menentukancara Respon seseorang Spiritual melakukan Penderita pekerjaan.4 Kanker Salah Serviks satu faktor penyebab terjadinya (Studi Kasus ketidakseimbangan PengalamanSpiritual dimensi Penderita spiritualKanker dalam Serviks dunia kesehatan di Yayasan adalah Kanker tata fikir yang keliru yang dimiliki Indonesia) oleh tenaga medis. Selama ini banyak tenaga medis menganggap bahwaOleh menerapkan : Fenti Hasnani dimensi spiritual bukan merupakan tanggung jawabnya.Data iniSPs ditunjukkanVance UIN Jakarta dalam penelitian terhadap 173 perawat di Midwestern Community Nursing, menemukan bahwa hanya 34,6% A. Latar yang mendukung Belakang perawatan spiritual.5Hal senada dikatakan oleh Makhija bahwa pelayanan Spiritual1 keperawatan merupakan masih bagian berfokus dari keseluruhan pada perkembangan diri kesehatan fisik saja manusia.Pentingnya dimensi dan pemenuhan spiritualaspek dalam spiritual pelayanan umumnya kesehatan belum dapat diperhatikan dilihat dari dengan batasan baik.6 Organisasi Paralel Kesehatan dengan pernyataan Dunia yang diatas, menyatakan penelitian bahwa Hallstead aspek spiritual dan Hull merupakan terhadap salah 10 perempuan satu unsur dengan dari pengertian non-Hodgkin’s kesehatan lymphoma, seutuhnya. kankerTahun payudara 1947 dan WHO kanker memberikan ovarium mengungkapkan batasan sehat bahwa hanya ada dari tiga 3 fase (tiga)respon aspek spiritual saja yaitu pada sehat perempuan fisik (organobiologi), dengan penyakit sehat terminal, mental yaitu (psikologik/psikiatrik) (1) adanya ungkapan dan makna sehatkanker sosial.bagi Pengertian dirinya, ini berubah (2) menyadari pada adanya tahunketerbatasan 1984, batasan serta sehat (3)tersebut belajar hidup sudah dalam ditambah ketidakpastian. dengan aspek agama Penelitian tersebut (spiritual), memberikan yang oleh gambaran American bahwa Psychiatric penderita kanker dapat Assosiation(APA) dikenal dengan melawan keadaan rumusan sakitnya “bio-psyko-sosiodengan mencoba meningkatkan penerimaan dan spiritual”2. keyakinan Selama bahwa ini dimensi hidup dengan spiritual kanker seringadalah dilupakan bagian dalam hidup praktek yang harus pelayanan kesehatan.Menurut dijalaninya tetapi disisi Hawari,ada lain mereka dikotomis merasa hubungan kan hidupnya antaramenjadi kesehatan tidakdan pasti dandalam pelaksanaan spiritual kesembuhannya bukan dari Tuhan.7 praktek kesehatan di Indonesia.3Padahal mayoritas penduduk SebaliknyaNagai-Jaconsen Indonesia adalah muslim. &Apa Burkhart yang seharusnya mengatakandilakukan bahwa oleh seorang muslim pemenuhan kebutuhan baikspiritual sebagai merupakan tenaga kesehatan bentuk pelaksanaan ataupun sebagai pelayanan pasienkeperawatan adalah memiliki bagi akidah yang penderita penyakit kuat, ibadah terminal.8Penelitian yang tekun dan lainakhlak yang yang mendukung terpuji. tema Semuanya penelitian ini penelitian harusbergerak adalah hasil seimbang Narayanasamy dan berdampingan mengungkapkan dalam kehidupannya bahwa spiritualdapat sehari-hari. menjadi Seorang mekanisme mukmin koping dalam danmelakukan faktor yang sesuatu berkontribusi pekerjaan, penting maka terhadap itu niat yang menghubungkan dirinya dengan Allah. harus pekerjaan dimulai dengan 4Kementerian Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-Qur’an Tematik), 471. Selanjutnya niat dan tujuan yang terhubung dengan Allah akan sangat 5D.L. Vance, “Nurses’Attitude Towards Spirituality and Patient Care.” Medical
SurgicalNursing 10(5) (2001): 2641 Kementerian Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-Qur’an Tematik) (Jakarta: 268. 6 N. Makhija, “Spiritual Nursing.” India: Nursing Journal of Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badanwith Litbang dan Diklat, M.T. Hallstead “Struggling Paradoxes: The 2010), Process471 of Spiritual India(2002). 7 &M. Hull, segala Development aspek in yang Women berkenaan with Cancer.” dengan jiwa, Oncology semangat Nursing dan Forum keagamaan 28 (2001): yang mempengaruhi Spiritualitas adalah hidup dan kehidupan seseorang. S.Sinclain., Raffin, S., Pereira & N. Guebert, “Collective Soul: The Spirituality kualitas 1534-1544. 8 Dadang Religi dalam Praktek danCare Psikologi (Jakarta: 2 Interdisciplinary PalliativeDimensi Care Team.”Palliative and Psikiatri Supportive 4 (2006): 13of an Hawari, 2002),5-8. juga 3Treatment Centers of America (2006) menyatakan bahwa dukungan spiritual FKUI, 24 , Cancer lihat merupakan Dadang bagian Hawari, yang sangat Dimensipenting Religi dalam dalam Praktek perawatan Psikiatri klien dengan dan Psikologi kanker , serviks. 5-8.
