1
KARAKTERISASI TOKOH DALAM NOVEL SHERLOCK HOLMES EMPAT PEMBURU HARTA KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE ARTIKEL
Oleh FIKRI PAPUTUNGAN NIM 311409093
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA GORONTALO 2014
2
KARAKTERISASI TOKOH DALAM NOVEL SHERLOCK HOLMES EMPAT PEMBURU HARTA KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE OLEH Tim Penulis: FIKRI PAPUTUNGAN SANCE A LAMUSU MUSLIMIN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA GORONTALO 2014 ABSTRAK Fikri Paputungan, NIM 311409093. Karakterisasi Tokoh dalam Novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta Karya Sir Arthur Conan Doyle. Artikel Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakterisasi tokoh-tokoh dan nilai yang ditimbulkan dari karakter tokoh dalam Novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta Karya Sir Arthur Conan Doyle. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitik. Teknik analisis data mengunakan teknik struktural yang mengkaji tentang karakterisasi tokoh dalam novel beserta nilai-nilai yang terdapat pada karakter tokoh-tokoh dalam novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta Karya Sir Arthur Conan Doyle. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa penelitian Karakterisasi Tokoh dalam Novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta Karya Sir Arthur Conan Doyle menggambarkan karakter tokoh yang diperoleh dari dialog tokoh, penampilan tokoh, jati diri tokoh dari penutur, nada suara, sikap mental para tokoh, lokasi dan situasi percakapan tokoh, dan melalui tindakan tokoh. Terdapat pula nilai-nilai yang timbul dari karakter tokoh dalam novel yaitu bertentangan dengan hukum, sombong, kebencian, perebutan harta, ketelitian, perjuangan, kasih sayang dan persahabatan. Kata Kunci: Karakterisasi, Tokoh, Sherlock Holmes
3
PENDAHULUAN Tokoh merupakan faktor terpenting yang menggerakkan alur cerita dalam novel. Tokoh-tokoh dalam cerita memiliki sifat atau tingkah laku yang berbeda-beda. Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu (Aminuddin 2000:80). Dalam cerita, masing-masing sifat atau tingkah laku tokoh digambarkan dengan berbagai cara. Cara atau teknik untuk melukiskan sifat, tingkah laku, atau watak tokoh disebut karakterisasi. Dalam karakterisasi tokoh, di dalamnya terdapat sifat, watak, tingkah laku, ataupun hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dan semua hal ini merupakan nilai-nilai yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca yaitu melalui sifat, atau tingkah laku yang digambarkan melalui karakterisasi tokoh dalam cerita. Dalam novel Sherlock Holmes, tokoh-tokohnya memiliki karakter yang beragam yang menciptakan pertentangan-pertentangan yang rumit dalam cerita. Novel Sherlock Holmes yang merupakan novel bergenre detektif ini memiliki cerita yang berbelit-belit dan memerlukan ‘kerja ekstra’ otak pembaca sehingga pembaca bisa saja kehilangan atau melewatkan sifat, tingkah laku tokoh di dalamnya, dan segala yang berhubungan dengan jati diri tokoh. Hal ini juga semakin dipersulit dengan cara berpikir dan tindakan-tindakan tokoh dalam cerita yang sering berubah sehingga karakter-karakter sesungguhnya tokoh dalam cerita bisa samar oleh pembaca. Hal di atas juga didasari oleh sebagian pembaca menjadikan novel sebagai hiburan semata atau pelengkap rak buku. Kebanyakan pembaca hanya sekedar membaca, menikmati dan selesai tanpa ada yang nilai yang bisa pembaca ambil. Ini dapat menyebabkan pesan atau nilai yang ingin disampaikan oleh pengarang tak terserap oleh pembaca. Hal ini seperti pendapat yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007:11) yang menyatakan bahwa membaca sebuah novel, untuk sebagian (besar) orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan. Mereka hanya akan mendapat kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian tertentu yang menarik.
