BAB IV STRATEGI NABI MUHAMMAD SAW DALAM MELAKUKAN REKONSILIASI UMAT DI MADINAH A. Faktor-faktor Kesuksesan Nabi Muhammad SAW dalam Melakukan Rekonsiliasi Umat di Madinah Keberhasilan beliau dalam menyatukan umat Madinah memang sebuah prestasi, namun di balik prestasi beliau tersebut ada faktor-faktor yang juga mendukung terjadinya Rekonsiliasi umat di Madinah, dan juga ada faktok-faktor penghambat. 1. Faktor Penghambat Terjadinya Rekonsiliasi Rekonsiliasi yang dilakukan Nabi Muhammad di Madinah sehingga beliau
mampu
menyatukan
umat
Islam
dan
non
Islam
dibawah
kepemimpinannya tidaklah lepas dari beberapa faktor pendukung. Pertama sikap ashabiyah (fanatisme suku) masyarakat Arab yang sering
menjadikan
konflik.
Telah
disebutkan
bagaimana
komposisi
masyarakat Madinah yang terdiri dari beraneka ragam suku, agama dan karakter sosial. Seperti yang diungkapkan Suyuthi Pulungan bahwa suku Arab saja sebelum datangnya Islam paling tidak ada delapan suku utama yang berdomisili di Madinah, belum lagi suku Yahudi yang mempunyai lebih dari dua puluh suku yang menetap di wilayah itu. Jika digambarkan, setiap suku yang berkelompok masing-masing punya pemuda siap perang sendiri-sendiri, punya benteng pertahanan dan lumbung makanan. Kedua masyarakat Madinah hidup bersuku-suku tanpa pemerintahan. Masyarakat Madinah, walau bisa dikatakan lebih kondusif,
tetapi
sebagaimana umumnya masyarakat Jazirah Arab Masyarakat Madinah merupakan masyarakat tanpa pemerintahan. Pemegang kendali terkuat dan dihormati adalah ketua suku dan para pemuka suku.
56
57
Ketiga, karakter sosial yang keras dan suka berperang. Tiga ciri masyarakat Arab di atas seperti tidak dapat dipisahkan. Karakter sosial yang keras dan suka berperang dan sikap kesukuan yang tinggi (ashabiyah) telah menjadikan penduduk Jaziriyah Arab disebut sebagai Jahiliyah. Sebutan Jahiliyah menggambarkan sebuah situasi masyarakat yang tidak berperaturan, dan tidak mengindahkan perintah-perintah Tuhan.1 Watt menyebutkan bahwa agama orang Arab boleh jadi yang benar-benar dihayati adalah humanisme kesukuan. Pikiran yang utama dalam setiap individu adalah kehormatan suku. Makna kehidupan timbul dari perwujudan keutamaan manusia, yaitu semua sifat yang menghiasi cita Arab tentang kejantanan dan keteguhan hati, 2
pemangku sifat-sifat ini adalah suku ketimbang individu.
Dapat dikatakan Bangsa Arab pra Islam merupakan masyarakat yang berperilaku bebas dan tak bermoral. Karena itu untuk mempersatukan masyarakat Arab dan Yahudi di Madinah hanya didasarkan kepentingan sosial dan budaya dapat dikatakan mustahil, apalagi dapat waktu yang relatif singkat. Selain faktor-faktor tersebut juga ada bebera faktor penghambat yang ada di luar tubuh umat Islam atau juga dalam diri umat Islam. Nabi Muhammad SAW sepenuhnya menyadari perjuangannya sangat berat, masih banyak hambatan atau dalam istilah Ja’far Subhani disebut sebagai bahaya atau ancaman, baik secara internal dalam tubuh umat Islam yaitu perbedaan di antara sesama pendukungnya sendiri karena perbedaan lingkungan hidup mereka dan ancaman eksternal yaitu bahaya dari kalangan Quraisy dan kaum
1
Jahiliyah dalam istilah Arab mempunyai beberapa makna, seperti tidak berilmu, atau tidak mengikuti ilmu, tidak adanya pengetahuan hakikat uluhiyah. Lihat Muhammad Quthub, Ru’yah Islamiyah li Ahwalil ‘Alam al Mu’ashir, terj. Abu Ridlo, Jakarta, Yayasan SIDIK, 1996, hlm. 17 2
Asghar Ali Engineer, Asal-Usul dan Perkembangan Islam, terj. Imam Baehaqi, Jakarta, Pustaka Pelajar, 1999, hlm. 25
58
Musyrik lainnya di Jazirah Arab dan kaum Yahudi yang tinggal di dalam dan di luar kota dan memiliki kekayaan dan sumber daya yang amat besar.3 2. Faktor-faktor Pendukung Selain faktor-faktor penghambat yang disebut di atas keberhasilan Nabi Muhammad dalam menyatukan Masyarakat Madinah ada faktor-faktor pendukung yang penya peran besar dalam keberhasilannya. Pertama, kerasulan Muhammad yang diimani oleh umat Islam. Pribadi Muhammad sebagai seorang rasul dalam keyakinan umat Islam telah memberikan pengaruh yang besar. Secara teologis keimanan umat Islam atas kenabiannya telah mengikat dalam kalbu individu-individu. Muhammad sadar bahwa keimanan yang baru saja tertananam di hati pengikutnya harus diperkuat dan terus dipupuk. Keimanan atas kerasulannya yang diperjuangkan Muhammad selama di Mekkah kini telah ditampakkan hasilnya oleh Allah. Kedua, Nabi Muhammad bersikap adil dan bijaksana. Nabi dalam kepemimpinannya juga telah mengambil langkah yang bijaksana, adil dan tepat. Dia yang sebagai Rasul bagi Umat Islam dan sebagai pemimpin negara bagi warga Madinah, dia tidak dengan serta-merta memberlakukan hukum Islam bagi warga Madinah. Beliau memberikan kebebasan beragama dan menjalankan hukum bagi orang-orang non Islam. Ketiga, kecerdasan dan ketangkasan beliau sebagai seorang pemimpin. Karena kecerdasan dan ketangkasan beliau itulah para intelektual seperti W. Montgomery Watt menyebutnya sebagai seorang negarawan. Menurut W. Montgomery Watt, dari perannya, Muhammad dapat dikatakan sebagai seorang negarawan karena tiga alasan mengapa Muhammad disebut sebagai seorang negarawan.
