ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425____________________ISSN 0853 - 7291
Geokimia Logam Berat (Pb, Cr, dan Cu) dalam Sedimen dan Potensi Ketersediaannya pada Biota Bentik di Perairan Delta Berau, Kalimantan Timur Sabam P. Situmorang 1*), H.S. Sanusi 2), Zainal Arifin 3) 1)
Mahasiswa Pascasarjana, Mayor Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, 2) Staf Pengajar Dept. Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 3) Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O), LIPI, Jl. Pasir Putih I, Jakarta 14430
Abstrak Penelitian ini telah dilakukan dengan mengambil contoh sedimen permukaan dari 17 stasiun dan organisme bentos di wilayah estuari Delta Berau, Kalimantan Timur pada bulan April 2007. Karakterisasi kimia sedimen ditentukan dengan prosedur ekstraksi secara simultan (simultaneous extraction) untuk mengestimasi konsentrasi dari partisi logam berat kedalam komponen geokimia sedimen: easily reducible, reducible, organic, dan aqua-regia (total logam berat). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat di sedimen yaitu Pb (3.19 – 17.94 µg/g berat kering (dw) dengan rata-rata 12.35 µg/g ), Cr (7.49 – 43.71 µg/g dw, dengan rata-rata 28.96 µg/g), dan Cu 1.89 – 28.74 µg/g dw dengan rata-rata 17.73 µg/g). Ketiga logam berat ini sebagian besar dalam fraksi yang berikatan kuat dengan mineral-mineral (silikat),dan hanya sebagian kecil berupa fraksi yang berasosiasi dengan komponen besi dan magan. Persentasi dari non-resisten dan resisten dari masing-masing logam secara berturut-turut yaitu 2.4% dan 97.6% untuk Pb; 8.4 % dan 91.6% untuk Cr; 7.5% dan 92.5% untuk Cu. Rata-rata Pb dalam kerang Anadara antiquatadan gastropoda Telescopium telescopium secara berturutturut adalah 7.53±2.35 µg/g dw dan 4.49± 0.11 µg/g dw; sedangkan untuk Cr: 1.44 ± 0.09 µg/g dw dan 0.87 ± 0.05 µg/g dw. Hal yang serupa, konsentrasi Cu di dalam jaringan kerang juga kecil (4.92 ± 0.58 µg/g dw). Hasil ini mengindikasikan bahwa konsentrasi logam berat di sedimen Delta Berau sebagian besar tidak mudah dimanfaatkan oleh organisme bentik, sumber logam berat sangat sedikit bersumber dari aktivitas di darat (antropogenik). Berdasarkan pada Canadian Environmental Quality Guideline, perairan Delta Berau kemungkinan termasuk ekosistem yang belum terganggu. Kata kunci: geokimia sedimen, simultaneous extraction, Delta Berau
Abstract This study had been carried out by collecting the surficial sediment sample from 17 locations and several benthic organisms in the Berau Delta, East Kalimantan in April 2007. Sediments were chemically chracterized by a simultaneous extraction procedure to estimate the concentration of geochemicallypartitioned metal: easily reducible, reducible, organic, and aqua-regia (near total digest). The result our study showed that total metals in sediment were as follows, Pb (3.19 – 19.94 µg/g with an average of 12.35 µg/g), Cr (7.49 – 42.71 µg/g, with an average of 28.96 µg/g), and Cu 1.89 – 28.74 µg/g with an average of 17.73 µg/g). Most of these three metals were strongly bound in minerals (silica) form, and only small fraction is associated with iron and manganese components. The percentage of non-resistance and resistance of each metal are 2.4% and 97.6% for Pb; 8.4 % and 91.6% for Cr and 7.5% and 92.5% for Cu, respectively. An average of Pb in Anadara antiquataand Telescopium telescopium was 7.53±2.35 µg/g and 4.49± 0.11 µg/g; while for Cr: 1.44 ± 0.09 µg/g and 0.87 ± 0.05 µg/g, respectively. Similarly, concentration of Cu in Anadara antiquata is also small (4.92 ± 0.58 µg/g ). This study indicated that metal concentrations in sediment of Berau Delta are mostly not available to benthic biota, and the source of metals are unlikely due to land-based activity (anthropogenic). Based on Canadian Environmental Quality Guideline, the Berau Delta is probably considered as an undisturbed ecosystem. Keywords: Sediment geochemistry, simultaneous extraction, Berau Delta
