Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR Gio Mohamad Johan1
ABSTRAK
Studi penelitian ini berupaya mengungkap fenomena kedwibahasaan yang terjadi pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SDN 1 Galagamba Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik analisis data kualitatif. Tidak dapat disangkal bahwa siswa sekolah dasar merupakan dwibahasawan, bahkan ada yang multibahasawan. Hal tersebut sebenarnya bukan hal baru bagi para pemerhati maupun pakar bahasa. Fenomena kedwibahasaan sudah lama ada dan disadari dalam dunia pendidikan, khususnya di sekolah dasar. Tidak dapat dibantah pula bahwa sistem persekolahan merupakan sarana pengembangan bahasa siswa yang efektif. Sekolah merupakan tempat yang ideal dalam proses pengembangan bahasa. Kendati demikian, secara kuantitatif dan kualitatif fenomena kedwibahasaan lebih sering terjadi di rumah dibandingan dengan di sekolah. Kata Kunci: Bahasa, Kedwibahasaan, Siswa Sekolah Dasar.
1
Gio Mohamad Johan, Dosen STKIP Bina Bangsa Getsempena Email:
[email protected] ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|57
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… (B1) bahasa daerah dan bahasa kedua (B2)
PENDAHULUAN Manusia
lahir
dibekali
bahasa Indonesia. Melengkapi pendapat di
dengan bahasa sebagai salah satu keunggulan
atas, temuan dalam penelitian ini juga
dibandingkan dengan makhluk lainnya yang
mendukung pendapat Hastuti (2003:18), yang
diciptakan
mengungkapkan
Tuhan.
di
dunia
Manusia
dan
bahasa
bahwa
seseorang
yang
merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat
mempunyai kemampuan dalam menggunakan
dipisahkan, sehingga bahasa dapat menjadi
dua bahasa secara berganti-ganti disebut
salah satu ciri keistimewaan manusia. Tidak
dwibahasawan. Berkaitan dengan hal tersebut,
dapat dipungkiri kenyataan bahwa orang
siswa setidaknya menggunakan bahasa daerah
Indonesia merupakan dwibahasawan, bahkan
dan
multibahasawan.
komunikasi sehari-hari.
Hal
ini
tampak
dari
penggunaan dua bahasa atau bahkan lebih yang
digunakan
oleh
sebagian
bahasa
besar
lebih
jauh
proses
oleh Siswa Sekolah Dasar Perkembangan
membahas
dalam
1. Penguasaan Dua Bahasa Atau Lebih
masyarakat Indonesia. Sebelum
Indonesia
pengetahuan
turut
dan
menyumbang
dengan kontak bahasa, sudah sepatutnya
kedwibahasaan sebagai salah satu wujud
dibahas
mengenai
gejala kebahasaan juga turut berkembang.
dwibahasawan. Hal ini disebabkan masyarakat
Hingga saat ini belum ada kesepakatan
Indonesia merupakan sosok dwibahasawan,
bersama mengenai definisi kedwibahasaan.
bahkan multibahasawan karena menguasai
Hal itu senada dengan Suwito (1983:40) yang
lebih dari dua bahasa. Masyarakat Indonesia
menegaskan bahwa istilah kedwibahasaan
setidaknya menggunakan bahasa daerah dan
merupakan istilah yang pengertiannya bersifat
bahasa Indonesia dalam komunikasinya sehari-
nisbi atau relatif.
hari. Berdasarkan temuan penelitian yang
pengertian
dilakukan pada siswa kelas IV SDN 1
berubah-ubah dari masa ke masa bergantung
Galagamba
kepada kondisi.
menunjukkan
bahwa
mereka
menggunakan lebih dari satu bahasa. Mereka
kini.
