ISSN : 2407 - 6511 ANALISIS PERFORMANSI WIRELESS MESH NETWORK DENGAN PROTOKOL OLSR (OPTIMIZED LINK STATE ROUTING) Ridwan Syahrani A.1, Mahmud Imrona, Drs.,M.T.2,Izzatul Ummah, ST., MT.3 Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] 1,2,3 DEPARTEMEN SAINS – UNIVERSITAS TELKOM Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung 40257 Indonesia
ABSTRAK Seiring berjalannya waktu, maka teknologi pun semakin berkembang, komunikasi yang dahulu hanya mengandalkan jaringan kabel saat ini sudah banyak menggunakan jaringan nirkabel yang lebih efisien. Didalam jaringan nirkabel sendiri sudah berkembang dengan munculnya jaringan mesh yang memiliki cakupan wilayah yang besar dan kehandalan tinggi. Dalam skripsi ini merancang dan menganalisis kemampuan dari jaringan mesh dengan protokol Optimized Link State Routing (OLSR). Pengujian yang dilakukan berdasarkan topologi yang dirancang sendiri dengan menggunakan router wireless Linksys, serta firmware opensource OpenWrt. Analisis yang dilakukan antara lainSelf Configure, self healing, dan packet loss. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dari kinerja jaringan mesh dengan OLSR, maka kemampuan Self Configure dan self healing dipengaruhi oleh parameter HELLO message. Kata kunci : Jaringan mesh, OLSR, SelfConfigure, SelfHealing, Packet loss, Hello Message
1.
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang Teknologi wirelessmeshnetwork merupakan teknologi untuk berkomunikasi dengan mudah karena tidak memerlukan kabel UTP untuk menghubungkan tiap komputer user. Dengan sifat wirelessmeshnetwork yang memiliki jangkauan luas karena menggunakan multi-hop, dan memiliki keunggulan selfhealing dan selfconfigure maka jaringan ini memiliki kehandalan yang baik untuk wilayah yang terpencil.[10] Pada umumnya untuk berkomunikasi kita menggunakan access point (AP) untuk saling berkomunikasi, karena accsess point berfungsi untuk me-relay data pada user, tapi ada kekurangan dari teknologi menggunakan AP ini yaitu harga yang cukup mahal. Salah satu solusi untuk masalah itu adalah dengan jaringan Ad-hoc, jaringan Ad-hoc tidak memerlukan access point, setiap user/komputer cukup bermodalkan wifi card untuk berkomunikasi. Karena route akan tersedia dalam tabel routing standar menjadikan sangat berguna bagi beberapa sistem / aplikasi jaringan karena delay yang kecil untuk mencari rute. Overhead / waktu yang dibutuhkan untuk membuat routing pada protokol ini biasanya agak lebih lama daripada reactive protokol, namun pertambahan waktu yang dibutuhkan tidak menambah jumlah rute yang dibuat. Dengan menggunakan protokol OLSR mode ad-hoc diharapkan akan muncul teknologi jaringan yang murah untuk kebutuhan masyarakat, serta internet yang dapat menjangkau hingga daerah pelosok yang memiliki kendala dari segi akses dan ketersediaan perangkat.
1.2. 1.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian pada penelitian ini adalah : Merancang bangun jaringan wireless mesh menggunakan perangkat jaringan Wi-Fi dan dioperasikan di dalam sistem operasi Open Source.
2.
Menganalisa kinerja dan parameter-parameter yang mempengaruhi dari jaringan wirelessmesh dengan skenario yang telah di siapkan sebelumnya. . 1.3. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari Penelitian ini adalah : 1. Bagaimana merancang jaringan mesh dengan perangkat yang berbasis teknologi WiFi? 2.
Bagaimana menentukan parameter pengujian kehandalan pengiriman data menggunakan jaringan mesh dan protokol OLSR menggunakan uji T?
211
ISSN : 2407 - 6511
1.4. 1. 2. 3. 4. 5. 2. 2.1.
Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam Penelitian ini adalah: Jaringan wireless mesh dibangun menggunakan arsitektur jaringan infrastruktur wireless mesh dengan routing protokol OLSR. Fitur-fitur pada wireless dibatasi pada SSID dan transfer data yang loss antara user 1 dan user 2. Peletakan router ditentukan berdasarkan skenario yang telah ditentukan sebelumnya. Lokasi yang digunakan indoor, dengan kondisi tidak ada penghalang dari metal maupun gangguan dari air. Open source yang digunakan OpenWRT. . Landasan Teori Jaringan Wireless Ad-hoc
Jaringan Wireless Ad-hoc adalah jenis desentralisasi dari jaringan nirkabel, desentralisasi yang dimaksud adalah tidak adanya ketergantungan pada infrastruktur yang ada sebelumnya seperti router maupun akses poin. Jaringan ad-hoc biasanya mengacu pada jaringan yang di mana semua perangkat memiliki status yang sama pada jaringan dan bebas untuk mengasosiasikan dengan perangkat lain selama masih dalam satu cakupan/range dari setiap perangkat tersebut. Secara umum jaringan ad-hoc mengacu pada IEEE 802.11 yaitu jaringan nirkabel. Jaringan ad-hoc dapat mempertahankan setiap tabel routing pada masing perangkat atau node karena bekerja pada layer 2 yaitu datalink layer. Sifat desentralisasi pada jaringan ad-hoc membuat dia cocok untuk berbagai aplikasi yang dimana node pusat tidak dapat diandalkan dan dapat meningkatkan kemampuan skalabilitas dibandingkan jaringan terkelola [8]. 2.2.
Wireless Mesh
Wireless mesh network adalah salah satu jenis jaringan dimana setiap node di jaringan tidak hanya menerima atau mengirim data miliknya, tapi juga berfungsi sebagai relay untuk node yang lain. Dengan kata lain, setiap node bekerjasama untuk membangun dan mengirimkan data di jaringan. Sebuah jaringan mesh dapat di rancang menggunakan teknik flooding atau menggunakan teknik routing. Jika menggunakan teknik routing, maka message akan dikirim melalui sebuah jalur, dengan cara “loncat” dari satu node ke node yang lain sampai tujuan tercapai.[1][6] Untuk menjamin keberadaan route / path, maka sebuah mekanisme routing harus memungkinkan untuk terjadi sambungan terus menerus dan mengkonfigurasi secara otomatis jika ada jalur yang rusak atau terblokir, menggunakan algoritma “self-healing” atau “memperbaiki diri sendiri”. Sebuah jaringan mesh terjadi dimana semua node tersambung ke satu sama lain sebagai sebuah network yang saling tersambung. Jaringan mesh dapat dilihat sebagai salah satu jenis jaringan ad-hoc. Node-node yang digunakan dalam jaringan ini dapat berupa dedicated system atau konvensional berupa PC Desktop, laptop, PDA yang telah memiliki Wireless NIC dapat terhubung dengan wireless router mesh. Untuk user yang tidak memiliki wireless NIC tetap dapat terhubung dengan menggunakan ethernet. [5] 2.2.1. Arsitektur Wireless Mesh Network Wireless Mesh Network memiliki dua tipe node yaitu Mesh Router dan Mesh Client. Sebuah router wireless mesh memiliki fungsi routing tambahan untuk mendukung jaringan mesh, yaitu dilengkapi dengan multiple wireless interface yang berfungsi untuk fleksibilitas. Sebuah wireless mesh router dapat mencapai jangkauan yang sama dengan router konvensional, namun dengan daya transmisi yang lebih rendah melalui komunikasi multi-hop. [2] Secara garis besar perbedaan antara router wireless dengan router konvensional dengan ethernet adalah perbedaan cara berkomunikasinya. Untuk router konvensional sendiri dapat menggunakan PC dengan sistem terbenam (embedded system), PDA. Untuk mesh client memiliki fungsi yang sama dengan router, perbedaannya dengan mesh router sendiri tiap node disini tidak memiliki fungsi bridge dan gateway. Dikarenakan tidak memiliki fungsi tersebut maka mesh client hanya memiliki sebuah interface dan platform software maupun hardware nya pun lebih sederhana dari pada mesh router. Mesh client dapat terdiri dari desktop PC maupun laptop, PDA, RFIP Reader.[11] Dalam Wireless Mesh Network ada tiga arsitektur [5] yang terklasifikasikan dari penggunaan kedua node tersebut yaitu :
212
ISSN : 2407 - 6511 1. 2. 3.
