Karya Ilmiah
Kehidupan di Balik Lampu Merah
Disusun Oleh : ADELA VANIA ALVERINA / X-IIS 2 – 02 ANTONIA CLAUDIA / X-IIS 2 – 05 JEREMY OWEN / X-IIS 2 – 18
SMA SANTA ANGELA JL. MERDEKA NO. 24 BANDUNG 2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan berjudul “Kehidupan di Balik Lampu Merah” telah disetujui:
Hari
:
Tanggal
:
Oleh
:
_________________ Ibu Melly Henartri
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan berjudul “Kehidupan di Balik Lampu Merah” telah disahkan :
Hari
:
Tanggal
:
Oleh
:
_________________ Ibu Melly Henartri
ii
Kata Pengantar Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur yang berlimpah padaTuhan Yang Maha Esa, berkatbimbingan dan penyertaanNya, kamidapatmenyelesaikan karya ilmiah kami inidengansebaikbaiknya. Taklupa kami jugaberterimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, terutamauntuk guru karyailmiah kami Dra. Melly Henartri dan guru Bahasa Indonesia kami Elysabeth Citra Raharja, S.Pd, yang telah membimbing dalammengerjakan karya ilmiah ini, agar dapatdisajikan, dibaca, dandimengertidenganbaikolehsemuakalangansehinggadapatmenunjangak tivitasbelajarmengajar
di
sekolahdandapatmenjadibahanevaluasibagi
seluruh pihak terkait mengenaimasalahkesejahteraananakjalanan. Kami
menyadaridalamlaporaninimasihterdapatbanyakkekurangan
yang perlu kami perbaiki.Namun, dengandemikian kami berharap agar dapatsemakinbelajardarikekurangan kami danmenghasilkanlaporan yang lebihbaguslagidanmudahdimengertiolehsemuakalangan Akhir kata, kami memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam
karya
ilmiah
ini.Semoga
karya
kami
dapatmenjadisatudarisekiansaranapembelajaranseluruhkalanganterutama pelajardandapatmembantumemberikangambarantentangkehidupandanma salah yang adadalamkehidupananakjalanan.
Bandung, 12 September 2014
Tim Penulis
iii
ABSTRAKSI Karya ilmiah yang berjudul “Kehidupan di Balik Lampu Merah” ini membahas tentang kehidupan anak jalanan itu sendiri dengan segala masalah yang ada di sekeliling mereka. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui cara mereka untuk bertahan hidup sehari hari dan kebutuhan mereka untuk mencapai kata sejahtera. Berdasarkan uraian dari tujuan kami, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak jalanan pula menginginkan kehidupan yang lebih layak dan sejahtera serta menjadi lebih baik lagi di masa depan walaupun kini hidup mereka mungkin belum mencukupi kebutuhan sehari harinya. Dengan penelitian kami, semog adapat menghimbau semua kalangan dalam memperhatikan anak-anak jalanan agar mereka tidak dianggap remeh maupun dianggap sebagai penggangu di jalanan, tetapi sebenarnya bagi mereka itu salah satu harapan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
.
iv
DAFTAR ISI
Halaman judul Lembar persetujuan…………………………………………………….. i Lembar pengesahan…………………………………………………… ii Kata pengantar……………………………………………………...…. iii Abstraksi…………………………………………………………..……. iv Daftar Isi………………………………………………………..……….. v Bab 1Latar Belakang……………….…………………………………. 1 Bab 2Landasan Teori………….……………………...………………. 7 Bab 3Metodologi Penelitian…………..…………………………….. 11 Bab 4Analisis…………………………………..………………………13 Bab 5Kesimpulan……………………………………………………. 28 Daftar Pustaka…………..……………………………………………. 30 Lampiran
v
Jadwal Kerja
Hari, Tanggal Kamis, 7 Agustus 2014
Keterangan Penentuan ide penelitian dan penentuan judul
Kamis, 21 Agustus
Pembuatan proposal penelitian dan penentuan
2014
metode penelitian
Kamis, 28 Agustus
Pembuatan proposal penelitian dan penentuan
2014
metode penelitian
Kamis, 4 September 2014 Selasa, 9 September 2014
Pengajuan proposan dan pembuatan angket
Pembuatan angket
Kamis, 11
Pengedaran angket dan pembuatan bagian
September 2014
pembukaan
Selasa, 16 September 2014 – Rabu, 24
Pengumpulan angket
September 2014 Senin, 22 September 2014
Wawancara kepada seorang psikolog
Senin, 13 Oktober 2014 - Rabu, 15
Wawancara kepada anak-anak yang telah terpilih
Oktober 2014 Kamis, 23 Oktober – Selasa, 4
Pembuatan Laporan
November 2014 Jumat, 7 November 2014
Pengumpulan Laporan
vi
BAB I
LATAR BELAKANG Kehidupan di Indonesia sangatlah beragam, mulai dari yang hidupnya
berkelebihan,
berkecukupan,
ataupun
berkekurangan.Dari