* Corresponding Author © Ilmu Kelautan, UNDIP
www.ik-ijms.com
Diterima / Received: Januari 2010 Disetujui / Accepted: Februari 2010
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Pendahuluan Perairan Delta Berau yang berada di Kabupaten Berau merupakan daerah yang sangat aktif yang ditandai dengan banyaknya aktivitas manusia seperti pertambang batu bara, kegiatan hutan (logging), turisme, pertanian, mariculture, dan perikanan (MacKinnon et al., 2000; The Nature Conservancy, 2002). Kegiatan-kegiatan tersebut berdampak bagi kesehatan ekosistem bentik seperti masuknya polutan (logam berat dan pestisida), hilangnya habitat, dan perubahan populasi biota. Oleh karena itu, pengetahuan tentang kemampuan lingkungan dalam menerima kontaminan tersebut sangat diperlukan, sehingga dampak kegiatan-kegiatan yang ada dan terus berkembang terhadap lingkungan perairan dapat diantisipasi pengelolaannya. Penelitian terakhir yang dilakukan di perairan Delta Berau (Arifin et al., 2006), diperoleh konsentrasi logam berat total dalam sedimen pada umumnya rata-rata logam Pb (14,34 μg/g), Cr (32,08 μg/g) dan Cu (13,17 μg/g) relatif lebih tinggi dibanding jenis-jenis logam berat lainnya. Seperti diketahui penelitian sebelumnya (Campbell et al., 1988; John dan Leventhal, 1995; Thomas dan Bendell-Young, 1998; Ismail, 2005) menunjukkan bahwa logam berat dalam sedimen berada dalam berbagai fase geokimia seperti resisten dan non resisten. Logam berat dalam fase resisten adalah logam yang terdapat dalam struktur kristal dari mineral atau logam berat yang berasal dari sumber alami logam seperti penguraian kristal silikat pada batuan. Logam berat dalam fraksi resisten berikatan kuat dengan mineral sedimen sehingga secara umum tidak tersedia untuk di absorpsi oleh biota (non bioavailable). Logam berat dalam fase non resisten adalah logam berat yang berasosiasi dengan komponen besi oksida, magan oksida, dan komplek organik di dalam sedimen. Logam berat terikat/adsorpsi secara lemah dengan komponen-komponen sedimen tersebut,
416
sehingga bersifat labil dan dapat diabsorpsi oleh biota (bioavailable). Fase non resisten berhubungan erat dengan masukan antropogenik (John dan Leventhal, 1995; Thomas dan Bendell-Young, 1998; Yap et al., 2003). Fase atau fraksi ini sangat penting dipahami untuk mengetahui potensi ketersediaan logam tersebut bagi biota bentik. Beberapa jenis biota bentik tersebut antara lain kerang, keong, dan udang. Kerang (bivalvia) sebagai deposit-feeder sering digunakan untuk memonitor tingkat bioavailability logam berat dalam sedimen, karena bivalvia berhubungan langsung dengan sedimen dan mampu mengakumulasi logam-logam tanpa ia sendiri mati terbunuh (Phillips, 1980 in Hutagalung, 1991). Efisiensi bioakumulasi melalui air interstitial dan atau dari sedimen yang dimakan (sediment ingestion) tergantung pada karakteristik geokimia sedimen. Thomas dan Bendell-Young (1998) menyebutkan bahwa secara keseluruhan, konsentrasi logam berat dalam jaringan dan cangkang dari deposit-feeder M. balthica sangat berkorelasi dengan konsentrasi logam berat yang berasosiasi dengan komponen Mn oksida sedimen. Luoma (1989) in John dan Leventhal (1995) mendeskripsikan variasi kadmium yang di absorpsi dari sedimen oleh bivalvia sebagai fungsi dari komponen besi oksida sedimen. Oleh karena itu, hubungan antara tingkat logam berat yang ditemukan dalam fraksi sedimen yang berbeda dengan tingkat logam berat dalam jaringan (tissue) bivalvia seharusnya memberikan indikasi dari sumber utama komponen geokimia yang paling bertanggung jawab dalam penyerapan logam berat oleh organisme Penelitian ini bertujuan untuk mengkuantifikasi karakteristik geokimia logam berat Pb, Cr, dan Cu dalam sedimen perairan Delta Berau, Kalimantan Timur; dan konsentrasi logam berat Pb, Cr, dan Cu dalam tubuh biota bentik.
