KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 Yartiwi, Ahmad Damiri dan Wawan Eka Putra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu
[email protected]
ABSTRAK Dalam sistem tanam legowo 4:1 terdapat 3 macam posisi tanaman yaitu tanaman pinggir, tanaman sisipan dan tanaman tengah. Selama ini dalam penerapan sistem tanam legowo petani ragu terhadap tanaman sisipan sehingga mengurangi populasi tanaman yang secara langsung akan menurunkan produksi. Oleh karena itu perlu adanya pengujian untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan hasil dari tanaman sisipan, tanaman pinggir dan tanaman tengah. Tujuan pengkajian ini adalah untuk membandingkan hasil pada tanaman padi sawah varietas Inpari 10 dengan posisi tanaman berbeda-beda dalam petakan sawah yang menggunakan sistem tanam legowo 4:1. Pengkajian ini dilakukan pada lokasi kegiatan dan pengkajian Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) di Kelurahan Rimbo Kedui, Desa Tanjungan dan Desa Padang Genting, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma pada musim gadu (bulan AprilJuli 2012). Pengkajian menggunakan RAK dengan perlakuan posisi tanaman: tanaman tengah, tanaman pinggir dan tanaman sisipan yang masing-masing diulang 30 kali sehingga diperoleh 90 tanaman. Parameter yang diukur adalah komponen hasil terdiri dari tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa, berat 1000 butir dan hasil per hektar. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam dan di uji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan terhadap posisi tanaman yang berbeda-beda. Hasil Pengkajian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan terhadap semua parameter kecuali pada parameter jumlah gabah bernas/malai yang menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan tanaman pinggir, tanaman sisipan dan tanaman tengah yaitu rata-rata jumlah gabah bernas 82.54 butir/malai, 73.76 butir/malai dan 70.10 butir/malai. Kata Kunci : padi, posisi tanaman, legowo 4:1
PENDAHULUAN Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006). BPS Provinsi Bengkulu (2011) melaporkan bahwa pada tahun 2011 rata-rata produktivitas padi sawah di Bengkulu menurun dibandingkan tahun 2010 sebesar 0,07 ton dari 4,036 ton menjadi 3,966 ton GKG/ha. Untuk proporsi luas panen tersebut sentra tanaman padi di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Seluma masing-masing 16,26 % dan 14,83 %. Sedangkan berdasarkan Profil Kecamatan Kabupaten Seluma mempunyai luas sawah 2.697 ha yang merupakan daerah sentra padi, sehingga sangat berpotensi menjadi penyumbang beras yang besar di Provinsi Bengkulu. Pembangunan pertanian memerlukan dukungan inovasi teknologi yang memadai dan berkesinambungan. Inovasi teknologi baru akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan/pengguna. Inovasi teknologi berperan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Inovasi yang ditawarkan kepada petani harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, sosial budaya dan lingkungan. Secara teknis inovasi harus dapat atau diupayakan dapat dibuat, dioperasikan, dimodifikasi dan digandakan sesuai dengan kemampuan setempat (Deptan, 2008). Namun demikian, secara nasional, sistem adopsi/alih teknologi pertanian dinilai masih lemah. Salah satu teknologi yang perlu di inovasikan adalah sistem tanam legowo, dimana sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya berada pada barisan yang kosong, selanjutnya dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada pengkajian ini sistem tanam yang digunakan adalah legowo 4:1 (BB-Padi, 2009). Sistem tanam legowo 4 : 1 adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman yang setiap empat baris tanaman diselingi oleh 1 baris kosong, dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah. Berdasarkan hasil penelitian, rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam jajar legowo 4:1 terbukti dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12-22%.
