PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Drs. H. Moh. Magfur, M.Pd. Dosen matakuliah Manajemen pendidikan, pembantu ketua II STAI Qomaruddin Gresik
Abstrak Globalisasi sebenarnya bukanlah fenomena baru sama sekali bagi masyarakat muslim Indonesia. Pembentukan dan perkembangan masyarakat muslim Indonesia bahkan berbarengan dengan datangnya berbagai gelombang global. Globalisasi merupakan Pelenyap dinding dan jarak antara satu dengan bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain termasuk pendidikan. Sebagai alat pengontrol pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencegah dan menanggulangi dampak negatif globalisasi, dan dalam merespons secara positif dan mengembangkannya manfaat dari globalisasi.
Kata Kunci : Globalisasi, Pendidikan Islam A. PENDAHULUAN Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya atau pendidikan Islam, termasuk pesantren khususnya. Masyarakat muslim tidak dapat menghindarkan diri dari proses globalisasi tersebut, jika ingin survive dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif di masa ini. Globalisasi sebenarnya bukanlah fenomena baru sama sekali bagi masyarakat muslim Indonesia. Pembentukan dan perkembangan masyarakat muslim Indonesia bahkan berbarengan dengan datangnya berbagai gelombang global secara konstan dari waktu ke waktu. Sumber globalisasi itu adalah Timur Tengah, khususnya mula-mula Mekah dan Madinah dan sejak akhir abad ke-l9 dan awal abad ke-20 juga Kairo. Oleh karena itu, seperti bisa diduga, globalisasi ini lebih bersifat regio-intelektual, meski dalam kurunkurun tertentu juga diwarnai oleh semangat region-politik1. Tetapi globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi dewasa ini, tidak lagi bersumber dari Timur Tengah melainkan dari Barat yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia umumnya. Globalisasi yang bersumber dari Barat seperti yang kita saksikan, tampil dengan watak ekonomi politik, dan sains teknologi tentu memiliki dampak positif dan negatif. 1
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Masyarakat Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu; 2000) h. 43.
Di antara dampak negatif tersebut misalnya tenjadi dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi. Dampak positifnya antara lain terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan baik dalam lingkungan ekonomi (eksonosfer), informasi (infosfer), teknologi (teknosfer), sosial (sosiosfer), dan psikologi (psikosfer).2 Terhadap globalisasi tersebut kita tentu ingin meminimalisasi dampak negatifnya, terutama bagi dunia pendidikan dan memanfaatkan sebaik-baiknya dampak positif dan globalisasi itu, sehingga dapat survive di tengah masyarakat dunia yang penuh dengan kompetisi. B. PENGERTIAN GL0BALISASI Menurut David Held dan Anthony Mc Grew tidak ada definisi globalisasi yang tepat yang disepakati bersama. Globalisasi dapat dipahami dalam pemahaman yang beragam sebagai kedekatan jarak, ruang, waktu yang menyempit, pengaruh yang cepat, dan dunia yang menyempit. Perbedaannya hanya terletak pada penekanan dan sudut pandang material, ruangan dan waktu, serta aspek-aspek kognitif dan globalisasi. Dan sudut pengistilahan, kata globalisasi sebenarnya masih mengalami problem karena relativitas serta subyektivitas pemakaian kata tersebut. Namun globalisasi secara sederhana dapat ditunjukan dalam bentuk perluasan skala, pengembangan wilayah, dan percepatan pengaruh dan arus dan pola-pola inter-regional dalam interaksi sosial.3 Sementara itu menurut sebagian orang bahwa globalisasi, adalah melenyapkan dinding dan jarak antara satu bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga semuanya menjadi dekat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga dunia. Sebagian lain mengatakan globalisasi ialah mengubah dunia menjadi perkampungan dunia. Ahli ekonomi dan sosiologi Dr. Jalal Amin mengatakan, istilah ‘aulamah’ globalisasi adalah baru, namun fenomenanya cukup lama. Ia berkata, “maka kita memahami bahwa globalisasi adalah penyempitan jarak secara cepat antara masyarakat manusia, baik yang berkaitan dengan perpindahan barang, orang, modal, informasi, pemikiran maupun nilai-nilai. Sehingga tampak globalisasi bagi kita adalah sepertinya mengiringi perkembangan peradaban manusia.4 Perkataan Dr. Jalal Amin di atas tampaknya mengarah pada Ta’aulamah bukan kepada ‘aulamah. Ta’aulamah adalah dampak atau pengaruh ‘aulamah (globalisasi) seperti kata ta’allum (belajar) masdar (akar kata) dari ta’lim (mengajar/pengajaran). Karena penyempitan jarak seperti yang dikatakan Dr. Jalal merupakan dampak bagi globalisasi itu sendiri. Menurut Anthony Giddens bahwa sebagian aspek globalisasi diperdebatkan: bagaimana seharusnya istilah itu dipahami apakah istilah itu 2
Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta : Grasindo, 2001 David Held dan Anthony Mc Gre, The Global Tranformation Reder, Malden: Blackwell Publisher Ltd., 2000, hal. 3. 4 Ibid. hal. 22. 3
baru atau tidak dan apa konsekuensinya. Ada pula yang memandang bahwa globalisasi merupakan kelanjutan dari tren yang telah lama mapan, yaitu liberarisasi seperti dianut oleh kaum neo-liberal. Namun menurut Paul Rust dan Graham Thompson seperti dikutip oleh Giddens bahwa globalisasi merupakan kelanjutan fenomena ekonomi yang kini menuju pada arah global. Tetapi kedua pandangan di atas tidaklah merepresentasikan globalisasi secara utuh mengingat cakupannya sangat luas dan menggejala ke dalam berbagai sektor. Globalisasi pada kenyataannya bukan hanya tentang saling ketergantungan ekonomi, tetapi tentang transformasi ruang dan waktu yang berskala luas dalam kehidupan kita.5 Jadi, globalisasi mengandung arti menghilangkan batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi (perdagangan) dan membiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level internasional, sehingga terancamlah nasib suatu bangsa atau negara.6 Globalisasi juga bisa berarti eliminasi batasbatas teritorial antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.7 Hal itu terjadi dikarenakan adanya perkembangan secara pesat teknologi komunikasi, transformasi, dan informasi. Pada tataran konsep, globalisasi tidak bertentangan dengan Islam. Bahkan Islam sejalan dengan globalisasi karena Islam adalah universal dan “rahmatan lil ’alamin”. Namun globalisasi yang terjadi akhir-akhir ini adalah globalisasi yang lebih merupakan konsep dan beranjak dari terminologi Barat. Globalisai pada yang terakhir ini, lebih mengarah pada pemaksaan hegemoni politik, ekonomi, sosial, dan budaya AS kepada dunia, khususnya dunia Timur atau dunia ketiga, dan lebih khusus lagi dunia Islam. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam konsep versi Barat, globalisasi berarti “westernisasi dunia”. Konsep ini merupakan istilah santun bagi imperialisme gaya baru yang telah menanggalkan baju lama dan caracara kunonya, untuk memainkan hegemoni baru dengan payung istilah yang lembut, yakni “globalisasi”. C. PENGARUH GLOBALISASI Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain termasuk pendidikan. Dalam hal ini globalisasi telah mengubah kehidupan sehari-hari terutama dirasakan sekali oleh negara berkembang dan pada saat yang sama telah menciptakan sistem-sistem dan kekuatan-kekuatan trans-nasional baru. Globalisasi telah mempengaruhi generasi muda Islam, terutama di negaranegara Timur Tengah atau negara-negara Islam dan negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Budaya konsumerisme, hedonisme, dan 5
