BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu suatu penelitian ilmiah yang sistematis mengenai bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya.
Tujuannya
adalah
mengembangkan
dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Sementara itu penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam kualifikasi ilmu non-eksak. Oleh karenanya metoda yang digunakan adalah explanatory survey. Yaitu memberi gambaran secara cermat dan utuh, serta apa adanya tentang suatu obyek studi. Survei adalah penelitian yang diadakan untuk memproleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Survey penelitian dan kuesioner penelitian bukanlah hal yang sama. Walaupun sebuah kuesioner sering digunakan didalam survey. Berkaitan dengan dengan ini McMillan dan Schumacher (2001:304) menyatakan : In survey research the investigator selects a sample of respondents and administers a questionnaire or conducts interviews to collect information
220
on variabels of interest. The data that are gathered are used to describe characteristics of a certain population. Survey are use to learn about people’s attitudes, beliefs, values, demographics, behavior, opinions, habits, desires, ideas, and other types of information. Batasan tersebut menyiratkan bahwa dalam penelitian survey penyelidik memilih sebuah sampel
responden dan membuat sebuah kuesioner atau
melakukan interviu untuk mengumpulkan informasi mengenai variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan digunakan untuk menggambarkan karakteristik populasi tertentu. Survey digunakan untuk mempelajari sikap, keyakinan, nilai demografik, perilaku, pendapat, kebiasaan, keinginan, gagasan, dan informasi lainnya yang berkenaan dengan manusia. Salah satu jenis survei adalah explanatory survey yaitu survey yang bersifat menjelaskan suatu fenomena yang digambarkan. Seperti : a. Mengapa lingkungan kerja dosen lebih berpengaruh terhadap mutu PTS di bandingkan dengan kompetensi dosen? b. Mengapa pengaruh langsung kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS lebih kecil dibandingkan pengaruh kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS melalui kinerja dosen ? Teori yang ada dalam explanatory survey memerlukan pengujian dan perancangan survey,
sehingga
data
yang
dikumpulkan
diperlukan
penelitian
untuk
mendapatkan penjelasan. Tujuan explanatory survey adalah untuk menguji pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini adalah pengaruh antara kepemimpinan visioner sebagai variabel (X) dan kinerja dosen sebagai variabel (Y) terhadap mutu perguruan tinggi swasta (Z). Untuk mendapatkan kejelasan secara mendalam
221
setiap variabel penelitian perlu dioperasionalkan ke dalam indikator-indikator yang dapat diukur sehingga menggambarkan jenis data serta informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis.
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah PTS di Kota Bandung, karena PTS di kota Bandung secara kuantitas lebih banyak di bandingkan PTN namun demikian secara kualitas masih perlu perhatian khusus karena tidak semua PTS mendapatkan kepercayaan secara optimal dari masyarakat. Oleh karenanya PTS dituntut untuk selalu perbaikan dalam rangka meningkatkan mutunya. PTS bisa berbentuk Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, dan Politeknik. Dari berbagai bentuk PTS tersebut peneliti lebih memilih Universitas Swasta. Seperti diketahui bahwa Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional
dalam
sejumlah
disiplin
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dan/atau kesenian tertentu. Dengan demikian universitas memiliki ranah yang lebih luas dibandingkan bentuk perguruan tinggi lainnya dan Universitas lebih representatif untuk dijadikan obyek penelitian. Atas pertimbangan tersebut Universitas Swasta di Kota Bandung menjadi lokasi penelitian ini. Universitas Swasta yang ada di Kota Bandung yaitu : Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus), Universitas Katolik Parahyangan (Unpar),
Universitas Kristen Maranatha (UKM), Universitas
Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla), Universitas Bandung Raya (Unbar), Universitas Nurtanio Unnur), Universitas Komputer Indonesia
222
(Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI), Universitas Nasional Pasim, Universitas Widyatama (Utama), Universitas Kebangsaan (UK), Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan Universitas Informatika, dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita Internasional. 2. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Arikunto, 1997:108). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2005:57) Populasi dalam penelitian ini adalah Universitas Swasta Kota Bandung, dengan sasaran Ketua Program Studi (Kaprodi) dan Dosen. Kaprodi dijadikan sasaran karena merupakan pimpinan yang secara teknis langsung berhubungan dengan kegiatan tridharama perguruan tinggi. Kaprodi setiap semester dituntut untuk melaporkan evaluasi program studi berbasis evaluasi diri. Sementara di Indonesia akreditasi yang dilakukan sebagian besar masih dalam tataran program studi. Kaprodi merupakan ujung tombak keberhasilan PTS untuk mutu disamping pimpinan lainnya seperti ketua juruasan, dekan, dan rektor. Dengan demikian Kaprodi merupakan sasaran yang tepat untuk dijadikan sasaran
(responden).
Sementara Dosen dijadikan sasaran dalam penelitian ini karena beberapa literatur menyatakan bahwa dosen adalah penentu utama pendidikan yang berkualitas. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UURI Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005). Berdasarkan uraian tersebut peneliti
223
menganggap Dosen adalah sasaran yang tepat untuk dijadikan responden dalam penelitian ini. 3. Sampel Penelitian Mengingat keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti menentukan sampel, yaitu dengan menentukan tiga Universitas Sawasta berdasarkan peringkat penjaminan mutu 2010 dan 2008 dari dikti, peringkat webometrik 2011. Pertingkat webometrik PTS di kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1 Peringkat Webometrik Universitasa Swasta di Kota Bandung 2011 Peringkat di Indonesia No. Universitas 1. Universitas Komputer Indonesia 30 2. Universitas Katolik Parahyangan 34 3. Universitas Kristen Maranatha 58 4. Universitas Pasundan 62 5. Universitas Islam Bandung 70 6. Institut Teknologi Nasional 78 7. Universitas Widyatama 87 8. Universitas Islam Nusantara 95 Sumber : http://www.4icu.org/id/
Sementara peringkat penjaminan mutu menurut Dikti dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.2 Daftar Universitas Swasta di Kota Bandung yang Dilakukan Site Verification serta Technical Assistance (Berdasarkan Skor Tertinggi) Peringkat Tahun No. Nama Universitas Universitas Katolik Parahyangan 8 2008 1. Universitas Komputer Indonesia (Unikom) 21 2010 2. Universitas Kristen Maranatha 41 2008 2. Universitas Widyatama 48 2008 3. Universitas Pasundan 62 2008 4. Sumber : DIKTI, 2008 dan 2010
Atas pertimbangan tersebut ditentukan Universitas Komputer Indonesia, Universitas Widyatama dan Universitas Nasional Pasim dijadikan sampel. Sesuai
224
pendapat Sugiyono, (2005:57), bahwa: “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk PTS terpilih adalah stratified proportionate random sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan peringkat dan proporsinya. Adapun cara penentuan jumlah sampel untuk dosen menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993)) sebagai berikut:
. 1
Dimana: n = jumlah sampel N = jumlah populasi d2= presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%). Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel untuk Dosen adalah sebagai berikut sebagai berikut: n =
410 410 x ( 0 . 1) 2 + 1
n = 80.392 (dibulatkan menjadi 81) Memeperhatikan jumlah sampel hasil perhitungan di atas kemudian dilakukan perhitungan proporsi jumlah sampel pada setiap kelompok berdasarkan dosen universitas swasta yaitu : 1. Jumlah sampel dosen untuk Universitas Komputer Indonesia adalah : n1 =
N2 n N
=
127 81 = 24.780 (dibulatkan jadi 25) 410
225
2. Jumlah sampel dosen untuk Universitas Widyatama adalah : n2 =
N1 N
n
201 81 = 39.219 (dibulatkan jadi 40) 410
3. Jumlah sampel dosen untuk Nasional Pasim adalah : n3 =
N3 n N
=
82 81 410
= 16
Untuk kaprodi dijadikan responden semua. Dari ketiga PTS tersebut berjumlah 52 orang.
