BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Madrasah Al-Muhajirin yang berlokasi di Jl. Pramuka Km. 6 Rt. 31 No. 37 Gang Al-Muhajirin Kelurahan pemurus dalam Kecamatan Banjarmasin timur ini didirikan pada tahun 1994 dengan luas tanah 496 m2 dan luas bangunannya 400 m2 . Madrasah ini masih berstatus swasta namun terakreditasi B dengan nomor statistic 112 637 011 072. Terbentuknya pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin disebabkan desakkan dari masyarakat yang ingin menuntut ilmu agama, maka diadakan musyawarah antara tokok agama setempat dengan masyarakat sekitarnya. Pendidikan madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin dulunya dikenal dengan TK Al-Quran namun seiring pertumbuhan dan desakan orang tua murid untuk menjadikan madrasah yang pertama ada dikelurahan pemurus luar. Adapun tujuan didirikannya madrasah tidak lain untuk mengantisifasi perilaku-perilaku anak yang sudah banyak menyimpang dari ajaran Islam. Madrasah memakai nama Al-Muhajirin karena mengandung nilai filosofis yang sangat berhubungan erat dengan orang-orang yang ada disekitar madrasah. Sejak berdiri sampai sekarang Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin telah dipimpin oleh beberapa orang kepala sekolah, yaitu:
41
42
1) Drs. H. M. Zaini. HM 2) Drs. Kamal Naser 3) Dra. Siti Jamilah
2. Visi dan Misi Madrasah Al-Muhajirin Banjarmasin a) Visi dari Madrasah ini adalah generasi muslim yang Berimtaq dan IPTEK berlandaskan Akhlakul karimah. b) Misi dari madrasah ini adalah sebagai berikut: 1. Membekali peserta didik dengan Akidah dan tauhid agar memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat serta berakhlak mulis. 2. Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui penguasaan ilmu pengetahuan Agama, umum dan teknologi. 3. Meningkatkan disiplin kerja. 4. Meningkatkan ketata usahaan. 5. Meningkatkan bimbingan konseling. 6. Meningkatkan mutu pendidikan. 7. Menyiapkan guru-guru prestasi. c) Tujuan dari Madrasah ini adalah: 1. Menjadikan peserta didik bertaqwa, berbudi pekerti dan beramal shaleh. 2. Menjadikan peserta didik yang cerdas, terampil dan berbudaya serta memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
43
3. Memberi bekal kemampuan dasar untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi dan dokumenter yang menulis dapatkan kondisi bangunan Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin terdiri dari beberapa bagian yang bangunannya permanen dengan dinding ruangan terbuat dari semen dan lantainya keramik, yaitu kelas 1 A dan 1 B, ruang tata usaha, perpustakaan, ruang Kamad, wakamad. Sedangkan bangunan yang lainnya tidak permanen, karena dinding dan lantainya terbuat dari kayu ulin, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin No.
Jenis Ruangan
Jumlah Ruang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kelas Perpustakaan Kamad Wakamad, Guru Guru BP TU UKS WC Guru WC Murid Koperasi Lab. Komputer Mushalla
7 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
Baik 4 1 1 1 1 2 1 -
Kondisi Rusak ringan 3 1 1 1 1 1
Rusak Berat -
Sumber: Dokumen Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin.
Adapun mengenai keadaan tenaga pengajar yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin berjumlah 16 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
44
Tabel 4.2 Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin No. Nama Guru Pendidikan Terakhir Jabatan 1. Dra. Siti Jamilah S1 Kepala Sekolah 2. Dra. Kamal Naser S1 Guru Tetap 3. Hainur Rasyid, S.Pd.I S1 Guru tidak tetap 4. Asiah A. Ma DII Guru Tetap 5. Siti Jahrah PGAN Guru tidak tetap 6. Irma, S. Pd.I S1 Guru tidak tetap 7. Siti Zuraida SMF Guru tidak tetap 8. Karmila Yanti, S. Pd.I S1 Guru Tetap 9. Lutpillah A. MPd DII Guru tidak tetap 10. Hj. Sumiati S1 Guru tidak tetap 11. Rizani Nur Aidi S.Pd.I S1 Guru tidak tetap 12. Syaifullah, S. HI S1 Guru tidak tetap 13. Muhammad Ansyari SMK Guru tidak tetap 14. Kaspullah Susuri S1 Guru tidak tetap 15. Helda Mahmudah MAN Guru tidak Tetap 16. Susilawati, S. Pd.I S1 Guru tidak tetap Sumber: Dokumen Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin
Jumlah siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin tahun ajaran 2011/2012 keseluruhan berjumlah 179 orang siswa dengan perincian laki-laki berjumlah 87 orang dan perempuan berjumlah 92 orang. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan siswa pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin dapat dilihat pada tabel berikut.