Infrastructure Mesh Network. Client Mesh Network. Hybrid Mesh Network.
2.2.1.1Infrastruktur Maesh Network Dalam arsitektur ini terdapat mesh router yang terhubung dengan client-clientnya. Pada penggunaannya router yang digunakan bisa menggunakan berbagai macam tipe teknologi. Setiap mesh router memiliki kemampuan untuk memulihkan diri sendiri atau yang biasa disebut self-healing dan self-configuring kemampuan ini sangat berguna jika dalam suatu jaringan ada masalah pada salah satu router sehingga dari router yang rusak dapat teralihkan ke router yang lain dan mencegah terjadinya sambungan terputus. Mesh router memiliki kemampuan sebagai gateway sehingga mesh router dapat terhubung ke Internet. Keunggulan dari arsitektur ini adalah dalam pengaplikasiannya yang tidak tergantung oleh salah satu vendor device router serta penggabungan perangkat yang berbeda yaitu dengan menggunakan kemampuan dari bridge/gateway. Gambar 2.1Infrastruktur Mesh Network
2.2.1.2 Client Mesh Network Client Mesh menyediakan jaringan peer to peer antar node mesh client. Pada arsitektur ini jaringan terbentuk dari sekumpulan node mesh client yang dapat melakukan fungsi routing dan menyediakan aplikasi end user pada pelanggan. Arsitektur ini tidak memerlukan mesh router, oleh sebab itu mesh client memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Pada mesh client setiap paket di kirimkan melalui node tujuan memerlukan serangkaian lompatan dari node awal. Kelemahan dari arsitektur ini yaitu setiap perangkat harus memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan menggunakan wireless, sehingga jika ada komponen yang belum menyediakan itu harus menambah biaya.
Gambar 2.2Client Mesh Network
213
ISSN : 2407 - 6511 2.2.1.3 Hybrid Mesh Network Arsitektur ini merupakan kombinasi dari infrastruktur dan client mesh network. Mesh client dapat berkomunikasi dengan mesh router dan mesh client secara langsung. Selain itu jaringan mesh router pada infrastruktur dapat terhubung dengan Internet.
Gambar 2.3Hybrid Mesh Network 2.3.
Optimized Link State Routing (OLSR) Optimized Link State Routing Protocol (OLSR) adalah sebuah protokol routing untuk IP yang dioptimisasi untuk jaringan mobile ad-hoc, yang juga dapat digunakan pada jaringan wireless ad-hoc. OLSR adalah sebuah protokol link-state routing yang proaktif, yang menggunakan message hello dan topology control (TC) untuk mengetahui dan mendiseminasikan informasi link state di seluruh jaringan mobile ad-hoc. Masing-masing node menggunakan informasi topologi untuk menghitung next hop yang dituju untuk semua node di jaringan menggunakan shortest hop forwarding paths.[6] Karena menggunakan protokol yang proaktif, route ke semua tujuan dalam jaringan akan di ketahui dan dipelihara sebelum di gunakan. Karena route akan tersedia dalam tabel routing standar menjadikan sangat berguna bagi beberapa sistem / aplikasi jaringan karena tidak ada delay untuk mencari route. Protokol Link-state routing seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan IS-IS akan memilih router tertentu di setiap sambungan untuk melakukan pemberitahuan akan informasi topologi.[7] Dalam jaringan wireless ad-hoc, ada perbedaan pengertian tentang sebuah sambungan, paket dapat pergi dan keluar melalui interface yang sama, oleh karena itu kita perlu melakukan proses yang berbeda untuk mengoptimasi proses pemberitahuan. Menggunakan message Hello di setiap node akan menemukan informasi tetangga 2-hop dan melakukan pemilihan secara terdistribusi kumpulan dari multipoint relay (MPR). Node akan memilih MPR supaya ada jalur antara tetangga 2-hop melalui sebuah node yang terpilih sebagai MPR. MPR Ini kemudian akan mengambil dan mem-forward message TC yang berisi MPR yang terpilih. Fungsi MPR membuat OLSR unik dari protokol link state routing dalam beberapa hal: infomasi path forwarding untuk message TC tidak dibagi ke semua node tapi bervariasi tergantung pada source, hanya sebuah subset dari informasi source link state node, tidak semua link dari node diberitahukan hanya node yang merepresentasikan MPR yang terpilih saja.[10] Overhead / waktu yang dibutuhkan untuk membuat routing, walaupun biasanya agak lebih lama daripada reactive protocol, tidak bertambah dengan jumlah route yang dibuat. Route default dan network dapat dimasukan ke sistem menggunakan message HNA yang memungkinkan sambungan ke Internet atau jaringan lain dalam OLSR MANET Cloud. Route network adalah salah satu kelebihan proaktif protokol yang saat ini tidak bisa ditangani oleh reaktif protokol dengan baik. Nilai timeout dan informasi validitas ada dalam message yang memungkinkan nilai timer yang berbeda digunakan untuk berbagai node.