tingkat kehidupan tersebut menghasilkan berbagai macam kehidupan sosial dalam bermasyarakat. Kehidupan yang berkekurangan mengakibatkan terbentuknya berbagai macam kehidupan sosial yang dilihat juga dari lingkungan sekitarnya.Salah satu kehidupan sosial ini adalah kehidupan anak jalanan terlebih khusus lagi di daerah lampu merah, sedangkan yang kita ketahui bahwa lampu merah merupakan tempat yang ramai dengan kendaraan dan sangat rentan terhadap kecelakaan.Walaupun begitu, lampu merah justru menjadi tempat kehidupan bagi sebagian kecil orang atau yang kita sebut “anak jalanan”. Anak jalanan adalah sebuah bukti nyata bahwa tingkat kehidupan di Indonesia masih harus dibenahi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat luas. Anak jalanan pada umumnya berasal dari keluarga yang hidup susah dan kadang dikarenakan perselisihan orang tua. Untuk itu digolongkan berdasarkan beberapa kategori pengertian untuk kategori yang pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orang tua atau keluarganya. Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggal di jalanan.Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan/atau bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Pada kenyataannya, Data Departemen Sosial menunjukkan jumlah anak jalanan di beberapa kota besar di Indonesia pada tahun 2005
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 7
mencapai 150.000 anak dan jumlah anak terlantar mencapai 3.308.642 anak (Herdiman, 2008). Serta UUD 1945 pasal 34 menyebutkan bahwa “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh pemerintah.” Oleh karena itu berbagai macam program diluncurkan oleh pemerintah, seperti rumah singgah.Namun
pada
kenyatannya
upaya
tersebut
tidak
dapat
memperbaiki kehidupan anak jalanan dalam jangka waktu yang panjang. Secara lebih merinci, menurut penelitian Departemen Sosial dan UNDP, anak jalanan di kelompokan dalam kategori : Anak jalanan yang hidup di jalanan dengan kriteria : -
Putus hubungan atau lama tidak ketemu dengan orang tuanya
-
8-10 jam berada di jalanan untuk bekerja
-
Putus sekolah
-
Rata-rata berusia dibawah 14 tahun
Anakjalanan yang bekerja di jalanan dengan kriteria : -
Berhungan tidak teratur dengan orang tuanya
-
8-16 jam berada di jalanan untuk bekerja
-
Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua/ saudara, umumnya di daerah kumuh
-
Putus sekolah
-
Pekerjaan (penjual koran, pengasong, dan lain-lain)
-
Rata-rata berusia dibawah 16 tahun
Anak yang rentan menjadi anak jalanan dengan kriteria : -
Bertemu teratur setiap hari/ tinggal dan tidur dengan keluarganya
-
4-5 jam berada di jalanan untuk bekerja
-
Masih bersekolah
-
Bekerja : penjual koran, penyemir, pengamen, dll
-
Usia rata-rata dibawah 14 tahun
Anak jalanan berusia diatas 16 tahun dengan kriteria : -
Tidak lagi berhubungan atau berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya
-
8-24 jam berada dijalanan
-
Tidur dijalan atau rumah orang tua
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 8
-
Sudah tamat, SD, SLTP atau bahkan SMA namun tidak melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi
-
Usia rata-rata dibawah 14 tahun
Selain itu ada pula beberapa faktor pendukung penyebab timbul dan tumbuhnya anak jalanan : -
Faktor mikro (immediate causes), faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya
-
Tingkat messo (underlying causes), faktor yang ada di masyarakat
-
Tingkat makro (basic causes), faktor yang berhubungan dengan truktur makro
Di samping faktor tersebut diatas lingkungan komunitas juga sebagai penyebab bagi gejala anak di jalanan terutama yang erat kaitannya dengan stabilitas sosial dari komunitas itu sendiri. Ada 2 fungsi utama stabilitas komunitas, yaitu: Pemeliharaan tata nilai dan pendistribusian kesejahteraan dalam kalangan komunitas yang bersangkutan, dalam pemeliharaan tata nilai misalnya tetangga atau tokoh masyrakat tidak menasehati, menegor, ataupun melarang anak berkeliaran di jalan.Dan berkenaan dengan pendistribusian kurangnya bantuan dari tetangga atau organisasi sosial kemasyarakatan terhadap keluarga miskin dilingkungan sekitarnya. Dalam kata lain belum memberikan perlindungan terhadap anak yang terlantar di lingkungan komunitasnya.
Di samping itu ada faktor yang saling mempengaruhi anak turun kejalanan : -
-
Meningkatnya gejala keluarga, seperti: kemiskinan, pengangguran, perceraian, kawin muda, kekerasan dalam rumah tangga, dan lainlain. Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dengan alasan demi pembangunan yang dimana sebenarnya lebih mementingkan segelintir orang
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 9
-
-
-
Migrasi desa-ke kota dalam mencari kerja, yang diakibatkan kesenjangan pembangunan desa kekota, kemudahan akses dan juga ajakan kerabat kemudian dikota mereka terlantar sehingga anak-anak mereka turun ke jalanan Melemahnya keluarga besar, keluarga besar tidak lagi dapat membantu keluarga inti, dikarenakan pergeseran nilai, kondisi ekonomi, dan lain-lain. Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain anak, dampaknya terasa pada daerah-daerah kumuh perkotaan Meningkatnya angka anak putus sekolah karena faktor ekonomi, telah mendorong anak untuk menjadi pencari kerja Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak sehingga anak lebih mencari kebebasan dijalanan.
