Effect of Party Identity, Value Prominent and Demographic Characteristics Of Choosing Behavior In Kerinci.
ABSTRACT Nopantri , Zaitul 1, Nelmida 1
[email protected]
This study aims to identify and analyze the influence of the party's identity, persona values, and demographic characteristics on voting behavior in Kerinci. The population was Kerinci community numbering 250 people. This study used accidental sampling technique. Data analysis using SPSS version 17 software assistance. The results of this study were 1) Identity of party influence on voting behavior in Kerinci district identity meaning the party for voting behavior in Kerinci district is able to influence the attitude of the people in making decisions in choosing a political party. 2) Value Prominent significant effect on voter behavior in Kerinci district means the value of the figure of a person greatly influenced the relationship between attitudes and behavior, and is also the basis to conform to social values prevailing in society as a voter. 3) Aspects of Demographic Characteristics (age, education level, income level and gender) was also significantly influence voting behavior in Kerinci. This means that there are differences in the demographic karakeristik Kerinci affect voting behavior. Keywords:
Party
Identity,
Characteristics,BehaviorVoters
Value
Prominent,
Aspect
Demographics
1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perilaku pemilih merupakan realitas sosial politik yang tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan internal. Secara eksternal perilaku politik merupakan hasil dari sosialisasi nilainilai dari lingkungannya, sedangkan secara internal merupakan tindakan yang didasarkan atas rasionalitas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Sehingga Perilaku pemilih dan partisipasi politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan . Bagi sebuah partai politik penting untuk mempelajari faktor-faktor yang melatar belakangi mengapa dan bagaimana pemilih menyuarakan pendapatnya hal ini bertujuan agar partai mampu menganalisa rasionalitas pemilih dalam menentukan pilihannya Begitu juga sebaliknya dalam memilih sebuah partai politik maupun kontestan, pemilih memiliki perilaku dalam mengambil keputusan dalam menentukan pilihannya. Perilaku ini berasal dari persepsi pemilih dalam melihat profil maupun trade record dari partai politik ataupun kontestan. Adapun penelitian-penelitian tentang prilaku memilih sudah di lakukan oleh banyak peneliti diantaranya, Yamamura (2011), Subaori (2011), Ahmad Sabri Yusuf ( 2011), dan Marzuki Ali ( 2010) Menurut Ahmad Sabri ( 2010 ) dalam Pemilu secara langsung faktor orientasi/pengenalan partai, sikap perilaku dan karakteristik demografis diyakini berpengaruh besar terhadap perolehan suara dan kemenangan partai hal ini disebabkan setiap kandidat yang akan maju dalam pemilu akan berinteraksi langsung dengan pemilih dan pemilih akan tahu kualitas partai / kandidat yang akan maju begitu pula dengan faktor yang diusung
partai/kandidat akan mempengaruhi pula terhadap kemenangan partai Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini ada beberapa karakteristik perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Pertama,adanya karakteristik demografi yang merupakan kumpulan komunitas masyarakat yang terbentuk atas dasar sistim kekerabatan atau paguyuban berdasarkan keturunan ( gemeinschaft by blood ), dan yang menjadi pemuka masyarakat tersebut berasal dari keluarga / kerabat asli keturunan dari orang yang dipandang terkemuka dari segi sosial ekonomi atau terkemuka karena ketokohannya, sehingga sikap pemilih seringkali menyandarkan diri dan sikapnya terhadap pemuka/tokoh masyarakat tersebut. Sikap ini mencerminkan adanya dominasi ketokohan yang berperan untuk menentukan sikap dan perilaku pemilih bergantung pada pilihan pemuka masyarakat tersebut. Paternalisme sikap dan perilaku pemilih secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya tidak pernah berubah, meskipun terdapat berbagai perubahan dalam kondisi sosial ekonomi, namun hal tersebut tidak menjadi faktor yang mempengaruhi adanya perubahan sosial budaya masyarakat setempat. Kecenderungan untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku pemilih dalam berbagai kehidupan sosial ekonomi, sosial politik maupun sosial budaya, terbatas pada adanya sistem ide atau gagasan dari pemuka masyarakat untuk memodifikasi sistem sosial dan sistem budaya yang sudah mapan dalam kehidupan masyarakat disesuaikan dengan kondisi dan dinamika masyarakat. Faktor ini menjadi kendala bagi partai/ kandidat untuk menerobos masuk ke dalam komunitas masyarakat tersebut dalam rangka pengenalan
partai, sosialisasi atau sekedar silaturahmi. Jika partai/ kandidat berhasil masuk ke dalam komunitas masyarakat tersebut, hanya sebatas etika pergaulan masyarakat yaitu menerima setiap tamu yang bersilaturahmi, tetapi tidak akan mengikuti apa yang diinginkan oleh partai / kandidat yang bersangkutan. Kedua, Ikatan primordialisme, etnis dan kekerabatan menjadi salah satu alasan penting dari masyarakat dalam menyikapi terhadap elektabilitas partai/kandidat. Jika seorang kandidat memiliki latar belakang ikatan primordialisme yang sama dengan ikatan primordialisme masyarakat, maka hal tersebut menjadi alternatif pilihan masyarakat. Ikatan emosional tersebut menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya. Ikatan emosional masyarakat tidak hanya didasarkan atas sistim kekerabatan semata tetapi asal daerah atau tempat tinggal dan status sosial ekonomi juga menjadi unsur penting dalam ikatan emosional komunitas masyarakat tertentu di Kabupaten Kerinci. Hal tersebut terlihat pada basis komunitas masyarakat di daerah pemilihan, daerah/wilayah atau kantong-kantong basis massa yang ditandai dengan adanya simbol-simbol partai/kandidat yang memberikan gambaran dan sekaligus sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut merupakan kantong basis massa partai/kandidat tertentu .Oleh karena itu keterpilihan partai/ kandidat idealnya harus memenuhi standar yang diinginkan pemilih, artinya pemilih akan menentukan pilihannya didasarkan atas seberapa besar kontribusi dan partisipasi partai/kandidat terhadap pemilih atau kelompok pemilih.. Kejelasan tentang visi dan misi serta program yang
