BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Organisasi Senat Mahasiawa di indonesia Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Begitupula dengan organisasi mahasiwa, mereka membentuk organisasi untuk mencapi tujuan bersama dan memiliki visi misi yang sama. organisasi mahasiswa dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu: organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi internal kampus adalah organisasi mahasiswa yang melekat pada pribadi kampus atau universitas, dan memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi. Organisasi ini mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan secara mandiri, dari pengelola perguruan tinggi atau dari kementrian/lembaga, pemerintah dan non pemerintah untuk memajukan program kerja serta kemajuan lainnya. Beberapa bentuk orgnisasi intra diantaranya seperti badan eksekutif mahasiswa (BEM). Senat mahasiswa dan himpunan mahasiswa jurusan (HMJ). Kewenangan pengaturan sepenuhnya ada ditangan pemimpin perguruan tinggi yang dituangkan dalam Statuta (UU No. 12 tahun 2012). Organisasi internal kampus pada suatu perguruan tinggi dapat bergabung dalam skala daerah, nasional bahkan internasional. Gabungan tersebut bisa dikatakan sebagai organisai antar-kampus. Sedangkan organisasi ekstra kampus adalah organisasi yang berada diluar birokrasi kampus, organisasi ini sangat berperan bagi mahasiswa dan wilayah geraknya cenderung 6767
68
menasional. Ada beberapa kelebihan organisasi ekstra diantaranya, kekuatan jaringannya sangat luas, wilayah cakupannya sangat luas (nasional) dan masih banyak lagi yang lainnya. Beberapa contoh organisasi ekstra kampus ialah PMII, HMI, dan IMM. Senat Mahasiswa yang termasuk organisasi intra tersebut adalah organisasi mahasiswa yang dibentuk pada saat pemberlakuan kebijakan NKK/BKK, tepatnya pada tahun 1987. Senat Mahasiswa hanya ada ditingkat fakultas, sedangkan ditingkat universitas ditiadakan. Dan ditingkat jurusan keilmuwan dibentuk keluarga mahasiswa jurusan atau himpunan mahasiswa jurusan, yang berkoordinasi dengan Senat Mahasiswa dalam melakukan kegiatan intern. Pada umumnya Senat Mahasiswa dimaksudkan sebagai lembaga eksekutif, sedangkan fungsi legislatifnya dijalankan pihak lain yaitu badan perwakilan mahasiswa (BPM). Pada tahun 1990, pemerintah memperbolehkan dibentuknya Senat Mahasiswa ditingkat perguruan tinggi namun model student government ala dewan mahasiswa tidak diperbolehkan. Senat Mahasiswa yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kumpulan ketua organisasi mahasiswa intra kampus yang ada diantaranya: ketua umum Senat Mahasiswa fakultas, ketua umum BPM, dan ketua umum unit kegiatan mahasiswa. Model seperti ini dibeberapa perguruan tinggi kemudian ditolak, dan dipelopori oleh UGM, Senat Mahasiswa memakai model student government.
69
Senat Mahasiswa kemudian menjelma menjadi lembaga legislatif, termasuk di tingkat fakultas. Lembaga eksekutifnya adalah badan pelaksana Senat Mahasiswa. Lambat laun badan pelaksana diganti dengan istilah yang lebih praktis badan eksekutif mahasiswa (BEM). Awalnya BEM dipilih, dibentuk dan bertanggung jawab kepada sidang umum Senat Mahasiswa namun sekarang pengurus kedua lembaga sama-sama dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum. Jika kita amati kembali terdapat kerancuan dalam istilah BPM (badan perwakilan mahasiswa) dengan Senat Mahasiswa karena sama-sama berarti wakil. Hanya saja menurut aturan mainnya, BPM dianggap berfungsi sebagai badan legislatif sedangkan senat mahasiswa menjalani fungsi eksekutif. Akhirnya karena ketidak jelasan fungsi BPM pada era Senat Mahasiswa di perguruan tinggi maka BPM digantikan senat mahasiswa. BPM sendiri dihapuskan. Senat Mahasiswa yang tadinya badan eksekutif berubah menjadi badan legislatif. Sedangkan
badan
eksekutifnya
dibentuk
badan
pelaksana
Senat
Mahasiswa, yang lantas diubah lagi menjadi badan eksekutif mahasiswa atau BEM. Akhirnya istilah ini bertahan hingga saat ini. 2. Gambaran Umum Organisasi Senat Mahasiswa IAIN Jember Untuk
mengetahui
prosese
komunikasi
serta
relasi
dan
ketimpangan gender yang terjadi di organisasi SEMA Iain Jember, maka perlu kiranya bagi peneliti untuk menggambarkan sekilas tentang organisasi SEMA secara umum. Gambaran umum tersebut diharapkan dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami obyek penelitian kali ini. Oleh karena itu dalam bab ini peneliti akan meberikan gambaran
70
umum tentang organisasi Senat Mahasiswa. Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa untuk mewadahi bakat, minat dan potensi mahasiswa yang dilaksanakan di dalam kegiatan
eksra
kurikuler. Adanya organisasi merupakan wadah yang sangat membantu mahasiswa dalam berproses didunia perkuliyahan. Mengingat segala persoalan sosial tidak bisa dikupas secara tuntas dibangku perkuliyahan maka penting bagi sekalian mahasiswa untuk berproses diluar jam kuliyah. Organisasi merupakan salah satu hal terpenting dalam dunia kampus mengingat proses yang terjadi didalamnya sangat berpengaruh pada mahasiswa itu sendiri dan juga perguruan tinggi. Adanya organisasi sangat membantu segala kekurangan mahasiswa dibidang sosial dan akademik untuk menggali pengetahuan yang lebih didalamnya. Organisasai merupakan wahana komunikasi antarcivitas akademika serta wahana pengembangan potensi sebagai insan akademis, calon ilmuwan dan intelektual yang berguna bagi masyarakat. Adanya organisasi didunia kampus juga merupakan sarana pemeliharaan dan pengembangan ilmu yang dilandasi oleh norma akademis, etika, moral, dan wawasan kebangsaan. Pada dasarnya, Organisasi Mahasiswa adalah sebuah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap sesuai dengan koridor AD/ART yang disetujui oleh semua anggota dan pengurus organisasi tersebut. Organisasi mahasiswa tidak boleh keluar dari rambu-rambu utama tugas dan fungsi perguruan tinggi yaitu tri darma
71
perguruan tinggi, tanpa kehilangan daya kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa, bukan pribadi atau golongan. Organisasi
kemahasiswaan di suatu
kampus diselenggarakan
berdasarkan prinsip sebagai wahana proses pendidikan kepada mahasiswa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, terutama undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Adanya organisasi bertujuan untuk mendorong mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau kesenian yang bernuansa
islami.
