepat pada waktunya. Dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dan dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan dukungan material maupun moril dalam menyelesaikan studi dan penyusunan laporan karya ilmiah serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis dalam menyelesaikan studi. 2. Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. M. Fikri Hernandi, S.Hut,MP selaku Ketua Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 4. Heriad Daud Salusu, S.Hut,MP selaku doses pembimbing 5. Ir. Abd Kadir Yusran selaku doses penguji 6. Rekan – rekan angkatan 2007 yang telah membantu baik dalam penelitian maupun penyusuna n karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan – kekurangan dan kesalahan – kesalahan, akan tetapi besar harapan dari penulis semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
Kampus Sei Kledang, Agustus 2010
6
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
i
ABSTRAK ...........................................................................................................
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................
iii
KATA PENGANTAR .........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
vii
I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................................
1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................
2
C. Hasil yang Diharapkan ..............................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
A. Sabut kelapa .............................................................................................
3
B. Arang ........................................................................................................
4
C. Metode Pengarangan ................................................................................
8
D. Kualitas Arang Kayu ...............................................................................
9
E. Briket Arang .............................................................................................
12
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Briket Arang ......................
15
III METODE PENELITIAN ...............................................................................
17
A. Lokasi dan Waktu ....................................................................................
17
B. Bahan dan Alat Penelitian ........................................................................
17
C. Prosedur Penelitian ..................................................................................
17
D. Pengujian dan Analisis Data ....................................................................
19
IV. HASIL DAN PEMBAHANSAN ..................................................................
23
A. Hasil .........................................................................................................
23
B. Pembahasan ..............................................................................................
23
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
28
A. Kesimpulan ...............................................................................................
28
B. Saran ..........................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA
7
DAFTAR TABEL
No. 1.
Tubuh Utama
Halaman
Pengaruh suhu pengarangan terhadap jenis arang yang dihasilkan (Kuriyama, 1974) ................................................................................ 11
2.
Stratifikasi Sifat dan Standar Briket Arang Import .............................. 16
3.
Standar Briket Arang SNI ................................................................... 22
4.
Standar SNI-06-3730-1995 .................................................................. 22
5.
Nilai rata-rata kadar air, kerapatan, kadar abu, kadar zat mudah menguap dan kadar karbon terikat serta nilai kalori yang terkandung dalam briket arang sabut kelapa .......................................................... 23 Lampiran
1.
Nilai Kerapatan Beriket Arang Sabut kelapa ......................................30
2.
Nilai Kadar Air pada Briket Arang Sabut kelapa ...............................31
3.
Nilai Zat Mudah Menguap pada Briket Arang Sabut kelapa ..............32
4.
Nilai Kadar Abu pada Briket Arang Sabut kelapa .............................33
5.
Nilai Kadar Karbon Terikat Briket Arang Sabut kelapa ....................34
6.
Nilai Kalori Briket Arang Sabut kelapa ..............................................35
8
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahan baku yang banyak digunakan dalam pembuatan arang umumnya adalah limbah kayu baik yang berasal dari industri penggergajian maupun limbah pembalakan.
Sampai saat ini, salah satu kebijakan Departemen
Kehutanan adalah memanfaatkan kayu seoptimal mungkin (Zero waste) yang berarti semua industri pengolahan kayu baik besar maupun kecil harus mengusahakan tidak menghasilkan limbah kayu. Walaupun pada kenyataannya di lapangan rendemen industri penggergajian kayu masih antara 50 – 60%. Ketersediaan kayu untuk bahan baku arang ini semakin terbatas seiring dengan menurunnya produksi kayu dari hutan alam, sedang kayu yang berasal dari hutan tanaman industri (HTI) lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri kayu pertukangan dan pulp. Menurunnya produksi kayu berdampak pada menurunnya produksi arang. Hal ini dapat dilihat pada data ekspor arang yang cenderung menurun sejak 5 tahun terakhir (BPS 1997- 2001). Dalam rangka pemanfaatan jenis limbah tersebut di atas dan mengurangi pencemaran lingkungan serta memanfaatkannya menjadi barang bernilai tambah, maka limbah-limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket karena arang dan briket dapat dibuat dari bahan yang mengandung lignoselulosa seperti limbah pertanian, perkebunan, kayu, tulang, dll (Sudradjat, R. 1982).
9
Industri
arang Indonesia
saat
ini
mengutamakan
arang
sebagai produknya, sedang sisanya sekitar 70 - 80% berupa limbah uap/gas yang dibuang bebas ke udara sebagai polutan. Briket arang memiliki keunggulan dibanding kayu sebagai bahan bakar antara lain karna kerapatannya, kadar air rendah, bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuha n, tidak kotor, praktis dan relatif tidak berasap. Selain itu briket arang dapat digunakan sebagai pensubtitusi bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.
B. Tujuan Penelitian 1. Potensi limbah buah kelapa d di beberapa wilayah di Kalimantan Timur cukup tinggi dan belum termanfaatkan secara maksimal. 2. Untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan limbah buah kelapa sebagai bahan baku pembuatan briket arang, perlu dilakukan sebuah penelitian yang mencakup hal tersebut.
C. Hasil yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hal pemanfaatan limbah kelapa dan sabut kelapa secara maksimal. Dari penelitian ini juga akan memberi kontribusi untuk pengembangan pendidikan khususnya di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Buah Kelapa Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air kelapa (Ibnusantoso, 2001). Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product). Dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging buah (Lay dan Pasang, 2003; Maurits, 2003; Nur et al., 2003). Mutu bahan baku dari buah kelapa dipengaruhi oleh karakter fisikokimia komponen buah kelapa, yang secara langsung dipengaruhi oleh jenis dan umur buah kelapa; secara tidak langsung oleh lingkungan tumbuh dan pemeliharaan. Lingkungan tumbuh yang sesuai dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan bahan baku bermutu untuk diolah lebih lanjut (Rindengan et al., 1995; Tenda et al., 1999). Secara umum, kelapa terdiri atas tiga jenis, yaitu kelapa Dalam, kelapa Genjah, dan kelapa Hibrida. Ketiga jenis kelapa ini berbeda saat mulai berbuah, jumlah produksi buah, dan komposisi kimia buah. Faktor yang sangat mempengaruhi mutu bahan baku hasil samping kelapa adalah komposisi kimia buah.
