ISSN 2407-733X E-ISSN 2407-9200 pp. 95-104
Jurnal Teknik Sipil Unaya
COMPETITIVE TENDERING: FAKTOR TERJADINYA INSOLVENCY PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI (SEBUAH LITERATUR) Ipak Neneng Mardiah Bukit1 1)
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Samudra Jalan Kp Meurandeh, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa, email:
[email protected]
Abstract: The construction industry is a vanguard in developing countries, including Indonesia. It has unique characteristics where complex works exist. These characteristics distinguish this industry from other industries in economy. Its project involves so many risks that have potentially business failure. Failure, bankruptcy or insolvency is unpleasant words, but people in the industry cannot ignore them. This paper thoroughly explored the causes of insolvency in Construction Company due the procedure of competitive tendering in Indonesia and how to avoid it. Insolvency in Indonesia is caused by lack of business experiences, country’s economic condition, poor control of cash flow, cannot convince clients, and low profit margin as a result of competitive tendering. Some researchs found that insolvency can be predicted at early opportunity, and some methods are applied to prevent insolvency. Key words: Construction Industry, Contractors, Competitive Tendering, Failure, Insolvency Abstrak: Industri konstruksi merupakan industri perintis di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Setiap industri konstruksi memiliki karakter yang unik dimana banyak melibatkan pekerjaan yang sulit dan kompleks. Karakter dari industri konstruksi membedakannya dari industri di bidang lainnya seperti produksi pabrik (manufacturing). Proyek konstruksi melibatkan banyak resiko (risks) yang dapat berpotensi membawa perusahaan kepada kegagalan usaha (business failure). Kegagalan (failure), kebangkrutan (bankruptcy ataupun insolvency) adalah kata-kata yang tidak menyenangkan, akan tetapi orang yang bekerja di industri ini tidak boleh mengabaikannya. Tulisan ini akan mengupas secara menyeluruh penyebab insolvency pada perusahaan konstruksi akibat dari prosedur pelelangan kompetitif di Indonesia dan bagaimana menghindarinya. Setelah diteliti dengan baik, insolvency di Indonesia disebabkan oleh kurangnya pengalaman dalam bisnis konstruksi, kondisi ekonomi dalam negeri, kurangnya kemampuan pengendalian aliran uang dalam perusahaan, tidak adanya kemampuan untuk meyakinkan klien dan rendahnya nilai profit yang ditetapkan sebagai upaya untuk memenangkan tender. Penelitian yang pernah dilakukan menemukan bahwa insolvency dapat diketahui lebih dini dan beberapa metode dapat diterapkan dalam upaya menghindarinya. Kata kunci: Industri konstruksi, kontraktor, tender kompetitif, kegagalan, insolvency
Industri sangatlah
konstruksi di Indonesia memenuhi
permasalahan yang dihadapi di Indonesia
Perusahaan
pada industri ini adalah seperti jumlah
konstruksi menjadi ujung tombak dalam
perusahaan yang terdaftar lebih besar dari
industri ini, yang menyebabkan corporate
jumlah
sustainability (keberlangsungan usaha) harus
pemerintah maupun swasta, tidak adanya
kebutuhan
penting
untuk
menjadi perhatian utama. Berbagai macam
infrastruktur.
Volume 1, No. 1, Januari 2015
pekerjaan
yang
ditawarkan
95
Jurnal Teknik Sipil Unaya kemampuan manajemen dan pengalaman
penggunaannya, dan semua
keteknikan dikaitkan dengan kualifikasi
berkaitan
teknik terhadap pengaturan sumber daya dan
makroekonomi
persiapan tender. Walaupun LPJK (Lembaga
pemerintah dan juga prilaku dari pelaku
Pengembangan
bisnis sendiri.