Pada sistem tanam legowo 4:1 terdapat 3 macam posisi tanaman yaitu disebut tanaman pinggir, tanaman sisipan dan tanaman tengah.Tanaman tengah adalah tanaman yang terletak ditengahtengah barisan tanaman (ada 2 baris tanaman) yang diapit oleh tanaman pinggir. Tanaman pinggir adalah tanaman yang posisi tanamannya berada dipinggir dan berjajar 4, tanaman pinggir diapit oleh tanaman tengah dan barisan kosong (lorong). Sedangkan tanaman sisipan adalah tanaman yang posisinya sebaris dengan tanaman pinggir yang merupakan pindahan dari tanaman yang dikosongkan (Sutardjo, 2012). Khususnya terhadap tanaman sisipan selama ini masih banyak petani yang belum menerima, karena dianggap terlalu rapat sehingga memberikan hasil yang sedikit karenanya perlu adanya pengujian lanjutan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman sisipan terhadap tanaman pinggir dan tanaman tengah. Permasalahan lain yang selama ini sering dijumpai adalah hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang dihasilkan oleh lembaga penelitian belum sepenuhnya diadopsi oleh petani dan pengguna, hal ini disebabkan minimnya strategi mengkomunikasikan hasil penelitian dan pengkajian kepada pengguna, sehingga jaringan informasi dari sumber teknologi kepada pengguna teknologi di daerah terputus. Selain permasalahan tersebut petani juga ingin mengetahui produktivitas dari tanaman padi pada berbagai posisi tanaman, untuk itu perlu adanya pengkajian dengan membandingkan hasil tanaman padi sawah varietas Inpari 10 pada posisi tanaman berbeda-beda dalam petakan sawah dengan sistem tanam legowo 4 :1. BAHAN DAN METODA Pengkajian ini dilakukan pada lokasi Pengkajian Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) di Kelurahan Rimbo Kedui, Desa Tanjungan dan Desa Padang Genting, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu pada musim gadu (bulan AprilJuli 2012). Pengkajian dilaksanakan secara partisipatif terhadap 10 kelompok tani pada lahan seluas 3 ha. Pengkajian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu Posisi Tanaman (P): Tanaman Tengah (P1) yaitu tanaman yang terletak ditengah-tengah barisan tanaman yang diapit tanaman pinggir, Tanaman Pinggir (P2) yaitu tanaman yang posisinya dipinggir dan diapit oleh tanaman tengah dan barisan kosong (lorong) dan Tanaman Sisipan (P3) yaitu tanaman yang sebaris dengan tanaman pinggir yang merupakan pindahan dari tanaman yang dikosongkan. Masing-masing tanaman diulang 30 kali sehingga diperoleh 90 tanaman. Teknologi yang diterapkan adalah sebagian dari komponen teknologi PTT, Komponen teknologi yang diterapkan yaitu varietas padi yang ditanam yaitu Inpari 10, benih yang digunakan dengan kelas benih sebar (label biru), jumlah benih 20-25 kg/ha dengan petak persemaian 1/20 luas penanaman, pengolahan tanah sempurna, umur bibit muda (<21 hss) dengan sistem tanam legowo 4:1 menggunakan caplak roda dan pupuk NPK Phonska 250 kg/ha dan urea 200 kg/ha dengan waktu pemberian 3 kali yaitu pemupukan I =7-14 HST, II = 21 – 25 HST dan III = 35-40 HST. Sedangkan komponen teknologi PTT yang belum digunakan adalah penggunaan kompos, pengendalian gulma menggunakan gasrok, dan sistem pengairan yang berselang. Parameter yang diukur adalah : a) komponen pertumbuhan yaitu tinggi tanaman dan jumlah anakan, b) komponen hasil yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa, berat 1000 butir, dan c) hasil per hektar yang dihitung menggunakan petak ubinan 5 x 2 m. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dan di uji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan terhadap posisi tanaman yang berbedabeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah Pengkajian Kecamatan Seluma Selatan mempunyai lahan sawah seluas 2.697 ha, yang terdiri dari lahan sawah irigasi teknis dan lahan sawah irigasi ½ teknis. Curah hujan rata-rata di Kecamatan Seluma Selatan adalah 4,2 mm/bulan dengan 5 bulan hujan. Suhu harian antara 20-30 oC dengan ketinggian tempat sekitar 10 m dpl. Bentangan wilayah cukup datar sehingga sangat cocok sebagai sentra penanaman padi (Pemerintah Kabupaten Seluma, 2010). Untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan dilokasi pengkajian, telah dilakukan analisis tanah di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu. Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan, telah direkomendasikan dosis pupuk untuk penanaman padi (Tabel 1). Tabel 1. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi dan paket pupuk yang di konversi pada lokasi pengkajian. Hasil analisis N P K
Rendah Rendah Sangat Tinggi
Paket pupuk (kg/ha) Urea SP-36 KCL
Paket pupuk di konversi (kg/ha)
300 100 50
Urea Phonska -
200 250 -
Sumber : Data primer.