3
Ja’far Subhani, Ar Risalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, terj. Muhammad Hasyim dan Meth Kieraha, Jakarta, Lentera, 1996, hlm. 294
59
a.) MUHAMMAD SEBUAH
MEMPUNYAI BAKAT MAMPU MELIHAT SEBELUM KEJADIAN.
KEGENIUSAN
MERUPAKAN
–ATAU
MENURUT KEYAKINAN MUSLIM ORTODOK
WAHYU—ORANG-ORANG
ARAB
DIBERIKAN
KERANGKA
GAGASAN YANG MEMUNGKINKAN PEMECAHAN KETEGANGAN-KETEGANGAN SOSIAL.
b.) TERDAPAT
KEARIFAN
MUHAMMAD
SEBAGAI NEGARAWAN.
STRUKTUR
KONSEPTUAL YANG DIDAPAT DALAM AL-QUR’AN HANYALAH SUATU KERANGKA.
KERANGKA ITU
HARUS MENDUKUNG SUATU BANGUNAN
KEBIJAKSANAAN YANG KONKRIT DAN INSTITUSI YANG KONKRIT PULA.
c.) TERDAPAT KETRAMPILAN MUHAMMAD SEBAGAI SEORANG ADMINISTRATOR DAN KEARIFANNYA DALAM MEMILIH ORANG YANG DIBERI KEPERCAYAAN UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS ADMINISTRASI PULA.
4
3. SOLUSI NABI MUHAMMAD SAW DALAM MENGHADAPI HAMBATAN Pertama kali yang harus dijawab Nabi Muhammad SAW untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut adalah bagaimana menyatukan umatnya sendiri. Karena itulah mengapa Nabi Muhammad SAW membangun masjid dan mengikatkan persaudaraan dalam jiwa mereka. Dengan dua jalan tersebut Nabi Muhammad SAW telah membentuk sebuah komunitas umat dalam arti eksklusif. Nabi Muhammad SAW mengajarkan pada mereka bagaimana pentingnya persaudaraan dan persatuan. Apa hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan di antara saudara.
Nabi Muhammad SAW menanamkan
perintah-perintah Allah pentingnya arti persaudaraan. Dalam sebuah ayat Allah menjadikan syarat pertolongan, pemberian yang dilandasi cinta kasih merupakan bagian dari refleksi keimanan.
4
W. MONTGOMERY WATT, MUHAMMAD; NABI DAN NEGARAWAN, JAKARTA, CV. KUMING MAS, CET. -2, 1984, HLM..244-245
TERJ.
DJOHAN EFENDI,
60
ﻥ ﻭﺤﺒ ِ ﺎ ﹸﺘﺤﺘﱠﻰ ﹸﺘ ﹾﻨ ِﻔﻘﹸﻭﺍ ِﻤﻤ ﺭ ﻥ ﹶﺘﻨﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺍ ﹾﻟ ِﺒ ﹶﻟ Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.(Q.S. Ali Imran: 92) Akram Diyauddin menggambarkan bagaimana kebersamaan yang dibagun Rasulullah, bahwa dasar kebersamaan dalam Islam adalah dasar keimanan, suatu kepentingan yang bisa saja memisahkan seseorang dari bapak, anak istri maupun kabilah. Abu Ubaidah berperang melawan bapaknya sendiri yang musyrik, bahkan membunuhnya ketika berhadapan dalam perang Badar.5 PERSATUAN UMAT YANG PERTAMA DIBENTUK NABI MUHAMMAD SAW MERUPAKAN
BENTUK
PERSATUAN ANTAR
DARI
ISLAM
UKHUWAH
ISLAMIYAH,
PERSAUDARAAN
DAN
YANG BERDASARKAN PADA IKATAN KEYAKINAN
“LAA ILAHA ILLA ALLAH MUHAMMAD AR-RASUL ALLAH” SEMATA. ATAU UMAT INI HANYA SEBATAS DENGAN ARTI DINUL ISLAM. INI MENGIMPLIKASIKAN BAHWA SETIAP ORANG YANG BERIMAN HENDAKLAH MEMILIKI SATU TITIK TUMPUAN
(TEMPAT
BERPIJAK), SATU TUJUAN MENYELURUH, SATU NILAI KUNCI YANG
MENDORONG KEPADA
SELURUH KREATIVITAS MANUSIA YAITU MENGABDI
KEPADA-NYA, PELAKSANAAN SYARIAT YANG SATU PULA.
Inilah perubahan
sosial yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW pertama kali. Dengan mengikat jiwa-jiwa kaum muslim agar saling bercinta kasih maka perdamaian dikalangan internal umat Islam secara otomatis pun terbentuk. NABI INGIN DAN BERUSAHA MENGHIMPUN SEBUAH PERSATUAN ABADI DAN HAKIKI DENGAN MENYINGKIRKAN HAL-HAL YANG BISA MENIMBULKAN PERSELISIHAN DALAM INTERNAL PENGIKUTNYA.
JIWA
MEREKA DIARAHKAN
PADA PERSAUDARAAN YANG LEBIH BESAR DARI PADA PERSAUDARAAN YANG
5
NABI,
AKRAM DHIYAUDDIN UMAR, MASYARAKAT MADANI; TINJAUAN HISTORIS TERJ. MUN’IM A. SIRRY, JAKARTA, GEMA INSANI PERSS, 1999, HLM. 88
KEHIDUPAN ZAMAN
61
DIBINA MELALUI SILSILAH NASAB SEMATA DAN ASHABIYYAH. INILAH YANG DISABDAKAN NABI MUHAMMAD SAW :
ﻟﻴﺱ ﻤﻨﺎ ﻤﻥ ﺩﻋﺎﺇﻟﻰﻋﺼﺒﻴﻪ ﻭﻟﻴﺱ ﻤﻨﺎ ﻤﻥ ﺨﺎﺘل ﻋﻠﻰ ﻋﺼﺒﻴﻪ ﻭﻟﻴﺱ ﻤﻨﺎ 6
(ﻤﻥ ﺴﺎﺕ ﻋﻠﻰﻋﺼﺒﻴﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺒﻭ ﺩﺍﻭﺩ
“TIDAKLAH TERMASUK GOLONGANKU ORANG YANG MENYERU KEPADA ‘ASHABIYYAH (FANATISME), DAN TIDAKLAH TERMASUK GOLONGANKU ORANG YANG BERPERANG KARENA ‘ASHABIYYAH, SERTA TIDAKLAH TERMASUK GOLONGANKU ORANG YANG MATI KARENA ‘ASHABIYYAH” (HR ABU DAUD) SETELAH MUHAMMAD MAMPU MEMPERKUAT EKSISTENSI UMAT ISLAM SEBAGAI KESATUAN YANG TAK TERPECAHKAN KEMUDIAN MUHAMMAD SECARA CERDAS
MEMPERSATUKAN
WARGA
MADINAH
KEWILAYAHAN DAN KEWARGANEGARAAN.