C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Penelitian 1. Definisi Konseptual Definisi konseptual dalam penelitian ini menyangkut tiga variabel utama yaitu kepemimpinan visioner, kinerja dosen, dan mutu perguruan tinggi swasta. Konsep ketiga variabel tersebut didefinisika sebagai berikut : a. Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seorang pemimpin dalam membangun, menciptakan dan mengkomunikasikan visi serta berfikir startegis untuk dapat mengarahkan dan merubah organisasi kearah yang lebih baik sehingga dapat meraih keunggulan dan keberhasilan di masa depan.
Pilar-
pilar kepemimpinan visioner meliputi peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih. 1) Penentu arah. Peran ini merupakan peran di mana
seorang pemimpin
menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan. Inti dari penentu arah adalah menetapkan sasaran yang menjadi tujuan organisasi masa depan. Dengan
226
demikian sebagai penentu arah seorang pemimpin mempunyai tugas untuk menetapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis. 2) Agen perubahan. Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Sebagai agen perubahan seorang pemimpin visioner seharusnya tidak mempertahankan status qua sehingga organisasi tetap dibangun kearah yang lebih baik. 3) Juru bicara. Seorang pemimpin yang bervisi adalah juga seseorang yang mengetahui segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi secara internal dan secara eksternal.
Visi yang disampaikan harus bermanfaat, menarik, dan
menimbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi. Ketika menjadi juru bicara, sang pemimpin harus dapat menyampaikan pikiran dan gagasannya, mampu mensosialisakan visi secara internal maupun eksternal, bertindak sebagai negosiator dalam berhubungan dengan pihak lain, serta membangun kerja sama dan membentuk jaringan eksternal. 4) Pelatih yaitu: (1) pembentuk tim yang memberdayakan orang-orang, (2) menghidupkan visi organisasi, (3) mentor dan teladan, (4) membangun kepercayaan, dan (5) menghargai keberhasilan setiap anggota tim.
227
b. Kinerja dosen dapat diartikan sebagai perilaku yang menunjukkan hasil kerja dosen atas pelaksanaan suatu pekerjaan. Kinerja dosen dapat diaukur dari kompetensi, motif berprestasi, dan lingkungan kerja. 1) Kompetensi. Kompetensi
merupakan
kemampuan
seorang
pegawai
dalam
melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab. (Mulyasa, 2003:38). Sementara itu kompetensi individu digambarkan sebagai karakteristik dasar seseorang yang menggunakan bagian kepribadiannya yang paling dalam dan dapat mempengaruhi perilakunya ketika ia menghadapi pekerjaan yang akhirnya berpengaruh pada kemampuan untuk menghasilkan prestasi kerjanya. (Spenser, 1993). Jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki seorang dosen meliputi: kompetensi pedagogik,
kompetensi professional, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian. (Samani. Dirjedikti, 2008) a) Kompetensi Pedagogik Yaitu kemampuan merancang pembelajaran, (1) Kemampuan Merancang Pembelajaran Batasan : Kemampuan tentang proses pengembangan mata kuliah dalam kurikulum, pengembangan bahan ajar, serta perancangan strategi pembelajaran Sub Kompetensi : (a) Menguasai berbagai perkembangan dan isu dalam sistem pendidikan. (b) Menguasai strategi pengembangan kreatifitas (c) Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar dan pembelajaran. (d) Mengenal mahasiswa secara mendalam.
228
(e) Menguasai beragam pendekatan belajar sesuai dengan karakteristik mahasiswa. (f) Menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. (g) Mengembangkan mata kuliah dalam kurikulum program studi. (h) Mengembangkan bahan ajar dalam berbagai media dan format untuk mata kuliah tertentu. (i) Merancang strategi pemanfaatan beragam bahan ajar dalam pembelajaran. (j) Merancang strategi pembelajaran mata kuliah. (k) Merancang strategi pembelajaran mata kuliah berbasis ICT. (2) Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran Batasan : Kemampuan mengenal mahasiswa (karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa), ragam teknik dan metode pembelajaran, ragam media dan sumber belajar, serta pengelolaan proses pembelajaran. Sub Kompetensi : (a) Menguasai keterampilan dasar mengajar. (b) Melakukan identifikasi karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa. (c) Menerapkan beragam teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa dan tujuan pembelajaran. (d) Memanfaatkan beragam media dan sumber belajar dalam pembelajaran. (e) Melaksanakan proses pembelajaran yang produktif, kreatif, aktif, efektif, dan menyenangkan. (f) Mengelola proses pembelajaran. (g) Melakukan interaksi yang bermakna dengan mahasiswa. (h) Memberi bantuan belajar individual sesuai dengan kebutuhan mahasiswa,
229
(3)
Kemampuan Menilai Proses dan Hasil Pembelajaran
Batasan : Kemampuan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses dan hasil belajar dengan menggunakan alat dan proses penilaian yang sahih dan terpercaya, didasarkan pada prinsip, strategi, dan prosedur penilaian yang benar, serta mengacu pada tujuan pembelajaran. Sub Kompetensi : (a) Menguasai standar dan indikator hasil pembelajaran mata kuliah sesuai dengan tujuan pembelajaran. (b) Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penilaian pembelajaran. (c) Mengembangkan
beragam
instrumen
penilaian
proses
dan
hasil
pembelajaran. (d) Melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran secara berkelanjutan. (e) Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran secara berkelanjutan. (f) Memberikan umpan balik terhadap hasil belajar mahasiswa. (g) Menganalisis hasil penilaian hasil pembelajaran dan refleksi proses pembelajaran. (h) Menindaklanjuti hasil penilaian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. (4)
Kemampuan Memanfaatkan Hasil Penelitian untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran. Batasan :Kemampuan melakukan penelitian pembelajaran serta penelitian bidang ilmu, mengintegrasikan temuan hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran dari sisi pengelolaan pembelajaran maupun pembelajaran bidang ilmu.
230
Sub Kompetensi : (a) Menguasai
prinsip,
strategi,
dan
prosedur
penelitian
pembelajaran
(instructional research) dalam berbagai aspek pembelajaran. (b) Melakukan penelitian pembelajaran berdasarkan permasalahan pembelajaran yang otentik. (c) Menganalisis hasil penelitian pembelajaran. (d) Menindaklanjuti hasil penelitian pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. b) Kompetensi Profesional Batasan : Profesionalisme merupakan sikap yang lahir dari keyakinan terhadap pekerjaan yang dipegang sebagai sesuatu yang bernilai tinggi sehingga dicintai secara sadar, dan hal itu nampak dari upaya yang terus-menerus dan berkelanjutan dalam melakukan perbaikan yang tiada hentinya. Jadi kompetensi profesional adalah suatu kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik profesional berupaya untuk mewujudkan sikap (aptitude) dan perilaku (behavior) ke arah menghasilkan peserta didik yang mempunyai hasrat, tekad dan kemampuan memajukan profesi yang berdasarkan ilmu dan teknologi. Dengan sikap dan perilaku, dosen melakukan perbaikan yang berkelanjutan, meningkatkan efisiensi secara kreatif melalui upaya peningkatan produktivitas dan optimalisasi pendayagunaan sumber-sumber yang ada di sekitarnya.