Anthony Giddens, The Third Way, Jakarta: Gramedia, 2000, hal. 32. Yusuf Qardhawi, Islam dan Globalisasi Dunia, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, tt. hal. 22. 7 Yusuf Qardhawi, Ummat Islam menyongsong Abad 21 (Ummatan aina Qornain), Solo: Era Intermedia, 2001, hal. 301. 6
ketergantungan terhadap budaya Barat menjadi fenomena baru bagi generasi muda Islam kita. Model dan cara berpakaian yang tidak islami (mempertontonkan aurat), jenis makanan dan minuman yang dinikmati sudah jauh dan menu dan kekhasan lokal, pengaruh bebas dan pergaulan muda-mudi yang tidak mengenal tata krama merajalela di mana-mana, semakin terkikisnya nilai kekeluargaan dan gotong royong dan sebagainya adalah merupakan pengaruh negatif dari globalisasi. Globalisasi juga sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan, baik terhadap tujuan, proses, hubungan guru-murid, etika, metode ataupun yang lainnya. Dalam hal tujuan, terdapat kecenderungan yang mengarah materialisme, sehingga hal pertama yang mungkin ditanyakan oleh orang tua siswa atau oleh siswa, adalah adakah lembaga pendidikan tempat ia belajar dapat menjamin masa depan kehidupannya? Demikian juga dengan kurikulumnya, lebih mengarah pada bagaimana hal-hal yang materialistik itu dapat dicapai. Dalam hal ini belajar lebih terfokus pada aspek penguasaan ilmu (kognitif) belaka ketimbang bagaimana seorang siswa memiliki sikap yang sesuai dengan nilainilai Islam. Dalam hal pergaulan antara sesama siswa, tidak jarang kita ketahui dari berbagai media masa yang memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan, sebagai akibat dari penjajahan budayaan Barat yang mengumbar pergaulan bebas. Demikian halnya dengan hubungan guru murid sering kita dapatkan informasi yang membuat bulu kuduk berdiri, yaitu dengan berlangsungnya hubungan bebas guru-murid, karena barter nilai. Dan tidak jarang pula terdapat hubungan guru-murid yang tidak harmonis disebabkan akhlak siswa terhadap guru yang kurang menempatkan kedudukan guru pada posisi yang tepat, dikarenakan kesenjangan ekonomi antara guru dengan orang tua murid yang bagaikan langit dengan bumi. Proses globalisasi yang sedemikian berpengaruh bagi kelangsungan perkembangan identitas tradisional dan nilai-nilai agama, tentu saja tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kalangan agamawan, pemikir, pendidik, bahkan penguasa harus merespons secara konstruktif terhadap berbagai persoalan yang ditimbulkan sebagai akibat dan pengaruh globalisasi ini. Namun demikian tidak bisa kita mungkiri, bahwa globalisasi juga mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan umat manusia. Kita ketahui bahwa globalisasi juga erat kaitannya dengan era informasi dan teknologi canggih. Era global/informasi menjadikan semua transparan. Apa yang terjadi di belahan dunia yang satu, di belahan dunia yang lain dapat dengan cepat diketahui. Hubungan seseorang dengan yang lainnya–teknologi komunikasimenjadi sedemikian dekat, gampang dan mudah. Informasi, pengetahuan, dan lain-lainnya dengan mudah kita dapatkan dan berbagai media baik radio, televisi, internet, koran, majalah, dan lain sebagainya. Dengan demikian, banyak hal yang dapat mendorong pendidikan untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik dalam hal kelembagaan, tujuan, kurikulum, metode, dan lain sebagainya.
