BAB III METODOLOGI EVALUASI A. Metode yang Digunakan Pada Model Evaluasi Countenance Stake Model Countenance adalah model evaluasi kurikulum pertama yang dikembangkan Stake (1960) .
Evaluasi Model Countenance Stake dilandasi
dengan metoda kualitatif, karena pada saat sekarang orang mengelompokkan ”Countenance Stake Model” pada kelompok kualitatif, (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]). Penerapan metoda kualitatif, sumber data diperoleh dari situasi yang wajar (natural setting), penilai mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja, memasuki lapangan berhubungan langsung dengan situasi dan responden yang dinilai, (Lyncoln & Guba,1985:41) . Dalam desain metoda deskriptif kualitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain metoda deskriptif kuantitatif, karena itu desain deskriptif kualitatif bisa disebut pula dengan kuasi kualitatif atau desain kualitatif semu, (Bungin 2008:68). Artinya desain ini belum benar-benar kualitatif karena masih dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya. Penelitian sosial yang menggunakan format deskripsi kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Format deskriptif kualitatif pada umumnya
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
120
dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus, format deskriptif kualitatif lebih
tepat
apabila
digunakan
untuk
meneliti
masalah-masalah
yang
membutuhkan studi mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu produk, permasalahan implementasi kebijakan publik di masyarakat dsb. Strategi-strategi kualitatif telah banyak diadopsi untuk tujuan-tujuan evaluasi, (Schumaker 1988:539). Prosedur evaluasi kurikulum juga mengikuti langkah-langkah penelitian dan sebagai hal yang berbeda adalah didalam tahap akhir penyusunan laporan yang diperuntukan bagi pengambil keputusan, Weiss (1975;13-26). Sebagai penelitian evaluatif, studi evaluasi ini akan berpijak pada hasil penelitian kualitatif dengan metoda deskriptif yang merupakan penelitian evaluasi. Strategi analisis data kualitatif-verifikatif merupakan sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses penelitian yang dilakukan, (Bungin 2008: 147). Format penelitian kualitatif verifikatif mengkontruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan, dengan mengesampingkan peran teori ( sebagaimana desain deskriptif kualitatif menggunakannya sebagai alat utama analisis), walaupun demikian , teori bukanlah sesuatu yang tidak penting. Format desain kualitatif verifikatif dapat ditemukan pada penelitian evaluatif, analisis isi (content Analysis), Teknik analisis domain (Domain Analysis), Framing Analysis. Penelitian evaluasi ini dikategorikan sebagai penelitian naturalistik yang menggambarkan suatu situasi tanpa manipulasi pembebanan minimum atau paksaan. Rancangan penelitian evaluasi ini dengan menggunakan metode studi kasus (case studies) dan deskriptif terpusat pada
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
121
penggambaran apa yang diamati dan menafsirkan terhadap pengamatan tersebut (Russel, 1986: 622) . Studi kasus bertujuan untuk : (1) menghasilkan deskripsi detail dari suatu fenomena; (2) mengembangkan penjelasan-penjelasan yang dapat diberikan dari studi kasus itu; dan (3) mengevaluasi fenomena-fenomena (Gall & Gall, 2003:439, Muliati 2008:22). Sedangkan Robert.E Stake mengemukakan, bahwa evaluasi sebagai suatu bentuk penelitian, studi kasus diartikan dengan perhatian dalam kasus perorangan bukan dengan metode inquari yang digunakan ( Gall &Gall. 2003:435). Beberapa referensi menunjukkan bahwa studi kasus merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Metoda deskriptif kualitatif dimaksudkan agar dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang relatif mendalam tentang makna dari fenomena yang ada di lapangan. Menurut Lincoln & Guba (1985:40), metoda deskriptif kualitatif lebih sensitif dan lebih dapat disesuaikan terhadap pengaruh timbal balik dan pola-pola nilai yang mungkin bisa diungkapkan dengan contoh-contoh yang cenderung mengarah pada tujuan penelitian. Evaluasi atau penilaian merupakan penelitian yang sistematis, dalam penilaian ini menggunakan metoda kualitatif yang tidak lepas dari penelitian naturalistik. Metoda deskriptif kualitatif sesungguhnya merupakan suatu istilah umum yang memayungi berbagai metode yang sangat beragam dengan menggunakan label yang beragam pula, (Alwasilah 2008:18), antara lain istilah kualitatif (menggambarkan sifat data), naturalistik (menggambarkan setting penelitian), Grounded research ( menggambarkan teori yang dikembangkan secara induktif berdasarkan interaksi data di lapangan) bagi peneliti kualitatif baik
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
122
teori yang ada (existing theory) maupun teori yang berbasis data (Grounded theory) sah dan bermanfaat , fenomenology (menggambarkan pemaknaan realitas), etnografi (menggambarkan cara kerja dilapangan), hermeunetic (menggambarkan cara mengambil interpretasi), versetehen ( menggambarkan cara menarik inferensi), iluminatif (menggambarkan cara menarik inferensi), participant observation (menggambarkan cara kerja peneliti melakukan observasi), inductive data analysis (menggambarkan proses analisis data). Metoda deskriptif kualitatif lebih sensitif dan dapat disesuaikan terhadap pengaruh timbal balik dan pola-pola nilai yang mungkin bisa diungkap dengan contoh-contoh yang cenderung mengarah pada tujuan penilaian, (Lincoln & Guba, 1985:40).
Penilaian
ini
mengacu
pada
penelitian
naturalistik
yang
menggambarkan suatu situasi tanpa manipulasi dan pembebanan minimum atau paksaan
(Russel, 1986:622). Rancangan penilaian ini pada studi kasus dan
deskriptif terpusat pada penggambaran apa yang diamati dan menafsirkan terhadap pengamatan tersebut. Hal ini melibatkan pengamatan, wawancara dan pengukuran tindakan tanpa paksaan lainnya. William & Ranch (1969), mendefinisikan penelitian naturalistik sebagai berikut : ”The investigation of fenomena within and in relation to their naturally occuring context” (penyelidikan fenomena dalam kaitannya dengan konsteks yang ada secara alamiah). Penilai adalah ”key instrument” atau alat penelitian utama (human instrument). Mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur, atau sering menggunakan buku catatan. Manusia sebagai instrumen dapat
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
123
memahami makna interaksi antara manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan dan perbuatan responden. Penelitian kualitatif naturalistik memilih sampel yang purposif (purposive sampling) atau sampel yang teoretis karena untuk meningkatkan ruang lingkup dan jangkauan (range) data yang disingkapkan serta kemungkinan aturan-aturan mengenai kenyataan ganda yang terungkap, (Nasution,1988:12). Sampel purposif dapat diikuti dengan suatu cara dimana akan menuntut kemampuan peneliti yang maksimal untuk merencanakan ”grounded theory” yang menggambarkan pembentukan, nilai kondisi lokal yang cukup bersama kemampuan yang mungkin bisa dialihkan (transferability). Stake (1967), menyatakan model Countenance sebagai model evaluasi kurikulum secara kualitatif. Evaluasi kualitatif menghendaki masalah evaluasi sebagai hasil observasi, partisipasi, dan interaksi dengan pelaksana kurikulum dan dilakukan pada waktu evaluator berada dilapangan atau sebelum turun ke lapangan. Prosedur umum adalah prosedur yang harus dilakukan evaluator terlepas dari pandangan filosofis dan teoritis yang digunakan. Ketika langkah tertentu berkenaan dengan langkah metodologis maka evaluator mengikuti langkah metodologis, Hasan (2008:155). Penentuan metodologi adalah konsekuensi logis dari tujuan evaluasi, jenis data dan sumber data yang diinginkan.
A.1. Langkah-langkah evaluasi berdasarkan Model Countenance Stake. Metodologi evaluasi kurikulum adalah suatu cara atau langkah-langkah dalam evaluasi kurikulum yang terdiri dari beberapa komponen. Metodologi
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
124
evaluasi
kurikulum terdiri dari lima komponen, ( Hunkins, 1980:298).
Metodologi Evaluasi Model Countenance Stake tidak memilih prosedur awal. A.1.1 Komponen pertama
metodologi
Evaluasi Model Countenance
Stake , memusatkan pada gejala atau fenomena curricular yang dievaluasi dan dengan cakupan keperluan aktivitas evaluasi, fenomena (menggambarkan pemaknaan realitas) dari KTSP, KTSP merupakan suatu fenomena bagi guru, karena KTSP merupakan suatu hal baru dalam kurikulum. Pengembangan KTSP dilakukan oleh Satuan Pendidikan dengan memperhatikan Standar Isi – Bahan Kajian (SK) – Kompetensi Dasar (KD) yang diberikan oleh BNSP dan semua ini tertulis dalam RPP yang dibuat oleh guru. Data yang diinginkan sudah ada dalam kenyataan kehidupan keseharian seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas, maka manipulasi tidak diperlukan dengan demikian akan menggunakan metoda deskriptif, karena evaluasi merupakan penelitian yang sistematis dan teratur tentang manfaat atau guna dari beberapa objek, (Farida 2000:2), sehingga evaluasi kurikulum merupakan penelitian yang sistematis dan teratur tentang manfaat atau guna suatu kurikulum, (Etty 2010). Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan oleh penilai sendiri dengan langkah-langkah persiapan, orientasi, wawancara, observasi, pengkodean dokumen RPP sesuai dengan kriteria evaluasi dan memasukan data kedalam matriks deskripsi menurut framework Stake (1960). Penilai dapat menilai tugas-tugas utama berkenaan dengan pengembangan isi kurikulum, atau seseorang hanya dapat mengevaluasi perilaku-perilaku guru atau siswa sebagai suatu konsekuensi yang mengalami kurikulum selama satu tahun.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
125
Pada point ini menciptakan perencanaan pengelolaan atau desain prosedural untuk proses evaluasi kurikulum. Dalam posisi ini, pertama membatasi pengaturan atau menentukan dimana seluruh proses evaluasi kurikulum terjadi (akan dilakukan dimana dan untuk siapa), (Hunkins 1980:298). Karena langkah yang pertama ini menentukan batasan-batasan dari sistim evaluasi kurikulum yang menyeluruh, yang merupakan macroanalytic (analisis yang cukup luas). Bagaimanapun, macroanalytic suatu istilah yang relatif, karena evaluasi kurikulum dapat menunjuk seluruh proses dari pengembangan kurikulum yang sistematis, atau berpusat pada satu langkah pengembangan kurikulum. Substages ( tahapan) evaluasi
ini memfokuskan pada : (a) merinci
sasaran hasil dari aktivitas evaluasi,(meliputi kriteria evaluasi dengan framework matriks Stake untuk mengorganisasi data yang diperoleh dari dokumen Silabus, RPP dan proses belajar di kelas)
dan
(b) mencatat batasan-batasan dan
kebijakan-kebijakan dimana evaluasi harus diselenggarakan (mengunjungi sekolah untuk mendapatkan responden yang bisa diteliti). Karena KTSP merupakan salah satu mata tataran dari program diklat yang diselenggarakan oleh PPPPTK IPA, baik dari segi sosialisasi kurikulum maupun pengembangannya, sehingga untuk mendapatkan respondennya berasal dari alumi diklat yang diselenggarakan di PPPPTK IPA. A.1.2.
Komponen
kedua
metodologi
evaluasi,
mengumpulkan
informasi. Hal ini melibatkan langkah-langkah berikut: Mengidentifikasi sumber informasi penting bagi pertimbangan dan mencatat status (keadaan) informasi yang ada, dalam evaluasi ini keruntutan
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
126
langkah-langkah dalam
perencanaan persiapan pembelajaran antecedent,
perencanaan persiapan transaction dan perencanaan persiapan outcomes ada pada dokumen RPP guru Fisika SMA sebagai responden yang berasal dari alumi diklat yang diselenggarakan di PPPPTK IPA. 1. Sebagai apa yang diharapkan (intended). 2. Mengidentifikasi tujuan untuk mengumpulkan informasi dari hasil testtest, wawancara-wawancara, pengamatan, dll. Dalam evaluasi ini dilakukan wawancara dan pengambilan dokumen RPP Guru dan membuat lembar pengamatan untuk data intended dan data observation, dalam bentuk matrik Antecedent, Transaction dan Outcomes. 3. Untuk mengumpulkan informasi diperlukan lokasi pengambilan data dan subjek penilaiannya.