Kemudian
organisasi
juga
bertujuan
untuk
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau bakat dan minat serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan memperkaya kebudayaan nasional yang bernuansa islami dan berwawasan kebangsaan. Banyaknya organisasi yang muncul dan berkembang disekitar kampus baik intra maupun ekstra membuat sebagian orang kebingungan untuk memetakanya. Kali ini peneliti akan menyebutkan beberapa jenis organisasi yang ada sebagaimana yang disebutkan dalam pedoman organisasi (PO). Bahwasanya Organisasi kemahasiswaan di tingkat PTAI dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu: a. Senat Mahasiswa ( SEMA ), b. Dewan Mahasiswa ( DEMA ), c. Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM/UKK ).
72
Adapun objek penelitian dalam skripsi ini dimana peneliti memilih organisasi intra kampus dibagian paling atas yaitu Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Jember, karena SEMA merupakan lembaga legislatif, dan dapat dikonotasikan dengan DPM/MPM/BPM diperguruan tinggi umum. SEMA juga merupakan lembaga legislatif dalam struktur organisasi kemahasiswaan yang memegang fungsi kontrol terhadap pelaksanaan Garis Besar Haluan Program ( GBHP ) lembaga kemahasiswaan perguruan tinggi agama islam. SEMA sekaligus sebagai lembaga normatif dan perwakilan tertinggi di lingkungan mahasiswa perguruan tinggi agama islam umumnya dan pada Iain Jember khususnya. Ia memiliki fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi, dan memiliki peran legislasi sebagai subsistem kelembagaan non-struktural ditingkat perguruan tinggi. Sistem kerjanya adalah “ kolektif-kolegial ”. Kolektif berarti bahwa dalam mengambil ketetapan dan keputusan yang mengatas namakan SEMA harus dilakukan melalui sebuah persidangan yang melibatkan anggotaanggotanya, tidak ada perbedaan hak dan kewajiban, kecuali pada tanggung jawab fungsional administratif yang telah disepakati. Jadi SEMA menjadi sangat penting untuk diteliti mengenai beberapa dan seperti apa ketimpangan gender yang terjadi didalamnya, sebab SEMA merupakan organisasi intra kampus tertinggi dalam perguruan tinggi yang mana Ia mewakili setiap mahasiswa untuk menyampaikan segala aspirasi mahasiswa.
73
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya setiap lembaga tidak akan mungkin lepas dari beberapa tugas dan wewenang tak terkecuali organisasi SEMA itu sendiri, ia memiliki tugas beberapa di antaranya sebagaimana berikut: a. Mengawasi pengurus DEMA dalam melaksanakan kebijakan organisasi kemahasiswaan PTAI. b. Menyerap dan mengakomodir aspirasi mahasiswa dan menyalurkannya pada pihak-pihak yang terkait. c. Memperjuangkan hak-hak akademik dan kemahasiswaan. d. Merumuskan norma-norma dan aturan-aturan dalam pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan yang tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. e. Merumuskan AD/ART organisasi mahasiwa PTAI dengan tetap berdasarkan pada peraturan dan perundangan yang berlaku. f. Menetapkan garis-garis besar program kerja SEMA. Dan demikian beberapa Wewenang SEMA yaitu: a. Melakukan koordinasi dengan Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F ) di tingkat universitas / institut. b. Menyelenggarakan musyawaroh sebagai wujud kedaulatan tertinggi organisasi mahasiswa. c. Meminta progres report DEMA atas pelaksanaan program kerjanya. Organisasi SEMA pun harus bertanggung jawab sebagai badan formatur dan perwakilan tertinggi lembaga mahasiswa, ia wajib menyampaikan pertanggung jawaban kepada mahasiwa dalam sidang
74
paripurna. Sedangkan mekanisme sidang paripurna diatur lebih lanjut oleh mahasiswa dan disetujui melalui keputusan rektor / ketua. Sebagai subsistem kelembagaan non-struktural tingkat perguruan tinggi, maka SEMA
bertanggung
jawab
kepada
rektor/wakil
rektor
bidang