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Bahan dan Metode Lokasi dan waktu penelitian Pengambilan contoh sedimen dan biota bentik dilakukan pada 13-15 April 2007 di perairan Delta Berau, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Contoh sedimen diambil pada 17 stasiun, dimana stasiun tersebar dari mulut muara yang paling dalam sampai dengan arah terluar di batas delta. Dari 17 stasiun tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 3 wilayah yaitu mewakili wilayah sungai, muara, dan laut. Peta lokasi pengambilan contoh ditunjukkan pada Gambar 1.
Geokimia logam berat dalam sedimen Sampel sedimen (4,5 – 6 gram berat basah) yang diambil dari lapisan oksik sedimen dijadikan subjek untuk ekstraksi secara simultan menurut prosedur BendellYoung et al. (1992) in Thomas dan BendellYoung (1998) seperti pada Gambar 2. Prosedur ekstraksi secara simultan menghitung konsentrasi logam berat yang
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
secara operasional dibagi kedalam komponen-komponen geokimia sedimen: berasosiasi dengan fase sedimen mangan oksida (easily reducible); berasosiasi dengan fase sedimen mangan oksida dan besi oksida (easily reducible+reducible); fraksi sedimen yang berikatan dengan bahan organik (organic); dan mendekati konsentrasi logam berat total dalam sedimen (aqua regia). Fraksi reducible ditentukan setelah analisis, dengan cara konsentrasi logam berat easily reducible+reducible dikurangi dengan konsentrasi logam berat easily reducible. Jumlah logam berat dalam fraksi residual (logam berat berikatan dengan mineral silikat sedimen) diestimasi dengan cara mengurangi konsentrasi logam berat hasil destruksi aqua regia dengan ketiga fraksi yang lain (easily reducible, reducible, dan organik). Persentase bahan organik total (total organic matter) dalam sedimen dinyatakan dengan persentase bahan organik yang hilang dalam pembakaran (lost on ignition, %LOI), yang diperoleh dari hasil perhitungan pembakaran sedimen pada suhu 600 oC selama 1 jam.
417
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Gambar 1. Peta daerah penelitian dan posisi stasiun pengambilan contoh di perairan Delta Berau, Kalimantan Timur Biota bentik berupa kerang Anadara ukuran butiran yang berbeda yaitu kerakal antiquata(ukuran panjang tubuh: < 2,5cm – 4 8-16 mm, kerikil 2-8 mm, pasir (sand) cm) dan gastropoda Telescopium telescopium 0,063-2 mm, lanau (silt) 0,004-0,063 mm, (ukuran tinggi tubuh: 6 cm – 8 cm) dianalisis dan lempung (clay) <0,004 mm. Setelah
seluruh jaringan (tissue) tubuhnya. Biota bentik tersebut diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dari sekitar perairan Delta Berau. Analisis logam berat dalam tubuh biota bentik menggunakan prosedur yang dikembangkan oleh APHA, 1992 in Hutagalung et al., 1997. Contoh biota didestruksi menggunakan campuran HNO3 dan HClO4. Fraksinasi sample sedimen dan konsentrasi logam berat dalam tubuh biota bentik ditentukan dengan menggunakan AAS Varian Spectra AA 20 plus (ketelitian 0,001 ppm). Ukuran butiran sedimen ditentukan menggunakan alat ayakan mekanik. Pengayakan dilakukan dengan metode pengayakan basah. Butiran sedimen diklasifikasi berdasarkan klasifikasi oleh Menworth pada tahun 1922. Klasifikasi ini memisahkan sedimen ke dalam fraksi
ditentukan persentase pasir, lanau, dan lempung maka data tersebut diproyeksikan ke dalam diagram Shepard (Shepard, 1954) untuk menentukan tipe substrat.