11
Umur buah menunjukkan tingkat pertumbuhan buah kelapa, dimulai pada bulan ketiga, berat buah maksimum dicapai pada bulan ke tujuh, sedangkan volume pada bulan ke delapan. Tempurung terbentuk pada bulan ke tiga dan mencapai maksimum pada bulan ke sembilan. Daging buah mulai terlihat pada bulan ketujuh dan mencapai berat maksimum pada bulan ke duabelas. Pada bulan ke tujuh pada saat berat buah maksimum proporsi komponen buah terdiri atas 62% sabut, 7% tempurung, 1% daging buah, sisanya adalah air. Pada saat panen (12 bulan), proporsi berat basah sabut 56%, tempurung 17%, daging buah 27%; proporsi berat kering sabut 42%, tempurung 28%, dan daging buah 30% (Rindengan et al.,1995). Mutu tertinggi dari produk hasil samping akan tercapai pada saat umur buah 13 bulan terkecuali untuk nata de coco, pada umur demikian pertumbuhan buah sudah berhenti, kadar air pada sabut sudah turun dan kandungan abu juga rendah. Sedangkan untuk nata de coco pada umur 13 bulan kandungan minyak pada air kelapa mulai meningkat yang menyebabkan rendahnya mutu nata de coco. B. Arang Arang kayu adalah residu dalm bentuk padat yang merupakan sisa dari proses karbonisasi (Pyrolisa) kayu dengan kondisu yang terkontrol dalam suatu ruang tertutup. Proses pengarangan atau karbonisasi adalah pembakaran kayu dengan udara terbatas, dimana dalam proses itu selain arang (37,7 %) dihasilkan pula ter (9,2 %), asam asetat (5,7 %, alkohol kayu (9,2 %) dan gas kayu sebanyak 1 %, yang berupa CO, CO2, CH4, dan H2 (Sudrajat, 1982).
12
Perubahan komponen kayu dalam proses karbonisasi terjadi pada suhu 1000-10000 C. reaksi yang terjadi pada proses karbonisasi adalah reaksi eksoterm, yaitu jumlah panas yang terjadinya reaksi labih kecil dari panas yang dikeluarkan. Reaksi ini ditandai dengan terjadinya pelonjakan panas yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi lebih kecil dari panas yang dikeluarkan. Reaksi ini ditandai dengan terjadinya pelonjakan panas yang cepat pada suhu 3000-4000
C, meskipun panas yang dibrikan tetap. Umumnya pembuatan
arang dilakukan pada suhu 5000 C, tetapi ada yang lebih dari 10000 C (Hartoyo et al, 1976). Jenis alat yang digunakan dalam proses pengarangan bermacammacam, mulai dari yang paling sederhana yaitu timbunan tanah sampai pada alat dengan sistem kcontinous. Tapi secara umum alat-alat tersebut dapat dibagi atas dua golongan, yaitu Kiln dan retort, pada alat jenis Kiln, panas yang digunakan untuk proses pengarangan sebagian berasal dari bahan baku kayunya sendiri, sedangkan pada alat jenis retrort panas yang digunakan berasal dari luar, yang dialirkan kedalam ruangan pangarangan. Dibandingkan dengan cara Kiln, caretort menghasilkan rendemen lebih tinggi dan kualitas lebih stabil, selain itu zat terbang yng keluar dari kayu selama proses pengarangan dapat dikondensasi manjadi metil alkohol, asam asetat, ter dan lain- lain. Dalam pengusaha arang cara Kiln lebih umum digunakan orang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa investasi alat jenis Kiln lebih rendah. Cara Kiln sering digunakan apabila hasil sampingannya diambil.
13
Beberapa tipe Kiln dan retort : a) Kiln Tanah Pada cara ini kayu ditimbun dengan tanah dan pada bagian atas diberi lobang asap. Penyusunan kayu dapat secara harizontal atau vertikal. Untuk mencegah bercampurnya arang dengan tanah setelah selesai proses, perlu disusun kau-kayu kecil, cabang atau ranting dilapisan bawah dan atas susunan kayu yang dijadikan arang. Jalannya proses dapat dilihat dari jumlah dan warna asap, asap yang tebal dan berwarna putih menunjukan proses yang berjalan baik, asap yang tipis menunjukan terlalu banyak udara didalam timbunan hingga pembakaran terlalu besar. Akhir proses ditandai dengan sedikitnya asap serta warna kebiruan. Kontrol proses dilakukan dengan mengatur besarnya lobang udara. Keuntungan Kiln tanah adalah anvestasi kecil dan bisa dikelola sendiri. Kelemahannya adalah proses karbonisasi sulit untuk dikontrol hingga perlu pengalaman yang lama, selain itu rendemen arang yang dihasilkan rendah. Waktu pengarangan tergantung dari jumlah kayu yang diarangkan. Kayu sebanyak 10-20 SM dibutuhkan 405 hai 100-150 SM dibutuhkan 50-60 hari. b) Kiln Bata dan Beton Dibandingkan kiln tanah, kiln bata dan beton lebih mudah dikontrol dan diatur. Kiln bata dan beton tidak memerlukan pengawasan intensif, tidak tergantung cuaca, tidak perlu pengalaman yang banyak serta rendemen arangnya lebih tinggi. Kiln bata dan beton terdiri dari beberapa tipe yaitu : kiln bata kubah, kiln bata persegi dan kiln beton lengkung.