Jasa
Konstruksi)
mengesahkan kualifikasi dari perusahaan konstruksi
sebelum
mereka
pula
dengan dan/atau
aspek itu masalah peraturan
Seluruh aspek yang ada dalam industri
dapat
konstruksi ini membuat perusahaan yang
mengajukan penawaran pada sebuah tender,
bergerak di bidang ini sangat rentan terhadap
tetap saja banyak perusahaan yang kurang
kegagalan (failure). Resiko bisnis pada
berkualitas.
dasarnya ada pada semua industri, namun
Lebih jauh lagi, ketergantungan terhadap
banyak perusahaan konstruksi tidak dapat
proyek-proyek yang berbasis pemerintah,
bertahan oleh resiko yang mengarah kepada
membuat pelelangan kompetitif menjadi
kegagalan ataupun insolvency. Al Hallaq
tidak proporsional keberadaannya. Praktek
(2003) mengutip dari Clough dan Sears
kecurangan (non-technical factors) dapat
(1994) yang mengatakan “ …construction
menyebabkan kemungkinan insolvency pada
industry is one of the riskiest of all business
perusahaan konstruksi di Indonesia. Sebagai
types”. Insolvency berarti kegagalan finansial
contoh, bangkrutnya PT Istaka Karya pada
dari individu atau perusahaan dan posisi
tahun 2011 disebabkan oleh faktor non teknis
mereka sebelum atau sesudah dimulainya
(Saputra, 2011), dimana mereka tidak mampu
prosedur formal insolvency (Fisk, 1997)
membayar hutang total sebesar US$ 7.6 juta
seperti dikutip oleh Arain (2008). Tulisan ini
kepada PT Japan Asia Investment Company.
akan mengeksplor lebih dalam mengenai
Industri konstruksi memiliki banyak
konteks bagaimana pelelangan kompetitif
karakteristik yang unik. Raftery (1997) seperti
(competitive tendering) dapat menyebabkan
dikutip oleh Al Hallaq (2003) menjelaskan
terjadinya
bahwa
konstruksi di Indonesia dan mencari jawaban
industri
kecendrungan
konstruksi atau
mempunyai
reputasi
atas
keterlambatan waktu dan kelebihan biaya
insolvency
pada
perusahaan
bagaimana menghindari terjadinya kegagalan bisnis pada industri ini.
pelaksanaan (time and cost overrun). Proyek konstruksi selalu rumit dimana melibatkan
PENYEBAB TERJADINYA
sejumlah besar aspek yang harus dapat
INSOLVENCY
dikendalikan dan diatur dengan baik. Aspek-
Penelitian terdahulu menemukan bahwa
aspek ini diantaranya pekerjaan struktur
tingkat kegagalan oleh perusahaan konstruksi
keteknikan, keuangan/finansial, tenaga kerja,
(mulai saat ini disebut kontraktor) adalah
peralatan, jadwal pelaksanaan, dan juga aliran
lebih tinggi dari jenis perusahaan lainnya (Ab
uang yang sangat ketat untuk dikontrol
Halim, 2010). Kegagalan adalah sebuah hasil
96
Volume 1, No. 1, Januari 2015
Jurnal Teknik Sipil Unaya dari proses yang rumit, bukan hanya dari satu
menyenangkan bagi perusahaan ke depannya,
faktor saja. Kivrak dan Arslan (2008)
karena akan menyebabkan kegagalan atau
sebagaimana dikutip oleh Wong (2010)
insolvency.
menjelaskan
bahwa
faktor
kritis
dari
Faktor kritis lainnya menurut Kivrak
kegagalan pada kontraktor dapat disebabkan
dan Arslan adalah kemampuan
untuk
oleh tidak adanya pengalaman bisnis dan
mempersiapkan proposal tender yang akurat
kondisi ekonomi dalam negeri. Tidak adanya
dan realistis.