Hasil dan Pembahasan Ukuran butiran sedimen (grain size) Tipe sedimen di perairan Delta Berau adalah pasir, pasir berlempung, lempung berlanau, lempung, pasir berlanau, dan pasir-lanau-lempung (Gambar 3). Fraksi pasir mendominasi pada stasiun 1, 2, 7, 9, 10, 11, 16 dan 17. Fraksi lempung mendominasi pada stasiun 4, 6, dan 15. Stasiun-stasiun di hulu (di wilayah sungai) didominasi fraksi pasir sedangkan daerah laut didominasi fraksi lempung, kecuali pada stasiun 11 dan 16 karena berada pada
Contoh sedimen Keringkan pada 60 oC, 24 jam
Bakar pada 600oC 1 % yang hilang dalam pembakaran (LOI)
Easily Reducible 0.1N NH2OH HCl dalam 0.01N HNO3 selama 0.5 jam
Mn
Easily Reducible+ Reducible 0.1N NH2OH HCl dalam 25% HOAc pada 95oC selama 6 jam
Organik 1N NH4OH selama 1 minggu
Aqua Regia 3:1 campuran cHCl:cHNO3 pada 70oC selama 8 jam
Mn+Fe oxides
Organik
Acid extract able
Sentrifuge pada 6500 RPM, pipet bagian supernantan
Ukur konsentrasi Pb, Cr, Cu di
Gambar 2. Skema teknik ekstraksi secara simultan (simultaneus method) yang digunakan untuk menentukan logam berat dalam fraksi-fraksi sedimen (Bendell-Young et al., 1992 in Thomas dan Bendell-Young, 1998)
418
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
daerah dekat pantai. Stasiun 11 dan 16 yang berada di daerah pantai tipe sedimennya didominasi fraksi pasir karena pengaruh arus di daerah pantai, dimana partikel berukuran lebih kecil akan terbawa kembali oleh arus ke daerah laut sedangkan partikel berukuran lebih besar akan terendapkan di daerah pantai. Di daerah estuaria, partikel berukuran lebih besar akan lebih cepat mengendap di dasar perairan sedangkan partikel yang lebih kecil akan terbawa jauh ke arah lautan sebelum akhirnya mengendap.
Kandungan bahan organik total (TOM) dalam sedimen Bahan organik total berkaitan erat dengan jenis sedimen. Sedimen yang mengandung jumlah mineral lempung (clay) tinggi akan cenderung memiliki kandungan bahan organik tinggi, karena sedimen berukuran lebih halus lebih baik dalam mengakumulasi bahan organik dari pada sedimen berukuran lebih besar. Stasiun-stasiun yang memiliki kandungan TOM rendah seperti stasiun 1, 11, dan 16 ternyata berada pada stasiun yang sedimennya didominasi oleh pasir.
Gambar 3. Sebaran rata-rata fraksi sedimen pada zonasinya di perairan Delta Berau, April 2007
stasiun
pengamatan
menurut
Gambar 4. Kandungan TOM (%) dalam sedimen pada stasiun pengamatan menurut zonasinya di perairan Delta Berau, April 2007
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
419
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Konsentrasi logam berat Pb, Cr, dan Cu dalam sedimen Konsentrasi logam berat Pb dalam sedimen berkisar antara 3,19 μg/g – 17,94 μg/g, dengan nilai rata-rata 12,35 μg/g (Gambar 5). Selanjutnya, konsentrasi logam berat Cr dalam sedimen berkisar antara 7,49 μg/g – 43,71 μg/g, dengan nilai rata-rata 28,96 μg/g (Gambar 5). Demikian juga dengan konsentrasi logam berat Cu dalam sedimen berkisar antara 1,89 μg/g – 28,74 μg/g, dengan nilai ratarata 17,73 μg/g (Gambar 5). Pada stasiun 11 dan 16 semua logam berat konsentrasinya lebih kecil dibandingkan pada stasiun lainnya. Hal ini berkaitan dengan tekstur sedimen (grain size), dimana pada stasiun ini didominasi oleh fraksi pasir (Gambar 3). Selain itu, pada stasiun 11 dan 16 juga memiliki kandungan bahan organik yang relatif rendah (Gambar 4).