2.3.1. Algoritma OLSR Algoritma untuk protokol OLSR sendiri pada dasarnya sama seperti algoritma link-state pada
214
ISSN : 2407 - 6511
Gambar 2.4Algoritma OLSR 2.3.2. Langkah Kerja OLSR Secara umum langkah-langkah OLSR dalam bekerja dapat diurutkan sebagai berikut [9]: 2.3.2.1 Link Sensing Link sensing dicapai melalui pengiriman berkala pesan HELLO pada interface /antarmuka di mana konektivitas diperiksa. Sebuah pesan HELLO terpisah dihasilkan untuk setiap antarmuka dan dipancarkan dalam korespondensi. Akibat Link Sensing adalah seperangkat link lokal, menggambarkan hubungan antara “interface lokal” dan “remote interface” yaitu, antarmuka pada node tetangga. Jika informasi yang memadai disediakan oleh link layer, ini dapat digunakan untuk mengisi link lokal ditetapkan bukan pertukaran pesan HELLO. 2.3.2.2 Neighbor Detection Pendeteksian node tetangga berdasarkan pada pengiriman paket HELLO yang menginformasikan “main address” nya dan akan terpetakan ke dalam protokol ini. Pengiriman paket HELLO untuk pendeteksian tetangga dilakukan dengan broadcast, paket HELLO berisi tentang main address dan link status. Semua informasi tentang node tetangga 1-hop akan disimpan di dalam neighbor set, Status entri tetangga juga diperbarui sesuai dengan perubahan dalam link- set.Sebuah tetangga dikatakan tetangga simetris jika ada setidaknya satu link-entri dalam set link yang menghubungkan antarmuka lokal untuk salah satu antarmuka tetangga di mana timer simetris tidak timed out. Ketika link-entri dihapus, entri tetangga terkait juga dihapus jika tidak ada entri link lain untuk tetangga ini. 2.3.2.3 MPR Selection Menggunakan message HELLO di setiap node akan menemukan informasi tetangga 2-hop dan melakukan pemilihan secara terdistribusi kumpulan dari multipoint relay (MPR). Node akan memilih MPR supaya ada jalur antara tetangga 2-hop melalui sebuah node yang terpilih sebagai MPR. MPR Ini kemudian akan mengambil dan memforward message TC yang berisi MPR yang terpilih. Fungsi MPR membuat OLSR unik dari protokol link state routing dalam beberapa hal: infomasi path forwarding untuk message TC tidak di bagi ke semua node tapi bervariasi tergantung pada source, hanya sebuah subset dari informasi source link state node, tidak semua link dari node di beritahukan hanya node yang merepresentasikan MPR yang terpilih saja. 2.3.2.4 Topology Control (TC) Message Diffusion
215
ISSN : 2407 - 6511 Tujuan dari TC sendiri adalah memberikan informasi node yang dapat berhubungan dan memungkinkan untuk perhitungan rute. Rute dibentuk dari advertised link dan hubungan dengan node-node tetangga. Pesan TC dibanjiri menggunakan optimasi MPR. Hal ini dilakukan pada interval reguler, tapi TC pesan juga dihasilkan ketika perubahan terdeteksi di set pemilih MPR. Dalam OLSR proses banjir itu sendiri dioptimalkan oleh penggunaan MPR. 2.3.2.5 Route Calculation Mengingat informasi link state diperoleh melalui periodik pertukaran pesan, serta konfigurasi antarmuka node, tabel routing untuk setiap node dapat dihitung. Setiap node memiliki routing table yang dapat dipakai untuk jalur data menuju node-node lain dalam jaringan. Routing tersebut dibuat berdasarkan informasi dalam local link information base (local link set, neighbour set, 2-hop neighbor set, MPR set), serta informasi pada topology set. 2.4
