BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Tentang Dakwah Bil Qalam 1. Dakwah a. Pengertian Dakwah Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu da’ayad’u-da’watan,
artinya
mengajak,
menyeru,
memanggil.19
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan tersebut dikenal dengan panggilan da’i artinya orang yang menyeru. Tetapi mengingat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah muballigh yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan (message) kepada pihak komunikan.20 Luasnya wilayah dakwah dan peranannya yang besar dalam Islam membuat kita merasa kesulitan dalam merumuskan definisi dakwah secara tepat. Sehingga dakwah itu sendiri memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perubahan karakter secara individu maupun kelompok itu sendiri. Mengingat keadaan jaman saat ini yang sudah banyak prilakuprilaku manusia yang menyimpang. Maka disinilah peran dakwah itu sendiri sangat dibutuhkan, sebab dakwah itu adalah amanat yang 19 20
Samsul Munir Amin, (Cet.I), Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1. Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 31.
19 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Ini membuktikan bahwah dakwah adalah tanggung jawab kita semua, khususnya umat Islam itu sendiri. Kita sendiri tidak bisa lepas dari kegiatan dakwah, baik sebagai pendakwah maupun mitra dakwah. Apapun yang berkaitan dengan Islam, kita pastikan ada unsur dakwahnya. Dakwah adalah denyut nadi Islam. Islam dapat bergerak dan hidup karena dakwah. Menurut para ahli bahasa kata dakwah ini mempunyai beberapa pengertian yang diantaranya adalah : Mengharap dan berdo’a kepada Allah SWT, misalnya (Q.S. Al-Baqarah 2: 186):
ست َِجُبُىا ْ ََُان فَ ْل ٌ سأَلَكَ ِعبَا ِدٌ َعىٍِّ فَئِوٍِّ قَ ِر ُ َب أُ ِج َ َوإِ َذا ِ َّاع إِ َذا َدع ِ ُب َدع َْىةَ الد )681( َشدُون ُ لٍِ َو ْلُُ ْؤ ِمىُىا بٍِ لَ َعلَّ ُه ْم ََ ْر Artinya: ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku. Maka (jawablah) Bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’akan apabila ia berdoa itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”21
Dengan demikian, secara etimologis pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan
21
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya edisi revisi (Surabaya: Mahkota, 1989), h. 45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Definisi dakwah secara terminologi muncul dari pendapat beberapa tokoh, sebagai berikut: a) Menurut Abdul Munir Mulkhan dakwah adalah aktualisasi atau realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses pengondisian agar sesorang atau masyarakat
mengetahui,
memahami,
mengimani,
dan
mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup. Maksud dari pengondisian yang berkaitan dengan perubahan tersebut berarti, upaya menumbuhkan kesadaran dan kekuatan pada diri objek dakwah terhadap nilai-nilai Islam.22 b) Menurut Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak kepada sesuatu. Istilah dakwah berarti mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, serta memerintahkan mereka berbuat makruf dan mencegah kemungkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.23 c) Quraish Shihab memberi pengertian dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi dan
22
Abdul Munir Mulkhan,Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episod Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, (Yogyakarta: Sipress. 1996), h. 205. 23 Syaikh Ali Mahfudz. (cet. IX),Hidayah al-Mursyidin: ila Thuruq al- Wa’dhy wa al-Khotobah, (Kairo: Dar Al-I’tisham. 1979), h.17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekadar meningkatkan pemahaman dalam laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.24 d) Amrullah Achmad memberikan dua pola pengertian yang ada dalam pemikiran dakwah. Pertama, bahwa dakwah diberi pengertian
tablig
(menyampaikan).
Kedua,
dakwah
diberi
pengertian semua usaha untuk menanamkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan manusia. Tablig merupakan sistem usaha menyiarkan dan menyampaikan Islam agar dipeluk oleh individu atau kolektif baik melalui tulisan maupun lisan. Kriteria kedua, dapat diartikan bahwa kegiatan dakwah tidak hanya tablig tetapi meliputi semua usaha mewujudkan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan.25 e) Menurut Ibnu Taimiyah, dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan
24
Quraish Shihab, (Edisi baru) Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,(Bandung: Mizan. 2007), h. 304. 25 Amrullah Achmad, (Cet.II),Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M. 1985), hh. 2-3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
menaati apa yang telah diberitakan oleh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.26 f) Adam Abdullah al-Alury, menyatakan bahwa dakwah adalah mengarahkan pikiran dan akal budi manusia kepada suatu pemikiran atau aqidah yang berguna dan bermanfaat. Dakwah juga merupakan kegiatan mengajak orang untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan yang akan menjatuhkannya atau dari kemaksiatan yang ada di sekitarnya.27 g) Thoha Yahya Omar, menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.28 h) Didin Hafifuddin, menyatakan bahwa dakwah dalam pengertian integralistik merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk jalan Allah Swt. dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.29