kemahasiswaan atau ketua/wakil ketua bidang kemahasiswaan. Dari semua uraian diatas peneliti tegaskan lagi bahwa SEMA IAIN Jember menjadi sangat penting dan menarik untuk diteliti mengingat posisi senat dalam proses pencapaian tujuan pendidikan adalah salah satu entitas proses pendidikan yang merupakan representasi mahasiswa dalam proses kegiatan pendidikan yaitu sebagai perwakilan mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi mahasiswa dan juga sebagai entitas yang diharapkan dapat melakukan persuasi kepada mahasiswa untuk dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Seandainya
dikalangan
organisasi
mahasiswa
tetinggi
saja
melakukan ketimpangan gender maka bagaimana jadinya kelanjutan masyarakat indonesia yang menempatkan mahasiswa sebagai agen of change, agen of analisis dan agen of control. B. Penyajian Data 1. Proses Komunikasi Pengurus SEMA IAIN Jember Periode 2015/2016 Dari hasil wawancara peneliti terhadap ketua SEMA pada awal peneliti mewawancarainya tepatnya pada tanggal 15 Februari 2016 terkait proses komunikasi yang dilakukan ketua SEMA, ia menceritakan bahwasanya ia sering membangun jaringan kepada pengurus-pengurus SEMA di perguruan tinggi yang lain untuk membangun komunikasi yang luas. Terbukti pada awal masa bakti kepengurusan SEMA IAIN Jember
75
periode 2015/2016 ia berhasil membangun komunikasi dengan perguruan tinggi UIN SUKA Jogja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Faisol juga selaku pengurus komisi kontroling dan advokasi bahwa diawal proses masa bakti mereka (pengurus SEMA IAIN Jember 2015/2016) mengadakan kegiatan formal berupa study banding ke UIN SUKA Jogja sebagai acuan bagaimana SEMA IAIN kedepannya. Acara tersebut terlaksana beberapa hari dan pengurus SEMA pun menghadiri acara tersebut dengan antusias, namun beberapa pengurus perempuan dari SEMA IAIN Jember tidak bisa menghadiri kegiatan tersebut disebabkan keterbatasa izin dari orang tua mereka. “saya tidak bisa menghadiri kegiatan tersebut karna orang tua melarang saya untuk datang, katanya sih terlalu jauh. Ya begitulah seorang perempuan tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama seperti layaknya seorang laki-laki”. Demikian kata Siti Humairoh salah satu pengurus SEMA di bagian budgetting ketika diwawancarai pada tanggal 20 Februari 2016. Kegiatan tersebut dikordinir langsung oleh ketua SEMA sebagai bentuk perhatian dari seorang ketua sebagai pemimpin. Selain itu, masih banyak juga kegiatan-kegiatan formal maupun informal yang dilakukan oleh pengurus SEMA baik diluar kampus maupun dikampus IAIN itu sendiri. Selanjutnya peneliti melanjutkan penelitian dengan mencari data berupa struktur kepengurusan SEMA IAIN Jember periode 2015/2016, karena dalam komponen komunikasi organisasi terdapat struktur yang jelas, dan struktur organisasi tersebut merupakan hasil dari proses komunikasi yang terjadi dalam setiap organisasi apapun dan dimanapun. Peneliti menemui saudara Hasyim Yanto selaku pengurus sekertaris ketua untuk meminta struktur kepengurusan SEMA periode 2015/2016. “Dari struktur organisasi ini salah satu fungsi didalamnya untuk mengetahui pembagian-pembagian tugas dan wewenang masing-masing pengurus sehingga pembagian informasi dari ketua terhadap bawahan menjadi tidak rancu dan komunikasi yang terjadi didalamnya dapat berjalan dengan lancar” ujar Hasyim Yanto seraya menyerahkan SK (surat keputusan) dan lampirannya.
76
Sesuai dengan SURAT KEPUTUSAN Rektor Institut Agama Islam Negeri Jember Nomor. In.25/PP.009/286/2015. Ditetapkan bahwa sehubungan dengan perubahan status Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember menjadi Institut Agama Islam Negeri Jember, maka dipandang perlu menerbitkan kembali surat keputusan tentang struktur kepengurusan Senat Mahasiswa institut ( SEMAI ) Institut Agama Islam Negeri Jember masa bhakti tahun 2015/2016. Oleh karena itu telah ditetapkan struktur kepengurusan Senat Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Jember periode 2015/2016 dengan Penanggung Jawab: Prof. Dr. H. Babun Suharto, Pembina: Drs.H.Sukarno, M.Si. Adapun struktur kepengurusannya sebagaimana berikut: Ketua Umum
: Achmad Zahrul Firdaus.