231
Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bentuk proses kreatif dosen dalam memajukan horison ilmu pengetahuan dan teknologi seyogyanya membawa pengaruh kepada kebudayaan dan peradaban. Hasil dari penelitian, eksperimen dan pengembangan itu diperkenalkan oleh dosen kepada masyarakat sebagai bentuk pelayanan pemecahan masalah masyarakat umum, peningkatan efisiensi dunia usaha dan industri, serta perbaikan mental masyarakat yang menunjang pembangunan watak dan kesejahteraan bangsa. Pengabdian kepada masyarakat merupakan suatu upaya penyebarluasan dan penerapan hasil penelitian dosen sebagai kegiatan pengembangan untuk memajukan kebudayaan dan peradaban masyarakat melalui kemajuan teknologi, kiat, ataupun kebijakan yang berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dosen. Melalui kompetensi profesional, dosen secara dinamis mengembangkan wawasan keilmuan, menghasilkan ilmu, seni, dan teknologi berdasarkan penelitian, dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat dari hasil penelitian, dan pada akhirnya mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakatnya sebagai pemangku kepentingan. Sub Kompetensi : (1) Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Penguasaan dosen terhadap materi pelajaran dalam bidang ilmu tertentu secara luas diartikan sebagai kemampuan dosen untuk memahami tentang asal usul, perkembangan, hakikat dan tujuan dari ilmu tersebut. Sementara itu, penguasaan yang mendalam berarti kemampuan dosen untuk memahami cara dan menemukan ilmu, teknologi dan atau seni, khususnya tentang bidang ilmu yang diampunya. Selanjutnya, dosen juga mempunyai kemampuan memahami nilai,
232
makna dan kegunaaan ilmu terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia, sehingga mempunyai dampak kepada kebudayaan dan peradaban. Bersamaan dengan itu keterbatasan serta batasan materi pelajaran, dalam kaitannya dengan etika ilmu, tradisi dan budaya akademis merupakan yang perlu dikuasai dosen sebagai landasan moral untuk menghindari kerancuan dan kemudaratan (hazard) yang mungkin ditimbulkan. Dengan demikian, penguasaan materi yang luas dan mendalam dalam suatu bidang ilmu tertentu sangat erat berkaitan dengan filosofi bidang ilmu yang ditekuni. Dalam hal ini, diharapkan dosen akan menyadari: (a) pentingnya memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang bidang ilmunya, dan terus menerus terpacu untuk mencari lebih banyak pengetahuan yang berkenaan dengan bidang ilmunya. (b) pentingnya bergabung dan mengukur diri di dalam kelompok atau asosiasi profesi,
berpartisipasi
aktif
di
dalamnya,
sebagai
wahana
untuk
seseorang
yang
mengembangkan diri secara profesional. (c) pentingnya
kemampuan
menempatkan
diri
sebagai
bertanggungjawab terhadap perkembangan bidang ilmu dan seninya, dan siap mengambil langkah inisiasi untuk pengembangan maupun pemecahan masalah. (2) Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian. Kemampuan ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan dosen tentang metodologi ilmiah, rancangan penelitian dan atau percobaan, serta kemampuan mengorganisasikan dan menyelenggarakan penelitian bidang ilmu mulai dari perumusan masalah, penyusunan hipotesis, perancangan data dan alat
233
yang akan digunakan, serta metode analisis yang mendasarinya. Selanjutnya dosen mampu menerapkan rancangan, metode dan analisis tersebut dalam melaksanakan penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Akhirnya semua itu dapat dituliskan dalam suatu laporan yang sistemik, bahkan dapat dikembangkan sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk pertemuan ilmiah dan atau jurnal ilmiah. (3) Kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi. Dosen mampu mengembangkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang dapat diterapkan untuk kepentingan tertentu, misalnya berupa teknik, kiat, dan kebijakan.
Seorang
dosen
seyogyanya
mempunyai
motivasi
untuk
menyebarluaskan temuan dan hasil penelitiannya itu. Oleh karena itu kemampuan dalam bidang ilmu, teknologi dan/atau seni yang berdasarkan penelitian seseorang dapat diukur dari kegiatan kesarjanaan dan menunjukkan kemampuan yang berkesinambungan dengan ketertarikan yang nyata terhadap kegiatan akademis dan intelektual. Hal itu nampak dari berbagai karyanya, antara lain, berupa penulis bersama (co-authorship), serta memberi sumbangan yang bermakna dalam halhal; kajian dan laporan yang bersifat kependidikan, makalah kajian telaah atau tinjauan (review), menulis buku ajar atau sebagian bab dalam suatu buku ajar, melayani kegiatan penyuntingan (editorial), pendayagunaan media elektronik dalam penyebaran hasil penelitian, surat kepada penyunting majalah ilmiah (journal), menyusun bahan sillabus berdasarkan hasil penelitiannya, serta mengelola pertemuan ilmiah khusus dan laboratorium.
234
(4) Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh lazimnya tak dapat langsung diterapkan, melainkan perlu dikembangkan lagi agar dapat diterapkan di kalangan masyarakat. Untuk itu seorang dosen yang profesional perlu mempunyai kemampuan untuk melakukan pengembangan sebagai bagian kelanjutan dari penelitian. Dalam hal ini, dosen diharapkan memiliki kemampuan melaksanakan rancangan penerapan tersebut baik dalam tingkat percobaan maupun dalam tingkat penyebaran secara masif. Hasil penerapan selanjutnya harus dapat dinilai oleh dosen untuk perbaikan lanjutan maupun sebagai bahan penelitian selanjutnya. Evaluasi dua arah tersebut memainkan peranan penting bagi pengembangan wawasan dan kompetensi dosen yang bersangkutan, serta mendorong terjadinya perbaikan ke arah optimalisasi dan efisiensi yang memajukan teknologi masyarakat dan berdampak terhadap perkembangan kebudayaan dan peradaban. c)
Kompetensi Sosial
Batasan : Kemampuan melakukan hubungan sosial dengan mahasiswa, teman sejawat, karyawan dan masyarakat untuk menunjang pendidikan. Sub Kompetensi : (1) Kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan (2) Menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas (3) Kemampuan menghargai pendapat orang lain (4) Kemampuan membina suasana kelas. (5) Kemampuan membina suasana kerja
235
(6) Kemampuan mendorong peran serta masyarakat d) Kompetensi Kepribadian Batasan : Sejumlah nilai, komitmen, dan etika professional yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional. Sub Kompetensi : (1) Empati (empathy): Meletakkan sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar. (2) Berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki. (3) Menghormati harga diri dan integritas mahasiswa, disertai dengan adanya harapan yang realistis (positif) terhadap perkembangan dan prestasi mereka. (4) Berpandangan positif terhadap diri sendiri, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki. (5) Mempunyai harga diri dan integritas diri yang baik, disertai dengan tuntutan dan harapan yang realitis (positif) terhadap diri. (6) “Genuine” (authenticity): Bersikap tidak dibuat-buat, jujur dan ‘terbuka’ mudah ‘dilihat’ orang lain. (7) Berorientasi kepada tujuan: Senantiasa komit pada tujuan, sikap, dan nilai yang luas, dalam, serta berpusat pada kemanusiaan. Semua perilaku yang tampil berorientasi pada tujuan.