disampaikan partai/kandidat, apakah pemilih memahami akan visi dan misi dan program yang disampaikan atau dilakukan partai/ kandidat sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan kepentingan masyarakat banyak atau tidak. Jika hal tersebut di atas tidak dipenuhi oleh partai/ kandidat, maka perilaku pemilih pada suatu saat akan beralih sikap dan orientasinya ke partai/ kandidat lain. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Pengaruh Identitas Partai, Nilai Ketokohan, dan Karakteristik Demografi Terhadap Perilaku Pemilih Di Kabupaten Kerinci. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu : 1. Apakah terdapat pengaruh Identifikasi Partai terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinici 2. Apakah terdapat pengaruh ketokohan terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinici 3. Apakah terdapat pengaruh usia terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 4. Apakah terdapat pengaruh pendidikan terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 5. Apakah terdapat pengaruh pendapatan terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 6. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 7. Apakah terdapat pengaruh Identitas Partai, Nilai Kepribadian, Usia, Pendidikan, Pendapatan dan Jenis Kelamin secara bersama-sama terhadap Perilaku Pemilih di Kabupaten Kerinci
1.3 Tujuan Penelitian Secara ringkas tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis pengaruh identitas partai terhadap perilaku memlih di Kabupaten Kerinci 2. Menganalisis pengaruh nilai ketokohan terhadap perilaku memlih di Kabupaten Kerinci 3. Menganalisis pengaruh umur terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 4. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 5. Menganalisis pengaruh pendapatan terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 6. Menganalisis pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku memilih di Kabupaten Kerinci 7. Menganalisis pengaruh Identitas Partai, Nilai Kepribadian, Usia, Pendidikan, Pendapatan dan Jenis Kelamin secara bersama-sama terhadap Perilaku Pemilih di Kabupaten Kerinci 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan akan dapat diperoleh dengan melakukan penelitian ini, antara lain: 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan penulis dalam meneliti fenomena politik yang terjadi, sehingga menambag pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti 2. Secara teoritis hasil peneltian ini sekiranya dapat bermanfaat menambah khazanah ilmu dalam menganalisis perilaku pemilih 3. Menemukan solusi dan strategi pemecahan masalah yang di hadapi
II. LANDASAN TEORITIS KAJIAN PUSTAKA 2.1 PERILAKU PEMILIH
DAN
Memilih merupakan aktifitas menentukan keputusan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Surbakti (1992) menilai perilaku memilih ialah keikutsertaan warga Negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Menurut Samuel P. Hutington dan Joan Nelson (1990) salah satu wujud dari partsipasi politik ialah kegiatan pemilihan yang mencakup suara, sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalan suatu pemilihan , mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi hasil proses pemilihan. Sementara itu Affan Gaffar (1992) berpendapat untuk menganalisa perilaku pemilih, maka terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis. Pendekatan sosiologis menyatakan bahwa preferensi politik termasuk didalamnya preferensi pemberian suara di daerah pemilihan merupakan produk dari karakteristik sosial ekonomi seperti profesi, kelas sosial,agama dan lainnya. Dengan arti kata bahwa latar belakang seseorang atau kelompok orang seperti jenis kelamin, kelas sosial,ras, etnik, agama , ideologi dan daerah asal merupakan hubungan variabel independen yang mempengaruhi keputusan memilih. 2.2 IDENTITAS PARTAI Partai politik adalah alat besar demokrasi. Bahkan, partai politik menciptakan demokrasi dan demokrasi modern tidak terpikirkan kecuali dalam hal partai. Partai politik telah menjadi
fenomena universal. Dengan pengecualian beberapa monarki seperti Arab Saudi dan diktator militer, setiap negara di dunia memiliki sistem partai sendiri (Mote, 2004) Menurut Palombara (1987) , partai politik adalah organisasi formal yang sadar diri, tujuan utama untuk menempatkan dan memelihara secara pribadi jabatan publik siapa yang akan mengontrol, sendiri atau koalisi, roda pemerintahan." Dan partai politik juga ditentukan oleh Epstein (1967) sebagai "kelompok apapun, namun terorganisir secara longgar, berusaha untuk memilih pejabat pemerintah di bawah naungan label yang diberikan dan fungsinya adalah untuk mengatur partisipasi, bunga agregat, dan sebagai penghubung antara kekuatan sosial dan pemerintah (Huntington,1980). Ini telah dibuktikan oleh Schattschneider (1942) dan Huntingan (1980) bahwa partai politik berfungsi sebagai perantara antara rakyat dan pemerintah. Partai-partai politik melakukan beberapa fungsi penting yang membantu untuk membuat pekerjaan sistem politik secara efisien dan efektif. Dengan fungsi serius partai politik, penting bagi para kandidat dan pemilih untuk membuat keputusan yang tepat pada identitas partai politik mereka. Menurut Asher (1992) identitas partai disebut sebagai psikologis seseorang atau perasaan kesetiaan kepada partai politik atau orientasi afektif individu untuk obyek kelompok penting dalam lingkungannya" Identitas partai membutuhkan proses pembelajaran yang lama, dan karena itu diakui sebagai pengaruh jangka panjang pada perilaku pemilih. Menurut Bone dan Ranney (1976), lebih dari 80 persen dari warga Amerika melakukan beberapa tingkat preferensi pribadi untuk mengidentifikasi partai, dan kurang dari 20 persen dari mereka