proses pemulihan klien.9Bussing, Fischer, Ostermann dan Matthiessendalam penelitiannya menjelaskan bahwa pasien kanker yang memiliki sandaran sumber religius yang kuat akan mengantarkan pasien tersebut pada prognosis yang lebihyang diperkirakan.10 baik dari Penelitianyang dilakukan oleh Balboni, Vanderwerker, Block, Paulk Lathandan diketahui bahwa 96% dari orang dewasa di Amerika Serikat yang mengalami kanker mengungkapkan kepercayaannya terhadap Tuhan dan 70% diantaranya mengungkapkan bahwa agama adalah salah satu yang paling dibutuhkan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Robert dalam Balboni, Vanderwerker, Block, Paulk dan Lathanterhadap 108 orang Penderita yang didiaganosa kanker ginekologi diketahui bahwa 47% diantaranya mengungkapkan lebih memiliki sikap religius setelah didiagnosis mengalami kanker ginekologi dan semakin meningkat ketika menghadapi kematian dan menjadi faktor yang berkontribusi besar dalam peningkatan kualitas hidup.11 Stoll dalam Yani menjelaskan bahwa spiritual merupakan suatu konsepyaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal dua dimensi adalah hubungan dengan Tuhan yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan sendiri, diri orang lain dan lingkungan dan hubungan tersebut bersifat kontinyu.12Pandangan Islam menjelaskan bahwa pada dimensi vertikal ada tiga manfaat musibah (sakit) yang ditimpakan kepada seorang mukmin, pertama, musibah sebagai penebus dosa, kedua, musibah sebagai pengingat dan penguji kualitas kesabaran seseorang, dan ketiga, musibah sebagai tangga untuk
9A. Narayanasamy, “Palliative Care and Spirituality.” Indian Journal of Palliative Care
13(2), A. Bussing., J. Fischer., T. Ostermann&P.F. Mathiessen, “Reliance on God’s (2007): 32Help,Depression and Fatigue Female Cancers Patient.” Journal Psychiatric of 41. 10 357-372. 11 Medicine(2008): T.A. Balboni, L.C. Vanderwerker, S.D. Block, M.E. Paulk, C.S. Lathan, J.R. H.G. Prigerson,“Religiousness and spiritual support among advanced cancer patient and Peteet & associations with end of life treatment preferences and quality of life.”Journal Clinical 25(5) Oncology (2007): Achir Yani, Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa(Jakarta: EGC, 2008), 555-560.2-3. 12
mencapai kualitas derajat yang lebih tinggi disisi Allah. Sedangkan hikmah sakit dari sisi pergaulanadalah sebagai penyambung silahturahmi.13 Dimensi spiritual dimanifestasikan dalam berbagai pengalaman ketika seseorang bertanya tentang tujuan keberadaannya, memahami keterbatasannya dan menyadari kebutuhan akan kekuatan yang lebih tinggi.14Spiritual digambarkan sebagai kebutuhan manusia untuk mencari arti dan tujuan hidup.15 Wright menjelaskan definisi spiritual adalah apapun atau siapapun yang arti dan tujuan tertinggi terhadap kehidupan seseorang memberikan dengan berbagai cara dalam menjalin hubungan dengan dirinya sendiri, orang lain dan alam semesta.16 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa spiritual merupakan suatu cara manusia dalam memberi makna dan tujuan terhadap kehidupannya dengan meningkatkan hubungan dengan Tuhan, lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Aspek spiritual juga merupakan bagian dari pelayanan perawatan paliatif.17 Spiritualitas yang baik dapat membuat seseorang menjadi lebih tenang, konsentrasi meningkat dan berfikir positif, senantiasa mengkreasikan perasaan hidup sejahtera. Perawatan spiritual sangat mirip dengan konseling dan psikoterapi, bertujuan untuk merawat spirit seseorang agar pulih kembali. Pendekatan yang dilakukan dapat merupakan integrasi pendekatan tradisional, keagamaan, dan kejiwaan, sehingga spirit pasien muncul dan pulih kembali.
13Ali Yafie, Quraisy Shihab, Dadang Hawari, Didin Hafidhuddin& Tim Medis RSK
Dharmais,Sakit Menguatkan Iman: Uraian Pakar Medis dan Spiritual (Jakarta: Gema Insani 2006), 315. 14 R. DePalo,“The Role of Hope and Spirituality on the Road to Recover.”The Exceptional N. Parent 39(2) Makhija ( 2009): Wright, 74L.M, ,“Spiri 77. 15 Masyarakat Paliatif Indonesia, Apa itu Paliatif? Diperoleh dari www.palliativeindonesia.org Spiritua tual (10 Juni 2011). Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada 2005 bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan tahun lity, Nursing. kualitas hidup, meningkatkan Sufferi ”Nursidengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan ng and terhadap keluarga yang kehilangan/berduka. Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Illness( Journal sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak Paliatif diberikan Perawatan Philadel of India pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak perawatan memperdulikan phia: (2002). harus diberikanF.kepada penderita. paliatif A. 16 Davis 2005) 17
Dasar pendekatan psikoterapi atau perawatan psikospiritual adalah memahami keterbatasan dan kepekaan seseorang menghadapi masalah, menghargai perasaan seseorang, memupuk rasa cinta, empati, mendengarkan keluhan dengan aktif, rasa humor dan memiliki integritas spiritual dalam kata dan tindakan, sehingga meyakinkan pasien. Tujuan pemenuhan kebutuhan spiritual adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.18 Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan/intervensi atau terapi. Disamping itu, data tentang kualitas hidup juga dapat merupakan data awal untuk pertimbangan merumuskan intervensi/tindakan yang tepat bagi pasien. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk memberi dan maaf. mendapatkan Dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual tersebut ada 4 (empat) karakteristik spiritual yaitu : hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan Allah.19 Pemahaman individu terlihat dari dua domain spiritual yaitu semangat dan harapan hidup. Burkhardt & Jacobson ; Stoner dalam Mauk & Schmidtharapan merupakan perasaan optimis, hasrat dan keinginan.20 Harapan 18 Definisi kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi individual tentang hidupnya