pengalaman bisnis juga dapat mengakibatkan
Kangari (1988) sebagaimana dikutip
lemahnya pengendalian aliran uang (cash
oleh Wong (2010) mengatakan bahwa lebih
flow)
dari setengah kegagalan bisnis di bidang
perusahaan
dan
ketidakmampuan
menarik klien-klien baru untuk perusahaan. Banyak
sekali
kontraktor
konstruksi disebabkan oleh marjin profit yang
yang
tidak realistis. Lebih daripada itu, sebuah
merupakan sub-kontraktor, mereka bekerja di
proposal tender yang proporsional dengan
bawah kontraktor yang lebih besar (main-
marjin profit yang realistis dinyatakan sebagai
contractors); sehingga mereka biasanya
sangat kritikal (Arslan et al, 2006 seperti
adalah perusahaan kecil dengan jumlah staf
dikutip oleh Wong, 2010). Kontraktor dituntut
yang terbatas. Kebanyakan sub-kontraktor
untuk memenangkan tender dalam kompetisi
tidak memiliki departemen keuangan untuk
yang ketat dan penampilan mereka dapat di
mengendalikan aliran uang; sehingga untuk
observasi dari proposal tender mereka, jika
memonitor ratio finansial sedikit sulit
dianggap rasional.
dilakukan.
Dari penjelasan di atas, maka penyebab
Schaufelberger (2003) seperti dikutip oleh Wong (2010) mempelajari bahwa salah
dari kebangkrutan perusahaan konstruksi dapat digambarkan sebagai berikut:
satu penyebab dari kegagalan bisnis adalah pada
level
sub-kontraktor
lack of business experiences
dengan
penggunaan sistem akunting yang sangat lemah. Kemampuan menarik minat bagi klien
country's economic condition
baru untuk mempekerjakan perusahaan juga sangat penting bagi kontraktor, karena klien adalah orang yang mampu memberikan keuntungan
bagi
perusahaan.
Ketidakmampuan kontraktor untuk menarik
lack of ability in preparing realistic bid proposal
common causes of Construction Company's failure
poor control of cash flow
cannot convince clients
minat klien tentunya akan menghilangkan keuntungan bagi perusahaan. Jika hal ini terjadi,
hasilnya
akan
sangat
Volume 1, No. 1, Januari 2015
Gambar 1. Penyebab umum dari insolvency (kebangkrutan)
tidak
97
Jurnal Teknik Sipil Unaya PROSES TENDER KOMPETISI DI
akan mendapatkan SBU dan IUJK, sehingga
INDONESIA
tidak memenuhi syarat untuk memasukkan
Merujuk pada Perpres RI Nomor
penawaran dalam tender pemerintah.
54/2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa,
Persyaratan ini mempengaruhi orang-
“….pekerjaan konstruksi adalah seluruh
orang dalam industri konstruksi untuk
kegiatan
melakukan
yang
berhubungan
dengan
kecurangan
dengan
tidak
konstruksi bangunan atau segala struktur
memberikan keterangan yang jelas dan benar
fisiknya.” (Perpres, 2010).
mengenai kondisi perusahaannya. Sebagai
Lebih jauh lagi, Perpres No. 54/2010
contoh, keberadaan ahli teknik/engineering
menjelaskan tentang tender sebagai berikut:
experts
Pelelangan kompetitif adalah suatu metode
pengajuan SBU di LPJK. Perusahaan-
untuk mendapatkan penyedia/kontraktor/jasa
perusahaan yang tidak memiliki insinyur
lainnya untuk keseluruhan pekerjaan yang
teknik
dapat ditawarkan oleh setiap penyedia
memanipulasi
barang/kontraktor/jasa lainnya yang dianggap
sertifikasi
memenuhi syarat dan kualitas. Peraturan
mendapatkan SBU dari pemerintah dan dapat
tentang pengadaan ini mempunyai prinsip
ikut dalam tender. Praktek seperti ini tentu
efisien,
saja melanggar peraturan dan jika diketahui
kompetitif,
efektif,
transparan,
adil/tidak
terbuka,
diskriminatif
dan
bertanggung jawab (Perpres, 2010). Proses tender di bidang pengadaan jasa merujuk pada peraturan pemerintah RI ini.
