Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
Konstruksi Identitas Budaya Bawean Tri Joko Sri Haryono
[email protected] (Departemen Antropologi Fisip-Universitas Airlangga, Surabaya)
Abstract
Cultural identity is characteristics or attributes of a culture that belongs to a group of people of which its boundaries can be defined when being compared to cultures of other people. This study aims to identify two things. First is to find out how is the construction of the cultural identity of the Bawean people. Second, how is the dynamic process of the Bawean cultural identity construction in relation to the international migration that has been going on for hundreds of years? This research is a descriptive qualitative study. The research was done in Bawean which involved its two subdistricts, Sangkapura and Tambak. Qualitative data were collected through interview and observation. The findings of this study showed that Bawean as a small island in the middle of Java sea has a long history since in the beginning where it was inhabited by people from various ethnicity. In their history, they also have tradition of migrating, particularly out of the country. In these conditions, Bawean identity showed the existence of specific identities in some elements of their culture, particularly arts, languages, and religion, even though these various cultural elements are not originated from Bawean. Key words: construction, identity, culture, migration
Abstrak Identitas budaya merupakan rincian karakteristik ata u ciri-ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui batas -batasnya tatkala dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri kebudayaan orang lain. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tentang dua hal. Pertama, bagaimana konstruksi identitas budaya pada masyarakat Bawean? Kedua, bagaimana pula proses yang dinamis dalam konstruksi identitas budaya Bawean sehubungan dengan proses migrasi manca negara yang telah dilakukan selama ratusan tahun? Penelitian ini bersifat kualitatif dengan format deskriptif. Kegiatan penelitian dilakukan di Bawean, yang meliputi dua kecamatan, yaitu Sangkapura dan Tambak. Pengumpulan data kualitatif menggunakan metode wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bawean sebagai sebuah pulau kecil di tengah laut Jawa memiliki sejarah panjang yang sejak awal dihuni oleh orang dari berbagai suku bangsa. Dalam perjalanannya mereka juga memiliki tradisi merantau migrasi, terutama ke luar negeri. Dalam kondisi seperti itu identitas Bawean memperlihatkan adanya identitias spesifik pada beberapa unsur budaya bawean, khususnya kesenian, bahasa dan agama, meskipun berbagai unsur budaya tersebut awalnya bukan asli Bawean. Kata kunci: konstruksi, identitas, budaya, migrasi
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 166
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
terdiri dari berbagai suku bangsa dan
Pendahuluan
P
ada beberapa dekade terakhir
golongan sosial yang berbeda. Mereka
pandangan
hidup
dan
wacana
dalam
tentang masalah identitas dan
masing-masing
kesukubangsaan
beraneka
semakin
satuan yang
ragam
kelompoknya tidak
hanya
sukubangsa,
juga
mengemuka baik di kalangan akademis
beragamnya agama yang dianut. Menurut
maupun praktis. Pandangan dan wacana
Koentjaraningrat (1982), bahwa watak
tersebut
mening-
majemuk secara sosio-kultural masyara-
konflik
kat Indonesia adalah terdiri atas bangsa
suku-suku bangsa yang terjadi hingga
yang bersuku-suku dengan cara hidup
kini, dan dengan adanya fakta ironis
bermasyarakat
bahwa pertentangan etnis tidak hanya
istiadat serta 300 lebih dialek lokal, hidup
terjadi
di atas lebih kurang 17 ribu pulau-pulau
katnya
berkenaan
dengan
meningkatnya
pada
isu-isu
negara-negara
sedang
dan
yang
dilanda krisis ekonomi, melainkan jua
Merauke serta dari Zulu ke Pulau Rote.
menerobos negara-negara yang ekonomi
Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa
maju
Indonesia
demokrasinya
matang
sering
dari
Sabang
adat
berkembang atau negara-negara yang
dan
membentang
berbudaya,
dipandang
ke
sebagai
itu
sesuatu yang membanggakan. Kita sering
pendirian bahwa dalam negara yang telah
bangga akan semboyan “Bhineka Tunggal
maju
Ika”, yang melambangkan sifat aneka
(Koentjaraningrat,
1993).
ekonominya,
Karena
keanekaragaman akan
warna bangsa kita tetapi tetap satu.
negara
Geertz (1981) mengatakan bahwa ciri
karena penduduknya sudah merasa puas
khas struktural Indonesia yang paling
dengan kemakmuran yang dicapai dan
penting justru terletak pada perbedaan
dapat
nilai,
kebudayaan
sukubangsa
mengganggu
tidak
ketenteraman
berfikir
rasional
dan
praktis
pandangan,
dan
kemampuan
peristiwa-peristiwa
bentuk-bentuk sosialnya untuk menye-
konflik antar suku bangsa dan gerakan
suaikan diri. Faktor-faktor ini pulalah
etnis.
yang memberikan kepada masyarakat itu
dipatahkan
oleh
Masyarakat
Indonesia
dikenal
sebagai masyarakat yang plural. Hal ini ditandai dengan kemajemukan masyarakat
Indonesia
yang
penduduknya
sebagai keseluruhan kekuatan dan ketahanan yang besar. Memahami budaya yang berbeda dengan kita juga bukanlah hal yang
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 167
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
mudah, di mana kita dituntut untuk mau
hidup.
mengerti realitas budaya orang lain.
restrukturasi
Dalam situasi seperti itulah manusia
identifikasi dan gambaran diri terdahulu,
dituntut untuk mengungkap identitas
dimana seluruh identitas fragmenter yang
orang
dahulu (pun yang negatif) diolah dalam
lain.
Identitas
memberikan
makna
tidak
hanya
tentang
pribadi
Identitas adalah satu proses
perspektif
(pembangunan)
suatu
masa
segala
depan
yang
individu, lebih dari itu identitas menjadi
diantisipasi. Setiap identitas yang dimiliki
ciri
yang
pada setiap budaya, tentu saja menjadi
melatarbelakanginya. Dari ciri khas itulah
sebuah karakteristik atau ciri-ciri budaya
kita dapat mengungkapkan keberadaan
itu sendiri. Identitas seperti stereotip
individu
khas
sebuah
kebudayaan
tersebut.
sederhana,
yang
identitas
Dalam
artian
yang melekat terhadap diri seseorang,
dimaksud
dengan
karena kebudayaan itu dapat membentuk
adalah
rincian
diri individu. Ketika akan berkomunikasi
ciri-ciri
sebuah
dengan berbeda budaya, seseorang tentu
oleh
saja harus mempunyai gambaran dan
budaya
karakteristik
atau
kebudayaan
yang
dimiliki
sekelompok orang yang kita ketahui
bekal
batas-batasnya
tersebut.
dengan
tatkala
karakteristik
dibandingkan atau
ciri-ciri
kebudayaan orang lain (Liliweri, 2004). Identitas sebagai tanda pengenal, memiliki
makna
pada
budaya
yang
diciptakan oleh masyarakat tersebut.
dari
karakteristik
Terkadang
kebudayaan
kebiasaan
yang
sudah membudaya tanpa sengaja ikut terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Bergaul dengan orang dari budaya lain membantu seseorang untuk memahami kebudayaan orang lain.