26
Samsul Munir Amin, op.cit.,(Jakarta: Amzah, 2009), hh. 3-5. A. Sunarto AS, Etika Dakwah, (Surabaya: Jaudar Press, 2015), h. 82. 28 Ibid, h. 83 29 Ibid 27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Adapun menurut penulis yang dimaksud dengan dakwah adalah suatu bentuk aktifitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana, untuk terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan. Berbagai macam pemahaman mengenai pengertian dakwah sebagaimana disebutkan di atas, meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan, tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain, dapatlah diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: a) Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam dari seseorang kepada orang lain. b) Penyampaian ajaran Islam tersebut berupa ajakan kepada jalan Allah dengan amr ma’ruf (ajaran kepada kebaikan) dan nahi mun’kar (mencegah kemunkaran). c) Dakwah adalah suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana dengan tujuan terbentuknya suatu individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya seluruh ajaran Islam. b. Ruang Lingkup Dakwah Ruang lingkup pesan dakwah Islam sangatlah luas. Materi yang luas dan lengkap itu, tentunya memerlukan pemilihan pemilihan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
membuat prioritas-prioritas, yaitu dengan memperhatikan situasi dan kondisi kemasyarakatan yang ada, serta menempuh bermacam-macam metode pendekatan. Disamping itu, karena pesan dakwah ini haruslah manusiawi, yang diharapkan dapat membentuk pengalaman sehari harinya menurut tatanan agama. Oleh karena itu secara teknis dakwah tidak dapat terlepas dari dua hal pokok, yakni kemampuan penerima dakwah berdasarkan tingkat berfikirnya dan keperluan masyarakt obyek atau atas permintaannya. Jelasnya, materi dakwah harus fundamental, dan disampaikan dengan metode-metode yang bervariasi, sistem yang proporsional, menggunakan teknis yang relevan dan ideal. Pada intinya pesan dakwah sebagai pengaruh didalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan ini dapat bersifat informatif, persuasif, dan koersif : Informatif Memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif lebih berhasil dari pada pesan persuasif misalnya pada kalangan cendikiawan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Persuasif Ajakan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan. Koersif Memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dari penyampaian pesan secara ini adalah penekananpenekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan diantara sesamanya dan pada kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah, instruksi dan lain sebagainya.
Berdasarkan klasifikasinya, materi dakwah atau pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran Islam. Banyak klasifikasi yang diajukan para ulama’ dalam memetakan Islam. Endang Saifuddin Anshari menyebutkan ada tiga pokok materi dakwah, yaitu:30 Aqidah, yang meliputi iman kepada Allah SWT., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah, dan iman kepada qada’ dan qadar. Syariah, yang meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, as-sahaum, zakat, haji) dan Muamalah dalam arti luas (al-qanum-
30
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
al khas atau hukum perdata, dan al-qanun al-‘am atau hukum publik). Akhlak, yang meliputi akhlak kepada al-khaliq dan makhluq (manusia dan manusia).
2. Dakwah Bil Qalam a. Pengertian Dakwah Bil Qalam Dakwah bil qalam dalam kaitannya dengan ilmu dakwah merupakan salah satu dari bentuk dakwah. Prof. Dr. Moh. Ali Aziz menyatakan bahwa pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga, yaitu: Dakwah Lisan (Da’wah bi al-lisan), Dakwah Tulis (Da’wah bi al-qalam), dan Dakwah Tindakan (Da’wah bi al-hal).31 Pengertian Dakwah bil qalam dapat dirujuk dari asal bahasanya, yaitu bahasa Arab. Dakwah bil qalam jika ditulis sesuai gramatikal bahasa Arab, maka akan ditulis ad-da’wah bi al-qalam, terdiri dari dua kata yaitu, da’wah dan qalam. Menurut Muriah dalam buku Metodologi Dakwah Kontemporer, da’wah (jika ditulis Arab) atau dakwah (jika ditulis Indonesia) secara etimologis merupakan bentuk mashdar dari akar kata da’ā-yad’ū-da’wah yang artinya memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong dan memohon.32
31
32
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi revisi), (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 359 Siti Muriah. Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2000).h.1-2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Pengertian dakwah bil qalam yaitu mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah Swt. lewat seni tulisan.33 Penggunaan nama “Kalam” merujuk kepada firman Allah SWT, “Nun, perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya” (Q.S. AlQolam:1):