236
Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan kompetensi minimal, dan harus dikembangkan oleh dosen secara berkelanjutan. 2) Motif Berprestasi Menurut McClalland motif berprestasi adalah …”doing something well or doing something better than in had been done before more efficiently, more quickly with labor, with a better result”. Artinya mengerjakan sesuatu dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih efisien, lebih cepat dengan hasil yang lebih baik. Lebih lanjut dalam rumusannya McClelland (1953:111) menyatakan : “… success in competition with some standard of exellece”. Yaitu bersaing untuk mencapai keberhasilan dengan beberapa standar keunggulan. Mengacu pada berbagai pendapat tentang motif berprestasi tersebut dapat dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah dorongan untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas dalam rangka menyelesaikan tugas dengan sempurna sehingga diperoleh hasil yang unggul atau melebihi standar yang ditentukan. Seseorang yang memiliki motif berprestasi selalu berusaha melaksanakan sesuatu yang lebih baik dibandingkan orang lain. Ia berusaha melampau standar keunggulan yang telah ditetapkan. Ia dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Ia lebih berorientasi pada tugas serta lebih menyukai tugas yang memiliki tantangan. Selain itu orang yang memiliki motif berprestasi percaya pada kemampuan dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Menurut McClelland (1953;156) seseorang yang memiliki motif berprestasi akan menampakkan ciri-ciri tingkah laku sebagai berikut : 1) melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaik-baiknya, 2) mengadakan antisipasi berencana untuk keberhasilan pelaksanaan tugas, 3) melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif
237
yaitu dengan berusaha mencari cara-cara sendiri dan cara-cara baru untuk memenuhi rasa ingin tahunya, 4) berusaha sekuat kemamapuannya dalam mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun, dan ulet, 5) tidak takut gagal, berani mengambil resiko dan mempertimbangkan kemampuannya. Ia cenderung memilih tugas yang tingkat kesulitannya moderat namun menantang keahlian dan kemampuannya, 6) mempunyai tanggung jawab personal. Artinya ia merasa bertanggung jawab secara pribadi dalam mencapai tujuannya, dan berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya, 7) berusaha melakukan kegiatan yang melampau standar keunggulan internal maupun eksternal dan memperhatikan umpan balik dan perbuatan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator motif berprestasi terdiri dari : a) Melakukan aktivitas untuk berpretasi sebaik-baiknya b) Melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif c) Mengadakan antisipasi berencana untuk keberhasilan pelaksanaan tugas d) Berusaha sekuat kemamapuannya dalam mencapai cita-cita e) Tidak takut gagal f) Mempunyai tanggung jawab personal g) Berusaha melakukan kegiatan yang melampau standar keunggulan 3) Lingkungan Kerja Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menjadi kunci pendorong bagi para karyawan Anda untuk menghasilkan kinerja puncak… (Mill dalam Timpe, 1992:3). Mardiana (2005) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif
238
memberikan rasa aman dan memungkinkan para dosen untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika dosen menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka dosen tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis menuju kinerja yang tinggi. Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut : “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”. Merujuk pada beberapa batasan di atas, dapat dikemukakan bahwa lingkungan kerja dosen merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar dosen pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Lingkungan kerja fisik adalah tersedianya fasilitas yang dapat mendukung kinerja dosen seperti, fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar ( komputer/laptop, in focus, whitebord dan sebagainya), ruang dosen yang myaman, ruang kelas yang memadai, buku perpustakaan yang memadai, internet, dan sebagainya. Lingkungan kerja non fisik meliputi terbangunnya suatu iklim dan suasana organisasi yang bisa membangkitkan kinerja dosen, seperti peluang untuk studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tugas mengajar maksimal 12 sks, sebagai pembimbing utama atau pendamping, menguji, fasilitas untuk membuat bahan ajar, peluang untuk melakukan penelitian, tersedia jurnal untuk memuat hasil penelitian dan hasil pemikiran, peluang untuk melakukan pengabdian pada
239
masyarakat, peluang untuk mengikuti seminar nasional dan internasional, kesempatanan untuk menjadi pengurus atau anggota kepanitiaan dan sebagainya. Sementara itu profil dosen sebagai variabel kontrol dengan sub variabel
pendidikan, jabatan fungsional, dan pengalaman kerja atau lamanya bekerja. Profil dosen adalah identitas yang melekat pada dirinya yang membawa konsekwensi terhadap hak dan kewajibannya c. Mutu perguruan tinggi Pergururan tingi yang bermutu dipahami sebagai lembaga pendidikan yang terkelola sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan jasa kependidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggan. atribut-atribut mutu Perguruan Tinggi sebagai berikut : 1) Relevansi yaitu adanya kesesuaian dengan kebutuhan, meliputi relevansi kurikulum, relevansi kebijakan akademik, relevansi kompetensi dosen, relevansi kompetensi lulusan. 2) Efisiensi adalah kehematan dalam penggunaan sumber daya (dana, tenaga, waktu dan lain-lain) untuk produksi dan penyajian jasa-jasa PT yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Efisienini meliputi efisiensi dana, waktu, saran dan prasarana, dan sumber daya manusia. 3) Efektivitas dalam arti terdapat kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau kecepatan sistem, metode, dan atau poses (prosesdur) yang dipergunakan untuk menghasilkan jasa
yang direncanakan. Efektivitas
mencakup efektivitas sistem, metode, dan proses. 4) Akuntabilitas adalah dapat tidaknya kinerja dan produk PT, termasuk perilaku para pegelola, dipertanggungjawabankan secara hukum, etika akdemik,
240
agama, dan nilai budaya. Termasuk ke dalam akuntabilitas ini adalah akuntabilitas proses belajar mengajar, perilaku (sikap), 5) Kreativitas yaitu kemampuan PT untuk mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkemabangan zaman, termaksud kemampuan evaluasi diri. 6) Penampilan (Tangible). Termasuk kedalam penampilan adalah kerapian, kebersihan, keindahan, dan keharmonisan fisik perguruan tinggi, terutama para pengelola (pimpinan, dosen, pegawai administrasi), yang membuat situasi dan pelayanan semakin menarik. 7) Empati yaitu kemampuan perguruan tinggi, khususnya para pengelola, memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua pelanggan. Meliputi adanya perhatian pmpinan terhadap bawahan, sikap ramah tamah dan sopan, melayani dengan sepenuh hati, suasana akdemik, suasana hubungan yang harmonis, sikap terbuka, suasana menyenangkan. 8) Ketanggapan
(Responsiveness)
adalah
kemampuan
perguruan
tinggi,
khususnya para pengelola, dalam memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan pelannggan dengan cepat dan tepat. Mencakup tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, tanggap terhadap kesulitan yang dihadapimahasiswa. 9) Produktivitas yaitu kemampuan perguruan tinggi dan seluruh staf pengelola (dosen, dan lain-lain) untuk mengahasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan menurut rencana yang telah diteatpkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Termasuk didalamnya yaitu produktivitas lulusan secara kualtas dan kuantitas, produktivitas penelitian, produktivitas
241
pengabdian pada masyarakat, penguasaan mahasiswa dalam bidang akademik, hasil penghargaan yang diterima oleh mahasiswa. 10) Kemampuan Akademik adalah penguasaan mahasiswa atas bidang studi (penghayatan atas
jasa kurikuler) yang diambilnya. Meliputi penguasaan
mahasiswa dalam bidang akademik dan hasil penghargaan yang diterima mahasiswa. 2. Definisi Operasional Definisi operasional ini dimaksudkan
untuk memudahkan atau
mengarahkan dalam menyusun alat ukur data yang yang diperlukan berdasarkan definisi konseptual penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel utama yaitu kepemimpinan visioner, kinerja dosen, dan manajemen mutu PTS di Kota Bandung. Ketiga variabel utama tersebut secara operasional dapat dijabarkan kedalam varibel, sub variabel, dan indikator . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Bebas dan Variabel Terikat Variabel 1 1.Kepemimpinan Visioner (variabel bebas)
Sub Variabel 2 a. Penentu arah
Indikator 3 1) Menetapkan visi 2) Menetapkan misi 3) Menetapkan tujuan 4) menetapkan sasaran strategis 1) Inisiatif 2) kreatif 1) Menyampaikan gagasan 2) Mensosialisasikan visi secara internal dan eksternal 3) Bertindak sebagai negoisator dalam hubungannya dengan pihak luar 4) Membangun kerja sama dan membangun jaringan eksternal
b. Agen perubahan c. Juru bicara
Dilanjutkan ....
242
Lanjutan .... 1
2 d. Pelatih
2.
Kinerja dosen (variabel bebas
a. Kompetensi
b. Motif Berprestasi
c. Lingkungan kerja
4. Mutu Univer-sitas (variabel terikat)
a. Relevansi
3 1) Memberi teladan 2) Memberi semangat untuk belajar dan tumbuh 3) Membangun percaya diri 4) Mengharagi keberhasilan 5) Mengajari bagaimana meningkatkan diri 1) Kompetensi pedagogik 2) Kompetensi professional 3) Kompetensi sosial 4) Kompetensi kepribadian 1) Melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaik-baiknya 2) Mengadakan antisipasi berencana untuk pelaksanaan tugas 3) Berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita 4) Tidak takut gagal 5) Mempunyai tanggung jawab personal 6) Berusaha melakukan kegiatan yang melampau satandar 1) Lingkungan kerja fisik 2) Lingkungan kerja non fisik 1) 2) 3) 4) 1) 2) 3) 4) 1) 2) 3) 1)
Relevansi kurikulum Relevansi kebijakan akademik Relevansi kompetensi dosen Relevansi kompetensi lulusan Efisiensi dana Efisiensi waktu Efisiensi sarana dan prasarana Efisiensi sumber daya manusia Efektivitas system Efektivitas metode Efektivitas proses Akuntabilitas proses belajar mengajar 2) Akuntabilitas perilaku (sikap) 3) Akuntabilitas kebijakan universitas 4) Akuntabilitas dana 5) Akutabilitas sarana dan pra-sarana 1) Mengadakan inovasi 2) Kemampuan evalasi diri
b. Efisiensi
c. Efektivitas
d. Akuntabilitas
e. Kreativitas
Dilanjutkan ....