Sebuah identitas sebagai karakter khusus
Masing-masing etnis yang ada di
yang melekat pada setiap kebudayaan,
Indonesia tentu memiliki keunikan dan
sehingga bisa dibedakan antara satu
kekhasan masing-masing, salah satunya
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.
adalah
Kebudayaan
menjadi
merupakan sebuah pulau kecil di tengah
sebuah identitas suatu budaya tidak
laut Jawa, terletak sekitar 80 mil atau 120
diciptakan
namun
kilometer di sebelah utara Gresik. Secara
memerlukan waktu yang cukup lama
administratif merupakan bagian dari
untuk diketahui, diakui, ditaati dan
wilayah
diimplementasikan
sebelumnya masuk ke dalam wilayah
yang begitu
diangkat saja,
dalam
lingkungan
orang
Bawean.
Kabupaten
Gresik,
Bawean
meski
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 168
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
Kabupaten Surabaya, namun sejak tahun
manca negara yang telah dilakukan
1974 pulau Bawean masuk ke dalam
selama ratusan tahun?
wilayah administratif dari Kabupaten Gresik. Dalam sejarahnya sejak jaman dahulu
Bawean
persinggahan melakukan
merupakan
orang
perjalanan
jurusan.
Dalam
tempat
Konstruksi Identitas Budaya
yang
sedang
Identitas berasal dari kata identity,
dari
berbagai
yang berarti (1) kondisi atau kenyataan
perkembangannya
tentang
sesuatu
yang
sama,
suatu
kemudian, pulau Bawean saat ini dihuni
keadaan yang mirip satu sama lain; (2)
oleh orang dari berbagai suku bangsa.
kondisi atau fakta tentang sesuatu yang
Beberapa
sama di antara dua orang atau dua benda;
suku bangsa dalam perkem-
bangannya kemudian tinggal bersama di
(3)
Pulau Bawean, di antaranya mereka
menggambarkan
berasal dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
diantara dua orang (individualitas) atau
Sumatera dan Madura dan membaur
dua kelompok atau benda; (4) Pada
dalam budaya
Bawean.
tataran teknis, pengertian epistemologi di
Mayoritas penduduk Bawean adalah Suku
atas hanya sekedar menunjukkan tentang
bangsa Bawean, diikuti oleh Suku bangsa
suatu
Jawa, Madura dan suku-suku bangsa lain
identitas dengan kata “identik”, misalnya
misalnya Bugis, Mandar, Mandailing dan
menyatakan bahwa “sesuatu” itu mirip
Palembang. Penduduk Bawean keba-
satu dengan yang lain.
dan
bahasa
nyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi TKI di Malaysia dan Singapura. Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan
ini
ingin
kebiasaan
Pengertian
atau sesuatu
fakta yang
untuk
Identitas
yang sama
memahami
sendiri
menurut Barker (2005) adalah soal kesamaan dan perbedaan tentang aspek personal dan sosial, tentang kesamaan
tentang
individu dengan sejumlah orang dan apa
bagaimana konstruksi identitas budaya
yang membedakan individu dengan orang
pada masyarakat Bawean? Bagaimana
lain. Menurut Week (dalam Hasanuddin,
pula
dalam
2009), identitas merupakan konstruksi
proses
konstruksi sehubungan
yang
mengkaji
kondisi
dinamis
identitas
budaya
Bawean
yang menggambarkan perihal esensi diri
dengan
proses
migrasi
seseorang atau suatu kelompok yang disadari oleh subjeknya dan diakui oleh
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 169
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
orang atau kelompok lain. Identitas itu
seseorang. Seperti karakter, kemampuan,
dibentuk atau dibangun dari interaksi
bakat, dan pilihan.
yang
dinamis
dan
Identitas budaya merupakan ciri
konstruksi. Maka sifatnya situasional dan
yang ditunjukkan seseorang karena orang
bisa berubah, disusun dalam hubungan-
itu merupakan anggota dari sebuah
nya dengan sejumlah kelompok. Identitas
kelompok etnik tertentu.
juga
faktor
pembelajaran tentang dan penerimaan
makanan,
tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama,
dapat
material
antara
konteks
ditandai
budaya
dengan
seperti
pakaian dan perumahan, di samping
keturunan
dari
suatu
Itu meliputi
kebudayaan
faktor nonmaterial seperti bahasa, adat
(Liliweri, 2004). Suatu identitas budaya
istiadat dan kepercayaan.
itu dibentuk menurut budayanya masing-
Dilihat dari bentuknya, Setidaknya
masing.
Sehingga
setiap
ada tiga bentuk identitas, yakni identitas
kebudayaan
budaya, identitas sosial dan identitas
suatu tatanan yang membentuk diri
pribadi.
individu.
Idenitas
Berikut budaya.
pengertiannya: Identitas
(1)
budaya
masing-masing
kelompok
Masyarakat
memiliki
dipengaruhi
oleh
merupakan ciri yang mencul Karena
budayanya serta kebudayaan tersebut
seseorang itu merupakan anggota dari
merupakan konstruksi dari manusia itu
sebuah
meliputi
sendiri. Antara kebudayaan dan manusia
pembelajaran tentang penerimaan tradisi,
terdapat suatu hubungan timbal balik.
sifat bawaan, agama, dan keturunan dari
Hubungan timbal balik tersebut terutama
suatu kebudayaan; (2) Identitas sosial.
dari sudut pandang manusianya haruslah
Identitas sosial terbentuk akibat dari
dalam posisi yang kritis dan bukan
keanggotaan seseorang itu dalam suatu
menerima apa adanya (Tilaar, 2007).
etnik
tertentu.