)6( َسطُ ُرون ْ ََ ن َوا ْلقَلَ ِم َو َما Artinya: “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”34
Ayat ini sangat spesifik berkenaan dengan jurnalistik, dimana Allah Swt memberi isyarat akan pentingnya menulis dan apa yang ditulis. Abu Faraj menulis bahwa interpretasi terhadap huruf "nun" cukup beragam. Diantaranya (dan ini paling banyak dipegang), adalah pemahaman kata nun sebagai dawat (tinta). Inilah pendapat Ibnu Abbas, Al Hasan dan Qatadah, yang disandarkan pada hadis riwayat Abu Hurairah: "Setelah Allah menciptakan nun (dawat), dan setelah menciptakan qalam (pena), Dia berkata: "Tulislah! Ya Rabbi, apa yang
33
.Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsip Da’wah bi Al-Qalam dalam Al
Qur’an.(Jakarta: Teraju, 2004), h. 120 34
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya edisi revisi (Surabaya: Mahkota, 1989), h. 960.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
hamba tulis? Allah menjawab, tulislah semua yang ada sampai hari kiamat".35 Pengertian qalam secara etimologis, berasal dari bahasa Arab qalam dengan bentuk jamak aqlām yang berarti kalam penulis, pena, penulis.36 Pengertian lainnya yang disebutkan dalam buku Jurnalisme Universal, antara lain: a. Menurut Quraish Shihab bahwa kata qalam adalah segala macam alat tulis menulis hingga mesin-mesin tulis dan cetak yang canggih.37 b. Al-Qurtubi menyatakan bahwa qalam adalah suatu penjelasan sebagaimana lidah dan qalam yang dipakai menulis (oleh Allah Swt.) baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Jadi penjelasan al-Qurtubi menunjukkan bahwa qalam adalah sebuah alat untuk merangkai tulisan, lalu berkembang menjadi alat cetak mencetak. c. Al-Shabuni mengungkapkan bahwa qalam adalah pena untuk menulis, alat untuk mencatat berbagai ilmu dari ilmu yang ada dalam kitab Allah Swt. hingga apa yang menjadi pengalaman
35
Dikutip dari, Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 249 Muhammad Yunus. Kamus Arab-Indonesia. (Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010), h.355. 37 Suf Kasman.Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsip Da’wah bi Al-Qalam dalam AlQur’an. (Jakarta: Teraju. 2004), h.118. 36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
manusia dari masa ke masa.38 Penjelasan al-Qurtubi sama dengan apa yang disampaikan oleh Imam asy-Syaukani dalam kitab Fat alQadīr, bahwa al-qalam menunjukkan kepada alat yang digunakan untuk menulis. Dan menurut sebagian besar ulama, makna al-qalam adalah apa yang tertulis di lauh al-mahfūdz.39 Pengertian dakwah bil qalam lainnya yaitu mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah Swt. lewat seni tulisan.40 Pengertian dakwah bil qalam menurut Suf Kasman yang mengutip dari Tasfir Departemen Agama RI menyebutkan definisi dakwah bil qalam, adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah Swt. melalui seni tulisan. Kasman juga mengutip pendapat Ali Yafie yang menyebutkan bahwa, dakwah bil qalam pada dasarnya menyampaikan informasi tentang Allah Swt., tentang alam atau makhluk-makhluk dan tentang hari akhir atau nilai keabadian hidup. Dakwah model ini merupakan dakwah tertulis lewat media cetak.41
38
Ibid, hal.119. Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani. Fathu al-Qadir: al-Jami’ Baina Fanni ar-Riwayah wa ad-Dirayah min Ilmin al-Tafsir Juz V. (Beirut-Lebanon: Dar al-kutub al-Ilmiyyah. 1994), h.332. 40 Suf Kasman.Op.cit., (Jakarta: Teraju. 2004), h.120. 41 Ibid, hal.120 39
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
Metode ini telah diaplikasikan pada zaman Rasulullah. Karena, pada saat itu, tradisi tulis menulis sudah berkembang. Terbukti ketika Rasulullah menerima wahyu, beliau langsung memerintahkan kepada para sahabat yang memiliki kemampuan untuk menulis wahyu yang diterimanya. Padahal saat itu secara teknis sulit untuk melakukan tulismenulis disebabkan belum tersedianya sarana seperti kertas dan alat tulis pena, disamping budaya yang kurang mendukung. Tetapi para sahabat berupaya untuk melakukannya. Begitu juga terhadap hadits Rasulullah, sebagian sahabat yang memiliki kemampuan menulis dengan baik banyak yang menulis hadits, meskipun ada sebagian riwayat yang mengatakan bahwa sahabat dilarang untuk menulis hadits.42 Seperti yang dikatakan Ali Bi Abi Thalib “Tulisan adalah tamannya para ulama,”. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan” dan menyebarluaskan pandangan-pandangan keislamannya. Dakwah Bil Kalam yang telah dilakukan para ulama salaf dan cendekiawan muslim terdahulu, telah melahirkan sejumlah “kitab kuning”. Mungkin, jika tidak dituangkan dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajar dan diketahui dewasa ini.
42
