KOMPOSISI VEGETASI DAN POTENSI TUMBUHAN OBAT DI HUTAN KERANGAS KABUPATEN BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DINA OKTAVIA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN DINA OKTAVIA. Komposisi Vegetasi dan Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan IWAN HILWAN Hutan kerangas di Belitung Timur diduga mempunyai keanekaragaman spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Namun informasi tentang hal tersebut belum banyak diungkapkan. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang komposisi vegetasi dan potensi tumbuhan di hutan kerangas yang bermanfaat sebagai bahan obat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011. Lokasi pengambilan data yaitu di hutan kerangas primer (Rimba), hutan kerangas sekunder (Bebak) dan hutan kerangas khusus (Padang). Jenis data yang diambil meliputi spesies tumbuhan (nama lokal dan nama ilmiah), spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat dan bagian tumbuhan obat yang digunakan. Metode pengambilan data yang digunakan adalah analisis vegetasi dan wawancara. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi jalur dan garis berpetak. Jumlah jalur di setiap tipe hutan kerangas sebanyak 10 jalur dengan ukuran jalur 10 m × 100 m dan jarak antar jalur adalah 50 m. Hasil penelitian diperoleh 224 spesies tumbuhan di hutan kerangas yang didapat dari berbagai habitus dan tingkat pertumbuhan. Spesies dengan nilai penting tertinggi tingkat semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan adalah samak (Syzygium lepidocarpa) sebesar 20,2% di Rimba, pulas (Guioa pleuropteris) sebesar 12,57% di Bebak dan kucai padang (Fimbristylis sp.) sebesar 51,14% di Padang. Spesies dengan nilai penting tertinggi tingkat pancang adalah betor belulang (Calophyllum lanigerum) sebesar 17,27% di Rimba, kiras (Garcinia hombroniana) sebesar 21,50% di Bebak dan sekuncong (Leptospermum flavescens) sebesar 88,46% di Padang. Spesies dengan nilai penting tertinggi tingkat pohon adalah seru (Schima wallichii) sebesar 53,36% di Rimba, seru (Schima wallichii) sebesar 103% di Bebak dan sekuncong (Leptospermum flavescens) sebesar 180,2% di Padang Jumlah spesies tumbuhan obat yang teridentifikasi berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal sebanyak 101 spesies. Famili tumbuhan yang anggotanya paling banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah Myrtaceae. Habitus tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah pohon. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah akar. Kelompok penyakit yang paling banyak disembuhkan dengan pemanfaatan tumbuhan obat adalah kelompok penyakit sistem ketahanan tubuh (demam, panas dalam dan masuk angin). Komposisi vegetasi di hutan kerangas berpotensi sebagai cadangan plasma nutfah tumbuhan obat indonesia. Konservasi sumberdaya hutan kerangas dapat mendukung kelestarian spesies tumbuhan dan manfaat bagi masyarakat sekitar hutan.
Kata kunci:
Hutan kerangas, vegetasi, tumbuhan obat, keanekaragaman spesies.
SUMMARY DINA OKTAVIA. The Composition of Vegetation and The Potential Medicinal Plants in Heath Forest East Belitung Regency Province of BangkaBelitung. Under Supervision of AGUS HIKMAT and IWAN HILWAN Heath forest on East Belitung is thought to have a diversity of plant species that can be used for medications. However, the information about it has not been revealed yet. Therefore, research about composition of vegetation and potential medicinal plants in the heath forest is necessary. This research was conducted in the primay heath forest (Rimba), secondary heath forest (Bebak) and particular heath forest (Padang) at East Belitung on July to Agustus 2011. The collected data includes species of plants (local name and scientific name), species of plants used medicine and part of plants that is used for medicine. Methods that is used to collect the data is the analysis of vegetation and interview method. Analysis vegetation was done by using combination of line and compartment method. The number of lines in each forest type are 10 with each line size is 10 m × 100 m and the distance between the lines is 50 m. The research results 224 species of plants in the heath forest obtained from different habitus and growth rates. Species with the highest value of importance on seedling, bush/shrub, herbaceous, liana, rattan and pandan is the samak (Syzygium lepidocarpa) amounted to 20.2% in the primary heath forest, pulas (Guioa pleuropteris) amounted to 12.57% in the secondary heath forest and kucai padang (Fimbristylis sp.) amounted to 51.14% in the particular heath forest. Species with the highest value of important on sapling is betor belulang (Calophyllum lanigerum) amounted to 17.27% in the primary heath forest, kiras (Garcinia hombroniana) amounted to 21.50% in the secondary heath forest and sekuncong (Leptospermum flavescens) amounted to 88.46% in the particular heath forest. Species with the highest value of important on tree is seru (Schima wallichii) amounted to 53.36% in primary heath forest, seru (Schima wallichii) amounted to 103% in secondary heath forest and sekuncong (Leptospermum flavescens) amounted to 180.2% in the particular heath forest. The number of medicinal plant species are identified based on knowledge of local communities as much as 101 species. Plant family which were most widely utilized is Myrtaceae. Tree is the most common habitus of medicinal plant to be used. The part of plants which is widely used is root and the most numerous group of diseases cured with medicinal plant is diseases of body resilience system (fever). Composition of vegetation in heath forest is potential as a germ plasm reserve of medicinal plants in Indonesia. Heath forest resources conservation can support sustainability of species and benefits to community around the forest.
Keywords: Heath forest, vegetation, medicinal plants, species diversity.
KOMPOSISI VEGETASI DAN POTENSI TUMBUHAN OBAT DI HUTAN KERANGAS KABUPATEN BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DINA OKTAVIA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Vegetasi dan Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
Juni 2012
Dina Oktavia E34080092
Judul Skripsi
: Komposisi Vegetasi dan Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Nama
: Dina Oktavia
NIM
: E34080092
Menyetujui: Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F
Ir. Iwan Hilwan, MS
NIP 19620918 198903 1 002
NIP 19600204 198601 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 19580915 198403 1 003
Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011 ini adalah hutan kerangas, dengan judul Komposisi Vegetasi dan Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F dan Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS selaku pembimbing. Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Belitung Timur selaku Donatur Utama perkuliahan penulis di IPB. Hasil penelitian ini akan penulis dedikasikan untuk kemajuan pengelolaan sumberdaya hutan dan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Belitung Timur. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Juni 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manggar, Belitung Timur pada tanggal 15 Maret 1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Rahmat Kurniawan dan Emma Kusjana. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu SDN 1 Manggar (2002), SMPN 1 Manggar (2005) dan pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Manggar. Pada tahun yang sama, penulis memperoleh Beasiswa Utusan Daerah dari Pemerintah Kabupaten Belitung Timur untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan memilih jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis juga mengikuti sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF) Himpunan Mahasiswa Konservasi (HIMAKOVA) tahun 2009-2010, anggota Kajian dan Strategi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan tahun 2009-2010, pengurus Departemen Environment Dewan Keluarga Mushola (DKM) Ibaadurrahman, panitia Gebyar HIMAKOVA tahun 2010 dan pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Bogor tahun 2010-2011. Pada tahun 2010 penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Cilacap – Baturaden. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penulis juga sudah melaksanakan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Kelimutu Nusa Tenggara Timur. Skripsi yang bejudul “Komposisi Vegetasi dan Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” diselesaikan oleh penulis selama 1 tahun dibimbing oleh Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F dan Ir. Iwan Hilwan, MS.
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas curahan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Ayahku Rahmat Kurniawan dan ibuku Emma Kusjana yang selalu menjadi penyemangat dalam kehidupanku, sosok pekerja keras yang selalu berdoa untuk keberhasilanku. 2. Pemerintah Kabupaten Belitung Timur yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi salah satu penerima Beasiswa Utusan Daerah Belitung Timur. 3. Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F dan Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS selaku pembimbing skripsi, atas kesediaan membimbing, memberikan ilmu dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc selaku dosen penguji sidang komprehensif dan Ibu Resti Meilani, S.Hut, M.Si selaku ketua sidang komprehensif atas masukan dan dukungannya. 5. Bapak Ali Imron selaku Kadin Pendidikan Belitung Timur, Bapak Sarjono yang saat ini sebagai Kadin Lingkungan Hidup Belitung Timur, Bapak Hartoyo yang saat ini sebagai Kepala Badan Kepegawaian Daerah Belitung Timur, Bapak Khaidir Luthfi selaku Kadin Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Belitung Timur dan Bapak Hendani selaku Kabid Kehutanan serta rekan-rekan lainnya di Pemkab Belitung Timur yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu atas dukungannya. 6. Kakakku Dini Kurniati dan semua anggota keluarga besar ayah dan ibu lainnya atas motivasi dan doa yang selalu menyertaiku. 7. Teman karibku Santi Dwi Pratiwi, ST yang menjadi semangat agar aku memberikan yang terbaik untuk keluargaku dan selalu mendoakanku. 8. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai Fakultas Kehutanan, khususnya Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah mengajar, mendidikku, dan membantuku selama berkuliah di IPB. 9. Bapak Yulian Fakhrurrazi, Bapak Ismail Rachman dan Bapak Kissinger atas segala bantuan yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini.
10. Pak Muhammad sekeluarga atas doa dan nasehat-nasehat yang diberikan. 11. Siti Munawaroh (Muum) teman seperjuangan saat penelitian dan orang-orang yang telah meluangkan waktu serta tenaga untuk menemani saya dan Muum di lapangan Pak Sairin, Pak Hamidi, Pak Rahiman, Pak Rahman, Mak Mah, Busu Ii serta seluruh responden yang telah berbagi data dan informasi kepada saya. 12. Seluruh guruku di SDN 1 Manggar (1998 – 2002), SMPN 1 Manggar (2002 – 2005) dan SMAN 1 Manggar (2005 – 2008) atas pengajaran dan didikan yang telah diberikan kepada saya. 13. Keluarga Wisma “Marhamah” Kak Caca, Kak Dini, Kak Nia, Kak Ayes, Kak Dya, Kak Fitri, Kak Mila, Kak Isti, Kak Danis dan Kak Karimah atas semangat yang diberikan. 14. Rei, Rizka, Septi, Ajeng, Fitri, Hani, Adit, Tantri, Erlinda, Ayu W, Hapriza, Uun, Tiara, Lela, Ana, Indira, Dwi, Febiola, Ike, Eko, Kuspri, Davi, Ina, Qory, Dina Azwar, Waode, Via, Siti, Fella, Uut dan Trisna (Almh) atas kebersamaan dan dukungan yang telah kalian berikan. 15. Rekan-rekan lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan doanya.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...........................................................................
1
1.2 Tujuan ........................................................................................
2
1.3 Manfaat ......................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Kerangas .........................................................................
3
2.2 Tanah Hutan Kerangas ..............................................................
3
2.3 Vegetasi Hutan Kerangas ..........................................................
5
2.4 Perlindungan Hutan Kerangas ...................................................
6
2.5 Tumbuhan Obat .........................................................................
7
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian .....................................................
8
3.2 Bahan dan Alat ..........................................................................
8
3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ...................................................
9
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................
9
3.4.1 Data primer ......................................................................
9
3.4.2 Data sekunder ..................................................................
11
3.5 Analisis Data .............................................................................
11
3.5.1 Komposisi vegetasi ..........................................................
11
3.5.2 Indeks keanekaragaman spesies ......................................
12
3.5.3 Indeks kekayaan spesies ..................................................
12
3.5.4 Indeks kemerataan spesies ...............................................
13
3.5.5 Indeks kesamaan komunitas ............................................
13
3.5.6 Karakteristik responden ...................................................
13
3.5.7 Keanekaragaman tumbuhan obat ....................................
13
3.5.7.1 Persen famili tumbuhan obat...............................
14
ii
3.5.7.2 Persen habitus tumbuhan obat.............................
14
3.5.7.3 Persen bagian yang digunakan ............................
14
3.5.7.4 Klasifikasi tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit..............................................
14
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB V
4.1 Letak dan Luas ..........................................................................
16
4.2 Kondisi Fisik .............................................................................
16
4.2.1 Topografi .........................................................................
16
4.2.2 Kondisi geologi ...............................................................
17
4.2.3 Iklim ...............................................................................
18
4.3 Kondisi Biologi .........................................................................
18
4.3.1 Flora ...............................................................................
18
4.3.2 Fauna ...............................................................................
18
4.4 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar...............................
19
4.4.1 Jumlah penduduk .............................................................
19
4.4.2 Tingkat pendidikan ..........................................................
19
4.4.3 Mata pencaharian.............................................................
19
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Vegetasi ...................................................................
20
5.1.1 Komposisi semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan .............................................................................
22
5.1.2 Komposisi pancang .........................................................
26
5.1.3 Komposisi pohon .............................................................
29
5.1.4 Keanekaragaman spesies tumbuhan (H’) ........................
33
5.1.5 Kekayaan spesies tumbuhan (R) .....................................
34
5.1.6 Kemerataan spesies tumbuhan (E) ..................................
35
5.1.7 Kesamaan komunitas tumbuhan (IS)...............................
36
5.1.8 Status konservasi .............................................................
36
5.2 Keanekaragaman Tumbuhan Obat ............................................
37
5.2.1 Karakteristik responden ...................................................
37
5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan famili......
40
5.2.3 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus....
42
iii
5.2.4 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan ...............................................................
43
5.2.5 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan jenis penyakit ...........................................................................
44
5.2.6 Pemanfaatan tumbuhan obat............................................
46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................
47
6.2 Saran .........................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
48
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
52
iv
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Deskripsi podsol dari Pulau Bangka ..........................................................
4
2. Kelompok fisiologi manusia dan jenis penyakit ........................................
14
3. Klasifikasi bentang alam Kabupaten Belitung Timur ................................
17
4. Unit SKL kesuburan tanah Belitung Timur ...............................................
17
5. Indeks nilai penting semai, semak/ perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba .....................................................................................................
22
6. Indeks nilai penting semai, semak/ perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak .....................................................................................................
23
7. Indeks nilai penting semai, semak/ perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Padang ....................................................................................................
23
8. Indeks nilai penting pancang di Rimba ......................................................
27
9. Indeks nilai penting pancang di Bebak ......................................................
28
10. Indeks nilai penting pancang di Padang .....................................................
29
11. Indeks nilai penting pohon di Rimba .........................................................
30
12. Indeks nilai penting pohon di Bebak ..........................................................
31
13. Status konservasi spesies yang diperoleh ...................................................
36
v
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Lokasi penelitian ........................................................................................
8
2. Desain petak-petak contoh di lapangan......................................................
10
3. Jumlah spesies di tiga tipe ekosistem hutan kerangas ................................
20
4. Plot ditemukannya spesies tumbuhan terbanyak........................................
23
5. Drosera burmanii yang sudah berbunga (a), Nepenthes gracilis yang tumbuh berkelompok di Padang (b) ...........................................................
24
6. Drosera burmanii yang tumbuh berkelompok di Padang ..........................
25
7. Ekosistem padang.......................................................................................
26
8. Buah sekudong pelandok (a), buah kedindiman (b)...................................
26
9. Pelawan kiring (a), kondisi rimba yang didominasi pancang ....................
27
10. Hutan kerangas sekunder (Bebak) yang relatif terbuka .............................
29
11. Sebaran pohon di Rimba yang jarang ........................................................
30
12. Bunga seru (Schima wallichiii) ..................................................................
31
13. Kondisi batang pohon sekuncong (Leptospermum falvescens) yang keras dan kering ...................................................................................................
32
14. Indeks keanekaragaman spesies tumbuhan di hutan kerangas ...................
33
15. Indeks kekayaan spesies tumbuhan di hutan kerangas ..............................
35
16. Indeks kemerataan spesies tumbuhan di hutan kerangas ...........................
35
17. Nilai kesamaan komunitas tumbuhan ........................................................
36
18. Persentase usia responden ..........................................................................
38
19. Persentase pekerjaan responden .................................................................
39
20. Persentase pendidikan terakhir responden .................................................
39
21. Jumlah tumbuhan obat berdasarkan enam famili tertinggi ........................
40
22. Keremuntingan di lahan bekas tambang timah ..........................................
41
23. Peresentase tumbuhan obat berdasarkan habitus .......................................
42
24. Beberapa spesies tumbuhan obat: (a) Butun (Cratoxylon formosum), (b) Akar banar (Smilax barbata)......................................................................
43
25. Persentase tumbuhan obat berdasarkan bagian yang dimanfaatkan ..........
43
26. Jumlah tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit ...........................
45
27. Simplisia akar kayu bau (Artabotrys suaveolens) yang siap dijual............
46
vi
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. Data keanekaragaman spesies tumbuhan di hutan kerangas Belitung Timur .........................................................................................................
53
2. Rekapitulasi jumlah anggota famili tumbuhan di hutan kerangas Belitung Timur ...........................................................................................
63
3. Indeks nilai penting semai, semak/ perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba .....................................................................................................
64
4. Indeks nilai penting semai, semak/ perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak .....................................................................................................
69
5. Indeks nilai penting semai, semak/ perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Padang ....................................................................................................
74
6. Indeks nilai penting pancang di Rimba ......................................................
76
7. Indeks nilai penting pancang di Bebak ......................................................
80
8. Indeks nilai penting pancang di Padang .....................................................
84
9. Indeks nilai penting pohon di Rimba .........................................................
85
10. Indeks nilai penting pohon di Bebak ..........................................................
89
11. Indeks nilai penting pohon di Padang ........................................................
90
12. Daftar data karakteristik responden ...........................................................
91
13. Potensi tumbuhan obat di hutan kerangas Belitung Timur ........................
92
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hutan kerangas merupakan salah satu tipe ekosistem di Indonesia yang dilindungi karena kekhasan ekosistem dan fungsi ekologisnya. Hutan kerangas yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah podsol, tanah pasir kuarsa, miskin hara dan pH rendah (Whitmore 1984). Hal ini menyebabkan hutan kerangas rentan terhadap gangguan (Hilwan 1996 diacu dalam Onrizal et al. 2005). Hutan kerangas juga kurang mendapat perhatian serius dalam pelestarian komponen ekosistem karena kondisi fisik yang memberi kesan tidak produktif pada hutan kerangas. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki hutan kerangas adalah Pulau Belitung. Spesies tumbuhan yang tercatat di Pulau Belitung hanya 174 spesies (Dinperhut 2009). Secara perlahan tutupan hutan yang ada di Belitung semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh semakin berkembangnya perkebunan karet dan kelapa sawit, penambangan timah dan pasir kuarsa, illegal logging, serta pembangunan daerah. Khususnya di Kabupaten Belitung Timur yang merupakan kabupaten pemekaran sejak tahun 2003. Lantai hutan kerangas yang kering memengaruhi spesies tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Menurut Zuhud (2009), setiap individu dari populasi tumbuhan yang tumbuh secara alami di masing-masing tipe ekosistem hutan merupakan suatu unit terkecil dari pabrik alami yang melakukan proses metabolis sekunder yang menghasilkan beranekaragam bahan bioaktif yang khas dan berpotensi sebagai obat. Dewasa ini, kecenderungan penggunaan obat herbal semakin meningkat. Namun hal tersebut belum diimbangi dengan kesadaran akan potensi tumbuhan obat lokal yang ada. Penggalian pengetahuan lokal terkait khasiat tumbuhan di hutan kerangas sebagai obat-obatan perlu dilakukan sebagai dasar pengelolaan dan pemanfaatan tumbuhan secara lestari. Sumberdaya alam yang ada saat ini merupakan modal potensial bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Modal
2
potensial tidak akan bermanfaat secara optimum apabila tidak dikelola dengan baik (Soenjoto 2007). Salah satu contoh masyarakat yang masih memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan tradisional adalah masyarakat Melayu Belitung. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Melayu Belitung sudah dilakukan secara turun temurun. Pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan salah satunya, yaitu pembuatan ramuan tradisional untuk wanita setelah melahirkan, sekurangnya membutuhkan 44 spesies tumbuhan obat (Fakhrurrazi 2001). Maraknya pengembangan sektor perkebunan, penambangan, pariwisata, pertanian, perikanan, pertambangan dan jasa publik lainnya diharapkan tidak mengesampingkan sektor kehutanan sebagai penyangga ekosistem. Kenyataan ini menuntut upaya keras pengelolaan hutan kolaboratif dan tersistem untuk menyelamatkan sumberdaya hutan yang masih tersisa (Nurrochmat et al. 2009). Sebelum kehilangan kekayaan alam di hutan kerangas dan kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam, maka penting dilakukan penelitian terkait komposisi vegetasi dan potensi tumbuhan obat. Masyarakat sudah semestinya diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan potensi yang ada. 1.2 Tujuan Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi komposisi vegetasi hutan kerangas. 2. Mengidentifikasi potensi tumbuhan obat di hutan kerangas berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data flora Belitung Timur dan menjadi masukan bagi pemerintah dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Timur. Dokumentasi data dan informasi terkait potensi tumbuhan obat diharapkan dapat menjadi modal pengembangan masyarakat lokal khususnya dan masyarakat Belitung pada umumnya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Kerangas Hutan kerangas merupakan salah satu ekosistem di Sumatera yang dikelompokkan ke dalam uncommon lowland forest bersama 2 tipe ekosistem lainnya yaitu hutan kayu ulin (ironwood forest) dan ekosistem karst (forest on limestone) (Whitten et al. 1984). Hutan kerangas di Sumatera hanya dapat dijumpai di pulau Bangka dan Belitung, namun dalam area yang kecil juga dapat dijumpai di kepulauan Natuna (Whitten et al. 1984). Hilwan (1996) diacu dalam Onrizal et al. (2005) menyebutkan bahwa selain di Belitung, hutan kerangas juga ditemukan di Sumatera dan Singkep. MacKinnon et al. (1996) menyebutkan bahwa hutan kerangas adalah ekosistem khusus dan mudah dikenali di seluruh formasi hutan hujan dataran rendah. Kalimantan memiliki areal hutan kerangas yang paling luas di Indonesia. Hutan kerangas diberi nama heath forest oleh Richard (1996) yang merupakan vegetasi khusus di Sarawak. Deskripsi ilmiah terkait hutan kerangas Kalimantan pertama kali disampaikan oleh Beccari (1904) diacu dalam MacKinnon et al. (1996). Secara umum, hutan kerangas tumbuh di daerah dataran rendah beriklim selalu basah. Di daerah Malesia, hutan kerangas tersebar secara terbatas di Kalimantan (Indonesia), Sarawak dan Sabah (Malaysia), dan Brunei.Biasanya, banyak ditemukan di daerah yang berbukit-bukit (Whitmore 1984). Pulau Belitung didominasi oleh tanah podsol. Hal ini menyebabkan hutan kerangas dan vegetasi padang sebagai ekosistem paling umum dan khas. Sistem perladangan masyarakat asli dalam mengolah tanah, memengaruhi ekosistem setempat. Ekosistem di belitung meliputi ekosistem alami (Ai, Rimba, Padang, Pesisir dan Bakau), buatan (Ume dan Pekarangan) dan suksesi (Bebak, Bebak usang, Kelekak dan Kelekak usang) (Fakhrurrazi 2001). 2.2 Tanah Hutan Kerangas Hutan kerangas merupakan salah satu hutan penting Indonesia yang tumbuh di atas tanah podsol, tanah pasir kuarsa yang sarang, miskin hara dan pH
4
rendah. Hal ini menyebabkan, hutan kerangas rentan terhadap gangguan (Hilwan 1996diacu dalam Onrizal et al. 2005). Kondisi fisik yang berpasir, kering dan gersang memberi kesan tidak produktif pada hutan kerangas. Kegiatan pertanian tidak dapat berlangsung di lahan hutan kerangas. Ekosistemnya mudah rusak dan sulit dikembalikan lagi jika sudah terganggu. Keterbukaan hutan kerangas akan mengakibatkan timbulnya padang savana yang gersang (MacKinnonet al.1996). Biasanya tanah di hutan kerangas berasal dari material mineral silika yang tak terpisahkan dengan tekstur yang kasar. Tanah yang terikat di hutan kerangas atau di bawah semak-semak berwarna hitam kecokelatan, hal ini disebabkan oleh dekomposisi bahan organik. Sedangkan di padang terbuka, umumnya berwarna putih dengan ketebalan sekitar 0,5 – 5 cm di sekitar lapisan yang lebih gelap. Tanah di hutan kerangas dikenal dengan nama white-sand soils. White-sand soils terbentuk akibat erosi pantai dan adanya pengangkatan dasar laut ke permukaan. Keadaan yang berlangsung terus-menerus ini akan membangun lapisan yang keras (podsol). Deskripsi podsol tropika pertama kali dikemukakan oleh Hardon (1937) diacu dalam Whitten et al. (1984) dari sebuah tanah padang di Pulau Bangka (Tabel 1). Tabel 1 Deskripsi podsol dari Pulau Bangka Horizon A0
Kedalaman (cm) 0-10
pH 2.7
Deskripsi Sebagian hitam, terdekomposisi material organik yang bercampur dengan kuarsa A1 10-25 3.9 Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas lapisan hitam keabuan A2 25-40 6.1 Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas lapisan putih keabuan B1 40-70 3.9 Cokelat tua yang kompok dengan pasir kuarsa B2 70-100 4.6 Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas warna cokelatnya Sumber: Hardon (1937) diacu dalam Whitten et al. (1984)
Tingkat porositas, pencucian tanah dapat dikatakan tinggi dan cepat sehingga rendah dalam penyimpanan hara. Oleh karena itu, white-sand soils mungkin di antara tanah-tanah yang miskin haranya, tanah ini termasuk yang paling miskin haranya di dunia (Mohr et al. 1954 diacu dalam Whitten et al. 1984) Hutan kerangas di Belitung, tumbuh di atastanah teraja’, yaitu lahan dengan jenis tanah podsol (pasir putih, batuan kuarsa) dengan lapisan batuan
5
bawahnya kedap air, seperti tanah liat, batu granit dan tanah kaolin. Pada musim hujan sering tergenang dan biasanya air genangan berwarna hitam. Hal ini disebabkan karena adanya lapisan tanah berwarna hitam yang mudah larut (Fakhrurrazi 2001). Whitten et al. (1984) juga menyebutkan bahwa air yang mengalir dari hutan kerangas umumnya berwarna kehitaman. 2.3Vegetasi Hutan Kerangas Belum ada survei mendetail terkait hutan kerangas yang diselenggarakan di Bangka ataupun Belitung, sehingga banyak yang mengikuti kajian yang dilakukan di Sarawak dan Brunei. Beberapa aspek hutan kerangas memberi kesan dalam terbatasnya produktivitas karena rendahnya kandungan nutrisi di tanah. Pertama, biomassa hutan kerangas lebih rendah daripada hutan dataran rendah yang tumbuh di atas tanah latosol. Kedua, tumbuhan dengan sumber nutrisi tambahan menunjukkan keadaan yang biasa, misalnya myrmecophytes dan insektivora. Ketiga, hutan kerangas sangat mudah rusak menjadi padang jika dibakar atau ditinggalkan setelah dilakukan ladang berpindah. Spesies yang banyak dijumpai pada ekosistem ini antara lain Calophyllum sp., Garcinia sp., dan Syzygium sp. (Whitten et al. 1984). Kissinger (2002) menyebutkan bahwa dari sampel hutan kerangas yang diamatinya, hutan kerangas yang tingkat gangguannya paling tinggi memiliki keanekaragaman
tumbuhan
yang
rendah,
karena
sebarannya
cenderung
berkelompok. Menurut Hilwan (1996) diacu dalam Onrizal et al. (2005) spesiesspesies yang sering dijumpai terutama Dacrydium elatum, Agathis borneensis, Tristania dan Casuarina sumatrana. Umumnya keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas lebih sedikit jika dibadingkan dengan hutan hujan dataran rendah lainnya (Proctor et al. 1983). Satu hal keistimewaan hutan kerangas yang harus diperhatikan yaitu spesiesnya merupakan yang paling menonjol di genus yang ada di Australia. Keterwakilan famili Myrtaceae yang paling jelas di hutan kerangas, khususnya Tritaniopsissp. dan Syzygiumsp.. Spesies lain yang dapat dijumpai yaitu dari famili Rubiaceae, dan Melastomaceae (Whitmore 1984). Beberapa spesies tumbuhan yang dapat dimakan hidup di lahan hutan kerangas Belitung yaitu sebagian besar anggota dari famili Myrtaceae, seperti jemang (Rhodamia cinerea), keremuntingan (Rhodomyrtus tomentosa), keleta’en
6
(Melastoma polyanthum) dan simpor bini (Dillenia suffruticosa), kemudian dari jenis Syzygium dan lainnya dari Ericaceae yaitu perai laki (Vaccinium bancanum), perai bini (V. bracteatum), dari Clusiaceae seperti melak (Garcinia bancana), kiras (G.hombroniana) dan kandis (G.parvifolia), serta dari jenis Rubiaceae antara lain tenam (Psychotria viridiflora) dan tempala’en (Timonius sp.). Kesemua spesies ini amat toleran atau telah teradaptasi dengan baik pada kondisi ekosistem padangan, seperti lahan hutan kerangas yang kurang menguntungkan (Fakhrurrazi 2001). Hutan kerangas memiliki karakteristik komposisi vegetasi yang khusus, berbeda dengan hutan campuran dataran rendah pada umumnya. Pohon-pohon tampak pendek dan kurus-kurus. Spesies yang sering dijumpai di Sarawak antara lain Casuarina nobilis, Dacrydium dan Podocarpus (Jacob 1988 diacu dalam MacKinnon et al.1996). Berdasarkan penelitian Onrizal (2004), komposisi spesies di hutan kerangas Taman Nasional Danau Sentarum didominasi oleh tingkat pertumbuhan pancang dan sebagian besar anggota famili Dipterocarpaceae. Pada kondisi lantai hutan yang berpasir dan miskin hara, air hujan terserap dengan cepat, sehingga kapasitas tumbuhan mengikat air di akar relatif kecil. Namun tumbuhan di hutan kerangas teradaptasi secara fisiologis yaitu dengan adaptasi morfologi vegetasi hutan kerangas yang kecil dan seragam, daun yang berkilat dan kecil-kecil, hal ini untuk mengurangi besarnya penguapan yang dilakukan (Whitmore 1990 diacu dalam MacKinnon et al. 1996). Regenerasi hutan kerangas yang telah terganggu sulit dilakukan karena rendahnya nutrisi dan pH tanah yang terlalu asam. Semaian yang bertahan sangat sedikit, kecuali spesies yang sudah teradaptasi seperti Hoya multiflora, Schizaea dichotoma dan Nepenthes spp. (Riswan & Kartawinata 1988). 2.4Perlindungan Hutan Kerangas Keberadaan hutan kerangas saat ini dinilai sangat penting. Dalam hal ini, bukan hanya untuk melindungi tumbuhannya lalu diambil kayunya, karena manfaat terpenting hutan kerangas adalah manfaat yang tidak langsung, seperti penyerapan karbon, perlindungan tata air, habitat satwaliar, ekowisata dan lainnya (Onrizal 2004). Menurut masyarakat Belitung, lahan dengan jenis tanah teraja’tidak boleh dibuka (digarap), karena lahan inimerupakan lingkungan yang
7
amat rawan dan perlu daerah penyangganya yaitu teraja’ malangen. Jenis-jenis tumbuhan buah-buahan liar edibel yang tumbuh di tana teraja’ berperan penting dalam menjaga kerawanan lahan ini. Kerusakan di lingkungan teraja’, kemudian hari tak bisa dikembalikan seperti semula (Fakhrurrazi 2001) Konsorsium Revisi High Conservation ValueForest (HCVF) Toolkit Indonesia (2008) menyebutkan bahwa hutan kerangas harus dipertahankan dalam kondisi alami dengan ditambah zona penyangga minimal satu kilometer dimana kegiatan pemanfaatan harus seminimal mungkin. Area hutan kerangas yang utuh ataupun yang telah terganggu saat ini tidak diketahui, tapi mungkin akan terus berkurang. Ini mungkin merupakan ekosistem Sumatera yang paling berbahaya dan harus ditangani sesegera mungkin (Whitten et al. 1984). 2.5 Tumbuhan Obat Pengetahuan masyarakat tentang potensi dari tumbuhan obat yang ada disekitar hutan sering diangap sebagai pengetahuan yang kuno, ketinggalan jaman, kolot dan hanya sebagai takhayul semata. Padahal pengetahuan inilah yang akan mengikat manusia untuk menumbuhkan sikap memiliki terhadap sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka. Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu; 1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki khasiat obat tetapi belum dapat dibuktikan secara medis.