Sekretaris Umum
: Yanto Hasyim. ( HMJ Syari’ah )
Bendahara Umum
: Achmad Muqarrabin ( HMPS PGMI )
Komisi Legislasi
: M.Jamil ( CO ). ( HMPS MU ) M.Sofiatul Iman. ( HMPS KPI ) ABD.Rohim. ( HMPS IH ) Shohibul Ulum. ( HMPS AS )
Komisi Budgeting
: Alfiatus Sulistiani ( CO ). ( HMJ Tarbiyah ) Ika Musrifah. ( HMPS ES ) Luluk Munawwaroh. ( HMPS MPI ) Siti Humairoh. ( HMPS PMI )
Komisi Kontroling dan Advokasi : Wildan Nur Islam ( CO ). ( HMPS PBA ) M.Faisol Amin. ( HMPS PAI ) Fajar Abdillah. ( HMJ Dakwah ) Rinda Q.A. ( HMPS PS )
77
Dari
nama-nama
yang
telah
tercantum
dalam
struktur
kepengurusan SEMA masa bakti 2015/2016 tersebut menurut Hasyim Yanto ditentukan sesuai surat rekom dari masing-masing HMPS dan HMJ, demikian pula yang disampaikan oleh ketua SEMA, ia mengatakan bahwa cara memilih kepengurusan itu dengan cara melayangkan surat ke setiap HMPS dan HMJ agar mereka merekomendasikan masing-masing satu orang dari anggotanya untuk dijadikan pengurus SEMA. Sedangkan yang menentukan divisi-divisinya ialah badan formatur bersama ketua terpilih dan ketua demisioner. Setelah beberapa kali ketua terpilih mengadakan agenda rapat bersama badan formatur dan ketua demisioner guna membahas dan memantapkan calon-calon pengurus SEMA untuk disesuaikan dengan divisinya, maka pada tanggal 21 desember 2015 kepengurusan SEMA periode 2015/2016 telah resmi dilantik di ruang VIP IAIN Jember dan dibai’at dengan harapan progres SEMA IAIN Jember kedepan mampu lebih maju, dan benar-benar bisa menyerap segala aspirasi mahasiswa tentunya. Melihat struktur yang ada, kita cukup mengerti bahwa peran yang terpenting didalamnya ialah ketua SEMA itu sendiri, sebab ketua sangatlah berpengaruh terhadap berjalannya proses sebuah organisasi tersebut selama masa bakti hingga tiba masa pelepasan jabatannya. Sukses tidaknya suatu organisasi itu juga sebagian besar dan banyak ditentukan oleh bagaimana seorang ketua/pemimpin mengolah, mengorganisir organisasi tersebut dan mengayomi para anggota pengurusnya. Karena bagaimanapun juga pemimpin berada diposisi paling atas secara struktural, maka garis kordinasinya pun cukup jelas bahwa setiap kali ada sesuatu, proses komunikasi yang harus dilakukan ialah dari bawahan ke level atas/top manajemen (ketua/pemimpin). Jadi figur seorang ketua sangat menjadi acuan para anggotanya dalam mengikuti segala kegiatan-kegiatan yang ada. Semisal seorang ketua selalu memberi contoh yang baik terhadap para pengurusnya atau bawahannya sebagai bentuk komunikasi
78
nonverbal dari ketua tersebut. Hal itu akan menjadi panutan para anggota pengurusnya untuk meneladani dan memiliki semangat untuk berproses di organisasi. Menurut Zahrul selaku ketua SEMA IAIN Jember Seorang ketua juga harus selalu menciptakan image-image yang baik terhadap bawahannya, ia mengaku sebagai ketua ia selalu antusias dalam setiap kali menghadiri kegiatan-kegiatan formal maupun informal. Ia juga tidak jarang
mengaplikasikan
komunikasi verbal yang baik terhadap para
pengurusnya dengan memberikan arahan-arahan yang baik di akhir pertemuan setiap kali pengurus SEMA mengadakan kegiatan formal dan informal. Mengingat betapa pentingnya figur seorang pemimpin maka peneliti akan menyertakan VISI dan MISI ketua SEMA IAIN Jember periode 2015/2016 sebagaimana berikut: VISI “menjadikan SEMA sebagai organisasi intra kampus yang religius, profesional, aspiratif dan progresif” MISI a. menjunjung tinggi nilai-nilai islam b. meningkatkan solidaritas antar KBM c. optimalisasi DEMA sebagai frontline bagi seluruh kebutuhan mahasiswa d. mengembangkan SDM yang berkualitas dan kompetitif e. menjalin dan membangun relasi dengan lembaga lain f. bertindak responsif terhadap kebijakan lembaga IAIN Jember g. berperan aktif dalam pengabdian masyarakat Dilihat dari visi dan misi ketua SEMA maka sangat jelas bahwa ketua SEMA benar-benar ingin menjadi perwakilan mahasiswa dalam
79
menyampaikan segala aspirasi dan keluh kesah mahasiswa terhadap pimpinan, ketua SEMA juga ingin membangun relasi yang baik tehadap sesama dan lembaga lain tanpa pandang bulu, juga menciptakan keharmonisan
ditengah-tengah
semuanya
dengan
menghadirkan
komunikasi yang baik dan benar. Adapun rancangan program yang ditawarkan ketua SEMA di awal masa baktinya ialah: a. membudayakan tradisi islam b. merevisi undang-undang c. mengadakan pertemuan KBM triwulan d. mengadvokasi pengadaan sekertariat bersama e. mengadakan seminar atau workshop dalam meningkatkan SDM f. mengadvokasi kebijakan-kebijakan untuk kesejahteraan mahasiswa g. mengadakan event tingkat regional maupun nasional h. gerakan pengabdian terhadap masyarakat Rancangan program tersebut diharapkan dapat terealisasi dengan baik dan benar. Tentunya dengan bantuan dan kerjasama dari keseluruhan pengurus SEMA itu sendiri. Sebagaimana yang ditanyakan oleh peneliti kepada
saudara
Jamil
selaku
pengurus
bagian
legislasi
ketika