Metoda deskripsi kualitatif digunakan dalam Model Countenance Stake, karena metoda deskripsi kualitatif merupakan suatu metoda yang meneliti / menilai suatu objek, sekelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa masa sekarang, Nazir (1983:63). Tujuan penilaian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungannya dengan fenomena yang dinilai. Menurut Whitney (1960 : 160), metoda deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, serta mempelajari pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Peneliti / penilai
mengadakan klasifikasi terhadap fenomena dengan menetapkan suatu standar atau kriteria tertentu. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik wawancara, questionare dan observasi.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
127
Untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam evaluasi ini, evaluator menggunakan beberapa teknik-teknik penilaian sebagai berikut:
A.1.2.1 Teknik-teknik Pengumpulan Informasi A.1.2.1.1 Interview (wawancara) : Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai serta memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian yang sudah dilaksanakan, menggunakan wawancara berstruktur dan digunakan sebagai angket yang diisi oleh para penilai. Adapun tahapan-tahapan wawancara meliputi: 1. Menentukan siapa yang diwawancarai (dalam ini kepala sekolah dan guru fisika SMA alumni diklat berjenjang di P4TK IPA) 2. Mempersiapkan instrumen untuk wawancara yang terarah ( ceklist instrumen administrasi pembelajaran guru fisika SMA). 3. Melakukan wawancara dan memelihara agar wawancara produktif 4. Menghentikan wawancara dan memperoleh rangkuman wawancara. Dengan demikian, menggali data guru dengan key informan khususnya kepala sekolah, sangatlah diperlukan guna memperoleh data yang valid. Data wawancara yang sudah dianalisis dianggap sebagai data yang akan dievaluasi. Model countenance tersebut bertujuan untuk menggambarkan kompleksitas suatu inovasi pendidikan atau mengubah dengan membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil yang teramati pada berbagai tingkat operasi, (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]). Kesesuaian antara hasil yang diharapkan dengan laporan pengamatan memberikan dasar penilaian keberhasilan atau
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
128
inovasi tersebut, sementara pada saat yang bersamaan dapat merekam hasil yang tidak diharapkan (Robert Stake, 1967). Prosedure penilaian berkaitan dengan teknik yang digunakan dalam pengumpulan informasi yang merupakan data dalam penilaian. Wawancara merupakan salah satu teknik dalam penilaian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur sebelum observasi dan sesudah observasi. Dalam wawancara tak berstruktur materi pertanyaan tidak dipersiapkan dalam daftar tertulis, tetapi dalam kelengkapan laporan penilaian ini seluruh pertanyaan dapat dibuat dalam table. Dalam melakukan penilaian yang menggunakan penelitian naturalistic observasi saja tidak memadai, mengamati kegiatan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati, itulah sebabnya observasi harus dilengkapi oleh wawancara. Dengan melakukan wawancara , penilai dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden, (Nasution,1988:69). Data awal dikumpulkan pada umumnya ialah data verbal yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab. Pada mulanya belum dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang spesifik karena belum dapat diramalkan keterangan apa yang diberikan oleh responden, belum diketahui dengan jelas kearah mana pembicaraan akan berkembang. Wawancara adalah metoda untuk mengkonfirmasi dari pengumpulan data dengan cara pengecekan data yang diperoleh melalui observasi. Wawancara juga sebagai trianggulasi dari observasi, dan dokumen yang telah dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan wawancara ialah untuk memperoleh informasi yang terinci dan mendalam mengenai pandangan responden, setiap kali penilai mengadakan wawancara, harus menjelaskan apa
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
129
tujuan
penilai berwawancara, keterangan apa yang diharapkan daripadanya.
Penjelasan itu mengarahkan jalan pikirannya, sehingga responden (guru) tahu apa yang akan disampaikannya. Wawancara dilaksanakan oleh penilai untuk memperoleh : 1. 2. 3. 4.
Data latar belakang pendidikan guru, Data pengalaman mengajar Data pandangan terhadap KTSP Data pengetahuan guru tentang pengembangan perangkat administrasi guru, silabus, RPP.
A.1.2.1.2 Dokumentasi : Dokumentasi adalah metoda pengumpulan data dengan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Menurut Moeleong, dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film. Dokumen ini terdiri dari dokumen resmi yang berisi tentang informasi administrasi pengembangan perangkat KTSP , Silabus , RPP yang akan dipergunakan sebagai Antecedent. A.1.2.1.3 Evaluator : Dalam evaluasi ini , evaluator merupakan alat atau instrumen penilai data utama, data dianalisis oleh evaluator untuk mendapatkan informasi yang diperlukan secara tepat. A.1.2.1.4 Informan : Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan latar belakang bidang garapan. Jadi, informan harus benarbenar mengetahui kondisi dan situasi di lapangan dalam memberikan informasi kepada evaluator secara sukarela. Dalam hal ini guru Fisika SMA di Bandung yang menduduki jabatan tertentu pada MGMP Fisika dan komponen-
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
130
komponen yang terlibat di sekolah, yakni kepala sekolah , kasi kurikulum sekolah sebagai penyimpan administrasi guru. A.1.2.1.5 Key Informan : Orang yang mengetahui situasi lapangan (sekolah) dengan baik dan yang membuat konsep serta untuk
menerapkan program diklat
yang telah
direncanakan, dalam hal ini pihak yang memiliki kompetensi dalam menjalankan program yang akan diimplementasikan . Key informan adalah orang yang paling berperan dalam lembaga PPPPTK IPA dalam hal ini adalah kepala PPPPTK IPA, yakni DR. Sedyono Abdulah, M.Si, sebagai pemberi surat ijin untuk melaksanakan evaluasi kepada alumni diklat dan kepala-kepala sekolah yang dikunjungi, Kasi Program Diklat, yakni Dewi Anggraeni S.Si. MT, Kasi Pelaksanaan Penataran dan team rekruimen guru yang akan ditatar, yaitu Drs. Komar, MM. A.1.2.1.6 Observasi (pengamatan) : Observasi adalah serangkaian pengamatan dan pencatatan dengan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi adalah suatu pengamatan secara sengaja untuk mendapatkan data serta menilai keadaan lingkungan dan untuk memperoleh kebenaran hasil evaluasi (penilaian). Dalam evaluasi ini, evaluator mengobservasi dan menilai proses belajar mengajar serta dokumen perangkat pengembangan KTSP yaitu administrasi guru yang dibuat oleh guru Fisika SMA, meliputi Silabus dan RPP.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
131
Observasi
dilakukan
dengan
menggunakan
Framework
model
evaluasi
Countenance Stake yang sudah direvisi selnya. Stake’s model for planning an evaluation study provides an organizationnal framework, that point out data to be considered and contrasts what is planned and what has occurred, (Allan C Ornstein, 1998:329). (Model Stake untuk perencanaan suatu studi evaluasi telah menyediakan suatu kerangka untuk mengorganisasi data yang menjadi pertimbangan dan contrasts dari apa yang telah direncanakan dan apa yang telah terjadi). Dengan observasi , penilai memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang deskripsi proses belajar mengajar, yang sukar diperoleh dengan metoda-metoda lain (Nasution, 1982:122). Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan di lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial , serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data deskripsi diperoleh berkat adanya penilai di lapangan dengan mengadakan pengamatan secara langsung, M.Q Patton (1985), Nasution, (1988:59) yang mempunyai manfaat bahwa (1) dengan berada dilapangan penilai lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi penilai dapat memperoleh pandangan holistik atau menyeluruh, (2) pengalaman lansung memungkinkan penilai menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya, pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery, (3) Penilai dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga penilai memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, (4) penilai di lapangan tidak hanya mengadakan pengamatan akan tetapi juga memeperoleh kesan-kesan pribadi, (5) penilai mempunyai kesempatan mengumpulkan data yang kaya, yang dapat dijadikan dasar untuk memperoleh data yang lebih banyak,
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
132
lebih terinci dan lebih cermat tentang deskripsi proses belajar mengajar fisika, dan deskripsi implementasi KTSP Fisika, serta deskripsi analisis kegiatan belajar fisika di SMA kelas X semester 1. Data deskripsi dimasukan kedalam matriks berdasarkan kriteria evaluasi yang sudah distandarkan oleh team akhli.
A.1.3. Komponen ketiga, aktivitas penilai memasukkan data deskripsi pada framework matrik model Countenance Stake, kemudian mengklasifikasi, mengorganisasi, merekam, dan dapat diulang kembali. Data dalam evaluasi ini dikumpulkan diklasifikasi dalam matriks deskripsi dan matriks pertimbangan sebagai standar acuan dengan framework model evaluasi Countenance Stake, meliputi data intended yang terdiri dari data antecedent, transaction dan outcomes, begitupun pada data observasi yang terdiri dari data antecedent, transaction dan outcomes. Begitu informasi dikumpulkan, kemudian diorganisasi dalam matriks yang telah disiapkan agar tertata menjadi interpretable (dapat dijelaskan artinya) kepada penilai-penilai dan pendengar (audien) yang diharapkan dan para pengambil-keputusan yang spesifik jika telah dianalisis. Dalam evaluasi ini untuk mengumpulkan informasi dari RPP guru Fisika SMA kelas X untuk semester 1 dianalisis secara induktif – analisis menggunakan Instrumen struktur belajar Fisika SMA kelas X semester 1 yang sudah divalidasi team akhli Fisika dari ITB dan guru Fisika Senior Bimbel SSC, (Lihat instrumen Evaluasi D.2.3).
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
133
A.1.4. Komponen keempat, adalah Processing Analisis Data Matriks pada framework matriks Model Countenance Stake. Perencana-perencana memilih dan menggunakan teknik-teknik analisa yang sesuai, teknik analisis yang spesifik tergantung pada fokus dan tahap formalitas evaluasi. Matrik deskripsi intended model Countenance Stake dapat juga mengamati / menganalisis hasil apa direncanakan / diinginkan secara logical countingency (kemungkinan yang terjadi secara logika) dan untuk sesuatu yang sudah terjadi atau sedang terjadi dalam hubungan dengan yang diharapkan pada implementasi KTSP secara empirical contingency (kemungkinan yang terjadi secara empirik) dasar bekerjanya sama dengan analisis logical contingency tetapi data yang dipergunakan adalah data empirik pada kelompok matriks deskripsi observasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai bahan kriteria evaluasi untuk data Intended Antecedent, Intended Transaction, dan Intended Outcomes dari model evaluasi Countenance Stake atau model ContingencyCongruence. Intended adalah yang diharapkan dan diklasifikasi dalam kolom kriteria
matriks data
evaluasi Model Countenance Stake, yang terdiri dari
Antecedent, Transaction dan Outcomes.
A.1.5. Komponen kelima, Membuat Laporan Hasil Analisis Matriks Data Sifat alami pelaporan itu menghubungkan karakteristik-karakteristik audien yang dijadwalkan untuk menerima laporan. Evaluasi informal terdiri atas menetapkan pendapat, menaksir dan mempertimbangkan berdasarkan persepsipersepsi umum. Evaluasi formal akan menjadi lebih ketat di dalam pengumpulan
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
134
dan pelaporan data. Perhatian diberikan pada tahap pengambilan keputusan yang berkenaan dengan penetapan kritera standar peneliti. Setelah mengidentifikasi setiap tahap
keputusan perlu dicatat; keruwetan-keruwetan apa yang terlihat
dan terjadi
pada seluruh proses evaluasi ditandai. Juga, perhatian diberikan
untuk mengidentifikasi kriteria-kriteria untuk menetapkan variabel-variabel pengukuran dan patokan untuk bekerja di dalam menentukan keputusankeputusan alternatif, alur-alur tindakan, dan menaksir hasil-hasil dari komponenkomponen kurikulum.