14
Pada Kiln tipe kubah, seluruh bagian Kiln terbuat dari bata yang direkat dengan campuran liat, pasi dan air. Kiln ini dilemgkapi oleh 6 buah cerobong, lobang asap sebanyak 12 buah yang terletak dibagian atas dan bawah Kiln. Ukuran Kiln adalah diameter 5 m, tinggi badan 3 m, tinggi badan 3 m, tinggi kubah 1,25 m. Kayu-kayu disusun secara vertikal dan kayu berukuran bear terletak ditengah Kiln, karena bagian terpanas berada ditengah. Proses pengarahan berlangung slama 7 hari, yang terdiri dari satu hari untuk memasukkan dan mengeluaskan kayu, 6 hari untuk proses karbonisasi. Isi Kiln 36 SM yang akan menghasilkan arang sebanyak 4 ton. Kiln bata persegi, mempunyai dua buah cerobong yang terletak dibagian belakang Kiln. Lobang udara ada enam buah yang terletak dibagian bawah Kiln. Kapasitas Kiln 10-40 m3 kayu solid dan siklus pengarangan untuk kapasitas 20 m3 adalah 4-5 hari. Kiln bata lengkung mula- mula dikembangkan di Missouri, dan kiln ini bisa juga disebut kiln missouri. Kiln misouri dibuat dari beton dengan bentuk atap menyerupai lengkung busur. Cerobong asap terletak disisi kiri dan kanan sebanyak 8 buah untuk mengeluarkan asap yang berakumulasi di bagian bawah kiln. Ukuran lantai kiln 11 x 6 m, tinggi dinding 3 m dan tinggi atap 1 m. Kapasitas kiln 100 m3 kayu solid yang akan menghasilkan 40 ton arang dalam waktu 90 hari. c) Kiln Yang Dapat dipindahkan (Portabel) Kiln ini dapat dibagi 2 macam yaitu discountinous kiln contoh kiln tipe Uganda, Mark V, NAS dan lin- lain, dan jenis continous kiln atau Thomas Kiln. Tipe kiln portabel ini sangat cocok untuk dikembangkan di era
15
trasmigrasi. Kiln portabel terbuat dari besi yang dapat dibongkar pasang untuk pemindahan. d) Retort Retort ada 2 macam yakni portabel dan stationer. Pada dasarnya prinsip kerja kedua macam retort ini sama, yaitu sumber panas yang digunakan proses karbonisasi berasal dari burner yang dihembuskan kedalam ruangan pengarangan. Pada retort portabel gas kayu udara panas yang tercampur dialirkan lagi kedalam burner dan dibakar bersama minyak sebagai sumber panas retort. Pada retort stationer, gas kayu ditamoung dalam unit prosesing asam asetat dan metanol, kemudian sisa gas kayu dialirkan ke burner untuk dibakar dengan minyak sebaga i sumber panas retort. Lama proses karbonisasi seluruhnya untuk retort portabel berkisar antara 10-12 jam dan untuk retort sationer kurang lebih 24 jam.
C. Metode Pengarangan Menurut Hidcock dan Olson (1948) dalam Abidin (1973), pada dasarnya pembuatan arang dapat digolongkan dalam empat metode yaitu: a) Karbonisasi dengan memasukan udara kedalam kayu. Mula- mula udara dimasukan secara bebas kedalam ruangan sampai dicapai temperatur pengarangan. Tahap ini ditandai dengan menyalanya api dalam ruangan pengarangan dan keluar asap. Setelah itu udara masuk dibatasi sampai selesai proses. Wardi (1969) mengatakan cara ini sebagai jobongan sementara.
16
b) Karbonisasi dengan sirkulasi gas api panas terhadap masa kayu. Gas api panas berasal dari pembakaran kayu umpan diluar dapur pengarangan. Wardi (1969) mengatakan cara ini sebagai jobongan tetap atau dapur. c) Karbonisasi dengan pemanasan diluar tempat pembakaran massa kayu. Massa kayu terdapat dalam ruangan tertutup rapat dan kuat, kemudian dipanasi dari luar (pemanasan secara tidak langsung). Menurut Wardi (1969) cara ini disebut cara dandang. d) Karbonisasi dalam ruangan tertutup rapat Pada cara ini massa kayu dimasukkan secara teratur ke dalam tempat yang panas.
D. Kualitas Arang Kayu Menurut Sudrajat (1982), kualitas arang kayu ditentukan oleh : berat jenis, nilai kalor tinggi, fixed carbon tinggi, zat terbang rendah, kadar abu rendah, kerapat tinggi dan ketahanan tekan tinggi. Nilai- nilai ini didapat dengan mengadakan penganalisaan arang secara laboratorium. Dalam kehidupan seharihari orang orang senang menilai kualitas arang dari sifat-sifat fisiknya saja. Wardi (1969) mengatakan bahwa arang yang baik untuk bahan bakar mempunyai sifatsifat sebagai berikut : ?
Warna hitam denagn nyala kebiru-biruan.
?
Mengkilap pada pecahan.
?
Tidak mengotori tangan jika dipegang.
?
Terbakar tanpa berasap, tidak memercik dan tidak berbau.
17
?
Dapat menyala terus tanpa dikipas.
?
Tidak terlalu cepat terbakar.
?