Proses Terjadinya Anak Jalanan : Tahap 1 : pengetahuan sampai terjadinya ketertarikan Tahap 2 : ketertarikan sampai keinginan Tahap 3 : pelaksanaan Tahap 4 : anak mulai memasuki kehidupan anak jalanan Tahap 5 : terjerumusnya atau kembali pada kehidupan yang wajar Dari uraian diatas secara garis besar dapat digambarkan : Anak keluar ke jalanan
Proses
Menjadi anak jalanan / tidak
Anak-anak yang sudah terjerumus atau yang lebih memilih hidup menjadi anak jalanan, akan sangat sulit untuk di atur kembali kehidupannya menjadi kehidupan yang layak dan wajar. Mereka akan tetap memilih menjadi anak jalanan karena beberapa hal yaitu :
-
Malas untuk memulai hal yang baru
-
Hanya ingin yang mudah saja
-
Sudah nyaman hidup seperti itu
-
Dengan menjadi anak jalanan, tidak perlu bekerja keras namun sudah mendapat untung yang banyak.
Untuk mengurangi populasi anak jalan di Indonesia, pemerintah harus memerhatikan kehidupan yang masih belum wajar di Indonesia ini termasuk kehidupan anak jalanan.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 10
Walau pemerintah sudah melakukan tindakan untuk mengurangi populasi anak jalanan seperti membuat rumah singgah, panti asuhan, memberi kebutuhan hidup, dll, namun tindakan yang di lakukan oleh pemerintah tersebut belum dapat membuat populasi anak jalanan menurun. Di samping itu, populasi anak jalanan yang terus meningkat dapat membuat sebagian masyarakat merasa terganggu karena aktivitasnya seperti mengamen, mengemis, dll. Apabila hal tersebut terus terjadi, masyarakat Indonesia dapat merasa terganggu dankehidupan di Indonesia tidak akan berkembang. Indonesia tidak dapat menjadi maju apabila kehidupannya masih di penuhi oleh kemiskinan dan kesusahan. Selain itu image Indonesia di mata negara lain pun akan menurun atau menjadi buruk. Mereka akan menganggap bahwa Indonesia adalah negara yang tidak ingin maju dan tidak memperdulikan rakyatnya. Dalam pembahasan ini, kami mengambil topik anak jalanan karena kami ingin membantu mengurangi populasi mereka. Kami akan meneliti tentang anak jalanan seperti kebutuhannya, kegiatan sehari-hari, berapa pengahasilan yang mereka dapatkan saat menjadi anak jalanan.
Selain itu, kami juga akan meneliti kepada masyarakat. Apakah mereka merasa terganggu bila ada anak jalanan di sekitar mereka atau tidak, bagaimana sikap mereka bila ada anak jalanan yang meminta untuk diberi sedekah.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 11
BAB II
Landasan Teori Pengertian Anak Jalanan Menurut Para Ahli Pengertian anak jalanan menurut Soedijar (1998), anak jalanan itu berusia di antara tujuh hingga lima belas tahun yang mana mereka memilih untuk mencari penghasilan di jalanan, yang tidak jarang menimbulkan konflik ketenangan, ketentraman, serta kenyamanan orang lain di sekitarnya, serta tidak jarang membahayakan dirinya sendiri. Pengertian anak jalanan dilihat dari buku “ Intervensi Psikososial” (Departemen Sosial, 2001:20), mereka yang menjadi anak jalanan adalah sebagian besar anak yang mau tidak mau, suka tidak suka menghabiskan keseluruhan waktunya di jalanan untuk mencari pendapatan dengan cara berkeliaran di tempat umum, di jalanan serta tempat terbuka lainnya. Menurut Putranto dalam Agustin (2002) dalam studi kualitatifnya mendefinisikan anak jalanan sebagai anak berusia 6 sampai 15 tahun yang tidak bersekolah lagi dan tidak tinggal bersama orang tua mereka, dan bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan dan tempat-tempat umum. Anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Namun, sebenarnya istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang hidup di jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Istilah anak jalanan berbeda-beda untuk setiap tempat, misalnya di Columbia mereka disebut “gamin” (urchin atau melarat) dan “chinces” (kutu kasur), “marginais” (criminal atau marjinal) di Rio, “pa” jaros frutero” (perampok kecil) di Peru, “polillas” (ngrengat) di Bolivia, “resistoleros” (perampok kecil) di Honduras, “Bui Doi” (anak dekil) di Vietnam, “saligoman” (anak menjijikkan) di Rwanda. Istilah-istilah itu
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 12
sebenarnya menggambarkan bagaimana posisi anak-anak jalanan ini dalam masyarakat. Kami setuju dengan semua pendapat para ahli tersebut karena mengemukakan hal yang sesuai dengan pendapat kami sendiri bahwa anak jalanan merupakan anak yang tinggal menetap di jalan dan menggantungkan seluruh hidupya di jalanan. Pengertian Kehidupan Menurut Para Ahli Kehidupan menurut I Ketut Gede Yudantara merupakan anugerah dan amanah sebagai ciptaan Tuhan.Kehidupan merupakan cobaan hidup yang selalu
dirundung suatu permasalahan.Kehidupan merupakan
penebus dosa serta merupakan suatu proses reinkarnasi. Kehidupan menurut Campbell, Reece, Mitchell merupakan suatu hirarki, dimana setiap tingkat sruktur biologis merupakan pengembangan dari tingkatan di bawahnya. Kehidupan menurut Suhairi Awang merupakan suatu kisah yang penuh berliku.kelangsungannya senantiasa berputar - putar di ruang lingkup yang serupa dari satu generasi sejak mula manusia diciptakan hinggalah menjejak kepada waktu yang paling hampir dan kisahnya selalu berulang – ulang. Menurut kami kehidupan itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses manusia untuk saling mengenal dan menjalin hubungan secara utuh dari awal ia lahir sampai akhirnya meninggal yang terdiri dari berbagai pengalaman dan peristiwa hidup.
