Kapasitas Penukaran Ion Cs dari Zeolit Bayah, Lampung, dan Tasikmalaya (Noviarty,Dian dkk.)
KAPASITAS PENUKARAN ION Cs DARI ZEOLIT BAYAH, LAMPUNG DAN TASIKMALAYA Noviarty*, Dian Anggraini, dan Arif Nugroho Bidang Pengembangan Radiometalurgi – Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan PUSPIPTEK Gedung No.20, Serpong 15314 Telp. +62 21 7560915, Fax. +62 21 7560909 Emails:
[email protected]*
ABSTRAK Proses pertukaran ion Cs telah dilakukan terhadap zeolit alam (dari Bayah Lampung dan Tasikmalaya) yang telah diaktifasi dengan ammonium klorida. NH4-zeolit yang terbentuk digunakan untuk bahan penukar/penyerap ion Cs. Lamanya proses penukaran ion dioptimasi dengan memvariasikan waktu pengadukan dari 1 jam, 2jam, 3jam, 4jam, 5jam, dan 24jam. Pada ketiga jenis zeolit tersebut diperoleh waktu optimasi proses yaitu pada waktu kontak 1jam. Kapasitas Tukar Kation (KTK) zeolit alam ditentukan secara metoda standar. Upaya untuk mendapatkan monokationik zeolit sebagai NH4-zeolit secara efektif diperoleh sekitar 88%, yang dijadikan sebagai bahan penukar/penyerap ion Cs. Kapasitas tukar efektif ion Cs dengan amonium ditentukan dengan cara batch-exchange selama 1 jam. Hasil perhitungan KTK-Cs efektif diperoleh. 1.4269 Meq/gram ± 0.0397, RSD: 2.79% untuk zeolit Bayah, 1.4476 Meq/gram ± 0.0103, RSD: 0.71% untuk zeolit lampung, 1.4044 Meq/gram ± 0.0050, RSD: 0.36% untuk zeolit Tasikmalaya. Kestabilan ikatan Cs-zeolit terhadap perlakuan panas diuji pada suhu 25, 300, 600, 900 dan 1200 °C. Has il uji menunjukkan bahwa adanya pelepasan ion Cs yang tidak signifikan dari struktur Zeolit. Pemanasan di bawah suhu 900°C pelepasan ion Cs hanya terjadi pad a permukaan saja (tidak mengubah struktur awal zeolit), sedangkan di atas suhu tersebut terjadi perubahan struktur zeolite walaupun tidak terlihat adanya pelepasan ion Cs dalam proses leachingnya dengan air. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis zeolite alam tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai bahan isolasi ion Cs, yang terutama berguna untuk menyerap isotop Cs-radioaktif sebagai hasil fisi elemen bakar nuklir. Kata kunci: Zeolit alam, Kapasitas Penukaran Kation, Penukaran ion Cs/NH4, XRD .
ABSTRACT Cs ION EXCHANGE CAPACITY OF ZEOLITE BAYAH, LAMPUNG, AND TASIKMALAYA. Cs ions exchange process has been conducted on natural zeolite (from Bayah, Lampung, and Tasikmalaya) which was activated with ammonium chloride. NH4-zeolite which was formed, is used to exchanger or absorber material of Cs ions. The duration of ions exchange process was optimized by varying the stirring time of 1 hours, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, and 24 hours. In all three zeolite types was obtained the optimization process time are the contact time of 1 hours. Cation exchange capacity (CEC) of natural zeolite was determined by standard methods. Attempts to obtain a monocation zeolite as a NH4-zeolite effectively acquired about 88% which used as a exchanger or absorber Cs ions. The effectiveness of Cs ions Cation exchange capacity with the ammonium was determined by batch-exchange for 1 hour. The calculation result o effectiveness CEC-Cs are 1.4269 Meq/gram ± 0.0397, RSD: 2.79% for Bayah zeolite, 1.4476 Meq/gram ± 0.0103, RSD: 0.71% for Lampung zeolite, 1.4044 Meq/gram ± 0.0050, RSD: 0.36% for Tasikmalaya zeolite. Stability of Cs-zeolte bond against heat treatment was tested at temperature of 25°, 300°, 600 °, 900°, and 1200 °C. The result showed that the relea se of Cs-ions is not significant from zeolite structure. The heating below 900°C, the release of Cs-ions jus t occurs on the surface (it was not change the initial of zeolite structure), whereas above that temperature was occurs the changed of zeolite structure, although there was not visible the release of Cs-ions on leaching process at the water. The conclusion is all three types of natural zeolite was potentially to be used as Cs-ions isolate which is especially useful to absorbing Cs-radioactive isotope as a result from fission of nuclear fuel element. Keywords: natural zeolite, cation exchange capacity, ion exchange Cs/NH4, XRD.