menyatakan tidak ada kesetiaan kepada partai politik. Loyalis partai tidak perlu menghabiskan waktu untuk menganalisis dan pemahaman politik karena label partai memungkinkan pemilih untuk memilah kompleksitas dan memilih calon partai disukai mereka, pihak yang menuntut mereka untuk dekat dengan kepentingan mereka.Oleh karena itu indentitas partai di anggap penting dalam mempengaruhi sikap masyarakat dalam menentukan keputusannya dalam memilih partai politik 2.3 NILAI KETOKOHAN Definisi nilai adalah keyakinan yang dipegang teguh tentang apa yang baik, benar, dan sesuai dengan hati nurani. Nilai yang mendalam dan tetap konstan dari waktu ke waktu. Manusia mengakumulasi nilai-nilai mereka sejak kecil berdasarkan ajaran dan pengamatan orang tua, guru, pemuka agama, dan orang-orang berpengaruh dan berkuasa lainnya. Nilai-nilai pribadi menunjukkan perilaku sosial yang diinginkan, tandatanda konsistensi sosial meminta individu untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam tindakan komunal mereka. (Kluckhohn, 1951). Meglino dan Ravlin (1998) menyatakan bahwa nilai perilaku konsisten menghasilkan perasaan negatif seperti, orang yang gagal untuk bertindak, atau dicegah untuk bertindak, sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka harus menunjukkan menurunkan tingkat kepuasan. Sementara menurut Rokeach ( 1968) nilai-nilai pribadi didefinisikan sebagai cita-cita abstrak, positif atau negatif terikat pada objek atau situasi tertentu, yang menjadi keyakinan seseorang tentang perilaku yang ideal. Nilai-nilai pribadi berhubungan dengan hampir semua bentuk perilaku manusia
dan adanya efek dari interaksi pribadi. Nilai-nilai pribadi yang berhubungan dengan hampir semua perilaku manusia, dan ketika mereka memiliki nilai-nilai pribadi yang sama mereka cenderung memiliki perilaku yang sama (Mc Murry,1963). Meskipun bagaimana nilai-nilai pribadi mempengaruhi, perilaku pemilih yang jelas penelitian ini akan menyelidiki lebih lanjut hubungan ini. Nilai-nilai yang dipegang teguh keyakinan bahwa panduan perilaku manusia dan keputusan yang diambil dan berada sangat dalam alam bawah sadar dan terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari. Manusia membuat keputusan dan memilih perilaku, teman, pekerjaan, dan hiburan sebagian besar didasarkan pada nilainilai mereka. Nilai-nilai pribadi juga telah dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia, kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, harapan sosial individu dan itu adalah hal yang penting pada studi manusia (Rokeach,1968). Mengapa nilai-nilai penting untuk pengembangan pribadi? Manusia cenderung menjalani kehidupan mereka sesuai dengan nilai. Mereka cenderung menganggap mereka sebagai nilai-nilai absolut dan universal, apa yang terasa tepat untuk mereka harus cocok untuk semua orang, tetapi apakah itu? Secara intelektual, mereka tahu jawabannya adalah tidak. Mereka dengan mudah menggunakan frase "tekanan yang berbeda untuk orang yang berbeda" karena mereka mengamati perilaku yang menghibur, tetapi tidak mengancam mereka.. Mengikuti artikel berorientasi pada nilai akan membantu untuk memahami pentingnya nilai-nilai, mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai pribadi mereka sendiri, dan memberikan informasi untuk membantu mereka
sadar fokus pada kehidupan berbasis nilai. Penilaian karir diri harus mencakup analisis kekuatan inti Memajukan karir dengan mengakui kekuatan inti yang unik dan memanfaatkan mereka. Dalam penelitian kontemporer, nilai-nilai pribadi yang populer digunakan oleh peneliti pemasaran sebagai alat mereka untuk penelitian pemasaran. Nilai-nilai pribadi dapat digunakan sebagai variabel dependen mana karakteristik demografi seperti usia, jenis kelamin, ras yang terutama variabel independen (Timmer dan Kahle, 1983) (Ness dan Stith, 1984). Nilai-nilai pribadi juga dapat diperlakukan sebagai variabel independen dalam penelitian ini pada hubungan antara demografi karakteristik dan nilai-nilai pribadi, peneliti pemasaran telah meneliti pengaruh nilai-nilai pribadi pada perilaku konsumen selama beberapa dekade. (Rosenberg,1956) . Menurut Firmanzah ( 2007), O’Cass dan Pecotich(2005) dan Nursal ( 2004) bahwa nilai-nilai pribadi dari ketokohan seseorang akan memberikan pengaruh terhadap sikap masyarakat dalam keputusan memilih partai politik . Demikian halnya kredibilitas tokoh seperti yang diungkapkan oleh Fuholin (2001) merupakan salah satu faktor penting dalam political campaing. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa kredibilitas atau nilai-nilai ketokohan dalam pemilihan umum merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi keputusan dalam memilih. Karena seperti konsep sikap yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1980), pemilih saat ini memilki kecerdasan yang tinggi dalam menilai baik atau buruknya seorang tokoh. Untuk itu pemilih dengan kemampuan nalarnya akan menilai
tokoh pada partai politik sehingga akan mempengaruhi perilaku mereka dalam memutuskan memilih partai politik atau tokoh tersebut. 2.4. KARAKTERISTIK DEMOGRAFIK Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Adapun menurut Boeree (2008) karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia. Widianingrum (1999) mengatakan bahwa karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status social seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Sementara menurut Efendi (2001), demografi berkaitan dengan struktur penduduk umur, jenis kelamin, dan status sosial sedangkan data kultural mengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya. Dalam penelitian ilmu sosial terutama dalam penelitian manajemen sumber daya manusia, variabel karakteristik demografi merupakan variabel yang penting dan sering digunakan untuk memberikan penjelasan yang lebih akurat atas suatu fenomena. Dalam penelitian sosial variabel demografi sering digunakan sebagai salah satu pembeda antar kelompok uji dan kelompok kendali sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin,pekerjaan, pendidikan, agama,suku bangsa, pendapatan , jenis
keluarga, status pernikahan, lokasi geografi dan kelas sosial. Fenstein (2001) dalam penelitiannya mengenai hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi menggunakan usia, masa kerja, tingkat pendidikan, posisi, status perkawinan, jarak kantor dengan tempat tinggal dan jam kerja per minggu sebagai variabel demografi hanya saja didalam penelitian ini untuk mengukur pengaruh karakteristik demografi terhadap perilaku pemilih indicator variabel yang akan di gunakan meliputi : Agama, Jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lokasi geografik dan pendapatan 2.5 KERANGKA KONSEPTUAL Model Penelitian
Kerangka
Konsep
( X1) IDENTITAS PARTAI
(X2) NILAI KETOKOHAN
(X3) UMUR
(X4) PENDIDIKAN
(X5) PENDAPATAN
(X6) JENIS KELAMIN
(Y) PERILAKU MEMILIH DI KABUPATEN KERINCI