merupakan
yang di
hal
penting
pada
memadai
kemudian
ketika
mengajukan
data
LPJK,
sehingga
bisa
akan berakibat pada tuntutan hukum dan atau dicatat dalam daftar hitam (black list) sebagai perusahaan bermasalah. Bagaimanapun,
perusahaan
akan
Untuk mengajukan penawaran, kontraktor
mencari cara untuk dapat mengikuti proses
harus mendapat sertifikasi oleh LPJK.
tender. Setiap tahunnya Pemerintah Indonesia
Kualifikasi ini diperlukan untuk memastikan
akan mengeluarkan daftar proyek yang akan
kalau perusahaan tersebut mampu bekerja di
dilelangkan lewat pemberitaan di media
bidang tertentu yang diperlukan oleh owner.
massa.
LPJK akan mengeluarkan surat tentang jenis
penawaran berdasarkan nilai proyek yang
keahlian dan klasifikasi perusahaan tersebut.
dikeluarkan oleh owner/bowheer/pemerintah
Sertifikasi dari LPJK yang disebut SBU
dalam owner estimate (OE), dan besarnya
(Sertifikat Badan Usaha) diperlukan oleh
penawaran kontraktor disebut engineering
perusahaan untuk mendapatkan IUJK (Ijin
estimate (EE). Dalam tender kompetitif, nilai
Usaha Jasa Konstruksi) dari pemerintah. Ini
EE harus berada di bawah nilai OE. Ini
adalah langkah yang beresiko dalam proses
merupakan prinsip dari tender konstruksi di
tender bagi kontraktor terutama pemula.
Indonesia. Pada akhir proses pelelangan, tiga
Perusahaan dengan profil yang terendah tidak
nilai EE terendah akan menjadi calon
98
Kontraktor
akan
mengajukan
Volume 1, No. 1, Januari 2015
Jurnal Teknik Sipil Unaya pemenang tender.
barang mewah dan barang-barang lain yang
Prinsip ini membentuk prilaku baru bagi
tidak berhubungan dengan pekerjaan proyek
kontraktor. Ketika mereka mempersiapkan
dengan tujuan memperlihatkan bonafiditas.
proposal penawaran, kontraktor terpaksa
Cohen (1973) sebagaimana dikutip oleh Al
membuat RAB dengan menekan nilai
Hallaq (2003) menuliskan salah satu gejala
keuntungan. Artinya modal akan sangat
kegagalan dalam usaha konstruksi adalah
terbatas sehingga upaya kontraktor untuk
“put prestige above profit” (meletakkan status
menyelesaikan proyek dengan baik akan
kekayaan di atas keuntungan yang bisa
terganggu. Praktek kecurangan berkenaan
diperoleh dari pekerjaan). Akibatnya, untuk
dengan hal ini adalah nepotisme dan atau
memenuhi kebutuhan terhadap kekurangan
dengan
modal awal, kontraktor mengambil pinjaman
mengatasnamakan
golongannya.
Banyak
kepentingan
perusahaan
yang
dari bank dengan bunga yang tinggi.
seringkali memenangkan tender karena faktor politik.
Selanjutnya, kesalahan manajemen pada
Dengan iming-iming pembagian keuntungan,
pengendalian aliran kas dan tidak adanya
berbagai oknum perusahaan akan terpancing
departemen
untuk mengurangi profit marginnya demi
konstruksi membuat kontraktor kesulitan
memenangkan tender. Biasanya praktek
mengendalikan aliran kas yang sangat cepat
seperti
selama
„saling
kenal‟(terselubung)
ini
akan
atau
berimbas
kepada
keuangan
masa
pada
perusahaan
pelaksanaan.