B. Waktu , Tempat dan Subjek Evaluasi. Evaluasi
merupakan serangkaian penelitian yang sistematis guna
memperoleh guna dan manfaat suatu objek (kurikulum), pada evaluasi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan model inquairy descriptive non experimen. Data hasil penelitian kualitatif , dianalisis dan dinilai dengan menggunakan format matriks data deskripsi dan matriks data pertimbangan model Countenance Stake. Karena evaluasi ini mencoba menilai paparan hasil suatu gejala individu guru maupun kelompok guru (kinerja alumni) pasca diklat berjenjang di P4TK IPA, yang mewakili propinsi Jawa Barat adalah kota Bandung. Pengambilan data di Bandung sejak tanggal 22 Juli 2011- 2 November 2011 pada guru Fisika SMA, termasuk pengambilan data di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Bandung. Sumber data penelitian responden berasal dari dokumen RPP dan observasi kelas pelaksanaan pembelajaran pada guru fisika SMA peserta pasca
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
diklat jenjang dasar yang dilaksanakan oleh
135
PPPPTK IPA pada bulan November tahun 2006 di Jawa Barat, dan penelitian dilakukan Juli – November 2011.
B.1. Subjek Evaluasi dan Pengambilan data Responden Tabel 3.1. Jadwal Pengambilan data Responden No. 1.
Tempat
Tgl
Responden
Data
Keterangan
SMAN 2
19 Juli 2011
Ti SMAN 2 Bandung
Wwncr, Dokumen, Instr Adm
21 Juli 2011
Wi SMAN 1 Bandung
26 Juli 2011
Ti SMAN2
28 Juli 2011
Wi SMAN 1 Bandung
2 Agust 2011
Ti SMAN 2 Bandung
Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm ,
Bandung
2.
SMAN 1 Bandung
3.
SMAN 2 Bandung
4.
SMAN1 BANDUNG
5.
SMAN 2 Bandung
6.
SMAN1
4 Agust 2011
Wi SMAN Bandung
1
9 Agust 2011
Ti SMAN Bandung
2
11
Wi SMAN Bandung
1
16Agust2011
Ti SMAN Bandung
2
18Agust2011
Wi SMAN Bandung
1
6 Sept2011
Ti
2
BANDUNG
7.
SMAN 2 Bandung
8.
SMAN1 BANDUNG
9.
SMAN 2
Agust2011
Bandung
10.
SMAN1 BANDUNG
11.
SMAN 2
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
SMAN
Wwncr, Dokumen, Instr Adm
Reel Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Reel Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Reel Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Reel Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach,
136
Bandung
12.
Bandung
SMAN1
6Sept2011
Wi SMAN Bandung
1
13 Sept2011
Ti
2
BANDUNG
13.
SMAN 2 Bandung
14.
SMAN1
15 Sept2011
Wi SMAN Bandung
1
20Sept2011
Ti
2
BANDUNG
15.
SMAN 2 Bandung
16.
SMAN1
22 Sept2011
SMAN 2
2
SMAN1
29 Sept2011
Wi SMAN Bandung
1
SMAN 2
4 Okt 2011
Ti SMAN Bandung
2
SMAN1
6 Okt 2011
Wi SMAN Bandung
1
11 Okt 2011
Ti SMAN Bandung
2
13 Okt 2011
Wi SMAN Bandung
1
18 Okt2011
Ti SMAN Bandung
2
20Okt 2011
Wi SMAN Bandung
1
BANDUNG
22.
SMAN 2 Bandung
23.
24.
SMAN 1 Bandung
SMAN 2 Bandung
25.
SMAN Bandung
1
Ti SMAN Bandung
Bandung
20.
SMAN
27Sept2011
BANDUNG
19.
Wi
Bandung
Bandung
18.
SMAN
Bandung
BANDUNG
17.
SMAN
Bandung
1
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP
Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls, Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Obs Kls, Wwncr, Dokumen, Instr Adm
Obs Kls, Wwncr, Dokumen, Instr Adm
Obs Kls, Wwncr, Dokumen, Instr Adm
Obs Kls, Wwncr, Dokumen, Instr Adm
Obs Kls, Wwncr, Dokumen, Instr Adm
Obs Kls, Wwncr, Dokumen, Instr Adm
Obs. Kelas Wwncr, Dokumen, Instr Adm Obs. Kelas Wwncr, Dokumen, Instr Adm
137
26.
SMAN 2
25 Okt 2011
Ti SMAN Bandung
2
27 Okt 2011
Wi SMAN Bandung
1
1 Nov 2011
Ti SMAN Bandung
2
Bandung
27.
SMAN
1
Bandung
28.
SMAN 2 Bandung
29.
SMAN Bandung
1
3 Nov 2011
Wi SMAN Bandung
1
30.
SMAN Bandung
2
8 Nov2011
Ti SMAN Bandung
2
31.
SMAN Bandung
1
10 Nov2011
Wi SMAN Bandung
1
Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP Antecendent Adm , Tranksaksi SBF Bes.Fis, Pengukuran , Vek, Grk Outcomes (skill) membuat Silabus dan RPP
Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm Real Teach, Obs Kls ,Wwncr, Dokumen, Instr Adm
C. Operasionalisasi Kriteria Evaluasi Dalam studi evaluatif tentang implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ditetapkan dalam PP.No.19 Tahun 2005 Pasal 1.15 sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan, sebagai suatu kebijakan yang harus dilaksanakan tiap satuan pendidikan. Evaluasi ini terdiri dari serangkaian penelitian kualitatif model inquiri non experimen dengan metoda deskriptif yang mempunyai kriteria-kriteria yang perlu ditentukan sebelum evaluasi dilakukan kedalam bentuk operasionalnya. Mengoperasionalkan kriteria-kriteria berarti menyatakannya atau mewujudkannya dalam bentuk-bentuk yang bisa diamati dan diukur serta direkayasa, diperiksa dan diuji (Tuckman: 1972:25). Setelah menetapkan kebutuhan definisi operasional, Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
138
kemudian digunakan metoda/model untuk mengidentifikasi kriteria-kriteria yang digunakan untuk penyusunan definisi operasional.
Definisi operasional dapat
disusun sehubungan dengan operasional yang harus diwujudkan, untuk menjadikan fenomena atau keadaan yang didefinisikan itu ada atau terjadi, karena metoda deskriptif adalah metoda penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sehingga metoda ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar. Penelitian kualitatif penekanannya pada deskriptif yang menyebabkan format deskriptif kualitatif lebih banyak menganalisis permukaan data dan memperhatikan proses-proses kejadian suatu fenomena bukan kedalaman data ataupun makna data. Walaupun demikian deskriptif-kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif. Definisi operasional dalam penelitian kualitatif biasanya didefinisikan sebagai indikasi fenomena, (Burhan Bungin, 2008:76). Berbagai fenomena kualitatif hendaknya dijelaskan dengan penjelasan kualitatif. Pada fenomena penelitian kualitatif menjelaskan sebuah indikasi fenomena banyak dibantu oleh pemahaman terhadap pemaknaan atas fenomena itu sendiri. Sering juga indikasi fenomena kualitatif dibantu oleh bagaimana cara mengukur indikator kuantitatif, terutama dalam penjelasan hasil-hasil penelitiannya. Penjelasan indikasi fenomena kualitatif terkadang bersifat subjektif dan oportunitis. Indikasi fenomena menurut Bungin (2008:76) : Keberhasilan implementasi kebijakan dapat dijelaskan dari kelembagaan lokal, dukungan hukum, penerimaan lembaga politik, serta penerimaan masyarakat terhadap implementasi kebijakan tersebut, bila dikaitkan dengan implementasi kurikulum. Keberhasilan implementasi kurikulum (KTSP) dapat dijelaskan dari satuan pendidikan, dukungan hukum, serta
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
139
penerimaan masyarakat terhadap implementasi kurikulum (KTSP) tersebut.
Penelitian yang menggunakan model inquiry non experimen secara sederhana menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka untuk mengelompokkan individu atau kelompok. Penelitian tersebut memperkirakan kondisi alamiah yang ada. Tujuan penelitian deskriptif terbatas pada pengelompokan sesuatu sebagaimana mestinya, (Schumaker, 1988:33). Metoda kualitatif deskriptif termasuk model inkuiri nonexperimen, menguraikan sesuatu yang terjadi atau menguji hubungan antara sesuatu tanpa manipulasi terhadap kondisi yang dialami. Penelitian dengan metoda deskriptif mengkaji tentang status keadaan sesuatu sesuai dengan kondisi terkini atau kondisi silam, dan hanya mendeskripsikan pencapaian, sikap, perilaku, karakteristik lain dari sekelompok subjek. Studi deskriptif mempertanyakan tentang apa (dalam bentuk sekarang atau yang telah lalu), melaporkan apa adanya, dan tidak melibatkan manipulasi variabel independen, tetapi terdapat satu variabel studi yang menjelaskan pencapaian sesuatu atau survei perilaku terhadap satu kebijakan yang secara aktif dimanipulasi oleh peneliti. Metoda deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, (Whitney 1960, Nazir 1988:63). Penelitian dengan metoda deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat (guru), serta tatacara masyarakat (guru) dalam situasi tertentu, hubungan kegiatan-kegiatan, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Metoda deskriptif adalah metoda penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sehingga metoda ini berkehendak mengadakan akumulasi
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
140
data dasar dan secara lebih umum sering disebut metoda survei. Metoda survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejalagejala yang ada untuk mencari keterangan secara faktual, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metoda survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah untuk mendapatkan pembenaran terhadap kegiatankegiatan yang sedang berlangsung. Dalam metoda survei dapat juga mengerjakan evaluasi terhadap hal-hal dalam menangani situasi atau masalah dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Metoda deskriptif tidak saja memberikan gambaran terhadap fenomena tetapi juga dapat menerangkan hubungan, menguji hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi dengan menggunakan schedule questionair ataupun interview guide serta kriteria evaluasi yang telah dibuat. Dalam
studi
evaluasi
ini
diharapkan
bahwa
framework
model
Countenance Stake (antecedent, transaction dan outcomes) dapat digunakan untuk menganalisis gambaran hasil implementasi KTSP Fisika SMA yang telah dilaksanakan oleh guru alumni program diklat berjenjang di PPPPTK-IPA.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
141
C.1. KRITERIA FRAMEWORK MODEL EVALUASI COUNTENANCE STAKE Rational descriptions matrix
Empirical Contingency
Observation
Logical Contingency
Intended
Gambar 3.1
judgement matrix Standard
Judgement
Antesedent n
Transaction
Outcome
Ringkasan model data matriks Countenance Stake
From R.E. Stake, Language, rationality, and assessment. In W.H. Beatty (Ed.), Improving educational assessment and an inventory of measures of affective behavior (Washington, D.C.: Association for Supervision and Curriculum Development, 1969), p. 20.
Keseluruhan matriks yang mendukung model Stake terdiri dari 12 kotak, dan ada sebuah kotak rasional, dimana setiap pengembang kurikulum/guru harus memiliki rasional untuk setiap intent (tujuan) yang dikembangkan. Enacting comprehensive curriculum evaluation is extremely complex, but one can be guided by the numerous evaluation models available. A useful one advanced by Stake (1967) suggests the development of a matrix (see Table 3.1, Hunkins,1980: 305). (Menetapkan evaluasi kurikulum yang menyeluruh (comprehensive) adalah sangat kompleks, tetapi hanya seseorang yang dapat menjadi pemandu pada banyak model evaluasi yang tersedia. Penggunaan ini dikenalkan oleh Stake (1967) dan menyarankan pengembangan suatu acuan/matriks ).
