PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DADU UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS II SD DI SLB B.C BHAKTI PUTERA BAHAGIA KLATEN
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Bhagas Ipang Yudha NIM.09103244044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2016
iii
Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DADU UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS II SD DI SLB B.C BHAKTI PUTERA BAHAGIA KLATEN COUNTING CAPABILITY IMPROVEMENT THROUGH DICE GAME FOR SECOND GRADE DEAF STUDENTS OF SLB B.C BHAKTI PUTERA BAHAGIA KLATEN Oleh : Bhagas Ipang Yudha, Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan melalui media dadu pada siswa kelas II di SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan prosedur penelitian di adopsi dari model Kemmis & Mc Taggart. Subyek penelitian ini berjumlah 1 siswa yang merupakan siswa tunarungu kelas II di SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten dan dilakukan selama satu bulan dengan teknik pengumpulan data termasuk tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan masing-masing siklus terdapat empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menghitung dapat ditingkatkan melalui media dadu. Selain itu, juga terjadi perubahan perilaku seperti kemauan mengamati pada saat pembelajaran, lebih aktif selama pembelajaran, dan lebih termotivasi seperti aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Pada saat dilakukan test pra tindakan subjek belum paham dan harus dibimbing oleh guru, setelah diberi tindakan siklus I subjek mulai mengerjakan secara mandiri, tetapi belum memenuhi KKM, dilanjutkan dengan pemberian siklus II. Hasil pencapaian sebelum penerapan media dadu, nilai rata-rata subjek mencapai nilai 38,3 pada (pre test), sedangkan setelah diberi perlakuan (post test) nilai rata-rata mencapai 83,3. Presentase skor siklus I pada subyek KD sebesar 66, pada siklus II terjadi peningkatan yaitu dengan skor 83.3. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian mengalami peningkatan dengan menggunakan media dadu. Kata kunci : kemampuan berhitung penjumlahan, media dadu, siswa tunarungu
Abstract This research aims to improve the arithmetic summation via the medium of the dice at grade two elementary schools in SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten. This study applied the classroom action research menthod with adapted research procedure from Kemmis & Taggart model. The subjects of these studies amounted to one student who is deaf studentssecond grade primary school in SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten and performed for one mount with data collection techniques including test, observation, and documentation. The data analysis done in a descriptivequantitative and qualitative. This research consists of two cycles, each cyclethere are four stages, namely the planning stages, action, observation, and reflection. The results showed that the ability of the count can be increased through the medium dice. In addition, it also changes the behavior of such a willingness to observe at the time of learning, more active during learning, and more motivated as actively asking and
2 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016
answering the question asked. At the time ofthe pre test do not yet understand the subject and action should be guided by the teacher, after one cycle of action given the subject began independently, butdo not meet the KKM, continued with the awarding of two cycles. The achievement of the results before the application of the media dice, the average value of the subject is reached on 38.3 (pre test), while after being given the treatment (post test) average values reach 83.3. Percentage of one cycle scoreon subject of KD of 66, on two-cycle with an increase in score 83.3. Thus, it can be concluded that the subject has increased with the use of medium dice. Keywords : arithmetic summation, dice media, deaf students
(ABK) untuk memperoleh informasi.
Pendahuluan Pendidikan adalah upaya yang
Penyelenggaraan
pendidikan
bagi
dilakukan secara sadar dan terencana
ABK merupakan salah satu upaya
untuk mencapai tujuan pendidikan.
untuk memberikan pendidikan yang
Secara
disesuaikan dengan kebutuhan pada
garis
memiliki
besar
tiga
pendidikan
klasifikasi
yaitu,
setiap individu. Dengan pendidikan
pendidikan formal atau yang biasa
yang sesuai kebutuhan diharapkan
dikenal
dapat
dengan
pendidikan
meningkatkan
dan
persekolahan, pendidikan non formal
mengembangkan
atau yang biasa dikenal dengan
berkebutuhan
pendidikan
serta
tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dengan
menyatakan bahwa warga negara
pendidikan
luar
sekolah,
informal.
potensi
khusus.
Depdiknas
mendapat pendidikan, peserta didik
yang
dapat mengembangkan kemampuan
emosional, mental, intelektual, dan
dan
sosial berhak memperoleh pendidikan
mengoptimalkan
bakat
yang
dimiliki. Pernyataan tersebut, dapat
memiliki
anak
kelainan
fisik,
khusus.
disimpulkan setiap subjek memiliki
Seseorang
yang
mengalami
hak untuk mendapatkan pendidikan
hambatan pendengaran (tunarungu)
yang layak. Pendidikan tidak hanya
sering pula diikuti dengan tunawicara.
untuk subjek yang normal saja tetapi
Kondisi ini merupakan rangkaian
pendidikan juga diperuntukan untuk
sebab
subjek dengan kebutuhan khusus.
dihindari. Dalam aspek kebahasaan,
Pendidikan memberikan wadah bagi
anak
berkebutuhan
khusus
akibat
konsekuensi
yang
dari
tidak
dapat
kelainan
pendengaran (tunarungu) berdampak
Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 3
pada
kesulitan
subjek
dalam
ini peserta didik lebih terkait dengan
menerima rangsangan bunyi atau
objek
peristiwa
pembelajaran
bunyi
yang
ada
konkret,
maka
subjek
dalam tunarungu
disekitarnya. Ketidakpekaan subjek
metode dan permainan merupakan
terhadap
unsur yang penting untuk mendukung
sumber
bunyi
subjek
mengalami
mengakibatkan
proses pembelajaran.
kesulitan dalam memproduksi bunyi dan
bahasa
yang
ada.
Hambatan yang dialami anak
Secara
tunarungu dan kebutuhan akan pola
intelegensi potensi anak tunarungu
pendidikan yang kompleks membuat
tidak berbeda dengan subjek normal
mereka kesulitan memahami konsep
pada umumnya, hanya saja secara
keilmuan
fungsional intelegensi mereka berada
matematika. Mumpuniarti (2007: 117)
di bawah subjek normal. Hal ini
menjelaskan
disebabkan
merupakan
kesulitan
dalam
salah
satunya
bahawa suatu
konsep
“matematika
substansi
yang
kemampuan memahami bahasa yang
menopang pemecahan masalah dalam
merupakan
segala
salah
satu
faktor
sektor
kehidupan”.
rangkaian dari proses komunikasi
Berdasarkan
(Mohammad Efendi, 2007: 56).
dapat dipahami bahwa matematika
Selanjutnya Mohammad Efendi (2007:
79)
tersebut
memiliki nilai subtansi tinggi dalam
dalam
kehidupan.
prosesnya pembelajaran pada subjek
digunakan
tunarungu membutuhkan kesabaran,
kehidupan, salah satunya konsep yang
kreativitas
banyak digunakan adalah berhitung.
pengajarnya
menjelaskan
pertanyaan
dan agar
keuletan
dari
materi
yang
Matematika dalam
Berhitung
banyak
berbagai
adalah
aspek
kegiatan
disampaikan dapat dipahami. Selain
pengoperasian angka yang berkaitan
itu terdapat juga beberapa unsur yang
dengan manipulasi angka. Dalam
saling
kegiatan
berkesinambungan
dalam
berhitung
atau
angka
terdapat
pelaksanaannya. Unsur-unsur tersebut
mengoprasikan
adalah tujuan, materi atau bahan ajar,
beberapa keterampilan yang terdiri
metode, permainan atau alat peraga,
dari
serta evaluasi. Mengingat pada fase
mengurang, mengalikan dan membagi
menghitung,
menambah,
4 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016
(Mumpuniarti,
2007:
126).
Oleh
pembelajaran berhitung penjumlahan
karena itu berhitung juga merupakan
dirasa
salah
penyampaian
satu
bagian
dari
proses
mampu
membantu dan
dalam
pemberian
matematika yang digunakan untuk
informasi mengenai konsep-konsep
memecahkan
berhitung
masalah
dan
secara
mengajarkan subyek untuk berfikir
Karena
logis serta sistematis.
membutuhkan
Berdasarkan uraian yang ada, maka
diperlukan
intervensi
suatu
pembelajaran
upaya operasi
hitung. Intervensi dilakukan agar subjek
dapat
menyelesaikan
soal
lebih
belajar
konkret. berhitung
pemahaman
yang
bersifat konkret, maka subjek akan mengalami kejenuhan ketika tidak memahami yang diajarkan. Penggunaan media dadu dipilih sebagai
salah
satu
upaya
untuk
pemahaman
siswa
operasi hitung. Dalam memberikan
mempermudah
pemahaman mengenai konsep operasi
tunarungu akan materi-materi yang
hitung yang benar, dibutuhkan media
terkait
yang
berhitung utamanya terkait dengan
mampu
memvisualisasikan
dengan
konsep-konsep
pembelajaran berhitung penjumlahan.
berhitung
Salah satu media visual yang dapat
media
digunakan untuk intervensi adalah
memperjelas
menggunakan dadu. Dadu adalah
konsep berihtung yang digunakan
kubus kecil yang pada sisinya diberi
dalam
mata 1 – 6 dan diatur sedemikian rupa
penjumlaan. Pemilihan media ini
sehingga
disesuaikan
dua
sisi
yang
saling
berhadapan selalu berjumlah 7.
diharapkan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional hendak
membelajarkan
dadu
mengenai
Media dadu ini selanjutnya
yang
penjumlahan. dianggap mengenai
pemecahan
Pemilihan mampu konsep-
masalah
dengan
materi-materi
berhitung
penjumlahan
yang berdasarkan pada karakteristik siswa. Penelitian
yang
dicapai
dalam
diharapkan
dapat
siswa
terkait
memecahkan
persoalan
dilakukan membantu mengenai
kemampuan berhitung penjumlahan.
pembelajaran berhitung khususnya
Penggunaan permainan dadu dalam
berhitung
penjumlahan.
Dengan
Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 5
menggunakan media dadu diharapkan
SLB B.C Bhakti Putera Bahagia
mampu
memberikan
pengaruh
Klaten
teradap
kemampuan
berhitung
Subjek Penelitian
membantu
Dalam
penjumlahan
dan
memperjelas
konsep-konsep
berhitung
dalam
Pembelajaran diharapkan
penjumlahan.
berhitung mampu
nantinya
penelitian
ini
menggunakan sebanyak 1 siswa lakilaki
sebagai
Berdasarkan
subjek hasil
penelitian. pengamatan
memberikan
peneliti, diperoleh data bahwa subjek
manfaat bagi siswa terkait dengan
memiliki kemampuan beritung yang
pengaruh
kurang utamanya berkaitan dengan
kemampuan
penjumlahan, permainan
dengan ini
berhitung penggunaan
dirasa
mampu
beritung penjumlahan. Prosedur
memberikan gambaran bagi pendidik akan
media
yang
ini
menggunakan
dalam
desain penelitian tindakan kelas yang
pembelajaran berhitung bagi siswa
terdiri dari empat komponen dalam
tunarungu.
dua
METODE PENELITIAN
tindakan, observasi, dan refleksi.
Jenis Penelitian
Siklus 1 melalui tahapan perencanaan
Penelitian
ini
tepat
Penelitian
menggunakan
siklus
tindakan,
yakni
perencanaan,
pelaksanaan
tindakan,
pendekatan penelitian kuantitatif dan
pengamatan, dan refleksi. Sedangkan
kualitatif
penelitian
pada siklus 2 tahapan akan disusun
tindakan kelas dan desain penelitian
setelah dilakukan refleksi pada siklus
terdiri
yakni
1. Diharapkan dengan 2 siklus yang
perencanaan, tindakan, observasi, dan
dilakukan akan mampu memberikan
refleksi.
perubahan yang siginifikan terhadap
dengan
dari
4
Penelitian
jenis
tahap
ini
dilakukan
dengan dua siklus.
kemampuan
Waktu dan Tempat Penelitian
penelitian.
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yakni 1 bulan yang dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan di
berhitung
subjek
6 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016
Data,
Instrumen,
dan
Teknik
Data-data yang dikumpulkan penelitian
mengenai
diinterpretasikan
secara
kualitatif untuk diambil kesimpulan.
Pengumpulan Data
dalam
kemudian
ini
yakni
kemampuan
data
Proses analisis data diawali dari menelaah
seluruh
data
yang
berhitung
bersumber dari hasil tes dan observasi
penjumlahan anak tunarungu yang
yang telah dicatat. Tahap berikutnya
diperoleh dengan teknik tes hasil
yaitu menyusun data yang diperoleh
belajar menggunakan instrumen tes.
dari keseluruhan observasi kemudian
Selain itu, digunakan teknik observasi
diolah untuk mengetahui hasil dari
dan
penelitian
dan
dilakukan untuk mengamati aktivitas
individu.
Nilai
subjek
kemudian
dokumentasi.
Observasi
selama
mengikuti
pembelajaran dan mengerjakan tugas
mengetahui
yang diberikan. Observasi dilakukan
kemampuan
secara terstruktur dengan berpedoman
penjumlahan.
pada
instrumen
dipersiapkan.
Teknik
yang
telah
Untuk
dianalisis
secara
yang
didapat
dianalisis besarnya
untuk peningkatan
berhitung
memperoleh
dalam
skor
dokumentasi
prestasi hasil belajar berhitung dalam
digunakan untuk mengumpulkan data
pemjumlahan menggunakan rumus
identifikasi siswa, hasil lembar kerja
berikut (Ngalim Purwanto, 2006:
siswa,
101):
foto
kegiatan
selama
pembelajaran, dan hasil pekerjaan
NP =
x 100
siswa. Teknik ini digunakan sebagai Keterangan :
pendukung data hasil dari teknik tes dan observasi.
NP : Nilai persen yang dicari atau
Teknik Analisis Data
diharapkan
Teknik analisis yang digunakan
R
: Skor mentah yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah analisis
siswa
deskriptif kuantitatif dan kualitatif
SM : Skor maksimum ideal dari tes
maksudnya
yang bersangkutan
dalam
penelitian
ini
semua data yang telah dikumpulkan akan dilaporkan dalam bentuk skor,
100 : Bilangan tetap
Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 7
Setelah nilai didapatkan dengan
akurat.Menurut Suharsimi Arikunto
rumus diatas, maka untuk mengetahui
(2006: 160), instrumen penelitian
mengenai
adalah “alat bantu yang dipilih dan
pengaruh penggunaan
media dadu terhadap kemampuan
digunakan
berhitung
oleh
peneliti
dalam
penjumlahan
mencakup
kegiatannya mengumpulkan data agar
dalam
penguasaan
kegiatan tersebut menjadi sistematis
konsep-konsep operasi hitung yang
dan mudah dalam mengolehnya”.
akan
berhitung
Instrumen
penjumlahan dalam penelitian ini
digunakan
menggunakan statistik deskriptif yang
peningkatan kemampuan berhitung
penyajian
khususnta dalam penjumlahan untuk
kemampuan
digunakan
dalam
datanya
melalui
tabel,
dalam untuk
grafik, dan histogram.
siswa kelas II.
Teknik Pengumpulan Data
HASIL
Sugiyono
(2010:
menjelaskan
bahwa
pengumpulan
data
308) teknik
merupakan
penelitian
ini
mengetahui
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Secara harfiah istilah tunarungu berasal
dari
kata
“Tuna”
dan
langkah yang paling utama dalam
“Rungu”. “Tuna” artinya rusak, cacat
penelitian
dan “Rungu” artinya pendengaran.
untuk
dikarenakan
bertujuan
mendapatkan
memenuhi
standar
ditetapkan.
Dalam
menggunakan pengumpulan
data
yang
Anak tunarungu merupakan istilah
data
yang
umum
penelitian
beberapa data
yang
masing-masing
ini
teknik dimana
yang
digunakan
untuk
menunjuk seseorang yang mengalami keterbatasan dalam
dan
ketidakmampuan
mendengarkan
bunyi-bunyi
teknik
yang berasal dari lingkungan sekitar
menyumbangkan jenis perolehan data
sehingga mengalami hambatan dalam
yang berlainan.
memperoleh
Instrumen Penelitian
berkomunikasi dengan orang lain, hal
Instrumen penelitian adalah alat
bahasa
untuk
bekal
ini juga menyebabkan anak tunarungu
yang digunakan untuk mengukur
memerlukan
variabel penelitian dengan tujuan
khusus sesuai dengan karakteristik
menghasilkan
dan kebutuhannya.
data
yang
layanan
bimbingan
8 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016
Pengertian
tunarungu
dikemukakan
oleh
para
ahli
yang dapat dilihat secara langsung dalam pelaksanaan evaluasi yang
diantaranya adalah Suparno (2001: 9),
dilaksanakan.
menjelaskan bahwa secara pedagogis
kemampuan berhitung pada anak
tunarungu dapat diartikan sebagai
sejak
“suatu
kehidupan anak di masa yang akan
kondisi
seseorang informasi
ketidakmampuan
dalam secara
mendapatkan lisan,
membutuhkan
dan
dini
untuk
bekal
membekali
datang dianggap sangat penting.
sehingga
bimbingan
Memberi
Kemampuan
berhitung
merupakan kemampuan matematis
pelayanan khusus dalam belajarnya di
yang
sekolah”.
Sutjihati
kemampuan melakukan pengerjaan-
Soemantri, (2006 : 93) tunarungu
pengerjaan hitung seperti menjumlah,
dapat diartikan sebagai suatu keadaan
mengurang, mengalikan, membagi,
kehilangan
memangkatkan,
Menurut
T.
pendengaran
yang
di
dalamnya
termuat
menarik
akar,
mengakibatkan seseorang tidak dapat
menarik
menangkap
memanipulasi bilangan-bilangan dan
berbagai
terutama
rangsangan,
melalui
indera
pendengarannya.
logaritma
lambing-lambang
matematika.
Hudoyo, (1996). Nyimas Aisyah, dkk
Kemampuan
berhitung
(2007 : 65) menyatakan Kemampuan
merupakan salah satu kemampuan
berhitung
yang
kemampuan
penting
serta
dalam
kehidupann
sehari-hari, dapat dikatakan bahwa
kehidupan
semua aktifitas kehidupan manusia
dikatakan
memerlukan
kemampuan
kehidupan
Kemampuan
berhitung
ini. dapat
merupakan yang
salah
penting
sehari-hari, bahwa
semua
semua
satu dalam dapat
aktifitas manusia
memerlukan kemampuan ini.
diartikan pula sebagai kesanggupan
Menurut Hasan Alwi (2003:
untuk menguasai pengerjaan suatu
145) “berhitung berasal dari kata
hitungan baik berupa penjumlahan,
hitung
pengurangan
dan
keadaan, setelah mendapat awalan
Kemampuan
berhitung
sebagainya.
yang
mempunyai
makna
juga
ber- akan berubah menjadi makna
mengandung arti bahwa suatu hal
yang menunjukan suatu kegiatan
Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 9
menghitung
(menjumlahkan,
rangka
meningkatkan
kemampuan
mengurangi, membagi, mengalikan
berhitung. Jadi dalam permainan ini
dan
peneliti
sebagainya).”
Menurut
menggunakan
proses
Depdiknas (2005: 456): “berhitung
berhitung yaitu penjumlahan dan
adalah kegiatan yang dilakukan untuk
pengurangan. Guru dapat membuat
menyelesaikan suatu hitungan atau
sendiri
mengoperasikan angka.” Pengertian
menyesuaikan
lain
pembelajaran.
yaitu,
(2007:
menurut
122)
Mumpuniarti
“berhitung
media
ini
tujuan
dan
dengan materi
adalah
Dadu adalah bentuk dari suatu
kegiatan pengoperasian angka yang
benda yang biasanya kita gunakan
berkaitan dengan manipulasi angka.
dalam permainan. Dalam Wikimedia
Dalam
atau
menyebutkan “kata Dadu berasal dari
terdapat
bahasa latin “datum”yang berarti
kegiatan
berhitung
mengoperasikan
angka
beberapa ketrampilan yang terdiri dari
sesuatu
menghitung, menambah, mengurang,
dimainkan.
mengalikan dan membagi”.
obyek kecil yang umumnya berbentuk
Media dadu tampaknya hingga
kubus
yang
diberikan
Dadu
yang
adalah
digunakan
atau sebuah
untuk
saat ini masih dianggap sebagai
menghasilkan angka atau symbol
sebuah permainan belaka. Belum
acak.
diupayakan menjadi bahan belajar
Dadu adalah kubus kecil berisi
secara formal. Bahkan penelitian
(biasanya terbuat dari kayu, tulang,
tentang
gading, atau plastik), pada sisinya
peningkatan
kemampuan
berhitung dengan permainan dadu
diberi
dalam
matematika
sedemikian
belum banyak dilakukan. Permainan
berhadapan
dadu menurut penulis sangat tepat
(Depdiknas, 2002:228).
untuk
pembelajaran
media
mata
1-6
yang
diatur
rupa
yang
saling
selalu
berjumlah
7
pembelajaran
Tindakan dalam penelitian ini
matematika. Penulis menggunakan
berupa penggunaan media dadu untuk
dadu yang dirancang dengan gambar-
meningkatkan kemampuan berhitung
gambar
penjumlahan pada siswa. Tindakan
pada
setiap
sisi-sisinya
sebagai media pembelajaran dalam
dilaksanakan
dalam
dua
siklus.
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016
Setelah dilakukan tes kemampuan
bimbingan dan bantuan pada saat
awal, siswa diberikan tindakan berupa
siswa sudah mampu mengerjakan
penerapan
namun belum bisa sempurna.
media
dadu.
Dalam
pelaksaan tindakan dibagi menjadi
Pemberian
tindakan
melalui
tahap persiapan, pelaksanaan, dan
penggunaan media dadu merupakan
penutup.
salah
Peningkatan
kemampuan
satu
media
digunakan
dengan cara siswa mengikuti dan
mengajar bagi siswa tunarungu dalam
menyelesaikan
menanamkan konsep beritung. Hal ini
berhitung
yang diberikan oleh peneliti. Hasil
yang
proses
dapat
berhitung penjumlahan dapat dilihat
kegiatan
dalam
yang
belajar
didasarkan atas dasar permainan dadu pada
dapat memberikan daya tarik kepada
siklus I sudah mencapai atau di atas
siswa dan memunculkan minat belajar
batas kriteria ketuntasan minimal,
sehingga hambatan-hambatan belajar
namun
yang
pada
diperoleh
praktiknya
langkah-langkah
terdapat
siswa
saat
terdapat
pada
diri
siswa
tunarungu dalam mempelajari operasi
melakukan berhitung penjumlahan
hitung
yang belum optimal. Berdasarkan hal
dengan
tersebut, maka perlu diberi tindakan
dadu
siklus II. Tindakan siklus II dilakukan
ketidakpahaman
lebih terencana berdasarkan hasil
penjelasan
refleksi siklus I. Setelah pemberian
konsep-konsep berhitung, permainan
siklus
peningkatan
dadu ini pun mampu merepresentasi
kemampuan berhitung penjumlahan
hal–hal yang tidak terlihat dari dalam
dengan baik.
kegiatan berhitung. Menurut David
II,
diketahui
Beberapa dilakukan
pada
perbaikan saat
yang
pemberian
penjumlahan.
Selain
menggunakan ini
mampu
permainan mengurangi
siswa
suatu
itu,
mengenai
materi
berupa
Glover (2007: 4) berpendapat bahwa ”penjumlahan
adalah
cara
tindakan pada siklus II memberikan
menemukan jumlah total dua bilangan
peningkatan kemampuan berhitung
atau
penjumlahan pada siswa. Perbaikan
penjumlahan
yang dilakukan antara lain mengulang
bilangan-bilangan
materi
dijumlahkan.
kegiatan,
pemberian
lebih”.
Tanda
”+”
menunjukan
dalam bahwa tersebut
Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 11
Latihan kemampuan berhitung penjumlahan
menggunakan
media
Berdasarkan hasil pre test dan post test siklus II diketahui bahwa
dadu terdiri dari empat tahapan
siswa
sistematis
perencanaan,
kemampuan berhitung penjumlahan
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
dari skor 38.3, pada saat pre test dan
Tahap perencanaan dengan melihat
66 pada saat dilakukannya post test
pedoman tes unjuk kerja, pedoman
siklus II, hal ini menunjukkan bahwa
observasi,
pretest,
siswa KD mengalami peningkatan
rencana
skor 83.3.
berupa
melakukan
Menyusun
strategi
pembelajaran. latihan
dan
Tahap
pelaksanaan
kemampuan
berhitung
penjumlahan dimulai dari langkahlangkah
permainan
oleh
peneliti
kemudian siswa mengikuti langkahlangkah yang dimaksud peneliti, jika siswa mengalami kesulitan, peneliti akan memberikan bantuan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dan
juga
jika
siswa
mampu
Nilai
Persentase Peningkatan
Persentase Awal Persentase Siklus I Persentase Siklus II
38.3
-
66
27.7
83.3
45
Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 90 80 70
peneliti akan segera memberikan
50
dengan
baik,
penguatan yang bersifat verbal atau nonverbal.
Tahap
pengamatan
mengamati respon, kemampuan dan pemahaman
materi
kemampuan refleksi
berhitung. mengulang
tentang Tahap kegiatan
berhitung dan mengulang langkahlangkah kegiatan permainan dadu untuk meningkatkan kemampuan dan memori siswa.
peningkatan
Persentase
maka
mngerjakan
mengalami
60 40 30 20 10 0 ke mampuan awal
Gambar
siklus II
1. Histogram Kemampuan Awal,
Setelah Tindakan Siklus I, dan Setelah Tindakan Siklus II.
12 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016
KESIMPULAN DAN SARAN
langkah-langkah
Kesimpulan
peneliti kemudian siswa mengikuti
Berdasarkan dan
hasil
pembahasan,
penelitian
yang
telah
permainan
langkah-langkah peneliti,
jika
yang
oleh
dimaksud
siswa
mengalami
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kesulitan, peneliti akan memberikan
penerapan media permaianan dadu
bantuan sesuai dengan aturan yang
dapat
kemampuan
telah ditetapkan, dan juga jika siswa
berhitung penjumlahan pada anak
mampu mngerjakan dengan baik,
tunarungu. Terbukti dengan adanya
maka
peningkatan perolehan skor yang
memberikan penguatan yang bersifat
didapatkan
verbal
meningkatkan
oleh
subyek
hingga
peneliti
atau
akan
segera
nonverbal.
mencapai kriteria keberhasilan yaitu
pengamatan
sebesar
kemampuan dan pemahaman materi
38,3.
Persentase
skor
mengamati
Tahap
pencapaian siklus I pada subjek KD
tentang
sebesar 66. Pada siklus II, terjadi
Tahap refleksi mengulang kegiatan
peningkatan skor dari siklus I yaitu
berhitung dan mengulang langkah-
skor yang diperoleh subjek KD
langkah kegiatan permainan dadu
sebesar 83,3.
untuk meningkatkan kemampuan dan
Peningkatan
kemampuan
kemampuan
respon,
berhitung.
memori siswa.
berhitung penjumlahan menggunakan
Faktor-faktor
yang
media dadu yang terdiri dari 2 siklus
menyebabkan
dan masing-masing siklus terdapat
adalah perbaikan dari siklus I ke
yaitu empat tahapan sistematis berupa
siklus II. Pada siklus II kegiatan
perencanaan, tindakan, pengamatan,
pembelajaran hampir sama dengan
dan
siklus
refleksi.
Tahap
peningkatan
I,
namun
dengan melihat pedoman tes unjuk
perbaikan
yaitu
kerja, pedoman observasi, melakukan
tambahan
pretest,
langkah yang belum dikuasai dan
Menyusun
rencana pelaksanaan
perencanaan
adanya
strategi
pembelajaran. latihan
dan Tahap
kemampuan
berhitung penjumlahan dimulai dari
mengulang
latihan
ada
tindakan
memberikan pada
langkah-
langkah-langkah
menyelesaikan kegiatan pembelajaran berhitung penjumlahan.
Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 13
Saran Guru
diharapkan
memahami
kebutuhan
masing-masing
anak
dan
dapat khusus dapat
mengkaji serta menerapkan media dadu
sebagai
alternatif
salah
untuk
satu
media
siswa.
Guru
sebaiknya mengadakan pembelajaran remedial bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai KKM. DAFTAR PUSTAKA Nyimas, Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Hasan Alwi. Dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka David Glover. (2007). A-Z Matematika Volume 1. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama. Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas. (2002) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Depdiknas, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional Hudoyo. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, nomor 2, tahun I, 1996. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP. Mohammad Efendi. (2007). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
Mumpuniarti. (2007). Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Ngalim Purwanto. (2004). PrinsipPrinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2008). Dasardasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Suparno. (2001). Pendidikan Anak Tunarungu. Yogyakarta: PLB FIP UNY. Sutjihati, T Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Aditama,2006.