masalah
kebahasaan
dahulu
masa
ilmu
pengertian kedwibahasaan yang berkaitan
terlebih
pada
zaman
Hal ini disebabkan
kedwibahasaan
Meskipun
Fenomena
yang
demikian,
istilah
sering mencampurkan penggunaan bahasa
kedwibahasan
daerah dan bahasa Indonesia, bahkan lebih
penggunaan dua bahasa. Dalam hal ini
sering menggunakan bahasa daerah. Maka
Weinreich
dapat disimpulkan bahwa mereka merupakan
pengertian kedwibahasaan bukan hanya pada
dwibahasawan. Hal tersebut sesuai dengan
kefasihan penguasaan dua bahasa yang sama
pendapat
baiknya,
Pranowo
(2014:103)
yang
tetap
selalu
mengacu
(1970:1)
melainkan
pada
menitikberatkan
pada
kemampuan
mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia
pengguna bahasa dalam menggunakan dua
pada
bahasa
umumnya
tergolong
masyarakat
dwibahasa. Mereka menguasai bahasa pertama ISSN 2355-0066
secara
bergantian
dalam
berkomunikasi. Hal tesebut sesuai dengan Jurnal Tunas Bangsa|58
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… temuan penelitian pada penggunaan bahasa
2. Kebijakan Terkait Bahasa Daerah
daerah yang dituturkan oleh siswa kelas IV
Di
wilayah
Kabupaten
Cirebon
SDN 1 Galagamba yakni bahasa Cirebon. Hal
terdapat muatan lokal wajib berupa mata
ini didasarkan pada pengamatan peneliti
pelajaran Bahasa Cirebon yang diberikan
terhadap bahasa yang digunakan oleh siswa.
kepada siswa sejak kelas I hingga kelas VI
Meskipun
sekolah dasar. Muatan wajib tersebut bahkan
siswa
menggunakan
bahasa
Indonesia, tetapi mereka lebih cenderung
diberikan
hingga
menggunakan
menengah.
Hal
bahasa
daerahnya
sebagai
jenjang tersebut
pendidikan tentu
dapat
bahasa yang digunakan dalam pergaulan
menyebabkan percampuran dua bahasa yang
sehari-hari.
tidak dapat dihindari. Terlebih, guru juga
Hal tersebut juga sejalan dengan
masih menggunakan bahasa daerah sebagai
pendapat Mackey (dalam Chaer dan Agustina,
bahasa pengantar dalam pembelajaran bagi
2010:84)
siswa di
yang
mengungkapkan
bahwa
kelas
awal. Hal
inilah
kedwibahasaan diartikan sebagai penggunaan
menyebabkan
dua bahasa oleh seorang penutur dalam
bilingualisme awal pada siswa sekolah dasar.
pergaulannya
Berkaitan
dengan
orang
lain
secara
terjadinya
yang
dengan
pendapat
fenomena
sebelumnya,
bergantian. Untuk dapat menggunakan dua
Rodriguez (2015:177) mengungkapkan bahwa
bahasa
harus
bilingualisme awal dipahami sebagai akuisisi
menguasai kedua bahasa. Bahasa pertama
dan pengembangan dua bahasa (B1 dan B2) di
dalam ini adalah bahasa yang pertama kali
tahun-tahun awal sekolah anak, baik secara
dikenalkan pada orang tersebut biasanya
serentak atau secara berurutan.
tersebut
tentunya
seorang
berupa daerah atau bahasa ibunya atau bahasa
Penggunaan bahasa yang bergantian
pertamanya dan bahasa kedua yang kedua
sebagai bahasa pengantar di kelas awal
bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya.
disebabkan karena masih terbatasnya kosakata
Berkaitan dengan hal itu, penguasaan
yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru
terhadap dua bahasa atau lebih memungkinkan
terkadang
orang-orang di dunia modern dapat bersaing
daerah sebagai padanan kata (sinonim) dari
secara kompetitif untuk dapat tampil di
maksud
yang
berbagai bidang. Untuk negara-negara yang
tersebut
sesuai
masih berada pada tahap berkembang, proses
(2010:4),
bilingualisme telah mendapatkan perhatian
pendidikan
lebih karena hal itu dapat menawarkan
memperbolehkan dipakainya bahasa daerah
berbagai peluang yang cukup menjanjikan
asal
pada ranah komunikasi untuk menghadapi era
prasekolah sampai kelas tiga sekolah rendah.
global.
menggunakan
hendak
bahasa
disampaikan.