8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2011 di Kabupaten Belitung Timur. Lokasi pengambilan data pada 3 tipe hutan kerangas di Kabupaten Belitung Timur yaitu;hutan kerangas primer (Rimba) di Hutan Lindung Gunung Sepang Desa Kelubi Kecamatan Manggar, hutan kerangas sekunder (Bebak) di Bebak milik masyarakat Desa Kelubi Kecamatan Manggar dan hutan kerangas khusus (Padang) di Hutan Lindung Gunung Sepang Kecamatan Kelapa Kampit (Gambar 1).
Gambar 1 Lokasi penelitian di hutan kerangas. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data dan informasi terkait hutan kerangas setempat dan sampel tumbuhan yang digunakan untuk pembuatan herbarium. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Peralatan analisis vegetasi: kompas, pita meter (1,5m), meteran (20m), tambang plastik (20m), tali rafia, parang, dan buku identifikasi tumbuhan. 2. Peralatan pembuatan herbarium: kertas koran, alkohol 70%, gunting dan kantong plastik bening.
9
3. Peralatan dokumentasi: GPS, alat tulis, tallysheet, label dan kamera. 3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer yang dikumpulkan terdiri dari spesies tumbuhan (nama lokal, ilmiah, dan famili), jumlah individu, spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat sekitar, bagian tumbuhan obat yang digunakan dan cara penggunaan. b. Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan berupa informasi terkait kondisi umum lapangan yang meliputi sejarah kawasan, letak, luas, kondisi tanah, topografi, iklim, kondisi vegetasi, satwa, dan masyarakat sekitar kawasan. 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode analisis vegetasi dan pembuatan herbarium. 1.Analisis vegetasi Analisis vegetasi yang digunakan yaitu metode kombinasi jalur dan garis berpetak (Kusmana 1997) Dalam metode ini, risalah pohon dilakukan dengan metode jalur, yaitu pada jalur yang lebarnya 10 m dan panjangnya 100 m, sebanyak 10 jalur di setiap tipe hutan kerangas. Jarak antar jalur yang digunakan adalah 50 m. Penempatan jalur menggunakan metode systematic sampling (Gambar 2). Dalam setiap jalur dibuat petak contoh berukuran 10 x 10 m2 dan minimal terdiri dari 10 petak contoh. Selanjutnya petak contoh tersebut dibagi lagi menjadi sub petak sesuai tingkat pertumbuhan vegetasinya, yaitu: a. Petak ukur semai(2 x 2) m2, yaitu anakan dengan tinggi ≤ 1,5 m dan semak/ perdu, tumbuhan bawah dan liana/ rotan/ pandan. b. Petak ukur pancang (5 x5) m2, yaitu anakan dengan tinggi > 1,5 m dan diameter batang setinggi dada< 10 cm.
10
c. Petak ukur pohon (10 x 10) m2, yaitu diameter batang setinggi dada ≥ 10 cm.
Arah rintisan
Keterangan: petak ukur (2x2) m2 untuk semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan (a), petak ukur (5x5) m2 untuk pancang (b) dan petak ukur (10x10) m2 untuk pohon.
Gambar 2 Desain petak-petak contoh di lapangan. 2. Pembuatan herbarium Pembuatan herbarium dilakukan pada semua spesies tumbuhan yang ditemukan di plot pengamatan (Onrizal 2005). Tahapan-tahapan dalam pembuatan herbarium yaitu: a. Mengambil contoh herbarium berupa ranting yang lengkap dengan daunnya, pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan kegiatan analisis vegetasi. b. Contoh herbarium yang diperoleh dipotong dengan menggunakan gunting dengan panjang sekitar 40 cm. c. Contoh herbarium yang telah dipotong diberikan label berukuran 3x5 cm. Label ini berisi informasi tentang nomor plot, nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan data dan nama pengumpul. d. Setelah diberikan label, masukan ke dalam kertas koran dan disusun dalam sasak yang terbuat dari bambu. e. Masukkan sasak tersebut ke dalam kantong plastik dan basahkan kertas koran dengan alkohol 70% hingga rata dan agak terendam untuk penyimpanan. f. Herbarium yang akan diidentifikasi dioven pada suhu 50 – 700C. g. Herbarium yang sudah kering, diidentifikasi nama ilmiahnya berdasarkan ciri morfologi maupun keterangan yang tertera pada label.
11
3. Wawancara Data dan infornasi terkait khasiat sebagai obat diperoleh melalui wawancara masyarakat sekitar kawasan hutan kerangas dengan teknik in depth interview. Penetapan responden pertama secara purposive sampling (memilih informan kunci) kemudian dilakukan dengan teknik snowball, yaitu memilih unitunit yang mempunyai karakteristik langka dan unit-unit tambahan yang ditunjukkan oleh responden sebelumnya (Sarwono 2011). Jumlah seluruh responden yang diambil yaitu sebanyak 25 orang. 3.4.2
Data sekunder Data sekunder diperoleh dengan melakukan studi literatur dan wawancara.
Literatur yang digunakan meliputi buku, laporan penelitian, skripsi, tesis dan jurnal ilmiah lainnya. 3.5Analisis Data 3.5.1 Komposisi vegetasi Data yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi akan dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung Indeks Nilai Penting setiap spesies yang ditemukan.
Kerapatan (K)
:
Kerapatan Relatif (KR) : Dominansi (D)
:
Dominansi Relatif (DR) :
Frekuensi (F)
:
Frekuensi Relatif (FR)
:
Indeks Nilai Penting (INP) : INP = KR + FR (untuk semai dan pancang) INP = KR + FR + DR (untuk pohon)
12
Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300 (Mueller-Dombois & Ellenberg 1974). Untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan semai merupakan penjumlahan kerapatan relatif dan frekuensi relatif, sehingga maksimum nilai penting adalah 200. 3.5.2 Indeks keanekaragaman spesies (H’) Keanekaragaman spesies tumbuhan ditentukan dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon (Ludwig & Reynolds 1988) dengan rumus: ∑ Keterangan: H’ = Indeks Keanekaragaman spesies ni = Nilai penting spesies ke-i N = Total nilai penting semua spesies Makin besar H’ suatu komunitas maka semakin mantap pula komunitas tersebut. Nilai H’ = 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies dalam satu contoh (sampel) dan H maksimal bila semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama dan ini menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna (Ludwig & Reynolds 1988). 3.5.3 Indeks kekayaan spesies (R) Kekayaan spesies diukur dengan menggunakan Indeks Margalef (1958) diacu dalam Ludwig dan Reynolds (1988), yaitu:
Keterangan : S = Jumlah spesies N = Jumlah individu
13
3.5.4Indeks kemerataan spesies (E) Untuk kemerataan spesies digunakan untuk mengetahui gejala dominansi diantara setiap spesies dalam suatu lokasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Evennes (Ludwig & Reynolds 1988) adalah:
Keterangan: E = Indeks kemerataan spesies H’= Indeks Shannon-Wiener S = Jumlah spesies 3.5.5
Indeks kesamaan komunitas (IS) Indeks
kesamaan
komunitas
dihitung
untuk
membandingkan
keanekaragaman spesies antara dua komunitas yang berbeda. Nilai IS teringgi 100% dan terendah 0%, semakin mendekati 100% komunitas tumbuhan yang dibandingkan semakin identik (Mueller-Dombois & Ellenberg 1974)
Keterangan: IS C
= =
a b
= =
3.5.6
Indeks Kesamaan Komunitas (%) Jumlah nilai penting yang terkecil dari jenis-jenis yang sama terdapat pada kedua komunitas yang diperbandingkan Jumlah nilai penting semua jenis pada salah satu komunitas Jumlah nilai penting semua jenis pada komunitas lainnya Karakteristik responden Karakteristik responden yang dianalisis meliputi persentase usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan pendidikan terakhir responden. 3.5.7
Keanekaragaman tumbuhan obat Persen tumbuhan obat adalah persentase dari tumbuhan obat terhadap
jumlah tumbuhan yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi. Persen tumbuhan obat ini untuk mengetahui potensi tumbuhan yang ada di hutan kerangas.
14
∑ ∑
3.5.7.1 Persen famili tumbuhan obat Persen famili adalah persentase dari famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat. Persen famili tersebut dapat diperoleh dari : ∑ ∑
3.5.7.2 Persen habitus tumbuhan obat Persentase habitus merupakan telaah tentang besarnya suatu habitus yang digunakan tehadap seluruh habitus yang ada. Habitus tersebut meliputi pohon, semak, perdu, liana dan herba. Adapun rumus yang digunakan adalah: ∑ ∑
3.5.7.3 Persen bagian yang digunakan Bagian tumbuhan yang digunakan meliputi daun, akar, buah, bunga, batang, kulit kayu, rimpang dan umbi. Persen bagian yang digunakan diperoleh melalui perhitungan berikut ini: ∑ ∑
3.5.7.4 Klasifikasi tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit Tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi diklasifikasikan berdasarkan kelompok penyakit menurut fisiologi manusia (Lukaningsih 2011) serta berdasarkan klasifikasi penyakit menular dan infeksi (Novel 2010). Tabel 2 Kelompok fisiologi manusia dan jenis penyakit No 1.
Fisologi Manusia Sistem kerangka dan otot
2.
Sistem pencernaan
3.
Sistem pernafasan
Jenis Penyakit Pegal, kejang, kram, turun berok, patah tulang, keselo, dan lain-lain Gusi bengkak, gigi berlubang, sariawan, magh, diare, tipus, hepatitis, lever, Buang Air Besar (BAB) berlendir, BAB berdarah, kondtipasi, kolik, keracunan makanan, apendisitis dan lain-lain Keracunan gas sianida (CN) dan karbon monoksida
15
No
Fisologi Manusia
4. 5.
Sistem urinaria Sistem reproduksi
6. 7. 8.
Sitem peredaran darah Sistem syaraf Kulit, telinga, mata dan wajah
9. Sistem ketahanan tubuh 10. Lain-lain Sumber: Lukaningsih (2011),Novel (2010)
Jenis Penyakit (CO), pilek, kanker paru-paru, asma, TBC, radang paru-paru, sinus dan lain-lain Diabetes, beser, kencing batu dan lain-lain Tumor payudara, keputihan, impotensi, gonorea, prostat, inferlitilisasi, kanker serviks, sifilis, herpes, nyeri haid, dan lain-lain Stroke, hipertensi, hipotensi, anemia dan lain-lain Kurang daya pikir dan lain-lain Panu, kadas, kurap, koreng, congek, jerawat, sakit mata, Demam, masuk angin, panas dalam dan lain-lain Malaria, demam berdarah, cacar, campak, tetanus, kutil, AIDS dan lain-lain yang tidak tercantum
16
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Kabupaten Belitung Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berdiri pada tahun 2005 dan beribukota di Manggar. Kabupaten Belitung Timur adalah satu kesatuan wilayah daratan dengan kabupaten Belitung Induk. Secara geografis kabupaten Belitung Timur terletak antara 107045’ BT sampai 108018’ BT dan 02030’ LS sampai 03015’ LS dengan luas daratan mencapai 250.691 Ha atau kurang lebih 2.506,91 km2 (BAPPEDA 2007). Batas-batas wilayah kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan,
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Belitung. Lokasi pengambilan data yaitu di hutan kerangas primer (Rimba), hutan
kerangas sekunder (Bebak) dan hutan kerangas khusus (Padang). Letak Rimba dan Padang yaitu di dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Sepang Kecamatan Manggar dan Kelapa Kampit Kabupaten Belitung Timur. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Belitung Timur, luas kawasan ini adalah 19.433,26 Ha (Dinperhut 2009). Sedangkan letak hutan kerangas sekunder (Bebak) yaitu di lahan milik masyarakat Desa Kelubi Kecamatan Manggar. 4.2 Kondisi Fisik 4.2.1Topografi Keadaan alam Kabupaten Belitung Timur sebagian besar merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 20 – 49 meter di atas permukaan laut dan sisanya merupakan dataran rendah, dan perbukitan (Tabel 3). Dataran rendah di Belitung Timur dibagi menjadi dua yaitu dataran rendah dan dataran pantai (Pratiwi 2010).
17
Tabel 3 Klasifikasi bentang alam Kabupaten Belitung Timur Satuan Relief Perbukitan agak curam Perbukitan bergelombang Dataran tinggi Dataran rendah/ dataran pantai Sumber: Pratiwi (2010)
Kelerengan (%) 30 – 40 15 – 29 8 – 14 <8
Beda Tinggi (mdpl) 600 – 1400 50 – 600 20 – 49 < 20
Persentase dari total wilayah studi (%) 12 8 63 17
4.2.2 Kondisi geologi Pulau Belitung merupakan pulau yang memiliki geomorfologi perbukitan dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1400 mdpl. Perbukitan dialiri oleh sungai dengan pola dendritik (Suwarna et al. 1994 diacu dalam Pratiwi 2010). Menurut Pratiwi (2010) unit Satuan Kemampuan Lahan (SKL) kesuburan tanah di Belitung Timur 87% termasuk dalam kelas buruk. Hal ini dicirikan dari tingginya kandungan pasir kuarsa, keasaman yang tinggi, pertukaran kation yang rendah, peka terhadap erosi dan sangat kering. Tabel 4 Unit SKL kesuburan tanah Belitung Timur Tingkat Kesuburan Tanah Baik
Luas (Ha)
Deskripsi
Sebaran
± 10.027
Berupa batupasir, tanah relatif berwarna coklat kehitaman, pasir lepas kuarsa dan lumpur, jenis tanah Lisotol, tanpa/ sedikit perkembangan profil tanah, memiliki batuan induk sedimen keras.
Ds. Bentayan, Ds. Kelubi, Bukit Samak.
Cukup Baik
± 22.562
Berupa batupasir, granodiorit, batupasir kuarsa, jenis tanah Regosol, tanah muda dan belum mengalami diferensiasi horizon, konsistensi lepas-lepas, bahan induk material vulkanik, pH umumnya netral
Sebagian kecil daerah Gantung, Ds. Burung Mandi, Ds. Air Lanci
Buruk
± 281.101
Berupa batupasir, batubesi, batuserpih, batulempung, lumpur dan endapan alluvial, jenis tanah Podsol, tanah tua dan telah mengalami perkembangan profil tanah, kondisi fisik tanah kering dan gersang.
Kec. Kelapa Kampit bagian tengah dan sebagian besar Kec. Gantung
Sumber: Pratiwi (2010)
4.2.3 Iklim Kabupaten Belitung Timur mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan bulanan pada tahun 2008 antara 70,0 mm sampai 401,3 mm dengan jumlah hari hujan antara 9 sampai 26 hari setiap bulannya (BAPPEDA 2007).
18
4.3 Kondisi Biologi 4.3.1 Flora Jumlah flora yang terdapat di Belitung Timur adalah 174 spesies yang sudah teridentifikasi nama ilmiahnya (Dinperhut 2009). Tumbuhan yang diperoleh berasal dari semua tipe hutan, misalnya hutan Dipterocarpaceae campuran, hutan pantai, hutan mangrove, dan lainnya. Spesies-spesies tumbuhan tingkat pohon atau jenis kayu yang diperoleh antara lain, Litsea sp., Syzygium sp. Shorea sp., Calopyhllum sp., dan Tristaniopsis sp. Selain jenis kayu juga diperoleh spesies perdu, palem, pandan dan tanaman air. Beberapa spesies tersebut yaitu Baeckea frutescens dan Leptospermum flavescens. Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat 34 spesies tumbuhan dan satwa yang dilindungi di seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa tumbuhan yang dilindungi diantaranya pohon gaharu (Aquilaria malaccensis), pohon
ramin
(Gonystylus
bancanus),
anggrek
tebu
(Grammatophyllum
speciosum). 4.3.2 Fauna Jumlah fauna yang terdapat di Belitung Timur adalah 46 spesies satwa darat, 16 satwa air tawar dan 46 satwa air lautyang belum teridentifikasi nama ilmiahnya. Keanekaragaman aves lebih tinggi dibandingkan kelas mamalia, reptil dan amfibi. Beberapa jenis burung yang terdapat disana yaitu bangau, bayan, murai batu, pelintang, elang, berebak, rangkong, tiong dan peregam (Dinperhut 2009). Beberapa spesies satwa dilindungi dalam PP No. 7 Tahun 1999 yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain kukang (Nycticebus coucang), rusa bawean (Axis kuhlii), duyung (Dugong dugong), buaya muara (Crocodillus porosus). Spesies lainnya termasuk dalam Appendix II CITES diantaranya salah satu spesies elang laut (Haliaeetus leucogaster), mentilin (Tarsius bancanus), trenggiling (Manis javanica), musang congkok (Prinodon linsang), biawak (Varanus salvator), monyet (Macaca tonkeana), burung hantu (Otus angelinae), burung betet (Psittacula alexandri) dan burung beo (Gracula religiosa) (Dephut 1999).
19
4.4 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar 4.4.1 Jumlah penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Belitung Timur tahun 2007 berjumlah 98.194 jiwa. Hal ini menunjukkan telah terjadi pertambahan jumlah penduduk dibanding tahun sebelumnya sebanyak 6.492 orang atau 7,08 persen. Penduduk di Kabupaten Belitung Timur lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan, dimana 50.743 jiwa atau 51,67% laki-laki dan sisanya 47.451 jiwa atau 48,32% adalah perempuan. Khusus di kecamatan Gantung, penduduknya berjumlah 25.257 jiwa (BAPPEDA 2007). 4.4.2 Tingkat pendidikan Peningkatan sumberdaya manusia sekarang ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk untuk mengecap pendidikan seluasluasnya, terutama penduduk pada kelompok umur 7 – 24 tahun yang merupakan kelompok usia sekolah. Jika dilihat dari angka kelulusan Sekolah Menengah Atas terdapat sepertiga dari peserta ujian nasional yang tidak lulus di tahun 2006 (BAPPEDA 2007). 4.4.3 Mata pencaharian Sebagian besar penduduk Belitung Timur memiliki mata pencaharian di sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. Tidak kurang dari 3000 orang yang bekerja di perusahaan perkebunan sawit. Selain di sektor perkebunan, pertambangan pun menjadi pilihan mata pencaharian penduduk Belitung Timur, diantanya penambangan pasir, pasir kuarsa, timah, batu besi dan Golongan C lainnya (BAPPEDA 2007).