243
Lanjutan .... 1
2 f. Penampilan
1) 2) 3) 4) 5) 1)
g. Empati
2) 3) 4) 5) 6) 7) h. Ketanggapan
1) 2)
i. Produktivitas
1) 2) 3) 4) 5)
3 Tersedianya system informasi sistem Tersedianya sarana dan prasarana Kerapihan Kebersihan Keindahan Adanya perhatian ter-hadap bawahan Sikap ramah tamah dan sopan Melayani dengan sepenuh hati Suasana akademik Suasana menyenangkan Sikap terbuka Suasana hubungan yang harmonis Tanggap terhadap kebutuhan mahasiswa Tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi mahasiswa Produktivitas lulusan secara kualitas dan kuantitas Produktivitas penelitian Produktivitas pengabdian pada masyarakat Penguasan mahasiswa dalam bidang akademik Hasil penghargaan yang diterima mahasiswa
Sumber : Hasil pemikiran peneliti 2010 Berdasarkan operasionalisasi variabel tersebut, maka penjabaran konsep teori kedalam konsep-konsep empiris dan analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
244
Tabel 3.4 Penjabaran Konsep Tori ke dalam Konsep-konsep Empiris dan Analisis No. 1
1.
Teori 2
Kepemimpinan Visioner
Empiris 3
a. Penentu arah
Analisis 4 Responden memilih salah satu alternatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju , tentang tindakan pimpinan dalam : 1) Menetapkan visi
Operasional 5 Pernyataan visi mencatumkan kurun waktu tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan
1.
2. 3.
5.
Pernyataan visi masuk akal untuk mencapai tujuan Pernyataan visi memberikan panduan yang jelas dalam mengambil kebijakan lembaga Meskipun fokus pernyataan visi cukup umum sehingga masih membuka peluang bagi pertumbuhan, inisiatif pribadi, dan menampung kemungkinan perkembangan dan perubahan sepanjang masih selaras dengan visi yang ada. Pernyataan visi tidak mudah dikomunikasikan dantidak mudah dijelaskan
6.
Pernyataan misi jelas dan dapat dipahami oleh siapa saja serta mudah diingat.
7. 8.
Pernyataan misi mencerminkan karakterisitik universitas ini. Pernyataan misi dapat berperan membantu atau menjadi acuan untuk mengambil keputusan. Pernyataan misi tidak mampu memberikan inspirasi atau ide-ide baru. Tujuan yang ditetapkan merupakan sumber legitimasi.
4.
2) Menetapkan misi
3) Menetapkan tujuan
4) Menetapkan strategi
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
245
Tujuan yang ditetapkan memberikan kejelasan bagi standar penilaian pelaksana. Tujuan yang ditetapkan bukan merupakan sumber motivasi. Strategi ditetapkan berdasarkan pada peluang yang ada. Strategi yang ditetapkan dimaksudkan untuk menanggulangi dan mengantisipasi ancaman Strategi yang ditetapkan tidak memperhatikan kekuatan sebagai modal dasar Dilanjutkan....
Lanjutan.... 1
2
3
4
5 Strategi yang ditetapkan mengandung usaha untuk mengurangi kelemahan yang ada. Universitas selalu mengikuti dan memanfaatkan perkemabnagan teknologi informasi Pimpinan selalu mempunyai gagasan baru untuk melakukan perbaikan yang berkaitan dengan eksistensi lemabaga Perubahan kurikulum dilakukan secara periodik untuk menyesuaikan kebutuhan stakehoder Kebijakan diarahkan kepada rencana untuk membuka program studi baru yang sesuai dengan tuntutan stakeholder Pergantian jabatan struktural secara periodik sesuai dengan kompetensinya tidak perlu dilakukan Pimpinan selalu mengadakan rotasi pegawai secara periodik Visi, misi, tujuan, dam kebijakan strategis lembaga selalu disosialisasikan secara internal sehingga dapat dipahami dan menimbulkan semangat bagi sivitas academica Visi, misi, tujuan, dam kebijakan strategis lembaga selalu disosialisasikan secara eksternal sehingga yang stakehoder memahami arah dan tujuan universitas ini Demi keberhasilan lembaga Pimpinan bertindak sebagai negoisator dalam hubungannya dengan pihak luar
16. b. Agen perubahan
1)
Menyesuaikan diri dengan lingkungan
17 18.
Kepemimpinan Visioner
19. 20.
c. Juru bicara
2)
Tidak memelihara status quo
1)
Mensosialisasikan visi se-cara internal dan eksternal visi, misi, tujuan, dam kebijakan strategis lembaga
2)
3)
Bertindak sebagai negoi-sator dalam hubungannya dengan pihak luar Membangun kerja sama dan membangun jaringan eksternal
21. 22. 23.
24. 25.
26. 27.
d. Pelatih
1)
Memberi teladan
28. 29. 30. 31.
Menjalin kerja sama dengan sesama perguruan tinngi di dalam negeri bukan merupakan suatu keharusan Menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri merpakan suatu keharusan Menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah atau pusat adalah suatu keharusan Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri Sikap dan perilaku pimpinan tidak layak dijadikan teladan bagi para bawahannya Ide-ide atau gagasan-gagasan pimpinan menjadi inspirasi para bawahanya
Dilanjutkan...
246
1
Lanjutan.... 2
3
4 Memberi semangat untuk belajar dan tumbuh
32.
5 Keberadaan pimpinan dapat memberikan semangat belajar
33.
Keberadaan pimpinan dapat memberikan semangat untuk
Membangun percaya diri
34.
Sikap dan perilaku pimpinan membangun percaya diri
4) Menghargai keberhasilan
35. 36.
5) Mengajari bagaimana meningkatkan diri Responden menjawab salah satu alternatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju tentang kinerja dosen yang meliputi : 1) Kompetensi pedagogik
37.
Keberhasilan/prestasi yang Anda peroleh mendapat penghargaan Karena kepiwaian Anda dalam menjaga nama baik lembaga anda mendapat promosi Pimpinan jarang memberi masukan bagaimana Anda dapat meningkatkan diri
2)
3)
2.
Kinerja Dosen
a. Kompetensi
1. 2. 3. 4.
2) Kompetensi profesional
5. 6.
3) Kompetensi sosial
7. 8.
4) Kompetensi kepribadian
9. 10. 11. 12.
Strategi pembelajaran yang dilakukan dosen mempermudah mahasiswa untuk memahami materi kuliah Proses pembelajaran yang dilakukan dosen membuat mahasiswa aktif, kreatif, dan menyenangkan Berapapun nilai yang diperoleh, mahasiswa merasa puas karena sudah sesuai dengan prosedur penilaian yang benar Dosen selalu memperbaiki kualitas pembelajaran Dosen kurang menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam Dosen memiliki kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi seperti membuat buku dan/ atau buka ajar Dosen melakukan penelitan dan pengabdian masyarakat Dosen memiliki kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan Dosen dapat menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas Dosen tidak memiliki kemampuan menghargai orang lain Dosen memiliki kemampuan membina suasana kelas Dosen bersikap empati dalam artian memiliki sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar.
Dilanjutkan....
247
Lanjutan..... 1
2
3
4
5 13. 14.
b. Motif berprestasi
1) Melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaik-baiknya
15. 16. 17.
2) Mengadakan antisipasi berencana untuk melaksanakan tugas 3) Melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif
18.
19. 20.
4) Berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita
21.
22.
23.