Hal
dengan pendapat
Hartati
mengungkapkan
sistem
yang
sebagai
kosakata
di
bahasa
Indonesia
pengantar
masih
mulai
Penggunaan dua bahasa yang berbeda itu seperti pada penguasaan bahasa Indonesia dengan penguasaan bahasa Cirebon bagi orang
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|59
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… Cirebon maka dapat dikatakan dwibahasawan.
dengan bahasa daerahnya. Hal ini telah
Seseorang dapat dikatakan multibahasawan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
apabila orang tersebut menguasai lebih dari
sehingga
dua bahasa sepeti bahasa Indonesia, bahasa
penguasaan
Cirebon, dan bahasa asing lainnya seperti
memberikan
bahasa Inggris maka baru dapat dikatakan
Indonesia.
orang tersebut multibahasawan. Hal itu sejalan
tidak
menutup
bahasa
daerah
pengaruh
Situasi
kemungkinan siswa
akan
terhadap
kedwibahasaan
bahasa
di
seluruh
dengan Lado (dalam Chaer dan Agustina,
wilayah Indonesia menimbulkan pengaruh
2010:86)
bahwa
yang cukup besar dalam penggunaan bahasa.
kemampuan
Terdapat kecenderungan pada siswa bahwa
menggunakan bahasa oleh seseorang dengan
bahasa daerah merupakan bahasa pertamanya,
sama baik atau hampir sama baiknya, yang
sedangkan
secara teknis mengacu pada pengetahuan akan
bahasa
dua bahasa.
mengherankan
yang
kedwibahasaan
mengemukakan sebagai
3. Pengaruh Bahasa Daerah Terhadap
bahasa
Indonesia
keduanya.
Maka,
apabila
merupakan tentu
dapat
tidak
dijumpai
kesalahan dalam setiap bidang linguistik yang
Bahasa Lain
disebabkan oleh pengaruh bahasa daerah. Hal
Kedwibahasaan telah menjadi suatu
tersebut karena memang begitu kuatnya
kenyataan yang tidak dapat terelakkan dalam
pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa
bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dalam
Indonesia.
pemakaian dua bahasa atau lebih dalam
Fenomena kedwibahasaan siswa di
percakapan sehari-hari. Pengguna bahasa sejak
sekolah
usia dini telah mengenal bahasa ibu yang
interferensi
biasanya
Setelah
terjadinya kesalahan berbahasa. Interefernsi
memasuki usia sekolah, barulah pengguna
merupakan akibat dari kedwibahasaan pada
bahasa
siswa.
berupa
biasanya
bahasa
daerah.
mendapat
pengetahuan
dasar
erat
yang
kaitannya dapat
Sebenarnya
dengan
menyebabkan
memang
sebagian
tentang bahasa lain seperti bahasa Indonesia,
dwibahasawan dapat menjaga bahasa yang
bahasa Inggris dan bahasa lainnya sebagai
dipakainya
dari
bahasa kedua atau ketiga dan seterusnya.
sebagian
besar
Berdasarkan hal tersebut, maka tampak jelas
menghindari
kemajemukan bahasa yang ada di Indonesia.
mengungkapkan ide atau pikirannya dalam
interferensi, akan dwibahasawan
terjadinya
interferensi.
tetapi sulit Saat
Seluruh siswa kelas IV SDN 1
bahasa lisan, bahasa daerah dan bahasa
Galagamba sejak usia dini telah terlebih
Indonesia yang dikuasai siswa masih saling
dahulu akrab dengan bahasa daerahnya.
memengaruhi. Hal itu dapat dapat dibuktikan
Setelah memasuki usia sekolah barulah siswa
dengan munculnya pengaruh bahasa daerah
mengenal
yang ditemukan dalam proses diskusi siswa.
bahasa
Indonesia,
meskipun
memang sebagian kecil siswa juga sudah mengenal bahasa Indonesia secara bersamaan ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|60
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… 4. Interferensi Sebagai Salah Satu
itu
sebelumnya, Wenreich (dalam Chaer dan
Akibat Kedwibahasaan
Agustina, 2010:120) menyebut interferensi
Bahasa bersifat dinamis oleh karena
sebagai
selalu
mengalami
perubahan
serta
perubahan
sehubungan
sistem
dengan
suatu
adanya
bahasa
persentuhan
pergeseran. Perubahan dan pergeseran tersebut
bahasa tersebut dengan adanya persentuhan
dapat terjadi karena adanya perubahan politik,
bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa
sosial, ekonomi, dan budaya. Bahasa sebagai
lain yang dilakukan oleh penutur yang
bagian integral suatu kebudayaan tidak dapat
bilingual.