20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Komposisi Vegetasi Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Mueller-Dombois& Ellenberg 1974). Komposisi vegetasi dalam suatu ekosistem akan menjadi satu fungsi dari beberapa faktor, seperti habitat, waktu dan tumbuhan setempat. Perbedaan komposisi vegetasi berdasarkatan tipe habitat dapat dilihat pada hasil analisis vegetasi yang dilakukan di tiga tipe hutan kerangas (Gambar 3). Hasil rekapitulasi spesies dari ketiga tipe hutan kerangas tersebut diperoleh sebanyak 224 spesies dan 72 famili tumbuhan dari berbagai habitus dan tingkat pertumbuhan pohon
Jumlah spesies
(semai, pancang dan pohon). 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
157 135
Rimba 31
Bebak padang
Lokasi
Gambar 3 Jumlah spesies di tiga lokasi hutan kerangas. Famili tumbuhan yang anggotanya banyak ditemukan yaitu Myrtaceae (27 spesies), Clusiaceae (15 spesies), Rubiaceae (13 spesies), Euphorbiaceae (14 spesies) dan Fabaceae (8 spesies). Spesies-spesies dari Myrtaceae cenderung teradaptasi dengan baik di lahan yang kritis seperti di hutan kerangas sehingga mendominasi komunitas (MacKinnon et al. 1996). Beberapa spesies dari Myrtaceae juga sebagai tumbuhan pionir, misalnya keremuntingan (Rhodomyrtus tomentosa), jemang (Rhodamnia cinerea) dan sekudong pelandok (Syzygium buxifolium). Selain kelima famili di atas, juga ditemukan Annonaceae,
21
Nepenthaceae, Droseraceae, Sapotaceae dan famili lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Perbedaan tipe ekosistem memengaruhi jumlah spesies dan individu yang ditemukan. Rimba merupakan ekosistem alami yang tumbuh di atas tana darat, yaitu lahan dengan jenis tanah podsol (tana teraja) dan letaknya relatif lebih tinggi atau di lingkungan lembab/basah (tana amau) (Fakhrurrazi 2001). Lokasi Rimba terletak pada 02046.833’ LS dan 108007.761’ BT. Spesies tumbuhan di Rimba didominasi oleh spesies klimaks dan nomaden. Sedikitnya spesies pionir disebabkan oleh tingginya mortalitas pionir-pionir akhir dan berangsur digantikan oleh spesies-spesies yang tahan naungan yang dapat tumbuh di bawah tajuk pionir akhir (Irwanto 2006). Beberapa spesies pionir yang diperoleh di Rimba yaitu keremuntingan (Rhodomyrtus tomentosa), keleta’an (Melastoma polyanthum) dan sengkelut (Lycopodium cernuum). Spesies tumbuhan yang ditemukan di Bebak didominasi oleh spesies nomaden, yaitu spesies yang dapat tumbuh pada ekosistem yang baru terbuka dan subklimaks seperti singkang (Syzygium lineatum) dan kabal (Lithocarpus blumeanus). Posisi Bebak terletak tidak berjauhan dengan Rimba yaitu pada 02050.274’ LS dan 108009.450’ BT. Bebak merupakan hutan suksesi yang tumbuh di atas lahan milik masyarakat, bekas perladangan sahang (Piper nigrum). Jumlah spesies penyusun Bebak lebih sedikit daripada Rimba karena faktor umur ekosistem yang lebih muda daripada Rimba. Menurut Odum (1993) semakin tua umur sebuah ekosistem, maka keanekaragaman spesiesnya semakin tinggi dan lebih stabil. Komposisi vegetasi penyusun Padang paling sedikit diantara Rimba dna Bebak. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik Padang yang ekstrim dan sangat terbuka, sehingga hanya spesies yang toleran terhadap sinar matahari dan mampu beradaptasi pada kondisi miskin unsur hara yang dapat hidup disana. Spesiesspesies pionir banyak dijumpai di Padang, seperti kucai padang (Fimbrystilis sp.), kerupit padang (Panicum sp.) dan sengkelut (Lycopodium cernuum). Namun, juga ditemukan satu spesies klimaks yaitu belangeran (Shorea belangeran) pada tingkat semai. Hal ini disebabkan karena ekosistem Padang berbatasan langsung dengan Rimba dengan posisi 02050.282’ LS dan 108009.208’ BT, sehingga
22
dimungkinkan adanya penyebaran biji oleh angin. Menurut Whitten et al. (1984), di ekosistem padang Bangka dan Belitung didominasi oleh pohon kecil seperti Baeckia frutescens dan Malaleuca cajuputi. Pada lokasi penelitian, sapu padang (Baeckia frutescens) tidak mendominasi. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya kepadatan rumput di Padang, sehingga persaingan unsur hara cukup tinggi baik intraspecies maupun interspecies. 5.1.1 Komposisi semai, semak/perdu, herba , liana, rotan dan pandan Hasil analisis vegetasi semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan yang dilakukan pada 100 plot pengamatan di Rimba, diperoleh 119 spesies tumbuhan yang terdiri dari 72 spesies semai, 6 spesies semak/perdu, 12 spesies herba, 27 spesies liana dan 2 spesies rotan. Spesies tumbuhan yang paling dominan di Rimba yaitu samak (Syzygium lepidocarpa) dengan INP 20,20% dan kerapatan 13.475 ind/ha (Tabel 5). Tabel 5 Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
INP (%)
1.
Samak
Syzygium lepidocarpa
Myrtaceae
20,20
2.
Betor Padi
Calophyllum depressinervosum
Clusiaceae
16,23
3.
Singkang
Syzygium lineatum
Myrtaceae
11,24
4.
Kelebantuian
Syzygium euneura
Myrtaceae
10,20
5.
Sisilan
Syzygium rostratum
Myrtaceae
7,95
Dominasi spesies dari famili Myrtaceae terlihat pada tabel di atas. Hal ini disebabkan oleh kemampuan adaptasi beberapa anggota famili Myrtaceae pada lahan hutan kerangas yang miskin hara. Dalam penelitian Brunig (1974) yang meneliti hutan kerangas di Sarawak, juga diperoleh anggota famili Myrtaceae yang relatif banyak. Kelima spesies diatas merupakan spesies dari tingkat semai. Keberadaan semak/perdu, herba sebagai spesies pionir tidak mendominasi, karena kondisi ekosistem di Rimba relatif sudah mencapai klimaks. Spesies tumbuhan dengan INP terendah terdiri dari beberapa spesies diantaranya
girak
(Symplocos
adenophylla),
menterasan
(Memecylon
olygoneurum) dan libut (Edospermum diadenum) yaitu 0,14%. Rentang nilai INP tertinggi dan terendah cukup besar, dan hal ini menunjukkan penguasaan spesies dengan INP teringgi di Rimba relatif tinggi dari 119 spesies yang ada disana.
23
Tingginya heterogenitas spesies di Rimba ditunjukkan dengan ditemukannya 23 spesies dalam satu plot berukuran 2 x 2 m2 (Gambar 4). Data seluruh nilai penting semai, semak/ perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba dapat dilihat pada Lampiran 3
Gambar 4 Plot ditemukannya jumlah spesies tumbuhan terbanyak. Hasil analisis vegetasi di Bebak diperoleh 110 spesies tumbuhan yang terdiri dari 61 spesies semai, 9 spesies semak/perdu, 16 spesies herba, 22 spesies liana, 1 spesies rotan dan 1 spesies pandan. Nilai penting tertinggi yaitu pulas (Guioa pleuropteris) sebesar 12,57% dengan kerapatan 3.600 ind/ha dan kelebantuian (Syzygium euneura) sebesar 12,09% dengan kerapatan 3.025 ind/ha (Tabel 6). Salah satu spesies dengan nilai penting terkecil yaitu pansi (Elaeocarpus palembanicus) 0,15% dan kerapatan 25 ind/ha. Beberapa liana yang ditemukan yaitu akar ibu (Lygodium microphyllum), akar kuaya (Dalbergia rostrata) dan akar geruntang tangga (Salacia oblongifolia). Data seluruh nilai penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 6 Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
INP (%)
1.
Pulas
Guioa pleuropteris
Sapindaceae
12,57
2.
Kelebantuian
Syzygium euneura
Myrtaceae
12,09
3.
Tenam
Psychotria viridiflora
Rubiaceae
11,21
4.
Jemang
Rhodamnia cinerea
Myrtaceae
10,28
5.
Seru
Schima wallichii
Theaceae
9,42
Hasil analisis vegetasi di Padang diperoleh 31 spesies tumbuhan yang terdiri dari 8 spesies semai, 3 spesies semak/perdu, 16 spesies herba dan 2 spesies
24
liana. Nilai penting tertinggi sebesar 51,14% yaitu kucai padang (Fimbristylis sp.) dengan kerapatan 85.250 ind/ha (Tabel 7) dan seluruh data nilai penting semai, semak/ perdu, herba dan liana, rotan dan pandan di Padang dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 7 Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Padang No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Lokal Kucai Padang Jenis C Kerupit Padang Drosera Rumput Padang bola
Nama Ilmiah Fimbristylis sp. Eriocaulon sp. Panicum sp. Drocera burmanii Rhynchospora aurea
Famili Cyperaceae Eriocaulaceae Poaceae Droceraceae Cyperaceae
INP (%) 51,14 32,67 27,53 19,71 15,23
Pada plot pengamatan ditemukan salah satu insentivora unik yaitu drosera dengan INP 19,71%. Spesies ini seringkali terabaikan dan sangat jarang ditemukan di tempat lain, berwarna merah menyala di lantai Padang (Gambar 5a). Selain drosera juga ditemukan salah satu spesies Nepenthes yaitu Nepenthes gracilis yang tumbuh di lantai Padang maupun merambat di semak (Gambar 5b). Spesies ini seringkali ditemukan di lahan-lahan teraja seperti di Padang. Ekosistem Padang memang merupakan habitat dari Nepenthes sp. dan Drosera sp. (Whitmore 1984). Mansur (2007) menyebutkan bahwa spesies ini memiliki toleransi tinggi terhadap intensitas cahaya tinggi dan dapat juga tumbuh pada tempat-tempat yang terlindungi.
A
B
Gambar 5 Drosera burmanii yang sudah berbunga (a), Nepenthes gracilis yang tumbuh berkelompok di lantai Padang (b). Pada saat pengamatan, kondisi tanah yang kering tidak membatasi kehidupan Drosera burmanii. Drosera burmanii tumbuh secara berkelompok di Padang (Gambar 6). Pada kondisi tanah yang lembab dan berair pun, drosera
25
dapat hidup dengan baik (LIPI 2002). Sesuai dengan asas minimun Liebig yang dinyatakan tahun 1840 (Odum 1993) dijelaskan bahwa kemampuan hidup suatu spesies pada satu keadaan ekosistem tertentu dipengaruhi oleh kecukupan minimum bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan.
Gambar 6 Drosera burmanii yang tumbuh berkelompok. Jumlah spesies dan individu semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di tiga tipe hutan kerangas relatif bervariasi. Khusus di Rimba dan Bebak, jumlah spesies yang diperoleh cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh letak Rimba yang berbatasan langsung dengan Bebak, sehingga penyebaran biji-biji beberapa spesies tumbuhan di Bebak dapat tumbuh di Rimba dan sebaliknya untuk spesies yang bersifat nomaden. Sedangkan di Padang, jumlah spesies relatif sedikit, namun nilai INP dari 31 speises yang diperoleh sangat tinggi dibandingkan Rimba dan Bebak. Pertumbuhan kucai padang (Fimbristylis sp.) hampir menutupi seluruh lantai Padang. Spesies ini merupakan pionir yang sudah sangat lama hidup di Padang. Menurut masyarakat sekitar, asal terbentuknya Padang yaitu akibat proses kebakaran hebat yang terjadi pada zaman dahulu (ratusan tahun yang lalu). Kebakaran tersebut disebabkan oleh api yang dihasilkan akibat gesekan pohonpohon di hutan kerangas yang sangat rapat akibat hembusan angin musim kemarau panjang. Sisa kebakaran hutan yaitu berupa hamparan padang rumput yang tidak dapat dikembalikan menjadi hutan lagi (Gambar 7).
26
Gambar 7 Ekosistem padang. Padang sebagai satu kesatuan ekosistem juga dijadikan lokasi bagi pelanduk untuk mencari makan, saat tumbuhan hutan berbuah (musim bua utan). Salah satu buah yang digemari pelanduk yaitu sekudong pelandok (Syzygium buxifolium) (Gambar 8a). Rasa buahnya seperti rasa jambu air, namun agak sepat dan kering. Selain sekudong pelandok, Gambar 8b juga merupakan spesies tumbuhan yang buahnya enak dimakan yaitu kedindiman (Syzygium incarnatum).
A
B
Gambar 8 Buah sekudong pelandok (a), buah kedindiman (b). 5.1.2 Komposisi pancang Hasil analisis vegetasi tingkat pancang pada 100 plot di Rimba diperoleh 93 spesies tumbuhan. Jumlah pancang yang diperoleh lebih banyak dari pada jumlah semai. Hal ini menunjukkan piramida penambahan spesies yang terbalik, sehingga dimungkinkan terjadi kepunahan beberapa spesies di Rimba. Berkurangnya spesies pada tingkat pancang dapat disebabkan oleh tergantinya spesies-spesies pionir yang sudah tidak tahan naungan, sehingga tidak mampu tumbuh hingga tingkat pancang.
27
Spesies tingkat pancang di Rimba yang memiliki nilai penting tertinggi yaitu betor belulang (Calophyllum lanigerum) sebesar 17,27% dengan kerapatan 900 ind/ha. Spesies tingkat pancang dengan INP terkecil yaitu mendaran (Palaquium ridleyi) 0,15% dengan kerapatan 4 ind/ha (Tabel 8). Total kerapatan pancang di Rimba lebih tinggi dari pada di Bebak yaitu 8.804 ind/ha, sedangkan di Bebak 7.932 ind/ha. Data nilai penting pancang di Rimba dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 8 Nilai penting tingkat pancang di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
INP (%)
1. Betor Belulang
Calophyllum lanigerum
Clusiaceae
17,27
2. Kelebantuian
Syzygium euneura
Myrtaceae
10,82
3. Meleman
Psychotria malayana
Rubiaceae
10,76
4. Jemang
Rhodamnia cinerea
Myrtaceae
10,75
5. Pelawan Kiring
Tristaniopsis obovata
Myrtaceae
10,59
Lima nilai penting tertinggi tingkat pancang yang diperoleh relatif merata. Hal ini menunjukkan dominasi lima spesies tersebut di Rimba relatif seimbang dan rapat. Jumlah spesies yang cukup banyak juga didukung dengan jumlah individu yang banyak. Hal inilah yang memberikan kenampakan Rimba relatif rapat dan didominasi tegakan yang kurus-kurus. Ciri-ciri hutan kerangas menurut MacKinnon et al. (1996) yaitu memiliki pohon-pohon yang kecil dan kurus. Salah satu spesies tingkat pancang tersebut adalah pelawan kiring (Tristaniopsis obovata). Spesies ini sangat mudah dikenali di lokasi penelitian, karena memiliki batang yang berwarna merah dan kulit batang yang mengelupas (Gambar 9a). Kayu pelawan kiring cukup keras dan sering dimanfaatkan sebagai kayu pagar (Gambar 9b).
A
B
Gambar 9 Pelawan kiring (a), kondisi rimba yang didominasi pancang (b).
28
Hasil analisis vegetasi tingkat pancang di Bebak diperoleh 76 spesies. Jumlah pancang yang diperoleh lebih banyak dari pada jumlah semai. Hal ini juga menunjukkan
piramida
penambahan
spesies
yang
terbalik,
sehingga
dimungkinkan terjadi kepunahan beberapa spesies di Bebak. Spesies tingkat pancang yang memiliki nilai penting tertinggi yaitu kiras (Garcinia hombroniana) sebesar 21,50% dengan kerapatan 1.292 ind/ha, jemang (Rhodamnia cinerea) dengan INP 18,11% dengan kerapatan 800 ind/ha (Tabel 9). Data nilai penting pancang di Bebak dapat dilihat pada Lampiran 7. Beberapa spesies tingkat semai masih tetap ditemukan hingga tingkat pancang, seperti kelebantuian (Syzygium euneura), jemang (Rhodamnia cinerea) dan seru (Schima wallichii). Spesies tumbuhan atau pohon tahunan juga mulai ditemukan misalnya durian (Durio zibethinus), cempedak (Artocarpus integer) dan jering (Archidendron pauciflorum). Menurut McNaughton dan Wolf(1990) menyebutkan bahwa suksesi sekunder pada lahan bekas pertanian akan didominasi oleh spesies tumbuhan semusim selama satu atau dua tahun sampai mereka digantikan oleh tumbuhan yang memiliki siklus hidupnya lebih panjang. Tabel 9 Nilai penting tingkat pancang di Bebak No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
INP (%)
1.
Kiras
Garcinia hombroniana
Clusiaceae
21,50
2.
Jemang
Rhodamnia cinerea
Myrtaceae
18,11
3.
Kelebantuian
Syzygium euneura
Myrtaceae
11,05
4.
Samak
Syzygium lepidocarpa
Myrtaceae
10,86
5.
Seru
Schima wallichii
Theaceae
10,81
Tutupan vegetasi di Bebak relatif lebih terbuka dibandingkan Rimba (Gambar 10). Hal ini juga disebabkan oleh jumlah pancang Bebak lebih sedikit dari pada di Rimba. Selain itu juga disebabkan oleh pemilihan Bebak yang digunakan adalah Bebak yang baru berumur 10 tahun, sehingga proses suksesi masih berlangsung. Berdasarkan observasi di lapangan, Bebak yang berumur 30 tahun sudah hampir mirip dengan Rimba, baik dari spesies maupun kenampakan formasi yang relatif rapat. Namun belum dilakukan kajian lebih lanjut terkait Bebak berumur selain 10 tahun.
29
Gambar 10 Hutan kerangas sekunder (Bebak) yang relatif terbuka. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang di Padang diperoleh 3 spesies tumbuhan. Spesies tingkat pancang yang memiliki nilai penting tertinggi yaitu sekuncong (Leptospermum flavescens) sebesar 88,46% (Tabel 10) dengan kerapatan 20 ind/ha sama dengan kerapatan pelawan kiring (Tristaniopsis obovata). Nilai kerapatan spesies lainnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Ekosistem padang memang didominasi oleh tumbuhan bawah. Kondisi tumbuhan di Padang relatif kurus dan kering karena kurangnya unsur hara. Tabel 10 Nilai penting tingkat pancang di Padang No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
INP (%)
1. Pelawan kiring
Tristaniopsis obovata
Myrtaceae
55,13
2. Gelam
Malaleuca leucadendron
Myrtaceae
56,41
3. Sekuncong
Leptospermum flavescens
Myrtaceae
88,46
Sekuncong (Leptospermum flavescens) merupakan jenis pohon kecil di Padang yang ditemukan pada tingkat pancang. Spesies ini cocok dijadikan tanaman bonsai karena tidak terlalu besar. Daunnya yang kecil-kecil dan agak tajam merupakan bentuk adaptasi morfologi terhadap kondisi ekosistem yang ekstrim untuk mengurangi penguapan. 5.1.3 Komposisi pohon Hasil analisis vegetasi tingkat pohon di Rimba diperoleh 51 spesies tumbuhan dari 22 famili. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan pada tingkat semai dan pancang. Tingkat pohon didominasi oleh spesies dari Myrtaceae (23,5%). Namun spesies tingkat pohon yang memiliki nilai penting tertinggi dari famili Theaceae yaitu seru (Schima wallichii) dengan INP sebesar 53,36% dan kerapatan 105 ind/ha (Tabel 11). Spesies ini merupakan spesies yang sering dijumpai pada
30
hutan dataran tinggi di pulau Jawa. Spesies lain yang juga memiliki INP di atas 50% yaitu samak (Syzygium lepidocarpa) dengan kerapatan 144 ind/ha. Nilai penting spesies lainnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Salah satu spesies tumbuhan khas hutan kerangas yaitu gerunggang (Cratoxylon glaucum) dengan INP sebesar 15,02%. Spesies ini juga merupakan spesies yang dominan ditemukan di hutan kerangas Taman Nasional Bako, Malaysia Timur (Katagiri et al. 1991). Tabel 11 Nilai penting tingkat pohon di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
INP (%)
1. Seru
Schima walichii
Theaceae
53,36
2. Samak
Syzygium lepidocarpa
Myrtaceae
52,15
3. Jemang
Rhodamnia cinerea
Myrtaceae
16,07
4. Gerunggang
Cratoxylon glaucum
Clusiaceae
15,02
5. Betor Padi
Calophyllum depressinervosum
Clusiaceae
14,69
Berdasarkan kelas diameter, pohon di Rimba didominasi oleh kelas diameter 10 ≤ 20 cm yaitu 74,53% dari 683 individu pohon yang ditemukan atau 509 ind/ha (Gambar 11). Menurut Onrizal (2004), distribusi kelas diameter dari tegakan hutan kerangas Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat yang tertinggi yaitu 2 ≤ 10 cm (6010 ind/ha), sedangkan 10 ≤ 20 cm
memiliki
kerapatan 670 ind/ha. Hal ini juga ditemukan di hutan kerangas Kalimantan Timur yang memiliki pohon berdiameter 10 cm dengan kerapatan 454 – 750 ind/ha (Riswan 1982 diacu dalam MacKinnon et al. 1996).
Gambar 11 Sebaran pohon di Rimba yang jarang.
31
Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat pohon di Bebak diperoleh 35 spesies tumbuhan dari 18 famili. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan pada tingkat semai dan pancang. Tingkat pohon juga didominasi oleh spesies dari Myrtaceae (17,64%). Nilai penting tertinggi tingkat pohon dari famili Theaceae yaitu seru (Schima wallichii) dengan INP sebesar 103,00% dengan kerapatan 109 ind/ha (Tabel 12). Nilai penting spesies lainnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Tabel 12 Nilai penting tingkat pohon di Bebak No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
INP (%)
1.
Seru
Schima wallichii
Theaceae
103,00
2.
Jering
Archidendron pauciflorum
Fabaceae
48,18
3.
Samak
Syzygium lepidocarpa
Myrtaceae
15,48
4.
Medang kalong
Cinnamomum parthenoxylon
Lauraceae
13,10
5.
Mensira
Ilex cymosa
Aquifoliaceae
12,37
Seru (Schima wallichii) memiliki rentang kecocokan tempat tumbuh yang cukup lebar dari ketinggian 100 – 1600 mdpl (Boojh & Ramakrishnan 1982). Spesies ini juga termasuk spesies pionir sekaligus spesies klimaks, sehingga mampu tumbuh dengan baik di Rimba maupun Bebak (Vaidhayakarn & Maxwell 2010). Pertumbuhan seru (Schima wallichii) relatif cepat pada lahan yang baru terbuka, sehingga seru sangat mudah ditemukan di dalam maupun di luar kawasan hutan dengan warna pucuk daunnya kemerah-merahan. Bunga seru sangat mudah dikenali di permukaan tanah (Gambar 12). Menurut Sahoo dan Lalfakawma (2010), semakin banyak pohon induk semakin banyak anakannya dan kemampuan survival Schima wallichii pada lahan yang terganggu lebih tinggi daripada lahan yang tidak terganggu.
Gambar 12 Bunga seru (Schima wallichii).
32
Di Bebak juga ditemui jering (Archidendron pauciflorum) yang merupakan spesies tumbuhan yang sudah biasa dibudidayakan. Spesies lain yang ditemukan yaitu Mensira (Ilex cymosa) yang biasanya berada di komunitas yang agak terbuka, dan cukup baik beradaptasi terhadap api (Whitmore 1984). Pohon yang tumbuh di Padang memiliki kayu yang sangat keras, kering dan sangat jarang ditemukan. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon di Padang diperoleh 2 spesies tumbuhan. Spesies tingkat pohon yang memiliki nilai penting tertinggi yaitu sekuncong (Leptospermum flavescens) sebesar 180,60% dengan kerapatan 2 ind/ha dan prepat (Combretocarpus rotundatus) sebesar 119,40% dengan kerapatan 1 ind/ha. Kedua spesies tersebut hanya ditemukan di satu plot pengamatan (Lampiran 11). Sedikitnya tingkat pohon di Padang semakin menunjukkan tingkat kerawanan ekosistem ini sebagai sebagai penyangga ekosistem. Permukaan batang sekuncong (Leptospermum flavescens) sangat keras dan kering yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan (Gambar 13). Kondisi tanah yang asam dan miskin hara tidak mendukung kelangsungan hidup spesies-spesies lain yang ditemukan pada tingkat semai hingga tingkat pancang maupun pohon. Namun hal ini memang merupakan ciri khas dari ekosistem padang.
Gambar 13 Kondisi batang pohon sekuncong (Leptospermum flavescens) yang keras dan kering. Secara umum dapat dilihat adanya perbedaan spesies yang mendominasi di setiap tipe hutan kerangas dan pada setiap tingkat pertumbuhan. Spesies tingkat
33
semai yang mendominasi di Rimba yaitu samak (Syzygium lepidocarpa), spesies ini bukan spesies yang mendominasi pada tingkat pancang dan pohon. Demikian juga yang terjadi di Bebak dan Padang. Pada tingkat pohon di Rimba dan Bebak didominasi seru (Schima wallichii). Berdasarkan Mosaic Theory, komposisi dan dominansi vegetasi di suatu ekosistem akan mengalami perubahan di masa depan (Richards 1952 diacu dalam Hikmat 2005). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat survival suatu spesies tehadap dinamika eksosistem baik secara fisik maupun biotik serta gangguan dari luar. 5.1.4 Keanekaragaman spesies tumbuhan (H’) Nilai keanekaragaman spesies tumbuhan tingkat pancang dan pohon di Rimba lebih tinggi daripada di Bebak dan Padang yaitu 3,73 dan 3,09 (Gambar 14). Semakin klimaks sebuah ekosistem maka akan diikuti dengan bertambahnya jumlah spesies yang dapat hidup disana pada tingkat semai dan hanya spesiesspesies tertentu saja yang dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, penurunan nilai keanekaragaman dari tingkat semai menuju tingkat pohon dapat terjadi. Nilai keanekaragaman tingkat semai di Rimba lebih kecil daripada di Bebak, yaitu 3,86 sedangkan di Bebak 4,03. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah individu setiap spesies di Rimba tidak terdistribusi secara merata (Ludwig & Reynolds 1988). Nilai keanekaragaman semai, pancang dan pohon di Padang sangat rendah dibandingkan Bebak dan Rimba yaitu 2,34; 1,07 dan 0,67. Menurut Wells (1976) diacu dalam McNaughton dan Wolf (1990) menyebutkan bahwa
Nilai indeks keanekaragaman
beberapa spesies mempunyai kemampuan berkoloni yang cepat di tegakan pionir. 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Rimba Bebak Padang
Semai
Pancang
Pohon
Tingkat pertumbuhan
Gambar 14 Indeks keanekaragaman spesies tumbuhan di hutan kerangas.
