HUBUNGAN PRAKTEK INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0–12 BULAN Minarsih1, Sri Adiningsih2 1Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen
ABSTRAK Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi yang sangat dibutuhkan olehnya. Selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki emosi yang stabil, spiritual yang matang serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Tetapi ternyata pemberian ASI belum dimanfaatkan secara optimal oleh ibu-ibu bahkan disinyalir ada kecenderungan semakin banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI karena setelah melahirkan kebanyakan ibu ingin segera kembali bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pakis, Kota Surabaya. Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi berumur 0–12 bulan sebesar 92 responden. Responden yang melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini dalam penelitian ini sebesar 29,3% sedangkan responden yang tidak melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini sebesar 70,7%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi negatif yang signifikan antara praktek inisiasi menyusu dini dengan kejadian diare. Pada bayi dengan inisiasi menyusu dini sangat jarang terkena diare. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat korelasi negatif antara praktek inisiasi menyusu dini dengan umur pertama kejadian diare. Bayi mengalami diare pertama kali pada umur tiga hari pada ibu yang tidak melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini dan bayi mengalami diare pertama kali pada umur 90 hari pada ibu yang melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini. Hasil penelitian ini menunjukkan perlu adanya peningkatan pengetahuan bahwa terdapat hubungan antara praktek inisiasi menyusu dini dengan kejadian diare dan umur pertama kejadian diare pada bayi. Pelaksanaan praktek inisiasi menyusu dini sebaiknya diteruskan dengan ASI eksklusif untuk mendapatkan manfaat yang optimal terutama untuk mencegah kejadian diare pada bayi. Kata kunci: inisiasi menyusu dini, diare ABSTRACT Breast milk is the first food choice of baby born but not all mothers have to practice since an hour when the baby born. A lot of mother in hurry start to work again and they live in kampoeng with a bad sanitation that influenced of health of the baby. Puskesmas (Health Center) in Surabaya introduce practice early breastfeeding to pregnant mother since 2009. Early breastfeeding practice which colostrums as antibody in breast milk can protect the baby from incident of diarrhea. This research aims to identify the relationship between early breastfeeding practice and diarrhea case of 0–12 months old babies in Pakis Health Center working area in Surabaya. The research was observational with cross-sectional design hold in sample of 92 mother who have baby 0–12 month old which obtained by simple random sampling method. Data collected was secondary data and primary data which was obtained by questionaire interview to baby’s mother about knowledge, breastfeeding practice and incidence of diarrhea. Data analyzed by Chi Square test with α = 0.05. Dependent variables were diarrhea case and babies age of the first diarhea case whereas independent variable was early breastfeeding practice. Research result showed that early breastfeeding practice could decrease baby’s diarrhea case. It found significant negative correlation in significant of early breastfeeding practice and the incidence of diarrhea (ρ = 0.014 OR = 0.313). Baby with early breastfeeding practice very rare suffer from diarrhea. Result also showed negative correlation between early breastfeeding practice and the age of baby got diarrhea (ρ = 0.049 OR = 0.19). The baby have a first diarrhea in three day of live if mother did not practice in early breastfeeding and baby got diarrhea in 90 day of live if mother practice in early breastfeeding. Conclusion is that there was relationship between early breastfeeding practice and babies diarrhea case. Recommendation is that knowledge improvement about early breastfeeding is needed therefore the benefit can be obtained by baby as well as baby’s mother. Keywords: early breastfeeding inisiation, diarrhea
6
Minarsih dkk., Hubungan Praktek Inisiasi…