OpenWRT OpenWRT adalah sistem operasi terutama digunakan pada perangkat embedded untuk rute lalu lintas jaringan. Komponen utama adalah kernel Linux, uClibc dan BusyBox. Semua komponen telah dioptimalkan untuk ukuran, untuk menjadi cukup kecil untuk muat penyimpanan terbatas dan memori yang tersedia di rumah router. OpenWRT dikonfigurasi menggunakan antarmuka baris perintah (abu), atau antarmuka web (LuCI). Ada sekitar 2000 paket perangkat lunak opsional yang tersedia untuk menginstal melalui sistem paket opkg manajemen.[3] Dikembangkan pertama kali pada tahun 2004 oleh tim proyek OpenWRT yang terbentuk dalam rangka mengembangkan sebuah third-party firmware yang jumlahnya masih sangat terbatas pada saat itu proyek ini terbentuk setelah Linksys dibangun firmware untuk router WRT54G nirkabel mereka dari kode tersedia untuk umum berlisensi di bawah GPL. Dukungan pada awalnya terbatas pada seri WRT54G, tapi sejak itu telah diperluas untuk mencakup chipset lain, produsen dan jenis perangkat, termasuk Komputer Plug dan mobile OpenMoko ponsel.[9] 2.5 Uji Hipotesis 2 Rata-Rata Uji hipotesis dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan (kesamaan) antara dua buah data. Salah satu teknik analisis statistik untuk menguji hipotesis dua rata-rata ini ialah uji t (t test) karena data percobaan kurang dari 30 maka yang digunakan adalah rumus t. Rumus t sendiri banyak ragamnya dan pemakaiannya disesuaikan dengan karakteristik kedua data yang akan dibedakan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum uji t dilakukan. Persyaratannya adalah[12]: a. Tentukan hipotesis b. Tentukan statistik uji c. Tentukan kriteria uji d. Kesimpulan Untuk hipotesis awal H0: µH ≤ µT dan H1: µH > µT yaitu Hello message dengan interval semakin tinggi semakin baik dibandingkan dengan TC message. Dengan rumus umum t = √
3.
Metode dan Perancangan Sistem
3.1. Perancangna Testbed Testbed merupakan platform untuk melakukan eksperimen atau pengembangan suatu penelitian.Pada tahap awal yang harus dilakukan adalah perancangan skenario untuk langkah-langkah pembangunan jaringan testbed ini. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain [12]
216
ISSN : 2407 - 6511 Perancangan Jaringan Hasil Pemilihan Topologi
Analisis Pemilihan Perangkat
Pengambilan Data
Pemilihan Lokasi
Pengalamatan
:
Pengujian
Self Healing
Skenario
Self Configure
Skenario
Packet Loss
Skenario
Gambar 3 1 Alur Testbed 1.Menentukan topologi jaringan testbed. Pada tahap ini akah ditentukan topologi apa yang akan digunakan dalam perancangan jaringan testbed ini. 2.Menentukan spesifikasi perangkat yang akan digunakan. Penentuan spesifikasi perangkat yang akan digunakan dalam testbed, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). 3.Menentukan lokasi. Penentuan lokasi yang tepat untuk testbed ini dan disesuaikan dengan topologi yang telah disiapkan. 4.Konfigurasi jaringan. Melakukan konfigurasi untuk jaringan ini antara lain pengalamatan, konfigurasi protokol untuk perangkat, dan sistem operasi yang digunakan. 5.Pengujian. Melakukan pengujian terhadap topologi yang telah disiapkan. 5.1Self Healing. Kemampuan mesh router untuk mencari jalur baru ketika terjadi kerusakan pada salah satu router. 5.2Self Configure. Kemampuan mesh router untuk mengkonfigurasi. 5.3Packet Loss. Mendeteksi paket yang hilang selama terjadi koneksi antara user 1 dan user 2 dalam satuan waktu tertentu. 6.Skenario. Rancangan test yang akan di jalankan pada pengujian analisis. 6.1Skenario Self Healing. Rencana untuk menguji self healing menggunakan 3 router wireless yang salah satunya akan dimatikan dengan sengaja. 6.2Skenario Self Configure. Rencana untuk menguji Self Configure dengan menambahkan sebuah router pada pengujian sebelumnya. 6.3Skenario Packet Loss. User 1 melakukan ping ke user 2 dan akan di monitor untuk mengecek data paket yang loss dalam satuan waktu tertentu. 7.Pengambilan Data. Dari uji yang dilakukan akan terhadap skenario yang telah dijalankan didapat data yang akan dianalisis. 8.Analisis. Menganalisis hasil dari skenario yang telah diujiakan dengan memonitor perintah ping pada cmd. 9.Hasil. Hasil yang didapat dari pengujian skenario yang telah dijalankan.