Itu
kelompok kebudayaan. Tipe kelompok itu antara lain, umur, gender, kerja, agama, kelas sosial, dan tempat, identitas sosial merupakan
identitas
yang
diperoleh
melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu lama; (3) Identitas pribadi. Identitas pribadi didasarkan pada
keunikan
karakteristik
pribadi
Identitas
budaya
merupakan
konstruksi sosial yang diidentitaskan komunikasi dari sistem perilaku simbolik verbal dan non verbal yang memiliki arti dan yang dibandingkan antara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa dan norma-norma yang
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 170
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
sama. Seorang individu harus belajar
(bawaan) dan identitas yang dipengaruhi
mengenai siapa dirinya melalui interaksi
oleh lingkungan. Identitas yang pertama,
dengan orang lain, seseorang menjadi
yang dibawa sejak lahir dapat dilihat
percaya bahwa dia memiliki diri yang
sebagai suatu kesatuan yang dimiliki
berbeda dan bermakna. Pembahasan
bersama atau yang merupakan bentuk
mengenai identitas budaya seringkali
dasar seseorang serta berada dalam diri
dikaitkan
sosial.
banyak orang yang memiliki kesaman
Sedangkan identitas budaya terbentuk
sejarah atau kode-kode budaya yang
melalui
suatu
membentuk sekelompok orang menjadi
masyarakat. Struktur budaya adalah pola-
satu walaupun dari luar mereka tampak
pola persepsi, berpikir dan perasaan,
berbeda. Yang kedua, identitas yang
sedangkan struktur sosial adalah pola-
dipengaruhi lingkungan, dapat dijelaskan
pola perilaku sosial.
bahwa identitas juga memiliki banyak
dengan struktur
identitas kebudayaan
identitas
aspek. Karena orang bisa berganti peran
budaya sekurang-kurangnya dapat dilihat
dan menjalankan identitas yang berbeda
dari
Pertama,
pada waktu dan situasi yang berbeda, dan
identitas budaya sebagai sebuat wujud
setiap konteks tersebut mengharuskan
(identity as being) dan kedua, identitas
satu orang yang sama untuk beralih ke
sebagai proses menjadi (identity as
peran
becoming). Dalam cara pandang pertama,
mengalami konflik dengan peran yang
identitas dilihat sebagai suatu yang
lain
dimiliki bersama atau yang merupakan
konteks yang lain.
Menurut dua
Hall
sudut
(1990) pandang.
bentuk asli atau dasar dan berada dalam diri
banyak
orang
yang
memiliki
lain yang
yang
juga
kadang-kadang
dilakukannya
dalam
Identitas budaya dapat diartikan sebagai suatu ciri berupa budaya yang
kesamaan sejaran dan leluhur. Identitas
membedakan
budaya
kelompok masyarakat dengan kelompok
adalah
cerminan
kesamaan
bangsa
yang
membentuk sekelompok orang menjadi
masyarakat atau bangsa pasti memiliki
“satu”,
mereka
budaya sendiri yang berbeda dengan
tampak berbeda. Selanjutnya Hall (1990:
bangsa lainnya. Dalam hal ini, Indonesia
223 &2225) menyatakan bahwa identitas
yang memiliki berbagai macam suku
budaya ada yang dibawa sejak lahir
bangsa juga memiliki berbagai macam
dari
luar
Setiap
atau
sejarah dan kode-kode budaya yang walaupun
lainnya.
suatu
kelompok
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 171
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
budaya yang berbeda-beda. Budaya yang
atas
semua
identitas
dimiliki oleh masing-masing kelompok
kemudian dibandingkan.
yang
dirinci
tersebut tentunya memiliki ciri atau keunikan tersendiri dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Dan hal tersebutlah yang membedakan budaya
antar
suku
atau
kelompok
masyarakat di Indonesia.
Bawean merupakan pulau kecil yang terletak di tengah laut Jawa kurang lebih sekitar 120 kilometer sebelah utara
Maunati (2004) menjelaskan bahwa penanda-penanda
Orang Bawean dan Budayanya
budaya
terbentang antara 50 43’ dan 5 52’ lintang
sebuah
selatan dan antara 112” 34’ dan 112” 44’
kekhasan yang diyakini ada pada agama,
bujur timur. Luas pulau Bawean kurang
bahasa, dan adat pada budaya yang
lebih sekitar 200 km2 yang terbagi
bersangkutan. Namun demikian tumpang
menjadi dua kecamatan, yaitu kecamatan
tindih dapat terjadi di antara kelompok-
Sangkapura
kelompok etnis yang berbeda. Pandangan
Secara
tersebut sesuai dengan Koentjaraningrat
merupakan sebuah pulau yang berbukit-
(1982) yang mengatakan bahwa sifat
bukit atau bisa disebut juga merupakan
khas
dapat
pulau yang kaya bukit atau kaya gunung.
unsur-unsur
Menurut keterangan beberapa informan,
terbatas, terutama melalui unsur, Bahasa,
jumlah gunung yang ada di Bawean ada
kesenian
Unsur-unsur
sebanyak 99 gunung. Sebagian dari
lainnya sulit untuk menonjolkan sifat
gunung tersebut masih berupa hutan
khas suatu bangsa atau suku bangsa.
alami, sebagian lain merupakan tanah
Penanda identitas dari kebudayaan suatu
kapur dengan kondisi tanah yang tidak
kelompok etnis dapat dilihat dari adat
begitu subur akibat erosi dan penebangan
istiadat yang disepakati dan dijalankan.
hutan
Sementara
menentukan
topografis, Pulau Bawean merupakan
identitas budaya, salah satunya sangat
daerah perbukitan kapur yang kurang
tergantung pada ‘bahasa’ (sebagai unsur
subur dan memiliki kurang lebih 99 bukit
nonmaterial),
representasi
(Jawa Pos, 19 Oktober 1990). Bukit-bukit
bahasa menjelaskan sebuah kenyataan
ini dapat dilihat dari kejauhan sebelum
misalnya
bisa
identitas
kota Gresik. Lokasinya kurang lebih
berasal
suatu
dari
kebudayaan
dimanifestasikan dan
pada upacara.
itu.
Untuk
bagaimana
dan
kecamatan
geografis
sejak
jaman
Pulau
dahulu.
Tambak. Bawean
Secara
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 172
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
penumpang kapal sampai di dermaga
dirinya orang Bawean. Ada beberapa
Pulau Bawean. Beberapa bukit tersebut
alasan yang mereka kemukakan, antara
berupa pulau-pulau kecil yang tersebar
lain orang Bawean berasal dari keturunan
mengelilingi Pulau Bawean. Sedangkan
campuran (Jawa, luar Jawa, dan Madura).
secara administratif Bawean merupakan
Ada beberapa suku bangsa yang tinggal
pulau masuk pada wilayah Kabupaten
bersama
Gresik, Jawa Timur.