Wachid Abdul, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 223.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Keunggulannya yaitu : Materi dapat mengena langsung dan dapat di kenang oleh mad’u, seandainya lupa bisa di lihat dan di pelajari lagi materi dakwahnya, dan dapat di pelajari dan di hafal. Kelemahannya yaitu: Mengeluarkan biaya besar, tidak semua orang bisa membaca, karena sasaran dakwah tidak hanya pada anak remaja dan dewasa, anak kecil dan orang tua pun menjadi sasaran dakwah, dan tidak sedikit orang yang malas membaca, mereka lebih senang mendengarkan dan melihat. Seperti yang telah dibahasakan di awal bahwa dakwah melalui tulisan disepadankan dengan istilah dakwah bil qalam atau dakwah dengan menggunakan pena, dalam hal ini aktifitas tulis-menulis (jurnalistik). Yang menarik, dalam term bahasa, kata al Qalam yang berasal dari Bahasa Arab dari akar kata yang terbentuk dari huruf-huruf, qaf, lam, dan mim yang berarti "memperbaiki sesuatu sehingga menjadi nyata dan seimbang". Selanjutnya menurut
istilah, sebagaimana
dikemukakan oleh Jalal ad Din Abdul ar Rahman bin Abi Bakar al Suyuti, al Qalam adalah alat yang digunakan Allah Swt untuk menulis taqdir, yang baik maupun yang jelek, yang bermanfaat atau yang berbahaya.43 Berpedoman pada pendapat di atas, dakwah bil qalam adalah upaya untuk mengajak umat manusia merealisasikan nilai-nilai ideal Islam dalam kehidupannya yaitu melalui media tulisan. Media ini dipandang efektif 43
Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prisip Dakwah Bil Qalam dalam Alquran, h.117
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
karena di samping sejalan dengan kondisi zaman, juga karena diisyaratkan Allah Swt dalam Al-Qur'an maupun oleh Rasulullah Saw dalam Haditshaditsnya. Berikut penulis kutipkan beberapa landasan normatif dakwah bil qalam dalam QS. Ali Imran: 138
)638( َس َو ُهدًي َو َم ْى ِعظَتٌ لِ ْل ُمتَّقُِه ِ َه َرا بََُانٌ لِلىَّا Artinya: “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”44 Ayat ini mejadi Iandasan dasar bagi usaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia secara umum, dimana Al-Qur'an menjadi rujukan utama karena mengandung penerang, petunjuk dan pelajaran kepada manusia. Bagaimanapun usaha dakwah dengan media dakwah apapun haruslah bersumber dari QS. Al Isra : 84
ً ِ سب )88(ًُل َ قُ ْل ُك ٌّل ََ ْع َم ُل َعلًَ شَا ِكلَتِ ِه فَ َربُّ ُك ْم أَ ْعلَ ُم بِ َمهْ ه َُى أَ ْهدَي Artinya: “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.”45
Ayat ini memberi inspirasi bahwa kehidupan ini berkembang dengan konteks (situasi keadaan) yang berbeda. Karena itu setiap generasi akan merespon keadaannya sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Demikian halnya dengan dakwah, harus sejalan dengan perkembangan yang ada. Masa
44 45
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya edisi revisi (Surabaya: Mahkota, 1989), h. 690. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya edisi revisi (Surabaya: Mahkota, 1989), h. 437
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
kini perkembangan media yang luar biasa menuntut generasinya untuk menguasai dan memanfaatkan media tersebut ke arah yang dikehendaki agama. Itulah jurnalistik dakwah sebagai upaya untuk mengubah manusia kepada kondisi yang lebih baik. Mencermati dalil-dalil yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa eksistensi tulis-menulis dalam kaitannya sebagai media menyampaikan pesan/informasi yang benuansa kebaikan khususnya, telah dilegitimasi oleh Al-Qur'an dan Hadits Nabi secara khusus. Dakwah bil qalam selayaknya membutuhkan keseriusan bagi para da'i jika dibandingkan dengan dakwah bil lisan. Alasan utamanya adalah untuk masa sekarang ini manusia cenderung memanfaatkan media (media massa) dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan, disamping itu media tulisan dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga bisa menjangkau obyek yang banyak. Sebagaimana digambarkan William L. Rivers, peran media cetak saat ini sangatlah penting, sulit dibayangkan sebuah negara modem jika tanpa kehadiran media ini. Selama berabadabad media ini telah menjadi satu-satunya alat pertukaran informasi di tengah kehidupan masyarakat.46 Persoalannya sekarang adalah bagaimana kemampuan dai dalam memanfaatkan media untuk menyampaikan materi-materi dakwah. Peran Jumalis Muslim dalam Pengembangan Dakwah Kehadiran jurnalistik 46
Rivers, et.all., Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta: Pranada Media Group, 2008), h. 17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
islami sebagai sarana dan peluang untuk berdakwah, selain berfungsi sebagai alat informasi, pendidikan dan hiburan, juga sebagai pembimbing rohani atau pengembangan misi "amar ma'ruf nahi mungkar". Lebih jauh penulis akan memaparkan bagaimana peran jurnalis dakwah di tengah masyarakat sebagai obyek media. Terdapat 5 (lima) peran jurnalis dakwah yang harus diperankan dan dikembangkan oleh para penulis muslim. a) Sebagai Pendidik (mu'addib) Dalam kaitannya dengan fungsi edukasi yang islami, haruslah banyak menyodorkan pemberitaan yang lebih membawa muatan ajaran Islam. Mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Memikul tugas untuk mencegah umat dari berperilaku yang menyimpang dari syareat, serta melindungi umat dari perilaku menyimpang, juga melindungi umat dari pengaruh media massa non Islam yang anti terhadap Islam. Jurnalis muslim adalah pendidik, ia menjalankan fungsi edukasi dalam Islam. Karena ia sebagai pendidik, maka tentu saja harus lebih memahami ajaran Islam sebelum mentransformasikan ilmunya kepada masyarakat. Sebagai pendidik ia menjalankan fungsi yang mulia karena mendidik adalah pekerjaan yang membutuhkan kecermatan, kecerdasan, strategi, serta kesabaran. Mengapa harus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