III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif , dimana pengukuran variabel –variabel dalam penelitian dengan memberikan skor guna di analisis lebih lanjut untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan sebelumnya. Hipotesis penelitian, diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan pendekatan matematis. 3.2 Populasi dan Objek Penelitian Populasi menurut Arikunto (2002:108) adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Kerinci yang pernah mengikuti Pemilu ( pemilihan umum ) pada tahun 2009 , jadi populasi dari penelitian ini sifatnya tidak terbatas Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 250 responden, jumlah ini ditetapkan menurut Malhotra (2005: 368-369), bahwa jumlah sampel atau responden dengan jumlah populasi yang tak terbatas paling sedikit empat atau lima kali jumlah sub variabel yang diteliti. 3.3 Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Bungin (2010) data primer adalah data yang langsung diperoleh sumber data pertama pada lokasi penelitian atau objek penelitian. Data primer berupa data tanggapan responden penelitian pada kuesioner penelitian pada variabel Identitas Partai, Nilai Ketokohan dan Karakteristik Demografi pengaruhnya terhadap Kepetusan memilih di Kabupaten Kerinci
3.4. PENGUJIAN INSTRUMEN 3.4.1 Uji validitas. Uji ini dilakukan guna mengukur sejauh mana butir-butir pernyataan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang hendak diukur oleh kuesioner tersebut. Sekaran (2000) menyatakan suatu skala pengukuran disebut valid apabila skala pengukuran tersebut dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur ( lihat Kuncoro ( 2003:151). Bila skala pengukuran tidak valid maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor masing-masing butir dengan skor totalnya. Penentuan valid tidaknya suatu butir pernyataan dan variabel yang diuji dengan cara membandingkan nilai korelasi yang dihitung dengan nilai kritis tabel korelasinya dengan taraf signifikansi satu persen atau lima persen. Jika nilai korelasi haisl perhitungan lebih kecil dari nilai kritis tabel, maka butir pertanyaan atau variabel tersebut tidak valid, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS ver.15 untuk menghitung korelasi dalam uji validitas ini. Teknik penghitungan korelasi yang digunakan adalah corrected item-total correlations yang diformulasikan sebagai berikut ( Nugroho, 2005:67)
3.5 Analisis Deskriptif
Keterangan: r = koefisien korelasi x = skor pernyataan ke-n y = skor total xy = skor pernyataan dikalikan skor total N = jumlah responden
ke-n
3.4.2. Uji Reliabilitas. Sekaran (2000) menyatakan pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dan stabilitas dari suatu skala pengukuran (lihat Kuncoro,2003:154). Kuesioner dikatakan reliabel atau handal apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relatif konsisten. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS ver.15 dengan menggunakan metode Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha merupakan interkorelasi rata-rata diantara butir-butir pengukur dengan rumus sebagai berikut ( Riduan,2006:125):
r = Keterangan : r = koefisien reliabilitas instrumen = jumlah varians skor tiap butir pernyataan = total varians k = jumlah butir pernyataan
Analisis ini bermaksud untuk menggambarkan karakteristik masingmasing penelitian. Pada penelitian ini akan dijelaskan kondisi sebenarnya masing-masing variabel.Pada tahap pertama dilakukan perhitungan persentase jawaban responden dengan rumus sebagai berikut:
P =
x
100 % Dimana : P = Persentase hasil yang diperoleh F = Frekuensi hasil yang diperoleh N = Jumlah responden yang dijadikan sampel 100 = Angka tetap persentase Selanjutnya dihitung rata-rata skor dari masing-masing butir pernyataan beserta indikatornya dengan menggunakan rumus berikut ( Arikunto,2006:71) Rata –rata skor = Dimana : ∑ fi = Total frekuensi ke i Wo = Bobot ∑f = Total frekuensi Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap Tingkat Capaian Responden (TCR) digunakan rumus berikut : TCR = x 100 Dimana : TCR = tingkat pencapaian jawaban responden Arikunto (2006:72) menyatakan bahwa kriteria nilai tingkat capaian responden (TCR) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Persentase Pencapaian Kriteria 90% - 100 % : Sangat Baik 80 % - 89,99 % : Baik 65 % - 79,99% : Cukup Baik 55% - 64, 99% : Kurang Baik 0% - 54, 99% : Tidak Baik 3.6 Asumsi Klasik 3.6. 1Uji Normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau variabel residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2006). Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distributif kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika data residual adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 3.6.2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Imam Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi yaitu: 1. Nilai R square (R2) yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matrik korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 9,0) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. 3. Melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 1,0. 3.6.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas dalam model persamaan regresi digunakan metode glejser. Metode ini melakukan regresi antara nilai absolut dari tiap variabel independen. Apabila koefisien regresi tersebut signifikan maka dapat heteroskedasisitas di dalam data. (Gujarati Damodar N, 2003). 3.6.4. Uji Regresi Linear. Untuk membuktikan arah pengaruh antara variabel Independen dengan variabel dependen maka gunakan persamaan regresi linear berganda. Metode regresi linear berganda memiliki fungsi persamaan dasar yaitu : Y = a + b X1 + b X2 + b X3 + e Keterangan :
Y = Perilaku Pemilih X = Variabel bebas ( Indentitas partai, Nilai Ketokohan, dan Karakteristik Demografik) a = konstanta b = koefisien regresi e =kesalahan penganggu ( 10 %) 3.6.5 Pengujian Statistik (Goodness of Fit) Setelah model bebas dari pengujian asumsi klasik, dilanjutkan dengan justifikasi statistik. Justifikasi statistik merupakan uji giving goodness of fit model yang menyangkut ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dengan melihat dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t (Imam Ghozali, 2005). 3.6.6. Koefisien Determinasi ( R² ) Koefisien Determinasi(R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel indepnden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen.
Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Imam Ghozali, 2005). 3.6.7. Uji Signifikasi Simultan (Uji F) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis digunakan statistik F dengan pengambilan keputusan sebagai berikut (Imam Ghozali, 2005) : -Quick look : jika nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5 persen, dengan kata lain menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. -Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3.6.8. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t) Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut (Imam Ghozali, 2005) : -Quick look : jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5 persen, maka Ho dapat ditolak jika nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut).
Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. -Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Jika nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 3.8. Pengujian Hipotesis 3.81.1. Uji Statistik Merupakan suatu uji statistik yang digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent secara statistik . Menurut Gujarat ( dalam Norantika, 2007) merumuskan pengujian statistik sebagai berikut : t = b/Sb Keterangan : t : mengikuti fungsi dengan derajat kebebasan ; (df) = n-2 Sb : Standar baku b : Koefisien Regresi 3.81.2. Kriteria Pengujian : 1) Jika nilai signifikan < α maka keputusannya adalah Ho di tolak dan Ha diterima berarti dapat disimpulkan Indentitas Partai, Nilai Kepribadian tokoh dan karakterisik demografis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pemilih 2) Jika nilai signifikan >α maka keputusannya adalah Ho di terima dan Ha ditolak berarti dapat disimpulkan Indentitas Partai, Nilai Kepribadian tokoh
dan karakterisik demografis memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perilaku pemilih
3.9 Hasil Analisis Deskriptif 3.9.1 Deskriptif Variabel Perilaku Pemilih skor rata-rata indikator Indentitas dan citra positif sebesar 3,95 dengan tingkat capaian responden sebesar 79 %. Hal ini menunjukkan bahwa indikator indentitas dan citra positif berada pada kategori cukup baik . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identitas dan citra positif dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Skor rata-rata indikator ketokohan yang kuat sebesar 3,78 dengan tingkat capaian responden sebesar 75,60 %. Hal ini menunjukkan bahwa indikator ketokohan yang kuat berada pada kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketokohan yang kuat dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci Skor rata-rata indikator Kesamaan Usia.Pendidikan, Pendapatan dan Gender sebesar 3,32 dengan tingkat capaian responden sebesar 66,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan usia.pendidikan, pendapatan dan gender berada pada kategori cukup baik . .Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesamaan usia.pendidikan, pendapatan dan gender dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci 3.9.2Deskriptif Variabel Indentitas Partai skor rata-rata indikator partai memiliki citra kuat sebesar 3.59 dengan tingkat capaian responden sebesar 71.80 %. Hal ini menunjukkan bahwa indikator partai
memiliki citra kuat berada pada kategori cukup baik . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa` partai memiliki citra kuat dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Skor rata-rata indikator partai memperhatikan masyarakat sebesar 3.72 dengan tingkat capaian responden sebesar 74.40 %. Hal ini menunjukkan bahwa partai memperhatikan masyarakat berada pada kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partai memperhatikan masyarakat dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci Skor rata-rata indikator partai peduli terhadap masyarakat sebesar 3,84 dengan tingkat capaian responden sebesar 77.00 %. Hal ini menunjukkan partai peduli terhadap masyarakat berada pada kategori cukup baik. .Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partai peduli terhadap masyarakat dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci Skor rata-rata partai yang amanah sebesar 3,20 dengan tingkat capaian responden sebesar 64,00 %. Hal ini menunjukkan bahwa partai yang amanah berada pada kategori cukup baik . .Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partai yang amanah dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci 3.9.33 Deskriptif Variabel Nilai Ketokohan skor rata-rata 3,68 indikator tokoh memiliki kredibilitas dipartai sebesar dengan tingkat capaian responden sebesar 73,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa indikator Tokoh memiliki kredibilitas dipartai berada pada kategori cukup baik . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa` Tokoh memiliki kredibilitas dipartai
dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Skor rata-rata indikator Tokoh diterima masyarakat sebesar 3,78 dengan tingkat capaian responden sebesar 75,60 %. Hal ini menunjukkan bahwa Tokoh diterima masyarakat berada pada kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tokoh diterima masyarakatdalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci Skor rata-rata indikator tokoh memiliki kredibilitas di masyarakat sebesar 3,95 dengan tingkat capaian responden sebesar 79.00 %. Hal ini menunjukkan tokoh memiliki kredibilitas di masyarakat berada pada kategori cukup baik. .Dengan demikian dapat dikatakan tokoh memiliki kredibilitas di masyarakat dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci Skor rata-rata tokoh memperhatikan masyarakat sebesar 3,32 dengan tingkat capaian responden sebesar 66,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh memperhatikan masyarakat berada pada kategori cukup baik .Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tokoh memperhatikan masyarakat dalam perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci 3.10 Hasil Uji Asumsi Klasik 3.10.1 Uji Multikolinieritas Tabel Hasil Uji Multikolinieritas No
1 2 3 4 5
Variabel Bebas
Indentitas Partai (X1) Nilai Ketokohan (X2) Usia ( X3) Pendidikan (X4) Pendapatan (X5) Jenis Kelamin (X6)
Nilai Tolerance .919
Nilai VIF (%) 1.088
.565
1.769
.696 .564 .963 .729
1.438 1.773 1.038 1.372
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel bebas
dalam penelitian ini lebih kecil dari 10 sedangkan nilai toleransi semua variabel bebas lebih dari 10 % yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 90 %, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. 3.10.2 Uji Heterokedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual, dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat digunakan metode grafik Scatterplot yang dihasilkan dari output program SPSS versi 17, Apabila pada gambar menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini dapat disimpulka n tidak terjadi adanya heterokedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2005).