45
Tabel 4.3 Keadaan Siswa Pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin Tahun ajaran 2011/2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelas 1A 1B II III IV V VI Jumlah
Siswa Laki-laki perempuan 10 14 12 11 12 14 5 21 16 5 13 14 19 13 87 92
Jumlah 24 23 26 26 21 27 32 179
Sumber: Dokumen Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin
Sedangkan tenaga Tata Usaha pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Keadaan Tentang Tata Usaha No. 1. 2.
Nama Siti Zuraida Helda Mahmudah
Jabatan Pegawai tidak tetap Pegawai tidak tetap
Pendidikan SMF MAN
Tugas TU TU
Sumber: Dokemen Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Banjarmasin
B. Penyajian dan Analisis Data Data yang akan disajikan pada bagian ini adalah data hasil penelitian di lapangan yaitu tentang efektivitas media LKS pada mata pelajaran matematika di MI Al-Muhajirin Banjarmasin yang dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumenter.
46
Mengenai penyajian data ini penulis kelompokkan sesuai dengan urutan perumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya agar mempermudah dalam penyajian dan penganalisaan. 1. Penggunaan
Lembar
Kerja
Siswa
(LKS)
dalam
pembelajaran
matematika meliputi: a. Kesesuaian Alokasi waktu dalam penggunaan LKS Untuk mengetahui cukup tidaknya waktu yang tersedia untuk pembelajaran matematika dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tentang Alokasi Waktu untuk Penyelesaian Setiap Pokok Bahasan dalam Pembelajaran Matematika No. 1. 2. 3.
Kategori Lebih Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi 4 23 0 27
Persentase(%) 15 85 0 100
Dari tabel di atas, diketahui bahwa siswa yang menyatakan alokasi waktu yang tersedia lebih sebanyak untuk penyelesaian setiap pokok bahasan pada pembelajaran matematika, sedangkan siswa yang menyatakan cukup sebanyak 23 orang (85%) termasuk kategori rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alokasi waktu yang tersedia untuk penyelesaian setiap pokok bahasan mata pelajaran matematika adalah cukup.
47
b. Metode pengajaran yang digunakan dalam pemanfaatan LKS Kemudian untuk mengetahui tentang jelas tidaknya penjelasan guru dalam menerangkan pelajaran matematika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tentang Penjelsan Guru dalam Menerangkan Pelajaran Matematika No. 1. 2. 3.
Kategori Jelas Kurang jelas Tidak Jelas Jumlah
Frekuensi 20 2 5 27
Persentase(%) 74 7 19 100
Pada tabel disajikan data tentang tanggapan siswa mengenai penjelasan guru dalam menerangkan pelajaran matematika. Terlihat bahwa siswa yang menyatakan jelas sebanyak 20 orang (74%) ini termasuk kategori tinggi, sedangkan siswa yang menyatakan kurang jelas sebanyak 2 orang (7%) dan yang menyatakan tidak jelas 5 orang (19%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan guru jelas dan menerangkan pelajaran matematika. Kemudian untuk mengetahui tentang metode yang digunakan guru matematika dalam mengajar dengan pemanfaatan menggunakan LKS matematika, dapat dilihat pada tabel berikut.
48
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tentang Tanggapan Siswa Mengenai Metode Guru dalam Mengajar dengan Memanfaatkan Penggunaan LKS No. 1. 2. 3.
Kategori Ceramah dan pemberian tugas Ceramah dan tanya jawab Keduanya Jumlah
Frekuensi 18 3 6
Persentase(%) 67 11 22
27
100
Pada tabel disajikan data tentang tanggapan siswa mengenai strategi guru matematika mengajar dengan memanfaatkan penggunaan LKS. Disana terlihat bahwa siswa yang menyatakan metode guru matematika dalam mengajar adalah ceramah dan pemberian tugas sebanyak 18 orang (67%), ini termasuk kategori tinggi, sedangkan siswa yang menyatakan ceramah dan tanya jawab sebanyak 2 orang (11%) ini termasuk kategori rendah sekali, dan yang menyatakan keduanya sebanyak 6 orang (22%), ini termasuk kategori rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan metode guru matematika mengajar dengan memanfaatkan penggunaan LKS adalah berupa metode ceramah dan pemberian tugas. Dari hasil wawancara dengan guru matematika diperoleh data bahwa guru matematika menggunakan lebih dari satu metode dalam mengajar, misalnya: metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas/resitasi dan metode latihan. c. Frekuensi penggunaan LKS Untuk mengetahui frekuensi penggunaan LKS matematika dapat dilihat pada tabel berikut.
49
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tentang Guru Matematika Memberikan Pekerjaan Rumah dengan Menggunakan LKS No. 1. 2. 3.
Kategori Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi 9 18 0 27
Persentase(%) 33 67 0 100
Pada tabel disajikan data tentang sering tidaknya guru matematika memberikan pekerjaan rumah dengan menggunakan LKS. Di sana terlihat bahwa siswa yang menyatakan sering sebanyak 18 orang (67%) ini termasuk kategori tinggi, adapun siswa yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 9 orang (33%) ini termasuk kategori rendah dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan guru matematika sering memberikan pekerjaan rumah dengan menggunakan LKS. Kemudian untuk mengetahui tentang selalu tidaknya guru matematika mengoreksi tugas yang telah diberikan kepada siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tentang Guru Matematika Mengoreksi Tugas yang Telah Diberikan No. 1. 2. 3.
Kategori Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi 27 0 0 27
Persentase(%) 100 0 0 100
Pada tabel disajikan data tentang selalu tidaknya guru matematika mengoreksi tugas tentang yang telah diberikan. Di sana terlihat bahwa siswa yang menyatakan
50
selalu sebanyak 27 orang (100%) ini kategori tinggi sekali. Dan tidak ada siswa yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa menyatakan guru matematika selalu mengoreksi tugas yang telah diberikan.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tentang Selalu Tidaknya Siswa Mengerjakan TugasTugas/PR dari Guru Matematika No. 1. 2. 3.
Kategori Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi 14 13 0 27
Persentase(%) 52 48 0 100
Pada tabel disajikan data tentang selalu tidaknya siswa mengerjakan tugastugas atau PR dari guru matematika. Di tabel tersebut terlihat bahwa siswa yang menyatakan selalu 14 orang (52%), ini termasuk kategori sedang, siswa yang menyatakan kadang-kadang saja sebanyak 13 orang (48%), ini juga termasuk kategori sedang, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa selalu mengajarkan tugas-tugas atau PR dari guru matematika. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas V, didapatkan data bahwa guru matematika tersebut memberikan tugas-tugas yang khusus dikerjakan di sekolah pada saat jam pelajaran matematika berlangsung dan kadang-kadang juga memberikan PR pada siswa.
51
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari hasil angket dan wawancara tentang minat siswa dapat diketahui, bahwa siswa yang senang mempelajari matematika sebanyak 22 orang (81%), ini termasuk kategori tinggi. Adapun siswa yang selalu memperhatikan saat belajar matematika berlangsung sebanyak 18 orang (67%), ini termasuk kategori tinggi. Siswa yang menyatakan kadang-kadang saja mengulangi kembali pelajaran matematika di rumah sebanyak 17 orang (63%), ini termasuk kategori tinggi. Adapun siswa yang menyatakan kadang-kadang saja mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dari guru matematika sebanyak 10 orang (37%), ini termasuk kategori sedang. Dengan demikian dapat penulis kemukakan bahwa, siswa MI Al-Muhajirin Banjarmasin, memiliki minat yang tinggi terhadap belajar matematika. Dengan minat belajar siswa yang tinggi dalam belajar matematika akan memberikan dorongan dalam dirinya untuk belajar matematika dan mempelajari LKS matematikaserta berusaha untuk bisa menjawab soal-soal yang terdapat dalam buku LKS. Sehingga siswa mendapatkan manfaat sekaligus kesulitan dalam mempelajari buku LKS. Selanjutnya untuk mengetahui tentang kesulitan siswa dalam mempelajari buku LKS matematika dapat dilihat pada tabel berikut:
52
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tentang Kesulitan Siswa dalam Mempelajari Buku LKS Matematika No. 1. 2. 3.
Kategori Sulit memahami isi LKS Sulit mengerjakan tugas-tugas Keduanya benar Jumlah
Frekuensi 8 11 8 27
Persentase(%) 30 40 30 100
Pada tabel disajikan data tentang kesulitan siswa dalam mempelajari LKS. Di tabel tersebut terlihat bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi buku LKS sebanyak 8 orang (30%), ini termasuk kategori rendah, siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas sebanyak 11 orang (40%), ini termasuk kategori sedang, sedangkan siswa yang sulit memahami isi buku dan sulit mengerjakan tugas-tugas pada buku LKS sebanyak 8 orang (30%) ini termasuk kategori rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa sulit memahami buku LKS dikarenakan sulitnya mengerjakan tugas-tugas pada buku LKS tersebut:
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tentang Manfaat LKS Terhadap Pemahaman Pelajaran Matematika Bagi Siswa No. 1. 2. 3.
Kategori Membantu pemahaman Cukup membantu pemahaman Tidak membantu pemahaman Jumlah
Frekuensi 22 5 0 27
Persentase(%) 81 19 0 100
53
Pada tabel disajikan data tentang manfaat LKS terhadap pemahaman pelajaran matematika bagi siswa. Di tabel tersebut terlihat bahwa siswa yang menyatakan membantu pemahaman sebanyak 22 orang (81%), ini termasuk kategori tinggi sekali. Siswa yang menyatakan cukup membantu sebanyak 5 orang (19%), ini termasuk kategori rendah, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak membantu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa lembar kerja siswa (LKS) membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika. d. Faktor Saran/Fasilitas Data yang dikumpulkan untuk mengetahui saran adalah memiliki tidaknya siswa buku LKS matematika, dan punya tidaknya siswa buku pegangan matematika. Untuk mengetahui tentang kepemilikan buku LKS matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Tentang Kepemilikan Buku LKS Siswa No. 1. 2. 3.
Kategori Ya, buku sendiri Ya, buku pinjaman Tidak punya Jumlah
Frekuensi 26 0 1 27
Presentase(%) 96 0 4 100
Pada tabel disajikan data tentang memiliki tidaknya siswa buku LKS. Di sana terlihat bahwa siswa yang memiliki buku LKS milik sendiri sebanyak 26 orang (96%) ini termasuk kategori tinggi sekali dan ada satu siswa yang menyatakan tidak punya buku LKS.
54
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki buku LKS sendiri. Selanjutnya untuk mengetahui tentang kepemilikan siswa buku pegangan matematika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Tentang Kepemilikan Siswa Buku Pegangan Matematika No. Kategori 1. Ya, milik sendiri 2. Ya, meminjam 3. Tidak punya Jumlah
Frekuensi 26 1 0 27
Presentase(%) 96 4 0 100
Pada tabel disajikan data tentang punya tidaknya siswa buku pegangan matematika. Di sana terlihat bahwa siswa yang memiliki buku pegangan sendiri sebanyak 26 orang (96%) ini termasuk kategori tinggi sekali, siswa yang menyatakan rendah sekali dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak punya buku pegangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki buku pegangan sendiri. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari hasil angket dan wawancara tentang faktor sarana diketahui bahwa, buku LKS matematika yang ada pada siswa merupakan bukusiswa sendiri. e. Faktor lingkungan. Lingkungan ini terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
55
1) Lingkungan Keluarga Data yang digali adalah sering tidaknya orang tua dalam memberikan motivasi untuk mempelajari matematika yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Tentang Sering Tidaknya Orang Tua Memberikan Motivasi dalam Mempelajari Matematika No. 1. 2. 3.
Kategori Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi 10 15 2 27
Persentase(%) 37 56 7 100
Pada tabel disajikan data tentang sering tidaknya orang tua memberikan motivasi untuk mempelajari matematika. Di sana terlihat bahwa siswa yang menyatakan keluarga mereka sering memberikan motivasi sebanyak 10 oarang (37%) ini termasuk kategori rendah. Siswa yang menyatakan kadang-kadang saja orang tua memberikan motivasi sebanyak 15 orang (56%) ini termasuk kategori sedang, dan siswa yang menyatakan tidak pernah orang tua mereka memberikan motivasi sebanyak 2 orang (7%) ini termasuk kategori rendah sekali. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa kadang-kadang saja orang tua mereka memberikan motivasi untuk belajar. 2) Lingkungan Sekolah Untuk mengetahui tentang menyenangkan tidaknya situasi dan kondisi tempat belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
56
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Tentang Situasi Dan Kondisi Tempat Belajar Siswa No. 1. 2. 3.
Kategori Menyenangkan Kurang menyenangkan Tidak menyenangkan Jumlah
Frekuensi 14 12 1 27
Persentase(%) 52 44 4 100
Pada tabel disajikan data tentang menyenangkan tidaknya situasi dan kondisi tempat belajar siswa. Di sana terlihat bahwa siswa yang menyatakan sebanyak 14 orang (52%) termasuk kategori sedang, siswa yang menyatakan kurang sebanyak 12 orang (44%) ini termasuk kategori sedang, dan siswa yang menyatakan tidak menyenangkan sebanyak 1 orang (4%) ini termasuk kategori rendah sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan menyenangi siswa dan kondisi tempat belajar. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari hasil angket dan wawancara tentang faktor lingkungan tempat siswa belajar, dapat diketahui bahwa kadangkadang saja orang tua siswa memberikan motivasi untuk belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari pernyataan 14 orang siswa (52%), ini termasuk kategori sedang. Dan 12 orang siswa (44%) yang menyatakan bahwa kondisi tempat mereka belajar kurang menyenangkan, ini termasuk kategori sedang. Dengan demikian dapat penulis kemukakan bahwa faktor lingkungan memiliki peran yang cukup dalam memberikan motivasi bagi siswa untuk belajar.