menjadi pendidik, karena kalau kita lihat bacaan remaja saat ini, mereka lebih menyukai bacaan yang sifatnya fiksi dan kurang bermanfaat bahkan jauh dari ajaran agama. Padahal mereka muslim dan penulis buku tersebut juga muslim. Sebagai pendidik, seharusnya
jumalis
muslim
melihat
potret
yang
tidak
menyenangkan ini dengan menawarkan bacaan-bacaan yang edukatif dan sesuai dengan akal mereka. b) Sebagai Pelurus Informasi (musaddid) Dalam hal ini setidaknya ada tiga hal yang hams diluruskan oleh jurnalistik Islam; pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya- karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, dituntut mampu menggali, melakukan penelitian tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia. Dalam kaitannya sebagai pelurus informasi, jurnalistik dakwah dituntut harus mampu mengikis fobia Islam yang merupakan produk propaganda pers Barat yang anti Islam. Peranan sebagai musaddid sangatlah penting karena banyak informasi yang kita baca ternyata salah. Informasi ini dihembuskan oleh para orientalis yang sengaja merusak citra Islam atau orangorang bodoh yang mengutip pendapat yang salah kemudian dipublikasikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
c) Sebagai Pembaharu (mujaddid) Pembaharu yang dimaksudkan adalah penyebar faham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam. Jurnalistik dakwah haruslah menjadi alat bagi para pembaharu yang menyerukan Islam. Ikut aktif sebagai perantara menyebarkan informasi dalam usaha membersihkan keyakinan maupun ibadah umat dari praktek- praktek bid'ah, khurafat, tahayul, dan isme-isme asing yang berasal dari luar Islam, dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan umat. Penyebaran isme-isme baru yang menyesatkan harus disikapi secara serius oleh sang mujaddid. Musuh-musuh
Islam
senantiasa
menyebarkan
isyu-isyu
menyesatkan, katakanlah, liberalisme, sekularisme, sinkritisme dan lain-lain yang menjauhkan umat dari agama. Mujaddid yang peduli harus menggerakkan jari- jemarinya untuk mendakwahkan Islam dengan ajaran yang benar dan mumi sebagaimana yang dibawa Rasulullah SAW. d) Sebagai Pemersatu (muwahhidi) Dalam menjalankan fungsinya sebagai muwahhid, jurnalis dakwah dapat menjadi jembatan yang akan mempersatukan umat Islam. Jumalis dakwah harus mampu menerapkan kode etik jurnalistik yang berupa impartiality (tidak memihak pada golongan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
tertentu) dan mampu menyajikan dua sisi pandang setiap informasi. Jurnalis dakwah harus mampu membuang jauh-jauh sikap sektarian. Seorang penulis muslim sebisa mungkin menjadi pemersatu umat. Bukan malah menyebabkan perpecahan umat akibat tulisan-tulisannya. Untuk mempersatukan umat, jurnalis dakwah harus menguasai segala perbedaan pandangan dan mampu menyatukan pemikiran dan hati umat. Dalam menuangkan ide dan gagasannya jurnalis dakwah tidak dibenarkan meneela pendapat lain. Jika ingin mengeritik, maka keritiklah dengan cara yang lembut dan tidak menyakiti. Itulah ciri dasar jurnalis muslim sejati. e) Sebagai Pejuang (mujahid) Pejuang maksudnya berusaha menampilkan tulisan-tulisan yang berusaha keras membentuk pendapat umum yang mendorong penegakan nilai-nilai Islam, menegakkan dan mempromosikan syiar Islam, mempublikasikan citra Islam yang positif dan "rahmatan lil alamin" serta menanamkan ruhul jihad di tengah umat. Mujahid yang bersenjatakan pena adalah pejuang yang membela Islam dalam karya- karyanya. Sang mujahid akan berusaha keras untuk membentuk opini publik yang konstruktif
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
tentang Islam. Jihad dengan kekuatan pena menurut Sayyid Qutub, seorang sastrawan dari Mesir, tak bisa lepas dari hati yang tulus ikhlas dengan keyakinan yang paripurna terhadap apa yang ditulisnya. Apa yang ditulis haruslah apa yang diyakini benar dalam hati. Hal itu karena sampai tidaknya pesan dakwah yang disampaikan lewat tulisan ditentukan pula oleh seberapa kuat keyakinan, semangat dan kepribadian yang dimiliki oleh seorang penulis agar kata-katanya melahirkan mutiara yang siap diambil dan dijadikan harta berharga oleh para pembaca.47
Dalam pandangan lain Dedi Jamaludin Malik, menjelaskan empat hal yang menjadi peran jurnalistik Islam, yaitu : Jurnalistik Islam harus kritis terhadap lingkungan luar dan sanggup menyaring informasi Barat yang kadang-kadang menanamkan biang kejahatan terhadap Islam. Jurnalistik Islam harus mampu menjadi penerjemah bagi pembaruan dan gagasangagasan kreatif kontemporer. Jurnalis Islam hendaknya sanggup melakukan proses sosialisasi sebagai upaya untuk memelihara dan mengembangkan khasanah intelektual Islam. Jurnalistik Islam harus