Sebagian besar
berasal dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
penduduk bertempat tinggal di sepanjang
Sumatera dan Madura dan membaur
atau sekitar
dalam budaya
pantai.
Sebagian kecil
di
Pulau
Bawean.
dan
bahasa
Mereka
Bawean.
penduduk bertempat tinggal di Desa yang
Bahasa Madura tidak digunakan dalam
terletak di tengah Pulau Bawean. Sejajar
komunikasi
dengan pantai ada jalan dengan panjang
Malaysia dan Singapura disebut Suku
55 km yang dapat
Boyan. Untuk itu orang Bawean juga
dilalui kendaraan
bermotor dan baik roda empat. Mengenai
siapakah
tersebut. Suku Bawean di
menyebut diri mereka
sebenarnya
orang Bawean itu, ternyata jawabannya masih belum tuntas hingga saat ini. Ada
sendiri dengan
sebutan orang Boyan, maknanya orang Bawean. Menurut
Vredenbregt
(1990),
yang mengatakan bahwa pada awalnya
sampai tahun 1743, pulau ini berada di
diduga penduduk pulau Bawean berasal
bawah kekuasaan Madura dengan raja
dari Madura. Hal ini dapat dilihat dari
Madura yang terakhir, Tjakraningrat IV
gaya bahasa yang digunakan sebagian
dari Bangkalan. Di masa pemerintahan
besar penduduknya hampir mirip dengan
Inggris,
bahasa Madura. Namun, sejak kapan
keasistenresidenan di bawah Surabaya.
proses ini terjadi belum dapat dipastikan.
Kemudian
Menurut cerita rakyat Bawean, orang
Gresik di bawah seorang kontrolir. Lalu
Madura
sejak 1920 sampai 1965 berubah menjadi
masuk
bersamaan
dengan
pulau
Bawean
digabung
Sejak
menjadi
dengan
1965
afdeling
kedatangan agama Islam yang dibawa
kawedanan.
pulau
ini
Said Maulana Umar Mas’ud, setelah
kemudian diperintah oleh dua camat di
sebelumnya mengalahkan Raja Babi yang
bawah pimpinan bupati Surabaya.
kafir dan ahli sihir. Meskipun demikian,
Banyak orang mengira, Bawean
orang Bawean tidak mau disebut orang
adalah bagian dari pulau Madura, meski
Madura
jika dicermati, logat bicara orang Bawean
tetapi
mereka
menamakan
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 173
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
memang terdengar mirip dengan logat
Jamaluddin bin Kemas Haji Said, seorang
orang
sebenarnya,
pedagang tekstil dan bahan makanan. Ia
mereka menggunakan bahasa Bawean.
juga menjadi agen perusahaan pelayaran
Orang
yang dikelola dengan kongsi Cina untuk
Madura.
Namun
Bawean
sendiri,
tidak
mau
dianggap sebagai orang Madura. Namun
jalur
Surabaya-Bawean-Banjarmasin-
adanya perkawinan campuran, termasuk
Singapura.
dengan orang Madura sendiri, membuat adanya kemiripan tradisi Bawean dengan budaya Melayu, Jawa, ataupun Madura.
Identitas Budaya Bawean
Bahkan beberapa tradisi yang ada, juga
Koentjaraningrat
(1982)
yang
terlihat sebagai suatu bentuk serapan
mengatakan bahwa sifat khas suatu
dari budaya di Sumatera, Kalimantan,
kebudayaan dapat dimanifestasikan pada
atau Sulawesi. Kelompok masyarakat lain
unsur-unsur terbatas, terutama melalui
yang tinggal di pulau Bawean adalah para
unsur bahasa, kesenian dan upacara.
nelayan Bugis, orang Jawa di Bawean
Unsur-unsur
Utara
dari
menonjolkan sifat khas suatu bangsa atau
Kemas.
suku bangsa. Penanda identitas dari
Keberadaan orang Kemas ini cukup
kebudayaan suatu kelompok etnis dapat
menarik
dilihat dari adat istiadat yang disepakati
serta
para
Palembang
pedagang
yang karena
memelopori
disebut merekalah
kehidupan
yang
ekonomi
dan
lainnya
sulit
untuk
dijalankan. Hal tersebut sesuai
komersial di Pulau Bawean pada akhir
dengan pendapat Maunati (2004) yang
abad
menjelaskan
ke-19
dan
awal
abad
ke-20.
bahwa
penanda-penanda
Sementara itu penduduk Bawean asli
identitas budaya bisa berasal dari sebuah
lebih tertarik untuk merantau. Hal inilah
kekhasan yang diyakini ada pada agama,
yang
penduduk
bahasa, dan adat pada budaya yang
turut merasakan
bersangkutan. Namun demikian tumpang
mungkin
Bawean
asli
perubahan
penyebab
tidak struktur
di
tindih dapat terjadi di antara kelompok-
kepulauan Indonesia pada masa-masa itu.
kelompok etnis yang berbeda. Sementara
Sebaliknya, orang-orang Kemaslah yang
itu Kenneth Burke menjelaskan bahwa
memanfaatkan
tersebut.
untuk menentukan identitas budaya itu
Kemas pertama yang menetap di Bawean
sangat tergantung pada ‘bahasa’ (sebagai
tercatat pada tahun 1876. Salah satu
unsur nonmaterial), bagaimana represen-
Kemas
tasi bahasa menjelaskan sebuah kenya-
tertua
ekonomi
kesempatan
adalah
Kemas
Haji
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 174
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
taan atas semua identitas yang dirinci
mandiling, kercengan, dhungka, dikker,
kemudian dibandingkan.
korcak
Dengan mendasarkan pada pan-
dan
berjalannya
sebagainya. waktu
dan
Seiring gencarnya
dangan Koentjaraningrat dan Maunati
gempuran budaya luar (popular culture)
tersebut, kajian ini ingin menyoroti
lambat laun ragam seni budaya dan
tentang
budaya
tradisi masyarakat Bawean hampir hilang
Bawean dengan pendekatan ketiga unsur
atau luntur. Pak Nasir mengatakan bahwa
budaya tersebut yaitu tentang identitas
budaya Bawean itu unik, dan mirip
kontruksi
identitas
dengan
kesenian, bahasa, dan agama.
kebudayaan
di
daerah
lain,
seperti misalnya di Bawean ada kesenian Samman yang mirip di Aceh, tapi bukan Samman Aceh,” tuturnya. Beberapa tahun
Kesenian Masyarakat Bawean memiliki aneka ragam kesenian yang unik dan menarik, yang tak kalah menariknya
dengan
kebudayaan-kabudayaan lain yang ada di nusantara ini. Berhubung orang Bawean berasal dari beberapa wilayah kepulauan yang ada di nusantara, maka dapat dipahami bahwa kesenian yang ada di Bawean pun juga bukan murni kreasi asli Bawean. Meskipun demikian, menurut seorang informan (budayawan Bawean, Pak Nasir), kesenian yang sekarang ada itu sesungguhnya sudah lama ada di Bawean. Dilihat dari nama jenis kesenian yang ada menunjukkan bahwa kesenian tersebut memang seolah bukan asli Bawean,
namun
demikian
mereka
menganggap kesenian tersebut adalah milik
masyarakat
Bawean.