B
Std. Error
1
(Constant)
1.040
1.123
Identitas Partai
.126
.040
Nilai KKetokohan
.268 .626
Usia
Collinearity Statistics t
Sig.
.926
.355
.159
3.17 9
.054
.316
.258
.139
Beta
.152
.312
4.89 6
.000
.564
1.773
Pendapatan
.739
.231
.156
3.19 5
.002
.963
1.038
-2.845-
.494
-.323-
5.76 1-
.000
.729
1.372
a. Dependent Variable: Perilaku Pemilih
Coefficientsa
Model
.746
Jenis kelamin
3.11 Analisis Persamaan Regresi Linear Berganda Tabel Hasil Estimasi Regresi Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Pendidikan
Tolerance
VIF
.002
.919
1.088
4.95 3
.000
.565
1.769
2.42 6
.016
.696
1.438
Dari Tabel Hasil Estimasi Regresi dapat disimpulkan bahwa : a. Variabel identitas partai, nilai ketokohan,usia, pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin mempunyai arah koefisien yang bertanda positif terhadap perilaku pemilih. b. Koefisien identitas partai memberikan nilai sebesar 0,159 yang berarti bahwa jika identitas partai semakin baik dengan asumsi variabel lain tetap maka perilaku pemilih akan mengalami peningkatan. c. Koefisien nilai ketokohan memberikan nilai sebesar 0,316 yang berarti bahwa jika nilai kotokohan semakin tinggi dengan asumsi variabel lain tetap maka perilaku pemilih akan mengalami peningkatan. d. Koefisien usia memberikan nilai sebesar 0,139 yang berarti bahwa jika usia semakin bertambah dengan asumsi variabel lain tetap maka perilaku pemilih akan mengalami peningkatan. e. Koefisien pendidikan memberikan nilai sebesar 0,312 yang berarti bahwa jika pendidikan semakin tinggi dengan asumsi variabel lain tetap maka perilaku pemilih akan mengalami peningkatan. f. Koefisien pendapatan memberikan nilai sebesar 0,156 yang berarti bahwa jika pendapatan semakin tinggi dengan asumsi variabel lain tetap maka perilaku pemilih akan mengalami peningkatan. g. Koefisien jenis kelamin memberikan nilai sebesar 0,323
yang berarti bahwa jika jenis kelamin semakin ` seimbang dengan asumsi variabel lain tetap maka perilaku pemilih akan mengalami peningkatan.
3.11. Pengujian Hipotesis 3.11.1 Uji Hipotesis Pertama Perumusan hipotesis: Ho : βi = 0 tidak ada pengaruh positif antara identitas partai dengan perilaku pemilih Ha : βi > 0 terdapat pengaruh positif antara identitas partai dengan perilaku pemilih Nilai sig untuk identitas partai (X1) adalah 0,002 . Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,002 < 0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak.Jadi thitung< ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel identitas partai( X1) memiliki kontribusi terhadap perilaku pemilih (Y). Nilai t negatif menunjukkan bahwa identitas partai (X1) mempunyai hubungan yang searah dengan perilaku pemilih (Y.) Jadi dapat disimpulkan identitas partai ( X1) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih (Y) 3.11.2 Uji Hipotesis Kedua Perumusan Hipótesis: Ho : βi = 0 tidak ada pengaruh positif antara nilai ketokohan dengan perilaku pemilih Ha : βi > 0 terdapat pengaruh positif antara nilai ketokohan dengan perilaku pemilih Nilai sig untuk nilai ketokohan (X2) adalah 0,000. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,000<0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak .Jadi thitung< ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai ketokohan ( X2 )memiliki kontribusi
terhadap perilaku pemilih (Y). Nilai t positif menunjukkan bahwa nilai ketokohan (X2) mempunyai hubungan yang searah dengan perilaku pemilih (Y.) Jadi dapat disimpulkan nilai ketokohan ( X2 ) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih (Y)
3.11.3 Uji Hipotesis Ketiga Perumusan Hipótesis: Ho : βi = 0 tidak ada pengaruh positif antara usia dengan perilaku pemilih Ha : βi > 0 terdapat pengaruh positif antara usia dengan perilaku pemilih Nilai sig untuk usia (X3) adalah 0,016.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,016 < 0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak Jadi thitung< ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel usia ( X3) memiliki kontribusi terhadap perilaku pemilih (Y). Nilai t positif menunjukkan bahwa usia (X3) mempunyai hubungan yang searah dengan perilaku pemilih (Y.) Jadi dapat disimpulkan usia (X3) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih (Y) 3.11.4 Uji Hipotesis Keempat Perumusan hipotesis: Ho : βi = 0 tidak ada pengaruh positif antara pendidikan dengan perilaku pemilih Ha : βi > 0 terdapat pengaruh positif antara pendidikan dengan perilaku pemilih Dari tabel 4.18 terlihat bahwa nilai sig untuk pendidikan (X4) adalah 0,000 . Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,000 < 0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak Jadi thitung< ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan ( X4) memiliki kontribusi terhadap perilaku pemilih (Y). Nilai t positif menunjukkan bahwa pendidikan (X4) mempunyai hubungan yang searah
dengan perilaku pemilih (Y). Jadi dapat disimpulkan pendidikan (X4) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih (Y) 3.11.5. Uji Hipotesis Kelima Perumusan hipotesis: Ho : βi = 0 tidak ada pengaruh positif antara pendapatan dengan perilaku pemilih Ha : βi > 0 terdapat pengaruh positif antara pendapatan dengan perilaku pemilih Nilai sig untuk pendapatan (X5) adalah 0,002 . Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,002 < 0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak Jadi thitung< ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan ( X5) memiliki kontribusi terhadap perilaku pemilih (Y). Nilai t positif menunjukkan bahwa usia (X5) mempunyai hubungan yang searah dengan perilaku pemilih (Y.) Jadi dapat disimpulkan pendapatan (X5) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih (Y). 3.11. 6 Uji Hipotesis Keenam Perumusan hipotesis: Ho : βi = 0 tidak ada pengaruh positif antara jenis kelamin dengan perilaku pemilih Ha : βi > 0 terdapat pengaruh positif antara jenis kelamin dengan perilaku pemilih Nilai sig untuk jenis kelamin (X6) adalah 0,000 . Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,000 < 0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak Jadi thitung< ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jenis kelamin (X6) memiliki kontribusi terhadap perilaku pemilih (Y). Nilai t positif menunjukkan bahwa jenis kelamin (X6) mempunyai hubungan yang searah dengan perilaku pemilih (Y.) Jadi dapat disimpulkan jenis kelamin (X6) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih (Y)