lepas dari kontak yang ditimbulkan oleh
Setiap orang di Indonesia menguasai
pemakaian bahasa. Kontak karena kepentingan
lebih dari satu bahasa, bahkan terdapat
bidang politik, pendidikan, ekonomi, ilmu
beberapa orang yang mampu menguasai
pengetahuan, dan lainnya dapat menyebabkan
beberapa
suatu bahasa terpengaruh oleh bahasa yang
dwibahasa atau multibahasa tidak menutup
lain.
kemungkinan dapat mengakibatkan gesekan
bahasa
sekaligus.
Penguasaan
Bahasa Indonesia telah lama hidup
dalam penggunaan bahasa. Hal tersebut dapat
secara berdampingan dengan bahasa-bahasa
mengakibatkan bahasa satu dengan yang
daerah. Maka, suatu kewajaran apabila terjadi
lainnya saling memengaruhi. Akibat yang
proses saling memengaruhi antara bahasa
ditimbulkan dari gesekan tersebut adalah
Indonesia dan bahasa daerah. Proses saling
terjadinya
interferensi
memengaruhi inilah yang dikenal dengan
tersebut
sejalan
istilah interferensi. Hal itu sejalan dengan
Suwito (1983:39-40) yang mengungkapkan
pendapat
bahwa
Alwasilah
(1985:132),
yang
apabila
kebahasaan. dengan
dua
bahasa
Hal
pendapat
atau
lebih
mengungkapkan bahwa interferensi berrati
digunakan secara bergantian oleh penutur yang
adanya saling pengaruh antarbahasa. Pengaruh
sama, dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut
itu dalam bentuk yang paling sederhana berupa
dalam keadaan saling kontak. Dalam setiap
pengambilan satu unsur dari satu bahasa dan
kontak
digunakan dalam hubungannya dengan bahasa
mempengaruhi antara bahasa satu dengan
lain.
bahasa yang lain. Pada
akhirnya
proses
saling
bahasa
terjadi
proses
saling
METODE PENELITIAN
memengaruhi antara bahasa yang satu dengan
Penelitian ini menggunakan pendeatan
bahasa yang lain tidak dapat dihindarkan.
kualitatif
Persentuhan
dapaat diartikan sebagai proses pemeahan
kedua
bahasa
tersebut
deskriptif.
masalah
bahasa dapat mengakibatkan perubahan sistem
menggambarkan keadaan subjek dan objek
suatu
oleh
penelitian dengan jelas dan apa adanya. Subjek
pengambilan unsur suatu bahasa ke dalam
penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV
bahasa
SDN
yang
yang
lain.
ISSN 2355-0066
disebabkan
Mendukung pendapat
1
diselidiki
deskriptif
menimbulkan adanya kontak bahasa. Kontak
bahasa
yang
Penelitian
Galagamba.
dengan
Penelitian
ini
Jurnal Tunas Bangsa|61
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… menggunakan beberapa metode pengumpulan
tertentu. Langkah-langkah yang ditempuh
data seperti angket dan wawancara. Analisis
adalah menghitung frekuensi jawaban yang
data yang digunakan dalam penelitian ini
terdapat di dalam angket dan diprersentasekan.
adalah teknik analisis data deskriptif, artinya
Hasil dari persentase tersebut dapat dijadikan
seluruh data yang terkumpul diolah secara
landasan dalam menarik kesimpulan penelitian
nonstatistik guna menggambarkan situasi hasil
ini.
penelitian.
mengenai kedwibahasaan siswa kelas IV di
HASIL DAN PEMBAHASAN
SDN 1 Galagamba, diperoleh data penelitian
Hasil angket yang sudah terkumpul,
Berdasarkan
hasil
jawaban
angket
yang selanjutnya ditabulasikan ke dalam
kemudian dianalisis dan diolah dengan metode
beberapa tabel dibawah ini.