39
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 8 No. 1. Mei 2009 Journal of Indonesia Zeolites
PENDAHULUAN Mineral alam zeolit yang merupakan senyawa alumino-silikat dengan struktur sangar (“framework”) tiga dimensi dan menunjukkan sifat penukar ion, sorpsi, ”molecular sieving” dan katalis sehingga memungkinkan digunakan dalam pengelolaan limbah industri [1] dan limbah nuklir. Zeolit mempunyai sifat sebagai penukar kation, penyaring molekul dan penyerap air. Oleh sebab sifatnya tersebut, maka zeolit banyak digunakan sebagai bahan pengering. Mineral zeolit dapat ditemukan dibeberapa wilayah di Indonesia seperti daerah Bayah, lampung dan Tasikmalaya dalam jumalah besar dan harga murah. Komposisi mineral zeolit ini rata-rata hampir sama yaitu SiO2, Al2O3, Fe2O3, K2O, TiO2, MgO, CaO, Na2O, umumnya perbedaan antara sumber/deposit yang satu dengan yang lainnya adalah dalam jumlah kandungan, porositas serta [1.2] kemampuan tukar kation (KTK). Kemampuan pertukaran ion (ada kalanya dengan istilah kemampuan penyerapan ion atau sorpsi) zeolit merupakan parameter utama dalam menentukan kualitas zeolit yang akan digunakan sebagai penukar kation, biasanya dikenal sevagai KTK.
ISSN : 1411-6723
cara mengeluarkan kembali kation yang terserap itu menggunakan air (leaching proses). Analisis kapasitas penukaran ion Cs dengan zeolit Bayah, Lampung dan Tasikmalaya dilakukan terhadap senyawa CsCl. dengan memvariasikan waktu kontak . Dari analisis ini akan diperoleh nilai kapasitas penukaran ion dan waktu kontak untuk penyerapan cesium. Sedangkan kemampuan zeolit dalam penyerapan cesium digambarkan dalam besaran nilai KTK yang diperoleh. Nilai KTK [2] dihitung dengan menggunakan rumus: BA - BS KTK = ---------------------- X meq/ g zeolit Z Dimana : BA =Jumlah meq Cesium Awal BS =Jumlah meq Cesium setelah proses penukaran ion Z =Berat Zeolit yang mengalami proses penukaran
METODE PENELITIAN Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah senyawa CsClO4 sebagai bahan sample. Zeolit Lampung, Bayah dan Tasikmalaya sebagai bahan penukar ion, Larutan HClO4 sebagai bahan pembentuk endapan, Air bebas mineral sebagai bahan pencuci endapan dan pelarut, dan Aseton sebagai bahan penyerap air/pengering endapan CsClO4 yang terbentuk.
Gambar 1. Tetrahedra alumina dan silika (TO4) pada struktur zeolit KTK adalah jumlah meq ion logam yang dapat diserap maksimum oleh 1 gram zeolit dalam kondisi kesetimbangan. Kemampuan tukar kation dari zeolit bervariasi dari 1.5 sam 6 meq/g. Nilai KTK zeolit ini banyak tergantung pada jumlah atom Al dalam struktur zeolit, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan KTK batuan lempung. Seperti kaolinit (0.03-0.15 meq/g), bentonit (0.80-1.50 meq/g) dan [1] vermikulit (1-1.5 meq/g). Pada proses penukaran ion adakalanya terjadi proses sorpsi, proses terakhir inidapat dibedakan dari proses tukar kation dengan
40
Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan adalah peralatan gelas seperti beaker glass dan tabung reaksi Seakher (pengaduk), Timer, EsBath, centrifuge, dan timbangan. Cara Kerja Sebagai bahan untuk penukar kation terlebih dahulu dilakukan aktifasi zeolit alam (dari Bayah, Lampung dan tasikmalaya) dengan amonium khlorida untuk membentuk monokation zeolit. Zeolit yang terbentuk digunakan untuk bahan penukar/penyerap ion Cs. Lamanya proses penukaran ion dioptimasi dengan memvariasikan waktu pengadukan dari 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dan 24 jam, pada ketiga jenis zeolit
Kapasitas Penukaran Ion Cs dari Zeolit Bayah, Lampung, dan Tasikmalaya (Noviarty,Dian dkk.)