dalam konteksbudaya dan sistem nilai yang berlaku di tempat ia hidup dan berhubungan dengan tujuan erat Achir Yani, Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, .3-4 lihat jugaMarkhija, hidup, digambarkan sebagai kebutuhan manusia untuk mencari arti dan tujuan hidup. Lihat juga harapan, Spiritual Carvendish, standard dan(2006), Spiritual diartikan sebagai fenomena manusia yang universal yang menggambarkan keseluruhan diri manusia dan hubungannya dengan kekuatan yang lebih hal-hal sebagai tinggi mendasar lain Burkhardt & Jacobson; Stoner dalamMauk & Schmidt,Spiritual Care and Nursing integrasi dari yang ada Practice faktor- (Lippincott: Williams and Wilkins 2004) Pengetahuan penderita tentang siapa pada dirinya. dan apa yang harus dilakukan dalam hidupnya sangatlah penting. Seseorang yang dirinya faktor 19 penyakit menghadapi pencarianyang arti serius dan dianggap sebagai penyakit terminal seperti kanker serviks akan menunjukkan kesadaran yang tinggi terhadap kepercayaannya yang tampak pada dan tujuan sehari-hari.lihat juga Rajinikart,harapan juga diartikan sebagai satu proses antisipasi perilakunya hidup. 20 merupakan interaksi antara pemikiran, perbuatan, perasaan dan hubungan yang secara yang berpengaruh terhadap makna hidup seseorang. langsung
adalah dasar dari aspek spiritual. Harapan yang rendah dan keputusasaan berpotensi menyebabkan masalah spiritual.21 Sementara itu dimensi spiritual tidak hanya terbatas pada agama tetapisuatu kualitas dari inspirasi, kehormatan, arti dan merupakan tujuan.Dimensi spiritual mencoba mengharmonikan alam semesta, berusaha untuk menjawab tentang pertanyaan yang sangat luas dan terintegrasi ke dalam diri manusia saatstres emosional, penyakit fisik atau menghadapi kematian.22 Keharmonisan pemenuhan kebutuhan spiritual dalam hubungannya dengan orang lain dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan dan keyakinan dalam berhubungan dengan diri mereka sendiri maupun orang lain.23 Diagnosa kanker serviks merupakan suatu trauma emosional bagi penderita. Dampak kanker serviks terhadap perubahan body image, penurunan harga diri, gangguan hubungan dengan pasangan serta isu seksual dan reproduksi dapat menurunkan kualitas hidup penderita kanker serviks.24 Dampak diagnosis dan penanganan kanker serviks juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan masalah depresi, cemas, marah dan bingung. Bagi penderita kanker, satu keinginan utama pada umumnya adalah untuk segera sembuh, bagaimanapun danDemikian pula pihak keluarga menginginkan hal yang sama. apapun caranya. Dorongan untuk segera bebas dari kanker terutama didorong oleh rasa takut yang mempengaruhi segala sendi kehidupan mereka, yang termanifestasi dalam bentuk 21R. DePalo,“The Role of Hope and Spirituality on the Road to Recover.”The
Exceptional Murray & Zentner dalam Craven, R.F & Hirnle, C.J, Fundamental of Nursing : Parent 39(2) Health and Human ( 2009): 74P.A. Potter &A.G. Perry, Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice Function 77. 22 (Philadelphia: (Washington: T.J. Herzog&J.D. Wright, “The Impact of Cervical Cancer on Quality of LifeMosby, Lippincott Component 2005) Williams24&Theand Means for Management.”Gynecologic Oncology107(3) (2007):572-577. juga Ekwall, Ternestedt & Sorbedalam Contanzo, Lutgendorf, Rotrock & Anderson, Lihat Wilkins 2003). Penurunan kualitas hidup tersebut mengarahkan perempuan dengan kanker serviks ke (2005). 23 penderitaan dalam satu dalam kehidupannya baik langsung maupun tidak langsung.Kanker seviks akan menimbulkan masalah tersendiri bagi perempuan yang mengalaminya karena kanker ini berhubungan dengan perubahan pada organ reproduksi perempuan yang dianggap sebagai yang bagiansangat penting bagi perempuan. Fungsi organ reproduksi, fertilitas, kehidupan terganggu dan diagnosis serta penanganan kanker serviks akan menimbulkan stres pada seksual yang perempuan yang mengalami kanker serviks dan keluarganya.
takut akan kematian, takut akan kanker itu sendiri dan takut banyak pihak akan akibat penyakit ini. menderita Dari kesemuanya ini yang paling berat menghantui seorang kankerpenderita adalah bahwa sewaktu-waktu ia dapat saja meninggal dunia dan ia merasa tidak siap. Di saat inilah unsur spiritualmuncul, seperti introspeksi terhadap perbuatan dosa yang telah dilakukan selama hidup, mengevaluasi berbagai kemungkinan bahwa kanker yang diderita mungkin saja akibat kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Ketika unsur spiritual individu tersentuh dan penderita benar-benar mencari sesuatu dalam dirinya, biasanya ia akan tiba suatupada penemuan kembali tentang diri dan hubungannya dengan sang Pencipta. Namun dalam proses pencarian inilah biasanya penderita akan melewati tahaptahap denial (penyangkalan), marah, tawar menawar, depresi sampai akhirnya menerima kenyataan. 25 Penyembuhan efek kanker serviks seperti depresi yang paling adalahefektif mengkondisikan jiwa sehingga benar-benar berserah diri kepada Allah, menyerahkan nasib sepenuhnya kepada Allah, dan terus menerus memujiNya atas segala kemudahan maupun kesulitan yang Dia timpakan kepada kita seperti yang diungkapkan olehSaleh, zikir yang terus menerus dilantunkan oleh penderita depresi niscaya akan menciptakan ketenangan didalam jiwa dan mengurangi tekanan psikis yang diderita.26 Dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual pasien, maka tim medis wajib mengetahui berbagai dampak akibat kanker. Menurut Ratna saat diagnosis kanker ditegakkan maka akan mempengaruhi kulitas hidup penderitanya. Diagnosa kanker mampu merubah status kesehatan sesorang yang tadinya normal 25B. Kozier, G. Erb, Berman&S. Snyder,Fundamental of Nursing: Concept, Process and
Practise Arman Yusaldi Saleh, Berzikir untuk Kesehatan Saraf, Rahasia La ilaha Illallah (Uper Saddle Astaghfirullah River: dan untuk Menghilangkan Nyeri serta Menumbuhkan Ketenangan dan Kestabilan Saraf (Jakarta: Zaman, 2010), 89 lihat juga Ibnu Al-Jauzi, Ibn Abbas 93 Perarson Rasulullah bersabda, “jagalah Allah, niscaya Dia menjagamu, Jagalah Allah, niscaya meriwayatkan Education,saw bahwa dapati Dia selalu didepanmu. Jika kau mengenal Allah saat kau lapang, niscaya Dia akan kau 2004). 26 mengenalmu saat kau dalam kesulitan”. Kudengar Nabi Yunus a.s dibebaskan oleh Allah penderitaanya karena ia telah banyak berbuat amal kebaikan sebelumnya. Allah berfirman, dari kalau Maka sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia tetap tinggal diperut ikan itu sampai hari kebangkitan. Q.S. Al-Shaffat akan (37):144.