Berbagai
belakangan ini beberapa jenis kesenian mulai dibangkitkan dan dikembangkan kembali
dengan
penyesuaian
dan
modifikasi agar sesuai dengan tuntutan jaman dan selera generasi muda. Salah seorang budayawan Bawean, Pak Cuk Sugrito yang memiliki perhatian besar terhadap pelestarian dan pengembangan kesenian
tersebut.
Melalui
lembaga
pendidikan sekolah yang dipimpinnya siswa-siswa
sekolah
tersebut
mulai
belajar dan bahkan mulai mencintai berbagai
kesenian
Bawean.
Berbagai
kejuaraan bahkan telah dimenangkan pada berbagai even, mulai dari tingkat kabupaten hingga propinsi. Bahkan juga sering
tampil
tetangga,
di
terutama
beberapa Malaysia
negara dan
Singapura.
kesenian tersebut da antaranya samman,
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 175
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
Beberapa
jenis
kesenian
yang
pemain hingga 50 orang---laki-laki yang
sekarang cukup menonjol dan menjadi
terdiri
identitas
peruddat. Mengenai irama dan syair yang
Bawean
di
antaranya:
(1)
dari
penabuh,
Kercengan. Merupakan jenis hadrah
dilantunkan,
khas Bawean yang anggotanya laki-laki
kercengan,
namun
dan
instrumen
gendang.
perempuan.
Dalam
setiap
hampir
vokalis, sama
korcak
dan
dengan ditambahi
Mereka
menari
penampilan terdiri dari penabuh, vokalis,
sambil membawa rebana dan kerceng.
peruddat (penari) perempuan. Kesenian
Biasanya lagu yang dibawakan itu lagu-
ini dulu nyaris punah karena sudah
lagu berjanji atau lagu berjanji yang
sangat
diubah ke pop atau melayu, namun kalau
jarang
pemuda
yang
biasa
memainkan. Kemudian oleh Pak Cuk
untuk
Sugrito sebagai salah seorang budayawan
nyanyian yang syairnya berisi nasehat.
Bawean yang memiliki perhatian besar
(4) Samman. Nama tarian Samman ini
pada pelestarian kesenian tradisional
sama dengan samman di Aceh, tapi
Bawean diangkat kembali sebagai bagian
ternyatasamman Bawean amat berbeda
ekstrakurikuler pelajaran kesenian di
dengan samman Aceh. Kalau di Aceh
SMA dan MA tempat beliau mengabdi
biasanya pemainnya adalah anak muda
sehingga berkembang lagi hingga kini. (2)
(seringkali perempuan) sedangkan di
Dikker. Dikker adalah salah satu genre
bawean pemainnya orang tua laki-laki
musik tradisi Bawean yang menggunakan
(bapak-bapak) dengan pakaian serba
rebana. Rebana yang digunakan dikker
putih. Syairnya yang dinyanyikan berupa
berukuran
besar.
diperdengarkan
Syair
berasal
acara
perkawinan
digunakan
lagu
yang
acapella yang berisi zikir-zikir kepada
dari
kitab
Tuhan.
Saman
biasanya
ditampilkan
berzanji yang dilagukan dengan irama
dalam perayaan-perayaan keagamaan.
mendayu dan bertempo lambat. Uniknya,
(5) Mandiling. Mandiling adalah seni
dikker hanya ditampilkan sekali dalam
berbalas pantun khas Bawean yang
setahun pada peringatan Maulid Nabi
diiringi oleh instrument jidor, gong,
Muhammad saw.
accordion. Awalnya, pantun dinyanyikan
(3)
Korcak.
Korcak
mirip
dengan
sambil menari oleh pasangan laki-laki
Kercengan, hanya saja perbedaan yang
yang
paling
perempuan.
mencolok
adalah
personilnya.
Korcak ditampilkan dengan jumlahnya
salah
satunya Pada
berdandan
ala
perkembangannya,
mandiling ditampilkan oleh sepasang laki-laki
dan
perempuan.
Sementara
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 176
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
instrumen
accordion
diganti
dengan
keyboard. Jenis pantun yang ditampilkan
satu-satunya seni bedla diri tradisional Bawean yang dijadikan pertunjukan.
biasanya berisi nasihat, rayuan, hingga anekdot
yang
mengundang
tawa.
Mandiling biasanya ditampilkan dalam
Bahasa
upacara pengantin adat maupun pesta rakyat.
(6)
Dhungka
pun Bahasa Madura karena perkataan
merupakan seni pertunjukan musik yang
dasarnya berasal dari bahasa Madura.
menggunakan
(lesung
Karena itu, Bahasa Bawean memiliki
persegi
kemiripan
penumpuk
Dhungka.
Bahasa Bawean merupakan rum-
ronjhengan
padi
berbentuk
panjang) dan ghentong (alu) sebagai alat pukulnya.
Dhungka
dimainkan
oleh
Madura.
“….meskipun mirip, tapi adat dan budaya mereka sangat berbeda, sehingga orang Bawean tidak mau disamakan dengan orang Madura, begitu pula bahasanya”.
dan vokalis. Irama dhungka yang rancak menggambarkan suasana musim panen yang ditunggu-tunggu petani. Sementara merupakan
bahasa
Seorang informan mengatakan:
sekelompok perempuan sebagai pemukul
syairnya,
dengan
Ada yang mengatakan bahwa pada
pujian-pujian
awalnya diduga penduduk pulau Bawean
terhadap kebesaran Tuhan. Dhungka
berasal dari Madura. Hal ini dapat dilihat
biasanya ditampilkan dalam upacara
dari
penyambutan maupun pengantin adat.
sebagian besar penduduknya hampir
(7)
Pencak
mirip dengan bahasa Madura. Namun,
panganten merupakan seni bela diri khas
sejak kapan proses ini terjadi belum
Bawean yang biasanya ditampilkan pada
dapat dipastikan. Menurut cerita rakyat
upacara
Bawean, orang Madura masuk bersamaan
Pencak
Panganten.