Pengertian Kesejahteraan Menurut Para Ahli Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah
kebawah
dapat
direpresentasikan
dari
tingkat
hidup
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 13
masyarakat.Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat. Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat indicator yaitu : rasa aman (security),
Kesejahteraan
(welfare), Kebebasan (freedom), dan jati diri (Identity) Menurut Drewnoski (1974) dalam Bintarto (1989), melihat konsep kesejahteraan
dari
tiga
aspek
:
dengan
melihat
pada
tingkat
perkembangan fisik (somatic status), seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagianya, dengan melihat pada tingkat mentalnya, (mental/educational
status)
seperti
pendidikan,
pekerjaan,
dan
sebagainya, dan dengan melihat pada integrasi dan kedudukan sosial (social status) Gertrude Wilson mengemukakan kesejahteraan sosial merupakan perhatian yang terorganisir dari semua orang untuk semua orang. Walter
Friedlander
mengemukakan
kesejahteraan
sosial
merupakan sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial yang dirancang untuk membantu individu atau kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih baik.
Elizabeth
Wickenden
mengemukakan
kesejahteraan
sosial
termasuk di dalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat. Pre-conference working committee for the XVth International Conference of Social Welfare berpendapat bahwa kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup mayarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan,
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 14
jaminan sosial, kesehatan, perumahan
pendidikan, rekreasi, tradisi
budaya, dan lain sebagainya. Kami setuju dengan pendapat para ahli namun dapat
kami
simpulkan kesejahteraan itu sendiri ialah dimana kebutuhan manusia tersebut baik material, spiritual, dan sosial terpenuhi sehingga dapat memperoleh hidup yang layak dan mencapai standar hidup yang baik.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Tahap Perencanaan Mencari data melalui media cetak dan elektronik
Mencari data melalui media cetak dan elektronik
Menentukan lokasi penelitian
Menentukan waktu penelitian
Menyusun daftar pertanyaan
Wawancara
Diskusi bersama kelompok menyusun penelitian
Mengambil Kesimpulan
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 16
Tahap pelaksanaan Kami akan melakukan penelitian di luar jam pelajaran sekolah, karena peraturan yang ada di sekolah tidak memperkenankan kami untuk keluar dari lingkungan sekolah saat dalam jam pembelajaran, sedangkan lokasi yang akan kami ambil untuk mewawancarai anak-anak berada di luar lingkungan sekolah. Selain itu, kami akan memulai meneliti pada hari Sabtu, 26 September 2014 pukul 11.00 WIB.
Evaluasi / Refleksi Kami akan mengevaluasi tentang kesejahteraan para anak jalanan di beberapa sudut kota Bandung dengan mencari informasi sebanyakbanyaknya. Semoga dengan penelitian ini dapat membantu dan menyadarkan kita akan pentingnya kesejahteraan dalam kehidupan anak jalanan.
Subjek Penelitian Kami akan mengambil beberapa sampel anak jalanan antara 3 – 5 anak. Lalu kami akan mewawancarai anak jalanan yang menjual cobek di Jalan Riau (dekat Riau Kunction), di Jalan Seokarno Hatta (dekat perumahan Sumber Sari), di Jalan Buah Batu, dan di sekitar rumah salah satu anggota kelompok kami.