dan berada dalam kestabilan/keseimbangan menjadi hidup dalam ancaman kematian setiap saat yang diikuti dengan perasaan takut dan ketidakpastian.27 Dimensi spiritual sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun psikososial individu. Aspek spiritual dapat meningkatkan mekanisme koping untuk mengatasi stres akibat pembedahan dan sakit serta menimbulkan perasaan yang lebih baik pada klien dengan penyakit terminal.28 Adapun pilihan terhadap kanker servikskarena : kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang perempuan di seluruh dunia.Data World Health Organization tahun 2007 menunjukkan sebanyak 7,9 juta atau sekitar 13% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kankerserviks. Angka kematian ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu sebanyak juta orang7,6 meninggal akibat kankerserviks. Data American Cancer Society29 tahun 2008menunjukkan bahwa setengah dari sekitar 1.437.180 kasus kanker baru yang didiagnosis telah menyebabkan kematian. Kanker serviks diketahui sebagai penyebab kematian nomor satu padadi Indonesia.30Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2008 penderita memperkirakan setiap hari terdapat 20-25 Penderita yang meninggal akibat kanker serviks. Yayasan Kanker Indonesia memperkirakan bahwa 52 juta penderita Indonesia beresiko terkena kanker serviks. Jumlah penderita yang mengalami kanker serviks adalah 36% dari penderita yang mengalami kanker dengan 15.000 kasus baru dan 8.000 kematian setiap tahunnya.31 Gender Health Environmental Linkages Program mennyatakan bahwa penyakit infeksi saluran reproduksi termasuk kanker serviks tidak hanya disebabkan oleh ketidaktahuan penderita tentang penyakit tersebut tetapi karena penderita tidak memiliki kekuatan sosial dan ekonomi serta posisi tawar yang 27Josephine Ratna, Dampak Penyakit Kanker terhadap Aspek Psikologis, Sosial dan
Americ Spiritual an Saudia, Kinney, Brown & Young-Ward; Reed dalam D.L. Vance, Penderita(Sur Cancer TowardsSpiri “Nurses’Attitude abaya: 2003) Society tuality tidak and , M.H. Swasono, “Kanker serviks penyebab kematian nomor satu di Indonesia,“ Patient dipublikasikan. “Canc http://www.k Care.”Medic 28 er fact S. Arjoso,“52 Juta Perempuan Indonesia Beresiko Terkena Kanker esehatan.kom al and Serviks,”http://kesehatan.kompas.com (2010). pas.com SurgicalNursin Figure, (2008). 31 29 g (2001). ”http:/ /www.c ancer.o rg (2008). ` 30
memadai untuk melindungi diri mereka sendiri termasuk dalam hal seks. Kondisi tersebut menyebabkan penderita tidak dapat menolak hubungan seksual ataupun menuntut seks yang aman meskipun tahu bahwa suaminya beresiko menularkan penyakit seksual termasuk kanker serviks. Namun ketergantungan penderita secara ekonomi menyebabkan penderita tidak berdaya dan memilih tetap berada di dalam hubungan yang beresiko tinggi tersebut. Posisi penderita yang tidak mampu mengambil keputusan dengan kondisinya sendiri merupakan faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam mencari akses pelayanan kesehatan. Penderita kanker ginekologi termasuk kanker serviks akan mengalami berbagai masalah baik yang diakibatkan oleh penyakit maupun pengobatan. Menderita penyakit kanker merupakan trauma yang dapat juga memberi dampak negatif pada pasien dan keluarganya. Menurut Cancer Treatment Centres of America, keluarga merupakan pendukung utama dalam proses pemulihan penderita yang mengalami kanker serviks. Pelibatan keluarga dalam intervensi spiritual pada individu yang mengalami penyakit kronik atau terminal sangat diperlukan.32 Hal ini disebabkan karena dukungan keluarga dan sosial merupakan salah satu faktor penentu pencapaian kesejahteraan psikospiritual individu yang mengalami kanker stadium lanjut.33Perasaan yang dialami penderita kanker serviks antara lain kekhawatiran akan masa depan, ketakutan menghadapi kematian, rasa nyeri dan disfungsi seksual. Pada umumnya pasien akan bereaksi dengan menyangkal dan kecewa bersamaan dengan timbulnya gejala depresi, kecemasan, sulit tidur, mudah tersinggung dan sebagainya. Perkembangan kanker serviks pada tahap awal tidak menunjukkan gejala sehingga penderita kanker akan mencari pertolongan ketika sudah memasuki pada stadium lanjut. Perdarahan di antara menstruasi, setelah melakukan
32A.E. Molzahn&L. Shileds,“Why is It So Hard to Talk About Spirituality,” The
Canadian Nurse 104 H.R. Lin&W>.S.M. Bauer,“Psychospiritual Well-being in Patients with AdvancesCancer : A Integrative Review of the Literature.“ Journal of Advanced (2008) : 25(2003) Nursing44(1) 28. 33 : 69-80.
