HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR Wa Ode Sri Asnaniar1, Magfira B. Lasini2 1Program 2Program
Studi Ilmu Keperawatan FKM UMI Makassar Studi Ilmu Keperawatan FKM UMI Makassar
(Alamat Korespondensi:
[email protected]/ 085241706088)
ABSTRAK Masa bayi adalah masa emas (Golden Age) dalam perkembangan seorang individu. Pada masa ini anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa baik dari segi motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial. Salah satu kelainan tumbuh kembang yang terjadi pada anak yaitu kelainan lingkar kepala, seperti mikrosefali dan makrosefali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar kepala dengan perkembangan motorik anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study Adapun penentuan sampel dilakukan dengan tekhnik accidental sampling dengan besar sampel sebanyak 68 responden. Uji hubungan dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki lingkar kepala abnormal dengan perkembangan motorik halus abnormal sebanyak 5,8 % dengan hasil uji statistik (p=0,000) dan anak yang memiliki lingkar kepala abnormal dengan perkembangan motorik kasar abnormal sebanyak 7,4% dengan hasil uji statistik (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan motorik halus dan ada hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Kata Kunci : Lingkar Kepala, Perkembangan Anak, Motorik Halus, Motorik Kasar
PENDAHULUAN Masa bayi adalah masa emas (Golden Age) dalam perkembangan seorang individu. Pada masa ini anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa baik dari segi motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial (Maryunani, 2010) Istilah pertumbuhan dan perkembangan pada dasrnya merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individuyang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,kilogram), ukuran panjang (cm,meter) (Muslihatun, 2010). Sedangkan perkembangan (development) yaitu bertambah sempurnanya fungsi organ tubuh yang terlihat dari tercapainya tumbuh kembang dan belajar, berupa kemampuan gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi-sosial, kemandirian, dan perkembangan moral (Muslihatun, 2010). Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh
dan perkembangan tersebut berhubungan erat dengan perkembangan motorik kasar di otak. Pada anak gerakan ini dibedakan dengan jelas antara gerakan kasar dengan gerakan halus. Pada usia 0 – 2 tahun kemampuan perkembangan motorik kasar dan motorik halus sangat pesat dan luar biasa Setiap dua dari 1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik dan 3 bayi hingga 6 bayi dari 1.000 bayi juga mengalami gangguan pendengaran serta satu dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Mengingat jumlah bayi di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita perlu medapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta janglauan oleh pelayanan kesehatan yang berkualitas termasuk adanya deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes RI, 2010). Menurut Soetjiningsih (2010) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti genetik, gizi, jenis kelamin,umur, penyakit kronis, hormon, dan perawatan kesehatan.salah satu kelainan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 2 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
227
tumbuh kembang yang terjadi pada anak yaitu kelainan lingkar kepala, seperti mikrosefali (lingkar kepala lebih kecil dari normal) dan makrosefali (lingkar kepala lebih besar dari normal), hal ini sering disebabkan oleh hidrosefalus dan megalensefali. Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial dan dipakai untuk menafsirkan pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali),maka hal ini menunjukan adanya retardasi mental. Sebaliknya apabila terdapat penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga lingkar kepala lebih besar dari normal (Soetjiningsih, 2010). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anna Uswatun dan Annisa Wulandari tentang hubungan lingkar kepala dengan perkembangan anak di Posyandu Tlogowatu Kemalang Klaten, hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan anak. Dimana sebagian besar lingkar kepala adalah normal sebanyak 37 anak (75,5%) dan yang paling sedikit adalah mikrosefalus sebanyak 5 anak (10,2%) (Uswatun & Wulandari, 2011). Berdasarkan data kunjungan di poliklinik anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi pada tahun 2013 berjumlah 3918 anak, pada tahun 2014 jumlah pengunjung di poliklinik anak meningkat menjadi 4051 anak, dan pada tahun 2015 berjumlah 4124 anak. Dan data awal pada tahun 2016 bulan januari didapatkan bahwa pengunjung di poliklinik anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar berjumlah 215 anak (Data rekam Medik Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan lingkar kepala dengan perkembangan motorik pada anak usia 1-24 bulan. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel secara accidental sampling dengan jumlah sampel 68 orang.