47
Syukur, Dengan Pena Kita Berjuang, Forum Lingkar Pena Sulsel, 2010, www.://fu2Sulsel.multiply.comljournal.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
sanggup mempersatukan kelompok-kelompok umat sambil memberikan kesiapan untuk bersikap terbuka bagi perbedaan pemahaman.48
b. Bentuk-Bentuk Dakwah Bil Qalam Mengacu pada arti qalam sebagai tulisan, dakwah bil qalam bisa diidentikkan dengan istilah dakwah bil kitabah. Qalam berarti pena, memiliki konotasi lebih aktif karena sebagai alat. Sedangkan kitabah berarti tulisan, berkonotasi pasif karena tulisan merupakan sebuah produk dari pena.49Maka untuk menghindari kerancuan dalam penggunaan kata kitabah atau qalam, peneliti menggunakan istilah dakwah bil qalam yang merujuk pada istilah dakwah melalui tulisan. Sedangkan secara istilah, dakwah bil qalam mempunyai dua kategori taksonomi, yaitu sebagai berikut: Pertama, pengertian dalam buku Komunikasi Dakwah karya Wahyu Ilaihi, dakwah bil qalam dikategorikan dalam taksonomi media dakwah. Media merupakan alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam. Media dakwah tersebut antara lain, media lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak.50
48
Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prisip Dakwah Bil Qalam dalam Al-qur'an, h.117 49 Asep Syamsul Romli M. Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam.(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2003), hh.21-22 50 Wahyu Ilahi. Komunikasi Dakwah. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010), hh.20-21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
Kedua, Samsul Munir Amin mengategorikan dakwah bil qalam dalam pendekatan atau metode dakwah. Pendekatan atau metode dakwah ialah cara-cara yang digunakan dalam menyampaikan dakwah, agar pesan dakwah mudah diterima mad’ū. Amin menyebutkan tiga pendekatan dakwah, antara lain: dakwah bil lisan, dakwah bil qalam, dan dakwah bil hal.51 Samsul Munir Amin memberi pengertian dakwah bil qalam adalah dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dicapai dakwah bil qalam lebih luas daripada melalui media lisan. Diperlukan keahlian khusus dalam hal menulis, yang kemudian disebarkan melalui media cetak (printed publications).52 Sedangkan menurut Ma’arif, dakwah bil qalam disebarkan melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, buletin, buku, surat, tabloid, dan jurnal.53Tetapi menurut Ma’arif, seiring kemajuan teknologi, aktifitas menulis dakwah tidak hanya dilakukan melalui media cetak. Menulis juga dapat dilakukan melalui handphone dan media maya (internet) antara lain
51
Samsul Munir Amin, (Cet.I). Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009), h. 13. Ibid, h. 11-12. 53 Bambang S. Ma’arif. Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2010), h. 161. 52
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
melalui fasilitas website, mailiing list, chatting, jejaring sosial dan sebagainya.54 c. Fungsi Dakwah Bil Qalam Melalui pesan dakwah yang tertuang dalam tulisan, komunikator mengajak komunikan untuk tiga hal, yakni, at-taqrīb (memberi motivasi), at-tahdīd (imbauan peringatan), al-iqnā bi al-fikrah (memersuasi dengan pemikiran dan prinsip agama). Sehingga pada akhirnya tercapai perubahan yang lebih baik pada diri mad’ū atau komunikan.55 Misalnya pemberian motivasi melalui tulisan yang memberikan kabar gembira tentang balasan Allah Swt. terhadap hambanya yang beriman, atau tulisan self help yang membangkitkan semangat pembacanya. Imbauan peringatan misalnya tentang pembalasan Allah Swt. terhadap hambanya yang musyrik dan munafik, memberi peringatan tentang kebiasaan masyarakat yang tidak sesuai dengan syariah, dan sebagainya. Kemudian, ajakan untuk memersuasi dengan pemikiran dan prinsip agama misalnya memberi pengetahuan keagamaan atau hal-hal yang sifatnya baru tentang sesuatu yang belum banyak diketahui masyarakat namun hal tersebut menjadi penting untuk diketahui masyarakat. Karena tulisan bisa membentuk opini publik yang masif (kuat) dan massal (melibatkan khalayak luas). 54 55
Ibid, h. 173. Bambang S. Ma’arif, op.cit, hh.43-44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
Hartono A. Jaiz dalam Kasman menjelaskan fungsi dakwah bil qalam, antara lain: pertama, melayani kebutuhan masyarakat terhadap informasi Islam, meliputi informasi dari Alquran dan hadis. Kedua, berupaya mewujudkan atau menjelaskan seruan Alquran secara cermat melalui berbagai media cetak untuk mengembalikannya kepada fikrah dan keuniversalannya. Ketiga, menghidupkan dialog-dialog bernuansa politik, budaya, sosial, dan aspek lainnya.56 Fungsi lain dakwah bil qalam, karena memanfaatkan media cetak, maka sebagaimana fungsi pers menurut Efendi dalam Aziz, antara lain: 1) Menyiarkan informasi. Fungsi informasi ini merupakan fungsi yang pertama dan utama dari sebuah tulisan dan media pers lainnya. 2) Mendidik. Fungsi tulisan tidak hanya sekadar memberikan informasi tetapi informasi yang mendidik. 3) Menghibur. Sebagai sarana hiburan tulisan menyentuh aspek imajinatif dan penghibur bagi pembacanya.
