INCREASING STUDENT’S SOCIAL SKILL THROUGH PLAYING METHOD RADJIMAN ISMAIL Institut Agama Islam Negeri Ternate Jl. Lumba-Lumba Kel. Dufa-Dufa Kota Ternate, Maluku Utara Tlp. (0921) 3121426 Fax 3123773 email:
[email protected] Abstract: The aim of this research is to increase students’ social skill to children in the group B through playing method. The methodology of it was consisting three cycles. The research sample is 32 students of PAUD An-Nisa Institut Agama Islam Negeri Ternate. Technique was used of this research by using questioners. The result shows that; (1) pretest was doing before cycle I consist of 30% have social skill as good, 20% have social skill is very good, 50% have social skill is poor; (2) the final test for cycle I consist of 50% have social skill as very good; 20% have social skill good, 30% have social skill is poor; (3) the final test for cycle II consist of 65% have social skill as good, 20% is almost good and 15% is poor;(4) the final test for cycle III consist of 80% have social skill as good, 15% is almost good, and 5% is poor. Based on the result, the researcher concludes that playing method is effective to increase students’ social skill. Key word: social skill, playing method
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial pada siswa pendidikan anak usia dini kelas B melalui metode bermain kelompok. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan sebanyak tiga siklus. Sampel penelitian berjumlah 32 siswa pendidikan anak usia dini An Nisa Institut Agama Islam Negeri Ternate. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut; (1) pre test sebelum siklus pertama sebanyak 30 persen sudah memiliki keterampilan sosial secara baik, 20 persen cukup baik, dan 50 persen kurang baik; (2) tes akhir siklus pertama sebanyak 50 persen siswa memiliki keterampilan sosial sangat baik, 20 persen cukup dan 30 persen kurang baik; (3) tes akhir siklus kedua menunjukkan 65 Persen siswa sudah memiliki keterampilan sosial baik, 20 persen cukup baik dan 15 persen kurang baik; (3) tes akhir siklus tiga menunjukkan 80 persen memiliki keterampilan sosial baik, 15 persen cukup baik, dan 5 persen kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode bermain kelompok efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak. Kata kunci: siswa anak usia dini, keterampilan sosial, metode bermain kelompok.
315
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
Guru pada anak usia dini perlu
menumbuhkan
tidak
hanya
menanamkan keterampilan sosial.
kecerdasan intelektual pada anak
Hal ini penting dilakukan karena ada
tetapi juga kecerdasan interpersonal,
fenomena pembelajaran di ruang-
intrapersonal
ruang kelas sering dijumpai anak-
Keempat
kecerdasan
anak asyik dengan aktivitas dengan
diharapkan
dapat
dirinya sendiri,
keterampilan sosial. Jika sejak dini
seperti mewarnai,
melipat, menggunting, menempel.
telah
Kondisi
kecerdasan
pembelajaran
dengan
serta
ditanamkan
emosional. tersebut
menumbuhkan
keempat
diharapkan
jenis anak
aktivitas seperti ini kurang memberi
memiliki keterampilan sosial yang
ruang
melakukan
baik sehingga dapat bergaul secara
interaksi satu dengan lainnya. Jika hal
baik pula. Pembelajaran keterampilan
ini
dapat
sosial tidak dapat dilakukan dengan
kurang
jangka pendek tetapi secara terus
kepada
terus
anak
dilakukan
menyebabkan
anak
memahami karakteristik teman di
menerus
kelas. Rasa simpati dan empati
Dengan demikian setiap program
perlahan tapi pasti kemudian hilang
pembelajaran memuat aspek-aspek
dari
kelas
keterampilan sosial sesuai dengan
sebaiknya melibatkan interaksi secara
tujuan dan harapan yang hendak
berkesinambungan sehingga dapat
dicapai.
anak.
Aktivitas
di
menumbuhkan sikap simpati, empati, saling
menghargai,
dan
berkesinambungan.