228
Pengumpulan Data 1. Data primer Data primer diperoleh melalui pengukuran antropometri dan pengukuran DDST dari sampel yang memenuhi kriteria. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari informasi yang diberikan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Analisis Data 1. Analisis univariat Analisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk membuat analisa deskriptif untuk menggambarkan setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen dan variabel dependen adalah kategorik dan kategorik, maka menggunakan uji Chi-Square dengan menggunakan program komputer. HASIL PENELITIAN Tabel 1: Distribusi Anak Berdasarkan Lingkar Kepala di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2016 Lingkar Kepala n % Normal 63 92,6 Abnormal 5 7,4 Total 68 100,0 Berdasarkan tabel 1 diperoleh data bahwa sebagian besar anak memiliki lingkar kepala normal yaitu sebanyak 92,6%,dan anak yang memiliki lingkar kepala abnormal sebanyak 7,4%. Tabel 2: Distribusi Anak Berdasarkan Perkembangan Motorik Halus di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2016 Perkembangan n % Motorik Halus Normal 64 94,1 Abnormal 4 5,9 Total 68 100,0 Berdasarkan tabel 2 diperoleh data bahwa sebagian besar anak memiliki perkembangan motorik halus normal yaitu sebanyak 94,1%, dan anak yang memiliki perkembangan motorik halus abnormal yaitu sebanyak 5,9%.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 2 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
Tabel 3: Distribusi Anak Berdasarkan Perkembangan Motorik Kasar di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2016 Perkembangan Motorik Kasar Normal Abnormal Total
n
%
63 5 68
92,6 7,4 100,0
Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa sebagian besar anak memiliki perkembangan motorik kasar normal yaitu sebanyak 92,6% dan anak yang memiliki perkembangan motorik kasar abnormal yaitu sebanyak 7,4%. Tabel 4: Hubungan Lingkar Kepala dengan Perkembangan Motorik Halus Lingkar kepala Normal Abnormal Total
Perkembangan Motorik Halus Normal Abnormal n % n % 63 92,6 0 0 1 1,5 4 5,8 64 94,1 4 5,8 p = 0,000
Jumlah n 63 5 68
% 92,6 7,4 100.0
Tabel 5: Hubungan Lingkar Kepala dengan Perkembangan Motorik Kasar Lingkar kepala Normal Abnormal Total
Perkembangan Motorik Kasar Normal Abnormal n % n % 63 92,6 0 0 0 0 5 7,4 63 92,6 5 7,4 p = 0,000
Jumlah n 63 5 68
% 92,6 7,4 100.0
PEMBAHASAN 1. Hubungan Lingkar Kepala dengan Perkembangan Motorik Halus Dari hasil analisa data menggunakan uji statistik chisquaredengan alternatif fisher’s exact test antara variabel lingkar kepala dan variabel perkembangan motorik halus pada 68 anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar di peroleh nilai p = 0,000, dimana (p<0,005) dengan demikian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan motorik halus dari hasil penelitian dapatkan 5,9% anak yang
2.
mengalami lingkar kepala abnormal dengan perkembangan motorik halus abnormal. Menurut Soetjiningsih (2010) bahwa volume intrakranial dan dipakai untuk mentaksir pertumbuhan otak dicerminkan oleh lingkar kepala. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali), maka hal ini menunjukan adanya retardasi mental. Sebaliknya apa bila terdapat penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga lingkar kepala lebih besar dari normal. Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa selain perkembangan motorik halus disebabkan oleh ukuran lingkar kepala yang abnormal, juga dapat disebabkan karena pemberian asupan makanan yang kurang baik. Dimana apabila pemberian asupan gizi yang di berikan oleh orang tua baik maka cenderung perkembangan motorik dan ukuran lingkar kepala anak akan normal. Hal ini sejalan dengan Siswono (2008) bahwa sejak awal kehamilan hingga usia 5 tahun dengan adanya pemberian asupan gizi yang baik dan benar pada ibu seperti mengkonsumsi makanan yang kaya protein, asam folat, mineral, dan nutrisi akan menunjang terbentuknya ukuran kepala atau tepatnya peningkatan volume otak yang sangat menunjang perkembangan motorik halus dan kecerdasan pada anak. Selain dari asupan pemberian makanan yang bergizi, peneliti juga berasumsi bahwa 5,9% anak yang mengalami lingkar kepala abnormal dengan perkembangan motorik halus abnormal di pengaruhi juga olehpemberian stimulus pada anak seperti kurangnya penyediaan alat mainan yang dapat memberikan stimulasi dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hal ini sejalan dengan teori Tedjasaputra (2009) bahwa faktor kebutuhan stimulasi atau rangsangan terhadap anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan atau pun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Hubungan Lingkar Kepala dengan Perkembangan Motorik Kasar Dari hasil analisa data menggunakan uji statistik chi-square
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 2 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
229