34
Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh bervariasi berdasarkan tipe hutan dan tingkat pertumbuhan. Menurut Kissinger (2002) perubahan indeks keanekaragaman jenis terjadi sebagai akibat dari karakteristik biologis dari hutan yang selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, perubahan keanekaragaman juga dapat terjadi dalam waktu yang cepat sebagai akibat dari aktivitas manusia atau gejala alam lainnya. 5.1.5
Kekayaan spesies tumbuhan (R) Nilai kekayaan spesies tumbuhan tingkat semai di Rimba dan Bebak tidak
berbeda jauh. Nilai kekayaan spesies tumbuhan tingkat semai di Rimba yaitu 14,35, sedangkan di Bebak 14,44 (Gambar 15). Perbedaan yang tidak signifikan ini juga dapat disebabkan oleh kemiripan tipe ekosistem. Bebak merupakan hutan sekunder bekas ladang yang sudah ditinggalkan selama 10 tahun, sehingga jumlah spesies yang terdapat disana juga cukup banyak, terutama spesies pionir. Menurut Wells (1976) diacu dalam McNaughton dan Wolf (1990) menyebutkan bahwa beberapa spesies mempunyai kemampuan berkoloni yang cepat di tegakan pionir. Faktor yang memengaruhi nilai kekayaan spesies yaitu total jumlah individu semua spesies. Semakin besar total jumlah individu semua spesies yang ditemukan pada suatu ekosistem maka nilai kekayaan akan semakin kecil, dengan pembanding ekosistem kedua memiliki jumlah spesies yang sama namun jumlah total individu semua spesies lebih kecil (Ludwig & Reynolds 1988). Pada ekosistem padang, kekayaan spesies tumbuhan tingkat semai, pancang dan pohon paling kecil, berturut-turut 3,27; 0,78 dan 0,91. Jumlah spesies tumbuhan tingkat pancang dan pohon selain sedikit juga memiliki jumlah individu yang sedikit. Pada tingkat pancang hanya diperoleh 3 spesies dengan jumlah individu sebanyak 52 ind/ha. Sedangkan pada tingkat pohon hanya diperoleh 2 spesies dengan jumlah individu sebanyak 3 ind/ha. Jumlah ini relatif sangat kecil dan memberikan ciri hutan kerangas khusus atau Padang memiliki kekayaan spesies tingkat pancang dan pohon yang sangat rendah.
35
16 Nilai indeks kekayaan
14 12 10 8
Rimba
6
Bebak
4
Padang
2 0 Semai
Pancang
Pohon
Tingkat pertumbuhan
Gambar 15 Indeks kekayaan spesies tumbuhan di hutan kerangas. 5.1.6
Kemerataan spesies tumbuhan (E) Nilai kemerataan spesies tumbuhan tingkat semai di Bebak paling tinggi
dari pada di Rimba dan Padang. Sedangkan nilai kemerataan spesies tumbuhan tingkat pancang dan pohon tertinggi yaitu di Padang. Tingkat pohon di Padang hanya diperoleh sebanyak dua spesies dengan jumlah individu sebanyak tiga individu. Hal ini menyebabkan nilai kemerataan spesies tumbuhan tingkat pohon di Padang lebih tinggi yaitu 0,97 (Gambar 16). Pada ekosistem Rimba, nilai kemerataan spesies tumbuhan tingkat pohon yaitu 0,78. Hal ini disebabkan oleh jumlah individu dari 51 spesies pohon, hanya 14 spesies tumbuhan yang jumlah individunya di atas rata-rata, sisanya di bawah
Nilai indeks kemerataan
rata-rata. 1.2 1 0.8 0.6
Rimba
0.4
Bebak
0.2
Padang
0 Semai
Pancang
Pohon
Tingkat pertumbuhan
Gambar 16 Indeks kemerataan spesies tumbuhan di hutan kerangas.
36
5.1.7
Kesamaan komunitas tumbuhan (IS) Indeks kesamaan komunitas tumbuhan antara Rimba dan Bebak yaitu
58%; antara Rimba dan Padang yaitu 13 %; dan antara Bebak dan Padang sebesar 12% (Gambar 17). Nilai yang diperoleh ini menunjukkan adanya spesies tumbuhan yang sama di setiap ekosistem. Tingginya jumlah spesies yang sama di Rimba dan Bebak dapat disebabkan oleh jarak antara Bebak dan hutan alam yang tidak terlalu jauh, sehingga masih sangat dimungkinkan adanya penyebaran biji oleh agen penyebar biji maupun agen penyerbuk. Kondisi habitat yang hampir sama juga menjadi faktor yang mempengaruhi kesamaan spesies pada kedua lokasi tersebut.
Indeks Kesamaan Komunitas (%)
70
Rimba dan Bebak, 58
60 50 40 30
Rimba dan Padang, 13
20
Bebak dan Padang, 12
10 0
Lokasi
Gambar 17 Indeks kesamaan komunitas. 5.1.8 Status konservasi Hutan kerangas merupakan kawasan yang bernilai konservasi tinggi (Konsorsium Revisi HCVF Toolkit Indonesia 2008). Hal ini didukung oleh keberadaan spesies-spesies di hutan kerangas dan termasuk dalam spesies yang dilindungi menurut IUCN Red List 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa, dan CITES (Tabel 13). Tabel 13 Status konservasi spesies yang diperoleh No
Nama Lokal
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Belangeran Ketakong 1 Ketakong 2 Ketakong 3 Ketakong 4 Perepat
Nama Ilmiah Shorea belangeran Nepenthes gracilis Nepenthes ampullaria Nepenthes rafflesiana Nepenthes reinwardtiana Combretocarpus rotundatus
IUCN CR LC LC LC LC VU
Status Konservasi CITES PP No 7 Tahun 1999 Tidak dilindungi App. II Dilindungi App. II Dilindungi App. II Dilindungi App. II Dilindungi Tidak dilindungi
37
Hasil analisis vegetasi juga diperoleh belangeran (Shorea belangeran). Spesies ini termasuk dalam kategori CR (Critically endangered) dalam IUCN Red List tahun 2010 yang berarti kritis dan terancam punah. Kayu belangeran merupakan salah satu jenis kayu komersil. Selain belangeran (Shorea belangeran), spesies lain yang termasuk dalam status konservasi VU (Vulnerable/Rawan) IUCN Red List tahun 2010 adalah prepat (Combretocarpus rotundatus). Jumlahnya masih berisiko rendah dari kepunahan. Spesies-spesies yang dilindungi menurut PP Nomor 7 Tahun 1999 yaitu dari famili Nepenthaceae, diantaranya Nepenthes gracilis, Nepenthes ampularia, Nepenthes rafflesiana dan Nepenthes reinwardtiana. Keempat spesies nepenthes tersebut juga termasuk dalam kategori LC (Least Concern/Kurang diperhatikan) menurut IUCN Red List tahun 2010. Beberapa spesies nepenthes tersebut relatif masih mudah dijumpai baik Rimba, Bebak maupun Padang. Spesies nepenthes yang relatif melimpah yaitu Nepenthes gracilis dan Nepenthes ampularia. Namun keempat spesies nepenthes yang diperoleh tetap memerlukan perhatian khsuus dari pemerintah, karena termasuk dalam kategori Appendix II CITES. Menurut Mardiastuti dan Soehartono (2003) spesies yang termasuk dalam kategori Appendix II CITES merupakan spesies yang ada pada saat ini tidak termasuk ke dalam kategori terancam punah, namun memiliki kemungkinan untuk terancam punah jika perdagangan tidak diatur. Perdagangan terhadap jenis yang termasuk Appendiks II dapat diperbolehkan, selama Management Authority dari negara pengekspor megeluarkan izin ekspor 5.2 5.2.1
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Karakteristik responden Jumlah responden yang diwawancarai terkait hasil analisis vegetasi yang
diperoleh yaitu sebanyak 25 orang. Wawancara dihentikan ketika sudah tidak ada lagi perbedaan khasiat obat yang diperoleh. Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu didominasi oleh masyarakat yang berusia di atas 50 tahun yaitu sebanyak 68% (Gambar 18), berlatar pendidikan sekolah dasar sebanyak 84% (Gambar 19) dan memiliki pekerjaan utama sebagai buruh harian sebanyak
38
84% (Gambar 20). Beberapa responden yang bekerja sebagai buruh harian juga merangkap pekerjaan lain, misalnya sebagai dukun kampung dan peramu obat tradisional. Namun pekerjaan ini bersifat sosial dan sukarela, bukan mata pencaharian. Jumlah responden didominasi oleh responden laki-laki yaitu 68% dan responden wanita sebanyak 32% dengan nama responden terlampir (Lampiran 12).
4% 24%
20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun
4% 68%
50 tahun ke atas
Gambar 18 Persentase usia responden. Masyarakat peramu obat masih mengambil tumbuhan obat langsung dari hutan. Pekerjaan ini dijalankan turun-temurun sesuai dengan pengetahuan yang telah diwariskan. Responden yang diklasifikasikan sebagai peramu adalah orang yang bermata pencaharian sebagai penjual obat tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan obat. Pada kenyataannya kemampuan meramu obat juga dimiliki oleh beberapa responden lainnya yang bermata pencaharian sebagai buruh harian. Sebagian besar responden bermata pencaharian sebagai buruh harian perkebunan kelapa sawit dan karet yang ada di sekitar hutan. Masuknya perkebunan kelapa sawit dan karet selain mengurangi ketersediaan hutan, juga mengubah pola kehidupan masyarakat sekitar. Sebelum masuknya perkebunan sawit, masyarakat masih menggantungkan hidup dari kawasan hutan. Jam harian masyarakat banyak dihabiskan di rumah atau di hutan. Setelah masuknya perkebunan kelapa sawit, masyarakat menjadi buruh harian dengan pekerjaan yang beragam seperti menebas, mengisi polibag, mendangir,
39
memupuk dan lainnya. Gambar 19 menunjukkan persentase pekerjaan responden yang diperoleh saat pengambilan data. 4% 4% 8% Buruh harian Peramu Ibu rumah tangga Wiraswasta 84%
Gambar 19 Persentase pekerjaan responden. Tingkat pendidikan terakhir responden didominasi oleh tingkat SD. Responden mengaku bahwa bukan hanya karena ketidakmampuan ekonomi untuk sekolah, tetapi juga karena kurangnya motivasi untuk melanjutkan sekolah. Tempat tinggal yang jauh dari sekolah lanjutan juga semakin mengurungkan keinginan mereka untuk bersekolah. Pada saat seperti ini, masyarakat hanya melihat kekayaan perkebunan yang sudah merusak hutan mereka. Aksesibilitas menuju lokasi penelitian sudah diaspal. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa di sana belum ada aliran listrik dari PLN sehingga masyarakat tetap mempersiapkan genset di rumah-rumah mereka.
8% 8% SD SMP/MTs SMA 84%
Gambar 20 Persentase pendidikan terakhir responden.
40
5.2.2
Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan famili Spesies tumbuhan obat yang diperoleh dari 224 spesies tumbuhan yang
ditemukan yaitu sebanyak 101 spesies. Sebanyak 83,17% spesies tumbuhan obat dari Rimba, 69,31% dari Bebak dan 9,90% dari Padang. Tumbuhan obat tersebutdiklasifikasikan ke dalam 50 famili yang dapat dilihat pada Lampiran 13.Enam famili tersebut diantaranyayaitu Myrtaceae (11 spesies), Rubiaceae (10 spesies), Clusiaceae (6 spesies), Fabaceae (5 spesies), Euphorbiaceae (5 spesies) dan Apocynaceae (5 spesies) (Gambar 21).
Apocynaceae
Famili
Euphorbiaceae Fabaceae Clusiaceae Rubiaceae Myrtaceae 0
2
4
6 8 Jumlah spesies
10
12
Gambar 21 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan enam famili tertinggi. Myrtaceae merupakan famili yang memiliki berbagai macam spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat, seperti jemang (Rhodamnia
cinerea),
gelam
(Malaleuca
leucadendron),
keremuntingan
(Rhodomyrtus tomentosa), keleta’an (Melastoma polyanthum) dan sekudong pelandok (Syzygium buxifolium). Secara ekologi, beberapa spesies Myrtaceae merupakan spesies pionir sehingga lebih cepat tumbuh di daerah kritis. Salah satunya yaitu keremuntingan (Rhodomyrtus tomentosa) yang memiliki manfaat sebagai obat dan fungsi ekologis yang tinggi. Spesies ini dapat tumbuh di areal bekas tambang timah (Gambar 22). Menurut Pratiwi (2010) keberadaan keremuntingan di lahan bekas tambang timah dapat dijadikan sebagai pionir untuk meningkatkan unsur hara tanah dan pencegah erosi. Keremuntingan juga telah terbukti memiliki kandungan antioksidan yang berguna bagi tubuh (Putra et al., 2009). Keremuntingan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat sakit perut dan penurun tekanan darah
41
tinggi. Daun keremuntingan diseduh dan diminum airnya. Heyne (1987a) menyebutkan bahwa daun keremuntingan yang ditumbuk berguna untuk menyembuhkan luka-luka.
Gambar 22 Keremuntingan di lahan bekas tambang timah. Keleta’an (Melastoma polyanthum) berguna sebagai obat sakit gigi dan gusi bengkak. Penggunaannya yaitu dengan merebus daun keleta’an kemudian airnya digunakan untuk berkumur. Manfaat lain dari spesies ini yaitu sebagai obat luka bakar dan menyembuhkan buang air berdarah (Heyne 1987a). Spesies dari famili Rubiaceae biasa dikenal kopi-kopian yang memiliki ciri khas yaitu pada buahnya terdapat aroma yang nikmat (Lubis 2008). Pada kondisi habitat yang ekstrim, tumbuhan akan memproduksi metabolit sekunder yang lebih tinggi dibandingkan pada kondisi yang subur. Spesies dari famili ini di antara, yaitu meleman (Psychotria malayana), akar rurutan (Gynochtodes coriacea),
akar
segendai
(Coptosapelta
tomentosa),
tempala
(Timonius
flavescens) dan sereting (Prismatomeris tetrandra). Potensi tumbuhan obat di hutan kerangas belum banyak diungkapkan oleh peneliti-peneliti. Menurut Nurrohman (2011) diperoleh 38 spesies tumbuhan berguna di HCV PT Agro Lestari Mandiri Kalimantan Barat dengan tipe hutan kerangas. Menurut Widyaninggar (2011) diperoleh 152 spesies tumbuhan berguna di HCV PT Sawit Kapuas Kencana dengan tipe hutan kerangas. Hasil yang didapat keduanya menyebutkan bahwa spesies yang diperoleh di hutan kerangas lebih sedikit daripada hutan dataran rendah. Menurut Ditjen POM (1991) diacu dalam Zuhud et al. (1994), persentase penyebaran tumbuhan obat di Indonesia diperoleh dari 6 tipe hutan di Indonesia,
42
antara lain hutan hujan dataran rendah (49,4%), hutan mangrove (3,9%), hutan pantai (5,6%), hutan savana (6,1%), hutan musim (13,9%) dan hutan hujan pegunungan (21,1%). Sebanyak 16 spesies tumbuhan obat di hutan kerangas yang diperoleh dalam penelitian ini sudah terdokumentasi sebagai tumbuhan obat menurut Zuhud et al. (1994), misalnya Baeckea frutescens, Cratoxylon formosum, Curculigo latifolia dan Rhodamnia cinerea. 5.2.3
Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus Persentase keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus yaitu
sebanyak 45% pohon, 30% liana dan 14% perdu (Gambar 23). Salah satu spesies pohon yang berkhasiat sebagai obat diantaranya yaitu pohon butun (Cratoxylon formosum). Pohon ini memiliki duri pada batangnya yang masih muda (Gambar 24a). Daun yang menempel di ujung duri batang tersebut berkhasiat sebagai obat bisul dan sasak isi (koreng di badan). Kegunaan lain dari spesies ini yaitu kulit batangnya sebagai obat sakit perut, getahnya sebagai obat kudis dan daunnya untuk obat luka bakar (Adriyanti et al. 2003).
3%
8% 30%
Liana Perdu Pohon Semak
45%
14%
Herba
Gambar 23 Persentase tumbuhan obat berdasarkan habitus. Potensi liana yang sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat, diantaranya akar kayu bau (Artabotrys suaveolens) sebagai obat masuk angin, panas dalam dan salah satu dari 44 ramuan setelah melahirkan; akar sariawan (Connarus semidecandrus) sebagai obat sariawan; dan akar banar (Smilax barbata) sebagai obat maag dan salah satu dari 44 ramuan setelah melahirkan
43
(Gambar 24b). Sesuai dengan potensi liana yang diperoleh yaitu terbanyak kedua setelah pohon. Masyarakat mengenal liana berkayu maupun liana yang tidak berkayu dengan sebutan akar. Pada habitus herba, semak dan perdu digunakan dalam jumlah yang lebih sedikit daripada pohon dan liana. Hal ini dapat disebabkan karena potensi habitus ini memang tidak mendominasi dalam komunitas hutan.
A
B
Gambar 24 Beberapa spesies tumbuhan obat: (a) Butun (Cratoxylon formosum), (b) Akar banar (Smilax barbata). 5.2.4
Keanekaragaman digunakan
tumbuhan
obat
berdasarkan
bagian
yang
Bagian tumbuhan obat yang banyak digunakan adalah akar dan daun. Sebanyak 49 spesies dimanfaatkan bagian akarnya sebagai obat atau sekitar 45% dan 35 spesies dimanfaatkan daunnya sebagai obat atau sekitar 35% (Gambar 25). Potensi lainnya yaitu bunga, buah, batang, air kantung dan herba. Hal ini sesuai dengan potensi habitus yang ada disana, yaitu liana atau akar dalam bahasa setempat. Batang Buah 13% 3% Bunga 2%
Air kantung Herba 3% 2%
Akar 45% Daun 32%
Gambar 25 Persentase tumbuhan obat berdasarkan bagian yang dimanfaatkan.
44
Beberapa spesies tumbuhan dimanfaatkan akarnya yaitu akar banar (Smilax barbata), akar kayu bau (Artabortrys suaveolens) dan akar ketumpu (Maesa ramentacea). Masyarakat setempat sering menggunakan akar kayu bau (Artabortrys suaveolens) sebagai obat masuk angin dan panas dalam dengan cara meminum air rebusan akarnya. Kegunaan lain spesies ini juga disampaikan Heyne (1987b), yaitu sebagai obat kolera. Bagian yang digunakan adalah ekstrak daunnya yang memberikan cairan aromatis yang hangat. Daun juga merupakan bagian tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat. Salah satunya yaitu daun medang belilin (Cryptocarya densiflora) sebagai obat sakit kepala dan penurun demam panas. Penggunaannya yaitu dengan merendam beberapa helai daun medang belilin di mangkok, kemudian remas daunnya. Remasan daun akan menghasilkan lendir yang bersifat dingin dan tidak lengket, kemudian usapkan pada bagian kepala atau bagian badan lainnya. Cara seperti ini biasa dikenal masyarakat dengan sebutan uras. Pemanfaatan bagian batang meliputi air batang, getah batang, kulit batang. Air dari batang gelam (Malaleuca leucadendron) dapat digunakan sebagai obat panas dalam atau batuk dengan cara meminum air batangnya langsung. Menurut Heyne (1987b) bagian yang digunakan sebagai obat dari spesies ini yaitu bagian daun-daun dan bunganya, yaitu dapat dijadikan minyak rambut. Cara pembuatannya yaitu merendam dan mengasap daun serta bunganya dengan kemenyan. Manfaat bagian batang lainnya, yaitu getah batang betor padi (Calophyllum depressinervosum) dapat dibuat minyak oles untuk menghilangkan gatal-gatal. Menurut Purnawan (2003) spesies ini dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak sebagai obat tradisional dalam mengobati penyakit kencing berdarah. Seluruh bagian tumbuhan Calophyllum baik akar, buah, daun, batang, kulit kayu maupun kayunya dipergunakan dalam terapi penyembuhan beberapa penyakit, misalnya penyakit kulit dan nyeri encok. 5.2.5
Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan jenis penyakit Hasil wawancara masyarakat diperoleh 24 spesies tumbuhan obat
digunakan sebagai ramuan sehabis melahirkan, 29 spesies tumbuhan digunakan untuk mengobati kelompok penyakit sistem ketahanan tubuh, misalnya demam,
45
masuk angin dan panas dalam. Penyakit kulit, telinga, mata dan wajah (25 spesies), sistem syaraf (5 spesies), sistem peredaran darah (1 spesies), sistem reproduksi (3 spesies), sistem pernapasan (6 spesies), sistem pencernaan (26 spesies), sistem kerangka dan otot (7 spesies) dan kelompok penyakit lain-lain (23spesies) (Gambar 26). Ramuan jamu setelah melahirkan
Kelompok penyakit
Sistem ketahanan tubuh Kulit, telinga, mata dan wajah Sistem syaraf Sistem peredaran darah Sistem reproduksi Sistem pernafasan Sistem pencernaan Sistem kerangka dan otot Lain-lain 0
5
10
15 20 25 Jumlah spesies
30
35
Gambar 26 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit. Salah satu jenis kelompok penyakit sistem pencernaan yaitu lever atau biasa dikenal dengan sakit kuning. Sengkelut (Lycopodium cernuum) diketahui seluruh bagian tumbuhan ini sebagai obat sakit kuning dengan cara direbus dan diminum airnya. Zuhud et al. (2003) menyebutkan bahwa spesies ini berkhasiat sebagai penyegar, penurun tekanan darah dan peluruh air seni. Kelompok jenis penyakit lain-lain meliputi penawar racun binatang, cacing kremi, pemanis kecapan, menghilangkan kebiasaan buang air kecil saat tidur, pusar besar, koreng gana, anak kecil sering nguliat dan lainnya. Keanekaragaman jenis penyakit ini sesuai dengan kearifan lokal masyarakat dalam menggunakan tumbuhan obat dari hutan. Beberapa spesies kantong semar (Nepenthes spp.) dimanfaatkan sebagai obat mata dan menghentikan kebiasaan mengompol pada anak kecil. Keliangauan (Curculigo latifolia) biasa digunakan untuk menghilangkan rasa pahit di lidah ketika sakit (pahit kecapan) dengan memakan buahnya yang sudah matang karena rasanya yang sangat manis dan tetap melekat rasa manisnya.
46
5.2.6 Pemanfaatan tumbuhan obat Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Kelubi sudah dilakukan secara turun temurun. Hal ini masih dipegang oleh masyarakat sekitar hutan. Beberapa penyakit yang sering diderita oleh mereka yaitu pegal, sakit kepala dan panas dalam. Spesies tumbuhan obat yang digunakan ada yang diambil langsung dari hutan dan ada juga yang diambil dari pekarangan. Tumbuhan obat dapat digunakan dalam bentuk segar maupun yang sudah dikeringkan. Penyimpanan bagian tumbuhan obat yang biasa digunakan dilakukan dengan cara pengeringan. Salah satu bagian tumbuhan obat yang biasa disimpan dalam bentuk kering yaitu akar. Cara pengawetan akar tumbuhan obat dilakukan dengan memotong kecil akar dan kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, akar tersebut disimpan dalam kardus, plastik, karung atau keranjang yang terbuat dari pandan lais (Pandanus furcatus). Menurut Prayetno (2010) bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apa pun juga, berupa bahan yang dikeringkan disebut simplisia. Pemanfaatan tumbuhan obat tidak hanya untuk kebutuhan pribadi, namun juga diperjualbelikan. Penjualan simplisia dilakukan oleh beberapa orang yang memang bekerja sebagai penjual obat tradisional. Semua jenis simplisia dijual dengan harga Rp10.000 per bungkus (Gambar 27). Simplisia tersebut dijual kepada orang-orang yang sudah menjadi langganan dan sebagian disimpan untuk pembeli yang datang ke rumah.
Gambar 27 Simplisia akar kayu bau (Artabotrys suaveolens) siap dijual.
47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Komposisi vegetasi di hutan kerangas Belitung Timur terdiri dari 224 spesies tumbuhan dan 72 famili dalam berbagai habitus dan tingkat pertumbuhan pohon. Famili tumbuhan yang anggotanya paling banyak ditemukan adalah Myrtaceae (27 spesies). 2. Jumlah spesies tumbuhan obat yang teridentifikasi sebanyak 101 spesies dari 50 famili. Famili tumbuhan obat yang anggotanya paling banyak digunakan adalah Myrtaceae (11 spesies).
6.2 Saran 1. Data dan informasi mengenai keanekaragaman dan potensi tumbuhan obat yang sudah terdokumentasi diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk membangun arboretum atau kebun koleksi tumbuhan obat di Belitung Timur. 2. Perlu dilakukan beberapa penelitian lanjutan terkait uji fitokimia untuk mendukung
khasiat
tumbuhan
obat
yang
diperoleh
agar
dapat
dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya tumbuhan obat
tradisional yang paling banyak digunakan yaitu akar kayu bau (Artabotrys suaveolens) sebagai obat masuk angin dan panas dalam serta spesies lainnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
Adriyanti DT, Indriyatno, Dwiasmoro SP. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid V. Yogyakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2007. Belitung Timur dalam Angka 2004 – 2008. Belitung Timur: BAPPEDA. Boojh R, Ramakrishnan PS. 1982. Growth and Architecture of Two Altitudinal Population of Schima wallichii. Proceedings of the Indian National Science Academy B48 No 4: 534-545 Brunig EF. 1974. Ecological Studies in The Kerangas Forests of Sarawak and Brunei. Malaysia: Borneo Literature Bureau [Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. http://www.dephut.go.id[9 Januari 2010]. [Dinperhut] Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2009. Data Flora dan Fauna Kabupaten Belitung Timur. Belitung Timur: Dinperhut. Fakhrurrazi Y. 2001. Satuan-satuan lansekap dan keanekaragaman tumbuhan buah-buahan liar edibel dalam kehidupan masyarakat melayu Belitung tesis. Bogor: Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 2. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kehutanan. Heyne K. 1987b. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 3. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kehutanan. Hikmat A. 2005. Species composition, biomass and economic valuation of three virgin jungle reserve in Peninsular Malaysia [dissertation]. Malaysia. Universiti Kebangsaan Malaysia. Bangi Irwanto. 2006. Dinamika dan Pertumbuhan Hutan Sekunder. Yogyakarta. http://www.irwantoshut.com [25 januari 2012]. Katagiri S, Yamakura T, Lee SH. 1991. Properties of Soils in Kerangas Forest on Sandstone at Bako National Park, Sarawak, East Malaysia. Southes Asian Studies 29(1):35-48. Kissinger. 2002. Keanekaragaman jenis tumbuhan, struktur tegakan, dan pola sebaran spasial beberapa spesies pohon tertentu di hutan kerangas tesis. Bogor: Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan Benilai Konservasi di Indonesia. Jakarta:Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. KusmanaC. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: IPB Press.
