LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Asam dan Basa
Disusun Oleh: Anastasia Latif ( XI IPA 1 ) Christine ( XI IPA 1 ) Josephine Putri ( XI IPA 2 ) Kelvin Ricky (XI IPA 2 ) Patty Regina (XI IPA 1 ) Windy Saputra ( XI IPA 1 )
I.
Tujuan Percobaan Menentukan pH suatu larutan elektrolit dengan cara menguji larutan itu dengan indikator yang diketahui trayek perubahan warnanya.
II. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, asin dan manis pada makanan atau minuman yang kita cicipi, bukan? Pada dasarnya rasa makanan, minuman atau zat tertentu yang terasa asam, pahit, getir, asin dan manis disebabkan karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara bersama-sama. Teori Asam-Basa: A. MENURUT ARRHENIUS Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+. Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-. Contoh: 1) HCl(aq)
→ H+(aq) + Cl-(aq)
2) NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq) B. MENURUT BRONSTED-LOWRY Asam ialah donor proton (H+), sedangkan basa adalah akseptor proton (H+). Contoh: 1) HAc(aq) + H2O(l) ↔
H3O+(aq) + Ac-(aq)
HAc
dengan
Ac-
merupakan
pasangan
asam-basa
konjugasi.
H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konjugasi. 2) H2O(l) + NH3(aq) ↔ H2O
dengan
NH4+(aq) + OH-(aq)
OH-
merupakan
pasangan
asam-basa
konjugasi.
NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konjugasi. Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter) C. MENURUT LEWIS Asam adalah penerima pasangan elektron dari basa, sedangkan basa adalah pemberi pasangan electron kepada asam. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah dari orbital terisi yang tertinggi dari suatu basa. Jadi, pasangan elektron dari basa dan pasangan elektron dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan. Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi BronstedLowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi. Sifat asam atau basa suatu senyawa dapat diketahui dengan cara mencicipi. Namun, pengnenalan dengan cara ini beresiko tinggi karena ada senyawa kimia yang bersifat racun. Pengenalan senyawa atau basa dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus dan indikator asam – basa. a. Kertas Lakmus
Indikator sebagai asam lemah Lakmus Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah. Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalamair. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru. Apa yang terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini? Penambahan ion hidroksida:
a. Penambahan ion hidrogen:
b.
Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding: Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya.
c. Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain. Ada 2 macam kertas lakmus yang biasa digunakan untuk mengenali senyawa asam atau basa, yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru berubah menjadi merah jika bereaksi dengan senyawa asam, sedangkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru jika bereaksi dengan senyawa basa.
d.
Indikator asam – basa
Indikator asam basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut, indikator dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat asam atau basa. Indikator yang dipakai pada praktek ini diantaranya : fenolftalein dan methyl orange. -
Methyl orange Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada
larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:
-
Fenolftalein Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein
ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
III. Alat dan Bahan
1. Plat tetes
( 1 bh )
11. Air sabun
2. Lumpang dan alu
( 1 set )
12. Larutan gula
3. Kertas lakmus merah ( 12 lbr )
13. Amonia NH4OH
4. Ketas lakmus biru
( 12 lbr )
14. Asam Klorica HCl
5. Pipet tetes
( 1 bh )
15. Larutan natrium klorida NaCl
6. Air Suling
16. Larutan natrium hidroksida
7. Larutan Cuka CH3COOH
NaOH
8. Air kapur Ca(OH)2
17. Alkohol C2H5OH
9. Larutan ammonium klorida
18 . Mahkota bunga
NH4Cl 10.