DALAM
SEBUAH
IKATAN
NABI MUHAMMAD SAW
SADAR
BAHWA PROBLEM DALAM MASYARAKAT PLURAL YANG DIHADAPINYA ADALAH, BAHWA DALAM SETIAP HETEROGENITAS ATAU PLURALITAS PASTI DI DALAMNYA MENYIMPAN BENIH KONFLIK.
STRATEGI YANG GENIUS, NABI MUHAMMAD SAW MEMBUAT SEBUAH IKATAN PERJANJIAN UNTUK MENCIPTAKAN KEDAMAIAN WARGA
MADINAH.
PERJANJIAN ITU DISEBUT SEBAGAI SHAHIFAH, ATAU SEKARANG LEBIH DIKENAL SHAHIFAH MADINAH (PIAGAM MADINAH). DENGAN SHAHIFAH MADINAH
MAKA
MUHAMMAD
DITANDATANGANINYA
MEMPUNYAI DUA TUGAS PENTING
SEBAGAI KONSEKWENSI KEPEMIMPINANNYA, YAITU SEBAGAI MEMIMPIN
UMAT ISLAM
DAN SEBAGAI PEMIMPIN WARGA
NABI
MADINAH
YANG
SECARA
KESELURUHAN.
DENGAN PIAGAM MADINAH MUHAMMAD KEWARGANEGARAAN BERPRINSIPKAN UMAT.
6
UMAT
IMAM ABI AL-HUSAIN IBN HAJAJ, SHAHIH MUSLIM, JUZ DKK., SEMARANG, PENERBIT ASSIFA’, 1993, HLM. 557.
TELAH
MEMBENTUK
DI SINI ADA DUA MAKNA:
III, TERJ. K.H. ADIB BISRI MUSTAFA
62
PERTAMA UMAT YANG SECARA EKSKLUSIF DIBENTUK INI
DALAM
PIAGAM MADINAH
DITULIS
NABI MUHAMMAD SAW
SECARA
JELAS,
BAGAIMANA
BENTUKNYA, APA HAK DAN KEWAJIBANNYA.
Sesungguhnya mereka ((Muhajirin dan Anshar) adalah umat yang satu tidak termasuk umat yang lain (pasal 1) Umat yang dimaksud dalam pasal ini adalah merupakan kesatuan dan persaudaraan Islam seperti yang dijelaskan di atas. Mereka orang-orang Islam “duduk bersama” dalam persaudaraan yang dilandasi keyakinan, mereka mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipikul bersama, adalah tidak boleh membiarkan seorang di antara mereka menanggung beban hutang dan beban keluarga yang harus diberi nafkah, tetapi membantunya dengan cara yang baik dalam menebus tawanan atau membayar diyat. (pasal 11). PEMBERIAN
BANTUAN ITU TIDAK SEMATA DALAM MASALAH HARTA
DAN TEBUSAN, TETAPI SESAMA ORANG MUKMIN HARUS SALING MENJAGA DIRI DARI MUSUH-MUSUH YANG INGIN MENGHANCURKAN KESATUAN UMAT ISLAM.
SEPERTI HARUS BERSAMA MELAWAN ORANG YANG MEMBERONTAK DI ANTARA MEREKA, ATAU ORANG YANG BERBUAT DZALIM ATAU BERBUAT DOSA, ATAU MELAKUKAN PERMUSUHAN ATAU KERUSAKAN DI ANTARA MEREKA, DAN KEKUATAN MEREKA BERSATU MELAWANNYA WALAUPUN TERHADAP ANAK SALAH SATU DARI MEREKA (PASAL
13),
TIDAK BOLEH MENGIKAT
persekutuan
ATAU ALIANSI DENGAN KELUARGA MUKMIN TANPA PERSETUJUAN YANG LAINNYA (PASAL
12), DAN ORANG MUKMIN TIDAK BOLEH MEMBUNUH MUKMIN
LAINNYA UNTUK KEPENTINGAN ORANG KAFIR, TIDAK BOLEH MEMBANTU ORANG KAFIR UNTUK MELAWAN ORANG MUKMIN (PASAL 14).
KEDUA UMAT DALAM ARTI INKLUSIF. UMAT DALAM ARTI YANG LEBIH LUAS DAN TERBUKA INI TIDAK MENGENAL ETNISITAS, AGAMA DAN NASAB. INI DISEBUTKAN DALAM PASAL 25:
63
SESUNGGUHNYA YAHUDI BANU AUF SATU UMAT BERSAMA ORANG-ORANG MUKMIN… Komunitas umat yang disebut dalam pasal selanjutnya tidak hanya orang-orang Yahudi dan Muslim, tetapi juga meliputi sekutu-sekutu mereka dan teman-teman mereka yang terdiri dari suku Arab penyembah berhala dan lainnya. NABI
DALAM KEPEMIMPINANNYA JUGA TELAH MENGAMBIL LANGKAH
YANG BIJAKSANA, ADIL DAN TEPAT.