248
6 Dosen berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki. Dosen menghormati harga diri dan integritas mahasiswa, disertai dengan adanya harapan yang realistis (positif) terhadap perkembangan dan prestasi mereka. Dosen bersikap dibuat-buat, jujur dan terbuka. Dosen memanfaatkan peluang untuk meningkatkan aktivitasnya melalui studi lanjut dan mengikuti pertemuan ilmiah Dosen meningkatkan prestasinya memlalui penelitian dan pengabdian pada masyarakat Silabus, gari-garis besar program pengajaran selalu dipersiapkan Dosen untuk mempermudah pelaksanaan tugas Untuk memotivasi para mahsiswa Dosen melakukan usaha kreatif melalui cara penyampaian materi yang bervariasi Inovasi tidak perlu dilakukan dosen karena mahasiswa tidak memerlukan Usaha menciptakan sesuatu yang baru dilakukan dosen baik dibidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan penunjang untuk memperoleh penghargaan di tingkat nasional maupun internasional Dosen berusaha seoptimal mungkin untuk melakukan kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat serta faktor penunjang lainnya untuk mendapatkan sertifikat pendidikan Dosen berusaha meningkatkan kemampuannya untuk meraih jabatan fungsional tertinggi (guru besar/profesor Dilanjutkan....
Lanjutan.... 1
2
3
4 5) Tidak takut gagal
5 24.
25. 6) Mempunyai tanggung jawab personal
26. 27.
7) Berusaha melakukan kegiatan yang melampaui standar c. Lingkungan 1) Lingkungan kerja fisik kerja
28.
29.
30. 31. 32.
2) Lingkungan kerja non fisik
33. 34. 35. 36. 37. 38.
249
6 Dosen selalu belajar dan berusaha untuk meningkatkan diri dan tidak takut gagal dalam melaksanakan tugasnya karena yakin bahwa kegagalan merupakan proses dari kebarhasilan Dosen kurang berani mengambil resiko dan tidak mempertimbangkan kemampuannya Dosen memiliki tanggung jawab secara pribadi dalam mencapai tujuannya Dosen berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi Dosen berusaha melakukan kegiatannya yang melampaui standar keunggulan eksternal Fasilitas untuk mengajar (laptop, infokus, whiteboard, dan sebagainya tersedia sehingga dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar Tersedia ruang dosen yang nyaman Tersedia ruang kelas yang representatif Buku referensi, jurnal, karya ilmiah yang tersedia di perpustakaan selalu diperbaharui Tidak tersedia ruang rapat/ruang seminar yang representatif Lembaga memfasilitasi dosen untuk studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi Dalam satu semester dosen diberi tugas untuk mengajar maksimal 12 SKS Dosen diberi tugas sebagai pembimbing dan penguji sesuai dengan jabatan fungsionalnya Lembaga memfasilitasi dosen untuk mengembangkan bahan ajar atau membuat buku Terbuka peluang untuk mengajukan jabatan fungsional yang lebih tinggi Dilanjutkan....
Lanjutan.... 1
2
3
4
5
6
39.
Ada peluang bagi dosen untuk melakukan penelitian dengan biaya dari lembaga atau instansi lain Ada fasilitas bagi dosen untuk memut hasil penelitiannya atau pemikirannya dalam jurnal ISSN/ Nasional/ Internasional Terbuka peluang bagi dosen untuk melakukan kegiatan pengabdian pada mastarakat Terbuka peluang bagi dosen untuk mengikuti pertemuan ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional Terbuka peluang bagi dosen untuk terlibat dalam kepanitiaan
40. 41. 42. 43. 3.
Mutu Uiversitas
a.
Relevansi
Responden menjawab salah satu alternatif jawaban sangat setuju, setuju, raguragu, tidak setuju, sangat tidak setuju tentang mutu universitas yang bersangkutan : 1) Relevansi kebijakan 2) Relevansi kurikulum
1.
Peraturan akademik disusun dan ditentukan berdasarkan pada kebijakan-kebijakan strategis dan kebutuhan para pelanggan universitas
2.
Isi kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan para pelanggan universitas terutama mahsiswa, dunia kerja dan dunia usaha baik lokal, nasional maupun global, serta perkembangan ilmu dan teknologi Silabi dan garis-garis besar program pengajaran disusun berdasarkan kurikulum dan kebutuhan para pelanggan terutama mahasiwa, dunia kerja dan dunia usaha Kompetensi lulusan dapat diterima dengan baik di dunia kerja dan dunia usaha
3.
3) Relevansi kompetensi lulusan
4.
4) Relevansi kompetensi dosen
5.
250
Penerimaan dosen tidak didasarkan pada kualifikasi dan kompetensinya Dilanjutkan....
Lanjutan.... 1
2
3
b.
c.
Efisiensi
Efektivitas
4
5 6.
1) Efisiensi dana
7.
2) Efisiensi waktu
8.
3) Efisiensi sumber daya manusia
9.
4) Efisiensi sarana dan prasarana
10.
1) Efektivitas sistem
11.
12.
13. 2) Efektivitas metode
14.
3) Efektivitas sarana dan prasarana
15. 16.
251
6 Dosen mengajar mata kuliah sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya Para pengelola selalu berusaha mengoptimalkan dan mencegah segala jenis pemborosan dana Dalam pelaksanaan perkuliahan disiplin waktu, kehematan penggunaan segala materi dan perlengkapan selalu dijaga, sehingga pemborosan tidak terjadi Pengarsipan semua data akademik, termasuk penelitian, perkuliahan, pengabdian pada masyarakat, praktikum, karya-karya tulis, skripsi dan hasil ujian dilaksanakan dengan sehingga data itu bisa segera digunakan bila perlu Semua barang dan perlengkapan kurang terpelihara secara profesional sehingga pemborosan tidak terjadi Organisasi universitas mengakomodasi dan menggerakkan sistem dan semua proses kegiatan secara tepat guna dengan mengutamakan penggunaan tim kerja sama Sistem informasi yang meliputi penyampaian informasi baik internal maupun eksternal, berjalan dengan baik sehingga semua pelanggan merasa puas Sistem informasi lembaga penelitian terlaksana dengan baik sehingga para pelanggan puas. Metode peningkatan mutu kemampuan dosen melalui pelatihan dan atau pendidikan pasca sarjana terlaksana dengan baik Alat-alat bantu perkuliahan tidak tersedia dan terpelihara serta dimanfaatkan dengan baik Sumber belajar lainnya termasuk komputer akses internet serta multimedia, tersedia bagai semua pelanggan terutama mahasiswa dan dosen Dilanjutkan...
Lanjutan.... 1
2
3 d.
Akuntabilitas
4
5
1) Akuntabilitas kebijakan universitas
17.
2) Akuntabilitas perilaku (sikap)
18.
3) Akuntabilitas proses belajar mengajar
19.
20.
e.
Kreativitas
6 Semua kebijakan strategis termasuk statuta, rancana strategis, ditetapkan berdasarkan keputusan senat universitas Pimpinan selalu bertindak dengan tanggung jawab, jujur dan berdasarkan ketentuan yang berlaku Semua kegiatan akademik untuk melayani mahasiswa dilaksanakan berdasarkan peraturan-peraturan akademik Rapat jurusan/program studi untuk menentukan semua kebijakan teknis pelaksanaan kegiatan akademik termasuk pembagian tugas dosen dan jadwal perkuliahan tidak dilakukan secara periodik
4) Akuntabilitas sarana dan prasarana
21.
Pelaksanaan pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana universitas di dasarkan pada peraturan yang berlaku
5) Akuntabilitas dana
22.
Penggunaan dana dipertanggungjawabkan secara periodik
1) Mengadakan inovasi
23.
Pimpinan selalu berusaha pro-aktif dalam menghadapai perkembangan zaman dengan mengemukakan pemikiran baru
24.
Inovasi baru dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat diupayakan sebagai dasar perbaikan yang berkelanjutan
25.
Hasil Hasil evaluasi pelaksanaan dan produk kegiatan tidak dijadikan dasar untuk perencanaan peningkatan mutu selanjutnya Hasil evaluasi dipergunakan dimanfaatkan untuk menyusun strategi dan rencana pengembangan serta perbaikan program secara berkelanjutan Dilanjutkan...
2) Mengadakan evaluasi sebagi umpan balik
26.
252
Lanjutan.... 1
2 f.
3 Penampilan
g. Empati
4 1) Tersedianya sistem informasi
5 27.