dengan alternatif fisher’s exact test antara variabel lingkar kepala dan variabel perkembangan motorik kasar pada 68 anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar di peroleh nilai p = 0,000, (p<0,005) dengan demikian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anna Uswatun dan Annisa Wulandari (2010) dengan judul hubungan lingkar kepala dengan perkembanga anak usia 12-24 bulan di Posyandu Tlogowatu Kemalang Klaten diperoleh bahwa ada hubungan lingkar kepala dengan perkembangan. Pada penelitian ini diperoleh data 7,4% anak mengalami lingkar kepala abnormal dengan perkembangan motorik kasar abnormal, hal ini dapat di sebabkan oleh ukuran lingkar kepala yang abnormal, apabila ukuran lingkar kepala tidak normal maka akan menyebabkan perkembangan otak tidak sempurna,dimana jika perkembangan otak tidak sempurna maka masingmasing bagian otak tidak berjalan sesuai fungsinya sehingga dapat berpengaruh terhadap motorik kasar anak.Menurut Soetjiningsih (2010) bahwa lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial dan dipakai untuk mentaksir pertumbuhan otak dalam hal ini perkembangan motorik anak. Selain dipengaruhi oleh ukuran lingkar kepala, pemberian asupan nutrisi yang baik juga berperan penting dalam perkembangan motorik anak.Hal ini sejalan dengan Siswono (2008) bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi lingkar kepala adalah tumbuh kembang otak, faktor maternal, status gizi, umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit. Lingkar kepala yang diatas maupun yang dibawah normal cenderung terjadi pada anak yang dipengaruhi oleh status gizinya. Anak yang mempunyai lingkar kepala normal dan perkembangan normal cenderung dalam pemberian gizi yang baik. Maka ukuran lingkar kepala tepatnya peningkatan otak menunjang dalam perkembangan dan kecerdasan. Pemberian gizi yang baik dan benar seperti mengkonsumsi makanan yang kaya protein, asam folat, mineral dan protein, serta nutrisi sejak awal kehamilan
230
hingga usia 5 tahun maka ukuran lingkar kepala tepatnya peningkatan volume otak sangat menunjang perkembangan dan kecerdasan pada anak dalam hal ini perkembangan motorik anak. Selain faktor di atas, kondisi abnormal yang di alami oleh anak baik itu lingkar kepala dan perkembangan motorik kasar dapat juga di pengaruhi oleh pola asuh orang tua. Dimana, pola asuh orang tua dalam hal ini pemberian stimulus pada anak seperti kurangnya penyediaan alat mainan yang dapat memberikan motivasi atau stimulus untuk anak agar berkeinginan untuk bergerak. Hal ini sejalan dengan teori Tedjasaputra (2009) bahwa faktor kebutuhan stimulasi atau rangsangan terhadap anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan atau pun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Berdasarkan dari bentuk kecerdasan yang perlu dikembangkan, mengharuskan stimulasi yang beragam pula. Salah satu yang utama stimulasi motorik, sebab perkembangan motorik anak usia balita sangat pesat, terutama motorik kasar. Perkembangan motorik kasar diusia balita terkait erat dengan perkembangan fisik dan rasa percaya diri. Apabila pada usia tertentu anak belum bisa melakukan motorik kasar, maka anak telah mengalami keterlambatan. KESIMPULAN 1. Sebagian besar anak usia 1-24 bulan memiliki lingkar kepala normal sebanyak 92,6% dan anak yang memiliki lingkar kepala abnormal sebanyak 7,4% di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. 2. Sebagian besar anak usia 1-24 bulan memiliki perkembangan motorik halus normal sebanyak 94,1% dan anak yang memiliki perkembangan motorik halus abnormal yaitu sebanyak (5,9%) di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. 3. Sebagian besar anak usia 1-24 bulan memilki perkembangan motorik kasar normal sebanyak 92,6% dan anak yang memiliki perkembangan motorik kasar abnormal yaitu sebanyak 7,4% di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 2 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
4.
5.
Ada hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Ada hubungan antara lingkar kepala dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-24 bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.
SARAN 1. Diharapkan bagi orang tua memberikan gizi yang baik agar pertumbuhan otak
2.
berjalan dengan normal sehingga ukuran lingkar kepala tumbuh sesuai ukuran dan umur anak. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan atau pun edukasi kepada orang tua mengenai pengaruh besar lingkar kepala dengan perkembangan anak, serta melakukan screening balita, agar anak yang mengalami lingkar kepala abnormal dan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik dapat dideteksi lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2006. Balita di Indonesia Alami Gangguan Perkembangan. Anonim. (Diakses tanggal 22 desember 2015 dari http://www.DepkesRI.com) Depkes RI .2010. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak. Dep.Kes.(Diakses tanggal 22 desember 2015 dari http://www.DepkesRI.com) Depkes. 2010. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.(Diakses tanggal 22 desember 2015 dari http://www.DepkesRI.com) Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM. Muslihatun, W. N. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Siswono. 2008. Jaringan Informasi Pangan dan Gizi. Volume XIV. Jakarta: Ditjen Bina Gizi Masyarakat. Soetjiningsih. 2010. Tumbuh kembang Anak. Jakarta: EGC Tedjasaputra, M., 2009. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: EGC. Wulandari, A. U. 2011. Hubungan Lingkar Kepala dengan perkembangan Anak Usia 12-24. Jurnal Involusi Kebidanan, 39.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 2 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
231