Namun
pengurangan mutu pekerjaan, yang ujung-
sayangnya, sistem manajemen keuangan
ujungnya juga akan menyebabkan kegagalan
yang biasa terdapat dan umum digunakan
perusahaan ketika ada temuan dari pejabat
pada organisasi fungsional selama ini tidak
berwenang
perusahaan
terlalu tepat digunakan pada perusahaan
masuk daftar bermasalah dan tidak dapat lagi
konstruksi (Peterson, 2005; Adrian, 1986)
mengikuti tender pada periode berikutnya.
seperti dijelaskan oleh Ssgawa-Kaggwa
sehingga
Penggunaan
sering
uang
muka
dalam
(2008).
sering
Kurangnya kontrol terhadap aliran kas
disalahgunakan oleh kontaktor. Berdasarkan
akan menghantarkan pada kegagalan finansial
prosedur
seperti
dan menyebabkan turunnya nilai berbagai
tercantum dalam Perpres No. 54/2010,
aset perusahaan, seperti turunnya nilai tenaga
pemenang tender akan mendapat uang muka
kerja (gaji dan kompensasinya), berhubungan
sebesar 15% sampai dengan 20% dari total
dengan nilai pesanan yang berfariasi, biaya
nilai kontrak. Uang muka diperuntukkan
perawatan
sebagai modal awal mengerjakan pekerjaan
pemborosan
proyek.
keuntungan pertahunnya (Enshassi, 2006).
prakteknya
di tender
Namun
Indonesia di
Indonesia,
kebanyakan
kontraktor
menggunakan uang muka untuk membeli Volume 1, No. 1, Januari 2015
Ketika
peralatan
dan
operasinya,
bahan-bahan, dan evaluasi hal-hal
tersebut
terjadi,
99
Jurnal Teknik Sipil Unaya kontraktor akan kehilangan kemampuan
terjadi masalah pada tahap awal pekerjaan
untuk menyelesaikan proyek dengan baik.
dan mampu merespon masalah tersebut
Biasanya
dengan lebih baik”) (Bell, 2008).
jika
menyerahkan
kontraktor pekerjaan
tidak
sesuai
dapat kontrak,
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
sebagai resiko yang harus dihadapinya dan ini
penelitian untuk memprediksi kebangkrutan
sering terjadi, kontraktor akan lari dari
pada perusahaan konstruksi perlu dilakukan
tanggungjawabnya, meninggalkan proyeknya
(Wong, 2010). Wong mengatakan bahwa
terbengkalai setelah uang muka dan sebagian
adalah sangat penting untuk mengenal dan
termjin sudah diterima.
mengetahui
gejala
kegagalan
pada
Perusahaan akan masuk dalam black
perusahaan pada kesempatan paling dini.
lists dan akan sulit untuk mengikuti
Dengan pengetahuan ini, maka pertolongan
penawaran pada tahun berikutnya. Dengan
dapat segera diberikan baik dana maupun
kata lain, insolvency terjadi. Orang atau
teknis.
organisasi yang mengalami insolvency akan
Untuk memprediksi kegagalan ini telah
mendirikan perusahaan baru, dengan nama
dipersiapkan
baru, dan figure baru sehingga dapat memulai
analisa rasio, analisa multiple discrimination,
segalanya dari awal lagi. Ini sering terjadi di
model conditional probability dan subjective
Indonesia
assessment.
dan
harus
segera
dicarikan
berbagai
model
termasuk
solusinya agar iklim industri konstruksi z-Score System
menjadi lebih sehat.
Salah satu pionir yang menemukan
Bagaimana menghindari Insolvency? Balcaen dan Ooghe (2006) menulis bahwa
sebuah
memperkenalkan sebuah model statistik
pada
untuk memprediksi kegagalan bisnis. Model
diterapkan
yang ditemukan Altman ini dikenal dengan
terutama dalam menilai kondisi keuangan
nama Z-Score dan dapat dijelaskan dalam
sebuah perusahaan. Mereka mengatakan
rumus berikut ini (Creditguru, 2014):
perusahaan
sebuah sangat
yang
Edward Altman. Pada tahun 1968, Altman
dapat
memprediksi
model
model prediksi kegagalan bisnis adalah Prof.