mewawancarainya pada tanggal 23 februari 2016, bagaimana proses komunikasi yang terjadi pada kepengurusan SEMA periode 2015/2016 untuk mewujudkan keinginan-keinginan bersama, ia mengatakan bahwa pengurus SEMA selalu bekerjasama dan menjalin komunikasi yang baik antar pengurus dengan ketuanya dan antar pengurus yang satu dengan
80
yang lainnya. Semisal pada kegiatan pembentukan pengurus KPUM (komisi pemilihan umum mahasiswa) dalam rangka pemilihan Presiden Mahasiswa seluruh pengurus SEMA tidak pernah putus kontak dan intens didalam kantor. Menurut saudara Jamil ketua SEMA selalu memantau para anggota pengurusnya, dan para pengurusnya pun saling kordinasi antara yang satu dengan yang lainnya. Pada tanggal 20 Februari peneliti juga mewawancarai pengurus bagian kontroling dan advokasi yang bernama Fajar Abdillah, bagaimana proses komunikasi yang dibangun oleh ketua SEMA IAIN Jember?, ia menjawab bahwa proses komunikasi yang dibangun oleh ketuanya itu sangat baik terhadap bawahannya, begitu pula bawahannya terhadap ketuanya dan sesama pengurusnya. 2. Relasi Gender Dalam Organisasi SEMA IAIN Jember Periode 2015/2016 Dalam setiap organisasi terdapat komunikasi interpersonal, yaitu proses sosial berkait konteks, rumit, yang di dalamnya orang-orang yang telah membangun hubungan komunikatif bertukar pesan dalam upaya untuk menghasilkan makna-makna yang dianut bersama dan mencapai tujuan sosial (Charles dkk, 2014: 213). Hal tersebut juga terealisasi dalam setiap kegiatan formal dan informal, SEMA pun sejauh ini menurut saudari Rinda selaku pengurus bagian kontroling dan advokasi sering mengadakan kegiatan formal dan informal. Beberapa kegiatan formal yang ada disema antara lain adalah merevisi undang-undang, kemudian rapat rutinan perbulan dua kali, rapat tersebut diagendakan untuk mengevaluasi
81
setiap kinerja yang telah dilalui oleh keseluruhan pengurus SEMA Iain Jember. Selain rapat rutinan pengurus SEMA juga sering mengadakan rapat dadakan dikala hal itu benar-benar dibutuhkan semisal pada awal bulan februari pengurus SEMA sering mengadakan rapat untuk pembentukan KPUM (komisi pemilihan umum mahasiswa) dalam pergantian Presiden Mahasiswa dan gubernur. Terlepas dengan kegiatan formal yang ada di SEMA, pengurus SEMA sering menjalin komunikasi melalui kegiatan-kegiatan informal. Seperti halnya ngopi bareng dan ngobrol ringan dibeberapa tempat wisata, dengan alasan untuk lebih meningkatkan hubungan emosional antar sesama pengurus. Menurut ketua SEMA segala informasi baik dari eksternal maupun internal sudah pasti akan menyeluruh dan kemungkinan besar setiap pengurus tidak akan mungkin ketinggalan informasi dengan canggihnya media saat ini. Karena dengan canggihnya media saat ini SEMA pun memiliki inisiatif membentuk group melalui BBM (blacberry massenger) agar setiap informasi yang datangnya bersifat mendadak bisa menyeluruh pada setiap pengurus. Namun pada realitasnya saudari Ika Musrifah mengatakan kepada peneliti saat diwawancarai, sangat sering sekali pengurus perempuan ketinggalan informasi disebabkan mereka jarang menghadiri perkumpulan-perkumpulan dengan alasan-alasan tertentu. Karena informasi yang tertuang dalam group BBM tidak bisa seluas dan selebar informasi yang disampaikan secara langsung dalam
82
sebuah perkumpulan. Bisa dikatakan komunikasi secara langsung lebih efektif dibandingkan komunikasi tidak langusng (melalui media). Ditinjau dari segi kegiatan formal SEMA IAIN Jember sejauh ini sering mendapat undangan keluar kota dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi lainnya, adapun cara pendelegasiannya menurut Fajar Abdillah salah satu pengurus komisi kontroling dan advokasi yaitu pengurus SEMA memilih melalui jalur musyawaroh bersama. Dari hasil musyawaroh tersebut akan muncul beberapa nama sesuai keputusan dan kesiapan dari peserta yang akan didelegasikan dengan catatan mereka siap berangkat dalam keadaan apapun. “Akan tetapi faktanya selama ini yang selalu didelegasikan keluar kota adalah pengurus laki-laki sebab pengurus perempuan seringkali tidak aktif dan tidak memiliki kemauan untuk berangkat” ujar Sofiatul Iman (pengurus komisi legislasi). Selanjutnya peneliti mewawancarai saudari Luluk Munawwaroh yang merupakan salah satu pengurus komisi budgetting mengenai partisipasi masing-masing pengurus dalam kegiatan-kegiatan SEMA IAIN Jember. Ia mengatakan setiap kali ada perkumpulan di SEMA pengurus perempuan jarang hadir karena mereka merasa tidak lebih penting dibandigkan pengurus laki-laki. Fenomena lain yang terjadi setiap kali ada agenda rapat dimana seharusnya semua pendapat sangat amat dibutuhkan namun faktanya pendapat pengurus perempuan cenderung jarang diterima. Ada banyak dinamika dalam proses rapat tersebut dimana pendapat seorang pengurus perempuan memang ditampung dan tidak ditolak secara
83