Instrumen Penelitian Kami akan menggunakan angket yang di berikan kepada anakanak yang berisi identitas diri, pendapatan sehari-hari, jumlah kebutuhan yang di perlukan, dan apa arti sejahtera bagi mereka. Jika ada anak yang tidak bisa baca dan menulis, kami akan membantu menuliskan. Selain itu, kami akan mengajukan beberapa pertanyaan (wawancara) kepada anakanak tersebut.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 17
Teknis Analisis Data Kami akan membuat tabel untuk menganalisis data yang di perlukan dalam penelitian ini. Tabel tersebut berisi identitas diri anakanak, jumlah pendapatan sehari-hari, jumlah kebutuhan yang mereka perlukan, dan apa arti sejahtera bagi mereka dengan prosedur sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data. 2. Mengolah data. 3. Membuat kesimpulan.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 18
BAB IV
ANALISIS Banyak masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan anak jalanan.Mereka beranggapan bahwa anak jalanan itu identik dengan segala sesuatu yang negatif. Contohnya seperti anak jalanan akan nekat merusak (membaret dengan batu) kendaraan para pengguna jalan yang berada di lampu merah ketika mereka mengamen dan tidak diberi uang. Namun sebenarnya tidak semua anak jalanan seperti itu. Dalam penelitian yang dilakukan tergolong menjadi dua sudut pandang, dari sudut pandang masyarakat dan sudut pandang anak jalanan itu sendiri. Dengan digolongkan ini bertujuan agar mengetahui benar-benar apakah pandangan masyarakat itu sesuai dengan kehidupan yang dirasakan oleh anak jalanan itu sendiri, berikut penilaian dari hasil angket dalam bentuk tabel:
NO
NAMA
1.
PERTANYAAN 1
2
3
4
Orang A
4
5
4
3
2.
Orang B
4
3
2
1
3.
Orang C
4
3
3
5
4.
Orang D
5
5
3
5
5.
Orang E
1
5
1
2
18
21
13
16
TOTAL
Rata-rata : 18 + 21 + 13 + 16 = 68 ÷ 5 = 14 dari 20 Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa dari 4 pertanyaan poin tertinggi ada pada pertanyaan kedua.Dimana pertanyaannya ada “Kenapa ada anak jalanan?” dan banyak yang menjawab bahwa anak jalanan itu ada karena faktor ekonomi yang terbatas.Padahal tidak semua anak jalanan itu berekonomi terbatas.Pada sebagian anak jalanan ditemukan
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 19
bahwa mereka turun kejalan karena orang tua yang memaksa atau karena mereka yang berinisiatif sendiri. Seperti yang tertulis dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen kedua disebutkan "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi". Itu adalah alas an kuat mereka mengais rejeki dari jalanan. Selain faktor ekonomi, juga karena faktor keluarga.Seorang anak yang
terhempas
dari
keluarganya,
lantas
menjadi
anak
jalanan
disebabkan oleh banyak hal.Penganiayaan kepada anak merupakan penyebab utama anak menjadi anak jalanan.Penganiayaan itu meliputi mental dan fisik mereka.Lain daripada itu, pada umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Sebab lain menurut Departemen Sosial tahun 1998 di 12 kota besar melaporkan bahwa jumlah anak jalanan sebanyak 39.861 orang dan sekitar 48% merupakan anak-anak yang baru turun ke jalan sejak tahun 1998. Secara nasional diperkirakan terdapat sebanyak 60.000 sampai 75.000 anak jalanan. Depsos mencatat bahwa 60% anak jalanan telah putus sekolah (drop out) dan 80% masih ada hubungan dengan keluarganya, serta sebanyak 18% adalah anak jalanan perempuan yang beresiko tinggi terhadap kekerasan seksual, perkosaan, kehamilan di luar nikah dan terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV/AIDS. Selanjutnya poin terkecil ada pada pertanyaan nomer 3 yaitu “Apa anak jalanan itu mengganggu?” Sebenarnya secara umum anak-anak jalanan itu kebanyakan pernah melakukan tindak kriminal sebanyak 2-5 kali atau 63,9%. Sedangkan satu kali melakukan tindakan kriminal ada 19,4% dan 5-10 kali ada 2,8% anak jalanan.