kegagalan penting
bahwa “….a developer is advised to take an active interest in the works so that it is alerted to any problems at an early stage and able to respond to these appropriately,” (terjemahan: “sebuah
perusahaan
pembangunan
disarankan
untuk
aktif
terlibat
dalam
pekerjaannya sehingga mereka (pen: direksi
𝑍 = 3.3𝐴 + 0.9𝐵 + 0.6𝐶 + 1.2𝐷 + 1.4𝐸 Dimana: A = Earning Before Iinterest and Taxes/Total Assets B = NET Sales/Total Assets C = Market value of equity/total liability D = Working Capital/Total Assets E = Retain earning/total assets
perusahaan) akan segera mengetahui jika
100
Volume 1, No. 1, Januari 2015
Jurnal Teknik Sipil Unaya Penjelasan dari Z-Score adalah sebagai
Pertama,
segala
bentuk
praktik
berikut:
kecurangan meskipun sering terjadi dalam
Z-Score Above 3.0 – berdasarkan data
proses tender untuk menang dalam tender
finansial saja perusahaan dalam kondisi
adalah
aman.
monitoring dan evaluasi baik dari dalam dan
Z-Score Between 2.7 and 2.99 – Peringatan
luar perusahaan harusnya dilaksanakan oleh
bagi perusahaan. Dalam zona ini perusahaan
pihak yang berwenang (authority). Sistem
harus waspada dan melakukan perbaikan
yang efisien di LPJK dan panitia lelang
segera.
sangat penting untuk memastikan
Z-Score
Between
Kemungkinan
1.8
besar
and
2.7
perusahaan
–
akan
bangkrut dalam 2 (dua) tahun operasi sejak dilakukan
penilaian
tidak
benar.
Oleh
karenanya,
proses
tender berjalan dengan semestinya seperti diamanatkan dalam Perpres No. 54/2010. Kedua, faktor finansial pada perusahaan
finansial.
harus dapat dikendalikan dengan baik, atau
Z-Score Below 1.80 – peluang terjadinya
kegagalan akan mengancam keberlangsungan
kehancuran finansial sangat tinggi.
perusahaan. Oleh karenanya, sekecil apapun
Meskipun model ini tidak dibuat untuk
perusahaan harus memiliki bagian keuangan
perusahaan konstruksi, namun masih bisa
untuk mengendalikan aliran kas yang sangat
digunakan pada perusahaan konstruksi yang
cepat selama melakukan pekerjaan proyek
memiliki nilai asset yang hampir sama
konstruksi.
dengan perusahaan dimana
model
ini
Ketiga, kegagalan seharusnya dapat
dikembangkan. Model ini dianggap mampu
diprediksi lebih awal. Model z-Score dapat
dan merupakan indikator yang bagus untuk
digunakan pada perusahaan konstruksi di
memperkirakan kondisi perusahaan dua
Indonesia, dengan mengumpulkan seluruh
sampai tiga tahun setelah analisa dilakukan.
data yang diperlukan dan dibutuhkan dalam model tersebut. Ketika hasil perhitungan
PEMBAHASAN
Competitive tendering bisa dianggap sebagai salah satu penyebab utama dari kegagalan bisnis (insolvency) di Indonesia, walaupun akar permasalahan selalu berasal dari dalam perusahaan sendiri. Dari diskusi di atas, sudah menjadi hal yang semestinya bagi perusahaan
konstruksi
untuk
mengikuti
peraturan pemerintah dengan baik dan jujur, terutama dalam prosedur tender yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Volume 1, No. 1, Januari 2015
diperoleh, perusahaan akan mengetahui aspek apa saja yang harus menjadi perhatian utama untuk diperbaiki agar mendapatkan batas aman dalam z-score. Tulisan ini memiliki keterbatasan dalam menampilkan data dan contoh kasus pada industri ditemukan
di
Indonesia., penelitian
karena untuk
belum masalah
insolvency pada perusahaan konstruksi di dalam negeri sendiri. Literatur berasal dari paper luar negeri yang boleh jadi kasus per
101
Jurnal Teknik Sipil Unaya kasus memberikan fakta yang berbeda dari
terhadap kebutuhan perusahaan dan proyek
kondisi di Indonesia. Oleh karena itu,
yang sedang dikerjakan sebagai langkah awal
penyebab utama kegagalan yang dijelaskan
pengendalian corporate sustainability dari
dalam tulisan ini kemungkinan bukan faktor
berbagai metode pengendalian asset serta
utama penyebab insolvency pada perusahaan
keuangan (misalnya Z-Score) juga sangat
konstruksi di Indonesia. Walaupun demikian,
menarik untuk dikupas
fakta menunjukkan bahwa analisa yang
penelitian menyeluruh.