hubungan seksual atau setelah menopause adalah gejala awal yang tampak pada kanker serviks.34 Perubahan pola hidup masyarakat Indonesia yang mengarah pada gaya sehat seperti merokok,kurangnya aktifitas fisik,konsumsi hidup tidak alkohol makanandan dengan kandungan karsinogen yang tinggi akan menyebabkan peningkatan jumlah angka kanker di Indonesia. Penderita kanker baru di Indonesia sekitar 190-200 ribu pada setiap tahunnya.35 Kanker menempati urutan kematian di Indonesia setelah kecelakaan lalu lintas, keenam penyebab penyakit infeksi, penyakit jantung, diare dan stroke.36 Menurut Komisi Penanggulangan AIDS kesadaran perempuan Indonesia terhadap kesehatan reproduksinya masih rendah. Masalah geografis Indonesia yang sangat luas, sarana komunikasi dan transportasi yang masih sulit serta rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan perempuan Indonesia terhadap pemeriksaan pap smear menjadi kendala dalam pelaksanaan skrining kanker serviks. Sebagian besar perempuan Indonesia tidak mau dilakukan skrining. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan, rasa malu, takut, dan biaya skrining tinggi.37 Masalah pada organ reproduksi termasuk kanker serviks pada perempuan Indonesia berkaitan dengan perilaku individu maupun masyarakat, baik yang berdasarkan tradisi tertentu ataupun kurangnya pengetahuan, kesadaran, hubungan pola perilaku seksual dan jender di masyarakat yang menyebabkan jaminan psikososial dan perlindungan hak-hak perempuan dalam masyarakat kurang diperhatikan. Kurangnya pengetahuan tentang faktor resiko kanker serviks menyebabkan perempuan kurang memiliki tindakan antisipasi untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker 34 E. Meszaros,Risk Factors, Knowledge, and Beliefs about Cervical Cancer Sreening
and Screening PracticesS. Suwitodiharjo,“Hanya 15 persen Penderita kanker di Indonesia Tertangani,” http://www.a among ntara.co.id AppalachianSiswono dalam U. Istianah,R. Sitorus& Afiyanti, “Pengalaman Pasien denganColostomy dalam Konteks Asuhan Keperawatan Kanker Kolorektal di WilayahDKI (2010). 36 Women (Ohio: Jakarta.“ The Ohio Fakultas K. IlmuSuwiyoga,“Beberapa Masalah Pap Smear sebagai Alat Diagnosis Dini Kanker State Serviks di Indonesia,”http://ejournal.unud.ac.id Keperawatan( Univercity, (2010). 2008). 37 2006). 35
serviks adalah riwayat melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan, pasangan yang memiliki riwayat berganti pasangan seksual, terpapar penyakit infeksi menular, rendahnya perawatan organ reproduksi perempuan, melakukan hubungan seksual saat menstruasi, trauma vagina, hubungan seksual pada usia dini dan riwayat aborsi.38 Pemakaian kondom yang masih sangat rendah, perawatan diri saat menstruasi yang buruk, douching dengan menggunakan air sabun atau daun sirih, perilaku tradisional berkaitan dengan tradisi, praktik seks kering, perkosaan serta penganiayaan seksual dapat menyebabkan menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual termasuk kanker serviks pada perempuan Indonesia.39 Kanker serviks dapat mempengaruhi kehidupan penderitanya. Masalah psikologis pada individu yang didiagnosis mengalami penyakit terminal, ketidaknyamanan fisik, kehilangan fungsi tubuh, masalah yang berhubungan dengan pengobatan seperti tindakan pembedahan, transfusi, isolasi serta situasi seperti penyakit dan menjelang kematian adalah faktor-faktor yang berkontribusi terhadap disstres spiritual.40 Kanker mengakibatkan masalah kompleks bagi penderitanya baik fisik, sosial dan spiritual.41 Kanker juga merupakan penyakit yang psikologis, sangat ditakuti oleh masyarakat sehingga muncul istilah ”cancerphobia”42. Ketakutan merupakan konsekuensi dari kanker yaitu kematian, dampak yang serius terhadap kehidupan serta kehilangan kemampuan melakukan hubungan seksual. Kanker seviks akan menimbulkan masalah tersendiri bagi perempuan yang mengalaminya karena kanker ini berhubungan dengan perubahan pada 38H.H. Do, V.M. Taylor,N. Burke, Y. Yasui, S.MSchwarts& J.C. Jackson, “Knowlegde
about Cervical Cancer Risk Factors, Traditional Health Beliefs, and Pap Testing among Vietnamese American S.N. Qomariah, L. Amaliah&S.R. Darwisyah, “Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) Perempuan Indonesia: Sebuah Telaah Literatur,”Pusat Komunikasi Kesehatan Women,”pada Jender Berpersfektif Journal (2001). 40Carpenito dalam B. Kozier, Erb, G., Berman &S. Snyder, Fundamental of Immigrant Concept,Nursing : Health H.P. Greenwal&R. McCorkle,“Remedies Life Change Among Invasive Cervical Process ang 9(2007) : Cancer Practise 109-114.B.E.P. 39 Survivo,” (Uper Saddle Villafuerte,I.I.T. Gomez, A.M. Betahncourt&M.I. Cervantes, “Cervical a Qualitative Study on Subjectivity, Family, Gender and Health Care,”Reproductive Cancer : Urologi River: (2007) : 142-148. Health Nursing27(1) Pearson4(2) (2007) :47Education, 53. 42 41 2004).