49
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2002. Laporan Eksplorasi Flora di Pulau Belitung. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods on Computing. New York: John Willey and Sons. Lukaningsih ZL. 2011. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Mackinnon K, Hatta G., Halim H, Mangalik A. 1996. The Ecology of Kalimantan. Jakarta: Penerbit Periplus Editions. Mansur M. 2007. Keanekaragaman Jenis Nepenthes (Kantong Semar) Dataran Rendah di Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmiah Nasional8(5):335-339. Mardiastuti A, Soehartono T. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Jakarta: Japan Interational Cooperation Agency (JICA). McNaughton SJ, Wolf LL. 1990. Ekologi Umum: edisi kedua. Sunaryo P, Srigandono, penerjemah; Soedarsono, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: General Ecology. Mueller-Dombois D, Ellenberg H. 1974 Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York:John Wiley and Sons. Novel SS. 2010. Ensiklopedi Penyakit Menular dan Infeksi. Bandung: Familia Pustaka Keluarga Nurrohman O. 2011. Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV (High Conservation Value) di perkebunan kelapa sawit, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor. Nurrochmat DR, Solihin I, Ekayani M, Handoko A. 2010. Neraca Pembangunan Hijau Konsep dan Implikasi Bisnis Karbon dan Tata Air di Sektor Kehutanan. Bogor: IPB Press. Onrizal, Kusmana C, Saharjo BH, Handayani IP,Kato T. 2005. Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Kerangas Bekas Kebakaran di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Jurnal Biodiversitas 6(4). Hlm: 266-268 Onrizal. 2004. Model Penduga Biomassa dan Karbon tegakan Hutan Kerangas di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Onrizal.2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Medan:Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pratiwi SD. 2010. Analisis kesesuaian geologi dalam rangka rehabilitasi lahan pasca penambangan studi kasus Belitung Timur [skripsi]. Jakarta: Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti. Proctor J, Anderson JM, Chai P, Vallack HW. 1983. Ecological Studies in Four Contrasting Lowland Rain Forest in Gunung Mulu National Park, Sarawak: I. Forest Environment, Stucture and Floristics. The Journal ofEcology Vol.
50
71 No.1Mar1983.http://links.jstor.org/sici?sici=00220477%2 8198303%2971%3A1%3C237%3AESIFCL%3E2.0.CO%3B2-S. [16 Mei 2011]. Purnawan A. 2003. Identifikasi Senyawa Kimia Pada Tumbuhan Obat (Calophyllum spectabile Wild). Alchemy 2(2):1-5 Putra IP, Krisnayana IMP, Rahayu AT., Sofiyana MS., Sari WE. 2009. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa: Ekstraksi Buah Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) sebagai Zat Antioksidan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Richard PW. 1996. The Tropical Rainforest: an Ecological Study. 2nd Ed. Cambridge: Cambridge Univ. Press. p320 – 328. Riswan S, Kartawinata K. 1988. Regeneration after disturbance in a kerangas (heath) forest in East Kalimantan, Indonesia. In: Soemodihardjo, S., ed. Some ecological aspects of tropical forest of tropical forest of East Kalimantan: A collection of research reports Indonesian National MAB Committee Contribution 48: 39 Sahoo UK, Lalfakawma. 2010. Population Dynamics of Schima wallichii in an Undisturbed vs Disturbed Tropical Forest Stad of North-East India. International Journal of Ecology and Environmental Sciences 36 (2-3): 157-165 Sarwono J. 2011. Mixed Methods Cara Menggabung Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Soendjoto MA. 2007. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Budaya dan Kearifan Lokal. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat Press Vaidhayakarn C, Maxwell JF. 2010. Ecologycal Status of The Lowland Decidious Forest in Chang Kian Valley, Chiang Mai, Northern Thailand. Maejo Inter Scince Technology 4 (20): 268-317 Whitmore TC. 1984. Tropical Rainforest of the Far East. 2nd Ed. Oxford:Clarendon Press. Whitten AJ, Anwar J, Damanik SJ, Hisyam N. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: UGM Press. Widyaninggar NP. 2011. Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV (High Conservation Value) di perkebunan kelapa sawit, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor. Zuhud EAM. 2009. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia Yang“Bhineka Tunggal Ika” Dengan Pengembangan Potensi Lokal EthnoForest-Pharmacy (Etno-Wanafarma) Pada Setiap Wilayah Sosio-Biologi Satu-Satuan Masyarakat Kecil [makalah] disampaikan pada Seminar POKJANASTOI XXXVI 13 dan 14 Mei 2009 di Yogyakarta.
51
Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E, Hikmat A, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI. Bogor: Yayasan Sarana Wana Jaya. Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Dalam Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
52
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
1.
Abu-abu
Syzygium palembanicum Miq.
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
2.
Akar banar
Smilax barbata Wall.
Smilaxaceae
Liana
Rimba, Bebak
3.
Akar berebat
Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Mor.) Benth.
Fabaceae
Liana
Rimba, Bebak
4.
Akar geruntang tangga
Salacia oblongifolia Bl.
Celastraceae
Liana
Bebak
5.
Akar ibu
Lygodium microphyllum (Cav.) R.Br.
Schizaeaceae
Liana
Bebak
6.
Akar ijau
Hypserpa sp.
Menispermaceae
Liana
Rimba, Bebak
7.
Akar kayu bau
Artabotrys suaveolens Blume
Annonaceae
Liana
Rimba
8.
Akar ketumpu
Maesa ramentacea (Roxb.) Wall.
Myrsinaceae
Liana
Rimba
9.
Akar kuaya
Dalbergia rostrata Grah. ex Prain.
Fabaceae
Liana
Rimba, Bebak
10.
Akar lambai
Ampelocissus thyrsiflora Planch.
Vitaceae
Liana
Rimba, Bebak
11.
Akar larak
Uvaria hirsuta Jack
Annonaceae
Liana
Rimba
12.
Akar larak pisang
Uvaria lobbiana Hook.f. & Thomson
Annonaceae
Liana
Rimba, Bebak
13.
Akar larak tangkup
Fissistigma latifolium Merrill
Annonaceae
Liana
Rimba
14.
Akar mencirian
Salacia korthalsiana Miq.
Celastraceae
Liana
Bebak
15.
Akar mengkerang
Ichnocarpus sp.
Apocynaceae
Liana
Rimba, Bebak
16.
Akar mengkunyitan
Fibraurea tinctoria Lour.
Menispermaceae
Liana
Rimba
17.
Akar parang
Willughbeia firma Blume
Apocynaceae
Liana
Rimba
18.
Akar rurutan
Gynochthodes coriacea Blume
Rubiaceae
Liana
Bebak
19.
Akar sariawan
Connarus semidecandrus Jack
Connaraceae
Liana
Rimba, Bebak
20.
Akar segendai
Coptosapelta tomentosa Valeton ex K.Heyne
Rubiaceae
Liana
Rimba, Bebak, Padang
21.
Akar sengkikip
Combretum tetralophum C.B.Clarke
Rhizophoraceae
Liana
Rimba
22.
Akar tangkel
Gnetum cuspidatum Blume
Gnetaceae
Liana
Rimba, Bebak
23.
Akar terong bulus
Ancistrocladus tectorius Merr.
Ancistrocladaceae
Liana
Rimba, Bebak
24.
Akar ubi-ubi
Cissus adnata Roxb.
Vitaceae
Liana
Rimba
53
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
25.
Ambong-ambong
Glochidion arborescens Blume
Euphorbiaceae
Pohon
Rimba
26.
Ara bulan
Ficus lepicarpa Blume
Moraceae
Pohon
Rimba, Bebak
27.
Arang-arang
Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak, Padang
28.
Asau
Syzygium sp.2
Myrtaceae
Pohon
Bebak
29.
Asau burong
Syzygium fastigiatum (Blume) Merrill & Perry
Myrtaceae
Pohon
Rimba
30.
Ati-ati utan
Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson
Asteraceae
Herba
Bebak
31.
Baginda ali
Tacca palmata Blume
Taccaceae
Herba
Bebak
32.
Bagu
Gnetum gnemon L.
Gnetaceae
Pohon
Bebak
33.
Bakel
Artocarpus elastica Reinw.
Moraceae
Pohon
Bebak
34.
Bala ijau
Xanthophyllum flavescens Roxb.
Polygalaceae
Pohon
Rimba
35.
Bali adap
Melodinus sp.
Apocynaceae
Liana
Bebak
36.
Balik angin
Mallotus barbatus (Wall.) Muell.
Euphorbiaceae.
Pohon
Bebak
37.
Bangek
Syzygium polyanthum (Wight)
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
38.
Bansa
Baccaurea deflexa Muell. Arg.
Euphorbiaceae
Pohon
Rimba
39.
Beberi
Engelhardia serrata Blume
Juglandaceae
Pohon
Rimba
40.
Bebeti
Syzygium zeylanicum (L.) DC
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
41.
Bebiki
Macaranga javanica Muell. Arg.
Euphorbiaceae
Perdu
Bebak
42.
Belanggeran
Shorea belangeran Burck.
Dipterocarpaceae
Pohon
Rimba, Padang
43.
Benansi
Planchonella oxyedra Dubard.
Sapotaceae
Pohon
Rimba, Bebak
44.
Benta
Phaleria capitata Jack
Thymelaeaceae
Pohon
Rimba, Bebak
45.
Berubok
Xylopia ferruginea Baill.
Annonaceae
Pohon
Rimba
46.
Beruta
Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw.
Gleicheniaceae
Herba
Rimba, Bebak
47.
Betor belulang
Calophyllum lanigerum Miq.
Clusiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
48.
Betor berubok
Calophyllum sp.1
Clusiaceae
Pohon
Rimba
54
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
49.
Betor kentut
Calophyllum spectabile Willd.
Clusiaceae
Pohon
Rimba
50.
Betor mimar
Clusiaceae
Pohon
Padang
51.
Betor padi
Calophyllum sp.2 Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith.
Clusiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
52.
Betor rambai
Calophyllum saigonense Pierre
Clusiaceae
Pohon
Rimba
53.
Bumbun putih
Polyalthia beccarii King
Annonaceae
Pohon
Rimba, Padang
54.
Butun
Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer
Clusiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
55.
Cempedak
Artocarpus integer Merr.
Moraceae
Pohon
Bebak
56.
Drosera
Drocera burmanii Vahl.
Droceraceae
Herba
Padang
57.
Duren
Durio zibethinus Murr.
Bombacaceae
Pohon
Bebak
58.
Empugaian
Aglaonema simplex Blume
Araceae
Herba
Rimba
59.
Gambir utan
Undet.
Undet.
Pohon
Rimba
60.
Gelam
Malaleuca leucadendron L.
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak, Padang
61.
Gelam tikus
Syzygium sp.1
Myrtaceae
Pohon
Rimba
62.
Gerunggang
Cratoxylon glaucum Korth.
Clusiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
63.
Girak
Symplocos adenophylla Wall.
Symplocaceae
Pohon
Rimba
64.
Ilalang
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Poaceae
Herba
Bebak
65.
Ipo-ipo
Brucea javanica (L.) Merr.
Simaroubaceae
Pohon
Bebak
66.
Itap
Sterculia rubiginosa Vent.
Sterculiaceae
Pohon
Rimba
67.
Jambu utan
Syzygium bisulea
Myrtaceae
Pohon
Rimba
68.
Jemang
Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
69.
Jenis A
Ixora havilandii Ridley
Rubiaceae
Perdu
Rimba
70.
Jenis A (Padang)
Lindernia sp.
Scrophulariaceae
Herba
Padang
71.
Jenis B
Undet.
Undet.
Herba
Rimba
55
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
72.
Jenis B (Padang)
Psychotria sp.
Rubiaceae
Herba
Padang
73.
Jenis C
Labisia pumila Benth. & Hook.f.
Myrsinaceae
Herba
Rimba
74.
Jenis C (Padang)
Eriocaulon sp.
Eriocaulaceae
Herba
Padang
75.
Jenis D (Padang)
Fimbristylis sp.2
Cyperaceae
Herba
Padang
76.
Jenis E (Padang)
Undet.
Undet.
Herba
Padang
77.
Jenis F (Padang)
Undet.
Undet.
Herba
Padang
78.
Jenis G (Padang)
Panicum sp.
Poaceae
Herba
Padang
79.
Jering
Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen
Fabaceae
Pohon
Bebak
80.
Julok antu
Arthrophyllum diversifolium Blume
Araliaceae
Pohon
Rimba, Bebak
81.
Jurong
Ixonanthes petiolaris Blume
Linaceae
Pohon
Rimba, Bebak
82.
Kabal
Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd.
Fagaceae
Pohon
Rimba, Bebak
83.
Kamba
Syzygium sp.3
Myrtaceae
Pohon
Rimba
84.
Kandis bini
Garcinia parvifolia Miq.
Clusiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
85.
Kandis laki
Garcinia lateriflora Blume
Clusiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
86.
Katal
Ficus vasculosa Wall.
Moraceae
Pohon
Bebak
87.
Kayu batu
Parinarium corymbosum Miq.
Chrysobalanaceae
Pohon
Rimba
88.
Kayu tue
Galearia filiformis Boerl.
Euphorbiaceae
Perdu
Bebak
89.
Kedindiman
Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak, Padang
90.
Kejawat jari lipan
Psychotria sarmentosa Blume
Rubiaceae
Liana
Rimba
91.
Kejawat pelepah
Archidendron fagifolium (Bl.ex Miq.) Nielsen
Fabaceae
Pohon
Rimba
92.
Kejawat rekup
Dendrophthoe sp.
Loranthaceae
Herba
Rimba
93.
Kelebantuian
Syzygium euneura (Miq.) Craib
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
94.
Kelemuiangan
Homalomena sagittifolia Jung. ex Echott.
Araceae
Herba
Rimba
95.
Keletaan
Melastoma malabatricum L.
Melastomaceae
Herba
Rimba, Bebak, Padang
56
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
96.
Keliangauan
Curculigo latifolia Dryand.
Amaryllidaceae
Herba
Bebak
97.
Kelimparan
Embelia ribes Burm.f.
Myrsinaceae
Liana
Bebak
98.
Kelingkaan
Callicarpa longifolia Lam
Verbenaceae
Perdu
Bebak
99.
Kelinsutan
Syzygium decipiens Merr. & L.M. Perry
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
100.
Keliut
Archidendron microcarpum (Bentham) I. NIelsen
Fabaceae
Pohon
Rimba
101.
Kelumpang
Sterculia gilva Miq.
Sterculiaceae
Pohon
Rimba
102.
Kemanisan aik
Gynotroches axillaris Blume
Rhizophoraceae
Pohon
Rimba, Bebak
103.
Kembang taru
Bromheadia finlaysoniana Reichb.f.
Orchidaceae
Herba
Rimba
104.
Kemberasan
Petunga microcarpa DC.
Rubiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
105.
Kembuelan
Diospyros laevis Boj.ex A.DC.
Ebenaceae
Pohon
Rimba, Bebak
106.
Kendong
Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore
Symplocaceae
Pohon
Rimba, Bebak
107.
Keranji
Nephelium rubescens Hiern
Sapindaceae
Pohon
Rimba
108.
Kerantai
Santiria tomentosa Blume
Burseraceae
Pohon
Rimba
109.
Keremuntingan
Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.
Myrtaceae
Herba
Rimba, Bebak, Padang
110.
Kerikis
Undet.
Undet.
Herba
Padang
111.
Kerupit pulut
Panicum sp.
Poaceae
Herba
Bebak, Padang
112.
Ketakong 1
Nepenthes gracilis Korth.
Nepenthaceae
Liana
Rimba, Bebak, Padang
113.
Ketakong 2
Nepenthes ampularia Jack.
Nepenthaceae
Liana
Bebak
114.
Ketakong 3
Nepenthes raflesiana Jack.
Nepenthaceae
Liana
Bebak
115.
Ketakong 4
Nepenthes reinwartiana Miq.
Nepenthaceae
Liana
Rimba
116.
Ketembab
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo
Fagaceae
Pohon
Bebak
117.
Kiras
Garcinia hombroniana Pierre
Clusiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
118.
Kubing
Artocarpus nitida Trec.
Moraceae
Pohon
Rimba, Bebak, Padang
119.
Kucai Padang
Fimbristylis sp.
Cyperaceae
Herba
Padang
57
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
120.
Ladi
Pternandra coerulescens Jack
Melastomataceae
Pohon
Rimba, Bebak
121.
Lais
Pandanus furcatus Roxb.
Pandanaceae
Pandan
Bebak
122.
Lembawai
Scleria laevis Willd.
Cyperaceae
Herba
Rimba, Bebak
123.
Lepang
Alpinia oxymitra K. Schum
Zingiberaceae
Herba
Bebak
124.
Libut
Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw
Euphorbiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
125.
Ludai
Sapium baccatum Roxb.
Euphorbiaceae
Pohon
Bebak
126.
Lulai
Garcinia havilandii Stapf.
Clusiaceae
Pohon
Rimba
127.
Mali-mali
Leea aculeata Blume
Leeaceae
Herba
Bebak
128.
Mate mano
Ardisia crispa A.DC.
Fabaceae
Herba
Bebak
129.
Medang bedaka
Undet.
Undet.
Pohon
Bebak
130.
Medang belilin
Cryptocarya densiflora Blume
Lauraceae
Pohon
Rimba, Bebak
131.
Medang berubok
Litsea resinosa Blume
Lauraceae
Pohon
Rimba
132.
Medang kalong
Cinnamomum parthenoxylon Meissn.
Lauraceae
Pohon
Bebak
133.
Medang lantai dahan
Litsea cf. resinosa Blume
Lauraceae
Pohon
Rimba
134.
Medang lendir
Nothaphoebe umbelliflora Blume
Lauraceae
Pohon
Rimba
135.
Medang lubang
Barringtonia macrostachya Kurz.
Lecythidaceae
Pohon
Rimba, Bebak
136.
Medang miang
Litsea firma Hook.f.
Lauraceae
Pohon
Rimba, Bebak
137.
Medang perawas
Litsea elliptica Blume
Lauraceae
Pohon
Bebak
138.
Melak
Garcinia bancana Miq.
Clusiaceae
Pohon
Rimba
139.
Melapisan
Syzygium cymosum Lamk
Myrtaceae
Pohon
Rimba
140.
Meleman
Psychotria malayana F.Villar ex Vidal
Rubiaceae
Perdu
Rimba, Bebak
141.
Membalong
Calophyllum canum Hook.f.
Clusiaceae
Pohon
Rimba
142.
Mempala
Undet.
Undet.
Pohon
Rimba
143.
Mencukaan
Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.
Sapindaceae
Perdu
Rimba
58
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
144.
Mendaran
Palaquium ridleyi King & Gamble
Sapotaceae
Pohon
Rimba
145.
Mendiraman
Symplocos adenophylla Wall.
Symplocaceae
Pohon
Rimba, Bebak
146.
Mendudongan
Elaeocarpus floribundum Merrill
Elaeocarpaceae
Pohon
Rimba, Bebak
147.
Mengkelingan
Syzygium sp.4
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
148.
Mengkikiran
Myrica javanica Blume
Myricaceae
Liana
Rimba, Bebak
149.
Mensalongan
Coptosapelta sp.
Rubiaceae
Liana
Rimba
150.
Mensira
Ilex cymosa Bl.
Aquifoliaceae
Pohon
Rimba
151.
Mensulongan
Brackenridgea palustris Bartell.
Ochnaceae
Pohon
Rimba
152.
Menteno
Commersonia bartramia Merr.
Sterculeaceae
Perdu
Bebak
153.
Mentepongan
Vernonia arborea Buch.-Ham.
Asteraceae
Pohon
Bebak
154.
Menterasan
Memecylon olygoneurum Blume
Melastomataceae
Pohon
Rimba
155.
Meripongan
Archidendron clypearia (Jack) Nielsen
Fabaceae
Perdu
Rimba, Bebak
156.
Nyato lawar
Planchonella firma Dubard
Sapotaceae
Pohon
Rimba
157.
Paku Bebak
Taenitis blechnoides (Willd.) Sw.
Taenitidaceae
Herba
Bebak
158.
Paku riok
Blechnum orientale L.
Blechnaceae
Herba
Rimba, Bebak, Padang
159.
Pansi
Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner
Elaeocarpaceae
Pohon
Rimba, Bebak
160.
Pao
Buchanania arborescens F. Muell.
Anacardiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
161.
Pelangas
Euphorbiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
162.
Pelawan kiring
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak, Padang
163.
Pelawan punai
Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Tristaniopsis whiteaana (Griff.) P.G Wilson & J.T.Waterhouse
Myrtaceae
Pohon
Bebak
164.
Pelempang hitam
Adinandra domosa Jack
Theaceae
Pohon
Rimba, Bebak
165.
Pelempang putih
Adinandra sarosanthera Miq.
Theaceae
Pohon
Rimba, Bebak
166.
Pelepak
Hynocarpus sp.
Flacourtiaceae
Pohon
Bebak
59
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
167.
Penjalaan
Scleria laevis Willd.
Cyperaceae
Herba
Padang
168.
Perai
Vaccinium bancanum Miq.
Ericaceae
Perdu
Rimba
169.
Perepat
Combretocarpus rotundatus Danser
Rhizophoraceae
Pohon
Bebak
170.
Pialu
Suregada glomerulata Baill.
Euphorbiaceae
Pohon
Bebak
171.
Pialu geli
Clerodendrum sp.
Verbenaceae
Perdu
Rimba, Bebak
172.
Pinang galing
Dracaena elliptica Thunb.
Liliaceae
Perdu
Rimba, Bebak
173.
Pudok
Artocarpus kemando Miq.
Moraceae
Pohon
Rimba
174.
Pulas
Guioa pleuropteris Radlk.
Sapindaceae
Pohon
Rimba, Bebak
175.
Pulas rusa
Mischocarpus sundaicus Blume
Sapindaceae
Pohon
Rimba
176.
Pungga
Antidesma sp.
Euphorbiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
177.
Putat
Barringtonia macrostachya Kurz
Lecythidaceae
Pohon
Rimba
178.
Rambutan
Nephelium lappaceum L.
Sapindaceae
Pohon
Bebak
179.
Renggadaian
Ploiarium alternifolium Melchior
Theaceae
Pohon
Bebak
180.
Rotan buai
Calamus sp.
Araceae
Rotan
Rimba, Bebak
181.
Rotan cempaka
Daemonorops pericantha
Arecaceae
Rotan
Rimba
182.
Rumput Bebak
Rolandra fruticosa (L.) O.K.
Asteraceae
Herba
Bebak
183.
Rumput jenis C
Undet.
Undet.
Herba
Rimba
184.
Rumput Padang bola
Rhynchospora aurea Vahl.
Cyperaceae
Herba
Padang
185.
Rumput segar
Fimbristylis sp.
Cyperaceae
Herba
Rimba, Bebak
186.
Rumput teraja
Undet.
Undet.
Herba
Rimba, Bebak
187.
Saga
Ormosia bancana Prain
Fabaceae
Pohon
Rimba, Bebak
188.
Samak
Syzygium lepidocarpa Kurz.
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
189.
Samak tali
Glochidion celastroides Pax
Euphorbiaceae
Pohon
Bebak
190.
Sapu padang
Baeckea frutescens Linn.
Myrtaceae
Perdu
Padang
60
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
191.
Sekudong pelandok
Syzygium buxifolium Hook.
Myrtaceae
Perdu
Rimba, Bebak, Padang
192.
Sekuncong
Leptospermum flavescens Sm.
Myrtaceae
Perdu
Padang
193.
Semungggu
Glochidion superbum Baill.
Euphorbiaceae
Perdu
Rimba
194.
Sendetopan
Ficus aurita Blume
Moraceae
Perdu
Rimba, Bebak
195.
Senggerubongan
Macaranga gigantea Muell. Arg.
Euphorbiaceae
Pohon
Rimba
196.
Sengkelut
Lycopodium cernuum Linn.
Lycopodiaceae
Herba
Rimba, Bebak, Padang
197.
Sengkeratongan
Helicia robusta Vill.
Proteaceae
Pohon
Rimba, Bebak
198.
Sengkerupaan
Undet.
Undet.
Pohon
Bebak
199.
Sereting
Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum.
Rubiaceae
Perdu
Rimba, Bebak
200.
Seru
Schima wallichii Korth.
Theaceae
Pohon
Rimba, Bebak
201.
Seruk akar
Undet.
Undet.
Liana
Rimba
202.
Sesalah
Eurya nitida Hieron
Theaceae
Perdu
Rimba, Bebak
203.
Sesepit
Tabernaemontana divaricata G. Don
Apocynaceae
Perdu
Rimba, Bebak
204.
Simpor bini
Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
Dilleniaceae
Pohon
Rimba, Bebak
205.
Simpor laki
Dillenia eximia Miq.
Dilleniaceae
Pohon
Rimba
206.
Singkang
Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
207.
Sirih utan
Piper miniatum Blume
Piperaceae
Liana
Rimba
208.
Sisilan
Syzygium rostratum (Blume) DC
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
209.
Subalan
Elaeocarpus petiolatus Wall. ex Steud.
Elaeocarpaceae
Pohon
Rimba
210.
Tapar besi
Mallotus multiglandulosus (Reinw. ex Blume) Hurusawa
Euphorbiaceae
Pohon
Rimba
211.
Tapok liman
Elephantopus mollis H.B. & K.