Berdenting seperti logam. Kualitas arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
bahan baku, waktu pengarangan, suhu pengarangan dan tipe tungku.
a). Bahan baku Kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Kayu dengan berat jenis kadar resin tinggi akan menghasilkan arang dengan berat jenis tinggi dan kadar fixed carbon tinggi. Brown (1950) mengatakan bahwa kayu terus menghasilkan arang yang lebih baik dari kayu kubal. Menurut sudrajat (1982), ukuran dan bentuk kayu yang akan berpengaruh terhadap kualitas arang. Kayu yang berukuran kecil menghasilkan arang yang lebih keras. Sela njutnya dikatakan juga bahwa kadar kayu yang lebih tinggi akan menghasilkan arang dengan kadar fixed yang labih tinggi, karena proses karbonisasi berjalan lebih lama, sehingga zat mudah menguap hampir seluruhnya keluar. b) Waktu pengarangan Lama
pengarangan
berpengaruh
pada
kesempurnaan
preses
karbonisasi yang sedang terjadi. Proses karbonisasi yang berjalan terlalu cepat akan menurunkan kepadatan dan kekurangan arang, karena terjadinya degradasi komponan kayu menjadi gas (Anonymous, 1982).
18
c) Suhu pengarangan Suhu sangat penting bagi terjadi penguraian kayu. Makin tinggi suhu pengarangan makin murni arang yang dihasilkan atau kadar fixed carbon semakin tinggi dan zat kadar terbang semakin kecil. Pada tabel 1 dapat dilihat pengaruh suhu pengarangan terhadap jenis arang yang dihasilkan. Tabel 1. Pengaruh suhu pengarangan terhadap jenis arang yang dihasilkan (Kuriyama, 1974) Analisa Suhu Derajat Zat Pengarangan Jenis Arang Fixed Kemurnian terbang 0 ( C) Carbon (%) (%) 550 Kepala arang Tidak 40 - 45 45-50 terhingga 400 Arang hitam 9 20 - 40 50-70 500-700
Arang hitam
5-8
10 - 30
60-80
700-1000
Arang putih
0-4
5 - 10
80-85
d) Tipe tungku Setiap janis ungku mempunyai disain yang berbeda-beda dan metode pengarangan berbeda pula. Salah satu tujuan dari pembedaan disain dapur ini adalah untuk meningkatkan kualitas arang yang tepat akan mengakibatkan proses pengarangan yang dilakukan semakin sempurna dan arang yang dihasilkan semakin baik kualitasnya.
.
19
E. Briket Arang a. Bahan baku briket arang Menurut Hartoyo et al (1976), bahan baku untuk membuat briket arang umumnya adalah arang kayu atau arang berukuran kecil yang diperoleh limbah penggergajian atau limbah perkayuan. Selanjutnya dikatakan bahwa beberapa macam limbah pertanian seperti tempurung kelapa, sabut kelapa, tongkol jagung, ampas tebu dan jerami dapat dibuat briket arang setelah mengalami proses pengarangan. Dilihat dari ukuran bahan baku yang digunakan, briket arang tidak memerlukan persyaratan ketat karena adanya proses penghancuran arang menjadi serbuk, hingga dalam penggunaan bahan bakunya briket arang sangat efisien. b. Proses pembuatan briket arang Briket arang adalah yang mempunyai bentuk tertentu, kerepatan tinggi (BJ 1 – 1,2) yang diperoleh melalui pengempaan arang halus yang dicampur dengan perekat (Anonymous, 1976). Hartoyo (1983), menyatakan untuk aarang yang dibuat dari bahan baku limbah kayu, perlu dibuat sebuk dengan cara menumbuk dan menyaring, ukuran serbuk briket arang adalah lolos 20 mesh tertahan 40 mesh dan lolos 40 mesh tertahan 80 mesh. Selanjutnya serbuk arang dicampur dengan perekat yang dibuat dari tepung tapioka dengan perbandingan 12 : 1, kemudian larutan tersebut dipanaskan sampai mengental. Untuk mencegah pembusukan dir\tambah sedikit NaOH tehnis atau lembaga sulfat (terusi), kemudian campuran serbuk arang dan perekat dimasukkan kedalam alat cetak dengan
20
ukuran tertentu dan dilakukan penekanan. Hasil pengempaan berupa briket basah, kemudian dikeringkan dengan sinar matahari atau dioven sampai mencapai kadar air di bawah 5 %. Menurut Stann dan Harris (1953), ada empat cara pembuatan briket arang yaitu : ?
Pembuatan briket arang dari bagian-bagian kayu tanpa bahan perekat yang diikuti dengan proses karbonisasi dalam tekanan sedang.
?
Pengempaan dan proses karbonisasi bagian-bagian kayu yang dilakukan secara serentak.
?
Pengempaan campuran arang kayu dan bagian-bagian kayu yang diusulkan dengan proses karbonisasi.
?
Pengempaan campuran arang kayu dan bahan perekat, disusul dengan pengeringan, yang kadang-kadang dilakukan proses karbonisasi kembali. Selanjutnya Hartoyo et al (1978) mengatakan bahwa apabila ditinjau
dari jenis perekat yang dipergunakan maka briket arang yang dihasilkan dapat dibedakan antara briket arang yang tidak atau kurang berasap dan briket arang yang beresap. Dengan demikian jenis perekat briket arang dapat dibedakan atas: ?
Jenis perekat yang tidak berasap atau kurang berasap, seperti pati, dekstrin dan tepung beras.
?