Larutan
Na2CO3
19. Indikator fenol ftalein natrium
karbonat
20. Indikator metil orange 21. Indikator bromtimol biru
IV. Cara Kerja 1. Letakkan bunga kembang sepatu di lumpang yang telah disediakan.
2. Giling bunga tersebut dan beri sedikit air sampai cukup.
3. Tempatkan sedikit cairan bunga kedalam tabung reaksi dan berilah larutan cuka secukupnya.
4. Amatilah apa yang terjadi dan ulanglah kegiatan tersebut dengan menguji air kapur pada air bunga tersebut.
5. Siapkan plat tetes dan teteskan air suling kedalamnya.
6. Uji air suling dengan kertas lakmus merah, lakmus biru, metil orange, brontimol biru, penolflatein, dan indikator universal. Amati perubahan yang terjadi.
7. Dengan cara yang sama, lakukan kembali percobaan kedua pada air kapur dan larutan cuka. 8. Dengan cara yang sama, lakukan kembali untuk menguji larutan lain (larutan gula, larutan amoniak, larutan HCl, larutan NaOH, larutan NaCl, larutan CuSO4, larutan Na2CO3, alkohol, air jeruk, air sabun, air kapur) dengan kertas lakmus merah dan biru, metil orange, penolfletain, dan indikator universal. 9. Kelompokkan larutan tersebut kedalam 3 kelompok, yaitu asam, basa, atau netral.
V. Hasil Pengamatan I.
Pengujian dengan air daun mahkota bunga
Warna Mahkota Nama Bunga Warna Bunga Warna Air Bunga Warna Air Bunga + Cuka Warna Air Bunga + Air Kapur
II.
Merah Kembang Sepatu Merah Merah Agak memudar dari warna awal Warna sama dengan warna awal, namun kapur menggumpal
Pengujian dengan Lakmus, Methyl Orange dan Penolftalein
Biru
Tidak Diuji
Bahan Air Suling Larutan Cuka
Lakmus Merah Merah Merah
Air Kapur
Biru
III.
Nama Larutan Gula Larutan Amoniak Larutan Hidrogen Klorida Larutan Natrium Hidroksida Larutan Natrium Klorida Larutan Natrium Karbonat Air Jeruk Air Sabun Larutan Tembaga (II) Sulfat Alkohol
Warna Methyl Lakmus Biru Orange Biru Orange Merah Merah Muda Biru
Kuning
Penolftalein Warna tetap Warna tetap Warna tetap, kapur menggumpal
Pengelompokan Larutan Warna Kelompok Methyl Bromtimol Orange Biru Penolftalein Netral Asam Basa Biru Kuning Ungu X Biru Kuning Ungu X
Lakmus Merah Merah Biru
Lakmus Biru Merah Tetap
Merah
Merah
Pink
Kuning
Tetap
Biru
Biru
Kuning
Biru
Ungu muda
Merah
Biru
Kuning
Biru
Tetap
Biru Merah Biru
Biru Merah Biru
Kuning Pink Kuning
Biru Biru Biru
Ungu Tetap Tetap
Merah Merah
Merah Merah
Kuning Kuning
Biru Kuning
Tetap Tetap
X X X X X X X X
VI. Pembahasan Dalam pengukuran pH, kita dapat melakukan berbagai cara, salah satunya dengan kertas lakmus dan larutan indikator. Melalui penggunaan kertas lakmus, kita melihat sifat larutan melalui perubahan warna kertas (biru jika basa, merah jika asam), sedangkan melalui penggunaan larutan indikator, kita dapat mengamati lebih jauh tidak hanya sifat larutan, namun kadar keasaman atau kebasaannya. Biasanya, larutan indikator telah memiliki rentang / trayek indikatornya masing – masing.