Asteraceae
Herba
Bebak
212.
Tegari
Dianella javanica (Blume) Kunth.
Liliaceae
Herba
Bebak
213.
Telaseh hutan
Hemidiodia ocimifolia Schum.
Rubiaceae
Herba
Bebak
214.
Telinsing
Freycinetia scandens Gaudich.
Pandanaceae
Liana
Rimba, Bebak
61
Lampiran 1 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Tempat ditemukan
215.
Temau
Cratoxylon arborescens Blume
Clusiaceae
Pohon
Rimba
216.
Tempala
Timonius flavescens Baker
Rubiaceae
Perdu
Rimba
217.
Tenam
Psychotria viridiflora Reinw. ex Blume
Rubiaceae
Pohon
Rimba, Bebak
218.
Tenam gunong
Psychotria sp.
Rubiaceae
Perdu
Bebak
219.
Terentang
Campnosperma auriculata Hook.f.
Anacardiaceae
Pohon
Rimba
220.
Tui
Radermachera gigantea (Blume) Miq.
Bignoniaceae
Pohon
Bebak
221.
Tukak
Tabernaemontana sp.
Apocynaceae
Pohon
Rimba
222.
Tunjang langit
Pteris ensiformis Burm.f.
Pteridaceae
Herba
Padang
223.
Ubar
Syzygium cerina M.R. Henderson
Myrtaceae
Pohon
Rimba, Bebak
224.
Ubi-ubi
Rapanea hasseltii Mez.
Myrsinaceae
Pohon
Rimba, Bebak
62
Lampiran 2 Rekapitulasi jumlah anggota famili tumbuhan di hutan kerangas Belitung Timur No 1.
Famili
Jumlah
40.
Lycopodiaceae
1
1
41.
Melastomataceae
3
Menispermaceae
2
Amaryllidaceae
2.
Anacardiaceae
2
42.
3.
Ancistrocladaceae
1
43.
Moraceae
7
4.
Annonaceae
6
44.
Myricaceae
1
5.
Apocynaceae
5
45.
Myrsinaceae
4
Myrtaceae
27
6.
Aquifoliaceae
1
46.
7.
Araceae
3
47.
Nepenthaceae
4
8.
Araliaceae
1
48.
Ochnaceae
1
9.
Arecaceae
1
49.
Orchidaceae
1
Pandanaceae
2
10.
Asteraceae
4
50.
11.
Bignoniaceae
1
51.
Piperaceae
1
12.
Blechnaceae
1
52.
Poaceae
2
13.
Bombacaceae
1
53.
Polygalaceae
1
Proteaceae
1
14.
Burseraceae
1
54.
15.
Celastraceae
2
55.
Pteridaceae
1
16.
Chrysobalanaceae
1
56.
Rhizophoraceae
3
17.
Clusiaceae
15
57.
Rubiaceae
13
Sapindaceae
5
18.
Connaraceae
1
58.
19.
Cyperaceae
6
59.
Sapotaceae
3
20.
Dilleniaceae
2
60.
Schizaeaceae
1
21.
Dipterocarpaceae
1
61.
Scrophulariaceae
1
Simaroubaceae
1
22.
Droceraceae
1
62.
23.
Ebenaceae
1
63.
Smilaxaceae
1
24.
Elaeocarpaceae
3
64.
Sterculiaceae
3
25.
Ericaceae
1
65.
Symplocaceae
3
Taccaceae
1
26.
Eriocaulaceae
1
66.
27.
Euphorbiaceae
14
67.
Taenitidaceae
1
28.
Fabaceae
8
68.
Theaceae
5
29.
Fagaceae
2
69.
Thymelaeaceae
1
Undet.
11
30.
Flacourtiaceae
1
70.
31.
Gleicheniaceae
1
71.
Verbenaceae
2
32.
Gnetaceae
2
72.
Vitaceae
2
33.
Juglandaceae
1
73.
Zingiberaceae
1
34.
Lauraceae
7
35.
Lecythidaceae
2
36.
Leeaceae
1
37.
Liliaceae
2
38.
Linaceae
1
39.
Loranthaceae
1
Jumlah
224
63
Lampiran 3 Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Abu-abu Akar banar Akar berebat Akar ijau Akar kayu bau Akar ketumpu Akar kuaya Akar lambai Akar larak Akar larak pisang Akar larak tangkup Akar mengkerang Akar mengkunyitan Akar parang Akar sariawan Akar segendai Akar sengkikip Akar tangkel Akar terong bulus Akar ubi-ubi Arang-arang Bala ijau Bangek Beberi Bebetik Belangeran Benta Beruta
Syzygium palembanicum Miq. Smilax barbata Wall. Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Mor.) Benth. Hypserpa sp. Artabotrys suaveolens Blume Maesa ramentacea (Roxb.) Wall. Dalbergia rostrata Grah. ex Prain. Ampelocissus thyrsiflora Planch. Uvaria hirsuta Jack Uvaria lobbiana Hook.f. & Thomson Fissistigma latifolium Merrill Ichnocarpus sp. Fibraurea tinctoria Lour. Willughbeia firma Blume Connarus semidecandrus Jack Coptosapelta tomentosa Valeton ex K.Heyne Combretum tetralophum C.B.Clarke Gnetum cuspidatum Bl. Ancistrocladus tectorius Merr. Cissus adnata Roxb. Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry Xanthophyllum flavescens Roxb. Syzygium polyanthum (Wight) Engelhardia serrata Blume Syzygium zeylanicum (L.) DC Shorea belangeran Burck. Phaleria capitata Jack Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw.
∑ individu 6 1 1 2 1 2 13 1 1 11 6 1 10 1 9 11 1 31 97 18 35 1 1 1 39 1 1 170
K (ind/ha) 150 25 25 50 25 50 325 25 25 275 150 25 250 25 225 275 25 775 2425 450 875 25 25 25 975 25 25 4250
KR (%) 0,16 0,03 0,03 0,05 0,03 0,05 0,35 0,03 0,03 0,3 0,16 0,03 0,27 0,03 0,24 0,3 0,03 0,83 2,6 0,48 0,94 0,03 0,03 0,03 1,05 0,03 0,03 4,56
∑ plot ditemukan 3 1 1 2 1 2 3 1 1 6 2 1 4 1 3 5 1 17 13 5 15 1 1 1 15 1 1 7
F 0,03 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,03 0,01 0,01 0,06 0,02 0,01 0,04 0,01 0,03 0,05 0,01 0,17 0,13 0,05 0,15 0,01 0,01 0,01 0,15 0,01 0,01 0,07
FR (%) 0,35 0,12 0,12 0,23 0,12 0,23 0,35 0,12 0,12 0,7 0,23 0,12 0,47 0,12 0,35 0,58 0,12 1,99 1,52 0,58 1,75 0,12 0,12 0,12 1,75 0,12 0,12 0,82
64
INP (%) 0,51 0,14 0,14 0,29 0,14 0,29 0,7 0,14 0,14 1 0,4 0,14 0,74 0,14 0,59 0,88 0,14 2,82 4,13 1,07 2,69 0,14 0,14 0,14 2,8 0,14 0,14 5,38
Lampiran 3 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
29. 30.
Betor belulang Betor berubok
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55.
Betor padi Empugaian Gambir utan Gelam tikus Gerunggang Girak Itap Jambu utan Jemang Jenis A Jenis B Jenis C Julok antu Kabal Kamba Kandis bini Kandis laki Kedindiman Kejawat jari lipan Kejawat pelepah Kejawat rekup Kelemantuian Kelemuiangan Keletaan Kelinsutan
Calophyllum lanigerum Miq. Calophyllum sp.2 Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith. Aglaonema simplex Blume Undet. Syzygium sp.1 Cratoxylon glaucum Korth. Symplocos adenophylla Wall. Undet. Syzygium bisulea Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc. Ixora havilandii Ridley Psychotria sp. Labisia pumila Benth. & Hook.f. Arthrophyllum diversifolium Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Syzygium sp.3 Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry Psychotria sarmentosa Blume Archidendron fagifolium (Bl.ex Miq.) Nielsen Dendrophthoe sp. Syzygium euneura (Miq.) Craib Homalomena sagittifolia Jung. ex Echott. Melastoma malabatricum L. Syzygium decipiens Merr. & L.M. Perry
∑ individu 124 3
K (ind/ha) 3100 75
KR (%) 3,33 0,08
∑ plot ditemukan 32 3
378 6 1 1 1 1 1 12 68 18 21 11 3 1 92 84 6 85 10 1 1 197 1 8 29
9450 150 25 25 25 25 25 300 1700 450 525 275 75 25 2300 2100 150 2125 250 25 25 4925 25 200 725
10,15 0,16 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,32 1,83 0,48 0,56 0,3 0,08 0,03 2,47 2,26 0,16 2,28 0,27 0,03 0,03 5,29 0,03 0,21 0,78
52 1 1 1 1 1 1 7 31 6 2 2 3 1 8 14 4 25 1 1 1 42 1 4 11
0,32 0,03
FR (%) 3,74 0,35
INP (%) 7,07 0,43
0,52 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,07 0,31 0,06 0,02 0,02 0,03 0,01 0,08 0,14 0,04 0,25 0,01 0,01 0,01 0,42 0,01 0,04 0,11
6,08 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,82 3,63 0,7 0,23 0,23 0,35 0,12 0,94 1,64 0,47 2,92 0,12 0,12 0,12 4,91 0,12 0,47 1,29
16,23 0,28 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 1,14 5,45 1,19 0,8 0,53 0,43 0,14 3,41 3,89 0,63 5,21 0,39 0,14 0,14 10,2 0,14 0,68 2,07
F
65
Lampiran 3 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83.
Keliut Kelumpang Kembang taru Kemberasan Kembuelan Kendong Keranji Keremuntingan Kubing Ladi Lembawai Libut Lulai Medang belilin Medang lantai dahan Medang lendir Medang lubang Medang miang Melak Meleman Membalong Mendiraman Mendudongan Mensalongan Mensira Menterasan Meripongan Ketakong 1
Archidendron microcarpum (Bentham) I. NIelsen Sterculia gilva Miq. Bromheadia finlaysoniana Reichb.f. Petunga microcarpa DC. Diospyros laevis Boj.ex A.DC. Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore Nephelium rubescens Hiern Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Scleria laevis Willd. Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw Garcinia havilandii Stapf. Cryptocarya densiflora Blume Litsea cf. resinosa Blume Nothaphoebe umbelliflora Blume Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f. Garcinia bancana Miq. Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Calophyllum canum Hook.f. Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Coptosapelta sp. Ilex cymosa Bl. Memecylon olygoneurum Blume Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Nepenthes gracilis Korth.
∑ individu 4 1 2 6 28 4 1 4 3 25 16 1 37 42 18 1 13 46 1 86 2 14 10 1 5 1 1 2
K (ind/ha) 100 25 50 150 700 100 25 100 75 625 400 25 925 1050 450 25 325 1150 25 2150 50 350 250 25 125 25 25 50
KR (%) 0,11 0,03 0,05 0,16 0,75 0,11 0,03 0,11 0,08 0,67 0,43 0,03 0,99 1,13 0,48 0,03 0,35 1,24 0,03 2,31 0,05 0,38 0,27 0,03 0,13 0,03 0,03 0,05
∑ plot ditemukan 2 1 1 3 10 4 1 2 1 7 4 1 20 22 10 1 9 25 1 15 2 8 6 1 3 1 1 1
F 0,02 0,01 0,01 0,03 0,1 0,04 0,01 0,02 0,01 0,07 0,04 0,01 0,2 0,22 0,1 0,01 0,09 0,25 0,01 0,15 0,02 0,08 0,06 0,01 0,03 0,01 0,01 0,01
FR (%) 0,23 0,12 0,12 0,35 1,17 0,47 0,12 0,23 0,12 0,82 0,47 0,12 2,34 2,57 1,17 0,12 1,05 2,92 0,12 1,75 0,23 0,94 0,7 0,12 0,35 0,12 0,12 0,12
66
INP (%) 0,34 0,14 0,17 0,51 1,92 0,58 0,14 0,34 0,2 1,49 0,9 0,14 3,33 3,7 1,65 0,14 1,4 4,16 0,14 4,06 0,29 1,31 0,97 0,14 0,49 0,14 0,14 0,17
Lampiran 3 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
84. 85. 86. 87. 88.
Ketakong 4 Paku riok Pansi Pao Pelangas
89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.
Pelawan kiring Pelempang hitam Pelempang putih Pialu geli Pinang galing Pulas Pulas rusa Pungga Rotan buai Rotan cempaka Rumput jenis C Rumput segar Rumput teraja Saga Samak Sekudong pelandok Sengkelut Sereting Seru Seruk akar Sesalah Sesepit
Nepenthes reinwartiana Miq. Blechnum orientaleL. Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Buchanania arborescens F. Muell. Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Adinandra domosa Jack Adinandra sarosanthera Miq. Clerodendrum sp. Dracaena elliptica Thunb. Guioa pleuropteris Radlk. Mischocarpus sundaicus Blume Antidesma sp. Calamus sp. Daemonorops pericantha Undet. Fimbristylis sp. Undet. Ormosia bancana Prain Syzygium lepidocarpa Kurz. Syzygium buxifolium Lycopodium cernuum Linn. Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima wallichii Korth. Undet. Eurya nitida Hieron Tabernaemontana divaricata G. Don
∑ individu 2 5 13 3 27
K (ind/ha) 50 125 325 75 675
KR (%) 0,05 0,13 0,35 0,08 0,73
∑ plot ditemukan 1 2 8 1 5
149 7 11 6 10 31 1 12 8 1 7 5 8 3 539 134 36 14 22 1 13 12
3725 175 275 150 250 775 25 300 200 25 175 125 200 75 13475 3350 900 350 550 25 325 300
4 0,19 0,3 0,16 0,27 0,83 0,03 0,32 0,21 0,03 0,19 0,13 0,21 0,08 14,47 3,6 0,97 0,38 0,59 0,03 0,35 0,32
19 4 7 2 1 19 1 7 3 1 4 4 1 3 49 32 2 6 11 1 9 7
0,01 0,02 0,08 0,01 0,05
FR (%) 0,12 0,23 0,94 0,12 0,58
INP (%) 0,17 0,37 1,28 0,2 1,31
0,19 0,04 0,07 0,02 0,01 0,19 0,01 0,07 0,03 0,01 0,04 0,04 0,01 0,03 0,49 0,32 0,02 0,06 0,11 0,01 0,09 0,07
2,22 0,47 0,82 0,23 0,12 2,22 0,12 0,82 0,35 0,12 0,47 0,47 0,12 0,35 5,73 3,74 0,23 0,7 1,29 0,12 1,05 0,82
6,22 0,66 1,11 0,4 0,39 3,05 0,14 1,14 0,57 0,14 0,66 0,6 0,33 0,43 20,2 7,34 1,2 1,08 1,88 0,14 1,4 1,14
F
67
Lampiran 3 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba No 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119.
Nama Lokal Singkang Sirih utan Sisilan Subalan Telinsing Temau Tenam Tukak Ubar
Nama Ilmiah Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry Piper miniatum Bl. Syzygium rostratum (Blume) DC Elaeocarpus petiolatus Wall. ex Steud. Freycinetia scandens Gaudich. Cratoxylon arborescens Blume Psychotria viridiflora Reinw. ex Blume Tabernaemontana sp. Eugenia cerina M.R. Henderson
∑ individu 301 1 174 13 2 1 110 21 9 3724
K (ind/ha) 7525 25 4350 325 50 25 2750 525 225 93100
KR (%) 8,08 0,03 4,67 0,35 0,05 0,03 2,95 0,56 0,24 100
∑ plot ditemukan 27 1 28 9 2 1 31 7 4
F 0,27 0,01 0,28 0,09 0,02 0,01 0,31 0,07 0,04 8,55
FR (%) 3,16 0,12 3,27 1,05 0,23 0,12 3,63 0,82 0,47 100
68
INP (%) 11,24 0,14 7,95 1,4 0,29 0,14 6,58 1,38 0,71 200
Lampiran 4 Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
5
125
0,26
4
0,04
0,59
0,85
Salacia oblongifolia Bl.
6
150
0,32
4
0,04
0,59
0,9
Akar ibu
Lygodium microphyllum (Cav.) R.Br
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
5.
Akar ijau
Hypserpa sp.
13
325
0,68
9
0,09
1,32
2
6.
Akar kuaya
Dalbergia rostrata Grah. ex Prain.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
7.
Akar lambai
Ampelocissus thyrsiflora Planch.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
8.
Akar Larak pisang
Fissistigma latifolium Merrill
12
300
0,63
1
0,01
0,15
0,78
9.
Akar mencirian
Salacia korthalsiana Miq.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
10.
Akar mengkerang
Ichnocarpus sp.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
11.
Akar rurutan
Gynochthodes coriacea Blume
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
12.
Akar sariawan
Connarus semidecandrus Jack
11
275
0,58
1
0,01
0,15
0,73
13.
Akar segendai
Coptosapelta tomentosa Valeton ex K. Heyne
31
775
1,63
3
0,03
0,44
2,07
14.
Akar tangkel
Gnetum cuspidatum Bl.
8
200
0,42
5
0,05
0,73
1,15
15.
Arang-arang
Syzygium sp.1
4
100
0,21
1
0,01
0,15
0,36
16.
Asau
Syzygium sp.2
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
17.
Ati-ati utan
Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H. Robinson
5
125
0,26
2
0,02
0,29
0,56
18.
Baginda ali
Tacca palmata Blume
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
19.
Bali adap
Melodinus sp.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
20.
Bebeti
Syzygium zeylanicum DC.
28
700
1,47
9
0,09
1,32
2,79
21.
Bebiki
Macaranga javanica Muell. Arg.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
22.
Benta
Phaleria capitata Jack
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
23.
Beruta
Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw.
26
650
1,37
2
0,02
0,29
1,66
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1.
Akar banar
Smilax barbata Wall.
2.
Akar berebat
Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Mor.) Benth.
3.
Akar geruntang tangga
4.
∑ individu
69
Lampiran 4 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
41
1025
2,16
21
0,21
3,08
5,24
Betor padi
Calophyllum lanigerum Miq. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith.
36
900
1,9
16
0,16
2,35
4,24
26.
Butun
Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
27.
Ilalang
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
20
500
1,05
1
0,01
0,15
1,2
28.
Jemang
Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc.
81
2025
4,27
41
0,41
6,01
10,28
29.
Jering
Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen
15
375
0,79
10
0,1
1,47
2,26
30.
Julok antu
Arthrophyllum diversifolium Blume
7
175
0,37
3
0,03
0,44
0,81
31.
Jurong
Ixonanthes petiolaris Blume
5
125
0,26
4
0,04
0,59
0,85
32.
Kabal
Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd.
2
50
0,11
2
0,02
0,29
0,4
33.
Kandis bini
Garcinia parvifolia Miq.
7
175
0,37
2
0,02
0,29
0,66
34.
Kandis laki
Garcinia lateriflora Blume
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
35.
Kayu tue
Galearia filiformis Boerl.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
36.
Keberasan
Petunga microcarpa DC.
5
125
0,26
3
0,03
0,44
0,7
37.
Kedindiman
Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry
20
500
1,05
7
0,07
1,03
2,08
38.
Kelebantuian
Syzygium euneura (Miq.) Craib
121
3025
6,37
39
0,39
5,72
12,09
39.
Keleta'an
Melastoma malabatricum L.
65
1625
3,42
25
0,25
3,67
7,09
40.
Keliangauan
Curculigo latifolia Dryand.
45
1125
2,37
7
0,07
1,03
3,4
41.
Kelimparan
Embelia ribes Burm.f.
15
375
0,79
2
0,02
0,29
1,08
42.
Kelingkaan
Callicarpa longifolia Lam
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
43.
Kelinsutan
Syzygium decipiens Merr. & L.M. Perry
34
850
1,79
18
0,18
2,64
4,43
44.
Kemanisan aik
Gynotroches axillaris Blume
4
100
0,21
4
0,04
0,59
0,8
45.
Kembuelan
Diospyros laevis Boj.ex A.DC.
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
46.
Kendong
Clerodendron tomentosum R. Br.
4
100
0,21
3
0,03
0,44
0,65
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
24.
Betor belulang
25.
70
Lampiran 4 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.
28
700
1,47
9
0,09
1,32
2,79
Panicum sp.
37
925
1,95
3
0,03
0,44
2,39
Ketakong 1
Nepenthes gracilis Korth.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
50.
Ketakong 2
Nepenthes ampularia Jack.
2
50
0,11
2
0,02
0,29
0,4
51.
Ketakong 3
Nepenthes raflesiana Jack.
2
50
0,11
2
0,02
0,29
0,4
52.
Ketembab
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo
28
700
1,47
7
0,07
1,03
2,5
53.
Kiras
Garcinia hombroniana Pierre
59
1475
3,11
21
0,21
3,08
6,19
54.
Kubing
Artocarpus nitida Trec.
8
200
0,42
5
0,05
0,73
1,15
55.
Ladi
Pternandra coerulescens Jack
6
150
0,32
4
0,04
0,59
0,9
56.
Lais
Pandanus furcatus
11
275
0,58
2
0,02
0,29
0,87
57.
Lembawai
Scleria laevis Willd.
7
175
0,37
2
0,02
0,29
0,66
58.
Lepang
Alpinia oxymitra
21
525
1,11
16
0,16
2,35
3,45
59.
Mali-mali
Leea aculeata Blume
1
25
0,05
22
0,22
3,23
3,28
60.
Mate mano
Ardisia crispa A.DC.
4
100
0,21
1
0,01
0,15
0,36
61.
Medang belilin
Cryptocarya densiflora Blume
4
100
0,21
1
0,01
0,15
0,36
62.
Medang kalong
Cinnamomum parthenoxylon Meissn.
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
63.
Medang lubang
Trigonostemon longifolius Baill.
21
525
1,11
13
0,13
1,91
3,01
64.
Medang miang
Litsea firma Hook.f.
1
25
0,05
2
0,02
0,29
0,35
65.
Medang perawas
Litsea elliptica Blume
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
66.
Meleman
Psychotria malayana F.Villar ex Vidal
7
175
0,37
4
0,04
0,59
0,96
67.
Mendiraman
Symplocos adenophylla Wall.
7
175
0,37
4
0,04
0,59
0,96
68.
Mendudongan
Elaeocarpus floribundum Merrill
3
75
0,16
1
0,01
0,15
0,3
69.
Mengkikiran
Myrica javanica Blume
3
75
0,16
2
0,02
0,29
0,45
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
47.
Keremuntingan
48.
Kerupit pulut
49.
71
Lampiran 4 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
Vernonia arborea Buch.-Ham.
3
75
0,16
3
0,03
0,44
0,6
Archidendron clypearia (Jack) Nielsen
2
50
0,11
3
0,03
0,44
0,55
Paku bebak
Taenitis blechnoides (Willd.) Sw.
1
25
0,05
2
0,02
0,29
0,35
73.
Paku riok
Blechnum orientaleL.
30
750
1,58
1
0,01
0,15
1,73
74.
Pansi
Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
75.
Pao
Buchanania arborescens F. Muell.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
76.
Pelangas
22
550
1,16
8
0,08
1,17
2,33
77.
Pelawan kiring
4
100
0,21
1
0,01
0,15
0,36
78.
Pelawan punai
Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Tristaniopsis whiteaana( Griff.) P.G Wilson & J.T.Waterhouse
6
150
0,32
3
0,03
0,44
0,76
79.
Pelempang itam
Adinandra domosa Jack
2
50
0,11
2
0,02
0,29
0,4
80.
Pelempang putih
Adinandra sarosanthera Miq.
2
50
0,11
1
0,01
0,15
0,25
81.
Pelepak
Hynocarpus sp.
94
2350
4,95
7
0,07
1,03
5,98
82.
Pialu geli
Clerodendrum sp.
4
100
0,21
1
0,01
0,15
0,36
83.
Pinang galing
Dracaena elliptica Thumb.
25
625
1,32
9
0,09
1,32
2,64
84.
Pulas
Guioa pleuropteris Radlk.
144
3600
7,58
34
0,34
4,99
12,57
85.
Pungga
Antidesma sp.
13
325
0,68
9
0,09
1,32
2
86.
renggadaian
Ploiarium alternifolium Melchior
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
87.
Rotan buai
Calamus sp.
4
100
0,21
2
0,02
0,29
0,5
88.
Rumput bebak
Rolandra fruticosa (L.) O.K
60
1500
3,16
4
0,04
0,59
3,75
89.
Rumput segar
Fimbristylis sp.
5
125
0,26
3
0,03
0,44
0,7
90.
Samak
Syzygium lepidocarpa Kurz.
18
450
0,95
10
0,1
1,47
2,41
91.
Sekudong pelandok
Syzygium buxifolium Hook.
28
700
1,47
11
0,11
1,61
3,09
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
70.
Mentepongan
71.
Meripongan
72.
INP (%)
72
Lampiran 4 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
2
50
0,11
2
0,02
0,29
0,4
11
275
0,58
2
0,02
0,29
0,87
11
275
0,58
5
0,05
0,73
1,31
Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum.
7
175
0,37
3
0,03
0,44
0,81
Seru
Schima wallichiiI Korth.
73
1825
3,84
38
0,38
5,57
9,42
Sesalah
Eurya nitida Hieron
37
925
1,95
2
0,02
0,29
2,24
98.
Sesepit
Tabernaemontana divaricata G. Don
7
175
0,37
4
0,04
0,59
0,96
99.
Simpor bini
Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
26
650
1,37
15
0,15
2,2
3,57
100.
Singkang
Syzygium lineatum (DC.) Merr.&Perry
71
1775
3,74
24
0,24
3,52
7,26
101.
Sisilan
Syzygium rostratum (Blume) DC
10
250
0,53
5
0,05
0,73
1,26
102.
Tapok liman
Elephantopus mollis H.B. & K.
4
100
0,21
2
0,02
0,29
0,5
103.
Tegari
Dianella javanica (Blume) Kunth.
11
275
0,58
5
0,05
0,73
1,31
104.