langsung, namun pada ujungnya pendapat pengurus perempuan tersebut tidak menjadi keputusan akhir. Sebagaimana pada saat beberapa kali peneliti terjun secara langsung dengan cara ikut serta dalam agenda rapat pengurus SEMA untuk mengamati suatu hal yang terdapat didalamnya, ditengah-tengah agenda rapat peneliti menyaksikan betul bagaimana pengurus laki-laki selalu menguasai forum tersebut. Pengurus perempuan lebih banyak memilih diam dan mengamati dialog yang terjadi, hanya ada satu pengurus yang bernama Rinda satu-satunya pengurus perempuan bagian kontroling dan advokasi yang selalu mengeluarkan pendapatnya dalam forum tersebut. Ia satu-satunya pengurus perempuan yang selalu berani menyampaikan segala ide dan sarannya, sehingga peneliti melihat forum rapat pada kali itu menjadi lebih menarik dengan kehadiran mentalitas dan intelektualitas seorang perempuan. Pada tanggal 23 Februari peneliti menemui Achmad Muqarrabin (bendahara umum SEMA) untuk mewawancarainya terkait kepemimpinan perempuan di SEMA, mengingat selama ini belum pernah muncul figur seorang perempuan sebagai pemimpin di SEMA semenjak berdirinya organisasi SEMA IAIN Jember belum pernah sekalipun ada sosok perempuan maju untuk menjadi pemimpin. Peneliti menanyakan hal tersebut kepada Achmad Muqarrabin mengapa hal itu bisa terjadi?, ia menjawab Alasannya figur seorang perempuan hadir sebagai pemimpin sangat minim sekali, dan SEMA adalah organisasi yang bertugas untuk mengatur undang-undang sedangkan perempuan dirasa tidak mampu
84
dalam mengatur kebijakan. Perempuan juga dianggap cenderung tidak tegas dalam memimpin. Alasan lain juga datang dari para aktivis perempuan itu sendiri, mereka tidak berminat untuk melangkah maju dalam urusan mengatur undang-undang. Menurut Alfiatun Sulistiani selaku pengurus komisi kontroling dan advokasi beberapa perempuan yang memiliki keinginan besar untuk mencalonkan diri sebagai ketua SEMA seringkali tidak mendapat perhatian lebih dan tidak memiliki dukungan untuk melangkah maju sebagai bentuk emansipasi wanita. Karena Dalam pandangan tradisional, perempuan diidentikkan dengan sosok yang lemah, halus dan emosional. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang gagah, berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada kaum laki-laki. Kemudian peneliti juga mendatangi Wildan selaku kordinator komisi
kontroling
dan
advokasi
untuk
mencari
data
dengan
mewawancarainya terkait ketidak aktifan beberapa pengurus perempuan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di SEMA IAIN Jember, mengapa pengurus perempuan jarang hadir pada kegiatan-kegiatan yang ada?, ia menjawab “setau saya kebebasan mereka terbatas, ada yang suka diatur pasangannya”, pasangannya melarang untuk sering aktif di SEMA. Ada yang tidak hadir karena waktunya terbatas, seperti peraturan kos-kosan yang maksimal berada diluar kosan hanya sampai pada jam 21:00.
85
Menurut
Achmad
Zahru
Firdaus
ketika
beberapa
kali
membicarakan soal kepemimpinan perempuan di SEMA, ia mengatakan Jangankan menjadi sosok pemimpin dibagian Senat Mahasiswa sedangkan dalam prosesnya saja beberapa pengurus perempuan dari SEMA IAIN Jember seringkali ketinggalan informasi dalam kegiatan formal, karena mereka terikat waktu yang sangat menggangu kinerja mereka dimana setiap jam menunjukkan 21:00 setiap kos-kosan perempuan memiliki aturan semua anak kos harus berada dalam kosan mereka. Berbeda dengan seorang laki-laki dimana kos-kosan laki-laki rata-rata memang tidak berbatas waktu sehingga proes mereka dalam berorganisasi bisa maksimal dan memuaskan. Selanjutnya, pada tanggal 20 Maret 2016 dalam mengupayakan kemajuan SEMA kedepan, pengurus mengadakan sidang paripurna 1 Senat Mahasiswa Iain Jember dalam rangka RAKER (rapat kerja) periode 2015/2016. RAKER tersebut dilaksanakan di aula Wande Echo Ajung Jember. Sidang hari itu dipimpin oleh Masyhur Imam yang sebelumnya dimulai dengan arahan-arahan sesuai tatib (tata tertib) persidangan agar persidangan dapat berjalan dengan lancar. Dalam rapat tersebut pengurus SEMA mengatakan akan benar-benar mengupayakan untuk lebih dekat dengan mahasiswa sebagai lembaga legislatif di kampus. Pada kesempatan itu juga pengurus SEMA membahas tentang aturan-aturan internal SEMA demi terwujudnya kualitas kinerja pengurus kedepan. Sehingga kinerja kepengurusan SEMA periode 2015/2016 bisa lebih serius dan lebih baik
86
dari tahun kemaren. Ketua SEMA mengatakan pada forum dengan antusias bahwasanya dia akan lebih meningkatkan kinerjanya dan akan merealisasikan program-program kedepannya terutama hal-hal yang berkaitan dengan mahasiswa dan civitas akademika. Dalam penelitian ini penulis turut serta menghadiri acara RAKER tersebut, dimana penulis menyaksikan secara langsungg bahwa kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar, namun sayang seribu sayang acara RAKER tersebut hanya dihadiri tiga pengurus perempuan. Sedangkan yang meramaikan acara tersebut adalah semua pengurus laki-laki dan beberapa undangan yang telah hadir saat itu seperti ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Himpunan Mahasiswa Program Study (HMPS) beserta jajarannya.
foto kegiatan RAKER ( rapat kerja) pengurus SEMA IAIN Jember periode 2015/2016.
87
dokumentasi pengurus SEMA IAIN Jember dalam agenda RAKER dengan 3 pengurus perempuan dan selebihnya pengurus laki-laki.