Jenis perekat yang berasap, seperti ter, molase dan pitch. Menurut Ramaswani (1937), komposisi dalam pembuatan briket arang
terdiri dari 100 bagian arang 4-6 bagian pati dan 60 – 70 bagian air, yang
21
semuanya berarakan berat. Untuk merekat molase, komposisinya adalah 100 bagian arang dan 80 bagian molase dengan berdasarkan berat. Pada dasarnya pembuatan briket arang ada empat tahap yaitu pembuatan serbuk, percampuran perekat, pengepresan dan pengeringan. a. Pembuatan Serbuk Arang Arang digiling menjadi serbuk arang dengan menggunkan mesin krosser, serta telah disaring dengan ukuran saringan 30 dan 50 mesh. Ukuran serbuk yang digunakan untuk briket arang adalah serbuk yang lolos saringan 30 sampai 50 mesh. Selanjutnya serbuk dicampur sampai merata di dalam alat percampuran (mixer). b. Pencampuran Perekat Didalam mesin pencampuran, serbuk arang ditambahkan perakat kanji yang telah dilarutkan didalam air dan dipanaskan pada suhu 700 selama 5 menit. tepung kanji yang digunakan dalam pembuatan perekat sebanyak 5 % dari berat serbuk arang dan air 60 – 70 % dari berat serbuk arang. selain tepung kanji juga dapat diinginkan molase, ter, tepung beras, pitch atau dekstrin. c. Pengepresan Adonan arang dan perekat dicetak menjadi bentuk-bentuk tertentu dengan proses pengepressan. Ada beberapa macam alat perss briket arang yaitu : sistem piston, drum perss dan ekstruder. Pada sistem piston, adomoan arang ditekan secara hidrolik atau dengan ungkitan dan hasil yang diperoleh berbentuk silinder atau persegi. Pada sistem akstruder, adonan arang ditekan oleh skrup yang berputar melalui lobang yang menyempit, hasil yang diperoleh
22
berbentuk silinder memanjang dan masih memerlukan pemotong dengan pisau. Sedangkan sistemdrum, adonan arang ditekan antara dua rol yang berputar berlawanan arah dan hasil briket arang yang diperoleh berbentuk bantalan. d. Pengeringan Briket arang yang baru selesai dicet maish dalam keadaan basah dan lembek, hingga perlu dikeringkan dulu sebelum dikemas. Pengeringan dilakukan dengan bermacam- macam alat seperti kiln, oven atau penjemuran.
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Briket Arang Sudrajat (1982), menyatakan bahwa secara tidak langsung sifat briket arang dipengaruhi oleh sifat kayu. Kayu dengan berat jenis tinggi akan menghasilkan briket arang dengan keparapatan tinggi, kadar karbon terikat dan nilai tinggi pula. Jenis kayu yang mempunyai kadar ekstraktif tinggi akan menghasilkan briket arang dengan kadar zat terbang tinggi. Untuk menilai kualitas briket arang dilakukan pengujian yang meliputi penentuan kadar air, kadar abu,kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat, kerapatan ketahanan dan nilai kalor. Nurhayati (1983), menyatakan bahwa hasil analisis keragaman sifat fisik briket arang menunjukan bahwa jenis kayu berpengaruh nyata terhadap kerapata, keteguhan tekanan dan nilai kalor. Sudrajat (1993), menyatakan bahwa jenis kayu, jenis perekat dan tekanan pengempaan sangat berpengaruh terhadap keteguhan tekan, kerapatan,kada air, kadar abu, zat terbang, karbon terikat dan nilai kalor. Tabel 2 di bawah ini
23
manyajikan standard sifat fisika dan kimia briket arang import (Amerika, Inggris dan Jepang). Tabel 2. Stratifikasi Sifat dan Standar Briket Arang Import No Standar Sifat-Sifat Briket Arang . Jepang Inggris 1. Kadar Air (%) 6-8 3-6 2. Zat Mudah Menguap (%) 15-30 16 3. Kadar Abu (%) 3-6 8-10 4. Karbon Terikat (%) 60-80 75 5. Krapatan (gr/cm3 ) 1-2 0.84 6. Keteguhan Tekan (kg/cm2 ) 60 12.7 Sumber : Kirana (1985) dalam Januardi (1989)
USA 6 19 18 58 1 62
24
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di laboratorium Hasil Hutan Non Kayu dan Laboratorium Sifat-sifat Kayu dan Pengujian Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2009 dan berakhir pada Februari 2010 dengan tahapan mulai dari persiapan penelitian, pengambilan bahan baku, pelaksanaan kegiatan penelitian, analisis data dan pelaporan hasil akhir penelitian.
B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan adalah limbah buah kelapa berupa sabut kelapa, dan sabut kelapa sebagai bahan baku, dan tepung tapioka (kanji), soda api dan air sebagai bahan tambahan. Alat yang digunakan adalah pencetak briket, mesin mollen untuk membuat adonan, drum untuk membuat arang, pengaduk kayu, mesin kempa (press) dengan tekanan 2,5 ton, mesin krosser untuk menghaluskan arang, saringan 30 – 50 mesh, sekop untuk mengangkat limbah sabut kelapa, korek api untuk menyalakan api pada tungku (kiln), C. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah briket arang dari sabut kelapa. Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari:
25
a. Penyediaan Bahan Penyediaan bahan yaitu menyiapkan limbah sabut kelapa
kemudian
dikeringkan secara alami di bawah sinar matahari. b. Membuat arang dari limbah sabut kelapa dengan alat pirolisis arang sampai terbentuk arang yang diinginkan. c. Arang yang telah terbentuk selanjutnya dihancurkan hingga terbentuk butiranbutiran arang yang hampir halus (granular sampai halus). d. Mencampur serbuk arang dengan bahan-bahan tambahan berupa tanah liat, tapioka, soda api dan air dengan komposisi sebagai berikut : 1. Serbuk Arang
: 65 %
2. Tanah Liat
: 12 %
3. Tepung Tapioka
:2%
4. Soda Api
:1 %
5. Air
: 20 %
e. Campuran bahan-bahan tersebut kemudian diaduk hingga tercapur secara merata untuk selanjutnya dicetak menjadi briket dalam catakan berbentuk slindris dan diberikan tekanan kempa kurang lebih 2,5 ton/cm2 dengan sistem piston. f. Mengelurkan briket dari cetakan dan dilakukan conditioning (pendinginan) dan dikeringkan dalam tanur pengering briket selama 5 hari.