Tabel 1 Pemerolehan Bahasa oleh Siswa Sekolah Dasar Pemerolehan Bahasa Bahasa Pertama Bahasa Kedua
Bahasa Cirebon Jumlah %
Bahasa Indonesia Jumlah %
Lain-lain Jumlah %
Jumlah
33
70,21
14
29,79
0
0
47
14
29,79
33
70,21
0
0
47
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
Cirebon berjumlah 14 orang (29,79%) dan
dalam pemerolehan bahasa pertama dan kedua
bahasa Indonesia 33 orang (70,21%). Dapat
oleh siswa kelas IV SDN 1 Galagamba
dikatakan
berbeda-beda. Siswa yang bahasa pertama
mendominasi
bahasa Cirebon berjumlah 33 orang (70,21%)
pemerolehan pertama pada bahasa subjek,
dan bahasa Indonesia berjumlah 14 orang
sedangkan bahasa Indonesia lebih cenderung
(29,79%). Siswa yang bahasa kedua bahasa
diperoleh sebagai bahasa kedua pada subjek.
bahwa
bahasa
sebagian
Cirebon besar
lebih dalam
Tabel 2 Penggunaan Bahasa oleh Siswa Pengunaan Bahasa Bahasa di rumah Bahasa dilingkungan keluarga Bahasa dilingkungan tetangga dan tempat bermain Bahasa dengan teman di sekolah Bahasa dengan guru di sekolah
ISSN 2355-0066
Bahasa Cirebon Jumlah % 35 74,47
Bahasa Indonesia Jumlah % 11 23,40
Lain-lain Jumlah % 1 2,13
Jumlah 47
24
51,06
20
42,55
3
6,38
47
36
76,60
8
17,02
3
6,38
47
25
53,19
15
31,91
7
14,89
47
0
0
41
87,23
6
12,77
47
Jurnal Tunas Bangsa|62
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… Berdasarkan
tabel
penggunaan
dan 8 orang (17,02%) yang menggunakan
bahasa yang dilakukan oleh siswa di atas
bahasa Indonesia, serta 3 orang (6,38%)
menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang
menggunakan
dilakukan oleh siswa kelas IV SDN 1
keduanya. Siswa yang dengan teman di
Galagamba berbeda-beda. Siswa yang di
sekolah
lingkungan rumahnya menggunakan bahasa
berjumlah 25 orang (53,19%),
Cirebon berjumlah 35 orang (74,47%) dan 11
(31,91%) menggunakan bahasa Indonesia,
orang (23,40%) yang menggunakan bahasa
serta 7 orang (14,89%) menggunakan bahasa
Indonesia. Siswa yang di lingkungan keluarga
campuran
menggunakan bahasa Cirebon berjumlah 24
menggunakan bahasa Indonesia dengan guru
orang (51,06%) dan 20 orang (42,55%) yang
di sekolah berjumlah 41 orang (87,23%) dan 7
menggunakan bahasa Indonesia serta 3 orang
orang
(6,38%)
campuran
campuran
antara keduanya. Siswa yang dilingkungan
Indonesia.
tetangga dan tempat bermain menggunakan
Tabel 3 Waktu Pemerolehan Bahasa oleh
bahasa Cirebon berjumlah 36 orang (76,60%)
Siswa
menggunakan
Waktu Bahasa Bahasa Pertama Bahasa Kedua
2
bahasa
Sejak kecil Jumlah %
Sejak SD Jumlah %
bahasa
campuran
menggunakan
antara
(12,77%) antara
bahasa
keduanya.