PENDAHULUAN ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang sangat dibutuhkan olehnya. Selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki emosi yang stabil, spiritual yang matang serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Tidak ada susu buatan manusia yang dapat mendekati apalagi menyamai keuntungan alami yang diberikan oleh ASI. Keuntungan ini tidak saja diperoleh bayi tetapi juga dirasakan oleh ibu, keluarga, masyarakat, negara bahkan lingkungan (Roesli, 2001). Meskipun keunggulan ASI telah diketahui namun hal tersebut perlu ditunjang oleh cara pemberian ASI yang benar misalnya pemberian ASI segera setelah lahir, pemanfaatan kolostrum dan makanan pendamping yang dimulai pada usia 6 bulan. Tetapi ternyata pemberian ASI belum dimanfaatkan secara optimal oleh ibu-ibu bahkan disinyalir ada kecenderungan semakin banyak ibuibu yang tidak memberikan ASI nya karena setelah melahirkan kebanyakan ibu ingin segera kembali bekerja. Salah satu faktor yang kemungkinan menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya adalah karena kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui sehingga ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada pemberian susu botol/susu formula/lainnya. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2008 (Dinkes Kota Surabaya, 2008), jumlah kasus diare di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya menempati peringkat pertama yaitu sebesar 2.297 kasus, di mana sebesar 986 kasus terjadi pada balita. Puskesmas Pakis merupakan salah satu puskesmas yang memberikan pelayanan persalinan 24 jam dengan empat tempat tidur (4 TT), sembilan bidan, satu pembantu bidan dan satu dokter spesialis anak yang jaga setiap hari rabu. Kejadian diare disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit dan virus. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal-oral antara lain karena tidak memadainya penyediaan air bersih, kurangnya sarana kebersihan (misalnya pembuangan tinja), kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek,
7
penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis, pemberian MP-ASI terlalu dini dan gizi kurang (Mansjoer, 2001). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan praktek inisiasi menyusu dini dan noninisiasi menyusu dini dengan kejadian diare pada bayi umur 0–12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pakis Kota Surabaya. Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi berumur 0– 12 bulan, sebesar 92 responden. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Setiap ibu yang memiliki bayi berumur 0–12 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pakis Kota Surabaya dapat memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pakis Kota Surabaya mulai bulan September 2009–Mei 2010. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu: 1) analisis deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian dan 2) analisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat menggunakan uji chi square dengan α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Pakis sampai akhir tahun 2009 adalah 39.821 jiwa, meliputi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 49,9% (19.883 jiwa) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 50,1% (19.939 jiwa). Jumlah penduduk menurut tabel proyeksi penduduk di wilayah Puskesmas Pakis tahun 2009 adalah balita sebanyak 2967 orang, WUS sebanyak 11.172 orang, PUS sebanyak 4.972 orang, ibu hamil sebanyak 620 orang, ibu bersalin sebanyak 569 orang sedangkan dari data khusus diperoleh angka ASI Eksklusif sebesar 149 orang atau sebesar 26,5% di mana hasil ini belum mencapai target
8
Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 6–12
Tabel 1.
Distribusi silang umur responden yang diklasifikasikan menjadi kurang dari 20 tahun, 20 sampai dengan 30 tahun dan lebih dari 30 tahun terhadap praktek inisiasi menyusu dini dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa responden yang melaksanakan IMD terbanyak terdapat pada kelompok umur 20–30 tahun sebanyak 18 orang atau 66,7%. Namun juga ditemukan responden yang berumur kurang dari 20 tahun dan melaksanakan praktek IMD sebanyak 1 orang atau 3,7% sedangkan pada kelompok nonIMD terbesar terdapat pada kelompok umur 20–30 tahun sebesar 64,6%. Distribusi silang jenis pekerjaan responden yang di klasifikasikan menjadi PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan ibu rumah tangga terhadap praktek inisiasi menyusu dini dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang melaksanakan praktek IMD terbanyak terdapat pada ibu rumah tangga sebanyak 19 orang atau 70,4% sedangkan praktek IMD paling sedikit terdapat pada responden yang
Distribusi Praktek Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010
Praktek Inisiasi Menyusui Dini
Jumlah (n)
Persen (%)
27 65 92
29,3 70,7 100,0
IMD Non-IMD Total
puskesmas yang mencapai 70%. Pada tahun 2009, diare merupakan penyakit terbanyak ketujuh di Puskesmas Pakis Kota Surabaya. Praktek Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam penelitian ini adalah suatu proses menyusui yang dilakukan dalam waktu kurang dari 1 jam setelah melahirkan. Dalam proses ini, bayi baru lahir diletakkan diatas perut ibunya, bayi akan mulai bergerak sendiri mencari puting ibunya dan mulai menyusu sendiri. Hasil penelitian mengenai praktek inisiasi menyusu dini yang disajikan dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa 70,7% responden tidak melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini namun terdapat 27 orang responden yang melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini atau sebesar 29,3%.
Tabel 2.
Distribusi Silang Umur Responden dan Praktek IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010 Praktek IMD
Total
IMD
Kelompok Umur Responden
Non-IMD
n
%
0,0 64,6 35,4
1 60 31
1,1 65,2 33,7
70,7
92
100,0
n
%
n
%
< 20 tahun 20–30 tahun > 30 tahun
1 18 8
3,7 66,7 29,6
0 42 23
Total
27
29,3
65
Tabel 3.
Distribusi Silang Jenis Pekerjaan Responden dan Praktek IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010 Praktek IMD IMD
Jenis Pekerjaan Responden
Total Non-IMD
n
%
n
%
n
%
PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
2 5 1 19
7,4 18,5 3,7 70,4
5 20 7 33
7,7 30,8 10,8 50,8
7 25 8 52
7,6 27,2 8,7 56,5
Total
27
29,3
65
70,7
92
100,0
9
Minarsih dkk., Hubungan Praktek Inisiasi…
Tabel 4.
Distribusi Silang Tingkat Pendidikan Responden dan Praktek IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010 Praktek IMD
Tingkat Pendidikan Responden
Total
IMD
Non-IMD
n
%
21,5 67,7 10,8
20 62 10
21,7 67,4 10,9
70,7
92
100
n
%
n
%
Tinggi Sedang Rendah
6 18 3
22,2 66,7 11,1
14 44 7
Total
27
29,3
65
Tabel 5.
Distribusi Silang Tingkat Pengetahuan Responden tentang ASI dan Praktek IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010 Praktek IMD
Tingkat Pengetahuan Responden
IMD
Total Non-IMD
n
%
20,0 41,5 38,5
19 38 35
20,7 41,3 38,0
70,7
92
100
n
%
N
%
Baik Sedang Kurang
6 11 10
22,2 40,7 37,0
13 27 25
Total
27
29,3
65
Tabel 6.
Distribusi Silang Sikap Responden terhadap ASI dan Praktek IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010 Praktek IMD Sikap Responden
IMD
Total Non-IMD
n
%
n
%
N
%
Baik Sedang Kurang
19 8 0
70,4 29,6 0,0
47 17 1
72,3 26,2 1,5
66 25 1
71,7 27,2 1,1
Total
27
29,3
65
70,7
92
100
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 1 orang atau sebesar 3,7%. Pada kelompok non-IMD terbesar terdapat pada ibu rumah tangga sebesar 50,8%. Distribusi silang tingkat pendidikan responden yang diklasifikasikan menjadi tingkat pendidikan tinggi (Akademi, PT), tingkat pendidikan sedang (tamat SMP, tamat SMA) dan tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD) dengan praktek inisiasi menyusu dini dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang melaksanakan praktek IMD terbanyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan sedang sebanyak 18 orang atau sebesar 66,7% sedangkan praktek IMD pada responden dengan pendidikan rendah sebanyak 3 orang atau
sebesar 11,1%. Pada kelompok non-IMD terbanyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan sedang sebesar 67,7%. Pengetahuan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan mengenai jenis makanan yang sebaiknya diberikan pada bayi umur 0–6 bulan, inisiasi menyusu dini dan manfaat ASI terutama ASI yang pertama kali keluar (kolostrum). Tingkat pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu baik, sedang dan kurang. Tingkat pengetahuan baik jika lebih dari 80% jawaban benar, tingkat pengetahuan sedang jika 60–80% jawaban benar dan tingkat pengetahuan kurang jika kurang dari 60% jawaban benar.
10
Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 6–12
Tabel 7.
Distribusi Silang Latar Belakang di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010
Sosial
Budaya
Responden
dan
Praktek
Praktek IMD Latar Belakang Sosial-Budaya Responden
IMD
Total Non-IMD
n
%
47,7 52,3
45 47
48,9 51,1
70,7
92
100,0
n
%
n
%
Mendapat pengaruh keluarga Tidak mendapat pengaruh keluarga
14 13
51,9 48,1
31 34
Total
27
29,3
65
Tabel 8.
Distribusi Silang Berdasarkan Praktek di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010
Inisiasi
Menyusu
Dini
dan
Kejadian
Praktek Kejadian diare pada bayi
Diare
Total
IMD
Non-IMD
n
%
61,5 38,5
49 43
53,3 46,7
70,7
92
100,0
n
%
n
%
Pernah Tidak pernah
9 18
33,3 66,7
40 25
Total
27
29,3
65
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa pada responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 10 orang atau sebesar 37,0% yang melaksanakan praktek IMD. Pada kelompok non-IMD terdapat 38,5% responden yang berpengetahuan kurang dan 41,5% responden yang berpengetahuan sedang. Sikap responden terhadap pemberian ASI diklasifikasikan menjadi tiga yaitu baik, sedang dan kurang di mana sikap baik jika skor lebih dari 80% dari skor maksimal, sikap sedang jika skor 60–80% dari skor maksimal dan sikap kurang jika skor kurang dari 60% dari skor maksimal. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada responden yang memiliki sikap sedang terdapat 8 orang atau sebesar 29,6% yang melaksanakan praktek IMD. Namun pada kelompok non-IMD terbanyak terdapat pada responden yang memiliki sikap baik terhadap pemberian ASI sebesar 72,3%. Latar belakang sosial budaya responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari pernyataan responden dalam menjawab pertanyaan mengenai sosial budaya yang diberikan. Distribusi silang antara latar belakang sosial budaya responden dengan praktek inisiasi menyusu disajikan dalam Tabel 7.
IMD
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa responden yang melaksanakan praktek IMD terbanyak terdapat pada responden yang mendapat pengaruh dari keluarga sebanyak 14 orang atau sebesar 51,9% sedangkan pada kelompok nonIMD terbanyak terdapat pada responden yang tidak mendapat pengaruh dari keluarga sebesar 52,3%. Tabel 8 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden yang melaksanakan IMD bayinya tidak pernah mengalami diare sebanyak 18 orang atau 66,7% sedangkan pada responden yang tidak melaksanakan IMD sebagian besar bayinya pernah mengalami diare sebanyak 40 orang atau 61,5%. Hasil uji Chi- Square menunjukkan nilai ρ sebesar 0,014 (ρ < = 0,05), artinya ada hubungan antara praktek inisiasi menyusu dini dengan kejadian diare pada bayi umur 0–12 bulan. Untuk nilai Phi = –0,257 berarti hubungan yang ada bersifat negatif dan hubungan yang terjadi antara variabel praktek IMD dan kejadian diare adalah lemah. Berdasarkan hasil analisis data dengan Risk Estimate didapatkan Odds Ratio (OR) = 0,313 yang berarti pada bayi yang tidak melakukan praktek inisiasi menyusu dini mempunyai risiko terkena diare 0,313 kali lebih besar dari bayi yang melakukan praktek inisiasi menyusu dini. Hasil
Minarsih dkk., Hubungan Praktek Inisiasi…
Tabel 9.