organ reproduksi perempuan yang dianggap sebagai bagian yang sangat penting bagi penderita. Fungsi organ reproduksi, fertilitas, kehidupan seksual yang terganggu dan diagnosis serta penanganan kanker serviksakan menimbulkan stress pada penderita yang mengalami kanker serviks dan keluarganya.43 Dampak diagnosis dan penanganan kanker serviks juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan masalah depresi, cemas, marah dan bingung.44 Tekanan emosional adalah reaksi normal yang dialami penderita pada saat diagnosa kanker. Diagnosa kanker serviks tersebut ditegakkan menimbulkan stres yang disebabkan oleh persepsi penderita terhadap penyakitnya, manifestasi stigma yang berhubungan dengan kanker dan yang kematian yang menyakitkan. Selain itu penderita takut mengalami ketidakmampuan dan ketergantungan, perubahan penampilan dan fungsi tubuh serta kehilangan lingkungan yang dekat dengan mereka. Kompleksnya masalah yang dialami oleh individu yang mengalami kanker menyebabkan munculnya kebutuhan spiritual. B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana pemahaman dimensi spiritual pada penderita kanker serviks? b. Bagaimana proses penerimaan pada penderita kanker serviks yang terkait hubungannya dengan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya serta hubungannya dengan Allah? c. Bagaimana respon spiritual pada penderita kanker serviksdapat meningkatkan kualitas hidupdan bagaimana penerapan pelayanan kesehatan spiritual dilakukan di unit-unit perawatan?
43Ekwall, Ternestedt & Sorbe(2003) dalam E.S. Costanzo, S.K. Lutgendorf, N.E.
Rotrock&B. Anderson,“Coping and Quality of Life among Women Extensively Treated Gynecologic for Cancer,”S. Bradley, S. Rose, S. Lutgendorf, E. Costanzo&B. Anderson, “Quality of Life Mental Health and Incervical Canceran Endometrial Survivor,” Gynecologic Oncology100(3) Psycho:Oncology15(2 479-486. (2006) ) (2006) : 132-142. 44
2. Batasan Masalah Penelitian ini akan dibatasi pada “Respon spiritual penderita kanker serviks (studi kasus pengalaman spiritual penderita kanker serviks di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta). Ada beberapa pengertian dengan istilah yang berkaitan dengan judul diatas, yaitu : a. Spiritual adalah suatu konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal dimensidan horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan hubungan tersebut bersifat kontinyu45. Spiritualitas merupakan suatu cara manusia dalam memberi makna dan tujuan terhadap kehidupannya dengan meningkatkan hubungan dengan Tuhan, lingkungan dan orang-orang disekitarnya b. Kanker Serviks.Kanker servik (leher rahim) adalah kanker yang terjadiuterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang pada servik merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).Data World Health Organization tahun 2007 menunjukkan sebanyak 7,9 juta atau sekitar 13% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kanker serviks.Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2008 memperkirakan setiap hari terdapat 20-25 Penderita yang meninggal akibat kanker serviks. Yayasan Kanker Indonesia memperkirakan bahwa 52 juta penderita Indonesia beresiko terkena kanker serviks. 3. Perumusan Masalah Rumusan pertanyaan penelitian pada studi ini adalah ”Bagaimana pengaruh responspiritualpenderita kanker serviks dapat meningkatkan kualitas hidup? (studi kasus pengalaman spiritual penderita kanker serviks di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta). 45T.A. Balboni, L.C. Vanderwerker, S.D. Block, M.E. Paulk, C.S. Lathan, J.R.
Peteet&H.G. Prigerson, “Religiousness and spiritual support among advanced cancer associations patient and with end of life treatment preferences and quality of life,” Journal Clinical 25(5) (2007) : 555-560. Oncology
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemahaman dapat spiritual meningkatkan kualitas hidup penderita kanker serviks. 2. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk : pasien menemukan pemahaman tentang spiritual dan makna a. Membantu hidup dengan kankerdalam upaya meningkat kualitas b. hidupnya. Memperkaya informasi ilmiah yang berkaitan dengan penerapan pelayanan perawatan paliatif khususnyakesehatan c. spiritual. Menjadi masukan bagi pengelola pelayanan kesehatan untuk meningkatkan perhatian terhadap aspek spiritual yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang komprehensif. d. Menjadi masukan dalam proses pembelajaran kesehatan sehingga menemukan gambaran nyata bagaimana pengalaman spiritual dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat acuan : a. Memberikan dalam merencanakan terapi kesehatan yang komprehesiftentang pengalaman spiritual dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pada penderita kanker. b. Menjadi dasar pengembangan riset agama dan kesehatan. Pengembangan riset agama dan kesehatan terkait dengan pengalaman spiritual dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pada penderita kanker perlu dilakukan sebagai dasarkajianspiritual yang selanjutnya diharapkan dapat mengatasi masalah spiritual penderita kanker. D. Penelitian Dahulu yang Relevan Beberapa hasil penelitian dan tulisan yang mendukung penerapan aspek spiritual dalam pelayanan kesehatan, diantaranya adalah :