ISLAM
DIA
YANG SEBAGAI
DAN SEBAGAI PEMIMPIN NEGARA BAGI WARGA
DENGAN SERTA-MERTA MEMBERLAKUKAN HUKUM
MADINAH. KEADILAN MEMUTUSKAN SANGSINYA
UNTUK KEPADA
RASUL
BAGI
MADINAH, ISLAM
UMAT
DIA TIDAK
BAGI WARGA
DAN KEBIJAKSANAANNYA ITU TERLIHAT SAAT DIA MENERAPKAN UMAT
HUKUM-HUKUM
ISLAM,
TETAPI
ISLAM
DALAM
BERIKUT
HUBUNGAN
KETATANEGARAAN DIMANA TERDAPAT MULTI ETNIS, KABILAH DAN AGAMA
RASULULLAH
SEBAGAI
KEPALA
KONSEKWEN MEMBERLAKUKAN
NEGARA
DAN
PEMERINTAHAN
DENGAN
PIAGAM MADINAH. ORANG-ORANG
NON
MUSLIM DIBERI KEBEBASAN TIDAK HARUS MENGIKUTI HUKUM-HUKUM ISLAM.
NAMUN
BAGI MEREKA TETAP HARUS MENJALANKAN HUKUM-HUKUM YANG
SESUAI SYARI’AT
(AGAMA)
MASING-MASING.
INI
SECARA JELAS TERSURAT
DALAM PIAGAM PASAL 25, YAITU:
BAGI
KAUM YAHUDI AGAMA MEREKA DAN BAGI KAUM MUSLIM AGAMA MEREKA, TERMASUK SEKUTU-SEKUTU DAN DIRI MEREKA KECUALI ORANGORANG YANG BERLAKU DZALIM DAN BERBUAT DOSA, KARENA SESUNGGUHNYA YANG ORANG DEMIKIAN AKAN MENCELAKAKAN DIRI DAN KELUARGANYA.
DALAM
PEMERINTAHANNYA
NABI
MUHAMMAD
SAW
MEMBERLAKUKAN TOLERANSI YANG TINGGI, AGAMA-AGAMA YANG ADA DI
MADINAH
DIBIARKAN HIDUP DAN BERKEMBANG DALAM KEYAKINAN SETIAP
PEMELUKNYA.
JUGA
ADA ISTIADAT YANG TELAH ADA, YANG BAIK DAN
64
BERLAKU DIKALANGAN PENDUDUK
MADINAH,
SELAMA TIDAK MENGURANGI
HAK DAN KEWAJIBAN ANTAR WARGA DIBERI KEBEBASAN HIDUP DAN BEREKSPRESI.
GOLONGAN MUHAJIRIN DARI QURAYS TETAP MENGIKUTI ADAT KEBIASAAN BAIK YANG BERLAKU DI KALANGAN MEREKA, MEREKA BERSAMA-SAMA MENERIMA DAN MEMBAYAR TEBUSAN DARAH MEREKA DAN MENEBUS TAWANAN MEREKA DENGAN CARA YANG MA’RUF DAN ADIL DI ANTARA ORANG MUKMIN.
Dengan mempersatukan warga dalam satu ikatan nasionalisme bukan berarti harus membunuh perbedaan. Perbedaan tatap hidup dan berkembang, dan tidak menghalangi mereka untuk hidup bersama. Prinsip hidup bersama yang diterapkan Nabi Muhammad SAW adalah bagaimana dapat berlaku adil di antara umat dan warganya yang dipimpinnya. Bahkan lebih jauh lagi, Nabi Muhammad SAW menganggap penganut agama lain yang sama-sama pemilik kitab wahyu sebagai saudara. Keberadaan agama mereka diakui kebenarannya dan wajib diimani oleh orang-orang muslim. Inilah yang melahirkan konsep ahli kitab, yaitu umat Nabi-Nabi dahulu sebelum Muhammad SAW wajib diimani dan benar adanya.
ﻕ ﺎ ﹶﺴﺤ ﻭِﺇ ل َ ﺎﻋِﻴﺴﻤ ِﺇﻡ ﻭ ﺍﻫِﻴﺒﺭ ﻋﻠﹶﻰ ِﺇ ل َ ِﺎ ُﺃ ﹾﻨﺯﻭﻤ ﻴﻨﹶﺎ ﻋﹶﻠ ل َ ِﺎ ُﺃ ﹾﻨﺯﻭﻤ ﻤﻨﱠﺎ ﺒِﺎﻟﱠﻠ ِﻪ ل ﺁ ْ ﹸﻗ ﻕ ﹸﻡ ﻻ ﹸﻨ ﹶﻔﺭ ﺒ ِﻬ ﺭ ﻥ ﻥ ِﻤ ﻭﺍﻟ ﱠﻨ ِﺒﻴﻰ ﻭﻭﻋِﻴﺴ ﺴﻰ ﻭﻲ ﻤ ﺎ ﺃُﻭ ِﺘﻭﻤ ﻁ ِ ﺎﺴﺒ ﺍ ﹾﻟَﺄﺏ ﻭ ﻌﻘﹸﻭ ﻴ ﻭ (84:ﻥ( )ﺁل ﻋﻤﺭﺍﻥ ﻭﺴِﻠﻤ ﻤ ﻪ ﻥ ﹶﻟ ﺤ ﻭ ﹶﻨ ﻡ ﻬ ﺩٍ ِﻤ ﹾﻨﻥ َﺃﺤ ﻴ ﺒ Katakanlah: “Kami beriman peda Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan para nabi dari Tuhannya. Kami tidak membedakan yang satu dari yang lain di antara mereka, kami menyerahkan diri kepadaNya.
65
Prinsip umat yang dibangun Nabi Muhammad SAW berlandasANKAN TAUHID.
SERUAN MUHAMMAD INI MENUNJUKKAN BAHWA KEBERADAAN PARA
NABI ALLAH ITU SEMATA MENUNJUKKAN PADA PERINTAH BAHWASANYA UMAT MANUSIA ITU PADA HAKEKATNYA ADALAH UMAT YANG SATU.
AGAMA
PUN
PADA HAKEKATNYA ADALAH SATU, DAN INTI AGAMA ITU PUN SATU. ISI SERUAN PARA
RASUL
SYARI’AT
TIDAK BERUBAH MESKIPUN BAHASA YANG DIPAKAI BERUBAH.
DAN CARA PELAKSANAAN BOLEH BERUBAH KARENA PERUBAHAN
RUANG DAN WAKTU, NAMUN INTISARI KEHENDAK AGAMA HANYALAH SATU JUA.