4
Melihat beberapa pendapat di atas mengenai pemahaman pembaca yang sering melewatkan hal yang penting dalam novel dalam hal ini yaitu karakter tokohtokoh dalam cerita serta pentingnya nilai yang terkandung dari karakter-karakter tersebut, maka perlu diadakan penelitian pada novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta karya Sir Arthur Conan Doyle. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karaktersisasi tokoh-tokoh serta nilai-nilai yang ditimbulkan dari karakter tokoh dalam novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta karya Sir Arthur Conan Doyle. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitik. Kutha Ratna (2010:53) mengatakan bahwa metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dalam hal ini, metode deskriptif analitik yaitu mendeskripsikan karakterisasi tokohtokoh serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya pada novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta karya Sir Arthur Conan Doyle. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta karya Sir Arthur Conan Doyle terjemahan Sendra B. Tanuwidjaja terbitan Gramedia Pustaka Utama, Juni 2007. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara (1) Membaca berulang-ulang sampai dipahami cerita novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta karya Sir Arthur Conan Doyle. (2) Mencatat kutipan-kutipan dalam novel yang menggambarkan tokoh dan karakternya serta nilai-nilai yang timbul dari karakter tokoh dalam novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta karya Sir Arthur Conan Doyle. (3) Menyajikan data. HASIL PENELITIAN A. Karakterisasi Tokoh dalam Novel 1. Sherlock Holmes Sherlock Holmes merupakan tokoh utama sekaligus tokoh protagonis dalam cerita. Sherlock Holmes adalah detektif konsultan berkebangsaan Inggris yang tinggal 5
di 221 B Baker Street. Sherlock Holmes digambarkan sebagai seorang yang eksentrik, dia adalah pengguna narkoba, sementara dia adalah detektif yang pastinya menentang dengan sesuatu yang berhubungan dengan tindak kriminal. Sherlock Holmes juga memiliki kebiasaan yang aneh, yang membuat orang disekitarnya merasa heran. Hal ini terlihat seperti kutipan berikut. ’’SHERLOCK HOLMES mengambil botol dari sudut rak di atas perapian, dan jarum suntik dari kotak marokonya yang rapi. Dengan jemarinya yang panjang, putih, dan gemetaran, ia mengatur letak jarum kecil itu, dan menggulung lengan kiri kemejanya. Sejenak pandangannya terpaku ke lengan dan pergelangannya yang langsing, yang dipenuhi bintik-bintik dan puluhuan bekas jarum suntik. Akhirnya ia menusukkan jarum suntiknya, menekan pendorong kecilnya, dan merebahkan diri di kursi beludru berlengan sambil mendesah panjang penuh kepuasan.’’ (hal. 5) ‘’Tidak, aku tidak lelah. Aku memiliki kebiasaan yang aneh. Aku tidak pernah merasa kelelahan karena bekerja, tapi bersantai justru menguras tenagaku.’’ (hal. 118-119) ‘’Sesudah kepergian Anda, dia terus mondar-mandir, mondar-mandir, mondarmandir, sampai aku bosan mendengar suara langkahnya. Lalu kudengar dia berbicara dan bergumam sendiri, dan setiap kali bel berbunyi dia muncul di puncak tangga, sambil menanyakan, Siapa itu, Mrs. Hudson? Dan sekarang dia mengurung diri di kamar, tapi aku bisa mendengarnya mondar-mandir seperti tadi.’’ (hal. 126) 2. Dr. Watson Watson merupakan tokoh tambahan dalam cerita. Dia adalah partner Sherlock Holmes, teman sekamar Sherlock Holmes. Watson selalu mengikuti kasus yang diselidiki Sherlock Holmes, bahkan dalam cerita, tokoh yang menceritakan petualangan mereka berdua adalah Watson. Watson merupakan dokter yang sangat berpengalaman, ramah, bertanggung jawab, selain itu, watson sangat mengagumi wanita. Hal ini seperti terlihat dalam kutipan berikut. ‘’ Otakmu mungkin, seperti katamu, jadi terpicu dan penuh semangat, tapi prosesnya melibatkan peningkatan perubahan jaringan, dan akhirnya menyebabkan kelemahan permanen.’’ (hal.7) ‘’ Kematian akibat alkaloid sayuran yang sangat kuat, jawabku, bahan berbasis mirip strychnine yang mengkibatkan tetanus.’’ (hal.78) 3. Jonathan Small Jonathan Small merupakan tokoh antagonis dalam cerita karena obsesi Jonathan Small terhadap harta menyebabkan terjadinya konflik dalam cerita. 6
Jonathan Small digambarkan sebagai orang yang terobsesi dengan harta bahkan sampai melakukan pembunuhan dan pencurian. Terlihat dalam cerita bahwa dia selalu melakukan apapun agar harta tersebut bisa dia dapatkan. Jonathan Small juga seorang yang cerdas, dia selalu adu strategi dengan Sherlock Holmes. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut. ‘’ Lihatlah, katanya sambil mengangkat alis, member isyarat penting. Dengan bantuan cahaya lentera kubaca tulisan tersebut dengan perasaan ngeri, ‘Tanda Empat’ Demi nama Tuhan, apa itu artinya? Tanyaku. Itu berarti pembunuhan, kata Holmes, sambil membungkuk di atas mayat. Ah ! sudah kuduga. Lihat ini!’’ (hal. 68-69) ‘’Well, sekarang kita pikirkan seandainya kita menjadi Jonathan Small. Kita lihat situasinya dari sudut dari sudut pandangnya. Dia datang ke Inggris dengan gagasan ganda untuk mendapatkan haknya dan membalas dendam terhadap orang yang telah menipunya.’’ (hal. 99) 4. Mary Morstan Mary Morstan adalah seorang wanita yang datang kepada Sherlock Holmes untuk menyelidiki misteri pengirim mutiara yang tidak diketahui siapa pengirimnya. Berawal dari situlah kasus berlanjut sampai pencarian harta dan pelakunya. Mary Morstan merupakan tokoh pipih, karena dalam cerita Mary Morstan selalu bersikap sama dan tidak pernah berubah. Sosok Mary Morstan digambarkan sebagai seorang yang menarik, sederhana, dan seseorang yang tenang. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. ‘’ Miss Morstan memasuki ruangan dengan langkah-langkah mantap dan ketenangan mencolok. Ia seorang wanita muda berambut pirang, kecil, anggun, dengan pakaian yang menunjukkan keterbatasan dana. Pakaiannya berwarna krem kelabu agak muram, tanpa hiasan atau randa-renda, dan ia mengenakan sorban kecil dengan warna sama dengan pakaiannya, hanya dihiasi sehelai bulu putih di sisinya.wajahnya biasa saja dan kulitnya pun tidak indah, tapi ekspresinya manis dan menyenangkan, dan mata birunya sangat spiritual dan simpatik. Berdasarkan pengalamanku dengan wanita, yang menjangkau banyak negara dan tiga benua berbeda, belum pernah aku melihat wajah yang begitu halus dan peka seperti itu.’’ (hal. 21) ‘’ Benar-benar wanita yang menarik! Seruku sambil berpaling kepada temanku.’’ (hal. 28)
7
5. Athelney Jones Athelney Jones merupakan seorang polisi yang menyelidiki kasus pencurian harta dan bertemu dengan Sherlock Holmes. Mereka berdua sering berbeda pendapat. Kehadiran tokoh Athelney Jones digambarkan sebagai tokoh yang tipikal karena dalam cerita, Athelney Jones digambarkan sebagai seorang polisi detektif, dan tidak disukai oleh beberapa orang, termasuk Sherlock Holmes yang sering mengejek cara kerjanya. Athelney Jones adalah tokoh yang sifatnya iri, sombong, dan asal-asalan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut. ‘’ Wah, tentu saja! Katanya. Mr. Sherlock Holmes, si teoretis itu. Aku ingat Anda! Aku tak pernah lupa bagaimana Anda mengulahi kami semua mengenai sebab dan kesimpulan dan akibat dalam kasus perhiasan Bishopgate. Memang Anda berhasil mengembalikan kami ke jejak yang benar, tapi keberhasilan Anda lebih dikarenakan keberuntungan daripada keandalan.’’ (hal. 79) ‘’ Jangan berjanji terlalu berlebihan, Mr. Teoritis, jangan berjanji terlalu berlebihan! Sergah Detektif Jones. Anda mungkin akan mendapati masalah ini lebih sulit dari dugaan Anda.’’ (hal. 83) 6. Mayor John Sholto Mayor John Sholto merupakan salah satu tokoh yang menyebabkan konflik dalam cerita. Harta yang ia sembunyikan, yang menyebabkan terjadinya pencarian harta oleh Jonathan Small yang berujung pada tindak kriminal. Mayor John Sholto adalah mantan angkatan darat India yang sewaktu tugasnya di India mendapat harta milik Jonathan Small, yang dibawa lari oleh Mayor Sholto ke London, sehingga Jonathan Small pun lari dari tempat pengasingan dan menuntut harta miliknya. Mayor John Sholto digambarkan sebagai orang yang traumatik, berhati-hati, angkuh, selalu cemas, berfoya-foya, dan seorang penghianat. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ‘’ Tapi kami tahu bahwa ada misteri, ada bahaya positif yang menyelimuti ayah kami. Dia sangat takut keluar seorang diri, dan dia selalu mempekerjakan dua petinju bayaran untuk pura-pura menjadi porter di Pondicherry Lodge.’’ (hal. 47) ‘’Pada saat itu ekspresinya berubah hebat, matanya menatap liar, rahangnya ternganga, dan dia berteriak-teriak dengan suara yang tidak akan pernah kulupakan,’’ (hal. 51) 7. Thaddeus Sholto Thaddeus Sholto merupakan anak dari mayor John Sholto, Thaddeus Sholto mengirimkan mutiara tanpa nama kepada Mary Morstan yang membuat Mary Morstan harus meminta pertolongan Sherlock Holmes untuk mengusut kasus
8
pengirim tanpa nama tersebut, dan mengasilkan sebuah misteri baru yaitu tentang adanya harta yang dicuri di kediaman mayor John Sholto. Thaddeus Sholto digambarkan sebagai seorang yang memiliki tanggungjawab, rendah hati dan berselera tinggi. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ‘’ pada tanggal 4 mei, 1882—ada ilkan di Times yang meminta alamat Mary Morstan, dan menyatakan bahwa sebaiknya permintaan itu di penuhi demi kebaikan saya.’’ (hal. 25) ‘’ Aku bisa memberitahukan segalanya, kata pria tersebut, dan lebih dari itu, aku juga bisa memberikan keadilan, dan itu akan kulakukan, tak peduli apa kata Brother Bartholomew.’’ (hal. 43) 8. Kapten Morstan Kapten Morstan adalah ayah Miss Morstan. Kapten Morstan bekerja sebagai seorang perwira di resimen India. Kapten Morstan besahabat dengan Mayor John Sholto. Kapten Morstan digambarkan sebagai seorang yang bisa diandalkan, dan bersahabat baik dengan Mayor Sholto. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. ‘’ Dia salah seorang perwira penanggung jawab atas satuan penjagaan di sana.’’ (hal. 24) ‘’ Ini masalah yang sangat penting, Small, katanya kemudian. Kau tidak boleh memberitahukan hal ini pada siapa pun, dan aku akan menemuimu lagi dalam waktu dekat.’’ ‘’Dua malam kemudian dia datang bersama temannya, Kapten Morstan, ke gubukku, di tengah malam, dengan bantuan lentera.’’ (hal. 200) 9. Bartholomew Sholto Bartholomew Sholto, anak mayor John Sholto sekaligus saudara kembar Thaddeus Sholto. Bartholomew Sholto ditemukan meningal di laboratorium kediamannya. Bartholomew Sholto digambarkan sebagai tokoh yang cerdik dan ambisi terhadap harta. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut. ‘’ Bartholomew orang yang cerdik, katanya. Menurut Anda, bagaimana dia bisa menemukan harta karun itu? Dia sudah menyimpulkan bahwa harta disembunyikan di dalam rumah, jadi dia menyelidiki setiap bagian rumah dan mengukur segala sesuatunya, hingga tak satu inci pun terlewatkan. Di antaranya, ia mendapati ketinggian bangunan adalah 22 meter, tapi saat menambahkan semua ketinggian ruangan dan mempekirakan sela di antaranya, yang dipastikan dengan mengebornya, jumlah yang didapatkan hanya 21 meter.’’ (hal. 56) ‘’ Kita jelas harus pergi ke Norwood untuk menemui Brother Bartholomew. Dia sangat marah padaku karena melakukan apa yang menurutku benar. 9