1. Bussing, A., J. Fischer, T. Ostermann &P.F. Mathiessen. “Reliance on God’s help,depression and fatigue female cancers patient,” Journal Psychiatric of menjelaskankan bahwa pasien kanker yang memiliki Medicine: 2008 sandaran sumber religius yang kuat akan memiliki prognosis yang lebih baik dari yang diperkirakan. 2. Balboni, T. A., L.C. Vanderwerker, S.D. Block, M.E. Paulk, C.S. Lathan, J.R. Peteet & H.G. Prigerson. “Religiousness and spiritual support among advanced cancer patient and associations with end of life treatment preferences and Journal Clinical Oncology (2007), menunjukkan bahwa quality of life,” 96% dari orang dewasa di Amerika Serikat yang mengalami kanker mengungkapkan kepercayaannya terhadap Tuhan dan 70% diantaranya mengungkapkan bahwa agama adalah salah satu yang paling 3. dibutuhkan. Hamid, A.Y.S. Asuhan Kesehatan Keperawatan Jiwa,Jakarta: EGC, 2008, membahas penerapan aspek spiritual dalam asuhan keperawatan jiwa dan spiritual. 4. Ratna, J.Dampak penyakit kanker terhadap psikologis, sosial dan spiritual, Surabaya: 2003,menjelaskan pengaruh kanker terhadap kualitas hidup dan dampak penyakit kanker terhadap psikologis, sosial dan spiritual serta peran keluarga dan petugas kesehatan terhadap penderita 5. kanker. Narayanasamy, A.“Palliative care and spirituality,”Indian Journal of Palliative Care(2007), spiritualitas dapat menjadi mekanisme koping dan faktor yang berkontribusi penting terhadap proses pemulihan 6. klien. Schmidt, N.Aand Kristen L. Mauk,Spiritual care in nursing practice, Lippincott: Williams & Wilkins, 2004, membahasperawatan spiritual, perkembangan spiritual dalam kehidupan dan perkembangan keperawatan spiritual, aspek spiritual dan agama, spiritual dan kesehatan fisik, spiritual dan kesehatan mental, serta spiritual dan kesehatan dalam hubungan 7. sosial. Dadang Hawari dalam “Dimensi religi dalam praktek psikiatri dan psikologi”menguraikan hubungan antara ilmu kedokteran, kesehatan khususnya kedokteran jiwa (psikiatri) dan kesehatan jiwa (psikologi) dengan agama. Memaparkan berbagai kajian dan penelitian sejauh mana peran agama
dalam bidang kedokteran, titik temu antara psikiatri dan agama dan dimensi religi dalam praktek psikiatri dan psikologi. Penelitian dan tulisan yang mengajukan argumen berbeda dari tema penelitian ini adalah: 1. Vance, D.L.“Nurses’ attitude towards spirituality and patient care.” Medical Surgical Nursing (2001).Penelitian deskriprif terhadap 173 perawat Midwestern Community Nursing, usia 20-69 tahun, crossectional, menemukan bahwa hanya 34,6% yang mendukung perawatan 2. spiritual. Hallstead, M.T& M. Hull, “Struggling with paradoxes: The process of spiritual development in women with cancer.” Oncology Nursing Forum (2001). Penelitian grounded theory, purposive sample, dan wawancara semi terstruktur terhadap 10 penderita umur 45-70 tahun yang telah terdiagnosis selama 5 tahun dengan non-Hodgkin’s lymphoma, kanker payudara dan kanker ovarium. Dalam hasil penelitian Halstead dan Hull mengidentifikasi tiga fase (1) adanya ungkapan makna kanker bagi dirinya, (2) menyadari adanya keterbatasan serta (3) belajar hidup dalam ketidakpastian. Penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa penderita kanker dapat melawan keadaan sakitnya dengan mencoba meningkatkan penerimaan dan keyakinan bahwa hidup dengan kanker adalah bagian hidup yang harus dijalaninya tetapi disisi lain mereka merasakan hidupnya menjadi tidak pasti dan kesembuhannya bukan dari Tuhan. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Sumber Data Penelitian mengenai pengalaman spiritual dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pada penderita kanker serviks dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang
sistematis, subyektif yang digunakan untuk menguraikan pengalaman hidup dan memberinya makna.46 Penggunaan metode kualitatif bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif, mendalam, kredibel dan bermakna. Pendekatan metode kualitatif adalah metode riset yang sesuai dengan ilmu kesehatan, terutama yang respon manusia sebagai landasan pemberian pelayanan mengutamakan kesehatan. Ploegmengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dapat menjawab masalah-masalah yang sebagian besar berkaitan dengan respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual maupun resiko47. Creswell, J.W menjelaskan bahwa penelitian riset kualitatif mempelajari setiap masalah individu dengan menempatkannya pada situasi alamiah.48 Pada penelitian ini partisipan yang menjadi subyek penelitian adalah penderita kanker serviks yang dirawat di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta. Pemilihan partisipan dengan menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.49 Pertimbangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertimbangan fenomena yang akan diteliti yaitu pengalaman spiritual penderita kanker serviks. Partisipan dalam penelitian kualitatif sebanyak 3 sampai 10 orang namun jika penelitian saturasi sudah tercapai partisipan tidak perlu ditambah.50 Kriteria partisipan yang ditetapkan adalah penderita yang dirawat di Kanker Indonesia denngan diagnosis kanker serviks,menikah, Yayasan mampu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik, bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani informed concent. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tehnik wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pertanyaan terbuka. Penggunaan tehnik 46 Leininger; Munhal; Silva & Rothbart dalam N. Burn &S.C. Grove, The Practice of
L.J. Nursing Moleon J. Ploeg, “Identifying the Best Research Design to Fit the Question Part 2: Researchg, Nursin,” onduct, Qualitative Metodol J.W. Creswell, Quality Inquiry and Research Design Choosing Among (Thousand EvidenceCritique, ogi & Oaks: Sage Based Nursing Utilization Peneliti Pub, (1999): 36(Philadelphia: an Riemen dalam J.W. Creswell,Quality Inquiry and Research Design Choosing Inc.1998). 49 37. W.B.48 Kualitat (Thousand Oaks: Sage Pub, Inc.1,998). Among Saundersif Company (Bandun 2001). 47g: PT. Rosdak arya, 2007). 50