Indikator
Warna Asam Basa
Trayek pH
Methyl Orange Penolftalein Bromtimol Biru
Merah Bening
Kuning Pink
3.2 - 4.4 8.2 - 10.0
Kuning
Biru
6.0 - 7.6
Pada pengujian pertama, kita mencampurkan air bunga dengan 2 indikator yang berbeda (air cuka dan air kapur) dengan air cuka yang bersifat asam, warna air bunga yang tadinya merah menjadi agak memudar. Sedangkan, saat dicampur dengan air kapur yang bersifat basa, yang terjadi adalah penggumpalan kapur, namun warna air tetap sama dengan warna awalnya. Pada pengujian kedua, kita melakukan pengujian dengan kertas lakmus dan beberapa larutan indikator (penolftalein, methyl orange). Bahan yang kita gunakan adalah air suling, larutan cuka dan air kapur. Lakmus merah yang dicelupkan pada air suling tidak berubah warna, begitu pula dengan lakmus birunya, penetesan methyl orange pada air suling menghasilkan warna orange dan penetesan penolftalein tidak merubah warna; hal ini mengindikasikan bahwa air suling bersifat netral. Lakmus merah yang dicelupkan pada larutan cuka tidak berubah warna, lakmus birunya berubah warna menjadi merah, penetesan methyl orange pada larutan cuka menghasilkan warna merah muda dan penetesan penolftalein tidak merubah warna; hal ini mengindikasikan bahwa larutan cuka bersifat asam. Lakmus biru yang dicelupkan pada air kapur tidak berubah warna, namun lakmus merahnya berubah warna menjadi biru, penetesan methyl orange pada air kapur menghasilkan warna kuning dan penetesan penolftalein tidak merubah warna namun kapur mengendap; hal ini mengindikasikan bahwa air kapur bersifat basa. Pada pengelompokkan di bagian ketiga, kita melakukan pengujian dengan kertas lakmus dan beberapa larutan indikator (penolftalein, methyl orange, bromtimol biru). Larutan yang kita uji antara lain : gula, amoniak, HCl, NaOH, NaCl, NaCO3, air jeruk, air sabun, tembaga (II) sulfat dan alcohol. Masing – masing dari larutan tersebut menghasilkan reaksi yang berbeda – beda dari pencampurannya dengan masing – masing indikator berdasarkan sifat keasaman maupun kebasaannya. Misalnya, kita ambil sebagai contoh Larutan amoniak. Hasil pencelupan kertas lakmus merah, warnanya berubah menjadi biru. Saat
dicelupkan kertas lakmus biru, warnanya tidak berubah melainkan tetap biru, dimana zat warna biru tersebut merepresentasikan sifat basa. Ketika diberi larutan indikator methyl orange, warna larutan berubah menjadi kuning, berdasarkan table trayek indikator di atas, warna kuning pada pencampuran indikator methyl orange merepresentasikan sifat basa. Ketika diberi larutan bromtimol biru, warna larutan berubah menjadi biru. Sedangkan, ketika diberi larutan indikator penolftalein, warna larutan berubah menjadi pink keunguan, dimana warna yang dihasilkannya merepresentasikan sifat basa. Jadi, dari percobaan beberapa indikator dan pembuktian tersebut, dapat disimpulkan bahwa amoniak bersifat basa. Hal yang sama dapat kita terapkan pada larutan – larutan lainnya.
VII. Kesimpulan - Untuk mengetahui sifat asam – basa suatu larutan, kita dapat menggunakan kertas lakmus maupun larutan indikator. - Agar kita dapat mengetahui perkiraan pH secara kuantitatif, kita harus memiliki trayek pH dari pelarutan indikator yang kita campurkan. -
Asam seringkali identik dengan zat warna merah dan basa seringkali identik dengan zat warna biru.
- Biasanya, asam adalah senyawa yang memiliki ion H+, sedangkan basa memiliki ion OH- sesuai dengan teori Arrhenius dimana asam melepaskan ion H+ dan basa melepaskan OH- saat dilarutkan (dengan air). - Semakin kecil pH suatu larutan, semakin asam larutan tersebut, dan sebaliknya semakin besar pH suatu larutan, semakin basa larutan tersebut.
VIII. Daftar Pustaka Sutresna, Nana, 2007. Cerdas Belajar KIMIA. Bandung: Grafindo http://www.sciencecompany.com/images/phscale.gif http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/indikator_asa m_basa/ http://suardi48.blogspot.com/2008/11/larutan-asam-basa.html http://severityconcept. wordpress.com/