11
Distribusi Silang Berdasarkan Praktek Inisiasi Menyusu Dini dan Umur Pertama Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Tahun 2010 Praktek IMD
Umur Pertama Kejadian Diare pada Bayi
IMD
Total Non-IMD
n
%
2,5 7,5 7,5 12,5 15 15 5 7,5 27,5
1 3 3 5 7 7 3 6 14
2 6,1 6,1 10,2 14,3 14,3 6,1 12,2 28,6
81,6
49
100,0
n
%
n
%
3 hari 21 hari 30 hari 60 hari 90 hari 120 hari 150 hari 180 hari > 180 hari
0 0 0 0 1 1 1 3 3
0 0 0 0 11,1 11,1 11,1 33,3 33,3
1 3 3 5 6 6 2 3 11
Total
9
18,4
40
penelitian tersebut sesuai dengan Rosita (2008) bahwa bayi yang segera disusui setelah lahir akan mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi yang berarti bayi memperoleh imunisasinya yang pertama. Kolostrum juga mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit untuk masuk ke tubuh bayi. Menurut Mustofa (2006), kolostrum memiliki sistem kekebalan tubuh atau sel pertahanan tubuh yang dibutuhkan bayi yang dapat mempertahankan dan melindungi tubuh bayi dari penyakit infeksi. Menurut Depkes RI (2007), kolostrum mengandung zat antibodi, sel darah putih dan vitamin A yang berfungsi untuk mencegah bayi terkena infeksi. Responden yang melaksanakan praktek IMD, umur pertama kejadian diare adalah 90 hari sebanyak 1 orang atau sebesar 11,1% dan terus bertambah banyak pada pertambahan umur sedangkan pada responden yang tidak melaksanakan praktek IMD umur pertama kejadian diare adalah 3 hari sebanyak 1 orang atau sebesar 2,5% dan terus bertambah banyak pada pertambahan umur. Untuk memenuhi syarat uji Chi Square maka umur pertama kejadian diare dikelompokkan menjadi kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 bulan. Hasil uji Chi Square menunjukkan sebesar 25% dari semua sampel yang ada memiliki frekuensi
harapan kurang dari 5 sehingga uji yang digunakan adalah uji Fisher’s Exact. Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact diperoleh nilai ρ sebesar 0,049 (ρ < = 0,05), artinya ada hubungan antara praktek inisiasi menyusu dini dengan umur pertama kejadian diare pada bayi umur 0–12 bulan. Untuk nilai Phi = –0,319 berarti hubungan yang ada bersifat negatif dan hubungan yang terjadi antara variabel praktek IMD dan umur pertama kejadian diare adalah lemah. Hal ini sesuai dengan penelitian terbaru di salah satu negara yang dikenal rawan malnutrisi, Ghana yakni seorang ibu yang melahirkan anak kembar, salah satunya langsung disusukan ke payudara ibu dan yang satunya lagi tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa bayi yang disusui dalam satu jam pertama kehidupannya memiliki kesempatan hidup dan lebih mampu bertahan dibandingkan bayi yang tidak segera disusui. Bayi-bayi yang tidak diberi ASI pada hari pertama kehidupannya berpotensi 2,5 kali lebih tinggi untuk gagal menjalani hidup atau meninggal (Rosita, 2008). Kolostrum dihasilkan pada saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah yaitu sesaat setelah bayi dilahirkan. Hal ini berarti bahwa kolostrum merupakan imunisasi pertama yang diterima oleh bayi. ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif (Roesli, 2005).
12
Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 6–12
KESIMPULAN Responden yang melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini dalam penelitian ini sebesar 29,3% sedangkan responden yang tidak melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini sebesar 70,7%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi negatif yang signifikan antara praktek inisiasi menyusu dini dengan kejadian diare. Pada bayi dengan inisiasi menyusu dini sangat jarang terkena diare. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat korelasi negatif antara praktek inisiasi menyusu dini dengan umur pertama kejadian diare. Bayi mengalami diare pertama kali pada umur tiga hari pada ibu yang tidak melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini dan bayi mengalami diare pertama kali pada umur 90 hari pada ibu yang melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini. SARAN Diperlukan adanya peningkatan pengetahuan bahwa terdapat hubungan antara praktek inisiasi menyusu dini dengan kejadian diare dan umur
pertama kejadian diare pada bayi. Pelaksanaan praktek inisiasi menyusu dini sebaiknya diteruskan dengan ASI eksklusif untuk mendapatkan manfaat yang optimal terutama untuk mencegah kejadian diare pada bayi. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2007. Pelatihan Koseling Menyusui. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Dinkes Kota Surabaya. 2008. Profil Kesehatan Kota Surabaya. Surabaya. Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FK-UI. Mustofa, A Zaenal. 2006. Refleksi World Breast feeding Week, Wanita Karier, ASI dan ASPI. http//www.waspada.co.id (Sitasi 25 Mei 2006). Roesli, Utami. 2001. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. Roesli, Utami. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspa Swara. Rosita, Syarifah. 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana.