Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2016
IDENTIFIKASI MORFOLOGI KARANG MASSIVE PORITES DI PERAIRAN LAUT SELATAN JAWA Oktiyas Muzaky Luthfi*, Guntur dan Novendra Adi Nugraha Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Kode Pos 65145 Malang, Telp/Fax. 0341-557837 * Email:
[email protected]
Abstrak - Identifikasi karang merupakan tantangan yang cukup berat, diantaranya adalah kunci identfikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan spesies dari genus satu dengan yang lain tidak bisa menggunakan standar yang sama. Tantangan berikutnya adalah adanya plastisitas fenotip pada karang, semua scleractinian coral akan sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan. Perbedaan kedalaman dari spesies yang sama akan membentuk fariasi morfologi terhadap koralit dan bentuk pertumbuhan karang. Ketiga adalah kecilnya ukuran polip, sehingga diperlukan alat bantuk steoroskop untuk mengidentifikasi suatu karang. Karang massive Porites di kawasan laut selatan Jawa adalah salah satu jenis karang yang mendominasi diperairan tersebut. Karena secara ekologi karang adanya koloni karang ini akan berfungsi sebagai barrier bagi pantai karena derasnya arus dan besarnya ombak di laut selatan Jawa yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 2 jenis karang massive Porites yang ditemukan, yaitu P. lobata dan P. lutea. Perbedaan dalam identifikasi dari keduanya adalah jumlah pali, radii dan triplet septa. Pali pada P. lobata adalah 8 dan 5 pada P. lutea. Juga adanya radii yang ditemukan pada P. lutea dan tidak ditemukan pada P. lobata Kata kunci: Malang selatan, Kondang Merak, Morfologi, Taksonomi, Plastisitas. Abstract - Hard coral identification face on tough challenge, there were three main obstacles includes: first, term or key identification of in scleractinian coral cannot use generally to describe in each species of coral. Key identification in certain genus cannot apply in other genus. Second, the presence of phenotypic plasticity on coral that influenced by environment and genes. Differences of depth location in same species will form the variety in morphology to coral corallite and coral growth form. Third, some coral has small polyp that need additional tools such as stereoscope to see coral corallite clearly. Massive Porites in south of Java sea distributed dominantly, their dominance was very important to the coast due to their functions as protector from strong current and wave directly from Indian Ocean. This result of this study found two types of massive species, there were P. lobata and P. lutea. Differences in the identification of the two species were present of pali, radii and triplet septa. Pali in P. lobata was 8 and 5 on P. lutea. Radii found in P. lutea and not found in P. lobate. Keywords: South of Malang, Kondang Merak, Morphology, Taxonomy, Plasticity. I. PENDAHULUAN
Porites adalah penysusun utama terumbu dan hamper dapat ditemukan pada semua habitat terumbu karang. Karang porites yang bersifat kosmopolit dapat ditemukan pada kawasan reef flat, reef crest dan reef slope [1]. Bentuk pertumbuhan karang porites ada 4: encrusting, sub-massive, massive dan branching. Karang Porites berukuran besar biasanya ditemukan pada jenis massive porites ukuran diameter dapat berkisar 1-10 m [2]. Porites memiliki skeleton yang sangat padat sehingga karang ini memiliki masa pertumbuhan yang sangat lambat. Karena kerangka karang dari porites sangat kuat, keberadaan karang ini
di laut sering di kaitkan dengan perlindungan pantai dari abrasi. Karang massive porites juga dapat dijadikan sebagai pemberi informasi kondisi lingkungan perairan di masa lalu karena skeletonnya merupakan perekam yang baik terhadap perubahan suhu, nutrient dan pencemar [3]. Beberapa karang massive yang memiliki pertumbuhan lambat memiliki adaptasi terhadap pasang dan surut perairan dengan membentuk mikro atoll, yakni matinya bagian atas dari koloni karang dikarenakan beradaptasi dengan tinggi perairan. Bagian koloni yang mati ini biasanya akan ditumbuhi alga atau dimangsa oleh bio-eroder (ikan karang dan
545| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 8 ] - O k t i y a s M u z a k y L u t h f i , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
echinoid) sehingga akan membentuk lobang menyerupai donat. Kebanyakan koloni karang yang sering membentuk mikro atoll di daerah rataan terumbu adalah karang massive Porites, Goniastrea dan Platygira. Namun ada bentuk pertumbuhan foliose dan branching juga membentuk mikro atoll [4]. Lingkungan adalah factor yang dapat mempengaruhi bentuk pertumbuhan pada karang. Pada karang yang berasal dari Pocilloporidae (Pocillopora damicornis dan Seriatopora hystrix) akan memiliki percabangan yang besar dengan bentuk gumpalan ketika berada pada kondisi dengan arus deras dan kebalikannya apabila arus perairan pelan bentuk percabangan dari karang tersebut cenderung kecil dan terbuka [5]. Perubahan bentuk pertumbuhan (plasticity) merupakan respon terhadap hidrodinamika perairan. Hal yang sama juga terjadi pada karang porites, akibat adanya plasticity ini para peneliti sering mengalami kesalahan, karang massive Porites evermanni dari perairan Panama diidentifikasi sebagai P. lobata [6]. Ilmu taksonomi karang (scleractinia) berdasarkan morfologi karang selalu berkembang dan sangat dinamis terutama yang memiliki polip kecil, seperti karang Porites. Kesulitan identifikasi pada karang Porites juga beraneka ragamannya bentuk pertumbuhan karang ini dari merayap (encrusting), bercabang (branching), sub massive dan massive yang dipengaruhi oleh factor lingkungan [6]. Genus Porites pertama kali diperkenalkan oleh Link pada tahun 1807 dan Gray pada 1842 mengelompokkan kedalam family Poritidae. Porites sendiri diperkirakan sudah ada sejak 20 juta tahun yang lalu dan kemungkinan adalah berasal dari Goniopora yang mengalami pengurangan jumlah septa dari 24 menjadi 12 [7]. Karang Porites di wilayah laut selatan Jawa dapat ditemukan tumbuh didaerah reef flat dan menempel pada tebing-tebing karang sepanjang pantai dari Sendang Biru menuju ke barat (Kondang Buntung, Kondang Merak, Kondang Iwak dan Selok [8]. Pada wilayah Kondang Merak (112°30'19.80"BT 112°31'18.69"BT dan 8°24'14.14"LS - 8°24'15.90"LS) karang Porites berukuran antara 30-200 cm (diameter) dengan bentuk koloni seperti helm dan mikro atoll. Sedangkan di kawasan perairan Sendang Biru bervariasi juga hingga ada yang berukuran lebih dari 200 cm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karang-karang massive Porites menggunakan pendekatan skeleton morfologi dari karang Porites yang berada pada pesisir selatan Jawa. II. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Lokasi penelitian
2016
Penelitian dilakukan di Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada bulan Mei-Juli 2015. Dua stasiun penelitian telah ditentukan yaitu sebelah barat dan timur, kedua lokasi ini dipisahkan dengan sebuah batu karang yang besar stasiun 1 (8o23’48.57”LS-112o31’8.72”BT) dan stasiun 2 (8o23’48.57”LS-112o31’5.18”BT). Selanjutnya, kami menggunakan metode belt transect [9] untuk mengetahui distribusi dan sebaran karang massive Porites yang ada diperairan ini. Dengan metode inilah akan diketahui mana karang yang sudah diambil sampelnya dan mana yang belum.
Gambar 1. Lokasi penelitian 2.2 Pengambilan sampel Pengambilan sampel (fragment) dilakukan pada bagian atas koloni yang biasanya memliki polip lebih besar dibandingkan dengan area bawah koloni, dan memiliki bentuk yang jelas. Selain itu bagian atas koloni selalu terkena sinar matahari secara kontinu sehingga diperkirakan luka akibat pengambilan sampel dapat cepat sembuh (recovery). Sampel yang telah diambil kemudian dimasukkan dan disimpan ke dalam plastik klip dan di beri label sesuai tempat pengambilan sampel yang ditemukan.