KESATUAN ITU DIRUMUSKAN DALAM SATU KEHENDAK, YAITU MENGAKUI
KESATUAN TUHAN.7 Dalam kehidupan bernegara Nabi Muhammad SAW tidak membedabedakan kewajiban yang dipikul bersama, semua warga mempunyai persamaan tanpa diskriminasi. Persamaan, kebebasan dan pluralisme mencakup berbagai aspek kehidupan itu juga dapat dirujuk pada jiwa ketetapan Piagam Madinah. Persamaan dari unsur kemanusiaan tampak dalam ketetapan yang menyatakan keseluruhan penduduk Madinah adalah umat yang satu atau umat yang mempunyai status sama dalam kehidupan sosial (pasal 25-35), persamaan hak dalam memberikan saran dan nasehat untuk kebaikan (pasal 37), hak kebebasan dalam memilih agama dan keyakinan (pasal 25-35) serta hak mengatur kehidupan ekonomi masing-masing. Hakhak ini adalah hak manusia yang paling dasar yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun dan akan diperjuangkan sampai kapanpun oleh pribadi-pribadi manusia. ITULAH “LOMPATAN
SEJARAH” YANG DILAKUKAN
NABI MUHAMMAD
SAW PADA MASYARAKATNYA DI MADINAH. DIKATAKAN LOMPATAN SEJARAH KARENA PERUBAHAN YANG DILAKUKAN
7
NABI MUHAMMAD SAW
WAKTU ITU
Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar, Juz XVIII, Surabaya, Yayasan Latimojong, t.th., hlm. 58
66
TELAH
MELAMPAUI
STRUKTUR
MASYARAKAT MADINAH
DAN
MASYARAKATNYA.
KECERDASAN
WAKTU ITU SECARA KESELURUHAN BELUM DAPAT
DIKATAKAN BEBAS DARI PERASAAN
“ETNISITAS”,
SUPERIORITAS ETNIS DAN
KONFLIK, TETAPI NABI MUHAMMAD SAW TELAH MEMBUAT REVOLUSI DENGAN MENGENALKAN PERSAMAAN HAK-HAK MANUSIA TANPA DISKRIMINASI RAS, SUKU DAN BUDAYA.
STRATEGI
PERDAMAIAN
MUHAMMAD, PRINSIP YANG TANPA JALAN PERANG”.
ATAU
REKONSILIASI
YANG
DILAKUKAN
DIBANGUN ADALAH “MENCIPTAKAN PERDAMAIAN
NYAWA
DIHORMATI DAN DI LINDUNGI.
ISLAM
DALAM
OLEH
ADALAH SUCI, HARUS
KARENA ITU
ISLAM
MEMAJUKAN
PERDAMAIAN SEBAGAI PRINSIP KEHIDUPAN YANG ASASI DAN MENGAMBIL TINDAKAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMPERTAHANKANNYA. MENGAPA DALAM
PIAGAM MADINAH
KARENA
ITU
SETIAP WARGANYA JUGA DIBERI
hak
membela diri (pasal 36 b), bersama tanggung jawab dalam mempertahankan keamanan kota Madinah (pasal 44), bersama kewajiban dalam memikul belanja perang bila diperlukan (pasal 24 dan 38). Pembelaan tidak hanya berlaku bagi orang Islam, tetapi seluruh warga, terutama orang-orang yang lemah. JIKA
DALAM
AL-QUR’AN
DAN
HADITS
ADA
MEMERINTAHKAN PERANG, BUKAN BERARTI
MUHAMMAD
PERANG
UNTUK
SEBAGAI
JALAN
YANG
MENYELESAIKAN PERMASALAHAN. DALAM TIGA HAL.
PERTAMA
HALAL
PERANG
DOKTRIN
YANG
MENGGUNAKAN
DITEMPUH
DIPERBOLEHKAN DALAM
DALAM
ISLAM
SEBAGAI PEMBELAAN. INI YANG DIFIRMANKAN
ALLAH:
ﺭ ﻡ ﹶﻟ ﹶﻘﺩِﻴ ِﺼﺭِﻫ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻨ ﻪ ﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﻭِﺇ ﻭﺍﻅِﻠﻤ ﻡ ﹸ ﻬ ﻥ ِﺒَﺄ ﱠﻨ ﻴﻘﹶﺎ ﹶﺘﹸﻠﻭ ﻥ ﻥ ِﻟﱠﻠﺫِﻴ ُﺃ ِﺫ ﻪ ﺒﻨﹶﺎ ﺍﻟﻠﱠ ﺭ ﻴﻘﹸﻭﻟﹸﻭﺍ ﻥ ﻕ ِﺇﻟﱠﺎ َﺃ ﺤﱟ ِﻴﺭ ﻡ ﺒِ ﹶﻐ ﺎ ِﺭ ِﻫﻥ ِﺩﻴ ﻭﺍ ِﻤﺨ ِﺭﺠ ﻥ ُﺃ ﹾ ﺍﱠﻟﺫِﻴ
67
IJIN UNTUK BERPERANG DIBERIKAN KEPADA MEREKA YANG DIPERANGI KARENA MEREKA DIANIAYA, DAN TUHAN PASTI AKAN MENOLONG MEREKA. ORANGORANG YANG DIANIAYA INI DIUSIR DARI RUMAH MEREKA SECARA SEMENA KARENA MEREKA BERKATA “TUHAN KAMI ADALAH ALLAH”. (Q.S AL-HAJJ:39-
40) Kedua untuk mengakhiri perburuan dan penindasan serta memulihkan keamanan dan ketertiban sehingga rakyat dapat hidup tenang, damai dan dalam menjalankan kepercayaan tanpa campur tangan dan rintangan siapapun juga, ketiga perang untuk menegakkan hukum dan keadilan sehingga semua orang, kaya dan miskin, kuat dan lemah dapat memperoleh perlindungan hukum atas dasar hak-hak yang sama tanpa perbedaan.8 Karena alasan itulah mengapa kemudian dikemudian hari dalam pemerintahannya Nabi Muhammad SAW memberi hukuman dengan pengusiran dan pengeksekusian beberapa suku yang melanggar perjanjian Madinah. Nabi Muhammad SAW