Pembelajaran
keterampilan
bertanggung
sosial dapat terlaksana dengan baik
jawab serta toleran. Menumbuhkan
serta sesuai dengan tujuan jika
dan mengembangkan sikap sikap
dilakukan dalam bentuk kelompok.
seperti ini dapat dilakukan pada setiap
Anak di dalam kelompok belajar
pembelajaran sehingga pada akhirnya
untuk bertanggung jawab, disiplin,
menjadi pembiasaan pada diri anak.
menghargai orang lain, toleransi,
Guru dalam melaksanakan pembelajaran
secara
menyeluruh
tenggang rasa, serta mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
tersebut dalam rangka membentuk,
Untuk
mengembangkan,
keterampilan sosial ini diperlukan
316
serta
dapat
menanamkan
Increasing Student’s Social . . Radjiman Ismail
metode
yang
selalu
berinteraksi
orang
dewasa.
Pada
permainan
antara satu anak dengan anak lainnya.
dengan menggunakan boneka ini
Bermain kelompok merupakan salah
tidak hanya melibatkan kemampuan
satu metode yang dapat dipilih oleh
fisik tetapi juga pikiran dan emosi.
guru.
Pada fisik anak melakukan berbagai Guru pada pada kenyataannya
macam gerakan, pada pikiran anak
dalam pembelajaran pada masih
membayangkan
sedikit
menggunakan
orang tua, dan emosi berusaha
bermain
dan
metode
permainan
yang
melakukan
dirinya
empati
terhadap
terstruktur
dianggap sebagai adik atau temannya.
arti
langkah-
langkah yang digunakan jelas untuk
Pakar
yang
simpati
terstruktur. Metode atau permainan dalam
boneka
dan
menjadi
bidang
mungkin
psikologi
mencapai tujuan pembelajaran. Anak
perkembangan sangat menekankan
dan guru tidak hanya sekedar bermain
pentingnya bermain pada anak usia
atau
tetapi
dini. Bermain pada masa usia dini
permainan
memiliki manfaat yang sangat besar
tersebut dilakukan untuk mencapai
pada saat usia remaja, dewasa, bahkan
tujuan pembelajaran. Dengan kata
pada saat usia tua. Monk (2002:132)
lain, bermain atau permainan dalam
mengutip pernyataan Groos, Hall,
pembelajaran dilakukan by design,
Spencer,
sehingga
permainan harus dipandang sebagai
melakukan
setiap
bermain
permaian dan
langkah-langkah
yang
dilakukan dapat evaluasi setiap saat.
dan
Schaler
bahwa
latihan fungsi-fungsi yang sangat penting dalam kehidupan dewasa nanti.
Kajian Teoritis
Bermain
selain
memiliki
Bermain merupakan aktivitas
manfaat pada pertumbuhan fisik
yang sering dilakukan oleh anak-
tetapi juga melibatkan perkembangan
anak.
hanya
otak dan sikap. Kehidupan masa
melibatkan fisik tetapi juga emosi dan
dewasa dapat dilihat pada masa
pikiran. Anak-anak yang bermain
kanak-kanak, apakah memiliki waktu
dengan boneka misalnya, sering
yang cukup untuk bermain atau tidak.
Bermain
tidak
memerankan dirinya sendiri sebagai 317
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
Bermain dan permainan dapat
bagaimana produk itu dihasilkan.
meningkatkan
kemampuan
Anak-anak yang bermain dengan lego
dalam berpikir kreatif. Di dalam
dan membangun sebuah gedung atau
bermain dapat mengemukan ide yang
jembatan merupakan sebuah produk
dapat dijadikan sebagai saran untuk
tetapi produk itu kemudian dapat
mengembangkan
dibongkar kembali. Pemikiran kreatif
pula
berpikir
kemampuan
kreatif.
Anak
dapat
mengembangkan pemikiran kreatif
dan proses membangun itulah lebih penting dari produk itu sendiri.
sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Slavin
(2008:99)
seperti
Bermain memiliki tingkatan dalam
mengutip pernyataan Pattern bahwa
mengolah
baik
ada empat jenis permainan yang
maupun
mencerminkan tingkat interaksi sosial
keterampilan sosial. Kedua jenis
dan keterampilan yang meningkat.
keterampilan ini seperti dua sisi mata
Keempat jenis permainan tersebut
uang. Semakin rumit jenis permainan
yaitu permainan soliter, permainan
maka akan semakin terampil berpikir
paralel, permainan asosiatif, dan
dan terampil dalam bersikap.
permainan kooperatif. Anak melalui
keterampilan,
keterampilan
berpikir
Padmonodewo
(2003:102)
berbagai
permainan
ini
dapat
mengutip pernyataan Schwartzman
mengembangkan semua imajinasi.
bahwa
Anak
bermain
bukan
bekerja,
juga
dapat
melakukan
bermain adalah pura-pura, bermain
kerjasama dengan teman di dalam
bukan
permainan.
sesuatu
sungguh,
yang
bermain
sungguh-
bukan
suatu
Pada
permainan
kooperatif misalnya, di
dalam
kegiatan yang produktif. Namun
bermain ini anak dapat melakukan
demikian di dalam bermain anak
interaksi
dapat
imajinasi
Interaksi daapt dilakukan melalui
serta melakukan interaksi dengan
bahasa verbal maupun nonverbal.
teman sebaya. Di dalam bermain anak
Melalui kedua bahasa ini anak belajar
juga
tentang keterampilan sosial.
mengembangkan
tidak
dituntut
untuk
menghasilkan suatu produk tetapi lebih 318
menekankan
pada
proses
Kak
satu
dengan
Seto
lainnya.
(2004:54)
menyatakan bermain adalah sesuatu
Increasing Student’s Social . . Radjiman Ismail
yang menyenangkan dan memiliki
Erikson
(2010:291-318)
nilai positif bagi anak dan tidak
membagi
memiliki tujuan ekstrinsik namun
selama rentang kehidupan menjadi
motivasinya lebih bersifat intrinsik.
delapan
Anak-anak bermain pada prinsipnya
kehidupan.
menyalurkan rasa keingintahuan serta
terdiri dari tugas perkembangan yang
melepaskan semua energi yang ada.
khas dan mengedepankan individu
Di dalam bermain soliter maupun
dengan suatu krisis yang harus
kelompok
dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini
tetap
keterampilan
sosial
membutuhkan di
samping
keterampilan berpikir. Monk
perkembangan
sosial
tahap melampaui siklus Masing-masing
tahap
bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan
(2002:122)
seperti
dan peningkatan potensi.
Semakin
mengutip pendapat Gerris bahwa
berhasil individu mengatasi krisis,
perkembangan sosial dapat dibagi
akan semakin sehat perkembangan
menjadi tiga bagian yaitu; (1) kognisi
mereka.
sosial; (2) kecakapan dalam bergaul
perkembangan sosial yang memadai
dengan orang lain; dan (3) nilai-nilai
diperlukan
sosial. Jadi kecakapan dalam bergaul
pembelajaran.
yaitu
dalam
diajarkan untuk senantiasa dapat
sosial
berkolaborasi dengan teman sebaya
merupakan bagian tak terpisahkan
sehingga mampu memahami rasa
dari perkembangan anak. Di dalam
empati dan simpati.
suatu
melakukan
keterampilan interaksi
perkembangan sosial tersebut juga
Untuk
dapat
mencapai
intervensi
Anak
Anak
usia
dalam
sejak
dini
dini
dengan
ada perkembangan kognisi sosial
perkembangan sosial yang baik salah
serta nilai-nilai sosial. Pembelajaran
satunya dapat dicerminkan melalui
keterampilan
kecerdasan yang dimiliki. Gardner
sosial
penting
dilakukan sejak dini karena hal
(dalam
tersebut
menyebutnya
menjadi
bagian
tak
terpisahkan dalam rentang kehidupan manusia.
Amstrong, sebagai
2002:2) kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal Kecerdasan
intrapersonal
yaitu kemampuan seseorang untuk 319
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
memahami dan mampu bekerjasama
dengan
dengan orang lain, berempati dengan
mengekspresikan
orang
kuat;
lain,
serta
mampu
orang
(8)
lain;
(8)
Dapat
perasaan
secara
Mampu
belajar
dari
mempengaruhi orang lain. Orang-
kegagalan dan keberhasilan yang
orang yang memiliki kecerdasan ini
pernah dialami; (9) Memiliki rasa
antara lain; PR, konselor/psikolog,
penghargaan terhadap diri sendiri
dan semua profesi yang berhubungan
yang baik.
dengan
orang
lain.
