DIETILTOLUAMIDA N,N-DIETHYLTOLUAMIDE
1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan(5) Ester aromatik 1.2. Sinonim/Nama Dagang(4,5) DEET;
Dietilamid;
methylbenzamide;
diethyltoluamide;
M-Det;
N,N-diethyl-m-toluamide,
m-DETA; AutanR,
N,N-Diethyl-3-
DetamideR,
m-
DelpheneR, Repladin SpecialR, FlypelR. 1.3. Nomor Identifikasi(5,6) 1.3.1. Nomor CAS
: 134-62-3
1.3.2. Nomor EC
: 205-149-7
1.3.3. Nomor RTECS
: XS 3675000
2. PENGGUNAAN(5) Sebagai repellent (insekstisida) yang efektif membasmi nyamuk, kutu, celepik, lintah, lalat hitam, agas, dan lalat penggigit. Dietiltoluamida adalah insektisida paling efektif membasmi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes taniorhynchus. Dietiltoluamida tidak efektif membasmi serangga yang menyengat.
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran(2) Sistem
pencernaan,
sistem
syaraf,
sistem
kardiovaskular,
sistem
pernapasan, hati, kulit, mata. 3.2. Rute Paparan 3.2.1. Paparan Jangka Pendek 3.2.1.1. Terhirup(7) Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan membran mukosa. 3.2.1.2. Kontak dengan Kulit(5) Mengakibatkan eritema lokal, iritasi, bahkan bulluous dermatitis.
Keracunan
sistemik
akibat
paparan
dietiltoluamida pada kulit juga dapat terjadi terutama pada anak-anak yang terpapar berat. Urtikaria juga dapat terjadi akibat reaksi imunologi pada saat dietiltoluamida kontak dengan kulit. 3.2.1.3. Kontak dengan Mata(5) Mengakibatkan iritasi sedang sampai berat pada mata. 3.2.1.4. Tertelan(5) Menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, dan lemas yang diikuti dengan efek sistemik apabila tertelan dalam jumlah besar. Dalam waktu 30 menit hingga 6 jam, pasien/korban akan mengalami penurunan kesadaran, hipotensi, takikardia, kejang, dan depresi sistem pernapasan. 3.2.2. Paparan Jangka panjang 3.2.2.1. Terhirup (5) Tidak tersedia data. 3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (7) Paparan berulang atau dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan iritasi, menyebabkan efek sistemik dan gejala yang serupa dengan efek akut tertelan. Dapat juga mempengaruhi otak.
3.2.2.3. Kontak dengan Mata (5) Tidak tersedia data. 3.2.2.4. Tertelan (7) Paparan berulang atau dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kehilangan berat badan, dan gejala yang serupa dengan efek akut tertelan. Dapat juga mempengaruhi darah (perubahan pada komposisi serum).
4. TOKSIKOLOGI 4.1. Toksisitas 4.1.1. Data pada Hewan(4) LD50 oral-tikus : 2 g/kg BB (meta-isomer), 1,21 g/kg BB (orto-isomer), 2,30 g/kg BB (para-isomer). LD50 kulit-tikus : >5 g/kg BB LD50 kulit-mencit : 4.5 g/kg BB LD50 kulit-kelinlci : 3.18 g/kg BB LD50 intravena-kelinci : > 50 mg/kg BB LC50 inhalasi-tikus : > 5950 mg/m3/8 jam 4.1.2. Data pada Manusia a. Dosis letal per oral kemungkinan terjadi pada konsentrasi 0,5 – 5 g/kg BB. Dosis toksik dermal terendah terjadi pada konsentrasi 35 mg/kg BB / 5 hari.(4) b. Kasus keracunan berat paling banyak ditemukan pada anak-anak (terutama perempuan). Anak perempuan yang terpapar pada konsentrasi 0,14 mL/kg/hari dari formulasi yang berisi 15% bahan (setara dengan 21 mg/kg/hari) dapat mengalami keracunan yang berkembang pada ensefalopati.(2) c. Dosis toksik oral minimal tidak diketahui secara pasti, namun toksisitas serius dapat terjadi di bawah konsentrasi 1000 mg/kg dan pada konsentrasi 679 mg/kg telah dilaporkan berakibat fatal.(2) d. Penggunaan topikal dari larutan 50% bahan (DEET) menimbulkan sensasi rasa geli dan kulit bersisik atau mengelupas (deskuamasi) di sekitar hidung pada relawan setelah pemakaian selama 5 hari (1 mL pada muka dan 2 mL pada lengan). Tidak menimbulkan efek
sistemik dan kulit bersisik atau mengelupas hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.(2) e. Relawan yang dipaparkan 15 g dari larutan 95% DEET (dosis 227 mg/kg) mengalami pusing dan sensasi rasa terbakar di kulit. Setelah 4 jam, kadar DEET dan etiltoluamida terdeteksi dalam urin.(2) 4.2. Data Karsinogenik(1) The US EPA 4.3. Data Tumoregenik
: klasifikasi grup D (tidak bersifat karsinogenik) (4)
Tidak bersifat tumoregenik 4.4. Data Teratogenik(4) Tidak bersifat teratogenik 4.5. Data Mutagenik(4) Tidak bersifat mutagenik
5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN 5.1. Terhirup(6) Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 5.2. Kontak dengan Kulit(4) Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 5.3. Kontak dengan Mata(6) Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan(4) Jangan lakukan induksi muntah. Jangan berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak sadarkan diri. Cuci mulut menggunakan air. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN 6.1. Resusitasi dan Stabilisasi(8) a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. 6.2. Dekontaminasi 6.2.1.
Dekontaminasi Mata(8) - Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. - Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. - Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. - Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
6.2.2.
Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)(8) - Bawa segera pasien ke pancuran terdekat. - Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. - Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. - Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hatihati untuk tidak menghirupnya. 6.2.3.
Dekontaminasi Gastrointestinal(2) - Nasogastrik Apabila senyawa ini tertelan dalam jumlah banyak, perlu dilakukan
aspirasi
dilanjutkandengan
nasogastrik pemberian
dan
sorbitol
berikan atau
karbon
garam
aktif
katartik
(pencahar). Aspirasi nasogastrik direkomendasikan apabila jumlah cairan yang tertelan secara sistemik toksik/beracun dan jumlahnya cukup untuk dilakukan aspirasi. Prosedur ini dapat meningkatkan risiko muntah dan aspirasi paru, sehingga saluran pernapasan pasien/korban harus dilindungi. - Arang aktif Apabila perlu dilakukan dekontaminasi,
arang
aktif harus
diberikan baik secara oral atau menggunakan tube nasogastrik apabila pasien tidak dapat menelan. Aspirasi nasogastrik dapat dipertimbangkan untuk dilakukan dalam waktu 1 jam setelah tertelan dan saluran pernapasan terlindungi dengan baik. Arang aktif diberikan hingga 1 jam setelah tertelannya senyawa dengan dosis sebagai berikut : Anak : 1-2 g/kg oral Dewasa : 50-100 g 6.2.4.
Antidotum(2) Tidak ada antidotum khusus untuk penanganan keracunan DEET.
7. SIFAT FISIKA KIMIA 7.1. Nama Bahan(4) N,N-diethyl-m-toluamide 7.2. Deskripsi(4) Tidak berasa, cairan kekuningan hingga tidak berwarna; Rumus molekul C12H17NO, berat molekul 191.3 g/mol; titik didih 111 °C pada 1,0 mmHg;
Kerapatan 0.996-0.998 g/cm3; praktis tidak larut dalam air dan gliserin; bercampur dengan metanol, isopropanol, propilen glikol, dan pelarut organik lainnya; Sangat higroskopis,sensitif terhadap cahaya, asam dan basa kuat. 7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan 7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4)(7) Kesehatan 2
= Paparan berulang dapat menyebabkan cacat sementara atau kemungkinan luka residu
Kebakaran 1
= Tidak mudah terbakar kecuali bila dipanaskan
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Keamanan)(3) R 22
= Berbahaya jika tertelan
R 36/38
= Mengiritasi mata dan kulit
R 52/53
= Berbahaya bagi organisme perairan, dapat menyebabkan efek yang merugikan jangka panjang di lingkungan perairan.
S 61
= Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk papda lembar data keamanan/instruksi khusus.
7.3.3. Klasifikasi GHS(6) Tanda : peringatan Pernyataan Bahaya H302
= Bahaya jika tertelan
H315
= Menyebabkan iritasi kulit
H319
= Menyebabkan iritasi mata berat
Pernyataan Kehati-hatian P264
= Bilas/cuci kulit secara menyeluruh setelah pemakaian
P270
= Jangan makan, minum, atau merokok saat menggunakan bahan ini
P280
= Gunakan sarung tangan pelindung/pelindung mata/pelindung kulit
P330
= Bilas mulut
P362
= Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum digunakan kembali
P501
= Buang isi/wadah pada tempat pembuangan limbah
yang telah disetujui. P301+P312
= BILA TERTELAN : Hubungi SENTRA INFORMASI KERACUNAN atau dokter apabila Anda merasa kurang baik
P302 +P352
= BILA KONTAK DENGAN KULIT : cuci dengan air dan sabun yang banyak.
P332+P313
= Bila terjadi iritasi kulit, cari bantuan medis
P337+P313
= Bila terjadi iritasi mata, cari bantuan medis
P305+P351+P338 = BILA KONTAK DENGAN MATA : bilas secara hati-hati menggunakan air selama beberapa menit.
Lepaskan
lensa
kontak,
apabila
menggunakan dan mudah untuk melakukannya. Lanjutkan proses pembilasan.
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS 8.1.
Reaktivitas(5) Cukup stabil
8.2.
Kondisi yang Harus Di Hindari(7) Jauhkan dari sumber nyala api, jauhkan dari sumber panas, ground all equipment containing material,
8.3.
Bahan Tak Tercampurkan(6) Oksidator kuat, asam/basa kuat, reduktor kuat
8.4.
Dekomposisi(6) tidak terdapat informasi
8.5.
Polimerisasi Tidak terdapat informasi
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI 9.1.
Ventilasi(7) Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Sediakan ventilasi yang memadai di tempat penyimpanan atau ruangan tertutup.
9.2.
Perlindungan Mata(6) Kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia. Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat dengan tempat kerja.
9.3.
Pakaian(6) Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Perlindungan tubuh disesuaikan dengan aktivitas serta kemungkinan terjadinya paparan, misalnya pelindung kepala, apron, sepatu boot, pakaian yang tahan bahan kimia.
9.4.
Sarung Tangan(6) Sarung tangan yang tahan bahan kimia.
9.5.
Respirator(6) Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang setara).
10. DAFTAR PUSTAKA 1. http://npic.orst.edu/factsheets/DEETtech.html (diunduh Agustus 2013) 2. http://toxinz.com/Spec/2358869# (diunduh Agustus 2013) 3. http://www.chemdat.merck.de/is-bin/INTERSHOP.enfinity/WFS/MerckSE-Site/en_US/-/SEK/ViewPDF-Print.pdf;sid=jY0Si3WJNMALiyeYQbx3N1JCg4Aex8utaMM3cYkr_ms6PsHoW1xIXO3mtafNl7wDf4Cl3ZQcLU7j PxALwmnYNrDrHkLz7lZvheqqs2QSazBfcBiIsebQtcN?RenderPageType= ProductDetail&CatalogCategoryID=b5yb.s1L340AAAEWJOEfVhTl&Produ ctUUID=JH2b.s1OoXAAAAEaT3VqKZJL&PortalCatalogUUID=t02b.s1LX 0MAAAEWc9UfVhTl (diunduh Agustus 2013) 4. http://www.inchem.org/documents/pds/pds/pest80_e.htm
(diunduh
Agustus 2013) 5. http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/deet.htm
(diunduh
Agustus 2013) 6. http://www.sigmaaldrich.com/MSDS/MSDS/DisplayMSDSPage.do?countr y=SG&language=en&productNumber=PS902&brand=SUPELCO&PageT oGoToURL=http%3A%2F%2Fwww.sigmaaldrich.com%2Fcatalog%2Fsea
rch%3Finterface%3DAll%26term%3Ddiethyltoluamide%26lang%3Den%2 6region%3DSG%26focus%3Dproduct%26N%3D0%2B220003048%2B21 9853236%2B219853286 (diunduh Agustus 2013) 7. https://www.spectrumchemical.com/MSDS/D2194X.pdf (diunduh Agustus 2013) 8. Sentra
Informasi
Keracunan
(SIKer)
dan
tim.
Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001
Pedoman