D. Sikap Kita terhadap Globalisasi Dalam menyikapi isu globalisasi, umat Islam terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu yang menerima secara mutlak, menolak sama sekali, dan pertengahan, yakni menyikapinya secara proporsional. Kelompok pertama, yakni orang yang menerima secara mutlak, adalah orang yang disebutkan oleh Rasulullah dalam haditsnya bahwa mereka adalah mengikuti cara-cara dan ajaran umat lain sejengkal demi sejengkal, sehingga andai umat lain itu masuk ke lubang biawak, mereka akan mengikutinya. Inilah sikap para penyeru westernisasi yang berlebihan di dunia Arab dan Islam. Kelompok kedua, orang yang menolak sama sekali, adalah yang menjauhi setiap hal-hal baru, tidak peduli dengan dunia pemikiran, ekonomi, politik, dan sejenisnya. Mereka beruzlah dan menyingkir.8 Selain kelompok ini juga terdapat kelompok lain yang sering disebut dengan sebagai kelompok fundamentalis. Bedanya mereka tidak mengasingkan diri, tetapi malah mengambil posisi berhadapan dengan yang mereka tentang atau tolak. Mereka menganggap bahwa globalisasi akan merusak sendi-sendi budaya Islam yang telah mereka jaga selama bertahun-tahun. Kekhawatiran mereka terletak pada “westernisasi” dan “pembaratan” pada budaya setempat melalui arus globalisasi. Kelompok ketiga, adalah kelompok pertengahan yakni yang menyikapinya secara proporsional. Menurut Yusuf Qordowi inilah sikap yang baik sebagai cermin, sebagai manhaj Islam pertengahan. Inilah sikap orang beriman yang mempunyai wawasan luas dan terbuka yang bangga dengan identitasnya, paham tentang risalahnya, dan memegang teguh orisinalitasnya. Ia tidak menghindar dari hal-hal yang baru dan tidak menerima secara berlebihan.9 Di antara sikap yang paling tepat menanggapi globalisasi sebagaimana tersebut di atas adalah sikap proporsional, yakni tidak berlebihan dalam menolak dan menerimanya. Kita tentu dapat memilah-milah dan memilih mana yang dianggap baik dan sesuai dengan ajaran Islam dan mana yang tidak sesuai. Terhadap pengaruh yang baik, tentu dengan senang hati dapatlah kita terima dan bahkan jika memungkinkan mengembangkannya untuk mendapat manfaat yang lebih baik. E. Peran Pendidikan dalam Menghadapi Globalisasi Pendidikan merupakan sarana yang paling efektif dalam menghadapi globalisasi dunia, melalui pendidikan baik di rumah, sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat, dengan berbagai metode, cara dan geraknya, dapat 8
Yusuf Qardhawi, Islam dan Globalisasi Dunia, Op. Cit. hal. 139. Ibid. hal. 139.140. Kelompok yang ketiga ini menurut Bahtiar Effendi sebagai kelompok yang mencoba mengintegrasikan pandangan-pandangan yang antagonistik dalam melihat hubungan antara agama dengan persoalan kemasyarakatan, (Bahtiar Effendi, Masyarakat Agama dan Tantangan globalisasi Mempertimbangkan Konsep Deprivatisasi Agama), Bahtiar Effendi, hal. 2. 9
dicegah pengaruh negatif yang bakal terjadi dari globalisasi. Dalam hal ini pendidikan agama mempunyai peran yang sangat penting sebagai landasan nilai dan moral anak didik. Melalui pendidikan pula dapat memberikan motivasi bagi tercapainya peningkatan kualitas yang signifikan dalam manfaat pengaruh globalisasi. Agar peran pendidikan dapat berfungsi maksimal dalam menanggapi globalisasi maka ada beberapa hal yang kiranya patut diperhatikan. Pertama, peningkatan mutu sumber daya manusia, di antara tuntutan internal dan tantangan eksternal global maka di antara keunggulan-keunggulan yang mutlak dimiliki bangsa dan negara Indonesia, adalah penguasaan atas sains dan teknologi, dan keunggulan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pengalaman banyak negara seperti Amerika, Jerman, Inggris, Prancis, dan lain sebagainya menunjukan bahwa sains teknologi merupakan salah satu faktor terpenting yang mengantarkan negara-negara tersebut pada kemajuan.10 Kedua, pengembangan ilmu sosial profetik. Degan ilmu sosial profetik yang kita bangun dan ajaran Islam, kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Islam selalu membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban. Islam