Kecerdasan
Keterampilan sosial selain
interpersonal berhubungan dengan
dicirikan
kemampuan seseorang untuk mampu
interpersonal dan intrapersonal dapat
mengenali
pula ditunjukkan melalui kemampuan
dirinya
sendiri,
baik
melalui
kecerdasan
kelemahan, kekuatan, serta mampu
mengelola emosi. Emosi
membawa
berpengaruh
publik.
diri
dalam
Kecerdasan
pergaulan
mengganggu
biasanya
aktivitas mental karena kegiatan
dimiliki oleh para konselor, PR, serta
mental seperti konsentrasi, daya
profesi
ingat,
yang
ini
dan
dapat
bertugas
memberi
motivasi dan terapi. Anak
dengan
penalaran
sangat
mudah
dipengaruhi oleh emosi yang kuat. kecerdasan
Anak-anak
akan
interpersonal ditandai ciri-ciri sebagai
prestasi
berikut;
intelektual mereka bila emosi mereka
(1)
Menunjukkan
sikap
di
bawah
menghasilkan
mandiri atau kemauan keras; (2)
terganggu.
Memahami dengan baik kelebihan
berkonsentrasi pada suatu aktivitas
dan kekurangan diri; (3) Tidak
bila kondisi emosi anak tidak stabil
mengalami masalah jika ditinggalkan
atau terganggu.
bermain atau belajar sendirian; (4)
Misalnya,
kemampuan
Sternberg
anak
sulit
(2004:474)
Memiliki gaya hidup dan gaya belajar
mengemukakan bahwa kecerdasan
dengan irama tersendiri; (5) Memiliki
emosional
adalah
minat dan hobi yang jarang ia
mengenali
emosi
bicarakan; (6) Memiliki perencanaan
merupakan kemampuan seseorang
diri yang baik; (7) Lebih memilih
dalam mengenali perasaannya sendiri
bekerja sendiri
sewaktu perasaan atau emosi itu
320
daripada
bekerja
kemampuan diri,
yang
Increasing Student’s Social . . Radjiman Ismail
muncul, dan ia mampu mengenali
sulit
emosinya sendiri apabila ia memiliki
kepercayaan
kepekaan yang tinggi atas perasaan
sedang menghadapi kondisi yang
mereka
dan
sulit, mempunyai keberanian untuk
keputusan-
memecahkan tugas yang berat dan
mantap.
merasa cukup banyak akal untuk
yang
kemudian
sesungguhnya
mengambil
keputusan
secara
Kemampuan
mengelola
emosi
merupakan kemampuan seseorang
dijangkau,
memiliki
yang
menemukan
cara
tinggi
dalam
meski
meraih
tujuan.
untuk mengendalikan perasaannya
Pembelajaran
keterampilan
sendiri sehingga tidak meledak dan
sosial pada anak usia dini yang paling
akhirnya
mempengaruhi
memiliki pengaruh adalah melakukan
perilakunya secara wajar. Misalnya
imitasi. Anak secara sadar akan
seseorang yang sedang marah maka
mencontoh
kemarahan
maupun
dapat
itu
tetap
dapat
baik
teman
orang
sejawat
dewasa
di
dikendalikan secara baik tanpa harus
sekelilingnya terhadap perilaku yang
menimbulkan akibat yang akhirnya
dilihatnya.
disesali di kemudian hari.
seperti mengutip pendapat Miller dan
Goleman
(2000:21)
menyatakan bahwa mempunyai
anak yang
kecerdasan
emosi
Wirawan
(2001:21)
Dollard yaitu dalam laporan hasil percobaannya peniruan
mengatakan
(imitation)
di
bahwa antara
memiliki toleransistik seperti mampu
manusia tidak disebabkan oleh unsur
memotivasi
insting
bertahan
diri
sendiri,
mampu
atau
program
menghadapi
frustrasi,
Penelitian
mengendalikan
dorongan
mengindikasikan bahwa kita belajar
hati, memiliki empati yang tinggi.