Seusai melakukan tindakan kriminal, sebanyak 30,6% anak pernah ditangkap, baik oleh polisi atau massa yang melihat kejadian. Dari yang berhasil ditangkap ada 90,9% mengalami penyiksaan dan sisanya 9,1% tidak disiksa.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 20
Namun, tidak semua anak jalanan pernah melakukan tindak kriminal, karena ada yang bekerja sebagai pengamen, tukang semir, penjual koran. Sedang waktu kerja yang dipergunakan beragam, mulai dari 1 – 2 jam sehari atau lebih dari delapan jam sehari. Tapi dari waktu yang dipergunakan untuk bekerja dalam satu hari, sebanyak 44,4% anak jalanan mengakui tidak pasti memiliki waktu bekerja. Besar kecilnya pendapatan per minggu seringkali tidak sama dalam satu bulan, karena etos kerja serta pola pikir mereka tentang hidup tidak untuk jangka panjang. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa dari 4 pertanyaan poin tertinggi ada pada pertanyaan kedua.Dimana pertanyaannya ada “Kenapa ada anak jalanan?” dan banyak yang menjawab bahwa anak jalanan itu ada karena faktor ekonomi yang terbatas.Padahal tidak semua anak jalanan itu berekonomi terbatas.Pada sebagian anak jalanan ditemukan bahwa mereka turun kejalan karena orang tua yang memaksa atau karena mereka yang berinisiatif sendiri. Seperti yang tertulis dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen kedua disebutkan "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi". Itu adalah alas an kuat mereka mengais rejeki dari jalanan. Selain faktor ekonomi, juga karena faktor keluarga.Seorang anak yang
terhempas
dari
keluarganya,
lantas
menjadi
anak
jalanan
disebabkan oleh banyak hal.Penganiayaan kepada anak merupakan penyebab utama anak menjadi anak jalanan.Penganiayaan itu meliputi mental dan fisik mereka.Lain daripada itu, pada umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Sebab lain menurut Departemen Sosial tahun 1998 di 12 kota besar melaporkan bahwa jumlah anak jalanan sebanyak 39.861 orang dan sekitar 48% merupakan anak-anak yang baru turun ke jalan sejak tahun 1998. Secara nasional diperkirakan terdapat sebanyak 60.000 sampai 75.000 anak jalanan. Depsos mencatat bahwa 60% anak jalanan
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 21
telah putus sekolah (drop out) dan 80% masih ada hubungan dengan keluarganya, serta sebanyak 18% adalah anak jalanan perempuan yang beresiko tinggi terhadap kekerasan seksual, perkosaan, kehamilan di luar nikah dan terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV/AIDS. Selanjutnya poin terkecil ada pada pertanyaan nomer 3 yaitu “Apa anak jalanan itu mengganggu?” Sebenarnya secara umum anak-anak jalanan itu kebanyakan pernah melakukan tindak kriminal sebanyak 2-5 kali atau 63,9%. Sedangkan satu kali melakukan tindakan kriminal ada 19,4% dan 5-10 kali ada 2,8% anak jalanan. Seusai melakukan tindakan kriminal, sebanyak 30,6% anak pernah ditangkap, baik oleh polisi atau massa yang melihat kejadian. Dari yang berhasil ditangkap ada 90,9% mengalami penyiksaan dan sisanya 9,1% tidak disiksa. Namun, tidak semua anak jalanan pernah melakukan tindak kriminal, karena ada yang bekerja sebagai pengamen, tukang semir, penjual koran. Sedang waktu kerja yang dipergunakan beragam, mulai dari 1 – 2 jam sehari atau lebih dari delapan jam sehari. Tapi dari waktu yang dipergunakan untuk bekerja dalam satu hari, sebanyak 44,4% anak jalanan mengakui tidak pasti memiliki waktu bekerja. Besar kecilnya pendapatan per minggu seringkali tidak sama dalam satu bulan, karena etos kerja serta pola pikir mereka tentang hidup tidak untuk jangka panjang. Dari
pandangan
anak
jalanan
itu
sendiri
mereka
sangat
membutuhkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat di sekitar mereka.Anak jalanan yang ingin hidup sejahtera perlu diberdayakan agar menjadi sejahtera secara mandiri.Sehingga mereka perlu “diajarkan” oleh pemerintah. Ada berbagai aspek yang mendukung agar mereka dapat hidup sejahtera.Seperti menganut konsep pemberdayaan anak.Pada konsep ini dititik beratkan pada mekanisme untuk mencegah kemiskinan itu sendiri terjadi.Karena pada awalnya, jika angka kemiskinan dapat diperkecil bukan
tidak
mungkin
dapat
meminimalisir
pertumbuhan
anak
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 22
jalanan.Contohnya dengan lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar. Namun substansi pemberdayaan adalah seutuhnya memandirikan dan memampukan masyarakat dalam menggapai kesejahteraan.(Bagong S. 2002: 10), Pemberdayaan tersebut juga memperhatikan potensi tertentu yang melekat pada anak jalanan. Dapat dilihat dari pertanyaan yang sama, yaitu mengenai kegiatan anak jalanan sehari-hari, dapat menghasilkan jawaban yang berbeda :
Orang 1
Beres-beres rumah, bantu ayah cari duit
Orang 2
Ngamen, beres-beres rumah
Orang 3
Sekolah, bantu bapak dan ibu cari nafkah
Orang 4
Ngamen di lampu merah
Orang 5
Main, beres-beres rumah
Dari tabel dapat dilihat bahwa anak jalanan ini rata-rata turun ke jalan karena membantu orang tuanya dan disamping itu mereka sebagian masih ada yang berdiam di rumah untuk beres-beres.Bahkan masih ada yang pergi ke sekolah.Ini menunjukan bahwa mereka pun tidak semuanya berada di jalanan karena dipaksa.