Gambar 2. Ilustrasi pengambilan sampel pada koloni massive Porites 2.3 Proses bleaching
546| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 8 ] - O k t i y a s M u z a k y L u t h f i , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
Proses pemutihan (bleaching) dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Sampel dengan besar rata-rata 3x3 cm dikeluarkan dari plastic zip lock yang kemudian diikat menggunakan benang kasur sepanjang 20 cm dimana ujung lainnya sudah diikat kertas kalkir (1x3 cm) yang telah dilengkapi dengan identitas karang seperti di plastic zip lock. Sampel kemudian direndam secara bersama-sama kedalam chamber plastic menggunakan larutan 3% sodium hypochlorite, selama 2-3 hari [10]. Peletakkan sampel karang di dalam chamber harus dilakukan secara berhati-hati yakni menjaga agar posisi polip tetap pada bagian atas agar struktur dinding dan septa polip tidak rusak. Setelah 2-3 hari jaringan tisu karang akan mengelupas sehingga hanya akan menyisakan kerangka karang dengan warna sangat putih. Sampel ini kemudian di cuci menggunakan air bersih untuk menghilangkan cairan sodium kloridanya. Setelah bersih sampel karang disimpan kedalam nampan untuk dikeringkan secara alami selama 3 x 24 jam. 2.4 Proses identifikasi morfologi Identifikasi karang massive Porites dilakukan berdasarkan Veron [11] yakni, pertama, pengukuran diameter polip (diukur dari inner wall berhadapan yang terdekat); kedua penghitungan septa pada corallum, ada tiga bentuk septa yang biasanya ditemukan, single, latereal pair dan ventral triplet; ketiga menghitung jumlah dentikel; keempat penghitungan jumlah pali dan juga mengukur tingginya.
Wall
Gambar 3. Skema koralit pada massive Porites
2016
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dua spesies karang massive Porites yang ditemukan dilokasi penelitian yaitu P. lobata dan P. lutea, sebaran keduanya dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Data koloni yang teridentifikasi No
Stasiun
Tran sek
1
1
1
2
2
Total
P.lobata (Kolomi)
P.lutea (Koloni)
Ket.
4
1
2 MA
2
5
2
1 MA
3
5
5
3 MA
1
5
2
4 MA
2
3
2
1 MA
3
1
4
23
16
11
Keterangan : (MA) mikro atol 3.1 Sebaran Porites Sebanyak 39 koloni karang porites dari kedua stasiun pengamatan dan setelah dilakukan identifikasi telah teridentifikasi 23 koloni dengan jenis karang P. lobata dan 16 koloni dengan jenis karang P. lutea. Berdasarkan table 1 dapat dilihat, jumlah karang P. lobata yang ditemukan pada stasiun 1 adalah 14 koloni dan 8 koloni karang P. lutea pada stasiun 1, kemudian 9 koloni karang P. lobata dan 8 koloni karang P. lutea pada stasiun 2. Sedangkan karang porites yang membentuk mikro atol sebanyak 11 koloni atau sekitar 28,2 % dari 39 koloni karang yang ditemukan. Mikro atoll dapat ditemukan pada semua stasiun dengan sebaran 6 koloni MA pada stasiun 1, dan 5 koloni MA pada stasiun 2. Semua karang Porites yang ditemukan membentuk gugusan mikro atol telah teridentifikasi ke dalam spesies karang P. lobata. 3.2 Identifikasi karang massive Porites 3.2.1 Porites lobata Koloni Porites lobata yang ditemukan di lapangan, koloni tersebut berwarna ungu dan krem (coklat kekuningan) dengan diameter bervariasi dari 40 cm hingga 2 m. Diameter koralit pada P. lobata sekitar 0,79 mm, diameter koralit dihitung dari inner wall karang. Ciri khas dari semua Porites adalah terdapatnya pali, pada karang P. lobata pali berjumlah 8 buah (Gambar 4, no. 2-9). Pali merupakan pilar yang berada pada bagian dalam sebuah septa yang berlokasi berdekatan dengan koralum karang [12]. P. lobata 4 lateral pairs, single septa dan 1 free ventral triplet (Gambar 4). Dilapangan jenis P. lobata sangat mudah dikenali karena memiliki pali dan kolumela [13].
547| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 8 ] - O k t i y a s M u z a k y L u t h f i , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
Gambar 4. Corallum dari P. lobata. S1-12: Septa no1-12. No 1: Columella, no 2-9: pali
Warna karang yang keunguan dan kream merupakan hasil dari pewarnaan yang dihasilkan oleh alga symbiont dinoflagelata (Symbiodinium spp) yang disebut pigment. Pigment yang dimiliki alga ini akan menyerap sinar tampak dan tidak menyerap pada sinar UV. Apabila dilihat pada tingkat cellular level, pigment yang berada dijaringan epidermis karang akan berada di atas zooxanthellae apabila berada pada intensitas cahaya tinggi dan berada dibawah zooxanthellae pada intensitas cahaya rendah. Fungsi sementara pigment diketahui sebagai penyerap gelombang elektro magnetic pendek untuk membantu fotosintesis [14]. Karang P. lobata dan P. lutea memiliki kesamaan ciri pada morfologi fisiknya, yaitu memiliki bentuk pertumbuhan massive, helm shape memiliki hillocky pada permukaan koloni dan terkadang membentuk mikro atoll [11]. Mikro atoll adalah kejadian umum pada karang yang memiliki pertumbuhan lambat seperti massive Porites dimana bagian atas dari koloni akan mati dan bagian samping berupa koloni yang masih hidup [15]. Mikro atoll yang terbentuk dari P. lobata dan P. lutea dapat mencapai diameter 9 m [16]. 3.2.2 Porites lutea Porites lutea yang ditemukan di lokasi penelitian berwarna krem ke abu-abuan. Dengan bentuk morfologi massive dan helm shape memiliki diameter antara 40-200 cm. Perbedaan struktur kerangka (skeleton) karang ini dengan P. lobata adalah jumlah yang dimiliki. P. lutea memiliki pali hanya 5 buah, yang terletak disetiap single septa, pertemuan silang pada duplet dan triplet. Juga khusus pada karang ini ditemukan radii yang merupakan penghubung anatara pali dengan konesteum (Gambar 5). Diameter koralit karang P. lutea kurang dari 1 mm atau 0,75 mm, dengan jumlah septa 12 (Gamber 5 no 1-12). P. lutea
2016
umum ditemukan didaerah fringing reef hampir diseluruh perairan [11]. Pertumbuhan normal dari koloni karang P. lutea adalah massive (memiliki pertumbuhan dengan arah yang sama shingga akan membentuk seperti bulatan), namun apabila terjadi sedimentasi tinggi maka bentuk pertumbuhannya akan berubah menjadi merayap-tebal (thick-encrusting) dan membentuk kolom keatas. Pengaruh lingkungan terhadap bentuk pertumbuhan karang ini disebut sebagai plasticity (kelenturan) dari system kerangka karang akibat pengaruh lingkungan [17]. Persebaran karang P. lutea sangat luas berada pada kedalaman kurang dari 15 m. Bentuk pertumbuhan karang yang ditemukan pada lokasi penelitian ada yang menyerupai kolom disebut juga columnar yang berate mengindikasikan adanya tekanan lingkungan yang sangat kuat (sediment, ombak dan kompetisi) didaerah tersebut. Pembentukan kolom pada bentuk pertumbuhan pada karang P. lutea dilakukan secara bertahap, yakni ketika ada koloni yang mengalami kematian akan digunakan sebagai substrat oleh koloni yang hidup sehingga akan terbentuk lapisan-lapisan [18]. Karang P. lutea juga banyak ditemukan didaerah penelitian juga membentuk mikro atoll, dan ini umum ditemukan di suluruh perairan di sekitar Indo-Pasifik [19].
Gambar 5. Corallum dari P. lutea. S1-12: Septa no1-12. No 1: Columella; no 2-6: pali; garis biru ( ) : radii
Variabilitas morfologi karang Porites berbentuk massive telah banyak mendapatkan perhatian sejak lama [11], varibilitas ini dipengaruhi oleh lingkungan, genetic atau kombinasi keduanya. P.lobata dan P. lutea yang hidup pada kedalaman kurang dari 4 m akan memiliki bentuk pertumbuhan membulat (massive sempurna) hingga dapat tumbuh hingga mencapai 300 cm diameternya. Pada daerah reef flat karang ini mampu membentuk mikro atoll hingga berbentuk encrusting dengan ketebalan kurang lebih 0,5 meter atau kurang.
548| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 8 ] - O k t i y a s M u z a k y L u t h f i , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
IV. KESIMPULAN
Ada 2 spesies karang massive yang ditemukan didaerah reeflat pantai Kondang Merak, yaitu P. lobata dan P. lutea. Sebanyak 23 koloni P. lobata dan 16 koloni karang P. lutea ditemukan dalam penelitian ini. Plastisitas pada karang adalah menjadi tantangan untuk melakukan identifikasi menggunakan morfologi untuk saat ini, akan banyak ditemukan variasi-variasi skeleton walaupun masih dalam 1 spesies. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami ucapkan sebesar-besarnya kepada rekan-rekan mahasiswa kelompok studi terumbu karang Acropora, juga sudari Dariel Varaghi dan Putri Z. Alviana yang telah membantu pelaksanaan penelitian di lapangan. Penelitian ini adalah bagian dari program PUPT yang didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan nomor: 007/Add/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/ V/2015, tanggal 12 Mei 2015. DAFTAR PUSTAKA [1] Tomascik, T., 1997. The ecology of the Indonesian seas. Oxford University Press [2] Pichon, M., 2011. Porites. In Encyclopedia of Modern Coral Reefs (pp. 815-821). Springer Netherlands. [3] Beck, J.W., Edwards, R.L., Ito, E., Taylor, F.W., Recy, J., Rougerie, F., Joannot, P. and Henin, C., 1992. Seasurface temperature from coral skeletal strontium/calcium ratios. Science, 257(5070), pp.644647. [4] Smithers, S., 2011. Fringing reefs. In Encyclopedia of Modern Coral Reefs (pp. 430-446). Springer Netherlands. [5] Kaandorp JA (1999) Morphological analysis of growth forms of branching marine sessile organisms along environmental gradients. Marine Biology 134: 295–306 [6] Forsman, Z., Wellington, G.M., Fox, G.E. and Toonen, R.J., 2015. Clues to unraveling the coral species problem: distinguishing species from geographic variation in Porites across the Pacific with molecular markers and microskeletal traits. PeerJ, 3, p.e751 [7] Yu, K., Liu, D., Shen, C., Zhao, J., Chen, T., Zhong, J., Zhao, H. and Song, C., 2002. High-frequency climatic oscillations recorded in a Holocene coral reef at Leizhou Peninsula, South China Sea. Science in China Series D: Earth Sciences, 45(12), pp.1057-1067.
2016
Nature Reserve Malang. Research Journal of Life Science, 2(2).. [9] English, S.S., Wilkinson, C.C. and Baker, V.V., 1994. Survey manual for tropical marine resources. Australian Institute of Marine Science (AIMS). [10] Chen, K.S., Hsieh, H.J., Keshavmurthy, S., Leung, J.K.L., Lien, I.T., Nakano, Y., Plathong, S., Huang, H. and Chen, C.A., 2011. Latitudinal gradient of morphological variations in Zebra Coral Oulastrea crispata (Scleractinia: Faviidae) in the West Pacific. Zool Stud, 50, pp.43-52. [11] Veron, J.E.N., 2000. Corals of the World, vol. 1–3. Australian Institute of Marine Science, Townsville. [12] Brakel, W.H., 1977, June. Corallite variation in Porites and the species problem in corals. In Proceedings of the Third International Coral Reef Symposium (Vol. 1, pp. 457-462). [13] López-Pérez, R.A., 2013. Species composition and morphologic variation of Porites in the Gulf of California. Coral reefs, 32(3), pp.867-878. [14] Dove, S.G., Hoegh-Guldberg, O. and Ranganathan, S., 2001. Major colour patterns of reef-building corals are due to a family of GFP-like proteins. Coral reefs, 19(3), pp.197-204. [15] Meltzner, A.J. and Woodroffe, C.D., 2015. Coral microatolls. Handbook of Sea-Level Research, pp.125-145. [16] Scoffin, T.P., and Stoddart, D.R. (1978) The nature and significance of microatolls, Philosophical Transactions of the Royal Society, London, Series B, 284, 99–122. [17] Roder, C., Jantzen, C., Schmidt, G.M., Kattner, G., Phongsuwan, N. and Richter, C., 2011. Metabolic plasticity of the corals Porites lutea and Diploastrea heliopora exposed to large amplitude internal waves. Coral Reefs, 30(1), pp.57-69; Tudhope, A.W. and Scoffin, T.P., 1994. Growth and structure of fringing reefs in a muddy environment, South Thailand. Journal of Sedimentary Research, 64(4). [18] Sheppard, C.R., Davy, S.K. and Pilling, G.M., 2009. The biology of coral reefs. OUP Oxford.
[19] Ash, J., 1987. Holocene sea levels in northern Viti Levu, Fiji. New Zealand journal of geology and geophysics, 30(4), pp.431-435.
[8] Luthfi, O.M., 2015. Growth Rate of Staghorn Coral (Acropora) on Coral Garden Program at Sempu
549| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 8 ] - O k t i y a s M u z a k y L u t h f i , d k k