Semalam aku bertengkar cukup hebat dengannya. Kalian tak bisa membayangkan betapa buruknya dia kalau sedang marah.’’ (hal. 45) ‘’ Saudaraku Bartholomew dan aku sempat mendiskusikan guci ini. Mutiaramutiaranya jelas bernilai sangat tinggi, dan saudaraku merasa keberatan berpisah dengannya karena—antara kita saja—saudaraku sendiri agak cenderung mengulangi kesalahan Ayah.’’ (hal. 54) 10. Dost Akbar, Abdullah Khan, Mahomet Singh Dost Akbar, Abdullah Khan, Mahomet Singh merupakan orang Sikh. Mereka bertiga adalah sahabat Jonathan Small ketika di India. Mereka sama-sama berjuang bersama dari pemberontak hingga pada suatu malam mereka membunuh dan merampas harta dari seorang raja. Ketiga tokoh di atas digambarkan sebagai tokoh yang tergila-gila akan harta, pejuang, dan saling mempercayai. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ‘’ Kalau kau bergabung dengan kami malam ini, kami bersumpah kepadamu demi pisau telanjang ini, dan dengan sumpah tiga lapis yang belum pernah dilanggar orang Sikh, bahwa aku akan mendapat bagian yang adil dari harta rampasan itu. Seperempat bagian dari harta karun itu akan menjadi milikmu. Kami tidak bisa bersikap lebih adil lagi.’’ (hal. 182) ‘’ Entah si Achmed si pedagang hidup atau mati bukan masalah bagiku, tapi harta karun itu menarik hatiku.’’ ‘’ Dia berhasil meninggalkan orang Sikh yang mengejarya, dan aku bisa melihat bahwa kalau dia melewati diriku dan tiba di tempat terbuka, dia akan selamat. Aku merasa bersimpati padanya, tapi sekali lagi ingatan akan harta itu mengubah perasaanku menjadi keras dan pahit. Kupalangkan senapanku ke sela kakinya dia melintas lewat, dan dia bergulin-guling bagai seekor kelinci yang tertembak. Sebelum dia sempat bangkit berdiri, orang Sikh tersebut telah menerkamnya dan menghujamkan pisaunya dua kali di sisi tubuhnya. Pria itu tidak mengerang atau bergerak sedikit pun, hanya tergeletak tak bergerak di tempat tadi dia jatuh.’’ (hal. 189) 11. Mrs. Hudson Mrs. Hudson adalah induk semang tempat tinggal Sherlock Holmes dan Watson. Mrs. Hudson selalu direpotkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Sherlock Holmes. Mrs. Hudson digambarkan sebagai seorang yang tidak suka dengan keributan dan selalu cemas. Hal ini terlihat pada kutipan berikut
10
‘’ Pada saat itu terdengar dering bel yang cukup keras, dan aku bisa mendengar suara Mrs. Hudson, induk semang kami, melolongkan protes dan rasa jengkelnya.’’ (hal. 116) ‘’ Mr. Sherlock Homes sedang keluar? Tanyaku kepada Mrs. Hudson sewaktu ia naik untuk menurunkan tirai-tirai. Tidak, Sir. Dia masuk ke kamarnya. Sir, katanya sambil merendahkan suaranya. Aku khawatir dengannya. Kenapa bagitu, Mrs. Hudson? Well, sikapnya aneh, Sir. Sesudah kepergian Anda, dia terus mondar-mandir, mondar-mandir, sampai aku bosan mendengar suara langkah. Lalu kedengar dia berbicara dan bergumam sendiri, dan setiap kali bel berbunyi dia muncul di puncak tangga, sambil menanyakan, Siapa itu, Mrs Hudson? Dan sekarang dia mengurung diri di kamar, tapi aku bisa mendengarnya terus mondarmandir seperti tadi. Kuharap dia tidak akan jatuh sakit, Sir. Kuberanikan diri memberitahukan tentang obat-obatan yang bisa menenangkan, tapi dia malah menatapku, Sir, dengan pandangan entah bagaimana, hingga aku keluar ruangan. Kurasa Anda tidak perlu merasa tidak enak, Mrs Hudson, jawabku. Aku sudah pernah melihatnya seperti ini. Ada masalah kecil yang membebani pikirannya, sehinggah dia gelisah.’’ (hal. 126-127). B. Nilai-Nilai yang Terdapat pada Karakter Tokoh dalam Novel 1. Nilai dan Fakta Dalam cerita, Sherlock Holmes digambarkan sebagai pengguna narkoba. Sherlock Holmes sebagai detektif yang memebantas kejahatan, tetapi menggunakan narkoba, sedangkan narkoba adalah obat-obatan terlarang dan bisa membahayakan tubuh. Tetapi, Sherlock Holmes menggunakan narkoba dengan alasan tertentu, tidak seperti pengguna narkoba pada umumnya, dimana mereka menggunakan narkoba untuk bersenang-senang sehingga menjadi kecanduan. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. ‘’Otakku, katanya, tidak puas dengan berdiam diri. Beri aku masalah, beri aku pekerjaan, beri aku sandi yang paling rumit, atau analisis yang paling berbelit-belit, dan aku akan menjadi diriku yang semula. Aku tidak perlu menggunakan perangsang buatan ini. Tapi aku membenci kerutinan yang membosankan. ’’ (hal.7)
11
2. Nilai dan Tindakan Dalam cerita, mengisahkan tentang perebutan harta antara Jonathan Small dari John Shoto yang ingin mempunyai harta itu sendiri dengan cara berhianat. Jonathan Small dan ketiga sahabatnya, Dost Akbar, Abdullah Khan dan Mahomet Singh mendapatkan harta tersebut dari cara membunuh seorang suruhan raja yang membawa harta, mereka rela melakukan pembunuhan karena dibutakan oleh harta. ‘’ Entah si Achmed si pedagang hidup atau mati bukan masalah bagiku, tapi harta karun itu menarik hatiku.’’ ‘’ Dia berhasil meninggalkan orang Sikh yang mengejarya, dan aku bisa melihat bahwa kalau dia melewati diriku dan tiba di tempat terbuka, dia akan selamat. Aku merasa bersimpati padanya, tapi sekali lagi ingatan akan harta itu mengubah perasaanku menjadi keras dan pahit. Kupulangan senapanku ke sela kakinya dia melintas lewat, dan dia bergulin-guling bagai seekor kelinci yang tertembak. Sebelum dia sempat bangkit berdiri, orang Sikh tersebut telah menerkamnya dan menghujamkan pisaunya dua kali di sisi tubuhnya. Pria itu tidak mengerang atau bergerak sedikit pun, hanya tergeletak tak bergerak di tempat tadi dia jatuh.’’ (hal. 185) 3. Nilai dan Norma Sherlock Holmes dikenal sebagai orang yang sombong oleh rekannya, Watson. Sherlock Holmes sering membangga-banggakan dirinya sendiri. Sombong merupakan perilaku yang tidak baik. Tetapi Sherlock Holmes menyombongkan dirinya karena alasan tertentu, Sherlock Holmes sering memecahkan kasus yang sulit, kasus yang paling rumit dan tidak bisa dipecahkan orang lain, dia menggunakan metode-metode yang hanya dimilikinya sehingga dalam menjelaskan kasus dia sering berlebihan dan terdengar sombong. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut. ‘’ Itu sebabnya aku memilh profesiku ini, atau lebih tepat menciptakannya, karena aku satu-satunya di dunia. Satu-satunya yang tidak resmi? Kataku sambil mengangkat alis. Satu-satunya detektif konsultan tidak resmi, jawabnya. Aku adalah sidang terakhir dan tertinggi dalam hal deteksi. Bilamana Gregson, atau Lestrade, atau Athelney Jones tak mampu memecahkannya dan biasanya memang demikian masalahnya pun diberitahukan padaku. Kuperiksa datanya, sebagai seorang pakar, dan kusampaikan pendapatku sebagai seorang spesialis. Aku tidak pernah meminta penghargaan dalam kasus seperti itu. Namaku tidak ada di Koran mana pun. Pekerjaan itu sendiri, kesenangan untuk menemukan pelampiasan bagi kelebihanku yang aneh, adalah
12