(learn) meniru perilaku orang lain.
Selain itu, juga dicirikan yakni lebih
Artinya peniruan tersebut merupakan
cakap untuk menjalankan jaringan
hasil dari satu proses belajar, bukan
informalnya atau nonverbal, luwes
bisa begitu saja karena insting. Proses
untuk menemukan cara alternatif agar
belajar tersebut oleh Miller dan
sasaran tetap tercapai atau untuk
Dollard dinamakan "social learning "
mengubah sasaran jika pada awalnya
- "pembelajaran sosial". Perilaku
mampu
kedua
orang
biologis. tersebut
321
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
peniruan (imitative behavior) kita
pembelajaran keterampilan sosial itu
terjadi karena kita merasa telah
sendiri.
memperoleh imbalan ketika kita
Pengkondisian pembelajaran
meniru perilaku orang lain, dan
melalui metode bermain pada anak
memperoleh hukuman ketika kita
usia dini memberi ruang terjadinya
tidak menirunya.
interaksi antara siswa satu dengan
Boeree (2002:215) mengutip
siswa
lainnya.
Keterampilan
pendapat James dan Dewey yaitu
melakukan
menekankan
diberikan sejak dini karena dapat
pada
penjelasan
interaksi
kebiasaan individual, tetapi mereka
melatih
juga
kebiasaan
menggunakan kecerdasan emosinya
individu mencerminkan kebiasaan
secara baik dan tepat. Kecerdasan
kelompok
emosi merupakan bagian penting dari
mencatat
-
bahwa
yaitu
adat-istiadat
anak
penting
masyarakat - atau struktur sosial.
keterampilan
Struktur
kemampuan
sosial terdiri atas jalinan
untuk
dapat
sosial
karena
menempatkan
diri,
interaksi antar manusia dengan cara
memahami orang lain, menerima dan
yang relatif stabil. Kita mewarisi
mengakui kelebihan orang lain, serta
struktur sosial dalam satu pola
mampu menempatkan diri merupakan
perilaku yang diturunkan oleh satu
bagian
generasi ke generasi berikutnya,
Keberhasilan atau kesuksesan dalam
melalui
sosialisasi.
kehidupan tidak hanya ditentukan
bermain
oleh kemampuan intelektual semata
proses
tetapi juga bagaimana kemampuan
proses
Pembelajaran merupakan
melalui salah
sosialisasi
satu
dari
keterampilan
mengembangkan
mengelola
keterampilan sosial pada anak usia
(2000:20)
dini. Untuk itu perlu dilakukan
keterampilan emosi disebut sebagai
pengkondisian
kecerdasan
pembelajaran.
emosinya.
sosial.
Goleman
menyatakan
emosi
bahwa
(emotional
Pengkondisian ini bertujuan agar
intelligence) atau emotional quotient
perilaku sosial pada anak sesuai
(EQ).
dengan
pengembangan
harapan
dan
tujuan
Kontribusi diri
kesuksesan dari
faktor
intelligence quotient atau IQ hanya 322
Increasing Student’s Social . . Radjiman Ismail
sekitar 20 persen dan sisanya sekitar
METODOLOGI PENELITIAN
80 persen ditentukan kecerdasan emosional.
Penelitian menggunakan riset tindakan yang dikembamgkan oleh
Guru melalui pengkondisian
Kemmis dan Taggart (dalam Lewin,
pembelajaran dapat menyiapkan anak
1990:41-45). Ada empat langkah
usia dini meraih sukses masa depan.
dalam penelitian tindakan ini yaitu;
Kesuksesan tidak hanya diperoleh
(1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3)
dengan meningkatkan kemampuan
Observasi; dan (4) Refleksi. Sampel
IQ tetapi harus diimbangi dengan
penelitian siswa pendidikan anak usia
kemampuan EQ. Kedua kecerdasan
dini kelas B An-Nisa, Institut Agama
ini dilakukan seiring dan sejalan.
Islam Negeri Ternate, Maluku Utara.
Dengan kata lain, pembelajaran tidak
Pelaksanaan penelitian
menitikberatkan pada kemampuan
sebanyak tiga siklus dalam satu tema.
intelektual semata tetapi juga harus mengembangkan emosinya.