2) Tersedianya sara dan prasarana 3) Kerapihan
28. 29. 30.
4) Kebersihan
31.
5)
32.
Kindahan
1) Adanya perhatian terhadap bawahan
33.
2) Sikap ramah tamah dan sopan 3) Melayani dengan sepenuh hati
34.
4) Suasana akademik
36.
5) Suasana hubungan yang harmonis
35.
37.
6 Tersedia sistem informasi sistem untuk meningkatkan pelayanan baik untuk mahasiswa maupun para dosen Tersedia sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan Pimpinan selalu berpenampilan rapih Dosen kurang berpenampilan rapih karena untuk mengajar tidak perlu memperhatikan penampilan yang penting menguasai materi Lingkungan kampus secara keseluruhan termasuk fasilitas umum terlihat teratur bersih dan terpelihara dengan baik Jalan-jalan dan taman-taman di kampus terpelihara dengan baik dan bersih serta terpelihara sehingga terasa indah, menyegarkan dan menyenangkan Pimpinan selalu memperhatikan dengan dengan sungguh-sungguh aspirasi dan kebutuhan semua orang yang dipimpinnya termasuk mahasiswa dan burusaha untuk memenuhinya Sikap ramah dan sopan selalu ditunjukan para pengelola dalam melayani para pelanggan Pengelola kurang memenuhi kebutuhan para mahasiswa dan dosen dan tidak berusaha untuk melayani dengan sepenuh hati karena mereka sudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri Suasana akademik yang kondusif dalam artian dosen selalu memperhatikan aspirasi dan kebutuhan mahasiswa serta berusaha untuk memenuhi sebaik-baiknya Semua kebijakan strategis disosialisasikan sehingga semua pihak terutama para pimpinan, dosen, tenaga penunjang akademik dan pegawai administrasi memahami dan merasa ikut memiliki serta bertanggung jawab Dilanjutkan....
253
Lanjutan .... 1
2
3
h.
4
6)
5 38.
7) Sikap terbuka
39.
8) Suasana menyenangkan
40. 41.
i.
Ketang gapan
1) Tanggap terhadap kebutuhan mahasiswa
42.
43.
2) Tanggap terhadap kesulitan mahasiswa i.Produ 1) Produktivitas lulusan secara ktivitas kualitas dan kuantitas 2) Produktivitas penelitian 3) Produktivitas pengabdian pada masyarakat 4) Penguasaan mahasiswa dalam bidang akandemik
44. 45. 46. 47. 48. 49.
254
6 Pimpinan selalu berusaha mengkomunikasikan dan memberdayakan semua potensi sumber daya manusia sehingga menjadi kekuatan sinergis yang berguna Unsur-unsur pimpinan universitas bersikat terbuka terhadap semua dosen, pegawai administrasi dan para mahasiswa Semua orang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan senang hati, nyaman dan bersemangat Terpelihara suasana yang akrab antara pimpinan dengan para pegawai, dosen, dan mahasiswa Pimpinan selalu memberi respon yang cepat dan tepat terhadap setiap perkembangan, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan para mahasiswa Para pengelola selalu tanggap terhadap aspirasi dan keluhan para mahasiswa dan dosen serta berusaha memberikan respon dengan cepat dan setepat mungkin Pimpinan, dosen, dan para pegawai selalu tanggap terhadap kesulitas mahasiswa Setiap tahun secara kualitas lulusan tidak selalu meningkat Setiap tahun secara kuantitas lulusan selalu meningkat Hasil penelitian dihitung dan dievaluasi setiap tahun serta dibandingkan dengan rencana penelitian yang telah ditetapkan Hasil pengabdian pada masyarakat dipublikasikan dan setiap tahun selalu meningkat Ujian akhir semester diberikan untuk mengetahui penguasaan mahasiswa atas materi kuliah keseluruhan semester dan melihat kemampuan akdemiknya Dilanjutkan....
Lanjutan.... 1
2
3
4
5) Hasil penghargaan yang diterima mahasiswa
5 50. 51.
Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti, 2010
255
6 Evaluasi akhir studi diadakan dengan obyektif sehingga tingkat kemampuan akademis mahasiswa diketahui Belum pernah ada mahasiswa yang menerima penghargaan tingkat regional/nasional/internasional di bidang akademik
D. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini berdasarkan pada variabel yang diteliti yaitu kepemimpinan visioner (X1), kinerja dosen (Y), dan mutu universitas swasta (Y). Untuk lebih jelasnya maka desain penelitian ini disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Pyx
X
Pyx1
X1
Y
Pyx2 rx2x1
rx3x1
C
Py
Pyx3
X2
Pyx4 rx4x1
rx3x2 Pzx1
X3 rx4x2
Pzx2
rx4x3
Pzx3
X4
Pzx4 Pzx Gambar 3.1 Desai penelitian
Keterangan : X
Pzy
: Kepemimpinan Visioner
X1 : Penentu Arah X2 : Agen Perubahan X3 : Juru Bicara X4 : Pelatih
256
Z
Pz 2
Y
: Kinerja Dosen
Z
: Mutu Perguruan Tinggi Swasta : Epselon (faktor lain yang tidak diteliti)
C
: Variabel kontrol ( profil dosen: latar belakang pendidikan, jabatan fungsional, lamanya bekerja)
E. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitian Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpul data adalah angket. Angket ini terdiri dari sejumlah pernyataan yang bersifat tertutup dalam arti bahwa setiap pertanyaan telah disediakan alternatif jawabannya, sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang telah disediakan.
F. Proses Pengembangan Instrumen Sebalum disebar kepada responden angket ini terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan kepada responden yang tidak termasuk dalam sampel. Uji coba dilakukan berulang-ulang sampai ditemukan alat uji yang bener-bener valid dan reliabel. 1. Analisis Uji Validitas Selltiz dkk. (Black dan Chapion, 1992:193) menyatakan :’Validitas (kesahihan) didefinisikan sebagai perangkat ukuran yang memperkenankan peneliti untuk menyatakan bahwa alat pengukur apa yang ia katakan akan mengukur.’ Sugiyono (2004:109) mengemukakan : “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
257
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Pada umumnya uji validitas meliputi validitas soal secara keseluruhan dan validitas butir soal atau validitas item. Sementara itu Ary, at. al (2004:294) membagi validitas menjadi dua yaitu validitas konstruksi (construct validity) dan validitas isi (conten validity). Untuk menguji validitas butir item dilakukan dengan cara menguji koefisien skor butir item dengan skor butir total dengan rumus dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson (Product Moment) sebagai berikut : rhitung =
n ( ∑ X iYi ) − ( ∑ X i )( ∑ Yi )
{n ∑ X
2 i
− (∑ X i )
2
} {n ∑ Y
i
2
− ( ∑ Yi )
2
}
Keterangan : r X Y n
= = = =
korelasi variabel independen varibel dependen ukuran sampel
Jika koefisien korelasi untuk seluruh item telah dihitung, perlu ditentukan angka terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari harga koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien yang mendekati nol (0,00). Menurut Friedenberg (1995) biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang
258
minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi diatas 0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu mendekati angka satu (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya). 2. Uji Reliabilitas Perangkat lain yang penting untuk menguji instrumen adalah Realibilitas (keterandalan). Reliabilitas didefinisikan sebagai kemamapuan alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur. Salltiz dkk. (Black dan Chapion, 1992:204). Kerlinger (2000:708) menyatakan :”Kata-kata lain untuk keandalan adalah kemantapan, konsistensi, prediktabilitas/keteramalan, dan kejituan ketepatan alias akurasi.” Dinyatakan pula bahwa kendalan adalah kejituan atau ketepatan instrumen pengukur. (Kerlinger, 2000:710). Dengan demikian instrument yang andal (reliabel) adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Rumusan Koefisien Reliabilitas untuk instrumen penelitian yang berupa skor berskala ukur ordinal, digunakan persamaan spearman brown r.tot =
2(r.tt ) 1 + r.tt
dimana :
r.tot = Nilai reliabilitas variabel r.tt = Nilai korelasi Spearman
259
Salah satu metoda yang digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas adalah metoda belah dua atau split-half method. Yaitu setelah dihitung dengan korelasi product moment sebagaimana dalam uji validitas, maka selanjutnya untuk mengetahui reliabilitas, seluruh tes harus digunakan rumus Sperman-Brown. Koefisisen reliabilitas dikatakan signifikan jika koefisien korelasi signifikan pada α = 0.1. Keseluruhan perhitungan untuk uji validitas item dan perhitungan reliabilitas dihitung dengan menggunakan SPSS 14.0.