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
142
Dealing with these variables will be facilitated if the curriculum evaluator has identified four categories of information sources: (Berhadapan dengan variabel-variabel ini,
akan difalisilitasi (dimudahkan) jika penilai kurikulum
sudah mengenali empat (4) kategori sumber-sumber informasi), (Stake, 1967,Hunkins, 1980: 304) : 1. Intents: What goals various persons affected by the program evaluation have; (Tujuan yang diharapkan (intents): Apakah sasaran (goals) dari setiap orang dipengaruhi oleh yang punya program evaluasi ); 2. Observations: What perceptior are recorded related to events occur-ing; (Pengamatan-pengamatan: Apakah penerima (perceptior) merekam hubungan dengan kejadian-kejadian yang terjadi); 3. Standards: What curriculum evaluation experts and curriculum development experts consider as the optimal occurrence in a situation like the one under consideration. (Standar-standar: Apa ahli-ahli evaluasi kurikulum dan ahli-ahli pengembangan kurikulum mempertimbangkan sebagai kejadian yang optimal pada suatu situasi seperti dalam pembahasan.) 4. Judgments: What are the feelings of individuals affected by our program about the curriculum. (Stake, 1967). (Pertimbangan-pertimbangan: Apakah yang merupakan perasaan-perasaan individu yang dipengaruhi oleh program kita sekitar kurikulum. Model Countenance adalah model evaluasi kurikulum pertama yang dikembangkan
Stake
(1960)
[email protected]).
,
Pengertian
(Frances
Deepwell,
Countenance
2002
merupakan
:
suatu
”keseluruhan” , pengertian lain merupakan sesuatu kata bermakna ”yang disenangi”
(favorable),
Hasan
(2008:206),
sedangkan
pengertian
lain
Countenance merupakan ”expression of a face” atau ”tampilan” Oxford Dictionary (1991:93). Sehingga
Model Countenance Stake dapat diartikan
sebagai ”tampilan model Stake ”, yang terkenal dengan descriptive matrix dan judgment matrix sebagai instrumen untuk mengorganisasi data evaluasi, (Hunkins
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
143
1980:304)
sementara istilah Contingency - Congruence dipergunakan untuk
menganalisis data, (Beatty 1969:20),
dimana pada waktu itu pengaruh
metodologi kuantitatif masih dominan, tetapi oleh Stake dikatakan sebagai model kualitatif, (Stake, 1998 : edu.illinois.edu.circe.pub.countenance). Oleh karena itu, dalam tulisannya yang muncul kemudian model ini selalu dikaitkan dengan modelnya yang dinamakan ”responsive model” dengan warna kualitatif yang kental. Pada saat sekarang orang mengelompokkan ”Countenance Stake Model” pada kelompok kualitatif, (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]). Model-model evaluasi kurikulum yang menggunakan metoda kualitatif dapat dikatakan lebih muda dibandingkan dengan model evaluasi kurikulum yang menggunakan
metode
kuantitatif,
sejalan
dengan
masuknya
filosofi
fenomenologi dan pengembangan metode kualitatif dalam disiplin ilmu pendidikan, (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]). Beberapa ahli evaluasi kurikulum mengembangkan suatu konsep model evaluasi. Suatu model merupakan suatu abtraksi, yaitu suatu gambaran rencana global untuk hal tertentu (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]), sehingga konsep model evaluasi kurikulum merupakan gambaran rencana global untuk menilai suatu kurikulum (Etty 2010). Menurut Hasan
(2008:258), model evaluasi
kurikulum adalah cara pandang yang menyangkut ruang lingkup dan aspek yang dianggap penting sebagai fokus evaluasi kurikulum. Setiap model mempunyai sintaxs (langkah-langkah)
yang harus diikuti,
Robert E.Stake (1967),
mempublikasikan suatu Model Evaluasi Kurikulum yang dikenal dengan nama model Countenance Stake (tampilan model evaluasi Stake), yang sebelumnya
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
144
dikenal dengan Model Contingency- Congruence, (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]) The "countenance" model of evaluation seemed more appropriate because its suggested matrices for descriptive and judgmental data are able to support the study of an evolving programme across time, looking at the antecedents as well as the intended and unintended consequences of the programme. Robert Stake's "countenance model" (Stake, 1967) was originally formulated for curriculum studies in the late 1960s, Model Evaluasi “countenance” tampak lebih sesuai karena model tersebut menggambarkan matriks untuk data deskriptif dan data pertimbangan yang dapat mendukung kajian program yang terus berkembang sepanjang waktu, mengacu pada model sebelumnya serta konsekuensi yang diharapkan dan yang tidak diharapkan dari program tersebut. Model “countenance” Robert Stake (Stake, 1967) pada awalnya dirumuskan untuk studi kurikulum di akhir 1960-an). The countenance model aims to capture the complexity of an educational innovation or change by comparing intended and observed outcomes at varying levels of operation. The congruence between the intentional and the observational accounts provides the basis for judging the success or otherwise of the innovation, whilst at the same time allowing for the recording of unintended outcomes. A summary model of Stake's data matrix is shown in Figure 3.1 Model countenance tersebut bertujuan untuk menggambarkan kompleksitas suatu inovasi pendidikan atau mengubah dengan membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil yang teramati pada berbagai tingkat operasi. Kesesuaian antara hasil yang diharapkan dengan laporan pengamatan memberikan dasar penilaian keberhasilan atau inovasi tersebut, sementara pada saat yang bersamaan dapat merekam hasil yang tidak diharapkan. Ringkasan model data matriks Stake ditampilkan dalam Gambar 3.1. (Beatty 1969:20). Model Countenance Stake terdiri atas dua matriks, matriks deskripsi dan matriks pertimbangan. Matriks deskripsi terdiri atas 2 kategori matriks, yaitu matriks intented dan observation, dan matriks Pertimbangan terdiri atas matriks standard dan judgment. Pada setiap matriks terdapat tiga fokus penting yang didasarkan pada pemikiran (Stake, 1972:95), bahwa suatu evaluasi formal harus
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
145
memberikan perhatian terhadap keadaan sebelum suatu kegiatan kelas berlangsung (antecedent), ketika kegiatan kelas berlangsung (transaction) dan menghubungkannya dengan berbagai bentuk hasil yang diharapkan (outcomes), (Hasan 2008:208). An antecedent is any condition that exists prior to teaching and learning that may influence outcomes. Antecedent are such things as status or characteristics of sudent prior to their lesson : their aptitudes, previous achievement scores, psycological profile scores, grades, discipline, and attendance. Antecedents also include teacher characteristic such as years of experience, type of education, and teacher behavior ratings. Antecedent are “entry behavior”, sometimes described as”input” by other evaluators, (Allan C, 1998:329). Suatu antecedent ada pada setiap kondisi sebelum proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil. Antecedent juga merupakan suatu keadaan atau karakteristik siswa sebelum menerima pelajaran, kecerdasannya, sebelum pencapaian score, disiplin dan perhatiannya. Antecedent termasuk juga karakteristik guru seperti pengalaman mengajar, pendidikan dan kemampuan rata-rata guru. Antecedent juga merupakan “entry behavior”, yang kadang-kadang digambarkan sebagai “input” oleh beberapa evaluator. Stake notes that transaction are interaction the students have with certain curriculum materials and classroom environments, communication flow. Transactions comprise what is commonly called the”process” of teaching and intruction. In our approach to evaluation, we have been concerned with outcomes, also called “products” of program-particularly achievement, sometimes attidutes and motor skill , (Allan C, 1998:329). Catatan Stake, transaksi adalah interaksi siswa dengan materi kurikulum, lingkungan kelas dan komunikasi yang terjadi. Transaksi secara umum juga disebut sebagai “proses” dalam pembelajaran, dan juga outcomes disebut juga
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
146
sebagai “produk” dari program khusus seperti prestasi, sikap dan keterampilan motorik. Kategori pertama, dari matriks Deskripsi Intended adalah sesuatu yang direncanakan (intended) oleh pengembang kurikulum atau program. Dalam konteks KTSP, kurikulum tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan atau digunakan oleh satuan pendidikan. Sedangkan program adalah silabus dan Rencana Program Pengajaran (RPP) sebagai (intended) yang dikembangkan oleh guru (Hasan, 2008:208). Guru sebagai pengembang program merencanakan keadaan prasyarat (prequisite) yang diinginkan untuk suatu kegiatan kelas. Prasyarat berhubungan dengan kemampuan, pengalaman peserta didik yang biasa diistilahkan sebagai entry behaviors, (Hasan, 2008:209). Lebih lanjut, guru merencanakan apa yang dipeerkirakan akan terjadi pada waktu interaksi di kelas, dan kemampuan apa yang diharapkan untuk dimiliki peserta didik setelah proses interaksi berlangsung. Kategori kedua, matriks deskripsi observasi, berhubungan dengan apa yang sesungguhnya terjadi sebagai proses implementasi dari apa yang diinginkan pada kategori pertama, kategori observasi ini juga terdiri atas antecedents, transactions
dan
outcomes. Pada kategori
intended
merupakan
proses
pengumpulan data dari dokumen, sedangkan pada kategori observasi merupakan proses pengumpulan data empirik apa yang terjadi sesungguhnya, penilai memahami apa yang telah direncanakan dalam kategori rencana dan menentukan data
yang diperlukan,
dan mengembangkan prosedur dan alat
untuk
mengumpukan data yang diperlukan.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
147
C.2. Kriteria Pengembangan Isi Framework Model Evaluasi Countenance Stake Model Countenance Stake sangat cocok untuk evaluasi kurikulum dalam dimensi proses atau kegiatan dan hasil, (Hasan, 1988:109). Baik data yang dikelompokkan ke dalam intended (diharapkan), maupun observation (apa yang terjadi dan teramati) merupakan data yang dapat mengungkapkan tentang apa dan bagaimana kurikulum itu terlaksana. Metoda deskripsi digunakan dalam Model Countenance Stake, karena metoda deskripsi merupakan suatu metoda yang dapat menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungannya dengan fenomena yang dinilai, Nazir (1983:64). Sementara menurut Whitney (1960 : 160), metoda deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, serta mempelajari pengaruhpengaruh dari suatu fenomena. Peneliti / penilai mengadakan klasifikasi terhadap fenomena dengan menetapkan suatu standar atau kriteria tertentu, yang akan diinput pada framework matriks Stake. Dalam framework matriks Stake menggunakan coding dari kriteria yang ditentukan Stake (1968:529), dalam hal akan menyulitkan dalam mengambil data, mengorganisasi data, menganalisis data, untuk memudahkan pekerjaan dalam
mengambil data, mengorganisasi data,
menganalisis data, penilai akan menggunakan jumlah sel yang sama ada pada setiap matriks, sehingga penilai perlu merevisi framework model Countenance Stake, yang semula terdiri dari 12 kotak, dalam hal ini setiap kotak akan diisi dengan 400 sel, sehingga 12 kotak akan berisi 4800 sel.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
148
Revisi framework model Countenance Stake, dalam membuat kriteria evaluasi, mengambil data, mengorganisasi data dan menganalisis data dari Curriculum Content, Curriculum Material, Sequence Learning Ctructure, Curriculum Experiences Teaching Methods Presentation of Content, Increase in knowledge of physics, Increase in knowledge of and skill in physics methods, (Stake, 1967, Hunkins 1980 : 305), menggunakan Matrix Description dan Matrix Judgment Model Countenance Stake, Beatty ASCD (1969:20) yang dimodifikasi dengan input Task Analysis Gilbert (1962, Davies 1907:38), Tasks Analysis Gagne (1965:105), Topic Analysis (Glaser, 1963, Mehner 1965, Davies 1967:39) Sequence of Learning Structure Butler (1979:113), Characteristic Matrix Pattern Davies (1973:94), Matrix Analysis Butler (1979:122) dan Technique of Matrix Analysis (Thomas, Openshaw, Bird, Davies 1973:94), Binary Square Symetric Similarity
Matrix
for
the
Sort,
(William
M.K
Troachim
(2006):
http://www.socialresearchmethods.), seluruh informasi qualitatif dapat dengan mudah dikonversikan kedalam quantitatif pada bentuk isi setiap model matriks Stake sebagai model acuan dalam melakukan evaluasi ini. Karena dinilai sangat cocok dengan objek evaluasi, baik pada isi setiap matriks deskripsi baik intended maupun observasi, serta matriks judgment untuk matriks standard secara terbatas pada assosiasi dan diskriminasi yang disampaikan pada curriculum content, curriculum materials (dokumen RPP). Framework isi matriks model Stake (1967) seperti gambar 3.1, Matrix Description dan Matrix Judgment Model Countenance Stake, (Beatty ASCD ,1969:20), terdapat kotak Rasional yang berisi orientasi, pernyataan tentang arah
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
149
pemikiran tujuan program dan 12 kotak matrik, 6 kotak matrik deskripsi dan 6 kotak matrik pertimbangan. Data selanjutnya digolongkan dalam dua jenis matrik, matriks deskripsi dan pertimbangan, yang dimodifikasi dimana setiap matriks berisi 20 x 20 sel/kotak kecil = 400 sel (Butler 1979:121), dikarenakan kriteria struktur belajar fisika dalam penilaian ini telah divalidasi team akhli Fisika ITB (A.Rusli 2007) dan guru Fisika Bimbel SSC, adalah 20 proposisi sebagai aturanaturan dalam pembelajaran suatu materi bahasan, dari content curriculum. Matriks penilaian RPP Guru Fisika
Pada
Materi :
BESARAN FISIKA,
PENGUKURAN, VEKTOR DAN GERAK berdasarkan kriteria stuktur belajar, untuk matriks data deskriptif dan pertimbangan yang meliputi data antecedent, transaction dan outcome, terdiri dari 3 matriks intented, 3 matriks observasi , 3 matriks standar, 3 matriks hasil dan 3 matriks judgment kali 4 materi jadi digunakan 60 matriks untuk seorang guru x 400 sel sama dengan 24000 sel.