Telaseh hutan
Hemidiodia ocimifolia Schum.
33
825
1,74
10
0,1
1,47
3,2
105.
Telinsing
Freycinetiascandens Gaudich
55
1375
2,9
4
0,04
0,59
3,48
106.
Tenam
Psychotria viridiflora Reinw. ex Blume
96
2400
5,06
42
0,42
6,16
11,21
107.
Tenam gunong
Psychotria sp.
3
75
0,16
3
0,03
0,44
0,6
108.
Terong bulus
Ancistrocladus tectorius Merr.
6
150
0,32
4
0,04
0,59
0,9
109.
Tui
Radermachera gigantea (Bl.) Miq
2
50
0,11
2
0,02
0,29
0,4
110.
Ubi-ubi
Rapanea hasseltii Mez.
1
25
0,05
1
0,01
0,15
0,2
1899
47475
100
6,82
100
200
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
92.
Sendetopan
Ficus aurita Blume
93.
Sengkelut
Lycopodium cernuum Linn.
94.
Sengkeratongan
Helicia robusta Vill.
95.
Sereting
96. 97.
∑ individu
INP (%)
73
Lampiran 5 Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Padang ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ lokasi ditemukan
Coptosapelta tomentosa Valeton ex K.Heyne
27
675
0,28
10
Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry
5
125
0,05
3
Belangeran
Shorea belangeran Burck.
18
450
0,19
3
4.
Betor mimar
Calophyllum sp.3
14
350
0,14
5.
Bumbun putih
Polyalthia beccarii King
1
25
6.
Drosera
Drocera burmanii Vahl.
1261
31525
7.
Gelam
Malaleuca leucadendron L.
2
50
8.
Jenis A (Padang)
Lindernia sp.
6
150
9.
Jenis B (Padang)
Psychotria sp.
1
25
10.
Jenis C (Padang)
Eriocaulon sp.
2217
55425
11.
Jenis D (Padang)
Fimbristylis sp.2
344
8600
12.
Jenis E (Padang)
Undet.
87
13.
Jenis F (Padang)
Undet.
14.
Jenis G (Padang)
Panicum sp.
15.
Ketakong 1
16.
FR (%)
INP (%)
0,1
1,8
2,08
0,03
0,54
0,59
0,03
0,54
0,73
2
0,02
0,36
0,5
0,01
1
0,01
0,18
0,19
13,06
37
0,37
6,65
19,71
0,02
1
0,01
0,18
0,2
0,06
3
0,03
0,54
0,6
0,01
1
0,01
0,18
0,19
22,96
54
0,54
9,71
32,67
3,56
39
0,39
7,01
10,58
2175
0,9
16
0,16
2,88
3,78
22
550
0,23
9
0,09
1,62
1,85
96
2400
0,99
7
0,07
1,26
2,25
Nepenthes gracilis Korth.
66
1650
0,68
38
0,38
6,83
7,52
Kedindiman
Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry
1
25
0,01
1
0,01
0,18
0,19
17.
Keletaan
Melastoma malabatricum L.
8
200
0,08
3
0,03
0,54
0,62
18.
Keremuntingan
Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.
6
150
0,06
11
0,11
1,98
2,04
19.
Kerikis
Undet.
1
25
0,01
1
0,01
0,18
0,19
20.
Kerupit padang
Panicum sp.
1217
30425
12,6
83
0,83
14,93
27,53
21.
Kubing
Artocarpus nitida Trec.
22.
Kucai padang
Fimbristylis sp.
23.
Paku riok
Rhynchospora aurea Vahl.
No
Nama lokal
Nama ilmiah
1.
Akar segendai
2.
Arang-arang
3.
F
1
25
0,01
1
0,01
0,18
0,19
3410
85250
35,31
88
0,88
15,83
51,14
1
25
0,01
1
0,01
0,18
0,19
74
Lampiran 5 Lanjutan Indeks Nilai Penting semai, semak/perdu, liana, rotan dan pandan di Padang K (ind/ha)
KR (%)
∑ lokasi ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
15
375
0,16
7
0,07
1,26
1,41
78
1950
0,81
2
0,02
0,36
1,17
Ploiarium alternifolium Melchior
11
275
0,11
3
0,03
0,54
0,65
Rumput padang bola
Rhynchospora aurea Vahl..
481
12025
4,98
57
0,57
10,25
15,23
28.
Sapu padang
Baeckea frutescens Linn.
232
5800
2,4
67
0,67
12,05
14,45
29.
Sekuncong
Leptospermum flavescens Sm.
6
150
0,06
3
0,03
0,54
0,6
30.
Sengkelut
Lycopodium cernuum Linn.
18
450
0,19
2
0,02
0,36
0,55
31.
Tunjang langit
Pteris ensiformis Burm.f.
4
100
0,04
2
0,02
0,36
0,4
9657
241425
100
5,56
100
200
No
Nama lokal
Nama ilmiah
24.
Pelawan kiring
Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse
25.
Penjalaan
Scleria laevis Willd.
26.
Renggadaian
27.
∑ individu
75
Lampiran 6 Indeks Nilai Penting pancang di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1. 2. 3.
Abu-abu Ambong-ambong Ara bulan
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Arang-arang Asau burong Bangek Bansa Bebeti Belanger Benansi Benta Berubok Betor belulang Betor kentut
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Betor padi Betor rambai Bumbun putih Butun Gelam tikus Gerunggang Girak Jambu utan Jemang Jenis A Julok antu Jurong
Syzygium palembanicum Miq. Glochidion arborescens Blume Ficus lepicarpa Blume Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry Syzygium fastigiatum (Blume) Merrill & Perry Syzygium polyanthum Baccaurea deflexa Muell. Arg. Syzygium zeylanicum (L.) DC Shorea belangeran Burck. Planchonella oxyedra Dubard. Phaleria capitata Jack Xylopia ferruginea Baill. Calophyllum lanigerum Miq. Calophyllum spectabile Willd. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith. Calophyllum saigonense Pierre Polyalthia beccarii King Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Syzygium sp.1 Cratoxylon glaucum Korth. Symplocos adenophylla Wall. Syzygium bisulea Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc. Ixora havilandii Ridley Arthrophyllum diversifolium Blume Ixonanthes petiolaris Blume
∑ individu 2 1 1
K (ind/ha) 8 4 4
KR (%) 0,09 0,05 0,05
∑ plot ditemukan 2 1 1
33 1 5 1 23 3 3 3 2 225 4
132 4 20 4 92 12 12 12 8 900 16
1,5 0,05 0,23 0,05 1,04 0,14 0,14 0,14 0,09 10,22 0,18
80 1 2 6 2 8 1 111 112 4 9 1
320 4 8 24 8 32 4 444 448 16 36 4
3,63 0,05 0,09 0,27 0,09 0,36 0,05 5,04 5,09 0,18 0,41 0,05
0,02 0,01 0,01
FR (%) 0,21 0,11 0,11
INP (%) 0,3 0,15 0,15
16 1 4 1 13 1 3 3 2 66 3
0,16 0,01 0,04 0,01 0,13 0,01 0,03 0,03 0,02 0,66 0,03
1,71 0,11 0,43 0,11 1,39 0,11 0,32 0,32 0,21 7,05 0,32
3,21 0,15 0,65 0,15 2,43 0,24 0,46 0,46 0,3 17,27 0,5
31 1 2 6 1 5 1 6 53 3 7 1
0,31 0,01 0,02 0,06 0,01 0,05 0,01 0,06 0,53 0,03 0,07 0,01
3,31 0,11 0,21 0,64 0,11 0,53 0,11 0,64 5,66 0,32 0,75 0,11
6,95 0,15 0,3 0,91 0,2 0,9 0,15 5,68 10,75 0,5 1,16 0,15
F
76
Lampiran 6 Lanjutan Indeks Nilai Penting pancang di Rimba No 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Kabal Kamba Kandis bini Kandis laki Kayu batu Kelebantuian Kelinsutan Keliut Kelumpang Kemanisan aik Kemberasan Kembuelan Kendong Keranji Kerantai Kiras Kubing Ladi Lulai Medang belilin Medang berubok Medang lantai dahan Medang lubang Medang miang Melak Melapisan Meleman Membalong
Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Syzygium sp.3 Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Parinarium corymbosum Miq. Syzygium euneura (Miq.) Craib Syzygium decipiens Merr. & L.M. Perry Archidendron microcarpum (Bentham) I. NIelsen Sterculia gilva Miq. Gynotroches axillaris Blume Petunga microcarpa DC. Diospyros laevis Boj.ex A.DC. Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore Nephelium rubescens Hiern Santiria tomentosa Blume Garcinia hombroniana Pierre Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Garcinia havilandii Stapf. Cryptocarya densiflora Blume Litsea resinosa Blume Litsea cf. resinosa Blume Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f. Garcinia bancana Miq. Syzygium cymosum Lamk Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Calophyllum canum Hook.f.
∑ individu 2 70 49 24 1 137 4 4 4 2 4 18 4 1 1 1 1 96 115 27 8 38 10 68 2 5 131 11
K (ind/ha) 8 280 196 96 4 548 16 16 16 8 16 72 16 4 4 4 4 384 460 108 32 152 40 272 8 20 524 44
KR (%) 0,09 3,18 2,23 1,09 0,05 6,22 0,18 0,18 0,18 0,09 0,18 0,82 0,18 0,05 0,05 0,05 0,05 4,36 5,22 1,23 0,36 1,73 0,45 3,09 0,09 0,23 5,95 0,5
∑ plot ditemukan 2 10 17 17 1 43 4 4 2 2 3 11 3 1 1 1 1 40 17 19 8 28 6 37 2 4 45 10
F 0,02 0,1 0,17 0,17 0,01 0,43 0,04 0,04 0,02 0,02 0,03 0,11 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 0,4 0,17 0,19 0,08 0,28 0,06 0,37 0,02 0,04 0,45 0,1
FR (%) 0,21 1,07 1,82 1,82 0,11 4,59 0,43 0,43 0,21 0,21 0,32 1,18 0,32 0,11 0,11 0,11 0,11 4,27 1,82 2,03 0,85 2,99 0,64 3,95 0,21 0,43 4,81 1,07
INP (%) 0,3 4,25 4,04 2,91 0,15 10,82 0,61 0,61 0,4 0,3 0,5 1,99 0,5 0,15 0,15 0,15 0,15 8,64 7,04 3,26 1,22 4,72 1,1 7,04 0,3 0,65 10,76 1,57
77
Lampiran 6 Lanjutan Indeks Nilai Penting pancang di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.
Mempala Mencukaan Mendaran Mendiraman Mendudongan Mengkelingan Mensira Mensulongan Meripongan Nyato lawar Pansi Pelangas
67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81.
Pelawan kiring Pelempang hitam Pelempang putih Pudok Pulas Pulas rusa Putat Samak Semungggu Sendetopan Senggerubongan Sengkeratongan Sereting Seru Simpor bini
Undet. Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh. Palaquium ridleyi King & Gamble Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Syzygium sp.3 Ilex cymosa Bl. Brackenridgea palustris Bartell. Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Planchonella firma Dubard Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Adinandra domosa Jack Adinandra sarosanthera Miq. Artocarpus kemando Miq. Guioa pleuropteris Radlk. Mischocarpus sundaicus Blume Barringtonia macrostachya Kurz Syzygium lepidocarpa Glochidion superbum Baill. Ficus aurita Blume Macaranga gigantea Muell. Arg. Helicia robusta Vill. Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima wallichii Korth. Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
∑ individu 2 1 1 8 2 1 14 3 2 1 9 8
K (ind/ha) 8 4 4 32 8 4 56 12 8 4 36 32
KR (%) 0,09 0,05 0,05 0,36 0,09 0,05 0,64 0,14 0,09 0,05 0,41 0,36
∑ plot ditemukan 2 1 1 6 2 1 11 3 2 1 9 4
132 21 20 5 18 7 25 132 1 1 1 2 19 50 6
528 84 80 20 72 28 100 528 4 4 4 8 76 200 24
6 0,95 0,91 0,23 0,82 0,32 1,14 6 0,05 0,05 0,05 0,09 0,86 2,27 0,27
43 15 12 2 14 5 16 42 1 1 1 2 5 29 6
0,02 0,01 0,01 0,06 0,02 0,01 0,11 0,03 0,02 0,01 0,09 0,04
FR (%) 0,21 0,11 0,11 0,64 0,21 0,11 1,18 0,32 0,21 0,11 0,96 0,43
INP (%) 0,3 0,15 0,15 1 0,3 0,15 1,81 0,46 0,3 0,15 1,37 0,79
0,43 0,15 0,12 0,02 0,14 0,05 0,16 0,42 0,01 0,01 0,01 0,02 0,05 0,29 0,06
4,59 1,6 1,28 0,21 1,5 0,53 1,71 4,49 0,11 0,11 0,11 0,21 0,53 3,1 0,64
10,59 2,56 2,19 0,44 2,31 0,85 2,85 10,48 0,15 0,15 0,15 0,3 1,4 5,37 0,91
F
78
Lampiran 6 Lanjutan Indeks Nilai Penting pancang di Rimba No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
82. 83. 84. 85.
Simpor laki Singkang Sisilan Subalan
86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93.
Tapar besi Temau Tempala' Tenam Terentang Tukak Ubar Ubi-ubi
Dillenia eximia Miq. Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry Syzygium rostratum (Blume) DC Elaeocarpus petiolatus Wall. ex Steud. Mallotus multiglandulosus (Reinw. ex Blume) Hurusawa Cratoxylon arborescens Blume Timonius flavescens Baker Psychotria viridiflora Reinw. ex Blume Campnosperma auriculata Hook.f. Tabernaemontana sp. Eugenia cerina M.R. Henderson Rapanea hasseltii Mez.
∑ individu 2 52 39 50
K (ind/ha) 8 208 156 200
KR (%) 0,09 2,36 1,77 2,27
∑ plot ditemukan 2 32 18 25
1 3 1 5 2 50 5 17 2201
4 12 4 20 8 200 20 68 8804
0,05 0,14 0,05 0,23 0,09 2,27 0,23 0,77 100
1 2 1 4 2 24 5 10
0,02 0,32 0,18 0,25
FR (%) 0,21 3,42 1,92 2,67
INP (%) 0,3 5,78 3,69 4,94
0,01 0,02 0,01 0,04 0,02 0,24 0,05 0,1 9,36
0,11 0,21 0,11 0,43 0,21 2,56 0,53 1,07 100
0,15 0,35 0,15 0,65 0,3 4,84 0,76 1,84 200
F
79
Lampiran 7 Indeks Nilai Penting pancang di Bebak ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ Plot ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
Syzygium palembanicum Miq.
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
Ficus lepicarpa Blume
2
8
0,1
2
0,02
0,27
0,368
Arang-arang
Syzygium sp.1
8
32
0,4
4
0,04
0,53
0,938
4.
Asau
Syzygium sp.2
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
5.
Bagu
Gnetum gnemon
3
12
0,15
2
0,02
0,27
0,419
6.
Bakel
Artocarpus elastica Reinw.
13
52
0,66
9
0,09
1,2
1,859
7.
Balik angin
Mallotus barbatus (Wall.) Muell.
5
20
0,25
4
0,04
0,53
0,787
8.
Bangek
Syzygium polyanthum
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
9.
Bebeti
Syzygium zeylanicum DC.
15
60
0,76
10
0,1
1,34
2,093
10.
Bebiki
Macaranga javanica Muell. Arg.
6
24
0,3
4
0,04
0,53
0,837
11.
Benansi
Planchonella oxyedra Dubard.
12
48
0,61
1
0,01
0,13
0,739
12.
Betor belulang
78
312
3,93
36
0,36
4,81
8,746
13.
Betor padi
Calophyllum lanigerum Miq. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat tSmith.
41
164
2,07
15
0,15
2,01
4,073
14.
Butun
Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer
14
56
0,71
10
0,1
1,34
2,043
15.
Cempedak
Artocarpus integer
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
16.
Duren
Durio zibethinus
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
17.
Gelam
Malaleuca leucadendron L.
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
18.
Ipo-ipo
Melia azedarach
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
19.
Jemang
Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc.
200
800
10,09
60
0,6
8,02
18,107
20.
Jering
Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen
69
276
3,48
32
0,32
4,28
7,758
21.
Julok anto
Arthrophyllum diversifolium Blume
10
40
0,5
9
0,09
1,2
1,707
22.
Jurong
Ixonanthes petiolaris Blume
3
12
0,15
3
0,03
0,4
0,552
23.
Kabal
Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd.
15
60
0,76
6
0,06
0,8
1,559
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1.
Abu-abu
2.
Ara bulan
3.
80
Lampiran 7 Lanjutan Indeks Nilai Penting pancang di Bebak ∑ individu
K (ind/ha)
∑ Plot ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
Garcinia parvifolia Miq.
6
24
Garcinia lateriflora Blume
23
92
0,3
2
0,02
0,27
0,57
1,16
11
0,11
1,47
2,63
Katal
Ficus vasculosa Wall.
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
27.
Kayu tue
Galearia filiformis Boerl.
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
28.
Kelebantuian
Syzygium euneura (Miq.) Craib
113
29.
Kelinsutan
Syzygium decipiens Merr. & L.M. Perry
40
452
5,7
40
0,4
5,35
11,046
160
2,02
12
0,12
1,6
3,621
30.
Kemanisan aik
Gynotroches axillaris Blume
17
68
0,86
2
0,02
0,27
1,125
31.
Kembuelan
Diospyros laevis Boj.ex A.DC.
3
12
0,15
2
0,02
0,27
0,419
32. 33.
Kendong
Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore
21
84
1,06
6
0,06
0,8
1,861
Ketembab
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo
24
96
1,21
14
0,14
1,87
3,082
34.
Kiras
Garcinia hombroniana Pierre
323
1292
16,29
39
0,39
5,21
21,502
35.
Kubing
Artocarpus nitida Trec.
28
112
1,41
11
0,11
1,47
2,883
36.
Ladi
Pternandra coerulescens Jack
17
68
0,86
7
0,07
0,94
1,793
37.
Libut
Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw
2
8
0,1
1
0,01
0,13
0,235
38.
Ludai
Sapium baccatum Roxb.
4
16
0,2
3
0,03
0,4
0,603
39.
Medang belilin
Cryptocarya densiflora Blume
18
72
0,91
10
0,1
1,34
2,245
40.
Medang kalong
Cinnamomum parthenoxylon Meissn.
12
48
0,61
6
0,06
0,8
1,407
41.
Medang lubang
Trigonostemon longifolius Baill.
7
28
0,35
7
0,07
0,94
1,289
42.
Medang miang
Litsea firma Hook.f.
18
72
0,91
12
0,12
1,6
2,512
43.
Meleman
Psychotria malayana F.Villar ex Vidal
71
284
3,58
4
0,04
0,53
4,115
44.
Mendiraman
Symplocos adenophylla Wall.
17
68
0,86
6
0,06
0,8
1,659
45.
Mendudongan
Elaeocarpus floribundum Merrill
2
8
0,1
1
0,01
0,13
0,235
46.
Mengkelingan
Undet.
9
36
0,45
5
0,05
0,67
1,122
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
24.
Kandis bini
25.
Kandis laki
26.
KR (%)
81
Lampiran 7 Lanjutan Indeks Nilai Penting pancang di Bebak No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ Plot ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
47.
Mensira
Ilex cymosa Bl.
17
68
0,86
11
0,11
1,47
2,328
48.
Menteno
Commersonia bartramia Merr.
3
12
0,15
3
0,03
0,4
0,552
49.
Mentepongan
Vernonia arborea Buch.-Ham.
3
12
0,15
2
0,02
0,27
0,419
50.
Meripongan
Archidendron clypearia (Jack) Nielsen
8
32
0,4
4
0,04
0,53
0,938
51.
Pao
Buchanania arborescens F. Muell.
6
24
0,3
6
0,06
0,8
1,105
52.
Pelangas
Aporosa aurita Baill.
23
92
1,16
12
0,12
1,6
2,764
53.
Pelawan kiring
46
184
2,32
9
0,09
1,2
3,523
54.
Pelawan punai
Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Tristaniopsis whiteaana( Griff.) P.G Wilson & J.T.Waterhouse
9
36
0,45
3
0,03
0,4
0,855
55.
Pelempang hitam
Adinandra domosa Jack
23
92
1,16
17
0,17
2,27
3,433
56.
Pelempang putih
Adinandra sarosanthera Miq.
15
60
0,76
8
0,08
1,07
1,826
57.
Pelepak
Hynocarpus sp.
58
232
2,92
14
0,14
1,87
4,797
58.
Perepat
Combretocarpus rotundatus Danser
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
59.
Pialu
Suregada glomerulata Baill.
2
8
0,1
2
0,02
0,27
0,368
60.
Pulas
Guioa pleuropteris Radlk.
74
296
3,73
38
0,38
5,08
8,812
61.
Pungga
Antidesma sp.
18
72
0,91
1
0,01
0,13
1,041
62.
Rambutan
Nephelium lappaceum L
5
20
0,25
4
0,04
0,53
0,787
63.
Renggadaian
Ploiarium alternifolium Melchior
22
88
1,11
5
0,05
0,67
1,778
64.
Saga
Ormosia bancana Prain
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
65.
Samak
Syzygium lepidocarpa
112
448
5,65
39
0,39
5,21
10,862
66.
Samak tali
Glochidion celastroides Pax
1
4
0,05
3
0,03
0,4
0,451
67.
Sendetopan
Ficus aurita Blume
2
8
0,1
2
0,02
0,27
0,368
68.
Sengkeratongan
Helicia robusta Vill.
18
72
0,91
10
0,1
1,34
2,245
69.
Sengkerupaan
Undet.
6
24
0,3
6
0,06
0,8
1,105
82
Lampiran 7 Lanjutan Indeks Nilai Penting pancang di Bebak ∑ individu
∑ Plot ditemukan
F
FR (%)
0,4
8
0,08
1,07
1,473
5,19
42
0,42
5,61
10,809
2,67
25
0,25
3,34
6,015
224
2,82
18
0,18
2,41
5,23
5
20
0,25
32
0,32
4,28
4,53
6
24
0,3
4
0,04
0,53
0,837
1
4
0,05
1
0,01
0,13
0,184
1983
7932
100
7,48
100
200
K (ind/ha)
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
70.
Sereting
Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum.
8
32
71.
Seru
Schima waliichii Korth.
103
412
72.
Simpor bini
Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
53
212
73.
Singkang
Syzygium lineatum (DC.) Merr.&Perry
56
74.
Sisilan
Syzygium rostratum (Blume) DC
75.
Tenam
Psychotria malayana Jack
76.
Ubi-ubi
Rapanea hasseltii Mez.
KR (%)
83
INP (%)
Lampiran 8 Indeks Nilai Penting pancang di Padang No
∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
INP (%)
3
12
23,08
2
0,02
33,33
56,41
Pelawan kiring
Malaleuca leucadenron L. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse
5
20
38,46
1
0,01
16,67
55,13
Sekuncong
Leptospermum flavescens Sm.
5
20
38,46
3
0,03
50
88,46
13
52
100
0,06
100
200
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1.
Gelam
2. 3.
84
Lampiran 9 Indeks Nilai Penting pohon di Rimba ∑ Individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
LBDS
Syzygium palembanicum Miq.
1
1
0,15
1
0,01
0,25
Ficus lepicarpa Blume
1
1
0,15
1
0,01
0,25
Bangek
Syzygium polyanthum
1
1
0,15
1
0,01
4.
Bansa
Baccaurea deflexa Muell. Arg.
4
4
0,59
3
5.
Bebeti
Syzygium zeylanicum DC.
9
9
1,32
6.
Belanggeran
Shorea belangeran Burck.
2
2
0,29
7.
Berubok
Xylopia ferruginea Baill.
4
4
8.
Betor belulang
16
9.
Betor padi
10.
Butun
Calophyllum lanigerum Miq. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith. Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer
11.
Gelam
12.
D
DR (%)
INP (%)
0,707
70,7
0,22
0,62
7,961
796,1
2,53
2,93
0,25
0,39
39
0,12
0,52
0,03
0,76
1,84
184
0,58
1,93
7
0,07
1,77
1,696
169,6
0,54
3,63
2
0,02
0,51
0,722
72,2
0,23
1,03
0,59
4
0,04
1,01
0,951
95,1
0,3
1,9
16
2,34
12
0,12
3,04
4,451
445,1
1,41
6,79
30
30
4,39
22
0,22
5,57
14,88
1488
4,73
14,69
6
6
0,88
4
0,04
1,01
2,563
256,3
0,81
2,71
Malaleuca leucadenron L.
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,361
36,1
0,11
0,51
Gelam tikus
Syzygium sp.1
2
2
0,29
2
0,02
0,51
0,767
76,7
0,24
1,04
13.
Gerunggang
32
32
4,69
23
0,23
5,82
14,772
1477,2
4,69
15,2
14.
Jemang
Cratoxylon glaucum Korth. Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc.
39
39
5,71
28
0,28
7,09
10,31
1031
3,28
16,07
15.
Jurong
3
3
0,44
3
0,03
0,76
9,518
951,8
3,02
4,22
16.
Kabal
Ixonanthes petiolaris Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd.
2
2
0,29
2
0,02
0,51
4,278
427,8
1,36
2,16
17.
Kamba
Syzygium sp.3
3
3
0,44
2
0,02
0,51
0,627
62,7
0,2
1,14
18.
Kandis bini
8
8
1,17
1
0,01
0,25
3,052
305,2
0,97
2,39
19.
Kedindiman
Garcinia parvifolia Miq. Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry
6
6
0,88
6
0,06
1,52
1,585
158,5
0,5
2,9
20.
Kelebantuian
Syzygium euneura (Miq.) Craib
2
2
0,29
1
0,01
0,25
0,572
57,2
0,18
0,73
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1.
Abu-abu
2.
Ara bulan
3.
85
Lampiran 9 Lanjutan Indeks Nilai Penting pohon di Rimba ∑ Individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
LBDS
D
DR (%)
INP (%)
Sterculia gilva Miq.
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,127
12,7
0,04
0,44
Diospyros laevis Boj.ex A.DC.