3.2. Penerapan Testbed Pada tahapan ini langkah-langkah pada perancangan testbed akan di realisasikan.
217
ISSN : 2407 - 6511 3.2.1.
Penentuan Topologi Jaringan
Pada perancangan topologi jaringan wireless mesh ini menggunakan arsitektur Infrastructure Mesh Network yang d imana terdiri dari mesh router dan mesh client yang dapat saling berkomunikasi. Adapun topologi untuk rancangan jaringan testbed ini. Rancangan dapat dilihat di gambar 3.1
Gambar.3.2TopologiTestbed Gambar 3.1 merupakan topologi yang dirasa memenuhi kebutuhan testbed. Dari gambar tersebut dapat dilihat terdapat empat buah router wireless yang saling terhubung dan terhubung pula dengan client.
3.3. Pengujian Jaringan Self Configure Pengujian jaringan di sarakan pada testbed yang sudah ditentukan. Pengujian jaringan meliputi: a. Pengujian Self Configure b. Pengujian Self Healing c. Monitoring Packet Loss Skenario Pengujian Self Configure Skenario pengujian Self Configure yaitu di mana sebuah router baru dapat bergabung dengan jaringan mesh yang sudah ada, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk bergabung. Langkah-langkah pengujian Self Configure: 1. User A mencoba berkomunikasi dengan user B dengan cara ping terus-menerus. 2. Komunikasi akan melewati router A, C, dan D. 3. Akan tetapi router C tidak bisa dijangkau karena berada di luar area, oleh sebab itu diaktifkan router B. 4. Dilakukan sebanyak 10 kali percobaan dengan memindahkan router dari jarak terpendek hingga terjauh. 5. Waktu untuk pengaktifan router B ini disebut Self Configure. 6. Pencatatan data dilakukan pada router B untuk melakukan Self Configure, agar user A dapat berhubungan dengan user B. 7. Pengujian itu dilakukan dengan merubah interval dari Hello Message dan TC Message pada konfigurasi OLSR dengan lokasi /etc/olsr.conf. 3.4 Pengujian Self Healing Skenario pengujian Self Healing Skenario pengujian untuk Self Healing yaitu adalah mencari data waktu yang digunakan router untuk mencari jalur baru atau memperbaiki jalur ketika ada salah satu router yang rusak atau tidak berfungsi, untuk skema Self Healing dapat dilihat pada gambar di atas. Langkah-langkah pengujian Self Healing 1. User A akan menghubungi user B melalui beberapa router yang tersedia. 2. Pada router B terjadi kerusakan yang dilakukan dengan cara mematikan router tersebut. 3. User A menghubungi user B dengan cara ping dilakukan secara terus menerus, namun akan terjadi request time out yang dikarenakan router B tidak aktif. 4. Dilakukan sebanyak 10 kali percobaan dengan memindahkan router dari jarak terpendek hingga terjauh. 5. Kemampuan router A untuk mencari jalur baru menuju router C itu di sebut self healing.
218
ISSN : 2407 - 6511 6.
Data waktu akan dicatat adalah ketika user A pada router A dapat menghubungi kembali user B pada router D, dengan munculnya kembali pesan replay pada user A.
Langkah-langkah pengujian tersebut dilakukan dengan cara merubah besaran pada Hello Message dan TC Message pada etc/olsr.conf berulang-ulang. 3.5 Monitoring Packet Loss Monitoring Packet loss atau paket yang gagal diterima menggunakan aplikasi Wireshark 1.10.2 yang dilakukan dari User 1 dan user 2.
Gambar 3 4 Summary Interface Detail Packet Loss
Gambar 3 5 Summary Characteristics Data Transfer 4.
Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan pada BAB 4, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Rancang bangun jaringan wireless mesh dapat dilakukan dengan baik dan di operasikan di dalam sistem operasi OpenSource. 2. Kinerja pada jaringan wireless mesh dari data yang dihasilkan dipengaruhi oleh Hello Message dan TC Message 3. Hello Message pada percobaan Self Configure memiliki peran yang lebih penting dari pada TC Message yang terlihat dari perubahan grafik dan dilakukan dengan salah satu uji statistik yaitu uji T. Dari uji T didapat t berada di titik kritis sebelah kiri, maka tolak H0 dan terima H1. Hello Message menampung informasi tentang Link set, Neighbor set, 2-hop Neighbor set, MPR set, MPR Selector.
219
ISSN : 2407 - 6511 4.
Sama seperti percobaan Self Configure, pada percobaan self healing Hello Message masih memiliki peran yang dominan dari pada penggunaan parameter TC Message yang terlihat dari perubahan grafik dan dilakukan dengan salah satu uji statistik yaitu uji T. Dari uji T didapat t berada di titik kritis sebelah kiri, maka tolak H0 dan terima H1 . 5. Pada pendeteksian paket yang loss antara user 1 dan user 2 yang menggunakan software Wireshark, summary menunjukkan receive error pada angka 0, yang dapat disimpulkan tidak ada paket loss saat pengiriman ping message. 4.2. Saran Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari OLSR pengguaan node yang lebih banyak akan makin memperlihatkan hasil dari kinerja OLSR. Daftar Pustaka [1] B.H Walke, S. Mangold, L. Berlemann, IEEE 802 Wireless Systems : Protocols, Multi-Hop Mesh/Relaying, Performance and Spectrum Coexistance (Chicester : John Wiley & Sons Ltd, 2006). [2] E. Hosain, K.K. Leung, Wireless Mesh Network : Architecture and Protocols (New York : Springer, 2008). [3] http://wiki.openwrt.org/about/start Diakses 28 Desember 2012 [4] http://wiki.openwrt.org/about/history/ white russian Diakses 28 Desember 2012 [5] Ian. F. Akyildiz and Xudong Wang, "A Survey on Wireless Mesh Networks," IEEE Communications Magazine, vol. 43, no. 9, s23-s30, Sept. 2005 [6] Khrisna N, Ramachandran et al., “On the Design and Implementation of Infrastructure Mesh Network” [7] J. Jangeun, Mihail L. Sichitiu, The Nominal Capacity of Wireless Mesh Network, IEEE Wireless Communications, vol 10, pp 8-14, Oktober 2003 [8] P. Gupta dan PR Kumar. Kapasitas jaringan nirkabel . Transaksi IEEE pada Teori Informasi, Volume 46, Issue 2, Maret 2000, doi : 10.1109/18.825799 [9] IPaul A, Larry P, Linksys WRT54G Ultimate Hacking (Burlington : Syngress Publishing, 2007). [10] .T. Clausen, P. Jaqcuet, “Optimized Link State Protocol (OLSR)” RFC 3626. [11] Tanenbaum, Andrew S, Computer Network (New Jersey : Prentice Hall, 2003) [12] Walpole, E. Ronald, “Pengatar Statistika” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1995) [13] Zhang Y, Luo J, Hu H, WirelessMeshNetworking : Architecture, Protocols and Standard (Boca Raton : Aurbach Publications, 2007). [14] Z. Heecheol, Bong Chan Kim, Jae Young Lee, Hwang Soo Lee, IEEE 802.11-based Wireless Mesh Network Testbed, IEEE Conference Publications 04 September 2007
220