C.3. Kriteria Pola-Pola Matriks Karakteristik Dalam pola-pola matriks karakteristik, Davies (1973:95), yaitu suatu cara analisis matriks untuk menentukan hubungan yang signifikan antara seperangkat aturan yang dapat menggambarkan sifat hubungan dalam sebuah matriks. Untuk ini dalam 1 kotak matriks besar dibuat sebuah segi empat di atas suatu kertas grafik, kemudian ditentukan aturan-aturan tersebut di dalam satu seri yang ditaruh pada garis diagonal segi empat itu. Seri tersebut dimulai dari kiri atas dan berakhir di kanan bawah dari segi empat itu, yang merupakan matriks. Untuk dapat dengan
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
150
mudah dikenal maka garis diagonal tersebut dinamakan definisi konsep, Butler (1979:122). Antecedent, Transaction, dan Outcomes Responden
ASOSIASI
1 2 3 4 5 6 7 DISKRIMINASI
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gambar 3.2 Pola Matriks Analisis Struktur Belajar Setiap Materi From F.Coit Butler, Matrix Analysis, Instructional System Development for Vocational and Technical Training, 1979 :121, Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey, 07632,
Tiap aturan dibandingkan dengan aturan yang berikutnyanya, untuk menentukan apakah ada hubungan antara aturan-aturan tersebut. Aturan 1 dihubungkan dengan aturan 2, aturan 1 dengan aturan 3, aturan 1 dengan aturan 4 dan aturan 1 sampai dengan aturan 20 sebagai akhir perangkat aturan. Jika ternyata terdapat hubungan antara dua buah aturan, hubungan tersebut digambarkan dalam matriks diisi dengan angka 1, tetapi jika tidak terdapat
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
151
hubungan dikosongkan . Hubungan yang ada diantara 1 dan 2 disebut hubungan asosiasi maka dilakukan pengisian angka 1 pada satu kotak matriks diatas garis diagonal dan dibawah garis diagonal bila ada hubungan diskriminasi. Dalam menentukan apakah ada hubungan antara 2 aturan, penting disadari bahwa hubungan tersebut harus langsung. Hubungan yang tidak langsung (melalui aturan lain) tidak diperhatikan. Selanjutnya, bukan untuk merekam sebanyak mungkin hubungan, tetapi hanya hubungan yang relevan dalam kegiatan itu. Hubungan Asosiasi, hubungan ini ada jika dua aturan mempunyai persamaan dalam beberapa unsur atau identitas, Davies (1973:94) Contoh ; Aturan 1 : Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka dan satuan. Aturan 2 : Besaran Fisika, dilihat dari satuannya ada besaran pokok dan besaran turunan. Atruran 3 : Besaran Fisika, terdiri dari besaran skalar dan besaran pokok.
Ke tiga aturan ini mempunyai hubungan yang bersifat asosiasi karena dapat menyimpulkan suatu pemikiran konsep besaran. Jadi pada kotak matriks masingmasing diberi angka 1. Hubungan Diskriminasi, hubungan ini ada, jika aturan mengandung 2 buah hal yang menunjukkan kontras. Pada setiap hubungan diskriminai harus selalu ada hubungan asosiasi, tetapi ketidaksamaan itulah yang menjadi hal yang penting bagi belajar atau mengajar, Davies (1973:94). Contoh : Aturan 5
: Besaran pokok adalah besaran yang dapat diukur secara langsung dan dijadikan dasar besaran lainnya. Aturan 7 : Besaran turunan adalah besaran yang satuaannya diturunkan atau diperoleh dari satuan-satuan besaran pokok.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
152
Ke dua aturan ini mempunyai hubungan asosiasi, karena ke duanya mengenai besaran. Namun hal yang penting bagi pelajaran ialah kontrasnya atau diskriminasinya antara dua pernyataan tersebut, yaitu besaran pokok dan besaran turunan, jadi pada asosiasinya diberi tanda checklist dan juga pada diskriminasinya diberi tanda checklist.
C.4. Kriteria Struktur Belajar ( penjelasan pada bab 2) Data deskripsi pada matriks intended
diklasifikasi menjadi data
antecedent, transaction dan Outcomes begitupun untuk matriks observasi dalam bentuk struktur belajar. Struktur merupakan suatu organisasi yang khas (spesifik), struktur belajar yang merupakan organisasi dalam belajar. Setiap bahan ajar mempunyai struktur yang harus dipelajari dan merupakan hirarki dalam mempelajarinya. Hirarki ini terdapat dalam tiap mata pelajaran, atau dalam tiap topik setiap bidang studi dapat dijadikan dasar untuk memberikan pelajaran dengan cara yang sistematis dan efektif. Hirarki atau langkah tidak dapat untuk seluruh bidang studi atau disiplin ilmu akan tetapi bagi tiap topik secara tersendiri. Jadi dalam topik itu sendiri dapat diadakan analisis tentang prasyarat untuk memahaminya dan dengan demikian diperoleh urutan jenjang yang harus dilalui agar keseluruhan topik itu dipahami. Penelitian empiris menunjukkan bahwa keberhasilan belajar dapat ditingkatkan apabila bahan pelajaran yang harus diserap dapat dirangkumkan kedalam suatu struktur yang dapat dimengerti (Helmut Norker 1981:31).
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
153
Dalam urutan-urutan belajar melibatkan bentuk hirarki atau struktur belajar yang penting bagi pengajaran dan belajar. Hal ini disebabkan karena sifatsifat struktur belajar dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan taktik pengajaran secara optimal. Jika telah disadari pentingnya struktur belajar yang mendasari kegiatan belajar mengajar harus dilaksanakan, pengajaran dan belajar dapat disederhanakan dan disajikan sebagai perangkat pengetahuan yang terorganisasi. Namun harus diperhatikan bahwa struktur optimal suatu pengetahuan tidak absolut tetapi relatif (Davies, 1973:92). Di samping itu harus selalu dihubungkan dengan kebutuhan siswa serta dengan tujuan-tujuan yang harus dicapai. Davies telah menuliskan 5 buah kelompok struktur belajar dengan definisinya sebagai hal penting bagi guru, dimana setiap kegiatan memiliki suatu struktur atau organisasi yang unik (khas). 1. 2. 3. 4. 5.
Struktur tanda atau signal (signal structure). Struktur berantai (chain structure). Struktur diskriminasi ganda (multiple discriminates structure). Struktur konsep (concept structure). Struktur prinsip ( principles structure). Beberapa penulisan seperti Gilbert dan Menchner, (Davies 1973:92),
hanya mengenal 3 struktur : struktur berantai, struktur diskriminasi serta struktur konsep. Alasannya ialah bahwa tanda atau signal sebenarnya merupakan rantai yang sederhana, sedangkan prinsip adalah semacam konsep khusus. Gagne telah melakukan penelitian yang terbanyak tentang struktur belajar dan telah menulis sangat banyak tentang hal ini, dan ia telah mengemukakan 8 kondisi belajar. Namun demikian, tidak seluruhnya mempunyai bentuk struktur.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
154
Bentuk operasional (antecendent, transaction dan outcomes) terdiri dari seperangkat kriteria struktur belajar yang ditetapkan berdasarkan matriks deskripsi (description) dan matriks keputusan (judgement). Pada matriks deskripsi Intended : Kriteria Antecedent meliputi : Teacher Characteristic, Educational environment, Curriculum content, Curriculum material. Kriteria Transaction meliputi : curriculum experiences teaching methods presentation of content physics dengan materi besaran-besaran fisika, pengukuran, vektor dan gerak. Kriteria Outcomes meliputi : peningkatan
pengetahuan, keterampilan
pembelajaran meliputi cara pembuatan soal, dan
guru dalam metoda
commitment to the new
curriculum, semua ini ditulis dalam bentuk struktur belajar dalam matriks.
C.5. Kriteria Analisis Matriks Selanjutnya matriks deskripsi Intended: Antecedent, Transaction, Outcomes matriks vertical dibandingkan/dianalisis secara logical contingency –mendatar (horizontal) secara contingency-congruence sedangkan pada matriks observasi vertical : Antecedent, Transaction, Outcomes dianalisis secara empirical contingency dan pada bagian mendatar dianalisis secara contingency-congruence antara Matriks Intended dan Observasion pada bagian matriks deskripsi, begitupun untuk matriks keputusan yang terdiri dari matriks standard dan matriks judgement.
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
155
D. Instrumen Pengumpul Data D.1. Instrumen Wawancara Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tabel 3.2. DATA ADMINISTRASI IMPLEMENTASI KURIKULUM FISIKA 2006 / KTSP DATA ADMINISTRASI IMPLEMENTASI KURIKULUM FISIKA 2006 / KTSP Nama Guru Fisika : ……………………………………………………… Nama Sekolah : ……………………………………………………… Pengalaman Mengajar :..................................................................................... Faktor Kriteria Kondisi Tingkat Kesiapan Implementasi Kurikulum Kesiapan Nyata Siap Tidak A. Perencanaan 1. Dokumen Kurikulum 2006 Menguasai 2. Struktur Kurikulum SMA Kelas X/1 Menguasai 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Menguasai Dasar Fisika SMA kelas X/1 4. Silabus Fisika SMA Kls X/1 Membuat 5. Kalender Pendidikan Membuat 6. Program Tahunan Membuat 7. Program Semester Membuat 8. Analisis Program Semester Membuat 9. Agenda Harian Membuat 10. Penentuan Kriteria Ketuntasan Menguasai Minimal tiap KD dan Indikator 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Membuat 11. Daftar Hadir Siswa Membuat 12. Buku Sumber Menguasai 13. Perangkat penilaian Menguasai 14. Program Kegiatan Guru Membuat 15. Jadwal Mengajar Mengetahui 16. Pembagian Jumlah Jam Peljr Mengetahui B. Proses Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Model Pembelajaran 4. Pendekatan Pembelajaran 5. Strategi Pembelajaran 6. Metode Pembelajaran 7. Teknik Pembelajaran 8. Media Pembelajaran 9. Catatan 10. Lain-lain C. Evaluasi 1. Catatan Penilaian Proses 2. Catatan Portopolio 3. Tes Tertulis tersusun lengkap 4. Non Tes tersusun lengkap 5. Tes Tertulis dilaksanakan 6. Non Tes dilaksanakan Validitas Data / Verifikasi Data Kepala SMAN ……..
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
Menguasai Menguasai Menguasai Menguasai Menguasai Menguasai Menguasai Menguasai
Membuat Membuat Menguasai Menguasai Melaksanakan Melaksanakan
Guru yang bersangkutan
156
Nama
:……………….. :……………………
Nama
NIP.
NIP.