26
D. Pegujian dan Analisis Data 1. Briket Arang Untuk pengujian kualitas briket arang yaitu sifat fisiknya dilakukan pengujian yang meliputi kerapatan, kadar air dan sifat kimianya adalah nilai kalor, zat mudah menguap, kadar abu dan karbon sisa, dengan rumus menurut America Sociaty Testing Materials (ASTM D 2395 – 83). Pengujian sifat fisik briket arang sebagai berikut : a. Pengujian Kadar Air (KA) Contoh sebanyak kurang lebih 1 gram (X), dikeringkan dalam oven listrik dengan suhu 1050 C sampai beratnya tetap, kemudian ditimbangan (y). Kadar air ditanyakan dengan rumus sebagai berikut (Sudrajat, 1982). KA ?
X? Y x100% Y
Dimana : KA
= kadar air
X
= berat contoh sebelum dikeringkan
Y
= berat contoh setelah dikeringkan
b. Kerapatan Kerapatan dinyatakan dalam hasil perbandingan antara nilai berat dan volume briket arang serta dengan ukuran contoh 2 x 2 x 2 cm, yaitu dengan rumus sebagai berikut (Sudrajat, 1982). Kerapatan ?
Berat (gr) Volume (cm 3 )
Pengujian sifat kimia briket arang sebagai berikut :
27
a. Nilai Kalor Nilai kalor briket suatu zat diukur berdasarkan kelas Reaksi pada volume tetap. Pengukuran nilai kalor bakar dilakukan dengan alat Peroxide Bomb Calorimeter dengan rumus sebagai berikut (Anonim, 1951). HV ?
Dimana :
B x 0,73 x 2091,8 x 0,556 M
B HV B T A S M
= t – 0,205 – (0,05 x A) – (0,01 x s) = Kalor / gram contoh = Konstanta = Selisih temperatur = Kadar abu = Kadar sulfur = Berat contoh
b. Zat Mudah Menguap Cawan perselin yang dibersihkan contoh uji dari penentuan kadar air, dipanaskan dalam Thermolyne fuenace pada suhu ± 9500 C selama 6 menit. Kemudian untuk uji itu dimasukkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang. Kadar zat mudah menguap dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut (ASTM D 1762 – 64). VM ?
Dimana :
Y x 100 % W
VM
= Kadar zat mudah menguap (%)
Y
= Kehilangan berat contoh uji (g)
W
= Kberat contoh uji kering tanur )g)
28
c. Kadar Abu Abu terdiri dari mineral- mineral yang tidak dapat hilang atau menguap pada proses pengarangan. Cawan porselin yang berisikan contoh uji dari penentuan kadar zat mudah menguap ditempatkan dalam thermolyne furnace pada suhu ± 7500 C selama 6 jam. Setelah waktu tempuh dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, selanjutnya ditimbang. Kadar Abu dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut (ASTM D 3174). S x 100% W S = Berat sisa contoh uji (g) W = Berat contoh uji kering turun (g)
Kadar Abu ?
Dimana :
d. Kadar Karbon Terikat Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon briket arang selain dari fraksi air, zat mudah menguap dan abu. Kadar karbon terikat dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut (sudrajat, 1981) : Kadar karbon Terikat = (100% - Kadar zat mudah menguap – kadar abu)
29
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dihitung nilai rata-ratanya dan dibandingkan dengan kualitas briket arang dengan menggunakan standar SNI. Tabel 3. Standar Briket Arang SNI Jenis Analisa
Nilai
Kerapatan
0,8 – 2 g/cm3
Kadar air
8%
Kadar abu (%)
8%
Zat Mudah menguap
15%
Karbon Terikat
58%
Kalori
5000 kal/g
2. Arang Aktif Pengujian dan analisis data dilakukan untuk mengetahui kualitas arang aktif Standar yang digunakan untuk mengetahui kualitas aktif yang dihasilkan menggunakan Standar SNI-06-3730-1995. Adapun parameter Standar SNI-06-3730-1995 dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 4 Standar SNI-06-3730-1995 Jenis Analisa
Nilai
Kadar air
< 15%
Kadar abu (%)
< 10%
Kadar Zat Terbang (%)
< 25%
Kada Karbon Terikat (%)
> 80%
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengujian dari beberapa sifat fisik yang meliputi kadar air, berat jenis, kadar abu, zat mudah menguap dan kadar karbon terikat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun hasil rata-rata dari hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 5. Nilai rata-rata kadar air, kerapatan, kadar abu, kadar zat mudah menguap dan kadar karbon terikat serta nilai kalori yang terkandung dalam briket arang sabut kelapa. No Pengujian Nilai rata-rata 1
Nilai kadar air
9,72 %
2
Nilai kerapatan
0,67g/cm3
3
Nilai zat mudah menguap
28.61%
4
Nilai kadar abu
42,17 %
5
Nilai karbon terikat
29,214%
6
Nilai kalori
4.948,31 kal
Dari hasil pengamatan diatas bahwa briket arang sabut kelapa belum memenuhi Standar Briket Import sehingga perlu di lakukannya pengujian lanjutan terhadap briket yang berbahan baku sabut kelapa ini.