Geokimia logam berat Pb, Cr, dan Cu dalam sedimen Dengan hanya mengukur konsentrasi logam berat total dalam sedimen kurang dapat menjelaskan efek logam berat tersebut terhadap biota. Informasi geokimia logam berat dalam sedimen diperlukan untuk mengetahui asosiasinya dalam ketersediaan logam berat pada biota (biota bentik khususnya), sehingga berbahaya tidaknya kondisi bahan pencemar (logam berat) dalam perairan terhadap kehidupan biota akuatik dapat diantisipasi lebih akurat. Logam berat Pb dalam sedimen banyak terdapat dalam fraksi residual (resisten) dengan nilai rata-rata dari keseluruhan stasiun 97,6% dari total logam berat Pb dalam sedimen. Logam berat Pb dalam fraksi easily reducible (0%), reducible (2,4%), dan organik (0%). Fraksi reducible meningkat pada stasiun stasiun 1, 5, 9, dan 13. Logam berat Cr
420
dalam sedimen banyak terdapat dalam fraksi residual dengan nilai rata-rata dari seluruh stasiun pengamatan 91,5%, diikuti fraksi reducible (7,83%), organik (0,58%), dan easily reducible (0,03%). Logam berat Cu dalam sedimen banyak terdapat dalam fraksi residual (92,5%) diikuti fraksi organik (6,18%), reducible (1,32%), dan sangat sedikit pada fraksi easily reducible yang konsentrasinya <0,003 μg/g di tiap stasiun. Peningkatan fraksi reducible Cu terjadi pada stasiun-stasiun 1, 8, 9, dan 16. Fraksi residual merupakan logam berat yang berikatan kuat dengan molekulmolekul sedimen dan tidak dapat di serap oleh organisme (resisten) sedangkan logam berat dalam fraksi easily reducible, reducible, dan organik merupakan logamlogam yang dapat diserap oleh organisme (biota bentik) atau disebut non-resisten, karena merupakan logam-logam dalam fraksi sedimen yang dapat diekstraksi dengan mudah. Logam berat dalam fraksi sedimen easily reducible dan reducible merupakan fraksi yang dapat diserap dan diakumulasi oleh organisme (fraksi nonresisten) karena destruksi untuk fraksi ini menggunakan pH yang mendekati lambung biota (kerang-kerangan pH lambung 5-6). Logam-logam berat fraksi non-resisten pada umumnya berasal dari aktivitas manusia (antropogenik). Keberadaan logam berat Pb lebih aman bagi biota karena didominasi fraksi resistan tertinggi (97,6%) dibandingkan logam berat Cr dan Cu, karena fraksi reducible Pb umumnya relatif rendah dibandingkan dengan Cr dan Cu. Hasil Fraksinasi diatas menunjukkan bahwa hampir semua logam Pb, Cr dan Cu umumnya relatif aman bagi biota bentik, karena dari logam berat total dalam sedimen sebagian besar sukar diserap biota.