tersebut. Setelah diperoleh waktu optimasi, proses kapasitas tukar efektif ion Cs dengan amonium ditentukan dengan cara batchexchange pada waktu optimum yang diperoleh (selama 1 jam) dengan zeolit alam menggunakan metoda standar. Sebagai bahan sumber Cs, ditimbang senyawa CsClO4 sebanyak 2,5 gram kemudian dilarutkan dengan 100ml air bebas mineral (Larutan induk), pada keadaan setelah larut diambil 2 ml larutan (duplo) kemudian diendapkan dengan HCLO4. Endapan yang terbentuk dicuci dengan air bebas mineral dan aseton. Setelah endapan kering ditimbang (diperoleh berat Cs awal). Selanjutnya ditambahkan 100 ml larutan CsClO4 sejumlah 5 gram zeolit kemudian diaduk selama 1 jam, setelah 1 jam dilakukan pengujian Cs yang telah terserap oleh zeolit. Dengan menentukan jumlah Cs yang ada dalam supernatannya dengan cara mengambil larutan bening (supernatant) sebanyak 2 ml (duplo) dan mengendapkannya sebagai CsClO4 dalam [3.4] penangas es . Endapan yang terbentuk dicuci, dikeringkan dan ditimbang (diperoleh Berat Cs yang tidak terserap zeolit). Hal yang sama dilakukan pada ketiga jenis zeolit Bayah Lampung dan Tasikmalaya dengan waktu pengadukan yang bervariasi dari 1 hingga 24 jam. Selanjutnya dilakukan uji kestabilan ikatan Cs-zeolit terhadap perlakukan panas, suhu uji o o o o dilakukan pada 25 C, 300 C, 600 C, 900 C,
o
dan 1200 C. Setelah zeolit dipanaskan pada suhu yang telah ditentukan dilakukan leaching (menggunakan air dalam proses batch-exchange) terhadap Cs-zeolit menggunakan alat X-Ray Difraction (XRD) dan diamati perubahan struktur yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada optimasi lama penukaran ion Cs terhadap NH4-zeolite (zeolit alam dari Bayah Lampung dan Tasikmalaya yang telah diaktifasi dengan ammonium khlorida) dengan memvariasikan waktu pengadukan dari 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dan 24 jam diperoleh waktu optimasi proses pada waktu kontak 1 jam, pada waktu kontak lebih dari 1 jam terlihat bahwa terjadi penurunan nilai mili eqivalen ion Cs yang dipertukarkan oleh ammonium zeolit, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 1. Dari gambar 1 terlihat bahwa penurunan nilai penurunan mili eqivalen ion Cs yang dipertukarkan oleh ammonium zeolit cukup tajam pada waktu pengadukan sampai dengan 1 jam baik untuk zeolit dari bayah ataupun dari zeolit lampung. Sedangkan pada zeolit dari tasikmalaya, penurunan penukaran ion Cs dengan amonium zeolit tidak begitu signifikan walaupun pengadukan diteruskan hingga 24 jam. Seperti ditunjukkan dalam gambar 1.
Tabel 1. Data Hasil Optimasi Lama Penukaran Ion Cs terhada NH4-zeolit Waktu Pengadukan (jam) 0 1 2 3 4 5 24
Zeolit Bayah (meq/gram) 0 1,46 1,40 1,38 1,35 1,34 1,34
Zeolit Lampung (meq/jam) 0 1,57 1,45 1,44 1,46 1,45 1,44
Zeolit Tasik (meq/jam) 0 1,41 1,40 1,40 1,39 1,38 1,42
41
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 8 No. 1. Mei 2009 Journal of Indonesia Zeolites
ISSN : 1411-6723
Jumlah Cs yang ditukar, meq/g zeolit
1,6 1,5 1,4
A=Bayah B= Lampung C=Tasik
1,3 1,2 1,1 1 0
4
8 12 16 Waktu Penukaran, jam
20
24
Gambar 1. Hubungan Waktu penukaran NH4-zeolit dengan Jumlah ion Cs yang dipertukarkan
Selanjutnya. Kapasitas tukar efektif ion Cs dengan amonium ditentukan dengan cara batch-exchange selama 1 jam. Hasil perhitungan KTK-Cs efektif diperoleh. 1.4269 Meq/gram ± 0.0397, RSD: 2.79% untuk zeolit Bayah, 1.4476 Meq/gram ± 0.0103, RSD: 0.71% untuk. zeolit lampung, 1.4044 Meq/gram ± 0.0050, RSD: 0.36% untuk zeolit
Tasikmalaya, Tabel 2.