B. Pembahasan 1. Kadar Air Dari hasil pengamatan kadar air dari briket sabut kepala diperoleh nilai rata-rata 9,72%, sedangkan nilai kadar air menurut SNI sebesar 8% yang
31
dimana hasil yang didapat dari kadar air briket sabut kelapa hampir mendekati nilai yang terdapat pada SNI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudrajat (1983) dan Badri (1987) menyatakan bahwa kadar air briket arang erat kaitannya dengan kerapatan. Kadar air pada briket arang yang berkerapatan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air briket arang yang berkerapatan tinggi.. 2. Kerapatan Dari hasil pengamatan kerapatan dari briket sabut kelapa diperoleh nilai rata-rata 0,67 g/cm3 sedangkan nilai yang terdapat pada SNI sebesar 0.7 g/cm3 , maka dengan demikian hasil yang kerapatan yang diperoleh dari briket arang sabut kelapa hampir mendekati nilai Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut Supraptono, dkk (1995) kadar air briket arang dipengaruhi oleh kerapatannya. Semakin tinggi kerapatan briket arang maka semakin rendah daya serap briket terhadap air di lingkungan sekitarnya. Briket arang dengan kerapatan lebih rendah mempunyai kemampuan untuk mengikat air lebih tinggi karena lebih banuyak rongga sel (pori dan lumen) yang ada pada briket arang 3. Kadar Zat Mudah Menguap Dari hasil pengamatan diperoleh nilai rata-rata 28,61% yang berkisar antara 27,57% - 29,88% sedangkan nilai Kadar Zat Mudah Menguap yang terdapat pada SNI sebesar 15%, dengan demikian hasil kadar zat mudah menguap yang diperoleh dari briket sabut kelapa masih tinggi bila dibandingkan dengan nilai Standar Nasional Indonesia (SNI) . Pengaruh dan
32
lamanya
proses
pengolahan
arang
semakin
tinggi
suhu
maksimum
pengarangan maka proses karbonisasi sempurna sehingga kadar zat mudah menguap akan rendah dan begitu pula untuk lamanya proses pengolahan arang arang akan memberikan kesempatan untuk menguapkan kadar zat mudah menguap sebanyak-banyaknya sehingga didapatkan kadar zat muudah menguap yang rendah dan keadaan ini akan memberikan kualitas briket arang yang tinggi. Tinggi rendahnya kadar zat
mudah menguap briket arang
dipengaruhi oleh suhu dan lamanya proses pengarangan, semakin tinggi suhu dan lamanya proses karbonisasi menyebabkan penguapan terjadi pada zat mudah menguap semakin besar sehingga diperoleh kadar zat mudah menguap yang rendah demikian sebaliknya (Badri, 1987). Dilihat dari tingginya serbuk arang kadar zat mudah menguap briket arang yang dihasilkan dari serbuk arang sabut kelapa disebabkan oleh tingginya kadar zat ekstraktif yang menguap pada waktu proses karbonisasi. Sesuai dengan pernyataan Sudrajat (1982), bahwa kayu dengan kadar zat ekstraktif tinggi cenderung menghasilkan zat mudah menguap briket arang yang lebih tinggi. 4. Kadar Abu Dari hasil pengamatan kadar abu dari briket sabut kelapa diperoleh hasil rata-rata 42,217 yang berkisar antara 40,82% - 43,89%, sedangkan nilai kadar abu menurut Standar Nasional Indonesia sebesar 8% oleh sebab itu hasil nilai kadar abu yang diperoleh dari briket sabut kelapa masig sangat tinggi bila dibandingkan dengan nilai Standar Nasional Indonesia. Tinggi rendahnya kadar abu dipengaruhi oleh kandungan mineral dalam bahan baku semakin
33
besar kandungan mineral maka semakin tinggi persentase kadar abu briket yang dihasilkan. Menurut Sunardi (1976) menyatakan bahwa kandungan mineral dalam kayu tergabung dengan zat organic dalam bentuk yang tidak dapat larut, kalsium, potasium dan magnesium merupakan bagian besar pada logam. Logam- logam ini biasanya terdapat dalam bentuk karbonat, phosfat/sulfat dan silika, jika kadar abu tinggi biasanya silika merupakan unsur utama. Bahan perekat tapioca cenderung meningkatkan kadar abu. Seperti yang diungkapkan oleh Sudrajat (1993) bahwa perekat pati menghasilkan briket kayu yang kadar abu lebih tinggi disbanding dengan perekat molase. 5. Kadar Karbon Terikat Kadar karbon terikat dari hasil pengamatan diperoleh nilai rata-rata karbon terikat 29,214 % yang berkisar antara 26,98% - 31,11% sedangkan nilai kadar karbon terikat yang terdapat pada Standar Nasional Indonesia sebesar 50% dengan demikian hasil kadar karbon terikat yang diperoleh dari briket arang sabut kelapa masih sangat rendah bila dibandingkan dengan nilai Standar Nasional Indonesia (SNI). Tinggi rendahnya karbon terikat arang dari serbuk arang sabut kelapa ini disebabkan oleh berat jenis bahan bakunya rendah hal ini didukung oleh Hartoyo dan Nurhayati (1976), yang menyatakan bahwa berat jenis bahan baku yang tinggi akan meningkatkan karbon terikat dan menurunkan zat mudah menguap.
34
6. Nilai Kalori Nilai Kalori dari hasil pengamatan diperoleh nilai rata-rata 4948,31 kal/g sedangkan nilai kalori yang terdapat pada Standar Nasional Indonesia adalah sebesar 5000 kal/g dengan demikiaan nilai kalori yang yang terdapat pada briket sabut kelapa hampir mendekati nilai Standar Nasional Indonesia (SNI). 7. Daya Bakar Proses pembakaran awal yang dilakukan pada briket arang sabut kelapa adalah dengan menyalakan api dibawah briket dengan pemicu kertas, setelah briket sudah terlihat membara maka balikkan briket sehingga posisi briket yang menyala berada diatas. Lamanya proses nyala api yang terjadi pada briket arang sabut kelapa ini selama + 1 jam dan api yang tampak dari briket arang sabut kelapa berwarna hampir kebiru-biruan serta tidak adanya asap yang dikeluarkan dari briket tersebut.
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pengujian kualitas pada briket arang sabut kelapa maka dapat disimpulkan sebagai brikut : 1) Dari hasil pengujian terhadap kualitas briket arang dari sabut kelapa maka di dapat nilai kadar air sebesar 9,2% , kerapatan sebesar 0.67 g/cm3 , Zat mudah menguap sebesar 28,61%, kadar abu sebesar 42,17%, dan karbon terikat sebesar 29,214% serta nilai kalori sebesar 4.948,31 kal/g. 2) Jika hasil pengujian dibandingkan dengan nilai Standar Nasional Indonesia (SNI) maka hasil dari pengujian briket arang sabut kelapa belum memenuhi dari nilai Standar Nasional Indonesia yang telah ditetapkan. 3) Dari hasil pengujian yang dilakukan kualitas nyala briket arang cukup baik yaitu dengan menyalanya briket arang selama 1 jam warna api hampir kebirubiruan dan asapnya masih relative rendah.