Berikutnya dari pertanyaan, mengapa mereka melakukan kegiatan tersebut, jawabannya pun cukup beragam, diantaranya :
Orang 1
Gampang, sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi
Orang 2
Tidak tamat SD, jadi tidak bisa apa-apa
Orang 3
Mudah dilakukan dan demi kehidupan keluarga untuk makan
Orang 4
Karena ekonomi keluarga dan tidak sekolah
Orang 5
Tidak punya kerjaan untuk biaya sekolah
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 23
Alasan mereka melakakukan semua kegiatan tersebut sebenarnya cukup sederhana.Agar mereka dapat bertahan hidup apapun caranya.Ada berbagai hal yang mendukung mereka untuk melakukannya.Seperti karena kemudahan dari aktivitas mereka.Hanya berbekal kecrekan, keberanian, dan suara mereka mengais keuntungan di jalanan. Tak hanya itu, mereka kembali lagi melakukan itu demi keluarga dan demi masa depan mereka sendiri. Tentu mereka pun ingin sama seperti kita. Hidup di tempat yang nyaman, merasa duduk di bangku sekolah setinggi-tingginya, makan enak setiap hari, tidak perlu berpanas-panasan demi sepeser uang. Namun dari semua itu tidak lepas dari yang namanya uang atau biaya.Jika berbicara mengenai penghasilan, sudah dapat ditebak apakah mereka dapat hidup dengan uang seminim itu. Berikut jawaban mereka :
Orang 1
Orang 2
Orang 3
Orang 4
Orang 5
Tinggal di Cibaduyut, penghasilan Rp. 20.000,- sampai Rp. 50.000,- per hari = Cukup Tinggal di Dago, penghasilan Rp. 10.000,- sampai Rp. 30.000,- per hari = Kadang cukup, kadang tidak Tinggal di Cibaduyut, penghasilan Rp. 20.000,- sampai Rp. 70.000,- = Cukup Tinggal di daerah Binong, penghasilan tidak menentu. Kadang Rp.50.000,- sampai Rp. 70.000,- = Tidak Cukup Tinggal di Cicalengka, penghasilan Rp. 20.000,- sampai
Kebanyakan
Rp. 30.000,- = Mencukupi
dari
mereka
bilang
pengahasilan
mereka
mencukupi.Padahal, harga bahan pokok yang terus melambung tinggi, makin banyaknya kebutuhan yang perlu mereka penuhi.Sudah pasti kini mereka berfikir dua kali apakah cukup atau tidak penghasilan mereka itu.Belum lagi ditambah biaya untuk melanjutkan sekolah yang semakin besar. Walaupun pemerintah sudah memberikan program wajib belajar 12
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 24
tahun untuk seluruh anak di Indonesia, tapi belum disertai dengan aksi memberikan dana sepenuhnya bagi anak jalanan ini. Bagi para anak jalanan bisa makan sehari 1 kali saja sudah bersyukur.Mereka
mendapat
uang
dari
hasil
mereka
mengamen
kebanyakan digunakan untuk biaya keluarga.Bukan untuk diri mereka sendiri. Menurut mereka, hingga kini pemerintah masih juga belum bisa memperdayakan mereka semua.Contohnya : walaupun sudah membuat rumah singgah pemerintah belum mampu untuk menampung sebagian dari jumlah anak jalanan di Kota Bandung. Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut .rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah resosialisasi yaitu membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan memberikan pendidikan dini untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif. Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :
Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.
Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.
Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 25
akses
kepada
berbagai
pelayanan
sosial
seperti
pendidikan, kesehatan dll. Lokasi rumah singgah harus berada ditengah-tengah masyarakat agar memudahkan proses
pendidikan
dini,
penanaman
norma
dan
resosialisasi bagi anak jalanan. Pada hakikatnya rumah singgah digunakan untuk memperdayakan segala bentuk pendidikan serta kreativitas para anak jalanan.Mereka sebenarnya cukup mampu untuk dikembangkan potensinya. Sesuai dengan definisi mengenai kesejahteraan anak jalanan, banyak yang perlu dipenuhi.Sekolah, makan, tempat tinggal, untuk keesokan harinya, begitu terus setiap hari uang mereka berputar.Banyak dari mereka berprinsip “Toh, banyak teman kami yang seperti ini.”Karena banyak yang berifikir begitu maka tak jarang ditemukan bahwa ketika anak jalanan diberi tawaran untuk kembali ke sekolah atau untuk bekerja yang layak banyak yang menolak. Sebagian anak jalanan berfikir untuk apa mereka bersekolah lagi jika untuk kebutuhan sehari-hari saja kurang. Apabila dikaji lebih mendalam,
banyak
anak
jalanan
yang
tidak mau
meninggalkan
kegiatannya kini disebabkan oleh “daya tarik” di jalan raya.Artinya mereka sudah memiliki pemikiran, bahwa jalan raya adalah lahan kehidupan mereka.“Daya tarik” dan pola pikir yang terbentuk, serta belum terpenuhinya program-program penanggulangan dalam mengatasi anakanak jalanan, menjadi semacam katalisator dalam peningkatan anak-anak jalanan secara kuantitas. Hal yang paling penting dalam menanggulangi permasalahan anakanak jalanan ini adalah adanya pengalihan profesi mereka, dari profesiprofesi liar di jalanan pada profesi yang lebih terorganisir (Organized Placement).Melalui pengalihan profesi ini diharapkan jumlah mereka dapat berkurang secara bertahap. Berpijak dari persoalan dan kondisi yang ada, setidaknya ada beberapa faktor yang mesti dicermati :