D.2.1. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar ASOSIASI 1 2 3 4 5 6 7 8
DISKRIMINASI
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gambar 3.3. Pola Matriks Analisis Struktur Belajar From F.Coit Butler, Matrix Analysis, Instructional System Development for Vocational and Technical Training, 1979 :121, Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey, 07632,
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
157
D.2.2. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : BesaranBesaran Fisika Antecedent, Transaction, dan Outcomes Responden
ASOSIASI
1 2 3 4 5 6 DISKRIMINASI
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gambar 3.4. Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Besaran-Besaran Fisika
From F.Coit Butler, Matrix Analysis, Instructional System Development for Vocational and Technical Training, 1979 :121, Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey, 07632,
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
158
D.2.3. Instrumen Analisis Struktur Belajar Materi : Pengukuran pada Fisika Antecedent, Transaction, dan Outcomes Responden
ASOSIASI 1 2 3 4 5 6 7 8 DISKRIMINASI
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gambar 3.5. Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Pengukuran pd Fisika From F.Coit Butler, Matrix Analysis, Instructional System Development for Vocational and Technical Training, 1979 :121, Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey, 07632,
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
159
D.2.4. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Vektor pada Fisika
Antecedent, Transaction, dan Outcomes Responden
ASOSIASI 1 2 3 4 5 6 7 DISKRIMINASI
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gambar 3.6. Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Vektor pada Fisika
From F.Coit Butler, Matrix Analysis, Instructional System Development for Vocational and Technical Training, 1979 :121, Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey, 07632,
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
160
D.2.5. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Gerak pada Fisika
Antecedent, Transaction, dan Outcomes Responden
ASOSIASI 1 2 3 4 5 6 DISKRIMINASI
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gambar 3.7. Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Gerak Pada Fisika
From F.Coit Butler, Matrix Analysis, Instructional System Development for Vocational and Technical Training, 1979 :121, Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey, 07632,
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
161
D.2.6. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Besaran-Besaran Fisika) ANALISIS STRUKTUR BELAJAR (TASK ANALISIS) BESARAN DAN SATUAN (BESARAN-BESARAN FISIKA) MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
FISIKA X/I 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya 1.1. Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) 1.2. Melakukan penjumlahan vektor TOPIK : Besaran-besaran Fisika KONSEP I Besaran Fisika. 1. Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka dan satruan 2. Besaran Fisika, dilihat dari satuannya ada besaran pokok dan besaran turunan. 3. Besaran Fisika, terdiri dari besaran skalar dan besaran vektor. KONSEP II Besaran Pokok 4. Besaran pokok adalah besaran yang dipilih dan yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan terpakai serta diakui Sistem Satuan Internasional. 5. Besaran pokok adalah besaran yang dapat diukur secara langsung dan dijadikan dasar besaran lainnya. 6. Tujuh besaran pokok fisika yaitu : panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus listrik, intensitas cahaya, dan jumlah zat. KONSEP III Besaran Turunan 7. Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan atau diperoleh dari satuan-satuan besaran pokok. 8. Contoh besaran turunan adalah kecepatan diperoleh dari hasil bagi antara besaran panjang dan waktu, luas diperoleh dari hasil kali antara panjang dan lebar, .... KONSEP IV Besaran Skalar 9. Sejumlah besaran fisika hanya memerlukan bilangan tunggal dan satuannya. 10. Besaran skalar adalah bilangan yang diharuskan mentaati aturan-aturan aritmatika biasa.. 11. Contoh besaran skalar : massa, waktu, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah zat. KONSEP V Besaran Vektor 12. Besaran vektor memiliki arah dan besar dan harus menurut aturan penjumlahan vektor. 13. Contoh besaran vektor : kecepatan, percepatan, gaya dari kedudukan atau posisi KONSEP VI Satuan 14. Satuan adalah sesuatu ukuran yang dibakukan untuk yang digunakan sebagai pembanding pada saat melakukan pengukuran . 15. Sistem satuan internasional (SI) untuk 7 besaran pokok : panjang (meter), massa (kilogram), waktu (detik), suhu (K), arus listrik (ampere),Kecerahan cahaya (candela), jumlah zat (mol). KONSEP VII Konversi Sistem Satuan 16. Konversi satuan adalah pengubahan suatu satuan ke dalam sistem satuan lain. KONSEP VIII Dimensi 17. Dimensi suatu besaran menggambarkan bagaimana besaran tersebut tersusun atas kombinasi besaran-besaran pokok. 18. Dimensi besaran pokok dilambangkan dengan awal kata bahasa Inggris, seperti massa (M), panjang (L), waktu (T), suhu (K), Kuat arus listrik (I), Kecerahan cahaya (cd), mol (N). KONSEP IX Notasi Ilmiah 19. Notasi ilmiah adalah penulisan bilangan yang menggunakan awalan dalam Satuan Internasional. 20. Contoh notasi ilmiah : 10.000.000 Watt dapat ditulis 10 6 Watt atau 10 MW (Mega Watt). Verifikasi dan Validasi Instrumen Materi Fisika Tim Penyusun Instrumen Materi Fisika Bandung, .......................................,2007 (Aloysius Rusli, Ph.D) Dra. Etty Jaskarti, M.Pd DosenFisikaITBdanPascaSarjanaUPI Peneliti Utama
Bab 2. Model Evaluasi Countenance Stake
: : : :
162
D.2.7. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Pengukuran) ANALISIS STRUKTUR BELAJAR (TASK ANALISIS) BESARAN DAN SATUAN (PENGUKURAN) MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TOPIK
: : : :
FISIKA X/I 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya 1.1. Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) 1.2. Melakukan penjumlahan vektor : Pengukuran
KONSEP I
Pengukuran
KONSEP II
Alat Ukur
KONSEP III
Jenis Alat Ukur
KONSEP IV
Kesalahan Pengukuran
KONSEP V
Akurasi, Presisi
KONSEP VII
Angka Penting
KONSEP VIII
Penulisan Hasil Pengukuran 18. Penulisan angka penting mengikuti aturan pembulatan dan penulisan bilangan bentuk baku 19. Penulisan analisis kesalahan mengikuti operasi matematik dalam bentuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan eksponensial. Representasi Grafik 20. Grafik digunakan untuk menunjukkan ketergantungan suatu besaran terhadap besaran lain secara visual.
KONSEP IX
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. 16. 17.
Pengukuran suatu besaran adalah perbandingan besar relatif terhadap suatu ukuran standar satuan tertentu. Pengukuran dapat menggunakan satuan baku dan satuan tak baku. Hasil pengukuran bergantung pada satuan yang dipakai dan berbentuk bilangan. Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengetahui bilangan suatu besaran. Alat ukur yang sesuai dengan SI, dibuat dengan dasar satuan standar (satuan panjang, massa dan waktu) Alat ukur panjang adalah meteran, penggaris, jangka sorong dan mikrometer sekrup Alat ukur massa adalah berbagai bentuk neraca. Alat ukur waktu adalah arloji, stopwatch. Besaran fisika tidak dapat diukur secara 100% pasti dengan setiap alat ukur. Hasil pengukuran selalu mempunyai derajat ketidakpastian. Kesalahan sistematik terjadi dikarenakan kesalahan alat ukur yang digunakan, seperti kaliberasi Kesalahan sistematik adalah selisih antara rata-rata pengukuran sebanding dengan bilangan sebenarnya. Ketidakpastian pengukuran tunggal adalah ketakpastian pengukuran . Ketidakpastian pengukuran berulang adalah pengukuran-pengukuran dari hasil rata-rata simpangan baku Akurasi (ketepatan) dan presisi (ketelitian) digunakan untuk maksud yang sama pada pengukuran. Tingkat ketakpastian dan taraf ketelitian yang dapat dinyatakan dengan kesalahan mutlak, kesalahan relatif.. Angka penting adalah angka-angka hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran.
Verifikasi dan Validasi Instrumen Materi Fisika Bandung, .......................................,2007
Tim Penyusun Instrumen Materi Fisika
(Aloysius Rusli, Ph.D) Dosen Fisika ITB dan Pasca Sarjana UPI
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
Dra. Etty Jaskarti, M.Pd Peneliti Utama
163
D.2.8. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria analisis Struktur Belajar (Vektor) ANALISIS STRUKTUR BELAJAR (TASK ANALISIS) BESARAN DAN SATUAN (VEKTOR) MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TOPIK KONSEP I
Hakekat Vektor
KONSEP II
Notasi Vektor
KONSEP III
: : : :
FISIKA X/I 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya 1.1. Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) 1.2. Melakukan penjumlahan vektor : Vektor
Penjumlahan Vektor
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Besaran fisika terdiri dari besaran skalar dan besaran vektor. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki besar (nilai) dan arah. Yang termasuk besaran vektor adalah kecepatan, percepatan, gaya, momentum sudut, ... . Cara menulis notasi vektor yaitu dengan anak panah di atas nama vektor atau nama vektor dengan huruf yang ditebalkan. Vektor negatif adalah lawan vektor positif dari titik acuan yang telah ditetapkan. notasi vektor satuan ditulis dalam huruf kecil dengan di atasnya diberi simbol ”^”.
7.
Besar vektor disebut juga norma, modulus, atau magnitude ditulis
8. 9.
Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode geometri terdiri dari metode poligon dan jajaran genjang. Metode poligon digunakan untuk menjumlahkan dua vektor atau lebih yaitu dengan cara menghubungkan titik pangkal vekor pertama ke ujung vektor kedua yang sebelumnya ujung vektor pertama dihubungkan terlebih dahulu dengan pangkal vektor pertama.
rr
.
c=a+b a b 10. Metode jajaran genjang digunakan untuk menggambarkan vektor resultan dari vektor a dan b pada satu titik tangkap dengan bantuan garis pertolongan hingga berbentuk jajaran genjang.
a c=a+b b 11. Metode analitis digunakan untuk menjumlah dua vektor atau lebih dengan menguraikan vektor-vektor tersebut ke arah sumbu x dan sumbu y. Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
164
Y v vsinα vcosα
X
12. Dalam metode analitis resultan seluruh vektor dihitung dengan persamaan umum penjumlahan vektor.
Y
v2
v2sinα v1sinα
v2cosα
v1
v1cosα
X
v x v1 cos v2 cos v y v1 sin v2 sin
v
v
x
2
v
2 y
13. Contoh menjumlahkan vektor berdasarkan komponen vektor satuan.
a a x iˆ a y ˆj a z kˆ b bx iˆ b y ˆj bz kˆ c c x iˆ c y ˆj c z kˆ
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
165
S a b c (a x b y c z )iˆ (a x b y c z ) ˆj (a x b y c z ) zˆ S S x iˆ S y ˆj S z kˆ KONSEP IV
Perkalian Vektor
14. Perkalian vektor terdiri dari dua macam yaitu perkalian titik (Dot Product) dan perkalian silang (Cross Product). 15. Perkalian titik (noktah) dua vektor diperoleh besaran skalar. 16. Contoh
perkalian
titik
(noktah)
a a x iˆ a y ˆj a z kˆ
dan
b bx iˆ by ˆj bz kˆ
a.b s a x bx a y by a z bz ab cos dengan adalah sudut apit kedua vektor.
17. Perkalian silang dua vektor diperoleh besaran vektor.
diperoleh
skalar
18. Contoh perkalian silang dua vektor a a x iˆ a y ˆj a z kˆ dan b bx iˆ by ˆj bz kˆ diperoleh vektor lain v .
a b v (a y bz a z by )iˆ (a z bx a x bz ) ˆj (a x by a y bx )kˆ
19. Dalam perkalian vektor digunakan aturan perkalian silang.
ˆi ˆi 0 ˆj ˆj 0
ˆi ˆj kˆ ˆj kˆ ˆi
ˆj ˆi -kˆ kˆ ˆj -ˆi
kˆ kˆ 0
kˆ ˆi ˆj
ˆi kˆ -ˆj
20. Besar vektor perkalian silang adalah besaran skalar dihitung dengan menggunakan persamaan
a b v ab sin
Verifikasi dan Validasi Instrumen Materi Fisika Bandung, .......................................,2007
Tim Penyusun Instrumen Materi Fisika
(Aloysius Rusli, Ph.D) Dosen Fisika ITB dan Pasca Sarjana UPI
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
Dra. Etty Jaskarti, M.Pd Peneliti Utama
166
D.2.9. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Gerak) ANALISIS STRUKTUR BELAJAR (TASK ANALISIS) GERAK DENGAN KECEPATAN DAN PERCEPATAN KONSTAN MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER STANDARKOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
TOPIK
: : : :
FISIKA X/I 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik 2.1 Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan 2.2 Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan 2.3 Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan : Gerak
KONSEP I
Hakekat gerak :
KONSEP II
Jarak dan Perpindahan
1. Benda bergerak jika posisinya berubah terhadap titik acuan tertentu. 2. Jenis gerak benda ditentukan oleh bentuk lintasannya (lurus, melingkar dan parabola) 3. Jarak adalah panjang lintasan sebenarnya yang ditempuh oleh benda dari titik acuan awal ke titik akhir 4. Jarak merupakan besaran skalar sedangkan perpindahan merupakan besaran vektor. 5. Perpindahan adalah perubahan posisi benda pada waktu tertentu.
