BAB III METODE PENELITIAN
3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif digunakan jika peneliti tertarik untuk memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai mahkluk subjektif. Maksudnya, melalui pendekatan ini, keunikan partisipan sebagai seorang individu yang berbeda dengan individu lain dapat lebih dipahami. Menurut Taylor & Bogdan (dalam Poerwandari, 2005) pendekatan kualitatif adalah suatu cara mengumpulkan data deskriptif berdasarkan kata – kata yang keluar dari seseorang dan tingkah laku yang muncul. Pendekatan ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui gambaran proses pengambilan keputusan pada wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok dengan
segala
dinamikanya.
Melalui
pendekatan
kualitatif,
gambaran
pengambilan keputusan yang di ambil oleh subjek akan lebih memungkinkan untuk lebih dipahami.
3.2. TIPE PENELITIAN Berdasarkan tipe – tipe penelitian yang digolongkan berdasarkan tujuan serta karakteristik khusus penelitian oleh Poerwandari (2005), tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Kasus didefinisikan sebagai fenomena dan konteks yang tidak sepenuhnya jelas (Poerwandari, 2005). Studi kasus memungkinkan peneliti dapat memahami secara utuh keterkaitan fakta dan dimensi mengenai
46 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
proses pengambilan keputusan pada wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik. Penelitian dengan tipe studi kasus intrinsik dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus dan untuk memahami secara utuh kasus yang ada, tanpa dimaksudkan harus menghasilkan konsep atau teori serta tanpa upaya menggeneralisasi (Poerwandari, 2005). Tipe ini sesuai dengan pemikiran awal peneliti dalam mengangkat kasus yaitu adanya ketertarikan pada kasus mengenai wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok.
3.3. PARTISIPAN PENELITIAN Prosedur penentuan partisipan dan sumber data penelitian kualitatif umum menampilkan karakteristik (Sarantakos, dalam Poerwandari, 2005, hlm. 95): a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, namun pada kasus tipikal sesuai kekhusuan masalah penelitian. b. Tidak ditentukan secara secara kaku sejak awal, namun pada kasusu tipikal jumlah maupun karakteristik sampel, sesuai pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. c. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada kecocokan konteks. Berdasarkan prosedur diatas, berikut pemilihan karakteristik, teknik pengambilan dan jumlah partisipan yang digunakan dalam penelitian.
3.3.1. Karakteristik Partisipan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
47
a.) Berada pada usia wanita dewasa tengah menurut Hurlock (1996) yaitu antara umur 40 – 60 tahun. b.) Menggunakan jilbab. c.) Menjadi perokok aktif, yang merokok di publik maupun tidak dipublik.
3.3.2. Teknik Pengambilan Partisipan Patton (1990) menyatakan bahwa pengambilan sampel pada penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian (Patton, dalam Poerwandari, 2005). Masalah dan tujuan dari penelitian ini adalah mengenai gambaran proses pengambilan keputusan pada wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok, oleh karena itu, partisipan yang diambil perlu untuk mewakili kriteria partisipan dari kelompok tipikal yang telah dipaparkan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, teknik pengambilan partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling dicirikan dengan adanya penilaian dan usaha untuk memperoleh sampel yang representatif atau sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan (Kerlinger & Lee, 2000).
3.3.3. Jumlah Partisipan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, namun pada kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian (Sarantakos, dalam Poerwandari, 2005). Hal ini juga didasari pemikiran bahwa penelitian kualitatif tidak di tekan kan pada besarnya jumlah partisipan, namun lebih pada kedalaman informasi yang dapat digali pada setiap partisipan, sehingga muncul penemuan-penemuan yang dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
48
menunjukkan keunikan dan dinamika dari masing – masing partisipan. Peneliti lalu merencanakan jumlah partisipan sebanyak tiga orang yang diharapkan dapat mewakili informasi yang perlu diketahui mengenai gambaran proses pengambilan keputusan pada wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok.
3.4. METODE PENGUMPULAN DATA Peniliti menggunakan metode pengumpulan data berupa metode wawancara dan metode observasi yang dianggap paling sesuai untuk penelitian ini.
3.4.1. Wawancara Poerwandari (2005) menjelaskan wawancara sebagai percakapan dan Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Cash (2000), wawancara adalah suatu proses komunikasi interaksional antara dua orang, setidaknya satu diantaranya memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dan biasanya melibatkan pemberian dan menjawab pertanyaan. Banister dkk (1994, dalam Poerwandari, 2005) melihat wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna – makna subjektif yang dipahami individu berkaitan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. Peneliti menggunakan metode wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak seketat wawancara terstrutur. Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang bersifat umum, yaitu pedoman
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
49
wawancara yang harus mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan
urutan
pertanyaan.
Pedoman
wawancara
digunakan
untuk
mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dinyatakan (Purwandari, 2001).
3.4.2. Observasi Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2005, hlm. 116). Metode observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis atas suatu gejala. Observasi perlu dilakukan agar mendapat pemahaman lebih mengenai konteks yang diteliti, mendapatkan informasi yang bukan berasal dari bahasa verbal partisipan, dan membantu peneliti bersikap introspektif pada penelitian, oleh karena itu, selain menggunakan metode wawancara, metode observasi juga dipakai dalam mengumpulkan data penelitian ini. Peneliti mengharapkan dapat menangkap bahasa non verbal partisipan yang dapat membantu pemahaman lebih mengenai fenomena yang diteliti melalui observasi.