penghargaan tertinggi yang kuterima. Tapi kau sendiri sudah mendapat pengalaman dengan metode kerjaku dalam kasus Jefferson Hope.’’ (hal. 8) 4. Nilai dan Moral Persahabatan dalam cerita terjadi pada Sherlock Holmes dan Watson, serta hubungan yang erat antara Jonathan Small dan ketiga temang Sikhnya, Dost Akbar, Abdullah Khan, dan Mahomet Singh. Watson tetap setia sebagai partner Sherlock Holmes dalam mengusut kasus. Watson selalu menganggap aneh Sherlock Holmes, dan keanehannya itu pula yang dikagumi Watson. Jonathan Small tetap menjaga sumpah mereka berempat sekalipun harta yang mereka rampas bersama telah diambil oleh John Sholto. Hal ini terdapat pada kutipan berikut ‘’Kurasa aku tidak akan bisa beristirahat sampai mengetahui lebih banyak mengenai urusan orang yang fantastis ini. Aku pernah melihat sisi keras kehidupan, tapi kejutan-kejutan aneh malam ini sudah mengguncang sarafku sepenuhnya. Tapi aku ingin membongkar kasus ini bersamamu, berhubung aku sudah terlibat sejauh ini.’’ (hal. 84) ‘’ Tidak secepat itu, kataku dengan sikap semakin dingin, sementara ia semakin panas. Aku harus mendapatkan persetujuan dari ketiga rekanku. Sudah kukatakan kami berempat atau tidak sama sekali.’’ (hal. 202). 5. Nilai dan Etika Kasih sayang dalam cerita ini digambarkan pada Mary Morstan terhadap ayahnya, kapten Morstan, serta Watson yang memiliki perasaan cinta pada Mary Morstan hingga pada akhir cerita mereka jatuh cinta. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. ‘’ Pada tahun 1878 ayah saya, yang sudah mencapai pangkat kapten senior diresimennya, mendapat dua belas bulan cuti dan pulang. Dia mengirim telegram dari London bahwa dia sudah tiba dengan selamat dan meminta saya datang dengan segera, menuliskan bahwa dia tinggal di Hotel Langham. Suratnya, sebagaimana saya ingat, penuh kasih dan ramah. Begitu tiba di London, saya segera menuju Langham dan diberi tahu bahwa Kapten Morstan memang menginap di sana, tapi dia sudah pergi kemarin malamnya dan belum kembali. Saya menuju sepanjang hari tanpa ada kabar darinya. Malam itu, atas saran manejer hotel, saya melapor ke polisi dan keesokan paginya kami mengiklankan di Koran.’’ (hal. 23)
13
‘’ Aku bersimpati dan jatuh cinta kepadanya, bahkan sewaktu kami berpegangan tangan di kebun. Aku merasa bahwa pengenalan bertahun-tahun dengan cara konvesional tidak akan bisa mengajariku betapa manis dan beraninya ini, sebagaimana pengalaman-pengalaman aneh yang alami sekarang.’’ (hal. 86) ‘’ Karena aku mencintaimu,Mary, setulus seorang pria mencintai seorang wanita. Karena harta ini, kekayaan ini, sudah mengunci bibirku, sekarang, sesudah harta ini tidak ada, aku bisa mengatakan betapa aku mencintaimu. Itu sebabnya aku mengatakan. Terima kasih, Tuhan.’’ (hal. 167) PEMBAHASAN Penggambaran karakter dalam novel menggunakan dua metode, yaitu metode telling (langsung) dan Showing
(tidak langsung) Metode langsung merupakan
pemaparan yang dilakukan secara langsung oleh si pengarang. Sedangkan metode tidak langsung atau metode dramatik merupakan metode yang mengabaikan kehadiran pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku mereka (Minderop, 2011:8-9). Dalam penggambaran karakter tokoh dalam novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta, para tokoh diagambarkan melalui dari berbagai macam hal, diantaranya dari penuturan langsung tokoh, penampilan tokoh, tuturan dari tokoh lain, lokasi dan situasi percakapan, mental tokoh, ataupun ekspresi tokoh dalam novel. Dalam cerita, terdapat tokoh-tokoh yang digambarkan lengkap dengan sifatsifatnya. Sifat dan tingkah laku para tokoh memiliki nilai yang ingin disampaikan. Dalam hal ini, nilai dan fakta, nilai dan tindakan, nilai dan norma, nilai dan moral serta nilai dan etika. Terdapat beberapa karakter tokoh yang menggambarkan nilainilai tersebut. Nilai pertama adalah nilai dan fakta. Di dalam cerita, Sherlock Holmes menggunakan narkoba, hal tersebut bertolakbelakang dengan profesi Sherlock Holmes yang merupakan seorang detektif dan penggunaan narkoba merupakan hal yang dilarang. Tapi fakta dalam cerita adalah Sherlock Holmes menggunakannya bukan karena kecanduan atau pengguna narkoba pada umumnya. Dia menggunakan