B. Saran Oleh karena kualiatas briket arang sabut kelapa belum memenuhi standar SNI maka perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan baku sabut kelapa dipadukan bahan-bahan lain yang berpotensi untuk dibuat briket arang yang bisa sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
36
DAFTAR PUSTAKA
Allorerung, D., dan A. Lay. 1998. Kemungkinan pengembangan pengolahan buah kelapa secara terpadu skala pedesaan. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV. Bandar Lampung 21 – 23 April 1998 Pp.327 – 340. Anonim,
1998. Posisi dan Pengembangan Industri Direktorat Industri Kayu dan Rotan. Jakarta.
Pengolahan
Arang.
Anonim, 2000. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Cheremisinoff; Morresi (1978). Carbon Adsorption Applications, Carbon Adsorption Handbook, Ann Arbor Science Publishers, Inc, Michigan;7-8 Ditjenbun. 2002. Statistik perkebunan indonesia 2000 – 2002. Kelapa. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. 57 hal. Doying, E.G (1976), Edited by Kirk-Othmer, John Wiley and Sons, Inc, New York, V4: 149-156. Field, Joseph. H (1977), Charcoal, Encyclopedia of Science and Technology, McGraw-Hill Book Company, New York, V3 :15. Ibnusantoso, G. 2001. Prospek dan potensi kelapa rakyat dalam meningkatkan ekonomi petani Indonesia. Dirjen Industri Agro dan Hasil Hutan. Dept. Perindag. Disampaikan pada Pekan Perkelapaan Rakyat. 5 Nopember 2001 di Riau. Pari, G.; T. Nurhayati; Hartono, 2000. Kemungkinan Pemanfaatan Acacia man gum WIld. untuk Permurnian Minyak Kelapa Sawit. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol.18. No.1 pp.40-53. Bogor. Perrich, JR. 1981. Activated Carbon Adsorption for Waste Water Treatment. CRC Press, Inc. Florida. Standar Nasional Indonesia (SNI). 1989. Mutu Arang Kayu. Badan Standar National Indonesia. Jakarta. Samaniego, R; A. I de Leon (1940), Activated Carbon From Some Agricultural Waste Products, The Philippine Agriculturist, V 29, No.4: 275-295. Widjaja A.P; Darjo, S (1980), Pembuatan Arang Aktif dengan cara destilasi Kering Tempurung II, Komunikasi Balai Penelitian Kimia Bogor, no. 190:2-22.
37
LAMPIRAN - LAMPIRAN
38
Tabel 1. Nilai Kerapatan Beriket Arang Sabut Kelapa No Sampel 1
Berat Contoh Uji (cm) 28.90
Volume (gr/cm3 ) 43.81
Kerapatan ( gr/ cm3 ) 0.66
2
30.06
45.27
0.66
3
28.30
43.57
0.65
4
30.31
44.94
0.67
5
31.50
45.73
0.69
? x
x
3.33 0.66
39
Tabel 2. Nilai Kadar Air pada Briket Arang Sabut Kelapa No Sampel 1
Berat contoh uji (gram) 1.0178
Berat kering tanur ( gram) 0.9319
Kadar Air (%) 9.22
2
1.0357
0.9543
8.53
3
1.0792
0.9933
8.65
4
1.0957
0.9956
10.05
5
1.0817
0.9643
12.17
? x
x
48.62 9.72
40
Tabel 3. Nilai Zat Mudah Menguap Briket Arang sabut Kelapa No Sampel
Berat Contoh Uji Kering Tanur (gr)
Berat Contoh Uji Kehilangan setelah Suhu 900O C Berat (gr) (gr)
1
0.9319
0.6534
0.2785
Kadar Zat Mudah Menguap (%) 29.89
2
0.9543
0.647
0.3073
32.20
3
0.9933
0.7113
0.282
28.40
4
0.9956
0.7211
0.2745
27.58
5
0.9643
0.7232
0.2411
25.00
?
x
x
143.07 28.614
41
Tabel 4. Nilai Kadar Abu Briket Arang Sabut Kelapa No Sampel
Berat Kering Ta nur (gram)
1
0.9319
Berat Contoh Uji Setelah 750O C (gram) 0.3818
2
0.9543
0.3896
40.82
3
0.9933
0.4233
42.61
4
0.9956
0.4238
42.57
5
0.9643
0.4232
43.89
? x
x
Kadar Abu (%) 40.97
210.865 42.17
42
Tabel 5. Nilai Kadar Karbon Terikat Briket Arang Sabut Kelapa No % Sampel 1 100
Zat Mudah Menguap
Kadar Abu
Karbon Terikat
29.89
40.97
29.14
2
100
32.20
40.82
26.98
3
100
28.40
42.61
28.99
4
100
27.58
42.57
29.85
5
100
25.00
43.89
31.11
? x
x
146.07 29.214
43
Tabel 6. Nilai Kalori Briket Arang Sabut Kelapa No Sampel
Berat Sampel
Suhu Awal ( OC)
Suhu Akhir ( OC)
Panjang Kawat Akhir ( cm ) 3
Tetrusi ( ml )
Nilai Kalori Tetap
Nilai Kalori ( cal )
29,000
Panjang Kawat Awal ( cm ) 10
1
0,8149
27,380
3,1
2426
4810.185
2
0,8149
28,690
30,401
10
3,3
1,5
2426
5086.435
?
x
x
9896.62 4948.31