BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bumi sebenarnya merupakan sebuah sistem yang sangat kompleks dan besar. Sistem ini bekerja diluar kehendak manusia. Suatu sistem yang memungkinkan bumi berubah uaitu berevolusi. Dalam daur evolusi ini yang telah berumur 4,5 milyar tahun terjadi banyak fenomena-fenomena alam, salah satunya yang disebut bencana alam. Bencana alam jika ditilik lebih lanjut merupakan fenomena alam oleh bumi yang terjadi dan dapat dirasakan manusia, disebut bencana karena menimbulkan kematian, kesengsaraan bagi manusia. Namun manusia juga ikut terlibat didalamnya. Karena dalam bencana terdapat bahaya. Bahaya adalah kejadian yang jarang atau ekstrim dari lingkungan karena ulah manusia atau karena alam yang secara merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, properti, atau aktivitas pada tingkat yang menyebabkan satu bencana1. Sedangkan bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya suatu masyarakat yang menyebabkan kerugian-kerugian yang besar terhadap lingkungan, material, dan manusia yang melebihi kemampuan dari suatu masyarakat yang tertimpa bencana untuk menanggulangi dengan hanya menggunakan sumber-sumber daya masyarakat itu sendiri.
1.1.1
Bencana Alam di Indonesia
Wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia secara geografis adalah wilayah yang rawan terhadap bencana alam, baik yang berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, tsunami, dan lain-lain. Disamping bencana alam tersebut, akibat dan hasil pembangunan. Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama, yaitu Lempeng Hindia atau Indo-Australia di sebelah selatan yang bergerak relative ke utara- timur dnegan pergerakan sekitar 7 cm/ tahun, Lempeng Eurasia di utara yang Bergerak relatif ke selatan dengan pergerakan relative 9 cm/tahun, dan Lempeng Pasifik di Timur yang bergerak relatif ke barat dengan pergerakan 11 cm/tahun.
1
Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO
1
Dengan letak geografis yang dijelaskan diatas, kepulauan Indonesia merupakan daerah yang mempunyai aktivitas gempa bumi cukup tinggi. Beberapa gempa bumi terakhir adalah di Laut Flores 12 Desember 1992 (Ms=7,5), Lampung 16 Februari 1994 (Ms=1,2), Banyuwangi 3 Juni 1994, Bengkulu 4 Juni 2000, Pulau Alor 24 Oktober-15 November 2004 (Ms=7,3), Nabire 6 Februari 2004 (Ms=6,9) dan 26 November 2004 ( Ms=6,4). Yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta penduduk yang cukup besar, gempa bumi di aceh pada 24 Desember 2004 dengan pusat gempa di lepas pantai barat Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (Ms=8,9), Yogyakarta pada 27 Mei 2006 dan Pantai Pangandaran pada bulan Juli 20062. Indonesia memiliki iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Maka Indonesia memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Curah hujan di Indonesia mencapai rata-rata 1.600 milimeter pertahun, namun juga bervariasi dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun. Maka dengan iklim seperti ini indonesia memiliki kerentanan terhadap bencana banjir pada daerah-daerahnya yang total memiliki 5.590 sungai induk dan 600 diantaranya berpotensi menimbulkan banjir dan tanah longsor.
1.1.2 Kerentanan Bencana di Indonesia Kerentanan bencana juga banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis Indonesia. Disebabkan oleh populasi yang tinggi dan luas daerah yang masih belum mengalami pembangunan infrastruktur jalan serta sarana umum lainnya yang belum merata, sehingga sebagian daerah sangat sulit untuk dijangkau. Masing-masing pulau di Indonesia mempunyai potensi yang berbeda.