seperti
ditunjukkan
dalam
Kestabilan ikatan Cs-zeolit terhadap perlakuan panas diuji pada suhu 25, 300, 600, 900 dan 1200 °C. dan pengamatan perubahan struktur zeolit yang terjadi dilakukan dengan menggunakan alat x-ray difraksi (XRD).
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Nilai KTK Jenis Zeolit
Meq/gram
A: Bayah
Rerata Meq/gram
Std Deviasi
RSD:,%
1,4269
0,0397
2,79%
1,4476
0,0103
0,71%
1,4044
0,0050
0,36%
1,4601 1,4377 1,3829 1,4536 1,4536 1,4358 1,4094 1,4044 1,3994
B: Lampung
C: Tasik
400
400
A1
A1 25/3/09
350
350 300
Intensitas (arb. unit)
In ten sita s (arb . u n it)
300 250 200 150
250 200 150 100
100 50
50 0
0
0
0
10
20
30
40
50
60
Sudut 2θθ / o
Gambar 2. Struktur Kristal Zeolit Sebelum o Pemanasan 900 C
42
10
20
30
40
50
60
Sudut 2θθ / o
Gambar 3. Struktur Kristal Zeolit Setelah o Pemanasan 900 C
Kapasitas Penukaran Ion Cs dari Zeolit Bayah, Lampung, dan Tasikmalaya (Noviarty,Dian dkk.)
Hasil uji menunjukkan bahwa adanya pelepasan ion Cs yang tidak signifikan dari struktur Zeolit hanya terjadi pada permukaan saja (tidak mengubah struktur awal zeolit) jika pemanasan di bawah suhu 900°C. Sedangkan di atas suhu tersebut, terjadi perubahan struktur zeolite, walaupun tidak terlihat adanya pelepasan ion Cs dalam proses leachingnya dengan air.
struktur awal zeolit) jika pemanasan di bawah suhu 900°C. Sedangkan di atas suhu 900°C, terjadi perubahan struktur zeolite, walaupun tidak terlihat adanya pelepasan ion Cs dalam proses leachingnya dengan air.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Las, T. 2008. Potensi Zeolit untuk Mengolah Limbah Industri dan Radioaktif. (Online), (http://www.batan.go.id/ptlr/08id/?q=nod e/14, diakses 11 Maret 2009)
2.
Amini, Siti. 2007. Penentuan Burn up Bahan Bakar Dispersi U3O8–Al, Laporan Teknis, PTBN- BATAN.
3.
American Standard Test Methods ASTM-E 320-79. 1990. , Standard Test Methods for Cesium-137 in Nuclear Fuel Solutions by Radiochemical Analysis, Standard Test Method For Nuclear Material, USA, Vol. 12.1.
4.
American Standard Test Methods, ASTM-E 692-00. 2000. Standard Test Methods for Determining the content of cesium-137 in irradiated nuclear fuels by high resolution gamma-ray spectral analysis, Standard Test Method For Nuclear Material, USA, Vol. 12.1.
KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pertukaran ion Cs yang telah dilakukan terhadap zeolit alam (dari Bayah Lampung dan Tasikmalaya) yang telah diaktifasi diperoleh waktu optimasi proses pada waktu kontak 1jam. Kapasitas tukar efektif ion Cs dengan amonium ditentukan dengan cara batch-exchange selama 1 jam. Hasil perhitungan KTK-Cs efektif diperoleh. 1.4269 Meq/gram ± 0.0397, RSD: 2.79% untuk zeolit Bayah, 1.4476 Meq/gram ± 0.0103, RSD: 0.71% untuk. zeolit lampung, 1.4044 Meq/gram ± 0.0050, RSD: 0.36% untuk zeolit Tasikmalaya. Sedangkan kestabilan ikatan Cs-zeolit terhadap perlakuan panas yang diuji pada suhu 25, 300, 600, 900, dan 1200 °C, menunjukkan bahwa adanya pelepasan ion Cs yang tidak signifikan dari struktur Zeolit hanya terjadi pada permukaan saja (tidak mengubah
43