pengantin
perayaan-perayaan
adat
maupun
bahasa
yang
digunakan
dan
dengan kedatangan agama Islam yang
nasional. Pencak panganten biasanya
dibawa Said Maulana Umar Mas’od,
dimainkan
yang
setelah sebelumnya mengalahkan Raja
pedang
Babi yang kafir dan ahli sihir. Meskipun
sebagai senjata adu ketangkasan dan
demikian, orang Bawean tidak mau
tangan
setiap
disebut orang Madura tetapi mereka
panganten
menamakan dirinya orang Bawean. Ada
oleh
berlawanan
keagaaman
gaya
dua
orang
menggunakan kosong.
penampilannya,
Dalam pencak
diiringi tabuhan musik, kendang, gong,
beberapa
kenong. Pencak panganten merupakan
kemukakan, antara lain orang Bawean
alasan
yang
mereka
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 177
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
bukan berasal dari keturunan campuran
yang serupa tapi tak sama meskipun
(Jawa, luar Jawa, dan Madura). Lalu
masing-masing
mereka menganggap orang Madura biasa
maksudnya. Bahasa Bawean juga bercam-
hidup kurang bersih dan tidak rapi.
pur aduk dengan kata-kata Melayu dan
dapat
memahami
Sebuah sumber menyebutkan bah-
Inggris serta bahasa Jawa. Hal ini karena
wa Bahasa Bawean ditengarai kreolisasi
orang Bawean banyak yang bekerja atau
dari bahasa madura karena kata-kata
bermigrasi ke Malaysia dan Singapura.
dasarnya banyak berasal dari bahasa
Bahasa Bawean memiliki ragam dialek
tersebut, namun karena telah terjadi
bahasa. Biasanya setiap kawasan atau
akulturasi budaya beberapa etnis di
kampung
nusantara sejak ratusan bahkan ribuan
sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek
tahun
Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit
yang
lalu
di
pulau
bawean
menyebabkan terbentuk bahasa pecahan yang
tidak
sama
dengan
perbedaan bahasa pada tiap dusun. kata-kata
dialek
bahasa
dan juga Dialek Diponggo.
induknya,
bahkan di pulau bawean yang kecil terjadi walaupun
mempunyai
dasarnya
sama
Agama Berbagai
sumber
masyarakat
menyebutkan
dengan bahasa madura, namun terjadi
bahwa
Bawean
secara
perbedaan jika dirangkai dalam bentuk
keseluruhan beragama Islam. Baik itu
kalimat yang dituturkan oleh penuturnya,
pada orang bawean yang ada di tempat
perbedaannnya karena dipengaruhi oleh
asal, yaitu yang ada di pulau Bawean
unsur
atau
tambahan
kata
sendiri maupun orang Bawean yang ada
depan,
maupun
kata
di perantauan. Sehingga dapat dikatakan
penghubung akhir, tentunya dengan logat
bahwa Bawean identik dengan Islam.
daerah yang khas.
Camat Sangkapura, sebagai informan
suffix
penghubung
Di Malaysia dan Singapura, bahasa Bawean
dikenal
sebagai
Boyanese.
Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan Perbedaan
penutur kedua
bahasa bahasa
Madura. dapat
diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia,
mengatakan: “…dari dua kecamatan di pulau Bawean, yaitu Tambak dan Sangkapura, saat ini hanya ada satu keluarga yang beragama non muslim, yang bertempat tinggal di kota Sangkapura, tentu dia adalah pendatang”.
Cerita tentang sejak kapan proses menjadi Islam ini terjadi belum dapat
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 178
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
dipastikan.
Menurut
rakyat
terdapat di desa Sidogedong Batu. Kini
Bawean, orang Madura masuk bersamaan
mereka adalah pemeluk agama Islam,
dengan kedatangan agama Islam yang
yang diperkirakan setidak-tidaknya sejak
dibawa Said Maulana Umar Mas’ud,
sekitar tahun 1601. Pengalaman agama
setelah sebelumnya mengalahkan Raja
terbilang cukup kuat yang terlihat dari
Babi yang kafir dan ahli sihir. Beberapa
banyaknya tempat-tempat ibadah, seperti
informan mengatakan bahwa penyebaran
masjid, langgar dan madrasah. Anak-anak
Agama Islam di Bawean terjadi pada awal
laki-laki yang berusia enam atau tujuan
abad ke-16 yang dibawa oleh Maulana
tahun mendapat pelajaran Agama atau
Umar
orang
mengaji di langgar. Anak perempuan
Bawean, Maulana Umar Mas’ud merupa-
mendapat pelajaran mengaji dan me-
kan tokoh yang sangat dihormati dan
nginap di rumah kiyai perempuan. Para
dipandang sangat berjasa. Karena itu,
kiyai cukup dihormati dalam masyarakat
hingga saat ini, Makam beliau merupakan
Bawean. Lembaga-lembaga pendidikan
tujuan peziarah lokal maupun dari luar
yang diselenggarakan atau dikelola oleh
Bawean. Makamnya terletak di wilayah
Yayasan Islam tumbuh subur di Bawean,
Sangkapura di pantai selatan pulau
mulai dari tingkat dasar hingga sekolah
tersebut. Selain itu, nama Umar Mas’ud
pendidikan lanjutan bahkan perguruan
juga
satu
tinggi. Untuk sekolah tingkat SLTP dan
yayasan pendidikan di Bawean. Selain itu
SLTA jumlah sekolah yang diseleng-
selain itu juga terdapat ulama wanita di
garakan Yayasan Islam jumlahnya jauh
pantai utara, tepatnya di desa Diponggo
lebih banyak dibanding sekolah negeri.
terletak
Ia
Demikian juga dengan pondok-pondok
merupakan penyebar agama Islam di
pesantren, jumlahnya cukup banyak di
Diponggo,
namanya
Bawean. Keberadaan lembaga-lembaga
Makamnya
amat
Mas'ud.
Sehingga
diabadikan
di
cerita
atas
sebagai
bagi
salah
dataran
tinggi.
Waliyah terkenal
Zainab. sehingga
pendidikan
keagamaan
itu
semakin
banyak orang melakukan ziarah ke
menguatkan kesan adanya konstruksi
makam Waliyah Zaenab, bahkan banyak
identitas budaya Bawean yang basis
peziarah dari luar Bawean.
keagamaan cukup kuat.