Jika
Teknik
kemampuan
keterampilan
pembelajaran
pengamatan.
dilakukan
pengambilan sosial Aspek
data
melalui keterampilan
dilakukan secara seimbang bukan
sosial yang diamati antara lain; (1)
tidak
Kerjasama;
mungkin
anak
memiliki
(2)
Mampu
keterampilan sosial lebih baik dan
berkomunikasi verbal dan nonverbal;
berguna untuk meraih kesuksesan
(3) Bertanggung jawab; (4) Empati
dalam kehidupannya kelak.
dan (5) Simpati. Indikator penilaian
Berdasarkan latar belakang
untuk masing-masing aspek dengan
permasalahan dan kajian teoritis yang
menggunakan kategori baik (B) jika
digunakan maka tujuan penelitian
siswa menampakkan perilaku sering
dapat dirumuskan sebagai berikut; (1)
berdasarkan
Meningkatkan keterampilan sosial
sosial,
melalui metode bermain kelompok;
menampakkan
(2) Mengukur efektivitas metode
kadang
bermain
keterampilan sosial, dan kurang (K)
kelompok
untuk
meningkatkan keterampilan sosial.
jika
aspek
keterampilan
cukup (C)
siswa
perilaku
jika
siswa
perilaku
kadang-
berdasarkan
aspek
tidak
menampakkan
berdasarkan
aspek 323
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
keterampilan sosial. Teknik analisis data dengan menggunakan deskriptif.
Permainan
pada
siklus
pertama disebut bermain “Mencegah Kebocoran”. Pada permainan ini
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus pertama siswa diajak
bermain
“Menyeberangi
setiap kelompok diberi satu paralon yang sudah berlubang kecil-kecil. Setiap
kelompok
diminta
untuk
Sungai Dengan Perahu”. Permainan
mengisi
ini setiap kelompok beranggotakan
menutupnya sehingga tidak terjadi
lima sampai enam orang. Perahu yang
kebocoran. Kelompok yang mampu
digunakan
menahan air di dalam paralon lebih
lembaran
dengan kertas
menggunakan
pada
lubang
dan
Setiap
banyak mendapatkan nilai tinggi
kelompok mendapatkan dua lembar
dibandingkan dengan yang menahan
kertas koran. Awal permainan semua
air
anggota kelompok berdiri di atas
pengamatan
kertas
diperoleh data sebagai tes akhir siklus
koran
koran.
air
kemudian
mereka
lebih
sedikit.
Berdasarkan
yang
dilakukan
berpindah dengan cara menggelar
pertama
kertas koran yang tidak diinjak di
memiliki keterampilan sosial sangat
depan dan setiap anak berpindah ke
baik, 20% cukup dan 30% kurang
kertas koran tersebut. Kemudian
baik.
kertas koran yang diinjak diambil dan
sebanyak
50%
siswa
Permainan pada siklus kedua
ditaruh di depan kertas koran yang
disebut
diinjak. Siswa kemudian berpindah.
“Membangun
Hal ini dilakukan secara berulang-
kelompok diminta untuk menyusun
ulang
puzzle rumah di papan tulis secara
sampai
Berdasarkan
hasil
garis
finish.
pengamatan
dengan
bersamaan.
rumah.”
Pada
bermain Setiap
permainan
ini
diperoleh data pretes sebelum siklus
seorang setiap kelompok seorang
pertama dilaksanakan sebanyak 30%
siswa maju ke papan tulis yang telah
sudah memiliki keterampilan sosial
disediakan dan mengambil gambar di
secara baik, 20% cukup baik, dan
kotak serta menempelkan ke papan.
50% kurang baik.