Keragaan Vegetatif dan Generatif Tanaman Dari hasil pengkajian bahwa data komponen hasil masing-masing perlakuan untuk ketiga posisi tanaman yang berbeda-beda yaitu tanaman tengah, tanaman pinggir dan tanaman sisipan (Tabel 2). Tabel 2. Data komponen hasil tinggi tanaman, panjang malai, jumlah anakan, gabah hampa, gabah bernas, berat 1000 butir dan hasil per hektar. Perlakuan Tanaman Tengah (P1) Tanaman Pinggir (P2) Tanaman Sisipan (P3) Keterangan :
Tinggi Jumlah Panjang tanaman anakan malai (cm) (cm) (btg) 97,94a 97,23 a 98,37 a
21,85 a 22,21a 22,06a
12,97 a 14,12 a 11,90 a
Gabah bernas (butir)
Hasil Gabah Berat 1000 (t/ha) hampa butir (grm) GKG (butir)
70,10b 82,54a 73,76ab
14,82 a 11,66a 12,16 a
29,61 a 30,58 a 30,41 a
5,60
Angka-angka dalam kolom sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji DMRT.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan pada semua parameter yang diamati kecuali pada parameter jumlah gabah bernas/malai yang menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pada parameter jumlah gabah bernas terlihat bahwa, tanaman pinggir (P2) menunjukkan bahwa jumlah gabah bernas/malai yang lebih tinggi yaitu 82.54 butir/malai dan berbeda nyata dibandingkan tanaman tengah (P1) yang hanya 70.10 butir/malai dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan tanaman sisipan (P3) yang mencapai 73.76 butir/malai. Gabah bernas yang lebih tinggi pada tanaman pinggir (P2) terjadi karena proses pengisian gabah yang lebih baik bila dibandingkan dengan tanaman tengah (P1), hal ini diduga karena tanaman pinggir (P2) tidak begitu ketat mengalami persaingan dibandingkan tanaman tengah (P1) terhadap penyerapan unsur hara dan sinar matahari. Menurut BPTP Banten (2010), tanaman yang berada dipinggir barisan akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak sehingga proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga menghasilkan gabah yang lebih bernas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Endrizal dan Jumakir (2007), bahwa penerapan sistem tanam legowo dapat meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani.
Perbandingan Hasil Pengkajian dengan Deskripsi Varietas Hasil analisis memperlihatkan adanya perbandingan antara hasil pengkajian dengan deskripsi varietas padi Inpari 10 yang diintroduksi, dimana terdapat perbedaan antara tinggi tanaman, jumlah anakan, berat 1000 butir dan hasil perhektarnya (Tabel 3). Tinggi tanaman dan jumlah anakan hasil pengkajian lebih rendah, tetapi untuk berat 1000 butir lebih tinggi. Selain itu juga untuk rata-rata hasil produktivitas bahwa hasil pengkajian yaitu 5,60 t/ha GKG lebih baik dari produksi rata-rata pada deskripsi yang hanya 5.08 t/ha GKG. Berdasarkan hasil produktivitas tersebut masih ada peluang untuk meningkatkan produktivitas karena potensi hasil bisa mencapai 7.0 t/ha GKG. Tabel 3. Perbandingan hasil pengkajian dengan deskripsi varietas yang di introduksi oleh Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi. Uraian
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah anakan (btg)
Berat 1000 butir (g)
Rata-rata hasil (t/ha) GKG
Potensi hasil (t/ha) GKG
Pengkajian* Deskripsi**
97,23 -98,37 100-120
11,90-14,12 17-25
29,61-30,58 27,70
5,60 5,08
7,00
Keterangan: * Data primer diolah **Deskripsi varietas padi menurut BB-Padi. 2009 dan Suprihatno, et. al., 2011.