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk angket atau kuesioner. Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. (Singarimbun, 2002). Sependapat dengan kutipan tersebut (Millan dan Schumacher 2001) menyatakan : “In survey research the investigator selects a sample of
respondents and
administers a questionnaire....” Yaitu bahwa dalam penelitian survei penyelidik memilih sebuah sampel
responden dan membuat sebuah kuesioner. Dengan
demikian dalam penelitian ini data diperoleh melaui penyebaran kuesioner tertututp yang masing-masing mengungkapkan tentang kepemimpinan visioner, kinerja dosen dan mutu universitas swasta yang dikemas dalam bentuk pernyataan. Setiap item mempunyai 5 kriteria jawaban dengan memberikan skor dimuali dari 1,2,3,4, sampai 5.
Alternatif jawaban dimulai dari sangat tidak
setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
260
Tabel 3.5. Skor dan Alternatif Jawaban Kuesioner No. 1. 2. 3. 4. 5.
Alternatif Jawaban Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju
Skor 1 2 3 4 5
Sumber : Sugiyono, 2005
Pengukuran setiap variabel dilakukan melalui ratings technique dengan teknik likert summated ratings yang dilanjutkan dengan method of susccessive untuk memperoleh skala imterval. Semua kuesioner berisikan pernyataanpernyataan yang diajukan kepada responden.
H. Prosedur Penelitian Melalui penelusuran berbagai konsep maka dibuatlah angket sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Angket yang telah dipersiapkan diuji terlebih dahulu melalui uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas dan realibilitas terlampir. Setelah diuji kemudian angket tersebut disebar responden dengan sasaran Kaprodi dan Dosen yang ada di Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim. Data
yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan path analysis. Selain dideskripsikan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan dengan menggunakan path analysis, dilanjutkan pada pendeskripsian secara kualitatif untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas. Tekhnik pengolahan data dalam penelitian ini meliputi tiga hal yaitu:
261
1. Perhitungan Persentase Perhitungan persentase digunakan untuk mengetahui gambaran variable penelitian, melalui perhitungan frekuensi skor jawaban reponden pada setiap alternatif jawaban angket, sehingga diperoleh persentase jawaban setiap alternatif jawaban dan skor rata-rata. Interpretasi skor rata-rata jawaban responden dalam penelitian ini menggunakan rumus interval sebagai berikut:
Rentang Panjang Kelas Interval = Banyak Kelas Interval
Sesuai dengan skor alternatif
jawaban angket yang terentang dari 1
sampai dengan 5, banyak kelas interval ditentukan sebanyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
Panjang Kelas Interval =
5-1
= 0,8
5
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor rata-rata jawbaan responden seperti tampak pada tabel berikut. Tabel 3.6. Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Jawaban Responden Rentang 1,00 – 1,79 1,80 – 2,59 2,60 – 3,39 3,40 – 4,19 4,20 – 5,00
Penafsiran Sangat tidak setuju/Sangat Rendah Tidak setuju/Rendah Ragu-ragu/Sedang Setuju/Tinggi Sangat setuju/Sangat Tinggi
262
2. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif berusaha memaparkan data atau jawaban-jawaban yang diberikan kepada para responden dengan sejumlah pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam bentuk kuesioner, sehingga hasil yang didapat akan memperjelas masalah yang akan diteliti. Tekhnik pengolahan data untuk uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analisis Jalur (Path Analysis Models). Skala pengukuran semua variabel dalam penelitian ini adalah pengukuran pada skala ordinal. Untuk kepentingan analisis data dengan Analisis Jalur (Path Analysis) yang mensyaratkan tingkat pengukuran variabel sekurang-kurangnya interval, indeks pengukuran variabel ini ditingkatkan menjadi data dalam skala interval melalui method of successive intervals (Rasyid, 2005). Tekhnik pengolahan data dengan menggunakan model Analisis Jalur (Path Analysis Models) mengikuti langkah kerja sebagai berikut: a. Menggambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. b. Menghitung matriks korelasi antar variabel.
R=
X1 1
X2
rX X 1
1
Y 2
rX rX
1y
2y
1 Formula untuk menghitunng koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient) dari Karl Pearson. Alasan penggunaan tekhnik koefisien korelasi dari Karl
263
Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval. Rumus
Pearson’s
Coefficient
of
Correlation
(Product
Moment
Coefficient) : n∑xy -(∑x )( y )
rxy =
n(∑ x2 )
- (∑x2) n(∑ y2) - (∑ y2)
(Sumber: Sudjana, 1996) c. Menghitung matriks korelasi variabel eksogenous. X1
X2
1
rX X
R =
1
2
1
…
Xk
…
rX X
…
rX X
1
k
2
k
1
d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenous. X1
X2
…
Xk
C11
C12
…
C1k
C22
…
C2k
-1
RR 1 =
Ckk
e. Menghitung semua koefisiensi jalur pxux1 , dimana i = 1,2, … k; melalui rumus ρxux1 R = ρxux2 … ρxuxk
=
C11 C12
…
C1k
rxux1
C22
…
C2k
rxux2
…
…
…
…
Ckk
rxuxk
264
f. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogenous terhadap variabel endogenous secara parsial, dengan rumus: 1) Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenous terhadap variabel endogenous = pxux1 x ρxux1 2) Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenous terhadap variabel endogenous = pxux1 x rx1x2 x ρxux1 3) Besarnya
pengaruh
total
variabel
eksogenous
terhadap
variabel
endogenous adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak langsung = [pxux1 x pxux1] + [pxux1
x
rx1x2
x
pxux1]
g. Menghitung R2 xu (x1 , x2 … xk ) , yaitu koefisiensi determoinasi total X1, X2 … Xk terhadap Xu atau besarnya pengaruh variabel eksogenous secara bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogenous dengan menggunkan rumus :
rxux1 R
2
xu (x1 , x2 … xk )
= ( ρxux1
ρxux2
… ρxuxk )
rxux2 … rxuxk
h. Menghitung bearnya variabel residu, yaitu variabel
yang mempengaruhi
variabel endogenous di luar variabel eksogenous, dengan rumus: pxuƐ =
R2 xu (x1 , x2 … xk )
i. Mengji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah :
265
pxux1
t =
(Sumber: Rasyid, 2005:10)
(1 - R2 xu (x1 , x2 … xk ) ) Cii n-k-1 dengan :
i = 1,2, … k k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktrur yang sedang diuji t = Mengikuti table distribusi t-student, dengan derajat bebas (degrees of freedom) n–k–1 Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai table t-student. (t0 > ttabel (n-k-1).
j. Menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secara keseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah:
F =
(n – k – 1)(R2 xu (x1 , x2 … xk )) k(1 - R2 xu (x1 , x2 … xk ))
(Sumber: Sitepu, 1994) dengan : i = 1,2, … k k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktrur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi F-snedecor, dengan derajat bebas (degrees of freedom) k dan
n–k–1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai table F. (F0 > Ftabel (k, n-k-1).
266
k. Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenous terhadap variabel endogenousous, dengan statistik uji yang digunakan adalah : px3x1 - px3x2
t = (1- R
2
x3(x1x2 ) )(
Cii + Cjj – 2Cij ) n–k–1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel tstudent. (t0 > ttabel (n-k-1).) l. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik. H0
:
F ≤ F tabel (α = 0,05) (df = k / (n-k-1)
H1
:
F > F tabel (α = 0,05) (df = k / (n-k-1)
Demikianlah
tahap-tahap
dalam
prosedur
pengolahan
data
yang
dilaksanakan oleh peneliti. Dengan pengolahan data sebagaimana yang dimaksud, diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian.
267