3.12.Pembahasan Hasil Penelitian 3.12.1 Pengaruh Identitas Partai terhadap Perilaku Pemilih Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama telah membuktikan tidak terdapat pengaruh antara identitas partai terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,002 < 0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak.Jadi thitung< ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel identitas partai( X1) memiliki kontribusi terhadap perilaku pemilih (Y). Nilai t negatif menunjukkan bahwa identitas partai (X1) mempunyai hubungan yang searah dengan perilaku pemilih (Y).Oleh karena itu indentitas partai bagi perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci mempengaruhi sikap masyarakat dalam menentukan keputusannya dalam memilih partai politik. Hal ini didukung oleh teori menurut Asher (1992) dimana identitas partai disebut sebagai psikologis seseorang atau perasaan kesetiaan kepada partai politik atau orientasi afektif individu untuk obyek kelompok penting dalam lingkungannya” Identitas partai membutuhkan proses pembelajaran yang lama, dan karena itu diakui sebagai pengaruh jangka panjang pada perilaku pemilih.. Oleh karena itu indentitas partai di anggap penting dalam mempengaruhi sikap masyarakat dalam menentukan keputusannya dalam memilih partai politik Temuan penelitian juga ini sangat relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Sabri Yusuf (2011), menemukan bahwa indentitas partai berpengaruh terhadap perilaku pemilih
3.12.2 Pengaruh Nilai Ketokohan terhadap Perilaku Pemilih Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa nilai ketokohan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t sig untuk nilai ketokohan (X2) adalah 0,000. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,000<0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak Artinya nilai ketokohan seseorang berpengaruh pada hubungan antara sikap dan perilaku dan juga merupakan dasar untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat sebagai pemilih hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana menurut Firmanzah (2007), O’Cass dan Pecotich(2005) dan Nursal ( 2004) bahwa nilai-nilai pribadi dari ketokohan seseorang akan memberikan pengaruh terhadap sikap masyarakat dalam keputusan memilih partai politik . Demikian halnya kredibilitas tokoh seperti yang diungkapkan oleh Fuholin (2001) merupakan salah satu faktor penting dalam political campaing. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa kredibilitas atau nilai-nilai ketokohan dalam pemilihan umum merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi keputusan dalam memilih.. Temuan penelitian ini didukung oleh Marzuki Ali (2011), menemukan bahwa nilai ketokohan berpengaruh terhadap perilaku pemilih. 3.12.3 Pengaruh Usia terhadap Perilaku Pemilih Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga,keempat,kelima dan keenam telah membuktikan terdapat pengaruh antara usia (X3) terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t sig untuk nilai ketokohan (X2) adalah 0,016.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,016<0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak Artinya usia seseorang berpengaruh pada hubungan antara sikap dan perilaku dan juga merupakan dasar untuk menyesuaikan diri dengan nilainilai sosial yang berlaku dalam masyarakat sebagai pemilih Temuan penelitian ini sangat relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Sabri Yusuf (2011), menemukan bahwa bahwa usia berpengaruh terhadap perilaku memilih 3.12..4. Pengaruh Pendidikan terhadap Perilaku Pemilih Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat telah membuktikan terdapat pengaruh antara pendidikan (X4) terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t sig untuk nilai pendidikan (X4) adalah 0,000. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,00<0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak Artinya nilai tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada hubungan antara sikap dan perilaku dan juga merupakan dasar untuk menyesuaikan diri dengan nilainilai sosial yang berlaku dalam masyarakat sebagai pemilih Temuan penelitian ini sangat relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Sabri Yusuf (2011), menemukan bahwa bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku memilih. 3.12.5. Pengaruh Pendapatan terhadap Perilaku Pemilih Berdasarkan hasil pengujian kelima telah membuktikan terdapat pengaruh antara pendapatan (X4)
terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t sig untuk tingkat pendapatan (X4) adalah 0,002. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,002<0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak Artinya tingkat pendapatan seseorang berpengaruh pada hubungan antara sikap dan perilaku dan juga merupakan dasar untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat sebagai pemilih Temuan penelitian ini juga sangat relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Sabri Yusuf (2011), menemukan bahwa bahwa tingkat pendapatan berpengaruh terhadap perilaku memilih 3.12.6. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Perilaku Pemilih Berdasarkan hasil pengujian keenam telah membuktikan terdapat pengaruh antara perbedaan jenis kelamin (X6) terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t sig untuk perbedaan jenis kelamin (X6) adalah 0,000. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,00<0,05, maka H1 diterima dan Ho di tolak Artinya perbedaan jenis kelamin seseorang berpengaruh pada hubungan antara sikap dan perilaku dan juga merupakan dasar untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat sebagai pemilih Temuan penelitian ini sangat relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Sabri Yusuf (2011), menemukan bahwa bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap perilaku memilih IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan berikut ini: 1. Identitas partai berpengaruh terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci artinya identitas partai bagi perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci mampu mempengaruhi sikap masyarakat dalam menentukan keputusannya dalam memilih partai politik. 2. Nilai Ketokohan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Kerinci artinya nilai ketokohan seseorang sangat dipengaruhi pada hubungan antara sikap dan perilakunya dan juga merupakan dasar untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat sebagai pemilih 3 . Aspek Karakteristik Demografik ( usia, tingkat pendidikan , tingkat pendapatan dan jenis kelamin ) juga berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih di Kerinci. Artinya perbedaan karakeristik demografik yang ada di Kabupaten Kerinci mempengaruhi perilaku pemilih. 4.2 Implikasi Peneltian Berdasarkan hasil penelitian maka dirumuskan implikasi hasil penelitian sebagai berikut : 1. Teori-teori tentang identitas partai, nilai ketokohan dan aspek karakteristik demografik dan perilaku pemilih akan banyak di pelajari khususnya oleh pihak yang mengelola partai politik sebagai bekal agar dapat memehami dengan baik tentang perilaku pemilih. Dengan demikian, teori-teori
tersebut akan lebih menjadi berkembang dan dinamis karena akan banyak dicari dan di butuhkan oleh praktisi politik. 2. Penelitian ini masih dilakukan dalam wilayah kajian yang masih sempit yaitu hanya di Kabupaten Kerinci dengan sampel responden sebanyak 250 orang . Keterbatasan ini tentunya akan memberikan dampak terhadap wilayah generalisasi hasil penelitian yang kurang pula.. Oleh karena itu akan ada penelitian lanjutan dengan wilayah kajian yang lebih luas sehingga hasil penelitiannya benar-benar dapat menghasilkan informasi akuratyang dapat menjelaskan tentang perilaku pemilih di Indonesia
Gaffar, Afan (1992), Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press Nursal,A (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu,Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Newman dan Shelt (1985) A Model of Primary Voter Behavior, Journal of Consumer Research, (12):178-187 Firmanzah (2004), Peran Ilmu Marketing dalam Dunia Politik: Menuju Marketing Politik di Indonesia? Manajemen Usahawan, (33)1:p1-15
DAFTAR PUSTAKA
Sabri Yusuf, Ahmad (2011) . An Exploratory Study On Relationships Between Party Identification, Personal Values, Demographics Characteristics Affect On Voting Behavior, Thesis UUM Malaysia Marzuki Ali, (2010). Pemasaran Politik dan Politik Kepartaian di Indonesia (kajian Pemilihan Umum Tahun 2009 di Daerah Khusus Ibukota Jakarta) Disertasi Doktor,UUM Malaysia Hutami Gartiria (2011) Pengaruh konflik peran dan ambiguitas peran terhadap komitmen independensi auditor internal Pemerintah Daerah (studi empiris pada inspektorat kota semarang)
Newcomb, T.M. (1978). The Acquaintance Process: Looking Mainly Backward, Journal of Personality and Social Psichology, (36): 1075-1083 Pattie, C.J. dan Johnston, R.J (2004). Party Knowledge and Candidate Knowledge: Constituency Campaingning and Voting at the 1997 British General Election. Electoral Studies, 23(4):795-819 Sargent,L.T (1987). Contemporary Political Ideologies, A Comparative Analysis. Pasific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company Chapman dan Palda (1983) Electoral Turnout in Rational Voting and Consumption Perspective,
Journal of Consumer Reserach, 9,337-346 Fiorina, M.P. (1981) The Voting Decision : Instrumental and Experience Aspect, Journal Of Politics, 38,390-415 Joseph La Palombara (1987) “Political Parties and Political Development Princeton, NJ: Princeton University Press, Schattschneider, E.E. (1960). The Semisovereign People: A Realist’s View of Democracy in America. New York : Holt,Rinehart,and Winston Asher,H.B. (1992) . “ Presidential Elections and American Politics,” Pacific Grove, CA : Brooks/Cole Publishing Company Bone, H.A dan A. Ranney. (1976), Politics and Voters, New York : McGraw-Hill,Inc. Kluckhohn, C (1951). Values and value Orientations in theory of Action, An Explaination in Defination and Classification, In Parson, T.and E.Shills(Eds), Towards a general Theory of Action, Cambridge, Massachusetts, Harvard University press Rokeach, M.J. ( 1968) Belief, Attitude and Values, San Francisco: Jossey-Bass Mc Murry, R.N (1963) “ Conflicts in Human Values” Harvard Bussines Review,40,130-145 Becker dan Connor (1981). Personal Values of Heavy User of Mass Media, Journal of Adverstising Research, 21,37-43
Fuholin, Elisa (2001), Image of Subtance? Candidate of Campaign ? A Case Study of a Presidential Election Campaign in Finland, Corporate Communications: An International Journal, 6(3):124130 Ajzen, I (1991), The Theory of Planned Behaviour, Organization Behaviour and Human Decision Processes.50,179-211. Bungin, B., (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sekaran, U (2003). Research Methods for Business: A Skill Building Approach. USA: John Wiley & Soons,Inc Kuncoro, M., ( 2007), Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis Ekonomi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN