HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERCAYA DIRI DENGAN HASI BELAJAR PENJASORKES (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015) Di Bawah Bimbbingan : Dr. H. Cucu Hidayat, M. Pd Dr. H. Iis Marwan, Drs., M.Pd Oleh : MILDA SILVIARINI 112191191
ABSTRAK MILDA SILVIARINI. NPM 112191191. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Percaya Diri Dengan Hasil Belajar Penjasorkes. (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran2014/2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara motivasi berprestasi dan percaya diri dengan hasil belajar penjasorkes. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu Skala Likert dan alat ukur yang digunakan adalah angket motivasi berprestasi dan percaya diri. Sedangkan populasi dan sampel adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya Tahun ajaran 2014/2015. Jumlah populasi sebanyak 453 orang dan sampel sebanyak 55 orang. Pengujian terhadap nilai signifikansi hubungan antara motivasi berprestasi dan percaya diri dengan hasil belajar penjasorkes diperoleh hasil Fhitung (24,428) > Ftabel (3,175) yang menyatakan bahwa nilai signifikan yang kuat karena Fhitung>Ftabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motivasi berprestasi dan percaya diri dengan hasil belajar penjasorkes adalah sangat signifikan yang menyatakan adanya pengaruh yang sangat berarti antara motivasi berprestasi dan percaya diri dengan hasil belajar penjasorkes. Kata Kunci: Motivasi Berprestasi, Percaya Diri dan Hasil Belajar Penjasorkes
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan merupakan hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti, perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, dan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi objek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang kreatif, mandiri, dan profesional dibidangnya masing-masing. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka diselenggarakan rangkaian kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang dan sistematis melalui pendidikan formal seperti sekolah. Tidaklah sederhana untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan, termasuk untuk menentukan kualitas pembelajaran
penjasorkes
sekarang.Dampak
dari
kualitas
pembelajaran
penjasorkes tersebut dan kesadaran semua pihak akan pentingnya pembelajaran penjasorkes yang berkualitas telah mendongkrak berbagai upaya pembenahan pembelajaran penjasorkes. Di sekolah, siswa mempelajari beberapa mata pelajaran salah satunya adalah penjasorkes. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan
yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Penjas menurut Beley dan Field (dalam Suranto, dkk. 2004) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian dari gerak, neuromuscular, sosial, kebudayaan, baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang baik melalui aktivitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot tubuh. Sedangkan menurut Bucher (1979) dalam Mulya, gumilar (2011:4) pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interpretatif, sosial dan emosional. Salah satu tujuan penjas adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Kurang percaya diri (lack of confidence) tidak akan menunjang tercapainya prestasi tinggi. Kurang percaya diri berarti juga meragukan kemampuannya sendiri, dan ini jelas merupakan bibit ketegangan, khususnya pada waktu menghadapi tes yang siswa tersebut kurang menguasai tekniknya dasarnya. Sebaliknya over confidence juga dapat menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan, karena sering “anggap enteng” suatu tes atau bahkan siswa yang lainnya karena merasa paling bisa dalam melakukan suatu gerakan. Realita dilapangan menunjukan bahwa siswa siswi SMP Negeri 3 Tasikmalaya kurang memiliki kemauan belajar yang tinggi, baik dalam mata pelajaran penjasorkes, bahasa maupun mata pelajaran yang lainnya. Banyak siswa siswi merasa malas di dalam maupun diluar kelas, tidak mampu memahami
dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Siswa merasa masih menganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar konteks belajar seperti menonton televisi, memainkan smartphone, game online, dan bergaul dengan teman sebaya. Selain itu dari faktor eksternal seperti sarana dan prasana kurang memadai, sehingga apabila jadwal bentrok dengan kelas lain, salah satu kelas tidak bisa melaksanakan pembelajaran dilapangan tersebut, kemudian dari jam pembelajaran penjasorkes di jam pelajaran terakhir siswa merasa enggan melakukan aktivitas fisik karena cuaca yang terik. Maka pencapaian prestasi akan sulit didapatkan.Pembelajaran tidak berlangsung secara maksimal, materi tidak tersampaikan semua, dan suasana pembelajaran juga tidak akan kondusif. Sehingga kemungkinan beprestasi sangat kecil karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubunganantara motivasi berprestasi denganhasil belajar penjasorkespada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya? 2. Apakah terdapat hubungan antara percaya diri denganhasil belajar penjasorkespada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya? 3. Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dan percaya diri denganhasil belajar penjasorkespada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya?
C. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan pada pengertian istilah yang di gunakan dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut: 1. Motivasi berprestasi (achievement motivation) menurut David Mcclelland merupakan suatu karakteristik kepribadian yang penting dalam lingkungan sekolah, yang ditandai dengan adanya dorongan pada individu untuk mengungguli orang lain, berprestasi sesuai dengan seperangkat standar yang berlaku dan berjuang untuk suskes. Untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi siswa, dapat diukur dengan menggunakan angket atau kuisioner motivasi berprestasi. 2. Percaya diri menurut Lie (2003) merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan kebahagiaan dirinya. Untuk mengetahui tingkat percaya diri siswa, dapat diukur dengan menggunakan angket atau kuisioner percaya diri. 3. Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. 4. Penjasorkesmenurut Bucher (2011) Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interpretatif, sosial
dan emosional. Untuk mengetahui hasil belajar penjasorkes dapat diketahui dari nilai raport mata pelajaran penjasorkes siswa.
D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai Hubunganantara Motivasi Berprestasi dan Percaya Diri dengan Hasil Belajar Penjasorkes pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Penjasorkespada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya. 2. Untuk mengetahui Hubungan antaraPercaya Diri denganHasil Belajar Penjasorkespada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya. 3. Untuk mengetahui Hubungan antaraMotivasi Berprestasi dan Percaya Diri dengan Hasil Belajar Penjasorkespada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya.
E. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoretis hasil penelitian ini mendukung teori yang sudah ada, bermanfaat untuk memberi bahan masukan dan tambahan informasi ilmiah bagi siswa, pelatih, guru dan pembina olahraga. 2. Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi para guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan atau Penjasorkes mengenai faktor
psikologis anak yaitu motivasi berprestasi dan percaya diri yang bisa mempengaruhi terhadap hasil belajar. 3. Secara empiris menambah pengalaman penulis tentang penulisan karya ilmiah khususnya mengenai hubungan antara motivasi berprestasi dan percaya diri dengan hasil belajar penjasorkes.
LANDASAN TEORETIS A. Kajian Teoretis Teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian sangat diperlukan untuk menunjang permasalahan hasil penelitian. Teori-teori tersebut bersumber dari pendapat berbagai narasumber atau buku, khususnya yang membahas mengenai motivasi berprestasi, percaya diri dan hasil belajar penjasorkes. 1) Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi sosial merupakan kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan sosial psikologik hal ini dikemukakan oleh McGregor dalam Hidayat, Cucu (2013:48) mengatakan bahwa apabila seseorang sudah mendapatkan kepuasan untuk memenuhi kebutuhan psikologik
maka
kebutuhan
yang
sosial
akan
merupakan
motivasi
yang
menonjol
mempengaruhi tingkah laku individu yang bersangkutan dalam sehari-hari. Salah satu motivasi sosial yang perlu mendapat pembahasan khusus adalah motif berprestasi, yaitu motif yang mendorong individu untuk berpacu
dengan keunggulan, baik keunggulan yang sudah dimilikinya sendiri, maupun keunggulan
orang
lain.
Megenai
motif
berprestasi
ini
McCleland
mengumpamakan kebutuhan berprestasi sebagai virus mental, Mccleland antara lain menyatakan: Virus mental ini diberi nama aneh, yakni N ach (singkatan dari Need for achievement, kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi), sebab ia ditemukan pada suatu macam pikiran yang berhubungan dengan : “melakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih efisien, lebih cepat, kurang mempergunakan tenaga dengan hasil yang lebih baik”. Selanjutnya David McCleland mengemukakan definisi motivasi berprestasi
(achievement
motivation)
merupakan
“suatu
karakteristik
kepribadian yang penting dalam lingkungan sekolah, yang ditandai dengan adanya dorongan pada individu untuk mengungguli orang lain, berprestasi sesuai dengan seperangkat standar yang berlaku dan berjuang untuk suskes”. Pernyataan tersebut lebih dipertegas oleh Lefton yang menyatakan bahwa motivasi berprestasi secara operasional dapat diungkapkan sebagai dorongan kuat untuk mencapai standar yang terbaik dan sukses. 2) Teknik-teknik meningkatkan motivasi Teknik motivasi adalah cara-cara yang digunakan untuk menimbulkan motivasi atau lebih mengarahkan motif pada tujuan tertentu. Tujuan teknik motivasi pada dasarnya untuk menumbuhkan dan mengarahkan hasrat, keinginan yang terdapat pada masing-masing individu dalam mencapai tujuannya. Teknik-teknik motivasi dapat dilakukan secara verbal, yaitu dengan memberikan pujian, koreksi, petunjuk-petunjuk, tantangan-tantangan, atau
dengan tindakan-tindakan seperti dengan memberikan insentif (hadiah, penghargaan, dan sebagainya), dengan memberikan hukuman, agar atlet atau siswa menghindarkan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Teknik-teknik menimbulkan motivasi sebagai berikut: 1. Dengan cara memberikan tantangan sehingga dapat menstimulasi atlet untuk berlatih lebih keras mencapai targettarget tertentu sehingga akhirnya dapat mencapai prestasi setinggi-tingginya. 2. Dengan mengadakan hambatan-hambatan sehingga atlet atau peserta didik yang tadinya kurang menunjukkan adanya kegiatan berusaha merasa dirugikan atau tidak mendapatkan keuntungan, sehingga akhirnya timbul hasrat untuk dapat “survive” mengatasi hambatan-hambatan tersebut. 3. Dengan memberikan hukuman atau memberikan koreksikoreksi sehingga atlet atau siswa yang kurang menunjukkan usaha (kurang giat) mendapat koreksi atau hukuman yang mengakibatkan rasa ingin dirinya tersentuh. Dengan memberikan hadiah atau pujian. 3) Pengertian Percaya Diri Pembinaan motivasi berprestasi juga harus diiringi dengan pembinaan kepercayaan pada diri sendiri. Percaya diri merupakan modal utama seorang siswa untuk dapat maju dan berhasil, karena prestasi yang tinggi harus dimulai dengan percaya bahwa ia mampu dan sanggup melampaui hasil atau prestasi yang pernah dicapai, baik oleh dirinya atau orang lain. Tanpa memiliki rasa penuh percaya diri, atlet atau siswa tidak akan mencapai prestasi yang tinggi karena ada saling hubungan antara motivasi berprestasi, kedisiplinan, dengan percaya diri. Seperti ditegaskan oleh Sudibyo dalam Hidayat, Cucu (2008:58) percaya diri adalah “rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu untuk
mencapai prestasi tertentu, sebaliknya apabila prestasinya sudah tinggi maka individu yang bersangkutan akan lebih percaya diri”. 4) Pengertian Basil Belajar Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3). 5) Pengertian Hasil Belajar Penjasorkes Penjasorkes menurut Bucher dalam Mulya, Gumilar (2011:4) pendidikan jasmani merupakan “bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interpretatif, sosial dan emosional”. Mutohir dan Lutan (2011:5) mengembangkan definisi Pendidikan Jasmani sebagai berikut: Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran
jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. 6) Tujuan Penjasorkes Secara umum tujuan dari Pendidikan Jasmani dalam Mulya, Gumilar (2011:5) yang diajarkan disekolah adalah untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan, komponen pengembangan tujuan pendidikan meliputi komponen pikiran (meliputi kognisi dan inelektual), fisikal (mencakup jasmani atau tubuh), spiritual (termasuk emosi dan perasaan), kesehatan (dengan terbebasnya dari penyakit dan cacat atau kelemahan tertentu), sosial (yang meliputi hubungan manusia dengan lingkungannya). 7) Manfaat Penjasorkes Manfaat Penjasorkes adalah sebagai berikut: 1. Aspek fisik, Hormon Endorphin dan beta-Endorphin melalui proses kimia akan aktif di dalam otak akibat aktifitas fisik, aktifnya hormon tersebut berpengaruh positif pada “mood” seseorang dan beta-endorphin dapat mengurangi rasa sakit dan menimbulkan keadaan senang. 2. Jantung, dilatih untuk bekerja berfungsi lebih baik. Otot jantung makin tebal hingga makin kuat. 3. Paru-paru, ukuran dan kemampuannya bertambah akibat bertambahnya alviole yang bertugas dalam pertukaran gas terutama oxigen makin banyak. 4. Kualitas darah, untuk aktivitas fisik ditunjukkan oleh jumlah HB (hemoglobin) yang berfungsi mengikat oxigen didalam alviole. Peningkatan HB diperoleh melalui aktivitas fisik dan makanan bergizi. 5. Aktivitas fisik yang teratur akan berpengaruh pada Kapilerisasi otot, hingga serabut otot bertambah tebal dan akibatnya kekuatan otot meningkat. 6. Kebutuhan akan gerak. 7. Dapat mengenalkan siswa pada lingkungan dan potensi dirinya. 8. Menanamkan dasar keterampilan yang berguna. 9. Menyalurkan surplus energi.
B. Penelitian Yang Relevan Pembelajaran metode ini pernah diteliti oleh Topan Anugrah (2010) dalam skripsinya yaitu : “Skripsi, Topan Anugrah. Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa PJKR. 2014. Tasikmalaya: UNSIL”. Penelitian tersebut penulis menjadikan sebagai acuan dalam penelitian penilis. Selain itu, penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat mendukung hasil penelitian sebelumnya.
C. Anggapan Dasar Anggapan dasar atau postulat menurut Surakhmad, Winarno dalam Arikunto, Suharsimi (2010: 104) adalah “sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Anggapan dasar ini sebagai titik tolak bagi penulis dari segela penelitian yang hendak di laksanakan, anggapan dasar ini di gunakan sebagai pegangan pokok secara umum. David McCleland mengemukakan definisi motivasi berprestasi (achievement motivation) merupakan “suatu karakteristik kepribadian yang penting dalam lingkungan sekolah, yang ditandai dengan adanya dorongan pada individu untuk mengungguli orang lain, berprestasi sesuai dengan seperangkat standar yang berlaku dan berjuang untuk suskes”. McCleland dan Hechausen dalam Hidayat, Cucu (2008:45) menyatakn bahwa “motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu dalam mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil
dalam
kompetisi
dengan beberapa ukuran
keberhasilan, yaitu dengan membandingkan prestasinya sendiri sebelumnya maupun dengan prestasi orang lain”. Berdasarkan teori di atas, penulis menggambarkan kerangkapemikiran sebagai berikut:
Motivasi McCleland dan Hechausen dalam Hidayat, Cucu (2008:45) 1. kebutuhan 2. tingkah laku 3. tujuan
Hasil Belajar Penjasorkes Nixon dan Jewett dalam Mulya, Gumilar (2011:4) 1. Respon mental 2. Emosional 3. Sosial
Percaya Diri Sudibyo dalam Hidayat, Cucu (2008:58) 1. Internal 2. Eksternal
Gambar 2.1 KerangkaPemikiran
D. Hipotesis Berdasarkan kajian pada landasan teori diatas, dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :
a. Terdapat hubungan yang berarti antaramotivasi berprestasidengan hasil belajar penjasorkespada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya. b. Terdapat hubungan yang berarti antarapercaya diri denganhasil belajar penjasorkespada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya.. c. Terdapat hubungan yang berarti antaramotivasi berprestasi dan percaya diri dengan hasil belajar penjasorkespada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya.. PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam
penelitian perlu adanya suatu metode. Metode menurut
Nusyirwan dalam Marwan, Iis (2013: 1) mengandung pengertian: “(1) suatu prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu; (2) suatu pengetahuan teknis yang digunakan dalam proses mendapatkan pengetahuan tentang pokok-pokok soal tertentu; (3) ilmu yang merumuskan aturan dari suatu prosedur”. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian tergantung dari metode yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena metode ini dianggap penulis sesuai dan akurat dalam mencari data yang diperlukan dalam penelitian. Karena metode ini mengangkat fakta keadaan atau situasi sebenarnya pada saat penelitian. Penelitian deskriptif menurut Arikunto, (2010: 3) adalah “suatu metode
penelitian untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau situasi, peristiwa, kegiatan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.” B. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2011:38) “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh infomasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan”. Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini terdapat fokus penelitian yaitu: 1. Variabel bebas adalah Motivasi Berprestasi dan Percaya Diri. 2. Variabel terikat adalah Hasil Belajar Penjasorkes. Hubungan variabel dapat penulis gambarkan sebagai berikut: MotivasiBerprest asi (X1) (X1) R12
Ry1 Ry1.2
HasilBelajar Penjasorkes (Y)
PercayaDiri Ry2 (X2)
Gambar 3.1 Konstalasi Penelitian Keterangan: Ry1 : Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Penjasorkes. Ry2 : Hubungan Percaya Diri dengan hasil Belajar Penjasorkes.
Ry1.2: Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Percaya Diri dengan Hasil Belajar Penjasorkes. C. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang lengkap dari suatu penelitian, maka perlu adanya perlakuan terhadap sejumlah sampel yang digunakan sesuai dengan permasalahan yang diajukan, antara lain: 1. Memilih sejumlah sampel secara acak dari suatu populasi. 2. Melakukan uji angket motivasi berprestasi dan percaya diri. 3. Mengolah data prestasi akademik. 4. Mengolah data dari rangkaian tes yang telah dilakukan. 5. Pengujian statistik untuk menentukan korelasi tes angket motivasi berprestasi dan percaya diri dengan data hasil belajar penjasorkes tersebut sehingga bisa membuktikan jika hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau tidak. D. Instrumen Penelitian “Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode” (Arikunto, Suhassimi 2012:192). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, alat pengumpul data yang penulis pergunakan adalah tes skala likert yang berupa angket motivasi berprestasi dan percaya diri. Menurut Narlan (2013 : 270) mengatakan “suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu topik bisa menggunakan skala likert”. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dalam skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawan setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif samapai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tiada pendapat 4. Tidak setuju 5. Sangat tidak setuju
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau individu yang mempunyai sifat-sifat umum. Mengenai Populasi Menurut Arikunto, Suharsimi (2010:173) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Tasikmalaya sebanyak 453 orang. Pada pelaksanaannya penulis mengambil sebagian dari populasi untuk dijadikan sampel. 2. Sampel Menetapkan sampel pada kenyataannya di dalam pelaksanaan penelitian adalah membatasi jumlah objek penelitian agar tidak terlalu besar jumlahnya. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam
melakukan penelitian. Menurut Arikunto, Suharsimi (2010:174) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. F. Langkah-langkah Penelitian Supaya pelaksanaan penelitian berjalan lancar, maka penulis menentukan langkah-langkah penelititan sebagai berikut : 1. Menentukan metode penelitian. 2. Menentukan populasi dan menetapkan sampel penelititan. 3. Pemberitahuan akan diadakannya penelitian kepada sampel yang menjadi sampel penelititan. 4. Menentukan alokasi waktu dan lokasi pengambilan data. 5. Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes. 6. Mengadakan tes mengisi angket untuk motivasi berprestasi dan percaya diri. 7. Setelah mengambil data, kemudian melakukan pengecekan terhadap beberapa data. 8. Menghitung data yang sudah terkumpul dengan menggunakan rumusrumus statistik. 9. Setelah data sudah di hitung, kemudian membuat laporan. G. Teknik Pengolahan Data Analisis data dapat dilaksanakan degan dua jenis analisa yaitu analisis statistik dan non statistik. Dalam penelitian ini data yang terkumpul berupa angka-angka, maka untuk mengolah dan menganalisis data digunakan analisis
statistik. Untuk menguji hipotesis tersebut, maka penulis menggunakan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penentuan indikator-indikator. 2. Menyususn sebanyak 25 butir penyataan (positif dan negatif) untuk mengukur tentang motivasi berprestasi dan percaya diri dengan hasil belajar penjasorkes. 3. Melakukan uji angket. 4. Mengumpulkan data dari hasil uji angket dan menyusun ranking dari skorskor tersebut. 5. Membagi kelompok menjadi dua kelompok dengan berdasarkan kepada (1) 25% responden yang memperoleh skor tertinggi dan kelompok ini disebut kelompok atas. (2) 25% responden yang memperoleh skor terendah dan kelompok ini disebut kelompok bawah. H. Waktu dan Tempat Penelitian Adapun waktu dan tempat pelaksanaan penelitian ini, pada: Hari/tanggal
: Selasa, 20 Januari 2015
Tempat
: SMP Negeri 3 Tasikmalaya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pengujian
validitas
tiap
butir
digunakan
analisis
item,
yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor
butir.
Sejalan
dengan
pernyataan
diatas
Sugiyono
(2011:132)
mengemukakan “teknik korelasi untuk menentukan validitas item tersebut sampai sekarang paling banyak digunakan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula”. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment, (Sugiyono. 2011:181)dengan rumus sebagai berikut: n
Rxy = (n
X i Yi X i2
( X i )( Yi )
( X i ) 2 (n Yi 2
(Yi ) 2
ket : rxy : korelasi antara variabel X dan Y X : (Xi – X)/skor item Y : (Yi – Y)/total skor untuk tiap responden N : jumlah responden Untukmengujiinstrumenpenelitian, peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan
kuesioner
kepadakelas
VIII
SMPN
3
Kota
Tasikmalayadenganjumlahsampelsebanyak 30orang, sehinggasesuaidengan r tabel = 0,361(angkakritis), makainstrumendikatakan valid jika ≥ 0,361. B. Hasil Penelitian Data penelitian ini diperoleh melalui angket motivasi berprestasi (X1), percaya diri (X2), dan hasil belajar(Y). yang disebar pada 55 responden sebagai sampel yang mewakili populasi, yaitu siswa kelas IX SMPN 3 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun hasil penyebaran angket diperoleh data sebagai berikut:
1. Motivasi Berprestasi Untuk mengetahui motivasi berprestasi pada 55 responden, penulis menggunakan angket dengan 25 item, dimana responden mempunyai 5 pilihan (Sangat Setuju, Setuju, Tiada Pendapat, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju). Untuk memudahkan pengolahan data maka pilihan responden diberi nilai untuk masing-masing jawaban untuk pernyataan positif, sebagai berikut: Sangat setuju
= nilai 5
Setuju
= nilai 4
Tiada pendapat
= nilai 3
Tidak setuju
= nilai 2
Sangat tidak setuju
= nilai 1
2. Percaya Diri Untuk mengetahui rasa percaya diri pada 55 responden, penulis menggunakan angket dengan 25 item, dimana responden mempunyai 5 pilihan (Sangat Setuju, Setuju, Tiada Pendapat, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju). Untuk memudahkan pengolahan data maka pilihan responden diberi nilai untuk masing-masing jawaban untuk pernyataan positif, sebagai berikut: Sangat setuju
= nilai 5
Setuju
= nilai 4
Tiada pendapat
= nilai 3
Tidak setuju
= nilai 2
Sangat tidak setuju
= nilai 1
3. Hasil Belajar Data hasil belajar siswa, penulis menggunakan nilai rapor semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 untuk mata pelajaran Penjasorkes yang diperoleh 55 responden sebagai berikut: Tabel 4.5 Data Hasil Penelitian Nilai 80 82 84 85 86 87 88 90 92 95 Jumlah Sumber: Hasil Penelitian, diolah
Frekuensi 31 3 5 1 4 1 3 1 2 4 55
Prosentase 56.36% 5.45% 9.09% 1.82% 7.27% 1.82% 5.45% 1.82% 3.64% 7.27% 100%
C. Pengujian Persyaratan Analisis Untuk mengetahui nilai korelasi antara ketiga butir tes tersebut, maka dilakukan pengujian korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : Table 4.7 Hasil Perhitungan Korelasi dari Ketiga Butir Tes No
Butir Tes
1
Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Penjasorkes Percaya Diri dengan Hasil Belajar
2
Nilai r
Kategori
t_hitung
t_tabel
Hasil
0,664
Kuat
6,473
1,674
Signifikan
0,539
Sedang
4,660
1,674
Signifikan
3
Penjasorkes Motivasi Berprestasi dan Percaya Diri 0,644 6,123 1,674 Signifikan Kuat dengan Hasil Belajar Penjasorkes Untuk menafsirkan nilai korelasi, penulis berpedoman pada interprestasi
nilai korelasi menurut Sugiyono (2011:302), sebagai berikut : 0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 0,40 - 0,599 0,60 - 0,799 0,80 - 1,00
: : : : :
sangat rendah rendah sedang kuat sangat kuat
Berdasarkan Tabel 4.7 dan interprestasi nilai korelasi tersebut, maka motivasi berprestasi mempunyai konstribusi yang signifikan dengan hasil belajar, dimana nilai korelasi (r) adalah 0,664 dan termasuk kategori kuat. Kemudian antara percaya diri dengan hasil belajar terdapat konstribusi yang signifikan dengan nilai korelasi sebesar 0,539 dan termasuk kategori sedang. Sedangkan antara motivasi berprestasi dengan percaya diri mempunyai korelasi yang kuat (r = 0,644). D. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah hipotesis penelitian diterima atau di tolak. Oleh karena itu, hipotesis penelitian yang penulis ajukan perlu dibuktikan kebenarannya. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, maka penulis akan menguji hipotesis tersebut menggunakan pendekatan statistik signifikansi korelasi berganda dengan rumus sebagai berikut : , dimana k = 2 dan (n – k – 1 ) = (55-2-1) = 52
Kriteria pengujian hipotesis adalah terima hipotesis nol (Ho) jika Fhitung lebih kecil dari F tabel pada
= 0,05 dan tolak dalam hal lainnya.
Adapun hasil penghitungan signifikansi korelasi berganda dari ketiga butir tes tersebut adalah sebagai berikut : Fhitung = = = 24,428 (Sigifikan karena Fhitung > Ftabel) E. Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis terhadap data hasil penelitian dan sesuai dengan hipotesis yang penulis ajukan, maka hasil penelitian tersebut dapat penulis bahas sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama menyatakan, “terdapat hubungan yang berartiantara motivasi berprestasi terhadap hasil belajarpada mata pelajaran Penjasorkes siswa kelas IX SMPNegeri 3 Tasikmalaya“, hasilnya hipotesis diterima, dimana dari hasil perhitungan analisis diperoleh koefesien korelasi sebesar 0,664 atau thitung = 6,473sedangkan ttabel 1,674 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang kuat antara motivasi berprestasi dengan hasil belajarsebesar 44,1 % diterima hipotesis
tersebut
disebabkan
motivasi
berprestasi
berhubunganuntuk
mendorong siswa untuk belajar. 2. Hipotesis kedua yang menyatakan, “Terdapat hubungan yang berartiantara percaya diri terhadap hasil belajarpada mata pelajaran Penjasorkes siswa kelas IX SMPNegeri 3 Tasikmalaya“, hasilnya hipotesis diterima, dimana dari perhitungan analisis diperoleh koefesien korelasi sebesar 0,539 atau thitung =