dalam sejarahnya sebelum melakukan
perang dia terlebih dahulu melakukan perundingan damai. Terhadap kaum Quraisy Makkah Nabi Muhammad SAW pernah melakukan beberapa perjanjian, yang kemudian dilanggar pihak kafir Qurasy sendiri, begitu pula terhadap kaum Yahudi Madinah. B. Faktor-faktor Penghambat terjadinya Rekonsiliasi Umat di Madinah yang dilakukan Nabi Muhammad dalam SAW Terjadinya Rekonsiliasi umat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad di Madinah merupakan sebuah perjuangan besar. Hijrahnya Nabi Muhammad SAW sejak tahun 622 M hingga tahun 632 M merupakan waktu perjalanan kerasulan beliau yang penuh tantangan dan hambatan. Tugas beliau sebagai Rasul yang rahmatal lil’alamin (sebagai rahmat untuk semua alam) yang diturunkan Allah untuk menyatukan semua umat dengan penuh kedamaian tidaklah semudah 8
Afzalur Rahman, Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pemimpin Militer, terj. Anas Siddik, Jakarta, Bumi Aksara, 1991, hlm. 19
68
membalikkan telapak tangan. Seperti yang telah diuraikan di atas, di Madinah Nabi Muhammad harus bersinggungan langsung dengan berbagai kelompok yang plural dan beranekaragam budaya, agama dan adat. DALAM
FAKTA
SEJARAH
TERHADAP ORANG-ORANG
YAHUDI
NABI YAITU
PERNAH
YAHUDI
DAN
FENOMENA INI SEBAGIAN ORANG-
ORANG ORIENTALIS ADA YANG MENYIMPULKAN BAHWA BERTAHAP INGIN MEMBERSIHKAN
PENGUSIRAN
BANU QOINUQA’, BANU NADZIR
BANU QURAIDZAH . DARI
MENGEKSEKUSI
MELAKUKAN
MADINAH
MUHAMMAD
SECARA
DARI PENGARUH DAN KEKUATAN
DAN INGIN MENDIRIKAN NEGARA BERDASARKAN AGAMA BARUNYA
(ISLAM). INI
SEBUAH SINTESA YANG AHISTORIS, SEBENARNYA YANG HARUS
DIJAWAB MENGAPA MEREKA HARUS DIUSIR DARI KOTA MADINAH.
RASULULLAH KE-2
MENGUSIR
HIJRIYAH. LATAR
KARENA ORANG-ORANG
BELAKANG DIUSIRNYA
YAHUDI QAINUQA’
DAN KEDENGKIAN KETIKA KAUM DALAM PERANG
BANU QAINUQA’
PADA BULAN
BANI QAINUQA’
SYAWAL DARI
TAHUN
MADINAH
INI MEMPERLIHATKAN KEMARAHAN
MUSLIM MEMPEROLEH KEMENANGAN GEMILANG
BADAR. BAHKAN
KEMARAHAN ITU SAMPAI PADA PERMUSUHAN
TERBUKA
DALAM RASULULLAH
SUTAU RIWAYAT DIUNGKAPKAN OLEH AS-SUYUTHI, BAHWA
SETELAH PERANG
BADAR
MENGUMPULKAN ORANG-ORANG
YAHUDI
QAINUQA’ DI PASAR, KEMUDIAN BELIAU BERKATA: “ HAI
ORANG-ORANG
YAHUDI
MASUKLAH
ISLAM
SEBELUM
MENGHUKUMU SEPERTI YANG DIBERIKAN PAAA ORANG-ORANG
KEMUDIAN YAHUDI QAINUQA’
MENJAWAB; HAI
MUHAMMAD
ALLAH QURASY.
JANGAN KAU
MENIPU DIRIMU SENDIRI KARENA KEBERHASILANMU MENAKLUKKAN ORANGORANG
QURAISY
PEPERANGAN.
YANG MEMANG TIDAK MEMPUNYAI KEAHLIAN DALAM
DEMI ALLAH
JIKA KAMI MEMERANGIMU KAMU AKAN TAHU
69
BAHWA KAMI ADALAH MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA DAN KAMU TIDAK 9
MENJUMPAI ORANG-ORANG SEPERTI KAMI.”
DARI PENGUSIRAN
RIWAYAT
INILAH
SEBAGIAN
ULAMA
MENGANGGAP
BAHWA
BANU QAINUQA’ KARENA PENOLAKAN MEREKA ATAS AJAKAN NABI
UNTUK MEMELUK ISLAM.
PADAHAL
JELAS ARGUMEN INI TIDAK SESUAI DENGAN
SUBSTANSI NILAI-NILAI PIAGAM MADINAH PASAL 25 DAN DALAM FAKTA HISTORIS, BAHWA SETELAH
BANU QAINUQA’ DIUSIR NABI MASIH MEMBERIKAN KEBEBASAN
PADA ORANG-ORANG TINGGAL DI
MADINAH
YAHUDI
DAN PENGANUT AGAMA LAIN UNTUK TETAP
HIDUP SECARA DAMAI DENGAN KAUM MUSLIM SESUAI
KEPERCAYAAN DAN ADAT KEBIASAAN YANG BERLAKU DI ANTARA MEREKA.
NABI
SENDIRI SEBAGAI PEMIMPIN TIDAK PERNAH MENJADIKAN MASUK ISLAM SEBAGAI SYARAT BAGI ORANG-ORANG
YAHUDI
DAN
NASRANI
UNTUK DAPAT TINGGAL DI
MADINAH. MENURUT AFZALUR RAHMAN, QAINUQA’ MUSLIM
PENGUSIRAN ORANG-ORANG
DIKARENAKAN MEREKA TIDAK MEMBANTU SAAT
TERJADI
PERANG
BADAR,
NABI
BAHKAN
YAHUDI
DAN ORANG-ORANG
MEREKA
MELANGGAR
PERJANJIAN SAAT ORANG-ORANG ISLAM DALAM KEADAAN KRITIS MENGHADAPI PERANG MEREKA BERSEKUTU DENGAN ORANG-ORANG KAFIR
QURAISY
ORANG-ORANG MUNAFIK MADINAH DENGAN MENGKHIANATI PIHAK MUSLIM.