56
Suf Kasman,Op. cit.,(Jakarta: Teraju. 2004), h.124.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
4) Mempengaruhi. Tulisan dapat membentuk opini publik, mempengaruhi sikap dan tingkah laku pembacanya.57 d. Kelebihan dan Kekurangan Dakwah Bil Qalam Kelebihan dakwah melalui tulisan yang disebarkan baik melalui media cetak ataupun konvergensi, yaitu: memberikan kesempatan untuk memilih pesan dakwah sesuai dengan kemampuan dan kepentingannya. Dapat dibaca berulang kali, dapat berhenti, atau melanjutkan ketika ingin mendapatkan pemahaman lebih dan mendetail. Tidak terikat oleh suatu waktu dalam mencapai khalayaknya. sehingga dapat memperdalam pemahaman mad’ū. Berbeda dengan dakwah melalui ceramah, yang lebih mudah dilupakan oleh mad’ū walaupun dapat menggelorakan jiwa secara langsung.58 Kekuatan lain yaitu dari segi kearsipannya, karena buku bisa diwariskan oleh generasi penerus sehingga kelestarian pemikiran penulis buku terjaga. Hal ini dapat dilihat dari karya-karya pendahulu Islam, misalnya Imam Nawawi al-Bantani yang mengarang kitab Arba’īn anNawawy, Imam al-Ghazali dengan salah satu kitabnya Ihyā’ Ulūm ad-dīn, Imam Suyuti dengan kitab al-Asybah wa al-Nadhāir. Keunggulan lainnya adalah objek dan cakupan dakwah bil qalam lebih banyak dan luas jika dibandingkan dakwah bil lisan. Karena pesan
57 58
Moh. Ali Aziz,Op. cit,.(Jakarta: Kencana. 2009). h. 415. Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
dakwah dan informasi yang dituliskan dapat dibaca oleh puluhan hingga ribuan bahkan jutaan orang.59 Hingga kemudian dapat membuka jaringan sosial yang lebih luas. Apabila media telah diapresiasi dan disambut baik oleh masyarakat luas, akan terjalin hubungan yang kental antar jemaah. Pemahaman mereka dibentuk dengan cara yang sama dan dibakukan dalam format pengetahuan (kognisi) yang melandasi gerakan suatu komunitas atau jama’ah.60 Media yang digunakan dakwah bil qalam sebagaimana obyek dalam penelitian ini adalah buku. Buku sebagai media tertua menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan manusia. Nilai budaya buku sebagaimana yang disebutkan Baran mempunyai kekuatan untuk alasan sebagaimana berikut61: 1. Buku adalah agen perubahan sosial dan budaya. Melalui buku, penulis dapat menyampaikan ide yang bisa jadi kontroversial dan revolusioner bagi pembacanya. 2. Buku sebagai sumber referensi paling utama. Sebagai referensi utama peran buku sangat penting, terutama dalam dunia akademis.
59
Asep Syamsul M. Romli,op. cit,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 130. Bambang S. Ma’arif, op.cit., h. 163. 61 Satenley J. Baran,.Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya. (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hh. 86-92. 60
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
3. Buku adalah jendela pada masa lalu. Pembaca bisa mengetahui sejarah 1500 tahun silam dari sebuah buku. Buku merepresentasikan sejarah lebih akurat daripada media elektronik modern. 4. Buku merupakan sumber penting dari pengembangan pribadi. Bentuk yang paling jelas adalah buku self help, perbaikan pribadi. 5. Buku menjadi sumber hiburan, refleksi pribadi, dan menghidupkan aspek imajinatif. Bagi beberapa orang, dengan membaca novel orang bisa menghibur diri dari masalahnya, dan kekutan imajinatifnya mampu menjadikan pembacanya menangis atau tertawa sendiri saat membaca. 6. Pembelian dan membaca buku adalah aktivitas pribadi yang lebih individual, dari pada mengonsumsi iklan (televisi, radio, surat kabar, dan majalah).Dengan demikian, buku cenderung mendorong refleksi pribadi ke tingkat lebih tinggi daripada media lainnya. 7. Buku adalah cermin budaya. Buku menjadi refleksi budaya dari sebuah tempat yang memproduksi dan mengonsumsi mereka.
Dari berbagai kelebihan dakwah bil qalam termasuk didalamnya buku dan media cetak lain yang telah dipaparkan sebelumnya, bukan berarti hal tersebut tidak memiliki kelemahan. Beberapa kekurangan dari dakwah bil qalam, yang termasuk didalamnya yaitu buku dan media cetak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
lain, antara lain: pertama, tulisan yang disebarkan melalui buku menjadi media massa yang mempunyai sifat paling tidak massal dibandingkan dengan media massa lain dalam menjangkau khalayak. Hal ini dikarenakan hubungan buku dan pembaca bersifat lebih pribadi, orang menentukan untuk membeli dan membaca sebuah buku dikarenakan kebutuhannya. Berbeda dengan televisi, yang bisa sekali memproduksi program bisa didistribusikan kepada jutaan khalayak secara serempak.62
Kedua, tulisan tidak dapat secara menyeluruh menjangkau lapisan masyarakat, terutama masyarakat dengan budaya membaca yang lemah. Masyarakat yang lebih menyukai kegiatan menghabiskan waktu dengan menonton televisi biasanya tidak menyukai kegiatan membaca.
Ketiga, tidak semua pemikiran yang dituangkan oleh penulis mendapat respons yang sama oleh para pembaca, sebaliknya tulisan akan menimbulkan kontroversi.
B. Kajian Teoritis Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori efek komunikasi massa. Teori efek komunikasi massa dipilih karena dakwah bil qalam juga merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, sehingga untuk mengetahui efek yang dirasakan oleh masyarakat akan metode dakwah bil qalam yang 62
Ibid, hal. 85-86
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
dilakukan oleh Ustadz Ismail maka penulis menggunakan teori efek komunikasi massa tersebut untuk menganalisanya. Menurut Keith R. Stamm dan John E. Bowes.63 efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Secara sederhana, efek komunikasi massa dibagi menjadi dua bagian dasar. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perilaku (menerima dan memilih). Dakwah selalu diarahkan untuk memengaruhi tiga aspek perubahan pada diri mitra dakwah, yaitu aspek pengetahuannya (knowledge), aspek sikapnya (attitude), dan aspek perilakunya (behavioral).64 Menurut Jalaluddin Rahmat (dalam Aziz) menyatakan ketiga proses perubahan perilaku, yaitu efek kognitif berkaitan dengan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atrau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. Efek behavioral, yaitu yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.65 Secara lebih mendalam dengan kaitannya dakwah bil qalam, Aziz menambahkan bahwa dibutuhkan adanya evaluasi terhadap penerimaan dakwah 63
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014) h. 206 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h. 455. 65 Ibid 64
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
yang ditekankan untuk menjawab sejauh mana ketiga aspek perubahan tersebut pada penerima dakwah, yaitu meliputi: 66
1. Efek kognitif Dalam kegiatan dakwah, maka seorang penerima dakwah pasti akan menerima sebuah pesan atau isi dakwah yang diserap melalui proses berpikir. Efek kognitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh mad’u tentang isi dakwah yang telah diterimanya. Jadi, dengan menerima pesan dakwah, diharapkan mad’u (penerima dakwah) akan mengubah cara berpikirnya tantang ajaran agama sesuai dengan pemahaman yang sebenarnya. 2. Efek afektif Efek ini merupakan pangaruh dakwah berupa perubahan sikap mad’u setelah menerima pesan dakwah. Sikap sama artinya dengan proses belajar, dengan tiga variabel sebagai penunjangnya, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. Pada tahap ini pula penerima dakwah dengan pengertian dan pemikirannya terhadap pesan dakwah yang telah diterimanya akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak pesan dakwah. 3. Efek Behavioral Efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mad’u dalam merealisasikan pesan dakwah yang telah 66
Ibid, hal. 456-457
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
diterimanya dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan afektif. Seseorang akan bertindak atau bertingkah laku setelah orang itu mengerti dan memahami apa yang telah ia ketahui, masuk ke dalam perasaannya, sehingga kemudian timbul keinginan untuk bertindak atau bertingkah laku. Jika dakwah telah dapat menyentuh aspek behavioral, yaitu telah dapat mendorong manusia melakukan secara nyata ajaran-ajaran Islam sesuai dengan pesan dakwah, maka dakwah dapat dikatakan berhasil dengan baik atau mencapai tujuan utamanya. Jika gagal, atau tidak tercapai sepenuhnya, maka evaluasi dengan analisis semua komponen dakwah akan menjawab sebab kegagalan tersebut yang selanjutnya menjadi pelajaran berharga untuk dakwah berikutnya.
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan Sebagai bahan telaah pustaka untuk penelitian, penulis mengambil beberapa judul penelitian yang mempunyai relevansi, diantaranya: Pertama, skripsi Farida Rachmawati (2015), berjudul Konsep dan Aktivitas Dakwah Bil Qalam K.H. Muhammad Sholikhin Boyolali Jawa Tengah.Skripsi ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi tokoh. Metode penelitiannya menggunakan taksonomi analisis, yaitu analisis yang memusatkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
perhatian pada domain tertentu, berguna untuk menggambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi. Skripsi ini mengemukakan tentang konsep dan penerapan aktivitas dakwah bil qalam K.H. Muhammad Sholikhin yang banyak dituangkan melalui tulisan atau buku-buku.Temuan penelitian adalah kelebihan penerapan dakwah bil qalam K.H. Muhammad Sholikhin terletak pada kuatnya rujukan ilmiah yang digunakan, dan tulisan yang ia buat merupakan pengalaman dan observasi yang matang. Sedangkan kelemahannya adalah pada aktivitas dakwah bil qalam K.H. Muhammad Sholikhin yang digunakan sebagai sarana untuk dakwah intensif bil lisan, sehingga bisa jadi konsentrasi kepada kepenulisan berkurang apabila waktunya tersita banyak untuk dakwah bil lisan. Akibatnya, karya yang dihasilkan tidak seproduktif pada masa awal ia menjadi penulis, waktu untuk observasi berkurang, dan waktu untuk memikirkan tulisannya juga berkurang. Kedua, skripsi Dera Desember (2014) yang berjudul Metode Dakwah Ustadz Dr. Umay Maryunani, MA.di Pondok Pesantren Darul ‘Amal Sukabumi.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana data yang didapatkan adalah melalui beberapa sumber referensi bacaan, observasi, wawancara, dan analisis data.Temuan penelitian ini adalah bahwa Ustadz Dr. Umay Maryunani MA.di dalam pembinaan dakwahnya menggunakan ketiga metode dakwah dakwah bil lisan, dakwah bil qalam, dan dakwah bil hal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan keilmuan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
keagamaan yang tinggi, istiqomah, dan contoh perbuatan, Ustadz Dr. Umay Maryunani MA. telah berhasil melaksanakan dakwahnya dengan baik dan benar. Dari kedua karya ilmiah yang menjadi tinjauan pustaka tersebut, penulis tidak memungkiri adanya kesamaan dengan keduanya. Posisi penelitian ini dengan tinjauan pustaka yaitu terletak pada kesamaan pendekatan yang digunakan yakni kualitatif deskriptif studi tokoh dakwah dan meliputi pembahasan mengenai dakwah bil qalam. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yakni: sosok tokoh dan karya yang dijadikan obyek penelitian, yaitu meneliti dakwah bil qalam, penerapan dan aktivitas penunjang dakwah bil qalam Ustadz Ismail Idris Musthafa di Nusantara serta efeknya yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id