KONSEP III
Kelajuan dan Kecepatan
6.
Kelajuan adalah jarak yang ditempuh benda tiap satuan waktu.
x v t 7.
Kecepatan adalah perpindahan benda tiap satuan waktu.
8.
Kelajuan rata-rata adalah jarak tempuh suatu benda tiap selang waktu tertentu.
x1 x 0 v t1 t 0
x v t 9.
KONSEP IV
Percepatan dan Perla juan
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
Kecepatan rata-rata adalah perpindahan benda tiap selang waktu tertentu.
x x1 x0 v t t1 t 0
10. Percepatan adalah besaran vektor yang menyatakan perubahan kecepatan tiap satuan waktu. 11. Perlajuan adalah besaran skalar yang menyatakan perubahan kelajuan tiap satuan waktu.
167
KONSEP V
Gerak Lurus Beratur an (GLB)
12. Gerak lurus beraturan adalah gerak benda dalam lintasan lurus dengan kecepatan tetap. 13. Jarak yang ditempuh benda berGLB ditentukan dengan menghitung luas persegi panjang pada grafik v(t). 14. Kecepatan benda yang berGLB ditentukan dengan menghitung tangen sudut pada grafik s(t).
KONSEP VI
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
15. Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dengan lintasan lurus dan percepatannya tetap. 16. Kecepatan benda pada waktu tertentu dapat ditentukan dengan menghitung luas persegipanjang pada grafik a(t). 17. Percepatan benda pada selang waktu tertentu dapat ditentukan dengan menghitung tangen sudut pada grafik v(t)
KONSEP VII
Gerak Vertikal
18. Gerak vertikal merupakan contoh kasus gerak lurus berubah beraturan. 18. Gerak vertikal terdiri dari gerak vertikal ke bawah, gerak vertikal ke atas, dan gerak jatuh bebas.
KONSEP VIII
Gerak Parabola
20. Gerak parabola merupakan perpaduan antara gerak lurus beraturan dengan gerak lurus berubah beraturan.
Verifikasi dan Validasi Instrumen Materi Fisika Bandung, .......................................,2007
Tim Penyusun Instrumen Materi Fisika
(Aloysius Rusli, Ph.D) Dosen Fisika ITB
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
Dra. Etty Jaskarti, M.Pd Peneliti Utama
168
D.2.10. Instrumen Matriks Antecedent Standar Besaran-besaran pada Fisika ANTECENDENT-STANDAR Materi : Besaran-Besaran Fisika ASOSIASI 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 DISKRIMINASI
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1 1
1 1
1
1
1 1
1 1 1
1
1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
19 17 12 14 10 11 12 9 7 3 8 5 5 6 5 2 3 2 1 0 151
1 1 1
1 1 1 1 1
1
1 1
1 Total
Gambar 3.8. Matriks Antecedent Standar Besaran-besaran pada Fisika
D.2.11 Instrumen Matriks Antecedent Standar Pengukuran pada Fisika
ANTECENDENT-STANDARD Materi : Pengukuran
DISKRIMINASI
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1 1 1
19 14 17 12 11 10 10 10 7 10 5 4 3 3 1 1 2 1 1 1
Total
Gambar 3.9. Matriks Antecedent Standar Pengukuran pada Fisika
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
169
D.2.12 Instrumen Matriks Antecedent Standar Vektor pada Fisika STANDAR ANTECEDENT Materi : Vektor 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1
1 1
DISKRIMINASI
1
1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1 1
1
1
1
1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 Total
19 18 17 15 14 2 13 6 5 5 5 5 5 6 3 1 5 4 2 2
Gambar 3.10. Matriks Antecedent Standar Vektor pada Fisika
D.2.13 Instrumen Matriks Antecedent Standar Gerak pada Fisika
ANTECENDENT-STANDARD Materi : Gerak 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 DISKRIMINASI
1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 1
1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1 1
1
1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 Total
1 1 1 1 1 1 1 1
19 18 17 15 12 4 13 4 10 12 6 8 5 4 6 4 4 3 3 3
Gambar 3.11. Matriks Antecedent Standar Gerak pada Fisika
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
170
D.2.14 Instrumen Matriks Transaction Standar Besaran-besaran pada Fisika
STANDAR-TRANSACTION Materi : Besaran-Besaran Fisika ASOSIASI 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 DISKRIMINASI
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1
1
1 1
1 1 1 1 1
1
1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1
19 17 12 14 10 11 12 9 7 3 8 5 4 6 5 2 3 2 1 0
Total
Gambar 3.12. Matriks Transaction Standar Besaran-besaran Fisika D.2.15 Instrumen Matriks Transaction Standar Pengukuran pada Fisika
STANDAR-TRANSACTION Materi : Pengukuran
DISKRIMINASI
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1
1
1 1
1 1 1
1
19 15 17 12 12 13 12 12 10 10 7 6 5 4 2 1 4 2 1 1
Total
Gambar 3.13. Matriks Transaction Standar Pengukuran pada Fisika
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
171
D.2.16 Instrumen Matriks Transaction Standar Vektor pada Fisika
STANDAR-TRANSACTION Materi : Vektor 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1
1 1
DISKRIMINASI
1
1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1 1
1
1
1
1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 Total
19 18 17 15 14 2 13 6 5 5 5 5 5 6 3 1 5 4 2 2
Gambar 3.14. Matriks Transaction Standar Vektor pada Fisika
D.2.17 Instrumen Matriks Transaction Standar Gerak pada Fisika
STANDARD-TRANSACTION Materi : Gerak 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 DISKRIMINASI
1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1 1
1 1 1
1
1
1
1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1 1 1 1
1 1 1 Total
1 1 1 1 1 1 1
19 18 17 15 12 4 13 4 11 12 4 8 5 4 6 3 4 3 3 3
Gambar 3.15. Matriks Transaction Standar Gerak pada Fisika
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
172
D.2.18 Instrumen Matriks Outcomes Standar Besaran-besaran pada Fisika
OUTCOMES-STANDARD Materi : Besaran-Besaran Fisika ASOSIASI 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 DISKRIMINASI
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1
1
1 1
1 1 1 1 1
1
1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1
19 17 12 14 10 11 12 9 7 3 8 5 5 6 5 2 3 2 1 0
Total
Gambar 3.16. Matriks Outcomes Standar Besaran-besaran pada Fisika
D.2.19 Instrumen
Matriks Outcomes Standar Pengukuran pada Fisika OUTCOMES-STANDAR
Materi : Pengukuran
DISKRIMINASI
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1
1
1
1
1
1 1
1 1 1 1
18 17 16 15 11 10 10 10 7 10 5 4 3 3 1 1 2 1 1 1
Total
Gambar 3.17. Matriks Outcomes Standar Pengukuran pada Fisika
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
173
D.2.20 Instrumen Matriks Outcomes Standar Vektor pada Fisika
OUTCOME -STANDAR Materi : Vektor 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
DISKRIMINASI
1 1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1 1
1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 Total
19 18 17 16 15 14 2 6 5 5 5 5 5 6 5 4 5 4 3 3
Gambar 3.18. Matriks Outcomes Standar Vektor pada Fisika D.2.21 Instrumen Matriks Outcomes Standar Gerak pada Fisika
OUTCOMES STANDARD Materi : Gerak 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1
DISKRIMINASI
1
1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1
ASOSIASI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1 1
1 1 1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1 1
1
1 1 1 1
1 1
1
19 18 17 15 13 4 11 3 11 12 3 8 2 1 6 4 4 3 3 3
Total
Gambar 3.19. Matriks Outcomes Standar Gerak pada Fisika
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
174
E. Metoda Analisis Data Proses analisis data induktif (inductive data analysis) lebih memungkinkan untuk mengenali data-data yang ditemukan pada kenyataan yang kompleks, penganalisaan data semacam itu lebih mungkin menjadikan interaksi penilai dan responden itu explicit, dikenali dan dipertanggung jawabkan. Analisis data induktif lebih menggambarkan seluruh keadaan dan memudahkan untuk menentukan transferabilitas terhadap keadaan-keadaan lainnya dan lebih mengenali pengaruh pembentukan secara bersama berinteraksi dengan nilai-nilai yang merupakan suatu bagian tentang struktur analitik. Pendekatan ”Analytic Induction”, menurut Bogdan & Biklen (1982:65) sebagai yaitu pendekatan untuk mengumpulkan data, menganalisa data, mengembangkan teori dan mengujinya. Pendekatan ”Analytic Induction”, meliputi : (1) awal mula penilaian, penilai mengembangkan definisi kasar dan penjelasan fenomena khusus , (2) penilai menegakkan definisi dan penjelasan data yang dikumpulkan, (3) penilai mengembangkan definisi atau penjelasan ketika penilai memilih kasus baru yang tidak cocok dengan penjelasan dan definisi yang telah dirumuskan, (4) penilai secara aktif mencari kasus yang dianggap tidak cocok dengan formulasi itu, (5) penilai mendefinisikan kembali fenomena dan merumuskan kembali penjelasan sampai suatu hubungan yang universal. Analisis data kualitatif menurut Seiddel (1998), prosesnya berjalan seperti berikut: (a) mencatat hasil catatan lapangan dengan memberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (b) mengumpulkan, memilah, mengklasifikasi,
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
175
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (c) berpikir, dengan jalan membuat kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola, dan hubungan-hubungan, (d) membuat temuan-temuan umum. Penelitian evaluatif menggunakan desain kualitatif-verfikatif dengan model penelitian inquairy descriptive non experimen (Bungin 2008:132) dari setiap deskripsi matrik yang merupakan analisis induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses penelitian. Format penelitian kualitatif-verifikatif mengkontruksi format penelitian dan strategi analisis data untuk lebih awal dan memperoleh data sebanyakbanyaknya di lapangan, (Burhan Bungin, 2008:147). Dalam melakukan evaluasi diperlukan data-data oleh karena itu akan melibatkan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hal ini diungkapkan Moeleong, bahwa menyesuaikan metode penelitian kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Sedangkan metode deskriptif adalah metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang berhubungan dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan penelitian kualitatif. Selain itu semua data dikumpulkan yang memungkinkan menjadi kunci terhadap evaluasi yang sudah diteliti/dinilai. Penilaian yang menggunakan model inquiry nonexperimen dan metoda deskriptive secara sederhana menjelaskan fenomena yang ada dengan
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
176
menggunakan angka untuk mengelompokkan individu atau kelompok, (Schumaker, 1988:33). Penelitian ini memperkirakan kondisi alamiah yang ada. Tujuan penelitian model inquiry nonexperimen dengan metoda deskriptif terbatas pada pengelompokan sesuatu sebagaimana mestinya, (Schumaker, 1988:33). Metoda deskriptif termasuk model inkuiry nonexperimen, menguraikan sesuatu yang terjadi atau menganalisis hubungan antara sesuatu tanpa manipulasi terhadap kondisi yang dialami. Dalam melakukan evaluasi kurikulum diperlukan data-data, oleh karena itu akan melibatkan penelitian kualitatif. Menurut Nazir (1983:107), penelitian dengan tujuan evaluatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan keputusan atau pertimbangan atas hasil penelitian tersebut, disebut dengan penelitian evaluatif. Sementara pendapat Suchman (1967:327), penelitian evaluatif sebagai penentuan hasil yang diperoleh dari beberapa kegiatan suatu program untuk memperoleh suatu nilai atau performance. Serangkaian penelitian evaluatif
menggunakan desain
kualitatif-verfikatif, Bungin (2008:147) dengan model penelitian inquairy descriptive non experimen, Schumacher (2001:33), dari setiap deskripsi matrik dianalisis secara induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses penelitian. Keunggulan penelitian kualitatif adalah berupaya mengungkap makna yang ada di balik data yang tampak, Bungin (2008:71). Penelitian kualitatif-verfikatif menganut paham fenomenologis dan pospositivisme, Edmund Husserl, Bungin (2008:68)
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
177
Matriks Data Matriks Data Matriks Data Matriks Data
Interpretasi Penilai setelah analisis matriks logical contingency logical empiric congruence
Judgment/ Teori
Gambar 3.20. Alur Analisis Format Kualitatif-Verifikatif
Format penelitian kualitatif-verifikatif mengkontruksi format penelitian dan strategi analisis data untuk lebih awal dan memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan, (Burhan Bungin, 2008:147). Format penelitian kualitatif-verifikatif merupakan upaya pendekatan induktif terhadap seluruh penelitian proses pendidikan, dan banyak mengkontruksi format penelitian dan strategi memperoleh data dati lapangan secara induktif. Melalui penelitian kualitatif verifikatif dalam studi evaluasi ini, dengan menggunakan format data matrik deskripsi model Countenance Stake dapat mengamati / menganalisis hasil apa direncanakan / diinginkan, sedangkan matriks Standar dan Pertimbangan dapat menganalisis perbandingan berdasarkan standard yang telah dibuat menghasilkan suatu judgment. Berdasarkan data yang terkumpul
dapat menggambarkan
pada
penentuan apa yang diharapkan oleh
seorang guru sebagai pengembang kurikulum, merencanakan mengenai keadaan prasyarat (antecedent) sebelum suatu kegiatan kelas berlangsung, sedangkan kegiatan
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
178
kelas yang berlangsung sebagai (transaction) atau aktualisasi interaksi yang terjadi , serta menghubungkannya dengan berbagai bentuk hasil belajar (outcomes) . Proses analisis Model evaluasi Countenance yang dikemukakan oleh Stake, (1967) membawa dampak yang cukup besar dalam bidang evaluasi
ini dan
meletakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Konsep ContinguencyCongruence Model (CCM) dimaksudkan guna memastikan bahwa semua data dikumpulkan dan dianalisis secara Continguency-Congruence, Continguency menganalisis data secara vertical, sedangkan Congruence menganalisis data secara horizontal dan dipergunakan untuk melengkapi informasi yang dapat digunakan oleh pemakai data. Data descriptions terdiri dari data intented dan observation dan membedakan adanya tiga tahap dalam sebuah program, yaitu antecedents (context), transaction (process), dan outcomes (output), untuk data intended dianalisis secara vertikal dengan logical contingency, sedangkan untuk data observation dianalisis secara vertikal dengan empirical contingency, karena data diperoleh secara empiric hasil observasi atau data yang teramati. Konsep congruence digunakan untuk menganalisis matris data intended dan observation secara mendatar (horizontal) (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]). Dalam konteks KTSP, kurikulum yang dikembangkan atau digunakan oleh satu satuan pendidikan. Sedangkan program adalah Silabus dan Rencana Program Pengajaran (RPP) yang dikembangkan guru.
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
Pada dasarnya evaluator harus
179
mengumpulkan semua informasi empirik yang berkenaan dengan apa yang sudah direncanakan
(intented) dan apa yang dilaksanakan dan teramati (observation).
Sebagaimana pada matriks deskripsi kategori intented dan kategori observasi terdiri atas bagian antecedent, transaction dan outcome yang ada dalam satu unit kajian. Sementara pada matriks Pertimbangan terdiri atas kategori standard dan pertimbangan, dan antecedent, transaction dan outcomes. Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau program yang dijadikan evaluan. Standar dapat dikembangkan dari karakteristik yang dimiliki kurikulum (fidelity) atau dapat juga dikembangkan dari yang lain (pre-ordinate, mutualily adaptive, dan proses), Hasan (2008:209). Dokumen Standar Isi yang diuraikan menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum sebagai rencana yang dibuat di tingkat Nasional dan guru masih harus mengembangkan rencana ini menjadi rencana yang lebih operasional kedalam evaluasi kurikulum dalam dimensi kegiatan dan hasil, (Hasan 1988:109).
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
180
Description Matrix
CONGRUENCE
Intended Antecedent
Observed Antecedent
LOGICAL CONTINGENCY
EMPIRICAL CONTINGENCY
CONGRUENCE
Intended Transactions
Observed Transactions
LOGICAL CONTINGENCY
EMPIRICAL CONTINGENCY
CONGRUENCE
Intended Outcomes
Observed Outcomes
Gambar 3.21 . Processing Analisis Matrik Data Deskripsi Countenance Stake
Model
From R.E. Stake, Language, rationality, and assessment. In W.H. Beatty (Ed.), Improving educational assessment and an inventory of measures of affective behavior (Washington, D.C.: Association for Supervision and Curriculum Development, 1969), p. 20.
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
181
JUDGMENT MATRIX
General Standard Antecedent
CONGRUENCE
LOGICAL CONTINGENCY
General Standard Transactions
JUDGMENT
EMPIRICAL CONTINGENCY
CONGRUENCE
LOGICAL CONTINGENCY
General Standard Outcomes
Result of Scanning Matrix
Result of Scanning Matrix
EMPIRICAL CONTINGENCY
JUDGMENT
EMPIRICAL CONTINGENCY
CONGRUENCE
Result of Scanning Matrix
Specific Judgment Antecedent
Specific Judgment Transactions
EMPIRICAL CONTINGENCY
JUDGMENT
Specific Judgment Outcomes
Gambar 3.22. Processing Analisis Matrik Data Judgment Model Countenance Stake (Revisi) From R.E. Stake, Language, rationality, and assessment. In W.H. Beatty (Ed.), Improving educational assessment and an inventory of measures of affective behavior (Washington, D.C.: Association for Supervision and Curriculum Development, 1969), p. 20. Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
182
DESCRIPTION MATRIX
Intended Antecedent
CONGRUENCE
LOGICAL CONTINGENCY
Intended Transactions
CONGRUENCE
EMPIRICAL CONTINGENCY
CONGRUENCE
LOGICAL CONTINGENCY
Intended Outcomes
Observed Antecedent
JUDGMENT MATRIX
Observed Transactions
CONGRUENCE
Observed Outcomes
General Standard Transactions
Result of Scanning
CONGRUENCE
Result of Scanning
CONGRUENCE
General Standard Outcomes
Result of Scanning
CONGRUENCE
JUDGMENT
183
Specific Judgment Transaction s
EMPIRICAL CONTINGENCY EMPIRICAL
JUDGMENT
Gambar 3.23. Evaluasi Model Countenance Stake (Collecting, Organization and Analysis of Data) Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
Specific Judgment Antecedent
EMPIRICAL CONTINGENCY
EMPIRICAL CONTINGENCY
LOGICAL CONTINGENCY
CONGRUENCE
JUDGMENT
EMPIRICAL CONTINGENCY
LOGICAL CONTINGENCY
EMPIRICAL CONTINGENCY
CONGRUENCE
General Standard Antecedent
Specific Judgment Outcomes
Tabel 3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Analisis ( data Komponen 3 )
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA
KUALITATIF
KUALITATIF
Prosedur Kegiatan 1. 2.
3.
4.
Prosedur Kegiatan
Kajian Pustaka Materi Open-ended question kebutuhan evaluasi terhadap guru dilapangan berupa wawancara, survey. Kajian RPP Guru Fisika SMA kelas X semester 1 tahun 2011 Materi Besaranbesaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak. Observasi pelaksanaan pembela-jaran berdasarkan RPP Fisika SMA kelas X semester 1 tahun 2011 yang dibuat oleh guru.
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
1.
2.
Analisis RPP Fisika SMA kelas X semester 1 tahun 2011 materi Besaranbesaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak berdasarkan Kriteria yang telah ditentukan. Analisis RPP Fisika SMA kelas X semester 1 tahun 2011 materi Besaranbesaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak berdasarkan kriteria matrik Intended dan Observasi.
ANALISIS DATA
ANALISIS DATA KUALITATIF PROSES SCANNING Prosedur Kegiatan
Prosedur Kegiatan
1. Scanning Matrik (overlay) antara matrik standar Intended materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome, berdasarkan logical contingency model Stake. 2. Scanning Matrik (overlay) antara matrik standar Observasi materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome berdasarkan logical contingency model Stake.. 3. Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Besaran-besaran Fisika, 4. Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Pengukuran pada Fisika, 5. Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Vektor,
1. Perhitungan Scanning Matrik (overlay) berdasarkan logical contingency model Stake. antara matrik standar Intended materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome, 2. Perhitungan Scanning Matrik (overlay) berdasarkan logical contingency model Stake.antara matrik standar Observasi materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome. 3. Perhitungan hasil Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Besaran-besaran Fisika, 4. Perhitungan Hasil Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Pengukuran pada Fisika, 5. Perhitungan Hasil Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar
184
KUANTITATIF
6.
Produk 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Produk
Tersusunnya lembar kriteria struktur belajar pada materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak berdasarkan judgment Pakar Fisika, Tersusunnya matrik standar berdasarkan kriteria materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak Diperoleh jadwal mengajar guru Fisika SMA kelas X semester 1 tahun 2011, Diperoleh dokumen perangkat pengembangan administrasi pembelajaran Fisika SMA kelas X semester 1 tahun 2011. Lembar hasil analisis RPP Fisika SMA kelas X semester 1 tahun 2011 berdasarkan penomoran struktur belajar. Tersusunnya matrik Intended dan matrik observasi responden berdasarkan hasil Analisis RPP, meliputi
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
1.
2.
Transkip lembar deskripsi observasi materi Besaranbesaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak berdasarkan kriteria judgment. Transkip Deskripsi matriks Intented dan Observasi materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome.
Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Gerak,
Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Vektor, 6. Perhitngan hasil Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Gerak,
Produk
Produk
1.Transkip matrik hasil overlay Intended materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome berdasarkan logical contingency model Stake. 2. Transkip matrik hasil overlay observasi materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome berdasarkan Empirical contingency model Stake. 3. Transkip matrik hasil overlay antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Besaranbesaran Fisika, meliputi antecedent, transaction dan outcome berdasarkan congruence. 4. Transkip matrik hasil overlay antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Pengukuran pada Fisika, meliputi antecedent, transaction dan outcome berdasarkan congruence. 1. Transkip matrik hasil
1. Jumlah dan Presentase Scanning Matrik (overlay) berdasarkan logical contingency model Stake dari matrik Intended materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome. 2. Jumlah dan Presentase Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Empirical contingency model Stake. antara matrik standar Observasi materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran pada Fisika, Vektor dan Gerak meliputi antecedent, transaction dan outcome. 3. Jumlah dan presentase Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Besaran-besaran Fisika, meliputi antecedent, transaction dan outcome. 4.Jumlah dan presentase Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden,
185
antecedent, transaction dan outcome..
2.
Bab 3.Model Evaluasi Countenance Stake/2012
overlay antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Vektor, meliputi antecedent, transaction dan outcome berdasarkan congruence. Transkip matrik hasil overlay antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Gerak, meliputi antecedent, transaction dan outcome berdasarkan congruence.
186
Observasi Responden materi Pengukuran pada Fisika, meliputi antecedent, transaction dan outcome. 5.Jumlah dan presentase Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Vektor pada Fisika, meliputi antecedent, transaction dan outcome. 6. Jumlah dan presentase Scanning Matrik (overlay) berdasarkan Congruence antara matrik standar Peneliti, Intended responden, Observasi Responden materi Gerak pada Fisika, meliputi antecedent, transaction dan outcome. Grafik batang untuk point 1 sd 6 .