14
hanya untuk membuat otaknya bekerja. Nilai kedua adalah nilai dan tindakan. Dalam cerita terdapat tindakan-tindakan yang menggambarkan suatu nilai. Tindakan tersebut adalah perebutan harta yang terjadi antara beberapa tokoh dalam cerita, dimulai dari membunuh untuk merampas harta, penghianatan karena harta dan penderitaan karena harta. Perebutan harta ini menggambarkan tindakan-tindakan yang dilakukan manusia untuk mendapatkan hal yang ingin dicapai sekalipun itu melanggar hukum. Nilai ketiga adalah nilai dan norma. Sifat sombong yang dimiliki Sherlock Holmes, yang dalam pengusutan kasusnya sering memuji dirinya sendiri. Kesombongan Sherlock holmes sering diceritakan Watson. Watson melihat itu adalah sebuah kesombongan, sedangkan Sherlock Holmes melihat itu adalah sebuah penghargaan bagi dirinya kerena dia adalah detektif yang berbeda dengan detektif lainnya. Nilai keempat adalah nilai dan Moral. Moral merupakan adat kebiasaan atau cara hidup. Dalam cerita, Sherlock Holmes tinggal bersama dengan Watson yang merupakan partner dan sahabat satu-satunya Sherlock Holmes. Mereka memiliki ikatan persahabatan yang saling membantu dan memberi semangat yang telah menjadi kebiasaan hidup mereka. Nilai kelima adalah nilai dan etika. Nilai dalam etika berfungsi sebagai keyakinan yang lahir melalui proses psikologis dan nilai sebagai patokan yang merujuk pada kaidah normatif agama dan tata aturan kehidupan sosial. Dalam nilai dan etika ini tergambar pada kasih sayang tokoh dalam cerita. Mary Morstan yang tak pernah lelah mencari keberaan ayahnya sampai pada akhirnya datang kepada Sherlock Holmes untuk membantunya. Proses psikologis Watson yang merasakan jatuh cinta terhadap Mary Morstan dan akhirnya menjadi istrinya. SIMPULAN Setelah melalui proses analisis, tokoh-tokoh dalam novel Sherlock Holmes Empat Pemburu Harta karya Sir Arthur Conan Doyle memiliki karakter yang beragam serta nilai-nilai yang ditimbulkan dari karakter tokoh dalam cerita. -tokoh dalam cerita pula memiliki karakter-karakter atau sifat-sifat yang bisa mempengaruhi pembaca. Nilai-nilai yang timbul dari karakter tokoh dalam cerita adalah nilai dan fakta yaitu bertentangan dengan hukum, kebencian, dan ketelitian. Nilai dan tindakan 15
yaitu perebutan harta dan perjuangan. Nilai dan norma yaitu sombong. Nilai dan moral yaitu persahabatan. Nilai dan etika yaitu kasih sayang. SARAN Adapun saran yang dapat dikemukakan setelah melakukan analisis adalah sebagai berikut. (1) Penelitian ini diharapkan dapat menunjang pelaksanaan pengajaran sastra pada mahasiswa, untuk memberikan atau menambah wawasan pengetahuan tentang sastra, khususnya pada karakter tokoh dan nilai yang timbul dari karakterisasi tokoh. (2) Melalui karakterisasi tokoh dalam cerita, pembaca bisa mengetahui macam-macam karakter tokoh yang ada dalam cerita dan nilai-nilai yang diperoleh dari karakterisasi tersebut. (3) Penelitian ini hanya dititik beratkan pada karakterisasi tokoh dan nilai-nilai yang timbul dari karakterisasi tokoh. Apabila mahasiswa lain ingin mengadakan penelitian serupa, dapat mengkaji pada novel tersebut dengan unsur kajian yang berbeda. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
16