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Gambar 5. Konsentrasi logam berat Pb, Cr, dan Cu total dalam sedimen, pada stasiun pengamatan menurut zonasinya di perairan Delta Berau, April 2007
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
421
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Gambar 6. Persentase logam berat Pb dalam beberapa fraksi sedimen pada stasiun pengamatan menurut zonasinya di perairan Delta Berau, April 2007
Gambar 7. Persentase logam berat Cr dalam beberapa fraksi sedimen pada stasiun pengamatan menurut zonasinya di perairan Delta Berau, April 2007 1 0 0 %
Persentase
8 0 %
6 0 %
4 0 %
2 0 %
0 % 1
2 3 S u n g a i
4
5
6
7 8 M u a ra
9
1 0
1 1
1 2
1 3 1 4 L a u t
S ta s iu n E R
C r
R E D
C r
O R G
C r
1 5
1 6
R E S
1 7
C r
Gambar 8. Persentase logam berat Cu dalam beberapa fraksi sedimen pada stasiun pengamatan menurut zonasinya di perairan Delta Berau, April 2007
422
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Tabel 1 menunjukkan rata-rata persentase logam berat Pb, Cr, dan Cu dalam fraksi sedimen dari semua stasiun penelitian. Dapat dilihat bahwa persentase logam berat resistan/sukar diserap biota bentik diatas 90%. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan logam Pb, Cr, dan Cu dalam sedimen perairan Delta Berau, Kalimantan Timur pada bulan April 2007 terindikasi belum berbahya bagi organisme akuatik (khususnya biota bentik) karena pada umumnya tidak tersedia secara biologis; dan sumber logam berat dalam sedimen sebagian besar masih bersumber secara alamiah.
Logam berat dalam tubuh biota bentik Pada penelitian ini, biota bentik tidak ditemukan di setiap stasiun pengamatan sehingga tidak dapat melihat korelasi antara fraksi sedimen resisten dan non resisten terhadap biota bentik. Konsentrasi logam berat dalam tubuh biota bentik merupakan hasil komposit dari biota bentik yang diperoleh dari nelayan lokal. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menunjukkan informasi logam berat dalam tubuh biota bentik di perairan Delta Berau; yang selanjutnya dapat dibandingkan dengan informasi rata-rata total logam berat dalam sedimen, air, dan seston perairan Delta Berau, Kalimantan Timur (Gambar 9).
Kesimpulan Konsentrasi logam berat total Pb dalam sedimen berkisar antara 3,19 - 17,94 μg/g dengan nilai rata-rata 12,35 μg/g, untuk logam berat total Cr berkisar antara 7,49 – 43,71 μg/g dengan nilai rata-rata 28,96 μg/g, sedangkan logam berat total Cu berkisar antara 1,89 – 28,74 μg/g dengan nilai rata-rata 17,73 μg/g. Nilai konsentrasi logam berat total Pb dan Cr dalam sedimen masih berada dalam kondisi alami, sedangkan sedimen pada stasiun 2,
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
3, 4, 5, 6, 7, 9, 13, dan 14 telah terkontaminasi logam berat Cu. Rata-rata Pb dalam kerang Anadara antiquatadan gastropoda Telescopium telescopium secara berturut-turut adalah 7.53±2.35 µg/g dw dan 4.49± 0.11 µg/g dw; sedangkan untuk Cr: 1.44 ± 0.09 µg/g dw dan 0.87 ± 0.05 µg/g dw. Hal yang serupa, konsentrasi Cu di dalam jaringan kerang juga kecil (4.92 ± 0.58 µg/g dw). Persentase logam berat dalam fase resisten (sukar diserap oleh biota bentik) rata-rata bernilai diatas 90% (Pb : 97,6%; Cr : 91,6%; Cu : 92,5%) dari logam berat total dalam sedimen. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan logam berat Pb, Cr, dan Cu dalam sedimen perairan Delta Berau, Kalimantan Timur pada bulan April 2007 terindikasi belum berbahaya bagi organisme akuatik (khususnya biota bentik), karena sangat sedikit logam yang tersedia secara biologis (sebagian besar tidak dapat dimanfaatkan oleh organisme bentik); dan masih sangat sedikit juga logam berat yang bersumber dari aktivitas manusia (logam berat dalam fraksi non resisten).