ini dilakukan agar partisipan mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan pengalaman mereka secara terbuka tentang fenomena yang sedang diteliti.51 Peneliti melakukan uji coba wawancara kepada salah satu klien yang dirawat Yayasan diKanker Indonesia yang memenuhi kriteria partisipan. Tehnik wawancara tersebut menggunakan prinsip cerobong yaitu tehnik satu wawancara yang dimulai dengan mengungkapkan hal-hal yang bersifat umum kemudian diarahkan ke bagian yang lebih khusus.52Wawancara yang dilakukan memiliki dua tujuan, pertama untuk pengambilan data dan kedua untuk memvalidasi data. Peneliti merupakan instrumen dalam penelitian kualitatif. Peneliti kualitatif berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya53. Peneliti menggunakan pertanyaan semi terstruktur, buku catatan serta alat perekam sebagai alat bantu dalam pengumpulan data. Alat pengumpul data merupakan sarana penting yang membantu peneliti untuk menghimpun data penelitian.54 Sebelum pengumpulan data penelitian, instrumen wawancara sebelumnya dilakukan uji coba pada satu orang partisipan yang memiliki kriteria yang sesuai dengan kriteria partisipan yang telah ditetapkan. Uji coba ini bertujuan untuk menguji kemampuan peneliti dalam melakukan proses wawancara, memberikan pertanyaan yang mengarah pada tujuan, mengetahui pemahaman partisipan terhadap pertanyaan dan kemampuan untuk membuat catatan lapangan dan menguji fungsi dan kualitas alat perekam yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian dilakukan pada klien dengan karakteristik yang sama dengan kriteria partisipan. 2. PendekatanPenelitian L.J. Moleon 51H.J.S. Speziale&D.R. Carpenter,Qualitative Research in Nursing: Advancing the g, Humanistic Metodol Imperative ogi Sugiyono, Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R & D. (Bandung: CV Alfabeta, (Philadephia: peneliti 2007). 54 Lippincott an Lofland & Lofland dalam L.J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Williams &kualitat PT. Rosdakarya, 2007). Wilkins, if 2003). 52(Bandun g: PT. Rosdak arya, 2007). 53
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan penelitian ini dipilih agar pengalaman spiritual yang digali lebih terungkap sehingga gambaran pengalaman spiritual pada penderita kanker serviks dapat tergambarkan secara nyata. Metode fenomenologi deskriptif bertujuan untuk menggali persepsi atau yang mendalam dari sebuah peristiwa atau pengalaman hidup pengertian seseorang55. Fenomenologi deskriptif berfokus pada penemuan fakta mengenai suatu fenomena sosial yang ditekankan pada usaha untuk memahami perilaku manusia berdasarkan perspektif informan. Pada penelitian ini perilaku yang diteliti adalah perilaku penderita kanker serviks dalam menjalani pengalaman spiritualnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fenomenologi deskriptif agar dapat memahami, menjelaskan dan memberi makna secara alamiah terhadap pengalaman spiritual dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pada penderita. 3. Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahanbahan lainnya sehingga dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.56Proses analisis data pada penelitian kualitatif adalah suatu proses untuk menyatukan data, membuat suatu yang tidak jelas menjadi jelas, proses menghubungkan akibat dengan antecendent, merupakan suatu proses perkiraan dan verifikasi, proses koreksi dan modifikasi, proses menyarankan dan mempertahankan57. Tehnik analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini berdasarkan Colaizzi’s phenomenologi methods58. Langkah-langkah tersebut adalah :
55H.J.S. Speziale&D.R. Carpenter,Qualitative Research in Nursing: Advancing the
Humanistic dalam Sugiyono, Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R & D (Bandung: ImperativeBogdan ( Alfabeta, CV Philadephia: 2007). 57 Morse dan Field dalam D.F. Polit&C.T. Beck, Essential of Nursing Research Lippincott a Appraisal Williams &Method H.J.s. Speziale &D.R. Carpenter,Qualitative Research in Nursing: Advancing the and Utilization Wilkins, h\Humanisticimperative (Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins, (Philadelphia: 2003). 56 2003). Lippincott Williams &Wilkins, 2006). 58
a. Membuat transkrip data dilakukan setelah melakukan wawancara agar segera diketahui data apa yang belum tergali pada wawancara b. tersebut. Membaca transkrip secara keseluruhan dan berulang-ulang sampai penulis memahami isi transkrip tersebut. Pembacaan transkrip yang berulangulang bertujuan untuk mandapatkan pemahaman yang lebih dalam dari fenomena yang disampaikan oleh partisipan sehingga memudahkan peneliti untuk membuat formulasi makna dari pernyataan-pernyataan yang disampaikan partisipan. Satu transkrip data dibaca 3-4 kali sampai peneliti memahami fenomena yang terkait dengan penelitian ini. c. Membuat formulasi makna dari pernyataan-pernyataan yang disampaikan partisipan. Hal ini dilakukan untuk mencari kata kunci yang bermakna dan mengarah pada tujuan penelitian yang ditetapkan. Kata kunci ditandai dengan memberikan highlight pada kata-kata yang d. bermakna. Mengelompokan pernyataan-pernyataan yang bermakna tersebut kedalam tema-tema yang potensial melalui proses analisis e. data. Tema-tema yang didapatkan dari hasil analisis tersebut kemudian dideskripsikan ke dalam narasi sehingga dapat memberikan gambaran fenomena yang didapatkan dari hasil penelitian. f. Memverifikasi tema-tema yang diperoleh kepada partisipan dan tidak menutup kemungkinan peneliti mendapatkan data tambahan dari g. partisipan. Menggabungkan data tambahan F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh, jelas, terarah, logis dan saling berhubungan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini diklasifikasikan menjadi lima bab, yaitu :
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, metodologi dan terakhir sistematika penulisan.
Bab kedua,membahas keterkaitan antaraspiritualitas, kesehatan dan sakit pada penderita kanker serviks. Bab ketiga, menguraikanrespon adaptif dan malaadaptif pada kankerpenderita serviks terhadap kebutuhan spiritual, dukungan dan tanggung jawab pelaksanaan pelayanan kesehatan spiritual. Bab keempat,merupakan interpretasi hasil penelitian yang dikaitkan dengan responspiritual penderita kanker serviks dalam meningkatkankualitas hidup. Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.merupakan respon konkret atas rumusan masalah dalam Kesimpulan penelitian, sehingga semua masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat bermanfaat secara teori dan praktis.