Beberapa kali juga peneliti mewawancarai beberapa pengurus perempuan tentang bagaimana keinginan mereka untuk menjadi yang utama dalam berproses di SEMA IAIN Jember, mereka hanya pasrah dan tidak berharap lebih. Seperti hasil wawancara peneliti terhadap pengurus perempuan yang bernama Ika Musrifah pada tanggal 21 Maret di kantor SEMA IAIN Jember. Peneliti menanyakan, setiap kali SEMA mengadakan kegiatankegiatan seperti seminar atau semacamnya, dimanakah posisi pengurus perempuan dalam kepanitiaan?, ia menjawab bahwa kepengurusan perempuan selalu berada di bagian konsumsi atau bendahara sedangkan pengurus laki-laki selalu berada di bagian terpenting seperti ketua panitia, sekretaris, dan protokoler. Lalu peneliti bertanya kembali, bagaimana kamu menanggapi fenomena-fenomena dimana pengurus-pengurus perempuan hanya selalu berada di bagian konsumsi yang selalu berurusan dengan persoalan dapur sedangkan laki-laki berada di posisi terpenting yang hanya bertugas mengatur dan memerintah?, Ika Musrifah menjawabnya dengan santai, mau bagaimana
88
lagi kalau sudah kenyataannya begitu, seorang perempuan selalu berurusan dengan dapur sedangkan laki-laki hanya memerintah, ya pasrah saja lah. Dalam beberapa kesempatan peneliti juga menanyakan kepada ketua SEMA bagaimana usahanya dalam mensetarakan posisi pengurus laki-laki dan pengurus perempuan, ia menjawab bahwa ia selalu mengupayakan untuk mensama ratakan antara pengurus laki-laki dan perempuan dalam segala hal. Tanpa ada unsur tendensi sedikitpun. Karena menurut ketua SEMA ia sebagai seorang pemimpin seharusnya mengayomi siapapun tanpa pandang bulu. Peneliti juga menanyakan apakah menurut ketua SEMA sendiri ada ketimpangan gender dalam organisasi SEMA IAIN Jember?, ia menjawab sama sekali tidak ada, karena sebagai organisasi intra yang menempati posisi tertinggi dikampus yang bertugas menyerap segala aspirasi mahasiswa tidak mungkin melakukan ketimpangan gender. Ia mengatakan sekalipun ada halhal yang mengarah kepada ketimpangan gender, hal itu pasti lah diluar kesengajaan kami. C. Analisis dan Bahasan Temuan Dalam kajian teori telah disebutkan beberapa hal terkait proses komunikasi yang terjadi dalam setiap organisasi, dalam organisasi apapun terdapat komunikasi verbal maupun non verbal antar sesama anggota bahkan antar anggota dan pemimpin/ketua. Teori tersebut diungkapkan oleh Dedy Mulyana dalam buku ilmu komunikasi suatu pengantar dan peneliti menemukan hal tersebut telah terealisasi dalam kepengurusan SEMA IAIN Jember periode 2015/2016. Komunikasi verbal maupun nonverbal juga
89
merupakan realitas sosial yang terjadi sebagai bukti wujud dari sebuah proses didalam organisasi itu sendiri. Pengurus SEMA sebagai aktor dalam organisasi SEMA jika ditinjau dari segi proses komunikasi melalui teorinya Stephen Robbin dalam buku prinsip-prinsip perilaku organisasi telah melalui beberapa proses komunikasi secara horizontal maupun vertikal dan juga komunikasi internal maupun eksternal. Seperti yang diungkapkan peneliti dalam penyajian data bahwa mereka telah berhasil membangun jaringan dengan perguruan tinggi yang lain sebagai bentuk komunikasi eksternal, sedangkan komunikasi organisasi internal mereka terlihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka selalu menjalin komunikasi antar sesama untuk menumbuhkan kedekatan emosional antar pengurus dengan pengurus lainnya ataupun antara pengurus dengan ketua mereka dan sebaliknya dari ketua terhadap bawahan, dalam hal ini peneliti menganalisis menggunakan teori komunikasi organisasi diferensiasi horizontal dan diferensiasi vertikal milik Robbins, dimana mereka telah melakukan proses komunikasi antar ketua dan bawahan dengan baik, begitu pula antar pengurus dengan pengurus yang lain. Peneliti juga menganalisa kepemimpinan dalam proses komunikasi organisasi SEMA IAIN Jember melalui teori milik Hari Lubis dan Martani Husein dimana hal yang paling penting dalam setiap organisasi ialah seorang ketua sebagai top manager untuk mewujudkan visi dan misi organisasi. Dalam proses komunikasi organisasi di SEMA IAIN Jember pun sesuai dengan teori tersebut yang menempatkan seorang ketua sebagai orang terpenting dalam struktur organisasi formal.