Ucapan Terima Kasih Makalah ini adalah bagian dari Skripsi Sabam P. Situmorang di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Riset ini merupakan bagian riset Nasib Kontaminan Logam di Delta Berau tahun 2006-2008 yang didanai lewat riset kompetitif LIPI kepada Dr. Zainal Arifin. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para peneliti di Lab. Pencemaran P2O-LIPI yaitu Abdul Rozak, A.Md, Lestari, M.Si, dan Taufik Kaisupy serta Triyoni Purbonegoro, S.Si (Lab. Ekotoksikologi, P2O-LIPI) atas bantuan yang telah diberikan.
423
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Tabel 1.
Logam berat Pb Cr Cu
Persentase pembagian logam berat dalam fraksi sedimen easily reducible (ER), reducible (RED), organic (ORG), residual (RES), resisten (RES), dan non resisten (ER+RED+ORG). Nilai diperoleh dari rata-rata semua stasiun pengamatan ER (%) 0,00 0,03 0,00
RED (%) 2,40 7,83 1,32
RES (%) 97,60 91,55 92,50
ORG (%) 0,00 0,58 6,18
Resisten (%) 97,60 91,55 92,50
Non resisten (%) 2,40 8,44 7,50
Gambar 9. Rata-rata konsentrasi total logam berat Pb, Cr, dan Cu dalam sedimen, air, dan biota bentik di perairan Delta Berau, Kalimantan Timur, April 2007
424
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
ILMU KELAUTAN. Februari 2010. Vol. 2. Edisi Khusus: 415-425__________________________________
Daftar Pustaka Arifin, Z., D. Hindarti, T. Agustini, P. Widianwari, E. Matondang, & T. Purbonegoro. 2006. Nasib Kontaminan Logam dan Implikasinya pada Komunitas Bentik. Penelitian Kompatitif-LIPI. Laporan Akhir 2006. P2O-LIPI. Jakarta. Bendell-Young, L. I & H. H. Harvey. 1992. Geochemistry of Mn and Fe in Lake Sediments in Relation to Lake Acidity. Limnology Oceanography 37(3): 602613. American Society of limnology and Oceanography, Inc. Campbell, P. G. C., A. G. Lewis, P. M. Chapman, A. A. Crowder, W. K. Fletcher, B. Imber, S. N. Luoma, P. M. Stokes, & M. Winfrey. 1988. Biologically Available Metals in Sediments. NRCC/CNRC. Ottawa, Canada. Canadian Environmental Quality Guidelines. 2002. Summary of Existing Canadian Environmental Quality Guidelines. CEQGs. Canada. Hutagalung, H. P., D. Setiapermana, & S. H. Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2. P3OLIPI. Jakarta. Ismail, A. 2005. Pollution Impacts on Bioresources In the Straits of Malacca. A report of IRPA project RM8 (20012005). Departemen of Biology, Universiti Putra Malaysia. Selangor. Malaysia.
John, D. A & J. S. Leventhal. 1995. Bioavailability of Metals. In Edward A. du Bray (Ed.), Preliminary Compilation of Descriptive Geoenvironmental Mineral Deposit Models. U.S. Departmen of the Interior, U.S. Geological. Denver, Colorado. MacKinnon, K., G. Hatta, H. Halim, & A. Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan. Diterjemahkan oleh G. Tjitrosoepomo, Widyantoro, dan Agus. Prenhallindo. Jakarta. Indonesia. xxii + 972 h. Shepard, F. P. 1954. Nomenclature based on sand-silt-clay ratios: Journal of Sedimentary Petrology, 24:151-158. The Nature Conservancy (TNC). 2002. Nilai Sumber Daya Air di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. ESG International Inc. Guelph, Canada. Thomas, C. & L. I. Bendell-Young. 1998. Linking The Sediment Geochemistry of An Intertidal Region to Metal Availibility in The Deposit Feeder Macoma balthica. Marine Ecology Progress Series, 173:197-213. Yap, C.K., A. Ismail, & S.G. Tan. 2003. Concentration,Distribution and Geochemical Speciation of Copper In Surface Sediment of the Strait of Malacca. Pakistan Journal of Biological Sciences, 6 (12):1021-1026.
Geokimia Logam Berat (S. P. Situmorang, et al.)
425