DAN 10
BAHKAN DALAM SEBUAH RIWAYAT DIUNGKAPKAN ADA SEORANG YAHUDI QAINUQA’
MEMPERMALUKAN SEORANG WANITA MUSLIM SAMPAI PAKAIANNYA
TERSINGKAP.
KEMUDIAN
ORANG-ORANG
YAHDI
QAINUQA
MENERTAWAI
PERBUATAN TERSEBUT, LALU DATANG SEORANG MUSLIM UNTUK MENOLONG WANITA TERSEBUT, HAL INI MENGAKIBATKAN PERTIKAIAN HINGGA ORANG
YAHUDI 9
TERSEBUT TERBUNUH.
DEMIKIAN
PERMUSUHAN TERSEBUT SAMPAI
JALAL AL-DIN ABD AL-RAHAMAN BIN ABI BAKAR AL-SUYUTHI, OP.CIT., HLM. 64
10
AFZALUR RAHMAN, NABI MUHAMMAD SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN MILITER, TERJ. ANAS SIDIK , JAKARTA, BUMI AKSARA, T,TH., HLM. 273
70
MUNCUL
KEPERMUKAAN
MUSLIMIN.
11
TINDAKAN
ANTARA
POLITIK
KAUM
NABI
YAHUDI QAINUQA’
DENGAN
MENGUSIR
DAN
BANU
QAINUQA’
SEBENARNYA BERANGKAT DARI KESIMPULAN BAHWA ORANG-ORANG
QANUQA’
KAUM
YAHUDI
TERSEBUT SUDAH TIDAK DAPAT DIPERCAYA SECARA POLITIS DAN TIDAK
DAPAT DIAJAK BERSAHABAT LAGI.
KRONOLOGIS
UNGKAPAN
NABI
LEBIH PADA
PENEKANAN PADA NASEHAT DAN PERINGATAN, TETAPI DITANGGAPI MEREKA DENGAN KESOMBONGAN DAN KECAMAN.
SEDANG
DALAM PENGUSIRAN
KEEMPAT HIJRIYAH.
NABI
PERTAMA BANI NADZIR
BANI NADZIR
YANG TERJADI PADA TAHUN
MEMPUNYAI BEBERAPA ALASAN YURIDIS DAN POLITIS. BEBERAPA KALI TERKAIT DALAM USAHA MEMBUNUH
NABI. SETELAH KAUM QURASY AGAR BEKERJASAMA MELAWAN
MENGIRIMKAN SURAT KEPADA
BANI NADZIR
NABI MUHAMMAD. AKHIRNYA BANU NADZIR
MEMENUHI KEINGINAN ORANG-ORANG PELANGGARAN DAN PENGKHIANATAN.
QURAISY
KARENA
ITU DENGAN MELAKUKAN
JIKA TIDAK MAU BEKERJASAMA
BANU NADZIR SENDIRI YANG AKAN DISERANG OLEH SUKU-QURAISY MAKKAH. DALAM
RIWAYAT IBNU
HAJAR
DISEBUTKAN
BANI NADZIR
RENCANA DAYA TIPU MUSLIHAT UNTUK DAPAT MEMBUNUH PURA-PURA
MASUK
ISLAM,
SETELAH
MEREKA
MEMPUNYAI
NABI. MEREKA AKAN
MENDEKATI
NABI
DAN
MEMBUATNYA PERCAYA MEREKA AKAN MENGIRIM TIGA RAHIB UNTUK PURA-PURA DIALOG DENGAN
NABI. TETAPI
DAPAT MEMBUNUH
NABI. RENCANA
DIKETAHUI OLEH NABI.
KESALAHAN
TIGA RAHIB INI HANYA TIPU MUSLIHAT AGAR JAHAT
BANI NADZIR
INI AKHIRNYA DAPAT
12
YANG KEDUA YAITU ATAS PENGKHIANATAN MEREKA DALAM
PERJANJIAN BERSAMA UNTUK MEMBAYAR DIYAT BERSAMA UNTUK DUA ORANG
11 12
IBNU KATSIR, AL-BIDAYAH WA AL-NIHAYAT, JUZ IV,
OP.CIT., HLM.4
IBNU HAJAR, “FATH AL-BARI”, DALAM AKRAM DHIYAUDDIN UMAR, MASYARAKAT MADANI; TINJAUAN HISTORIS KEHIDUPAN ZAMAN NABI, TERJ. MUN’IM A. SIRRY, JAKARTA, GEMA INSANI PERSS, 1999, HLM. 143
71
(PIAGAM
YANG BERASAL DARI SUKU YANG TERIKAT DENGAN PERJANJIAN
MADINAH)
DIMANA
AMR
SENGAJA.
SAAT NABI
TEMBOK.
MEREKA
BIN
UMAYYAH
MENDATANGI
AD-DIMARI TELAH MEMBUNUH TANPA
BANI NADZIR, NABI DUDUK MEMBELAKANGI
HAMPIR SAJA MELEMPAR BATU PADA
NABI
DAN MEMBUNUH
BELIAU. KARENA WAHYU DARI ALLAH AKHIRNYA NABI SELAMAT.
KESALAHAN-KESALAHAN
POLITIK
BANI NADZIR
13
MENURUT
NABI
SUDAH
TIDAK DAPAT DITOLERIR, HAL INI AKAN MEMBAHAYAKAN POSISI ORANG-ORANG MUSLIM.
UNTUK
MENGHINDARI KONFLIK YANG LEBIH PANJANG
NABI
AKHIRNYA
MENGUSIR MEREKA DARI MADINAH.
ORANG-ORANG YAHUDI BANUI NADZIR HARUS MENERIMA KEPUTUSAN INI, JIKA MEREKA TERUS BERSITEGANG AKAN MENJADI PERANG DAN MENJADIKAN NASIB LEBIH BURUK.
DALAM PERJALANAN MEREKA KELUAR DARI MADINAH NABI
MENJAMIN AKAN KESELAMATAN MEREKA, ANAK DAN ISTRI-ISTRI MEREKA SERTA HARTA BENDA MEREKA.
BERKENAAN DILAKUKAN
14
DENGAN
PENGEKSEKUSIAN
BANI
QURAIZHA
YANG
NABI, INI DIKARENAKAN PENGKHIANATAN MEREKA SECARA TERBUKA
TERHADAP KAUM MUSLIMIN.