2
2
0,29
2
0,02
0,51
0,142
14,2
0,05
0,84
Keranji
Nephelium rubescens Hiern
3
3
0,44
1
0,01
0,25
1,168
116,8
0,37
1,06
24.
Ladik
Pternandra coerulescens Jack
25
25
3,66
12
0,12
3,04
5,409
540,9
1,72
8,42
25.
Lulai
Garcinia havilandii Stapf.
17
17
2,49
8
0,08
2,03
3,043
304,3
0,97
5,48
26.
Medang belilin
Cryptocarya densiflora Blume
9
9
1,32
8
0,08
2,03
3,134
313,4
1
4,34
27.
Medang berubak
Litsea resinosa Blume
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,603
60,3
0,19
0,59
28.
Medang lantai dahan
Litsea cf. resinosa Blume
5
5
0,73
3
0,03
0,76
1,683
168,3
0,53
2,03
29.
Medang miang
Litsea firma Hook.f.
28
28
4,1
22
0,22
5,57
13,653
1365,3
4,34
14,01
30.
Membalong
Calophyllum canum Hook.f.
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,291
29,1
0,09
0,49
31.
Mendiraman
Symplocos adenophylla Wall.
5
5
0,73
5
0,05
1,27
1,381
138,1
0,44
2,44
32.
Mendudukan
Elaeocarpus floribundum Merrill
6
6
0,88
4
0,04
1,01
6,339
633,9
2,01
3,9
33.
Mensirak
Ilex cymosa Bl.
19
19
2,78
12
0,12
3,04
4,546
454,6
1,44
7,26
34.
Nyato lawar
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,377
37,7
0,12
0,52
35.
Pansi
Planchonella firma Dubard Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner
7
7
1,02
5
0,05
1,27
3,33
333
1,06
3,35
36.
Pao
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,218
21,8
0,07
0,47
37.
Pelawan kiring
Buchanania arborescens F. Muell. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse
24
24
3,51
17
0,17
4,3
4,95
495
1,57
9,39
38.
Pelempang hitam
Adinandra domosa Jack
16
16
2,34
12
0,12
3,04
3,762
376,2
1,2
6,58
39.
Pelempang putih
Adinandra sarosanthera Miq.
8
8
1,17
6
0,06
1,52
2,788
278,8
0,89
3,58
40.
Pudok
Artocarpus kemando Miq.
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,213
21,3
0,07
0,47
41.
Pulas
Guioa pleuropteris Radlk.
4
4
0,59
3
0,03
0,76
0,982
98,2
0,31
1,66
42.
Saga
Ormosia bancana Prain
5
5
0,73
4
0,04
1,01
3,047
304,7
0,97
2,71
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
21.
Kelumpang
22.
Kembuelan
23.
86
Lampiran 9 Lanjutan Indeks Nilai Penting pohon di Rimba ∑ Individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
144
144
21,08
1
1
0,15
Schima wallichii Korth. Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry
105
105
23
Subalan
Syzygium rostratum (Blume) DC Elaeocarpus petiolatus Wall. ex Steud.
49.
Terentang
50. 51.
F
FR (%)
LBDS
D
DR (%)
INP (%)
50
0,5
12,66
57,953
5795,3
18,41
52,15
1
0,01
0,25
0,117
11,7
0,04
0,44
15,37
40
0,4
10,13
87,714
8771,4
27,86
53,36
23
3,37
11
0,11
2,78
6,802
680,2
2,16
8,31
34
34
4,98
24
0,24
6,08
11,399
1139,9
3,62
14,68
9
9
1,32
9
0,09
2,28
3,684
368,4
1,17
4,77
Campnosperma auriculata Hook.f.
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,651
65,1
0,21
0,61
Tukak
Tabernaemontana sp.
4
4
0,59
2
0,02
0,51
3,109
310,9
0,99
2,08
Ubi-ubi
Rapanea hasseltii Mez.
1
1
0,15
1
0,01
0,25
0,182
18,2
0,06
0,46
683
683
100
3,95
100
31480
100
300
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
43.
Samak
Syzygium lepidocarpa Wall.
44.
Sengkerubongan
Macaranga gigantea Muell. Arg.
45.
Seruk
46.
Singkang
47.
Sisilan
48.
87
Lampiran 10 Indeks Nilai Penting pohon di Bebak ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
LBDS
Ficus lepicarpa Blume
1
1
0,35
1
0,01
0,66
Artocarpus elastica Reinw.
6
6
2,1
3
0,03
1,97
4
4
1,4
4
0,04
Betor padi
Mallotus barbatus (Wall.) Muell. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith.
8
8
2,8
4
5.
Gerunggang
Cratoxylum glaucum Korth.
1
1
0,35
6.
Jemang
1
1
0,35
7.
Jering
Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc. Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen
46
46
8.
Julok antu
Arthrophyllum diversifolium Blume
5
5
9.
Kabal
Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd.
4
10.
Kandis laki
Garcinia lateriflora Blume
1
11.
Kelebantuian
Syzygium euneura (Miq.) Craib
12.
Kelinsutan
13.
Ketembab
14.
Kiras
15.
D
DR (%)
INP (%)
0,192
19,2
0,25
1,26
1,249
124,9
1,65
5,72
2,63
0,899
89,9
1,19
5,22
0,04
2,63
2,517
251,7
3,32
8,75
1
0,01
0,66
1,276
127,6
1,69
2,69
1
0,01
0,66
0,194
19,4
0,26
1,26
16,08
25
0,25
16,45
11,848
1184,8
15,65
48,18
1,75
4
0,04
2,63
0,783
78,3
1,03
5,41
4
1,4
4
0,04
2,63
0,671
67,1
0,89
4,92
1
0,35
1
0,01
0,66
0,355
35,5
0,47
1,48
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,13
13
0,17
1,18
Syzygium decipiens Merr. & L.M. Perry Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,182
18,2
0,24
1,25
7
7
2,45
4
0,04
2,63
1,258
125,8
1,66
6,74
4
4
1,4
3
0,03
1,97
1,031
103,1
1,36
4,73
Libut
Garcinia hombroniana Pierre Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,624
62,4
0,82
1,83
16.
Ludai
Sapium baccatum Roxb.
3
3
1,05
2
0,02
1,32
1,17
117
1,55
3,91
17.
Medang bedaka
Undet.
2
2
0,7
1
0,01
0,66
1,243
124,3
1,64
3
18.
Medang belilin
Cryptocarya densiflora Blume
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,255
25,5
0,34
1,34
19.
Medang kalong
Cinnamomum parthenoxylon Meissn.
10
10
3,5
9
0,09
5,92
2,786
278,6
3,68
13,1
20.
Mendiraman
Symplocos adenophylla Wall.
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,405
40,5
0,53
1,54
21.
Mensira
Ilex cymosa Bl.
13
13
4,55
5
0,05
3,29
3,435
343,5
4,54
12,37
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1.
Ara bulan
2.
Bakel
3.
Balik angin
4.
88
Lampiran 10 Lanjutan Indeks Nilai Penting pohon di Bebak ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
LBDS
D
DR (%)
INP (%)
Commersonia bartramia Merr.
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,434
43,4
0,57
1,58
Vernonia arborea Buch.-Ham.
4
4
1,4
4
0,04
2,63
0,702
70,2
0,93
4,96
Pansi
Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner
2
2
0,7
1
0,01
0,66
0,358
35,8
0,47
1,83
25.
Pao
Buchanania arborescens F. Muell.
3
3
1,05
1
0,01
0,66
0,761
76,1
1,01
2,71
26.
Pelangas
Aporosa aurita Baill.
7
7
2,45
3
0,03
1,97
2,602
260,2
3,44
7,86
27.
Perepat
Combretocarpus rotundatus Danser
11
11
3,85
2
0,02
1,32
4,456
445,6
5,89
11,05
28.
Pulas
Guioa pleuropteris Radlk.
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,133
13,3
0,18
1,18
29.
Rambutan
Nephelium lappaceum L.
3
3
1,05
3
0,03
1,97
0,674
67,4
0,89
3,91
30.
Saga
Ormosia bancana Prain
1
1
0,35
1
0,01
0,66
0,142
14,2
0,19
1,2
31.
Samak
Syzygium lepidocarpa Kurz.
14
14
4,9
11
0,11
7,24
2,535
253,5
3,35
15,48
32.
Seru
Schima wallichiiI Korth.
109
109
38,11
42
0,42
27,63
28,205
2820,5
37,26
103
33.
Simpor bini
Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
5
5
1,75
3
0,03
1,97
0,879
87,9
1,16
4,88
34.
Singkang
Syzygium lineatum (DC.) Merr.&Perry
2
2
0,7
1
0,01
0,66
0,466
46,6
0,62
1,97
35.
Sisilan
Syzygium rostratum (Blume) DC
2
2
0,7
1
0,01
0,66
0,855
85,5
1,13
2,49
286
286
100
1,52
100
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
22.
Menteno
23.
Mentepongan
24.
7570,5
300
89
Lanpiran 11 Indeks Nilai Penting pohon di Padang ∑ individu
K (ind/ha)
KR (%)
∑ plot ditemukan
F
FR (%)
LBDS
D
DR (%)
INP (%)
Combretocarpus rotundatus Danser
1
1
33,33
1
0,01
50
0,22
22
36,07
119,4
Leptospermum flavescens Sm.
2
2
66,67
1
0,01
50
0,39
39
63,93
180,6
3
3
100
0,02
100
0,61
61
100
300
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1.
Prepat
2.
Sekuncong
90
Lampiran 12 Data karakteristik responden No
Nama
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
1.
Rahman
L
57
SD
Buruh harian/ peramu
2.
Samian
L
51
SD
Buruh harian
3.
Suwandi
L
30
SD
Buruh harian
4.
Remidi
L
47
SD
Buruh harian
5.
Rahiman
L
56
SD
Buruh harian/ peramu
6.
Sri Rahmat
L
60
SD
7.
Sairin
L
55
SD
Buruh harian Buruh harian/ peramu/ dukun kampung
8.
Hamidi
L
57
SD
Buruh harian/ peramu
9.
Hatta
L
62
SD
Buruh harian
10.
Jailani
L
52
SD
Buruh harian
11.
Hasura
L
58
SD
Buruh harian
12.
Jumhatta
L
52
SD
Buruh harian
13.
Zaini
L
38
SD
14.
Suhendi
L
30
MTs
Buruh harian Buruh harian/peramu/ pak RT
15.
Mardi
L
62
SD
Peramu
16.
Jahilin
L
69
SD
Peramu
17.
Matzani
L
68
SMA
18.
Royana
P
38
SD
Buruh harian
19.
Mastini
P
39
SD
Buruh harian
20.
Daharia
P
54
SD
Buruh harian
21.
Santi
P
30
SMP
Buruh harian
22.
Harmah
P
50
SD
Buruh harian
23.
Hana
P
67
SD
Buruh harian
24.
Sarina
P
58
SD
Buruh harian
25.
Agustina
P
27
MTs
Wiraswasta/ peramu
Ibu rumah tangga
91
Lampiran 13 Data keanekaragaman tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur Magh, *
Bagian yang Digunakan Akar
Cara Penggunaan Direbus
Ln
Magh
Akar
Diseduh
Celastraceae
Ln
Diare
Akar
Diseduh
Lygodium microphyllum (Cav.) R.Br.
Schizaeaceae
Ln
Akar
Diseduh
Akar ijau
Hypserpa sp.
Menispermaceae
Ln
Koreng , panas dalam, penyambung usus Raja singa, sakit kuning
Akar
Direbus
6.
Akar kayu bau
Artabotrys suaveolens Blume
Annonaceae
Ln
Akar
Diseduh
7.
Akar ketumpu
Maesa ramentacea (Roxb.) Wall.
Myrsinaceae
Ln
Akar
Direbus
8.
Akar kuaya
Dalbergia rostrata Grah. ex Prain.
Fabaceae
Ln
Masuk angin, panas dalam, * Sakit pinggang, masuk angin, * Tonikum
Madu
9.
Akar lambai
Ampelocissus thyrsiflora Planch.
Vitaceae
Ln
BAB berdarah
Akar
Diminum langsung Diseduh
10.
Akar larak
Uvaria hirsuta Jack
Annonaceae
Ln
11.
Akar larak pisang
Uvaria lobbiana Hook.f. & Thomson
Annonaceae
Ln
12.
Akar larak tangkup
Fissistigma latifolium Merrill
Annonaceae
Ln
13.
Akar mencirian
Salacia korthalsiana Miq.
Celastraceae
Ln
Penawar racun, nyeri sendi Penawar racun, nyeri sendi Luka luar, penawar racun, nyeri sendi Diare, *
Air dari batang Air dari batang Air dari batang Akar
Diminum langsung Diminum langsung Diminum langsung Diseduh
14.
Akar mengkerang
Ichnocarpus sp.
Apocynaceae
Ln
*
Akar
Direbus
15.
Akar mengkunyitan
Fibraurea tinctoria Lour.
Menispermaceae
Ln
Sakit kuning
Akar
Direbus
16.
Akar parang
Willughbeia firma Blume
Apocynaceae
Ln
Magh, tonikum, demam,koreng, nyeri sendi
Akar
Diseduh
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Khasiat
1.
Akar banar
Smilax barbata Wall.
Smilaxaceae
Ln1)
2.
Akar berebat
Fabaceae
3. 4.
Akar geruntang tangga Akar ibu
Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Mor.) Benth. Salacia oblongifolia Bl.
5.
92
Lampiran 13 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Khasiat
17.
Akar rurutan
Gynochthodes coriacea Blume
Rubiaceae
Ln
Demam, koreng, panas dalam
18.
Akar sariawan
Connarus semidecandrus Jack
Connaraceae
Ln
Sariawan
Akar
Cara Penggunaan Diremas, tambahkan air dan diminum Diseduh
19.
Akar segendai
Coptosapelta tomentosa Valeton ex K.Heyne
Rubiaceae
Ln
Masuk angin, batuk kremi
Akar
Diseduh
20.
Akar terong bulus
Ancistrocladus tectorius Merr.
Ancistrocladaceae
Ln
Penghangat, *
Akar
Diseduh
2)
Bagian yang Digunakan Daun
21.
Ambong-ambong
Glochidion arborescens Blume
Euphorbiaceae
Phn
Bengkak, kayap
Daun
Diparam
22.
Ara bulan
Ficus lepicarpa Blume
Moraceae
Phn
Kutil
Getah buah
Dioles
Malaria
Akar
Diseduh
Demam, batuk, panas dalam Demam
Daun , akar Akar
Diparam, diseduh Diseduh
Akar
Direbus
Akar
Mandi Minum, Param
Dibuat minyak dan dioles Mandi/ param
3)
23.
Baginda ali
Tacca palmata Blume
Taccaceae
Hrb
24.
Bala ijau
Xanthophyllum flavescens Roxb.
Polygalaceae
Phn
25.
Bali adap
Melodinus sp.
Apocynaceae
Ln
26.
Benta
Phaleria capitata Jack
Thymelaeaceae
Phn
27.
Beruta
Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw.
Gleicheniaceae
Hrb
Diare, demam setahun, penguat empedu, sakit kelamin wanita Koreng
28.
Betor belulang
Calophyllum lanigerum Miq.
Clusiaceae
Phn
Panas dalam, koreng
29.
Betor berubok
Calophyllum sp.1
Clusiaceae
Phn
Panas dalam
Air dari batang, pucuk daun Daun
30.
Betor padi
Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith.
Clusiaceae
Phn
Gatal-gatal
Getah batang
31.
Butun
Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer
Clusiaceae
Phn
Bisul
32.
Duren
Durio zibethinus Murr.
Bombacaceae
Phn
Gatal-gatal
Daun di ujung duri batang Daun
Diseduh
Mandi
93
Lampiran 13 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Khasiat
33.
Gelam
Malaleuca leucadendron L.
Myrtaceae
Phn
Panas dalam, batuk, sakit kepala
Bagian yang Digunakan Air dari batang, daun
34.
Gelam tikus
Syzygium sp.1
Myrtaceae
Phn
Demam
Kulit batang
35.
Girak
Symplocos adenophylla Wall.
Symplocaceae
Phn
Demam
Daun
36.
Itap
Sterculia rubiginosa Vent.
Sterculiaceae
Phn
Panas dalam
Akar
Kompres dengan air Diseduh
37.
Jemang
Rhodamnia cinerea Jack, Mal. Misc.
Myrtaceae
Phn
Luka luar, sakit gigi, batuk
38.
Julok antu
Arthrophyllum diversifolium Blume
Araliaceae
Phn
Tonikum
Kulit batang bagian dalam, daun Akar
Param, diseduh, dikunyah Diseduh
39.
Kabal
Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd.
Fagaceae
Phn
Demam
40.
Kamba
Syzygium sp.2
Myrtaceae
Phn
Sakit kepala
Air dari batang Daun
Minum langsung Param
41.
Kedindiman
Myrtaceae
Phn
*
Daun
Direbus
42.
Kejawat jari lipan
Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry Psychotria sarmentosa Blume
Rubiaceae
Ln
Panas dalam
Herba
43.
Kejawat pelepah
Archidendron fagifolium (Bl.ex Miq.) Nielsen
Fabaceae
Phn
Sakit gigi berlubang
Akar
44.
Kejawat rekup
Dendrophthoe sp.
Loranthaceae
Hrb
Panas dalam
Daun
Rendam dan dimunim Tumbuk dan disumpal Param
45.
Kelebantuian
Sysygium euneura (Miq.) Craib
Myrtaceae
Phn
Gigitan taring kancil
Daun
Param
46.
Keletaan
Melastoma malabatricum L.
Melastomaceae
Hrb
Daun
47.
Keliangauan
Curculigo latifolia Dryand.
Amaryllidaceae
Hrb
Sakit gigi, gusi bengkak, * Demam, pahit kecapan
48.
Keliut
Archidendron microcarpum (Bentham) I. NIelsen
Fabaceae
Phn
Menghilangkan kebiasaan nguliat
Daun
Rebus dan kumur Dimakan langsung Mandi
Buah
Cara Penggunaan Minum langsung, diseduh Diseduh
94
Lampiran 13 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur Panas dalam, *
Bagian yang Digunakan Akar
Cara Penggunaan Diseduh
Phn
Demam
Akar
Orchidaceae
Hrb
*
Akar
Rendam dan diminium Direbus
Diospyros laevis Boj.ex A.DC.
Ebenaceae
Phn
Kutil
Dioles
Keremuntingan
Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.
Myrtaceae
Hrb
54.
Ketakong 1
Nepenthes gracilis Korth.
Nepenthaceae
Ln
Sakit perut, tensi kolesterol Sakit mata, menghilangkan kebiasan ngompol
Buih dari kayu yang dibakar Daun
Ditetes, diminum lansung
55.
Ketakong 2
Nepenthes ampularia Jack.
Nepenthaceae
Ln
Sakit mata, menghilangkan kebiasan ngompol
56.
Ketakong 3
Nepenthes raflesiana Jack.
Nepenthaceae
Ln
Sakit mata, menghilangkan kebiasan ngompol
57.
Ketakong 4
Nepenthes reinwartiana Miq.
Nepenthaceae
Ln
Sakit mata, menghilangkan kebiasan ngompol
58.
Ketembab
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo
Fagaceae
Phn
Demam
59.
Kubing
Artocarpus nitida Trec.
Moraceae
Phn
Sakit perut
Air dari kantung yang masih tertutup Air dari kantung yang masih tertutup Air dari kantung yang masih tertutup Air dari kantung yang masih tertutup Air dari batang Akar
60.
Ladi
Pternandra coerulescens Jack
Melastomataceae
Phn
Pusar besar
Buah
Dioles
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Khasiat
49.
Kelumpang
Sterculia gilva Miq.
Sterculiaceae
Phn
50.
Kemanisan aik
Gynotroches axillaris Blume
Rhizophoraceae
51.
Kembang taru
Bromheadia finlaysoniana Reichb.f.
52.
Kembuelan
53.
Diseduh
Ditetes, diminum lansung Ditetes, diminum lansung Ditetes, diminum lansung Diminum langsung Direbus
95
Lampiran 13 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur *
Bagian yang Digunakan Bunga, akar
Cara Penggunaan Direbus
Phn
Congek
Akar
Leeaceae
Hrb
Patah tulang
Batang
Parut lalu basahkan dalam kain dan diteteskan di telinga Diikat
Cryptocarya densiflora Blume
Lauraceae
Phn
Demam, sakit kepala
Daun
Param
Barringtonia macrostachya Kurz.
Lecythidaceae
Phn
Sakit perut
Akar
Direbus
Garcinia bancana Miq.
Clusiaceae
Phn
KB
Akar
Direbus
Cacing kremi
Akar
Diseduh
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Khasiat
61.
Lepang
Alpinia oxymitra K. Schum
Zingiberaceae
Hrb
62.
Libut
Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw
Euphorbiaceae
63.
Mali-mali
Leea aculeata Blume
64.
Medang belilin
65.
Medang lubang
66.
Melak
4)
67.
Meleman
Psychotria malayana F.Villar ex Vidal
Rubiaceae
Prd
68.
Membalong
Calophyllum canum Hook.f.
Clusiaceae
Phn
Malaria
Getah
Diseduh
69.
Mencukaan
Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.
Sapindaceae
Prd
Jerawat, *
Daun, akar
70.
Mendiraman
Symplocos adenophylla Wall.
Symplocaceae
Phn
Sakit kepala
Daun
Param, direbus Diuras
71.
Mengkelingan
Undet.
Undet.
Phn
Koreng
Daun
Param
72.
Mengkikiran
Myrica javanica Blume
Myricaceae
Ln
Gatal kulit
Kulit batang
73.
Mensalongan
Coptosapelta sp.
Rubiaceae
Ln
Masuk angin, *
Akar
Direbus dan digosok Direbus
74.
Mensira
Ilex cymosa Bl.
Aquifoliaceae
Phn
Ambien, malaria
Kulit batang
Direbus
75.
Meripongan
Archidendron clypearia (Jack) Nielsen
Fabaceae
Prd
Koreng
Daun
Mandi
76.
Paku riok
Blechnum orientale L.
Blechnaceae
Hrb
Sinus, bisul
Pucuk, daun
77.
Pelawan kiring
Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse
Myrtaceae
Phn
Penawar racun
Akar
Dibuat rokok, param Diseduh
96
Lampiran 13 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur *
Bagian yang Digunakan Akar
Cara Penggunaan Direbus
Phn
*
Akar
Direbus
Phn
Lemah, lesu
Akar
Verbenaceae
Prd
Mual
Akar
Direndam dan ditetes ke mata Diseduh
Dracaena elliptica Thunb.
Liliaceae
Prd
*
Akar
Direbus
Fimbristylis sp.
Cyperaceae
Hrb
Mata merah,*
Akar
Samak
Syzygium palembanicum Miq.
Myrtaceae
Phn
Gatal kaligata
Kulit batang
85.
Samak tali
Glochidion celastroides Pax
Euphorbiaceae
Phn
Bengkak mata, *
Daun, akar
86.
Sekudong pelandok
Syzygium buxifolium
Myrtaceae
Prd
Sakit perut, *
Akar, daun
87.
Semungggu
Glochidion superbum Baill.
Euphorbiaceae
Prd
*
Daun
Direndam dan ditetes ke mata, direbus Digosok langsung Ditapal, direbus Direbus, direbus Direbus
88.
Sengkelut
Lycopodium cernuum Linn.
Lycopodiaceae
Hrb
Sakit kuning
Herba
Direbus
89.
Sengkeratongan
Helicia robusta Vill.
Proteaceae
Phn
Sakit kepala
Daun
Diuras
90.
Sereting
Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum.
Rubiaceae
Prd
Sakit tulang belakang, *
Akar
Direbus
91.
Seru
Schima wallichiiI Korth.
Theaceae
Phn
Koreng
Daun
Ditapal
92.
Sesalah
Eurya nitida Hieron
Theaceae
Prd
Luka luar, *
Daun, akar
93.
Sesepit
Tabernaemontana divaricata G. Don
Apocynaceae
Prd
Sakit gigi, sakit kuku
Akar, getah daun
94.
Simpor laki
Dillenia eximia Miq.
Dilleniaceae
Phn
Asma, sakit perut, *
Akar
Ditapal, direbus Parut dan ditapal, dioles Diseduh
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Khasiat
78.
Perai
Vaccinium bancanum Miq.
Ericaceae
Prd
79.
Perepat
Combretocarpus rotundatus Danser
Rhizophoraceae
80.
Pialu
Suregada glomerulata Baill.
Euphorbiaceae
81.
Pialu geli
Clerodendrum sp.
82.
Pinang galing
83.
Rumput segar
84.
97
Lampiran 13 Lanjutan data keanekaragaman tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupaten Belitung Timur Gatal
Bagian yang Digunakan Daun
Cara Penggunaan Digosok
Hrb
Bisul, koreng nanah
Daun
Ditapal
Prd
Bercak kulit karna ASI
Daun
Mandi
Rubiaceae
Phn
Akar
Direbus
Psychotria sp.
Rubiaceae
Prd
Gusi bengkak, cuci perut, * Demam
Akar
Diseduh
Terentang
Campnosperma auriculata Hook.f.
Anacardiaceae
Phn
Koreng gana
Daun
Tukak
Tabernaemontana sp.
Apocynaceae
Phn
Sakit gigi
Getah daun
Dibakar, dibuat minyak dan dioles Dioles
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Habitus
Khasiat
95.
Sirih utan
Piper miniatum Bl.
Piperaceae
Ln
96.
Telaseh hutan
Hemidiodia ocimifolia Schum.
Rubiaceae
97.
Tempala
Timonius flavescens Baker
Rubiaceae
98.
Tenam
Psychotria viridiflora Reinw. ex Blume
99.
Tenam gunong
100.
101.
Keterangan: 1) Ln: Liana, 2) Phn: Pohon, 3) Hrb: Herba, 4) Prd: Perdu * termasuk spesies yang menjadi ramuan tradisional untuk wanita setelah melahirkan
98