Tinggi dan rendahnya produktivitas tergantung dengan teknologi yang diterapkan dan kesesuaian iklim di lahan setempat. Semakin baik teknologi yang diterapkan dengan kondisi iklim yang mendukung, produktivitas yang dicapai akan lebih baik. Menurut Sutardjo (2012), salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas dengan diterapkannya cara tanam sistem jajar legowo 4:1 yang menambah barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis. Pada lahan yang lebih terbuka dengan adanya lorong pada baris tanaman, serangan hama, khususnya tikus, dapat ditekan karena tikus tidak suka tinggal di dalamnya dan dengan terciptanya kelembaban lebih rendah, perkembangan penyakit dapat juga ditekan. Tidak hanya itu, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Terdapatnya tanaman tengah (P1), tanaman pinggir (P2) dan tanaman sisipan (P3) pada pertanaman ini, hal ini sesuai dengan prinsip dan manfaat dari sistem tanam jajar legowo yaitu meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, hal ini disebabkan karena tanaman pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak sehingga tanaman pinggir dapat berfotosintesa lebih baik karena sistem tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ridwan (2000) bahwa tanaman pinggir lorong umumnya cendrung menghasilkan gabah bernas lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Hasil penelitian Mujisihono dan Santosa (2001), menunjukkan bahwa persaingan antar tanaman yang sama jenis kompetisi inter spesies lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan persaingan pada jenis tanaman yang berbeda (kompetisi antar spesies). Pada kompetesi tanaman yang sama jenis akan mempunyai jenis kebutuhan intensitas cahaya matahari, unsur hara, air dan tempat tumbuh mempunyai kebutuhan yang sama karena umur serta perakaran tanaman yang sama. Menurut Jatmiko et. al. (2002) Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing. Selain persaingan antar tanaman persaingan tanaman juga terjadi dengan gulma untuk mempertahankan siklus hidupnya. Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air yang di tingkat petani dapat menyebabkan kehilangan hasil padi mencapai 10-15%.
KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisis statistik, tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan kecuali pada perlakuan jumlah gabah bernas per malai. Jumlah gabah bernas per malai pada tanaman pinggir (P2) sebanyak 82,54 butir, berbeda nyata dengan tanaman tengah (P1) yang 70,10 butir, namun tidak berbeda nyata dengan tanaman sisipan (P3) yang 73,76 butir. 2. Produktivitas hasil pengkajian menunjukkan hasil yang lebih tinggi (5,60 t/ha GKG) dibandingkan dengan produksi rata-rata deskripsi varietas padi (5,08 t/ha GKG). Produktivitas hasil pengkajian masih lebih rendah dibandingkan potensi hasil (7,0 t/ha GKG) hal ini menunjukkan masih ada peluang untuk meningkatkan produktivitas. DAFTAR PUSTAKA BB Padi. 2009. Tanam Jajar Legowo. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index .php/ in/berita/infoaktual/491. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi (25 september 2012). BPS. 2011. Tabel Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http: //www.bps.go.id/tnmn_pgn. php? adodb_next_page=2&eng =0&pgn=1 & prov = 99 & thn1=2010 &thn2=2011&luas=1&produktivitas=1& produksi=1. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta. (7 juni 2012). BPTP Banten. 2010. Tanam Jajar Legowo di Lahan Sawah. http banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com content& view article & id=17 1 : tanaman – jajar -legowo—di-lahan-sawah&catid= : leaflet&itemid. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten. Tangerang. [6 april 2010]. Damardjati, J. 2006. Learning from Indonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta. Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Prima Tani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Endrizal dan Jumakir. 2007. Keragaan Beberapa Vaietas Padi Unggul Baru dan Kelayakan Usahatani Padi pada Lahan Sawah Irigasi di Propinsi Jambi. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 7 (3). Badan Libang Pertanian. Jakarta. ;199-206. Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto dan A.N. Ardiwinata. 2002. Apakah Herbisida Yang Digunakan Cukup Aman? ;337-348. Dalam Noeriwan B. Soerjandono. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10 (1), 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. ;8 Mujisihono, R. dan T. Santosa. 2001. Sistem Budidaya Teknologi Tanam Benih Langsung (TABELA) dan Tanam Jajar Legowo (TAJARWO). Makalah Seminar Perekayasaan Sistem Produksi Komoditas Padi dan Palawija. Diperta Prop. DIY. Yogyakarta. Pemkab Seluma. 2010. Daftar Isian Profil Desa/Kelurahan Tingkat Desa. Desa Rimbo Kedui. Kecamatan Seluma Selatan. Kabupaten Seluma. Pemerintah Kabupaten Seluma. Seluma. Ridwan. 2000. Pengaruh Populasi Tanaman dan Pemupukan P pada Padi Sawah dengan Sistem Tanam Legowo. Prosd. Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Suprihatno, B., Aan A. Daradjat., Satato., Erwin Lubis., Baehaki, SE., S. Dewi Indrasari., I Putu Wardana dan M.J. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. ;118 Sutardjo, W. 2012. Tanam Padi Sistem Jajar Legowo. http://sekarmadjapahit. wordpress.com/2012/01/30/tanam-padi-sistem-jajar-legowo/ (27 September 2012)