dipaparkan mengandung kebenaran.
dalam sebuah
Penelitian lebih jauh mengenai bidang
Batasan lain dalam tulisan ini adalah
konstruksi akan sangat membantu dalam
kurangnya data atau informasi tentang
peningkatan pengetahuan bagi perusahaan
kegagalan
yang
maupun orang-orang yang tertarik bekerja di
pernah terjadi di Indonesia sangatlah terbatas,
industri ini. Lebih daripada itu, kebutuhan
sehingga menemukan sumber data tentang
akan referensi, data literatur dan bahan
pemecahan masalah menjadi lebih sulit
bacaan bagi mahasiswa khususnya prodi
dilakukan.
Teknik Sipil ataupun Industri akan diperkaya
perusahaan-perusahaan
dengan adanya pengembangan penelitian PENELITIAN LEBIH LANJUT Industri konstruksi masih merupakan sektor prioritas di negara berkembang seperti Indonesia, sehingga penelitian lebih jauh
pada manajemen perusahaan konstruksi di Indonesia. KESIMPULAN DAN SARAN
tentang industri ini sangat penting untuk
Dari pembahasan di atas, maka dapat
memecahkan berbagai masalah dan persoalan
diambil kesimpulan sebagai berikut : Proses
di dalamnya. Fakta bahwa ini adalah bisnis
tender yang bersifat kompetitif
bisa jadi
paling beresiko dibandingkan dengan bisnis
penyebab
beberapa
lainnya,
perusahaan konstruksi yang masih belum
menuntut
pelaku
bisnis
pemerintah untuk lebih tanggap
dan
terhadap
kuat
di
kegagalan Indonesia.
bisnis Namun,
penyebab
berbagai karakter dan keadaan yang mungkin
sebenarnya adalah sangat kompleks, sehingga
dapat
harus dicari solusi yang dapat menyelesaikan
menyebabkan
kebangkrutan
perusahaan (insolvency). Manajemen
dari
faktor
penyebabnya
konstruksi
sendiri. Faktor-faktor itu dapat berasal dari
menjadi sangat penting untuk ditelaah dalam
luar ataupun dalam perusahaan sendiri,
upaya mengetahui faktor apa saja dalam
sedangkan tender menjadi ujung tombak
perusahaan yang cukup rawan terhadap
yang
kegagalan
itu,
konstruksi ketika prosedur tidak dilaksanakan
kemampuan perusahaan untuk mengenal
dengan baik dan kemampuan perusahaan
figure dirinya lebih baik, membuat pendataan
yang tidak memadai dipaksa untuk menjadi
102
kerja
perusahaan
permasalahan
proyek.
Selain
menentukan
kualitas
perusahaan
Volume 1, No. 1, Januari 2015
Jurnal Teknik Sipil Unaya pemenang tender. Lebih jauh lagi, perilaku
and
orang-orang yang bekerja di industri ini pun
Contractors
harus dapat diubah menjadi lebih baik dan
Construction Industry”, Journal of
lebih jujur. Dalam industri ini kejujuran
International
sangat penting.
Building Education and Research
Peraturan yang dibuat oleh pemerintah
Unethical
Practices in
of
Pakistan
Conference
on
(BEAR) ‘Building Resilience’, 11-
sebenarnya sudah dapat menampung seluruh
15
prosedur dengan baik dan lengkap dan
pp.1246-1262, diunduh pada 26
kontraktor harus mampu mengikuti prosedur
September
ini dengan bertanggungjawab. Walaupun
http://www.irbnet.de/daten/iconda/
bahaya
CIB11455.pdf
insolvency
itu
membelit
dan
Februari
2008,
vol.