90
Sedangkan dari sekian data yang peneliti sajikan dipenyajian data terkait relasi gender, dapat kita lihat bersama bahwa kemauan laki-laki lebih tinggi daripada kemauan perempuan, tingkat aktivitas laki-laki lebih berperan dibandingkan perempuan. Jika dikaitkan dengan teori gender milik Mansour Fakih hal itu merupakan konstruk sosial yang mulai mendarah daging pada setiap orang bahkan pada tiap-tiap perempuan itu sendiri dimana seorang lakilaki lebih berperan dibandingkan perempuan. Perempuan menjadi cenderung lemah, cenderung melankolis sedangkan laki-laki semakin terkesan amat maskulin. Tak ada keinginan perempuan untuk berontak serta menantang konstruk tersebut karena mereka merasa keadaan tidak berpihak pada mereka. Dalam fenomena tersebut jika peneliti analisis menggunakan teori gender milik Tong dalam bukunya yang berjudul feminis though maka dapat ditemukan bahwa dalam organisasi SEMA IAIN Jember terdapat ketimpangan gender. Menurut Tong suatu proses yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan manakala tidak seimbang maka hal tersebut dikatakan ketidak adilan sosial atau ketimpangan gender. Sebagaimana peneliti mengamati bahwa pada forum RAKER (rapat kerja) pengurus SEMA IAIN Jember periode 2015/2016 pada tanggal 20 Maret 2016 tersebut pengurus laki-lakilah yang menguasai forum saat itu. Bahkan dari tamu undangan pun yang dihadiri banyak kalangan laki-laki dan perempuan, tetap saja yang selalu bersuara dari kalangan laki-laki saja. Dari kalangan perempuan hanya lebih memilih diam dan mengikutu alur yang ada. Jika kita lihat menggunakan kacamata gender sesuatu yang membedakan
91
perbuatan laki-laki dan perempuan itu merupakan konstruk sosial yang dibentuk oleh masyarakat dan bukan bersifat kodrati, sesuatu yang bersifat kodrati itu hanya perbedaan laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis yang merupakan pemberian tuhan dan tidak bisa dirubah dengan apapun. Adapun konstruk sosial yang dibentuk oleh pengurus SEMA IAIN Jember periode 2015/2016 dapat peneliti temukan yaitu pengurus laki-laki dianggap lebih penting dibandingkan pengurus perempuan. Hal itu bisa dikatakan ketimpangan gender menurut Mansour Fakih jikala penilaian masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan tidak seimbang. Kemudian, jika kita amati kembali dari struktur yang ada pada kepengurusan SEMA IAIN Jember periode 2015/2016 bisa kita lihat menurut hitungan persentase matematika bahwasanya bagian kepengurusa dari laki-laki terbilang kurang lebih 70% dan perempuan 30%. Dalam struktur formal itu pula posisi laki-laki selalu mendominasi dibagian terpenting, sedangkan perempuan berada dibagian budgetting yaitu bagian yang mengatur anggaran dana yang akan dibagikan kepada UKM dan UKK karena perempuan dianggap telaten dalam mengatur keuangan dan urusan rumah tangga, lagi-lagi hal tersebut jika dikaitkan dengan teori gender milik Romanie Sihite mengarah pada persoalan domestik yaitu persoalan yang dianggap hanya melekat pada seorang perempuan berupa urusan dapur dan rumah tangga. Dari beberapa penyajian data dan analisis dapat peneliti temukan jarang sekali perempuan untuk bisa tampil menjadi pemimpin, karena mereka tersisihkan oleh dominasi laki-laki dengan male chauvinistic-nya. Dalam konteks pendidikan, Goldring
92
dan Chen (1994) mengatakan bahwa para perempuan di Inggris Raya dan di manapun kebanyakan perempuan hanya berperan dalam profesi mengajar, namun relatif sedikit dan jarang ada yang memiliki posisi-posisi penting pemegang otoritas dalam sejumlah sekolah. Pandangan tersebut yang kemudian mendarah daging pada setiap manusia dan terkonstruk pada setiap orang sehingga cara berekspresi seorang perempuan menjadi terikat dan tidak bebas. Akhirnya perempuan menjadi tidak bisa meiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam segala hal. Oleh sebab itu hingga saat ini perguruan tinggi IAIN Jember belum pernah memiliki sosok pemimpin perempuan di bagian Senat Mahasiswa. Dari hasil penelitian ini peneliti juga menemukan hal lain dimana seorang perempuan mayoritas pasrah dan menerima begitu saja tentang konstruk sosial yang selalu merendahkan wanita, bahkan secara tidak langsung mereka sendiri melanggengkan ketimpangan gender ketika mereka mau direndahkan tanpa melakukan pemberontakan sedikitpun. Fenomena tersebut jika peneliti analisis menggunakan teori gender milik Tong maka seorang perempuan dianggap melanggengkan ketimpangan gender manakala seorang perempuan tidak bisa berontak terhadap apa yang menimpanya. Banyak fenomena yang menunjukkan bahwa perempuan selalu diatur bukan mengatur, dan sebaliknya seorang laki-laki cenderung menguasai terhadap perempuan. Padahal jika kita mau telaah kembali seorang perempuan mampu berbuat sesuatu yang lebih dibanding laki-laki. Perempuan mampu tampil lebih sempurna daripada laki-laki seperti terpilihnya bupati Jember ibu Dr. H.
93
Faida, M, MR periode 2015/2020. Hal itu jika dianalisis menggunakan teori feminisme fenomena tersebut menunjukkan bahwa perempuan bisa setara dengan laki-laki bahkan lebih dari laki-laki karena allah memang menciptakan laki-laki dan perempuan dengan potensi dan kesempatan yang sama, hanya saja masyarakat yang sering meragukan perempuan. Jadi jika pengurus SEMA sebuah organisasi tertinggi dibagian dunia akademik saja melakukan ketimpangan gender, lalu bagaimana dengan negara ini? padahal kita semua tau bahwa keorganisasian kampus adalah miniatur dari negara ini. Proses didunia kampus akan sedikit banyak menggambarkan kehidupan dalam bermasyarakat selanjutnya. Sangat miris sekali ketika peneliti temukan dalam organisasi SEMA IAIN Jember terdapat ketimpangan gender berupa diskriminasi terhadapa perempuan. Menurut Mansour Fakih dalam teori gender mengatakan bahwa ketimpangan gender itu bisa menimpa laki-laki dan perempuan, namun sesuatu yang peneliti temukan disini yaitu ketimpangan gender terhadap perempuan.