DISAAT NABI
BERSAMA KAUM MUSLIM BERADA
DALAM KONDISI KRITIS SAAT PERANG KHANDAQ ATAU PERANG AHZAB, DIMANA
MADINAH DISERANG OLEH ORANG-ORANG QURAISY MAKKAH DAN ORANG-ORANG YAHUDI KHAIBAR. NABI
HARUS MENGHADAPI PENGEPUNGAN
10.000
PASUKAN
BERSENJATA DIBELAKANG PARIT DARI BERBAGAI SUKU.
BANI QURAIDZAH TERSEBUT.
MEREKA
TELAH BERPARTISIPASI AKTIF DALAM PENGEPUNGAN
BEKERJA SAMA MEMBANTU KAUM MUNAFIK DAN MUSUH-
MUSUH ORANG MUSLIM DARI PIHAK
QURAISY. BAHKAN
MEREKA MENGIRIM
SEKELOMPOK ORANG UNTUK MENYERANG WANITA DAN ANAK-ANAK. JUGA MENGIRIMKAN BANTUAN MAKANAN DAN PASUKAN.
13
IBNU KATSIR, AL-BIDAYAH WA AL-NIHAYAT, JUZ IV, OP.CIT.,
14
HUSEIN HAIKAL, OP.CIT., HLM. 346
HLM. 62
DAN
MEREKA
SAAT
NABI
72
MEMPERINGATKAN MEREKA, DENGAN LANTANG MEREKA BILANG; YANG MENAMAKAN DIRINYA
NABI TUHAN ?,
PERDAMAIAN ANTARA KAMI DENGAN DIA”.
MEMANG QURADZAH,
BERAT
HUKUMAN
“DAN
SIAPA
TIDAK ADA PERJANJIAN ATAUPUN
15
YANG
HARUS
MEREKA AKHIRNYA DIEKSEKUSI OLEH
DITERIMA
NABI
OLEH
BANI
KECUALI PARA WANITA
DAN ANAK-ANAK. HAL INI ATAS USUL SA’AD BIN MU’AD, SEKUTU BANI QURAIZAH DARI BANI AUS YANG DITUGASKAN MENJADI MENENGAH ATAS KONFLIK TERSEBUT.
TINDAKAN-TINDAKAN TERHADAP KAUM
YAHUDI
NABI MUHAMMAD
YANG
BERSIKAP
INI DIDASARKAN PADA DUA PERTIMBANGAN.
KERAS
PERTAMA
PERTIMBANGAN HUKUM. INI DIDASARI OLEH SIFAT KONSTITUSI PIAGAM MADINAH.
BAGAIMANAPUN PIAGAM MADINAH MERUPAKAN DASAR DARI KEBIJAKAN YURIDIS MUHAMMAD. DASAR
HUKUMAN ATAS KAUM
YAHUDI
SECARA JELAS TERTULIS
DALAM PIAGAM PASAL 47:
، ﻭﻣﻦ ﻗﻌﺪ ﺍﻣﻦ ﺑﺎﳌﺪﻳﻨﺔ، ﻭﺍﻧﻪ ﻣﻦ ﺧﺮﺝ ﺍﻣﻦ،ﻭﺍﻧﻪ ﻻﳛﻮﻝ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺩﻭﻥ ﻇﺎﱂ ﻭﺍﰒ ﻭﳏﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﺍﻥ ﺍﷲ ﺟﺎﺭ ﳌﻦ ﺑﺮ ﻭﺍﺗﻘﻰ،ﺍﻻ ﻣﻦ ﻇﻠﻢ ﺍﻭ ﺍﰒ Sesungguhnya tidak ada orang yang akan melanggar ketentuan tertulis ini kalau bukan pengkhianat dan pelaku kejahatan. Siapa yang keluar dari kota madinah atau tetap tinggal didalamnya aman, kecuali orang yang berbuat kedzaliman dan dosa. Sesungguhnya Allah pelindung bagi orang yang berbuat baik dan takwa dan muhammad adalah Rasulullah. SEBAGAI NORMATIF.
SEBUAH HUKUM
YAITU
MEMPUNYAI CIRI KHAS
SUATU CIRI DIMANA PELANGGARAN TIDAK AKAN DIBIARKAN,
JADI NORMA HUKUM DALAM DIHARAPKAN
PIAGAM MADINAH
BERLAKU
PIAGAM MADINAH
ATAU
SEKEDAR
BUKAN HANYA NORMA YANG
DIANJURKAN,
MELAINKAN
YANG
SUNGGUH-SUNGGUH BERLAKU, YANG SECARA NYATA MENGIKAT MASYARAKAT.
15
IBID., HLM. 381-391
73
DASAR MUHAMMAD
KEBIJAKAN KEDUA ADALAH KEBIJAKAN POLITIS
TERHADAP KAUM
YAHUDI
NABI. KEBIJAKAN
YANG MELAKUKAN PENGKHIANATAN
POLITIK DAN MENGANCAM INTEGRITAS NEGARA JELAS BUKAN SEBUAH TINDAKAN POLITIK AMORAL DAN KEJI SEPERTI YANG DITUDING KAUM ORIENTALIS.
INI
SEPERTI YANG DIKATAKAN OLEH WATT; DARI TITIK TOLAK ZAMAN MUHAMMAD, TUDUHAN TENTANG PENGKHIANATAN DAN NAFSU TIDAK DAPAT DIPERTAHANKAN. ORANGORANG SEZAMANNYA SAMA SEKALI TIDAK MENEMUKANNYA SECARA 16 MORAL BEJAT.
JADI
DALAM
BUDAYA MASYARAKAT
ARAB
SAAT ITU, PEREBUTAN KEKUASAAN
DENGAN MENGANGKAT SENJATA MERUPAKAN ADAT DAN BUDAYA. JIKA DILIHAT DARI KRONOLOGIS DAN FENOMENA RENTETAN SEJARAH, TINDAKAN TERHADAP KAUM
YAHUDI MADINAH
YANG BERKIANAT MERUPAKAN KEBIJAKAN
AKHIR.
16
W. MONTGOMERY WATT, OP.CIT.,
NABI
HLM 241