2
Prasetya, Tiar, S,Si (Kasi data dan informasi BMG Jogyakarta), Gempa Bumi ciri dan cara menanggulanginya 2006.Gita Nagari
2
Secara garis besar potensi bahaya dipengaruhi oleh: a. Populasi penduduk Indonesia yang padat dan merupakan Negara populasi terpadat keempat di dunia. b. Hampir 87% pulau hunian di Indonesia berada diatas episentrum gempa. c. Geografis Indonesia yang memiliki kontur dataran tinggi dengan infrastruktur buruk menimbulkan erosi tanah oleh sungai dan saturasi oleh air hujan lebat. d. Selain itu masih banyak daerah pegunungan, pesisir pantai dan pedalaman hutan yang belum terjangkau infrastruktur jalan dan telekomunikasi sehingga membuat daerah tersebut dapat dikatakan terpencil. e. Ketidak-siapan penanganan pasca bencana terutama kesiapan penanganan pertama. Tabel 1.1 Pengaruh Jangka Pendek Bencana Besar Pengaruh
Gempa
Angin
Gelombang
Banjir
Tanah
Gunung
bumi
ribut
pasang/banjir
Perlahan
longsor
meletus/
(tanpa
bandang
lahar
banjir) Kematian*
Banyak
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Banyak
Cedera Berat memerluka perawatan intensif
Banyak
Sedang
Sedikit
Sedikit
Sedang
Sedikit
Kerusakan fasilitas kesehatan
Parah (struktur dan perawatan)
Parah
Parah tetapi terlokalisasi
Parah (hanya perlengkapan)
Parah tetapi terlokalisasi
Parah (struktur dan perlengkapan )
Kerusakan sistem penyediaan air
Parah
Ringan
Parah
Ringan
Parah (tetapi terlokalisasi)
Parah
Kelangkaan bahan pangan
Jarang (dapat terjadi akibat faktor ekonomi dan logistik)
Biasa
Biasa
Jarang
Jarang
Perpindaha n besarbesaran penduduk
Jarang (dapat terjadi di wilayah perkotaan yang rusak berat)
Biasa (umumnya terbatas)
(Sumber : Pan American Health Organization, Bencana Alam : Perlindungan Kesehatan Masyarakat, Hal.3)
3
1.1.3
Faktor Resiko
Apabila ditilik dari uraian diatas dimana di Indonesia banyak memiliki potensi bahaya serta memiliki kerentanan yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa resustanse dari dua aspek tersebut (Risiko = Kerentanan x Bahaya) akan menimbulkan bencana tinggi di Indonesia.
4
1.2 BATASAN MASALAH Bagi sebagian orang makna dan tolak ukur bencana dapat berbeda, suatu masalah dapat dianggap ringan oleh sebagian orang, sebagiannya lagi menganggapnya sebagai masalah besar. Oleh karena itu, disebabkan oleh keterbatasan kemampuan manusia, maka pembahasan dibatasi dan batasan masalah yang diangkat adalah : a. Bencana alam seperti gempa bumi dan tanah longsor, sebagai jenis bencana yang secara statistik merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia dan paling banyak memakan korban jiwa di setiap kejadiannya. Serta karena potensi kerentanannya yang juga tinggi. b. Pembahasan masalah pertolongan pertama korban pasca bencana alam gempa bumi dan tanah longsor. c. Fokus pembahasan adalah fase tanggap darurat dimana, kecepatan dan keakuratan penangan menjadi faktor penting.
1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian yang diadakan adalah sebagai berikut: a. Mencari tahu hal apa saja yang menghambat pertolongan pertama pada kejadian bencana alam gempa bumi dan tanah longsor di Indonesia. b. Mencari tahu cara yang paling efektif untuk memberikan pertolongan pertama pasca bencana alam. c. Mengetahui cara kerja instansi pemerintah dan non-pemerintah dalam pertolongan pertama pasca bencana alam. d. Meneliti karakteristik kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana di Indonesia. e. Menciptakan
suatu
sarana
penunjang
pekerjaan
manusia
yang
dapat
menyelesaikan permasalahan keterbatasan kemampuan manusia dalam pemberian penanganan pertama pada lokasi bencana.
1.4 METODE DAN PENDEKATAN YANG DIPERLUKAN Metode Penelitian yang digunakan adalah: a. Observasi Lapangan, dengan mendatangi tempat kejadian bencana alam dan mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi tentang masalah yang dihadapi oleh anggota penyelamat.. 5
b. Wawancara, ditujukan kepada pihak-pihak yang memiliki kompetensi dan telah memiliki pengalaman langsung dalam memberikan pertolongan pertama pada saat bencana alam. c. Studi literatur, dari buku-buku dan tulisan tulisan tentang bencana alam dan penanganan pertamanya baik yang diterbitkan secara tercetak maupun dalam bentuk website pada jaringan internet.
1.5 PERNYATAAN MASALAH Dari latar belakang masalah yang ada, diketahui bahwa teridentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. Permasalahan pertolongan pertama yang tidak terselesaikan akan mengakibatkan beberapa permasalahan baru seperti korban jiwa yang lebih banyak dan cacat permanen. 2. Pada bencana gempa bumi dan tanah longsor diasumsikan infrastruktur transportasi seperti jalan raya rusak berat yang menjadikan sulitnya mencapai lokasi. 3. Meskipun peralatan penyelamatan korban bencana alam di Indonesia bisa dikatakan lumayan namun tidak merata kepemilikannya diantara instansi di satu daerah dengan daerah lain.
6