adalah sebuah paradigma terbuka.11 Jika ilmu sosial profetik telah menginternalisasi ke dalam tubuh masyarakat kita maka kita akan menggali, mengkaji bahkan mengambil berbagai hal manfaat dari globalisasi atau westernisasi sekalipun. Karena dalam tubuh kita sudah benar-benar dibentengi dengan kuat sehingga tradisi dan kepribadian kita tetap utuh, sementara kita mendapatkan kemajuankemajuan yang dihasilkan dari peradaban baru atau asing sebagai dampak globalisasi. Ketiga, mendekonstruksi metode dan manajemen. Metodologi dan manajemen yang selama ini kita pakai harus dirubuhkan dan dibangun lagi yang terbaru, yang dapat membawa semangat dan konsep baru sehingga menghasilkan tujuan yang di inginkan sesuai tuntutan modern sekarang ini. Keempat, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana merupakan unsur penting yang sangat menunjang bagi kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan. Oleh karena itu, sarana dan prasarana akademik mutlak perlu, baik berupa perpustakaan gedung pembelajaran masjid, dan lain sebagainya. Kelima, terdapat kurikulum yang andal yang berwawasan masa kini dan masa depan. Kurikulum ini diharapkan dapat menciptakan manusia manusia yang memiliki kemampuan yang berkualitas dan memiliki keterampilan dan kecakapan dalam hidup. Seiring dengan terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara serta perkembangan dalam ilmu pengetahuan, teologi dan seni jelas diperlukan perubahan kurikulum secara berkala. Kurikulum ini dibutuhkan karena adanya perkembangan dan perubahan global dalam 10 11
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi, Op. Cit. h. 46. Abuddin Nata, Op. Cit. hal. 124.
berbagai aspek kehidupan yang datang begitu cepat dan menurut perhatian segera dan serius. Di samping itu, kondisi sekarang dan masa yang akan datang memenlukan generasi muda yang memiliki kompetensi dan multidimensional. Kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya, karena lebih menekankan pada kemampuan untuk berbuat dan bukan hanya penguasaan materi saja. F. Kesimpulan Berdasarkan uraian singkat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Globalisasi adalah suatu keadaan di mana sudah tidak ada lagi batas-batas teritorial antara satu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perkembangan secara pesat teknologi komunikasi, transportasi, dan informasi. 2. Secara konsepsional globalisasi tidak bertentangan dengan Islam, bahkan Islam sejalan dengan globalisasi. Karena konsep globalisasi telah lebih dulu ada dalam Islam, karena Islam adalah ajaran yang universal. Namun dalam implementasinya yang sekarang, globalisasi merupakan pemaksaan hegemoni dunia Barat terhadap dunia non-Barat, sehingga kita perlu berhati-hati dan mencermati dalam menanggapinya. 3. Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam segala aspek kehidupan, baik terhadap sosial, politik, budaya, agama maupun pendidikan. 4. Sikap yang tepat dalam menghadapi globalisasi adalah sikap yang proporsional, yakni tidak menolak secara mutlak juga tidak menerima secara mutlak. Yang baik diambil dan dikembangkan, sedangkan yang tidak baik ditolak dan disingkirkan. 5. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencegah dan menanggulangi dampak negatif globalisasi, dan dalam merespons secara positif dan mengembangkannya manfaat dan globalisasi. Wallahua’alam.
Daftar Pustaka Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Masyarakat Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu; 2000. Effendi, Bahtiar, Masyarakat Agama dan Tantangan globalisasi Mempertimbangkan Konsep Deprivatisasi Agama. Giddens,Anthony, The Third Way, Jakarta: Gramedia, 2000. Held, David dan Anthony Mc Gre, The Global Tranformation Reder, Malden: Blackwell Publisher Ltd., 2000. Nata, Abuddin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta : Grasindo, 2001. Qardhawi, Yusuf, Islam dan Globalisasi Dunia, Jakarta: Pustaka al-Kautsar. Qardhawi,Yusuf, Ummat Islam menyongsong Abad 21 (Ummatan aina Qornain), Solo: Era
Intermedia, 2001.