Pada awalnya orang Bawean ini menganut kepercayaan yang animistis. Kemudian masuk pengaruh Hindu dan Buddha sesuai dengan peninggalan yang BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 179
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
Perilaku Bermigrasi dan Identitas Budaya Masyarakat Bawean dikenal sebagai
Oleh karena itu pada fase-fase awal ini umumnya yang berangkat adalah lakilaki. Sebagai daerah tujuan, Singapura
perantau sejak jaman dahulu. Orang Bawean umumnya mengatakan bahwa
dan
perilaku
sudah
terbanyak. Di daerah tujuan, migran asal
berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Bawean dikenal dengan nama “Orang
Berdasarkan wawancara dengan bebe-
Boyan”. Kartono (2001) mengatakan
rapa informan, memang tidak diperoleh
bahwa sebutan orang Bawean tidak
penjelasan
begitu populer di kalangan masyarakat
bermigrasi
pasti
tersebut
tahun
berapa
dan
Malaysia
menempati
bagaimana awal mula orang Bawean
Malaysia,
mulai melangkah bermigrasi. Realita yang
dikenali, walaupun mereka sangat dekat
terlihat saat ini perilaku bermigrasi atau
dengan dengan orang Boyan. Tidak ada
merantau telah menjadi tradisi Orang
sejarah tertulis yang menyebutkan asal
Bawean. Beberapa informan menceri-
usul sebutan Boyan itu. Namun, menurut
takan bahwa awal mula perantauan orang
salah satu laporan penelitian, sebutan itu
Bawean mengarah pada daerah tujuan
muncul karena salah ucap terutama orang
Singapura
Gambaran
Eropa dan Cina yang mempekerjakan
tentang sejarah dan awal mula migrasi
mereka di Singapura dan Malaysia. Konon
Orang Bawean pernah ditelusuri oleh
sebutan orang Boyan juga berlaku bagi
Vredenbreg (1990). Menurut Vredenberg,
orang Bawean yang tinggal di Australia,
sejarah migrasi orang Bawean dimulai
Hongkong dan bahkan Afrika. Proses
pada abad ke-19 dengan menggunakan
migrasi atau perantauan berlanjut terus
perahu-perahu layar yang menempuh
hingga saat ini. Namun tujuan perantauan
waktu beberapa minggu atau bulan untuk
tidak lagi terbatas ke tujuan Singapura
sampai negara tujuan. Masa awal peran-
dan Malaysia tetapi juga ke tempat-
tauan tersebut adalah masa-masa sulit,
tempat lain seperti Brunai Darusalam dan
selain faktor ekonomi, juga daya tahan
juga kota-kota besar lainnya di Jawa
fisik dan kemampuan bela diri menjadi
seperti Jakarta, Surabaya, Solo, Semarang.
syarat untuk merantau. Kesulitan fisik ini
Bagaimana pula pengaruh migrasi
dan
menyebabkan terutama
Malaysia.
tidak
perempuan
banyak ikut
seringkali
mereka
jumlah
tidak
orang,
yang telah dilakukan orang Bawean sejak
merantau.
ratusan tahun lalu terhadap identitas
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 180
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
budaya mereka. Konstruksi identitas
Faktor
merupakan
sosial
mengakibatkan jumlah perantau Bawean
budaya dalam interaksi sosial masyarakat
amat besar, khususnya di Singapura dan
multietnik yang berjalan secara alamiah.
Malaysia. Beberapa Informan mengatakan
Perubahan identitas merupakan wujud
bahwa hampir tidak pernah terjadi
kedinamisan
perselisihan atau konflik yang serius dan
proses
perubahan
budaya,
karena
pada
itulah
antara
berpenjangan
yang
dengan orang dari etnis lain, baik
melainkan
mengalami
perubahan secara evolusioner (Nursyam
penduduk
asli
2011). Dikatakan oleh Ramstedt (2011)
pendatang.
orang
yang
prinsipnya kebudayaan bukanlah suatu statis,
antara
lain
maupun
Bawean sesama
bahwa identitas bukanlah sesuatu yang
Dalam identitas pada tiga unsur
permanen, tetap dan tidak bisa berubah.
budaya sebagaimana disebutkan di atas,
Identitas menjadi hal yang terbuka untuk
dalam konteks perilaku bermigrasi tentu
ditafsirkan
dan
juga mengalami proses dinamika. Ada
sosial.
proses adaptasi yang berlangsung di sana.
dipahami
Dalam kesenian, berbagai kesenian yang
kembali,
dimanfaatkan Konstruksi sebagai
dalam
identitas
perubahan
diubah proses etnis
identitas
yang
disebutkan di atas nampaknya memang
mengakibatkan perubahan sosial dan
tidak dikembangkan di tempat peran-
budaya komunitas tertentu. Identitas-
tauan. Karena di tempat perantauan
identitas itu bisa dirubah dan dibangun
tujuan utama mereka adalah mencari
dalam dinamika dan interaksi sosial
nafkah dan sebagian hasilnya dibawa
masyarakat (Rozi, 2013).
kembali ke daerah asal, yakni Bawean.
Ketika orang Bawean berinteraksi
Namun
demikian,
dalam
beberapa
dengan masyarakat dari etnis lain, di situ
kesempatan, berbagai kesenian Bawean
akan terjadi proses dinamis. Termasuk di
tersebut
dalamnya
identitas
Singapura maupun Malaysia. Pak Cuk
budaya Bawean. Sebenarnya perubahan
Sugrito, sebagai tokoh utama pengem-
yang terjadi tidak hanya identitas budaya
bang kesenian Bawean mengatakan:
adalah
dinamika
Bawean yang ada di perantauan, melainkan juga terjadi di pulau Bawean sendiri. Secara umum, masyarakat Bawean memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi.
sering
diminta
tampil
di
“….kami juga sering diminta pentas di tempat lain, di Gresik, Surabaya, Jakarta, bahkan juga sering diminta oleh para perantau yang sukses di Singapura maupun Malaysia untuk tampil di sana”.
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 181
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
masjid dan bertebaran di seluruh pelosok Sementara
itu dalam hal bahasa,
wilayah
Bawean,
dengan
kondisi
bahasa Bawean yang oleh masyarakat
bangunan yang secara umum sangat
setempat, baik di Singapura maupun
bagus, bahkan lebih bagus dari bangunan
Malaysia disebut dengan istilah “Boyan”
rumah-rumah penduduk setempat, untuk
tetap
biaya pembangunannya sebagian besar
digunakan
pengantar
di
sebagai
antara
bahasa
sesama
orang
berasal dari sumbangan para perantau.