2011
131 dari
mengancam perusahaan, namun sebenarnya
Balcaen, S., dan Ooghe, H., 2004, “35
kontraktor masih bisa memprediksi sejak
Years of Studies on Business
awal
Failure:
sebelum
sehingga
itu
benar-benar
terjadi,
ancaman
insolvency
dapat
ditanggulangi secara lebih dini.
an
Overview
of
the
Classical Statistical Methodologies and
Their
Related
Problems”,
Journal of Vlerick Leuven Gent DAFTAR PUSTAKA
Ab Halim, M. S., Jafar, M., Osman, O., Akbar, S., 2010, “the Contracting Firm‟s
Failure
and
Financial
Related Factors: A Case Study of Malaysian
Contracting
Firm”,
Research
Online
International
Journal of Finance and Economic Issue 52 (2010). Diunduh pada 14 Agustus
2011,
dari
http://www.eurojournal.com/irjfe_5 2_03.pdf Al Hallaq, K. A. R., 2003, “Causes of Contractor‟s Failure in Gaza Strip”, Islamic
University
of
Gaza,
diunduh pada September 2011 dari http://www.library.iugaza.edu.ps/Th esis/57770.pdf Arain, F. M., 2008,”Causes of Insolvency
Volume 1, No. 1, Januari 2015
Working
Paper
vol.
15
pp.6,
diunduh pada 29 September 2011 dari http://www.vlerick.be/en/2665VLK/version/default/… vlgms-wp2004-15.pdf Bell, A., 2008, “The Implication of Insolvency
on
Construction
Projects”, 1 Oktober 2008, Journal of Insolvency Law Forum, diunduh pada 30 September 2011 dari http://www.insolvencylawforum.co. uk/index.php?option=com_content &view=article&id=167:theimplication-of-insolvency-onconstructionprojects&catid=8:opinionposts&Itemid=20 CreditGuru, 2014, Measuring the „FiscalFitness‟ of A Company: The Altman
103
Jurnal Teknik Sipil Unaya Z-Score, diunduh pada 20 Januari 2014
dari
Saputra, A., 2011, “Terlilit Utang US$ 7,6 Juta, Istaka KArya Pailit”, Detik
http://www.creditguru.com/CalcAlt
Finance, 6 May 2011, diunduh pada
Z.shtml
28
Enshassi, A., Al Hallaq, K., Muhamed, S., 2006,
“Causes
of
Contractors
Business Failure in Developing
September
2011
dari
http://us.detikfinance.com/read/201 1/05/06 Ssgawa-Kaggwa, J., 2008, “Adequacy of
Countries: The Case of Palestine”,
Project
Journal
in
Management Systems of Small and
Developing Countries, Vol. 11 No.
Medium Construction Enterprises
2,
in Botswana”, University of South
of
Universiti
Construction Sains
Malaysia.
Based
Diunduh pada 14 Agustus 2011 dari
Africa
http://web.sum.my/jcdc/input/JCDC
South Africa, diunduh pada 26
%20VOL%2011(2)/1%20Adnan%2
September
0(p.1-14).pdf
http://uir.unisa.ac.za
Perpres RI, 2010, Peraturan Presiden
(Unisa),
Financial
Johannesburg, 2011
dari
Wong, J. M. W., NG, S. T., 2010,
tentang Pengadaan Barang dan Jasa
“Company
No. 54 tahun 2010, Jakarta diunduh
Construction Industry: a Critical
pada 26 September 2011 dari
Review
http://www.inkindo.org/Perpres-54-
Agenda”,
Tahun-2010.pdf
Sydney, Australia, diunduh pada 14 Agustus
Failure
and FIG
Future
in
Research
Congress 2011
the
2010, dari
http://hdl.handle.net/10722/127294
104
Volume 1, No. 1, Januari 2015