3.5. INSTRUMEN PENELITIAN Berikut dijabarkan instrument yang dipakai dalam pengambilan data partisipan dari metode pengambilan data yang telah dipaparkan sebelumnya.
3.5.1. Panduan wawancara
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
50
Peneliti sebelumnya telah menyusun panduan wawancara sebelum melakukan pengambilan data melalui wawancara. Panduan wawancara penting digunakan untuk membuat peneliti fokus pada informasi yang ingin digali dari partisipan. Panduan wawancara disusun berdasarkan teori pengambilan keputusan dan wanita dewasa tengah yang berjilbab . Panduan wawancara dibuat dengan berisikan aspek-aspek yang berkaitan dengan gambaran proses pengambilan keputusan, dasar –dasar pengambilan keputusan, faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan unsur – unsur yang mendasari gaya pengambilan keputusan pada wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok dari teori yang sudah di paparkan pada bab 2. Wawancara dilakukan menggunakan panduan yang ada, peneliti juga mencatat hasil observasi mengenai partisipan selama wawancara berlangsung.
3.5.2. Alat Perekam Faktor penunjang yang penting adalah alat perekam yang dapat berfungsi dengan baik ketika dan setelah proses wawancara agar proses wawancara dapat berjalan dengan lancar. Peneliti dapat lebih memusatkan perhatian pada partisipan dan data-data yang didapatkan telah tersimpan utuh sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisisnya kemudian.
3.6. PROSEDUR PENELITIAN 3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan penelitian, peneliti akan melakukan sejumlah hal yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
51
1. Menentukan topik penelitian. topik ditentukan berawal dari keingintahuan peneliti mengenai proses pengambilan keputusan pada wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok. 2. Menyusun permasalahan, menetapkan tujuan dan batasan penelitian untuk meningkatkan kredibilitas penelitian. 3. Mempelajari teori penunjang untuk mendapatkan pemahaman lebih baik tentang penelitian dan sebagai referensi pembuatan panduan wawancara. 4. Penetapan metode penelitian dan penyusunan panduan wawancara. 5. Mencari partisipan yang memenuhi kriteria sebagai sumber data penelitian dengan menanyakan pada beberapa teman dan keluarga yang memiliki kenalan yang sesuai dengan kriteria tersebut. Peneliti kemudian menanyakan kesediaan calon partisipan untuk menjadi sumber data penelitian. Tiga partisipan yang siap diwawancara lalu didapatkan dalam kurun waktu satu bulan.
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki tahap pelaksanaan penelitian. 1. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden. 2. Melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, hal ini bertujuan agar peneliti tidak kehabisan pertanyaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
52
3. Memindahkan rekaman hasil wawancara kedalam bentuk transkip verbatim. Setelah
hasil
wawancara
diperoleh,
peneliti
memindahkan
hasil
wawancara kedalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan coding, yaitu membubuhkan kode – kode pada materi yang diperoleh. Coding
dimasukkan
untuk
dapat
mengorganisasikan
dan
mensistematisasikan data secara lengkap dan mendetail sehingga data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2001) 4. Melakukan analisis data Bentuk transkip yang telah selesai, kemudian dibuat salinannya dan diserahkan kepada pembimbing. Pembimbing mendapatkan verbatim untuk mendapatkan gambaran yang jelas. 5. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran. Setelah analisa data selesai dilakukan, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan. Kemudian peneliti meneruskan diskusi terhadap kesimpulan dan seluruh hasil penelitian, kesimpulan data dan diskusi yang telah di lakukan, peneliti mengajukan saran bagi penelitian selanjutnya.
3.6.3. Analisis Data Menurut Patton (1990), hal – hal penting yang perlu dilakukan sebagai strategi analisis data adalah (Patton, dalam Poerwandari, 2005, hlm. 164): a. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai dari awal hingga akhir.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
53
b. Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa-peristiwa kunci berdasarkan urutan kepentingan insiden. c. Mendeskripsikan setiap tempat, setting dan lokasi yang berbeda sebelum mempresentasikan gambaran dan pola umumnya. d. Memfokuskan analisis dan presentasi pada individu-individu atau kelompok- kelompok. e. Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi. f. Memfokuskan pengamatan pada isu-isu kunci, yang diperkirakan akan sejalan dengan upaya menjawab pertanyaan primer penelitian. Analisis data dilakukan untuk melihat gambaran proses pengambilan keputusan pada wanita dewasa tengah berjilbab yang merokok dengan memperhatikan strategi analisis data yang dipaparkan sebelumnya. Peneliti terlebih dahulu memahami dan merepresentasikan hal – hal penting yang terdapat dalam verbatim, menuangkannya ke dalam refleksi, padatan factual serta tema dari wawancara dan mengaitkannya dengan permasalahan penelitian. Berdasarkan data yang telah di organisir tersebut, peneliti lalu menginterpretasikan hal – hal penting yang didapat. Analisis akan dibagi ke dalam analisis intra partisipan dan antar partisipan, dimana hasil wawancara tiap partisipan diinterpretasikan, kemudian didapatkan persamaan dan perbedaan yang terdapat diantara ketiganya untuk lebih memahami dinamika dalam kasus. 3.6.4. Triangulasi Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
54
terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:300). Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranta dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyediki, dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987: 331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Murti B., 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan kuantitatif, sedangkan menurut Yin
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
55
R.K, 2003 menyatakan bahwa pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
56