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 26
Pertama, keberadaan anak-anak jalanan tersebut sudah dalam suatu format untuk mencari penghidupan (baca : uang) di jalanan sehingga mereka mempunyai anggapan bahwa uang akan dengan mudah mereka dapatkan di jalanan. Kedua, sifat kehadiran dan keberadaan mereka dijalan sangat tidak terpola (unorganized) yang diikuti oleh terbentuknya profesi-profesi liar yang dapat menimbulkan dampak –dampak yang negatif. Ketiga, belum adanya program yang terarah dan konkret dalam menanggulanginya.Program tersebut harus bersifat permanen, artinya mereka harus dialih profesikan secara terorganisir (organized placement), dengan menyediakan lapangan kerja baru agar mereka tidak tertarik untuk kembali ke jalanan. Hal ini sangat penting agar tidak terbentuk proses internalisasi profesi liar dan kehidupan jalanan dari anak-anak tersebut. Keempat, adanya ikatan secara psikografis antara anak-anak jalanan dengan jalan raya, sehingga tidak mudah untuk memisahkan begitu saja ikatan tersebut.Perlu adanya semacam program yang masih memberikan keleluasaan bagi mereka melalui aktivitas yang bernuansa “jalanan”. Kelima, belum terbentuknya “good will” dari semua unsur untuk mengatasi permasalahan pada tingkat yang lebih riil.Artinya dalam menanggulangi persoalan anak-anak jalanan harus ada kemauan yang kuat dari semua pihak dan masyarakat luas, untuk berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Alternatif lain untuk meningkatkan angka kesejahteraan para anak jalanan, selain rumah singgah dan program pemerintah ialah memberikan semangat dan motivasi kepada mereka.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 27
BAB V
KESIMPULAN Pada dasarnya, semua orang di dunia ini ingin hidup sejahtera dengan pekerjaan dan pengahasilan yang tetap.Tidak selalu harus mengahadapi kerasnya jalanan yang tidak memberikan penghidupan yang lebih baik dari pada seharusnya. Mungkin mulai kini kita bersama-sama perlu merubah pola pikir kita tentang anak jalanan yang mengganggu ketertiban dan kebersihan jalan raya.Mereka hanya sebagian kecil dari banyak orang yang berada di bawah
angka
perekonomian
“layak”.
Mereka
hanya
berusaha
menyambung hidup demi terwujudnya kesejahteraan hidup Mereka perlu banyak hal.Sekolah, makan, dan bermain sekalipun pantas untuk mereka dapatkan. Kembali lagi bahwa mereka tetap anakanak yang seharusnya tidak dimanfaatkan untuk menafkahi keluarga di usia yang belum seharusnya. Ditambah lagi mereka masih perlu dilindungi dan di beri kasih sayang. Pemerintah memiliki andil yang besar bersama keluarga untuk mengembalikan lagi mereka menjadi seorang anak dengan hak yang wajib untuk dipenuhi.Mereka tetap generasi bangsa.Mereka tetap aset Negara. Dan hak mereka tetap sama dengan anak kecil dari kalangan keluarga
dengan
angka
perekonomian
menengah
hingga
angka
perekonomian keatas. Mereka juga perlu diperhatikan dalam hal pergaulannya, tidak semua dari mereka bergaul sesuai dengan kaidah yang berlaku.Perlu diterapkan kembali nilai-nilai luhur dalam keluarga yang turut ikut berandil besar dalam pembentukan karakter mereka kedepannya. Pemerintah juga perlu untuk memperhatikan keluarga para anak jalanan tersebut.Misalnya dengan membantu menyejahterakan mereka dengan memberi lapangan perkerjaan.Namun kini masalahnya bisa saja pendapatan yang mereka dapatkan di jalan lebih besar dari pada jika mereka mengambil pekerjaan yang ditawarkan.Waktunya pemerintah
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 28
mengkaji kembali standar kebutuhan bahan pokok serta gaji para pekerja umum serta upahan.Jangan sampai menambah jumlah anak jalanan semakin banyak. Mereka perlu hidup layak dan itu wajib terpenuhi.Ada yang mejamin itu dalam UU maka seharusnya semua pihak dalam Negara baik aparat pemerintahan dan masyarakat membantu menangani masalah anak jalanan ini. Banyak dari mereka ingin bersekolah atau ingin punya pekerjaan dengan penghasilan yang tetap.Itu
perlu
untuk diwujudkan oleh
pemerintah.Pada intinya, anak jalanan ingin hidup sejahtera dan mereka ingin agar itu semua terpenuhi.
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 29
DAFTAR PUSTAKA http://caksandi.com/pengertian-anak-jalanan-dari-para-ahli-secara-garisbesar/ http://febasfi.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-karakteristik-anak.html http://nurmansaniikbal.blogspot.com/2012/12/anak-jalanan.html http://kehidupananakjalanan.blogspot.com/ http://bandungvariety.wordpress.com/2008/03/14/anak-jalanan-kotabandung-semakin-mengkhawatirkan/ http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-kehidupan-menurutbeberapa.html http://kesejahteraan2012.blogspot.com/2013/04/pengertiankesejahteraan-sosial-menurut.html?m=1
KEHIDUPAN DI BALIK “LAMPU MERAH” | 30