antara
Cirebon 15 orang
Siswa
menggunakan bahasa
Lain-lain Jumlah %
yang
bahasa
Cirebon
dan
Jumlah
31
65,96
16
34,04
0
0
47
16
34,04
31
65,96
0
0
47
Berdasarkan tabel 3 menunnjukan
memperoleh bahasa kedua (bahasa Indonesia)
bahwa waktu pemerolehan bahasa siswa kelas
sejak kecil berjumlah 16 orang (34,04%) dan
IV SDN 1 Galagamba berbeda-beda tiap
sejak SD berjumlah 31 orang (65,96%). Waktu
siswa. Perlu diketahui dalam hal ini sejak kecil
pemerolehan bahasa pertama sejak kecil lebih
merupakan masa siswa mulai belajar mengenal
besar dibanding sejak di SD, hal ini dapat
bahasa sampai siswa sebelum memasuki
disebabkan karena sebagian besar siswa sejak
bangku sekolah dasar, sedangkan sejak SD
kecil di lingkungan keluarga dalam pola
merupakan masa dimana siswa mulai duduk di
pembelajaran bahasanya bahasa Ibu
sekolah dasar. Siswa yang memperoleh bahasa
dominan digunakan, sedangkan waktu untuk
pertama
kecil
pemerolehan bahasa kedua hampir berimbang
berjumlah 31 orang (65,96%) dan sejak SD
antara sejak masa kecil dan sekolah dasar.
(bahasa
Cirebon)
sejak
lebih
berjumlah 16 orang (34,04%). Siswa yang
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|63
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa…
Tabel 4 Tempat Pemerolehan Bahasa oleh Siswa Sekolah Dasar Tempat Di rumah Di sekolah Lain-lain Bahasa Jumlah % Jumlah % Jumlah % Bahasa 35 74,47 12 25,53 0 0 Cirebon Bahasa 11 23,40 26 55,32 10 21,28 Indonesia Berdasarkan informasi
bahwa
tabel
4
tempat
diperoleh
mengenal
dan
Jumlah 47 47
fenomena kedwibahasaan yang terjadi di sekolah,
dapat
menunjukkan
bahwa
mempelajari bahasa siswa kelas IV SDN 1
masyarakat Indonesia pada umumnya sudah
Galagamba sangat berbeda-beda. Siswa yang
terbiasa menguasai lebih dari satu bahasa,
mengenal dan mempelajari bahasa Cirebon di
bahkan ada yang mengunakan dan menguasai
rumah sebanyak 35 orang (74,47%) dan yang
lebih dari dua bahasa.
mempelajari disekolah 12 orang
(25,53%).
Berdasarkan hasil analisis data yang
Siswa yang mengenal dan mempelajari bahasa
dilakukan dari awal penelitian hingga akhir,
Indonesia di rumah sebanyak 11 orang
maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV
(23,40%) dan di sekolah 26 orang (55,32%)
SDN 1 Galagamba merupakan dwibahasawan.
serta 10 orang (21,28%) mempelajarinya di
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa
Taqman Kanak-kanak.
guru yang mengajar di kelas IV kadang masih
PENUTUP
mencampuradukan
bahasa
pengantar
Pada intinya fenomena kedwibahasaan
pembelajaran. Hal tersebut karena kosakata
merupakan suatu hal yang wajar terjadi
siswa yang masih terbatas sehingga guru
ditengah
multikultural
masih perlu menggunakan sedikit bahasa
terlebih lagi di sekolah dasar. Kenyataan ini
daerah masuk ke dalam proses pembelajaran
dapat menambah nilai lebih daya saing bangsa
yang berlangsung di kelas.
dalam
masyarakat
menghadapi
ISSN 2355-0066
yang
era
global.
Melalui
Jurnal Tunas Bangsa|64
Gio Mohamad Johan, Identifikasi Kedwibahasaan Siswa… DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. C. (1985). Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa. Chaer, A. dan Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik Perkenal Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Hartati, T. (2010). “Pendidikan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua”. Makalah pada Seminar Antarbangsa (Internasional) Pendidikan Bahasa Melayu Serantau, Beijing. Hastuti, S. (2003). Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Mekarsari, D. O. (2011). Analisis Kesalahan Berbahasa pada Laporan Hasil Wawancara Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo. (Skripsi tidak diterbitkan). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Pranowo. (2014). Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Rodriguez, M. V. (2015). Families and Educators Supporting Bilingualism in Early Childhood. School Community Journal. 25(2). 177-194. Retrieved from http://www.eric.ed.gov/ Setyawati, N. (2010). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka. Suwito. (1983). Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset. Syafyahya, L. dan Aslinda. (2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama. Weinreich, U. (1970). Languages in Contact. Findings and Problems. Cetakan ke-7. Paris: Mouton.
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|65