Bawean. Sebuah sumber menyebutkan, di beberapa
wilayah
kantong
Bawean,
bahkan masyarakat etnis lain dapat berbahasa Bawean atau paling tidak
Simpulan Penelitian
tentang
konstruksi
mengerti bahasa Bawean. Mereka juga
identitas budaya masyarakat Bawean.
dapat membedakan antara orang Bawean
Pulau Bawean merupakan sebuah pulau
dengan orang Madura, meskipun ada
kecil di tengah laut Jawa
kemiripan
konteks
rahnya sejak jaman dahulu merupakan
adaptasi, orang Bawean di perantauan
tempat persinggahan orang yang sedang
tentu saja juga mengadaptasikan diri
melakukan perjalanan dari berbagai ju-
dengan bahasa setempat. Jadi meskipun
rusan. Dalam perkembangannya kemu-
mereka masih mempertahankan bahasa
dian, pulau Bawean saat ini dihuni oleh
“ibu” mereka, tetapi juga menggunakan
orang dari berbagai suku bangsa.
bahasa.
Dalam
bahasa masyarakat setempat.
dalam seja-
Beberapa suku bangsa dalam per-
Demikian juga dalam agama atau
kembangannya kemudian tinggal ber-
keyakinan, bahwa orang Bawean amat
sama di Pulau Bawean, di antaranya
kuat
mereka
memegang
teguh
agama
yang
berasal dari Jawa, Kalimantan,
diyakininya. Cerita dari seorang informan
Sulawesi, Sumatera dan Madura dan
yang lama merantau di Malaysia, hingga
membaur dalam budaya dan bahasa
saat ini belum pernah mendengar ada
Bawean. Mayoritas penduduk Bawean
orang Bawean yang beralih keyakinan
adalah Suku bangsa Bawean, diikuti oleh
atau
perantauan
Suku bangsa Jawa, Madura dan suku-suku
mereka juga belajar mengaji, terutama
bangsa lain misalnya Bugis, Mandar,
untuk anak-anak mereka yang membawa
Mandailing dan Palembang. Penduduk
keluarga ke perantauan. Di sisi lain,
Bawean
agama.
Di
tempat
kebanyakan
memiliki
mata
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 182
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
pencaharian sebagai nelayan atau petani
berbeda
selain juga menjadi TKI di Malaysia dan
aslinya. Demikian juga dengan unsur
Singapura.
budaya bahasa. Ada kemiripan dengan
Berdasarkan temuan di lapangan,
atau
berubah
dari
bentuk
bahasa Madura, karena kosa katanya ada
suatu
banyak kesamaan, tetapi dalam proses
bisa
perjalanan waktu juga ada kekhasan
dikonstruksi secara alamiah dalam proses
bahasa Bawean. Sementara itu dalam hal
interaksi sosial masyarakat multietnik.
agama dan kepercayaan, orang Bawean
identitas
budaya
konsep
yang
merupakan
berubah
dan
Orang Bawean dengan sejarah panjang
juga memiliki sejarah panjang. Pada
yang memiliki latar etnik dan budaya
awalnya orang Bawean ini menganut
yang beragam telah berproses. Dengan
kepercayaan yang animistis. Kemudian
kondisi semacam itu, memiliki latar
masuk pengaruh Hindu dan Buddha
budaya yang beragam dan dalam proses
sesuai dengan peninggalan yang terdapat
perkembangan dan perjalanan sejarah.
di desa Sidogedong Batu. Kini mereka
Karena itu konstruksi identitas budaya
adalah pemeluk agama Islam, bahkan
tersebut
secara
merupakan
dibangun
identitas
berdasarkan
yang
pengalaman
keseluruhan
beragama Islam.
orang
Bawean
Pengalaman agama
sejarah masa lalu dan masa kini. Namun
terbilang cukup kuat yang terlihat dari
demikian, secara spesifik ada beberapa
banyaknya tempat-tempat ibadah, seperti
identitas budaya yang cukup menonjol
masjid, langgar serta lembaga-lembaga
yang ditekankan dalam tulisan ini, yakni
pendidikan keagamaan.
identitas budaya kesenian, bahasa dan agama. Ketiga unsur budaya tersebut masing-masing
memperlihatkan
karakteristik yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Dalam hal budaya berkesenian, terlihat kekhasan identitas budaya Bawean yang dominan mendapat pengaruh dari budaya
Melayu
dalam
konteks
kemudian sejarah
berproses
dan
waktu
akhirnya menjadi khas Bawean yang
Daftar Pustaka Barker, Chris (2005)Cultural Studies: Teori dan Praktek . Yogyakarta: Kreasi Wacana. Geertz, Hildred (1981) Aneka Budaya dan komunitas Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hall, Struart (et.al)(1990) Cultural Identity and Diaspora, in J Rutherford, Idenity: Community, Culture BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 183
Tri Joko Sri Haryono “ Konstruksi Identitas Budaya Bawean”, hal. 166-184
and Difference. London: Lawrence & Wishart Hasanuddin (2009) “Wacana identitas Etnik Masyarakat Minangkabau di Bali”, Disertasi Program Doktor Ilmu Budaya. Denpasar: Perpustakaan Pusat Universitas Udayana Bali. Kartono, Drajat Tri (2001) “Masyarakat Bawean: Adaptasi Lembaga Sosial Ekonomi terhadap Migrasi Manca Negara”. Disertasi. Jakarta. Program Studi Sosiologi Universitas Indonesia.
Rozi, Syafwan (2013) “Konstruksi Identitas Agama dan Budaya Etnis Minangkabau di Daerah Perbatasan”. Jurnal Masyarakat Indonesia, Volume 39, No. 1, Juni 2013 Tilaar, H A R (2007) Mengindonesia: Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta : Rineka cipta. Vredenbergt, Jacob (1990) Bawean dan Islam. Jakarta. INSIS.
Koentjaraningrat (1982) Lima Masalah Integrasi Nasional , dalam Masalah-masalah Pembangunan Bunga Rampai Antropologi Terapan, Koentjaraningrat (ed.) Jakarta. LP3ES. Koentjaraningrat (1993) Masalah Kesukubangsaan dan In tegrasi Nasional. Jakarta. UI Press. Liliweri, Alo(2004) Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Maunati, Yekti(2006) Identitas Dayak. Yogyakarta: LKIS. Nursyam(2009) Mazhab-mazhab Antropologi. Yogyakarta: LKIS. Ramstedt, Martin (et.al) (2011) Kegalauan Identitas: Agama, Etnisitas dan Kewarganegaraan pada Masa Pasca Orde Baru. Jakarta: Grasindo.
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 184