4,660 sedangkan ttabel = 1,674 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang sedang antara percaya diridengan hasil belajar, dengan besarnya deterninasi r2 = 0,291 menunjukan bahwa percaya diridapat memberikan hubungan yang signifikan terhadap hasil belajar sebesar 29,1%. Diterimanya hipotesis tersebut disebabkan percaya diri dapat mendukung hasil belajar. 3. Hipotesis ketiga yaitu “ Terdapat hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi dan percaya dirisecara bersama-sama terhadap hasil belajarpada mata pelajaran Penjasorkes siswa kelas IX SMPNegeri 3 Tasikmalaya”, hasilnya hipotesis diterima, dimana diperoleh harga Fhitung = 24,428 sedangkan Ftabel = 3,175 . hasil ini menunjukan bahwa nilai yang diperoleh dari observasi adalah sangat signifikan. Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang kuat antara motivasi berprestasi dan percaya dirisecara bersama-sama dengan hasil belajar penjasorkes. Dengan besarnya deterninasi r2 = 0,484 menunjukan bahwa percaya diri dan motivasi berprestasi dapat memberikan hubungan yang berarti terhadap hasil belajarsebesar 48,4 %. Sedangkan sisanya sebesar 51,6 % yang merupakan dukungan faktor lain diantaranya faktor lingkungan, kemampuan dan lain-lain. Diterimanya hipotesis tersebut disebabkan kedua komponen ini merupakan komponen yang dominan berhubungan dalam hasil belajar.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil penelitian, yang di peroleh melalui pengukuran motivasi berprestasi, rasa percaya diri, dan hasil belajar penjasorkes. Maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut : 1.
Terdapat hubungan yang kuatdanberartiantara motivasi berprestasi dengan hasil belajarpenjasorkes siswa kelas IX SMPNegeri 3 Tasikmalaya.
2.
Terdapat hubungan yangsedangdanberartiantara percaya diri dengan hasil belajarpenjasorkes siswa kelas IX SMPNegeri 3 Tasikmalaya.
3.
Terdapat hubungan yang kuatdanberarti antara motivasi berprestasi dan percaya diri secara bersama-sama dengan hasil belajarPenjasorkes siswa kelas IX SMPNegeri 3 Tasikmalaya.
B. Saran 1.
BagiSiswa Salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes adalah menumbuhkan motivasi yang kuat dalam diri pribadi sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri yang kuat serta berdampak pada hasil belajar yang baik sesuai yang diharapkan.
2.
Bagi Guru Sesuai dengan hasil penelitian dimana pernyataan tentang motivasi siswa dengan nilai terendah adalah jika guru tidak datang, siswa lebih memilih untuk istirahat, oleh karena itu jika guru ada halangan untuk hadir,
sebaiknya memberitahukan kepada pihak sekolah untuk mencarikan guru pengganti agar proses pembelajaran dapat berlangsung seperti biasa. Berdasarkan hasil penelitian untuk variable percaya diri, nilai terendah terdapat pada pernyataan siswa merasa ragu untuk mempelajari materi pembelajaran yang sangat rumit, maka diharapkan kepada guru Penjasorkes untuk selalu member keterangan yang jelas apabila ingin memberikan tugas kepada siswa, dengan demikian siswa akan termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Sebaikmya guru tidak hanya mengajarkan materi kepada siswa, tetapi harus lebih mendalami karakteristik masing-masing siswa, dengan demikian guru tidakhanyamenilaiapa yang telahdihasilkanolehsiswa, tetapi harus dinilai pula
padasaat
proses
pembelajaran
berlangsungantara
lain
denganmemperhatikanmotivasidan rasa percayadiridarimasing-masingsiswa. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis, kepada yang berminat melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian ini diharapkan agar dapat menambahkan variable penelitian serta alam populasi yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-Apek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma. Marwan, Iis. (2014). Pengantar Metode Penelitian Pendidikan Olahraga, Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Siliwangi. Nurhasan dan Narlan, Abdul. (2012). Tes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga, Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Siliwangi. Hidayat, Cucu. (2013). Psikologi Olahraga,Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Siliwangi. Mulya, Gumilar. (2011). Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani, Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Siliwangi. Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga Latihan Mental dalam Olahraga Kompetitif, Bandung: Remaja Rosdarkarya.