Kemudian dilanjutkan oleh siswa kedua
324
dan
seterusnya
sehingga
Increasing Student’s Social . . Radjiman Ismail
potongan-potongan puzzle tersebut
keterampilan sosial baik, 15% cukup
dapat membentuk sebuah rumah.
baik, dan 5% kurang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan pada
Bermain
dan
siklus ini diperoleh data sebagai tes
memiliki
akhir siklus kedua menunjukkan 65%
pertumbuhan
siswa sudah memiliki keterampilan
anak. Penggunaan metode ini dapat
sosial baik, 20% cukup baik dan 15%
mengembangkan
kurang baik.
keterampilan sosial tetapi juga secara
Pada siklus ketiga disebut dengan
bermain
fisik
peran
permainan
dan
penting
dan
pada
perkembangan
tidak
intelektual.
hanya
Permainan
“Ganjil-Genap”.
melibatkan semua kemampuan panca
Pada permainan ini siswa tidak lagi
indera secara optimal. Anak dalam
dibagi dalam kelompok kecil tetapi
bermain selain menggunakan semua
kelompok besar. Aturan permainan
anggota tubuh bergerak tetapi juga
ini jika guru mengatakan ganjil maka
kepekaan rasa. Kerja sama dalam
anak membentuk jumlah yang ganjil
kelompok baik kecil maupun besar
bisa tiga, lima, tujuh atau sembilan.
merupakan
Jika anak telah mengelompokkan diri
mengembangkan keterampilan sosial
secara
dengan teman sebaya.
ganjil
tidak
boleh
ada
penambahan anggota. Siswa lain dapat
mencari
Metode
satu
bermain
cara
juga
untuk
memberi ruang dan waktu kepada
ganjil.
anak untuk bermain secara positif.
Demikian juga untuk jumlah yang
Bermain selain berfungsi melepaskan
genap memiliki aturan permainan
kartasis pada anak juga berfungsi
yang sama. Pada permainan ini
untuk
membutuhkan
rasa
kreativitas dalam berpikir. Anak
maupun
melalui permainan dituntut untuk
nonverbal dalam jumlah yang lebih
memecahkan masalah secara cepat
besar. Berdasarkan hasil pengamatan
dan
diperoleh data sebagai tes akhir siklus
mengembangkan
tiga menunjukkan
memiliki makna pada perkembangan
membentuk
empati,
pasangan
salah
jumlah
yang
kerjasama,
bahasa
verbal
80% memiliki
sosial
mengembangkan
tepat.
anak
daya
Untuk
dapat
permainan
yang
maka
guru
perlu 325
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 2, November 2016
mengembangkan permainan sebagai
permainan
sehingga
metode pembelajaran lebih kreatif.
perbendaharaan
Bentuk-bentuk permainan tradisional
kelompok lebih banyak lagi.
metode
memiliki bermain
dapat pula dijadikan sebagai metode pada
pembelajaran.
Pemanfaatan
permainan tradisional sebagai metode pembelajaran dapat dijadikan sebagai pelestarian budaya.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan antata lain sebagai berikut;
(1)
kelompok
Metode dapat
keterampilan
sosial;
bermain
meningkatan (2)
Metode
bermain kelompok efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial; (3) Guru memiliki peran penting dalam memilih dan memilah metode bermain kelompok sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai; (4) Penggunaan metode bermain kelompok secara variatif
memberi
dampak
pada
interaksi yang berbeda pada anak. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada Pendidikan Anak Usia Dini An-Nisa untuk mengembangkan
326
jenis-jenis
DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas, 2002. Sekolah Para Juara, terjemahan Yudhi murtanto, Kaifa, Bandung. Boeree, C. George, 2000. Sejarah Psikologi: Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern, terjemahan Abdul Qodir Saleh Ar-ruzz, Media, Jogjakarta. Erikson, Erik H., 2010. Childhood and Society, terjemahan Helly Prayitno Soetjipto Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Goleman Daniel, 2000. Kecerdasan Emosional, terjemahan Agus T Hermaya, Jakarta, Gramedia. Kak Seto. 2004. Bermain dan Kreativitas, Jakarta, Papas Sinar Sinanti. Padmonodewo, Sumiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta, Rineka Cipta. Sarwono, Sarlito Wirawan, 2001. Teori-teori Psikologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Slavin, Robert E., 2010. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek, terjemahan Marianto Samosir, Jakarta, Index, Sternberg, Robert J., 2006. CognitivePsycology,Singapore: Thomson Wadsworth. Monk, Knoers, Siti Rahayu Haditono. 2004,Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Gadjah Mada Unversity Press.